1. PERHITUNGAN EVAPORASI
E0 = K UZ (ew – eZ)
Dengan:
E0 = evaporasi permukaan air bebas selama perioda pengamatan
K = konstanta empiris dengan ketinggian tertentu.
UZ = hubungan matematik antara evaporasi pada massa air yang luas terhadap kecepat
angin
dengan ketinggian tertentu.
ew = tekanan uap jenuh di udara dengan temperatur sesuai dengan temperatur airnya
(diambil rata rata selama perioda pengamatan)
eZ = tekanan uap sesungguhnya di udara setinggi Z (rata rata selama perioda
pengamatan)
900
0,408 ∆ 𝑅𝑛 + 𝛾 ( )𝑈 (𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 )
𝑇+273 2
𝐸𝑇𝑂 =
∆+𝛾(1+0,34𝑈2 )
dengan:
ETO = evapotraspirasi, dinyatakan dalam mm/hari
Rn = radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman, (MJ/m2/hari)
λ = panas laten untuk penguapan, (MJ/kg)
U2 = kecepatan angina pada ketinggian 2 m,(m/s)
ea = tekanan uap jenuh (kPa)
ed = tekanan uap actual (kPa)
∆ = kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (kPa/ 0C)
ϒ = konstanta psikromatik, dinyatakan dalam ( kPa/0C)
Rn = dihitung dengan rumus:
Rn = Rns – Rnl
dengan:
Rns = radiasi gelombang pendek, (MJ/m2/hari)
Rnl = radiasi gelombang panjang, (MJ/m2/hari)
Besarnya Rns adalah:
Rns = (1 – α) Rs
dengan:
α = koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23
Rs = radiasi matahari (MJ/m2/hari)
Dan Rs dihitung dengan:
𝑛
𝑅𝑠 = (0,25 + 0,5 ) 𝑅𝑎
𝑁
dengan:
n = lama matahari bersinar dalam satu hari (jam)
N = lama maksimum matahari bersinar dalam satu hari (jam)
Ra = radiasi matahari ekstrateresterial (MJ/m2/hari)
Besarnya Ra adalah:
Ra = 37,6 dr (ᴪs. sinϕ . sinδ + cos ϕ . cosδ . sinϕs)
dengan:
dr = jarak relative antara bumi dan matahari
δ = deklinasi matahari (rad)
ϕ = letak lintang (rad)
ᴪs = sudur pada saat matahari terbenam (rad)
keterangan:
D = nomor urut hari dalam setahun (hari Julian)
Besarnya nilai JD dihitung dengan :
Untuk JD bulanan ( Gommes, 1983)
JD = Integer (30,4 M – 15,23)
Untuk JD harian (Crag, 1984)
𝑀
JD = integer (275 9 − 30 + 𝐷) − 2
Keterangan :
M = bulan (1 -12)
D = hari dalam ( 1 – 365 atau 360)
Jika tahunnya normal dan M < 3 maka nilai JD ditambah nilai 2
Jika tahunnya kabisat dan M > 2 maka nilai JD ditambah nilai 1
Untuk melakukan perhitungan dengan perioda 10 harian, maka nilai JD diambil pada hari ke
5, 15, 25 pada setiap bulannya dan untuk perhitungan bulanan diambil pada pertengahan
bulan atau dihitung dengan persamaan.
