Anda di halaman 1dari 71

FAKULTAS : TEKNIK SIPIL MATA KULIAH : IRIGASI

NAMA : MUHAMAD IRVAN SOGIRIN NAMA DOSEN : Ir. Sukatja M.Eng

NIM : 17410009

HARI/TGL : SABTU, 13 – 02 – 2021

1. Suatu bendung irigasi dari beton berbentuk segitiga spt dalam contoh soal tinggi 6 m utk
( No NIM Genap) dan 7 m (No NIM Ganjil) terletak diatas tanah batuan dengan lebar dasar
8 m utk (No NIM Genap) dan 9 m (No NIM Ganjil). Menahan air sampai puncak bendung
pada sisi vertical. Disebelah hilir bendung terdapat genangan air setinggi 1,5 m utk (No
NIM Genap dan 2 m utk (No NIM Ganjil). Tekanan akibat timbunan lumpur diabaikan dan
berat volume beton 2,4 ton/m3. Gaya akibat up lift/tekanan hidrostatis ke
Jawab :
Hitungan dilakukan untuk 1 m panjang bendung.
Karena bidang yang mengalami tekanan hidrostatis berbentuk segi empat, maka
gaya tekanan hidrostatis pada sisi hulu bendung dapat dihitung berdasarkan luas distribusi
tekanan kali lebar (1 m).
Tekanan hidrostatis pada dasar bendung:
PB = H.γ = 7 x 1.000 = 7.000 kgf/m2
Gaya tekanan hidrostatis pada sisi hulu bendung:
Fx = ½. PB H x 1 = ½ x 7.000 x 7 x 1 = 24.500 kgf
=24,5 ton
Gaya angkat pada dasar bendung:
Fy = ½ PBBb = ½ x 7000 x 9 = 31.500 kgf = 31,5 ton
Berat sendiri bendung dibagi menjadi dua bagian yaitu W 1 dan W2:
W1 = Ba x H x γb = 2 x 7 x 2.400 = 33.600 kgf
= 33,6 ton
W2 = ½ (Bb – Ba) x H x γb = ½ (9 – 2) x 7 x 2.400
= 58.800 kgf = 58,8 ton
W = W1 + W2 = 33,6 + 58,8 = 92,4 ton
Tahanan geser:
T = (W – Fy) x f = (92,4 – 31,5) x 0,6 = 36,54 ton
Untuk menyelidiki keamanan bendung terhadap penggulingan dan penggeseran,
perlu dibandingkan besar gaya penggeser dan momen pengguling terhadap gaya penahan
geser dan momen penahan guling. Gaya-gaya yang berusaha untuk menggeser dan
menggulingkan bendung adalah gaya tekanan hidrostatis, sedang yang berusaha menahan
adalah gaya berat sendiri bendung.
Tinjauan penggeseran
Oleh karena gaya penggeser lebih besar dari gaya penahan geser,
Fx = 24,5 ton < 36,54 ton
Berarti bedung AMAN terhadap geseran.
Tinjauan pengglingan:
Momen penggulingan terhadap titik A:
MPA = Fx x (1/3 h) + Fy x (2/3 Bb)
= 24,5 x 1/3 x 7 + 31,5 x 2/3 x 9 = 246,16 tm (ton meter)
Momen penahan guling terhadap titik A:
MPGA = W1 x (3,5 + 1) + W2 x (2/3 x 3,5)
= 33,6 x 4,5 + 58,8 x 2/3 x 3,5 = 288,4 tm
Oleh karena
MPA = 246,16 tm < MPGA = 288,4 tm, maka bendung AMAN terhadap penggulingan.