Besarnya N dihitung dengan persamaan:
N = 24/π ᴪs
Dan Rnl dihitung dengan persamaan:
Rnl = Rld ↓ + Rlu ↑ = f ( εa – εvs ) σ Tk
dengan:
Rlu ↑ = radiasi thermal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke atmosfir, dinyatakan
mega joule per meter persegi per hari (MJ/m2/hari)
Rld ↓ = radiasi gelombang panjang thermal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke
atmosfir (MJ/m2/hari)
f = factor penutupan awan, tanpa dimensi
εa = emisifitas efektif atmosfer
εvs = nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah = 0,98 (Jesen dkk, 1990)
σ = nilai konstanta Stefen – Boltzman = 4,9 x 10-9 MJ/m2/K/hari
Tk = suhu udara rata - rata, dinyatakan dalam Kelvin (K)
Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No 24, 1977)
f = 0,9 n/N + 0,1
Emisivitas (ε′ ) dihitung dengan persamaan (Jensen dkk, 1990)
𝜀 ′ = (𝜀𝑎 − 𝜀𝑣𝑠 ) = (𝑎𝑟𝑒 − 𝑏𝑟𝑒 √𝑒𝑑 ) = (0,34 − 0,14 √𝑒𝑑 )
dengan:
ε = emisivitas efektis di atmosfir
εvs = 0,98
are = 0,34 – 0,44
bre = - 0,25 - - 0,24
Kecepatan angin pada ketinggian 2 m, adalah:
4,87
𝑈2 = 𝑈𝑍 (ln(67,8 𝑧−5,42))
dengan:
U2 = kecepatan angina pada ketinggian 2 m (m/s)
Uz = kecepatan angina pada ketinggian z m (m/a)
Z = ketinggian alat ukur kecepatan angina (m)
Tekanan uap januh (ea) besarnya dihitung menurut (Tetens, 1930)
17,27 𝑇
𝑒𝑎 = 0,611 exp (𝑇+237,3)
ed = ea . RH
dengan:
RH = kelembaban relative rata – rata, dinyatakan dalam (%).
Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan (Murray,1967).
409 𝑒𝑎
∆= (𝑇−237,2)2
Keterangan:
∆ = kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/ 0C)
T = suhu udara rata-rata (0C)
Ea= tekanan uap jenuh pada suhu T (kPa)
𝑒𝑝 .𝑃 𝑃
ϒ= ( 10−3 ) = 0,00163 𝜆
𝜀𝜆
dengan:
ϒ = konstanta psikrometrik, (kPa/0C)
ep = nilai panas spesifik udara lembab, sebesar 1,013 kJ/kg/0C
P = tekanan atmosfir, (kPa)
ε = nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622
λ = panas laten untuk penguapan, (MJ/kg)
𝑔
𝑇𝑘𝑜 − 𝜏(𝑧 − 𝑧0 ) 𝜏𝑅
𝑃 = 𝑃𝑒 ( )
𝑇𝑘𝑜
keterangan:
P = tekanan atmosfir pada elevasi z, (kPa)
pe = tekanan atmosfir pada permukaan laut (kPa)
z = elevasi (m)
z0 = elevasi acuan, (m)
g = gravitasi = 9,81m/det2
R = konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K
Tko = suhu pada elevasi z0, (K)
τ = konstanta lapse rate udara jenuh = 0,0065 K/m
Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan asumsi:
Tko = 293 K untuk T = 20 0C dan P0 = 101,3 kPa pada z0 = 0
Panas laten untuk penguapan (λ) dihitung dengan rumus (Harrison, 1963):
λ = 2,501 – (2,361 x 10-3) T
dengan:
λ = panas laten untuk penguapan, (MJ/kg)
T = suhu udara rata – rata, (0C)
Cara perhitungan:
1. Kumpulkan data cuaca yang tersedia di lokasi stasiun beserta data elevasi dan letak
lintang stasiun.
2. Hitung besarnya nilai tekanan uap jenuh berdasarkan data suhu udara dengan
persamaan
𝑛
𝑅𝑠 = (0,25 + 0,5 ) 𝑅𝑎
𝑁
3. Hitung besarnya nilai tekanan uap jenuh berdasarkan data suhu udara, dengan
persamaan:
Ra = 37,6 dr (ᴪs. sinϕ . sinδ + cos ϕ . cosδ . sinϕs)
4. Kurangi nilai tekanan uap jenuh dengan nilai tekanan uap actual atau hasil langkah (2)
dengan langkah (3).
5. Tentukan nilai perkalian antara konstanta 4,098 dengan hasil langkah 2 ( tekanan uap
jenuh).
6. Hitung perkalian antara konstanta 0,00163 dengan data tekanan udara di lokasi
stasiun.
7. Hitung besarnya nilai panas laten berdasarkan data suhu udara dengan menggunakan
persamaan:
Untuk JD bulanan ( Gommes, 1983)
JD = Integer (30,4 M – 15,23)
Untuk JD harian (Crag, 1984)
𝑀
JD = integer (275 − 30 + 𝐷) − 2
9
8. Hitung nilai konstanata psikromatik dengan membagikan hasil nilai langkah (6)
dengan langkah (7) atau menggunakan persamaan:
2𝜋
dr = 1 + 0,0033 cos (365 𝐽𝐷) = 1 – 0,0033 cos (0,0172 JD )
14. Hitung besarnya jarak relative matahari dengan bumi (dr) menggunakan persamaan.
2𝜋
dr = 1 + 0,0033 cos (365 𝐽𝐷) = 1 – 0,0033 cos (0,0172 JD )
15. Berdasarkan data letak lintang stasiun, tentukan nilai sudut saat matahari terbenam
(ᴪs) dengan menggunakan persamaan:
ᴪs = arccos( - tanϕ.tanδ )
16. Tentukan nilai radiasi ekstrateraresterial (Ra), dengan persamaan:
Ra = 37,6 dr (ᴪs. sinϕ . sinδ + cos ϕ . cosδ . sinϕs)
17. Hitung nilai radiasi matahari (Rs) berdasarkan data langkah (16) dengan data lama
penyinaran matahari menggunakan rumus:
𝑛
𝑅𝑠 = (0,25 + 0,5 ) 𝑅𝑎
𝑁
18. Hitung factor penutupan awan berdasarkan data lama penyinaran matahari
menggunakan persamaan:
f = 0,9 n/N + 0,1
19. Hitung besarnya radiasi gelombang pendek (Rns) berdasarkan hasil langkah (17) dan
nilai albedo dengan menggunakan persamaan:
Rns = (1 – α) Rs
20. Hitung nilai emisivitas atmosfir berdasarkan persamaan:
𝜀 ′ = (𝜀𝑎 − 𝜀𝑣𝑠 ) = (𝑎𝑟𝑒 − 𝑏𝑟𝑒 √𝑒𝑑 ) = (0,34 − 0,14 √𝑒𝑑 )
21. Tentukan nilai hasil perkalian antara konstanta Stefan-Boltzman dengan pangkat
empat suhu Kelvin.
22. Tentukan nilai radiasi gelombang panjang (Rnl) berdasarkan hasil perkalian langkah
(18), langkah (20), dan langkah (21), atau dengan persamaan:
Rnl = Rld ↓ + Rlu ↑ = f ( εa – εvs ) σ Tk
23. Hitung besarnya nilai radiasi netto, dengan mengurangkan hasil langkah (19) dengan
langkah (22), atau dengan persamaan:
Rn = Rns – Rnl
24. Tentukan perkalian antara konstanta 0,408, hasil kali langkah (10), dan langkah (23).
25. Jumlahkan hasil langkah(12), dengan hasil langkah (24)
26. Berdasarkan data kecepatan angin, hasil langkah (10), langkah (8), hitung nilai dari:
(∆ + ϒ (1 + 0,34 U2)).
27. Hitung besarnya nilai ETo dengan bembagi hasil langkah (25) dengan hasil langkah
(26).
28. Perhitungan ETo selesai.
Pada umumnya dari suatu DPS, vegetasinya tidak satu jenis, oleh karena itu nilai K v sangat
bervariasi bergantung dari jenis vegetasinya. Sementara ini para ahli memperkirakan nilai Kv
= 0,9 (Rob. Van der Weert, 1994).
Evapotranspirasi dari vegetasi hutan dari suatu DPS/SWS, akan berbeda dengan
evapotranspirasi dari vegetasi tanaman pertanian. Air hujan dapat tertahan di permukaan
daun vegetasi hutan sebagai air intersepsi dan dapat kembali menguap ke atmosfir. Bagian
hujan yang menjadi air intersepsi dapat diperkirakan dengan persamaan (Rob. Van der
Weert, 1994):
α = 1 – 0,37 P0,14
dengan:
α = bagian air hujan yang menjadi intersepsi vegetasi hutan.
P = curah hujan bulanan (mm).
Evapotranspirasi tanaman (ETC), adalah tebal air yang dibutuhkan untuk keperluan
evapotranspirasi suatu jenis tanaman pertanian tanpa dibatasi oleh kekurangan air. Dengan
kata lain tebal air yang dibutuhkan oleh tanaman supaya hidup. Nilai ET C setiap jenis
tanaman akan berbeda-beda, dan dapat dihitung dengan persamaan:
ETC = KC . ETO
dengan:
ETC = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
ETO = evapotranspirasi acuan (mm/hari)
KC = koefisien tanaman untuk jenis tanaman tertentu
Dalam perencanaan dan pengoperasian daerah irigasi harus memperhitungkan ET O agar air
yang disediakan sesuai dengan kebutuhan. Setiap jenis dan setiap tahap pertumbuhan
tanaman ETC akan berbeda – beda, karena KC bergantung pada umur dan jenis varietas
tanaman.
Dari persamaan ETC = KC . ETO ternyata ada 2 tahap untuk menentukan nilai ETC yaitu:
Apabila kondisi tanah berada pada kapasitas lapangan (field capacity) maka ET a = ETP.
Kapasitas lapangan adalah jumlah air yang tertahan dalam tanah setelah air vegetasi yang
berlebih tertiris keluar (drained away). Kapasitas kelembaban tanah bergantung dari jenis
tanah, nilainya berkisar dari 25 mm pada jenis tanah dangkal berpasir sampai 550 mm pada
jenis tanah tanah liat berlempung.
Dari persamaan ETa = (k/c) ETP terlihat bahwa evapotranspirasi aktual merupakan proses
yang kompleks, karena bergantung dari ketesediaan kelembaban tanah. Dalam suatu DPS
umumnya ETa diperkirakan berdasarkan model curah hujan sebagai masukan dan debit
sebagai keluaran. Contoh sangat sederhada ditujukan pada persamaan berikut:
P + Qi + Gi = ETa + QO + GO + Pa
dengan:
P = curah hujan, diukur dengan alat penakar hujan
Qi = debit masukan, diukur dengan alat ukur debit
QO = debit keluar, diukur dengan alat ukur debit
Gi = air tanah yang masuk, diukur dengan metoda geohidrologi
GO = air tanah yang keluar, diukur dengan metoda geohidrologi
Pa = perubahan cadangan air, sebagai jumlah dari tiga bagian, yaitu cadangan air
permukaan, air tanah, lengas tanah
ETa = evapotranspirasi actual.
SUMBER:
P. G. Jarvis (1976). "The interpretation of the variations in leaf water potential and stomatal
conductance found in canopies in the field". Philosophical Transactions of the Royal Society
B. 273 (927): 593–610. Bibcode:1976RSPTB.273..593J. doi:10.1098/rstb.1976.0035.
JSTOR 2417554.
C. H. B. Priestley; R. J. Taylor (1972). "On the assessment of surface heat flux and
evaporation using large-scale parameters" (PDF). Monthly Weather Review. 100 (2): 81–82.
Bibcode:1972MWRv..100...81P. CiteSeerX 10.1.1.395.1720. doi:10.1175/1520-
0493(1972)100<0081:OTAOSH>2.3.CO;2.
Richard G. Allen; Luis S. Pereira; Dirk Raes; Martin Smith (1998). Crop Evapotranspiration –
Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and drainage paper 56. Rome,
Italy: Food and Agriculture Organization of the United Nations. ISBN 978-92-5-104219-9.
J. L. Monteith (1965). "Evaporation and environment". Symposia of the Society for Experimental
Biology. 19: 205–224. PMID 5321565. Obtained from Forest Hydrology and Watershed Management –
Hydrologie Forestiere et Amenagement des Bassins Hydrologiques (Proceedings of the Vancouver
Symposium, August 1987, Actes du Co11oque de Vancouver, Aout 1987):IAHS-AISH Publ. no. 167,
1987. pp. 319–327.
M. E. Jensen, R. D. Burman & R. G. Allen, ed. (1990). Evapotranspiration and Irrigation Water
Requirement. ASCE Manuals and Reports on Engineering Practices. 70. New York, NY: American
Society of Civil Engineers. ISBN 978-0-87262-763-5.
Culf, A. (1994). "Equilibrium evaporation beneath a growing convective boundary layer". Boundary-
Layer Meteorology. 70: 34–49.
van Heerwaarden, C. C.; et al. (2009). "Interactions between dry-air entrainment, surface evaporation
and convective boundary layer development". Quarterly Journal of the Royal Meteorological Society.
135 (642): 1277–1291. Bibcode:2009QJRMS.135.1277V. doi:10.1002/qj.431.