2. Terdapat 5 komponen utama untuk menghitung kebutuhan air di sawah untuk padi yaitu ,
a) Land Preparation / Penyiapan Lahan,
b) Consumtive Use / Penggunaan Konsumtive ,
c) Infiltration&Percolation / Peresapan,
d) Water Layer Replacement / Penggantian Lapisan Air ,
e) Effective Rain Fall/ Curah Hujan Efektif
Jelaskan dengan lengkap definisi dan cara menentukan besaran maupun perkiraan
besarnya keperluan tiap – tiap komponen tersebut:
Jawab :
a) Land Preparation / Penyiapan Lahan
merupakan bagian dari kegiatan reklamasi yang bertujuan untuk membentuk dan
menata kembali kondisi dan kontur lahan agar memenuhi persyaratan untuk tumbuh
kembang tanaman (siap untuk di-revegetasi)
penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut :
IR = Mek /(ek – 1)
di mana :
IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yang sudah dijenuhkan
M = Eo + P (2)
di mana :
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ETo selama penyiapan lahan (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
K = M.T/ S (3)
di mana :
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan di tambah dengan lapisan air 50 mm
b) Consumtive Use / Penggunaan Konsumtive
jumlah total air yang dikonsumsi tanaman untuk penguapan (evaporasi), transpirasi
dan aktivitas metabolisme tanaman. ... Secara tidak langsung dengan menggunakan
rumus empirik berdasarkan data unsur cuaca, pertama menduga nilai
evapotranspirasi tanaman acuan1 (ETo)
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut :
ETc = Kc . ETo (4)
Dengan :
Kc = Koefisien tanaman
ETo= Evapotranspirasi potensial (Penmann modifikasi) (mm/hari)
c) Infiltration&Percolation / Peresapan
salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian
rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang
berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau
daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan berfungsi
memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke
dalam tanah baik dari atap bangunan, jalan, dan halaman
Rumus resapan yang dipakai sebagai berikut :
ΔV = A x ΔH Q resapan = ΔV/ Δt
Dimana :
A = Luas benda uji (pipa) (cm²)
ΔH = Selisih tinggi air (cm)
Δt = Selisih waktu pengamatan (dt)
ΔV = Volume air (cm³)
d) Water Layer Replacement / Penggantian Lapisan Air.
penggantian air genangan di sawah dengan air irigasi yang baru dan segar.
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air
dilakukan menurut kebutuhan
e) Effective Rain Fall/ Curah Hujan Efektif
merupakan besaran curah hujan yang langsung dapat dimanfaatkan tanaman pada
masa pertumbuhannya. Besaran curah hujan efektif digunakan rumus Hazra, dimana
hujan efektif dihitung berdasarkan urutan dari yang terkecil.
3. Penentuan ukuran dan bentuk petak tersier dan kuarter perlu diberi pedoman, jelaskan
pedoman tersebut
Jawab :
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing - masing seluas kurang lebih 8
sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak tersier
menjadi tanggung jawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan
dibawah bimbingan pemerintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas - batas yang jelas,
misalnya jalan, parit, batas desa dan batas - batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh
terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam
penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi, dan jenis tanaman. Apabila
kondisi topografi memungkinkan petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi
empat. hal ini akan memudahkan dalam pengaturan tata letak dan pembagian air yang
efisien. Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau saluran
primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara langsung di
sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan memerlukan saluran muka tersier yang
membatasi petak - petak tersier lainnya.

4. Untuk menghitung evaporasi dapat dilakukan dengan cara penman dengan data lapangan
dan data laboratorium. Bagaimana cara menghitung evaporasi dengan data lab dan data
lapangan tersebut
Jawab :
A. Metoda Penman-Monteith yaitu :

Keterangan:
Δ : kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu (kPa/0C)
Rn : radiasi matahari netto diatas permukaan tanaman (MJ/m2/hari)
γ : konstanta psikrometrik (kPa/0C)
T : suhu udara (0C)
U2 : kecepatan angin pada ketinggian 2m diatas permukaan tanah (m/s)
es : tekanan uap air jenuh (kPa)
ea : tekanan uap air aktual (kPa)
B. Metode Blaney-Criddle :
ET0 = c x P x (( 0,46 x t ) + 8 )
Keterangan:
c : faktor koreksi
P : persentase rerata jam siang hari
t : suhu udara (0C)
C. Metode Radiasi
ET0 = c x W x Rs
Keterangan:
c : faktor koreksi
W : faktor pengaruh suhu udara dan elevasi
Rs : radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hari)
D. Metode Penman Modifikasi FAO
ET = c x W x Rn + (1 − W) x f (u) x (ea − ed)
Keterangan:
c : faktor koreksi
W : faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi
Rn : net radiasi equivalen evaporasi (mm/hari)
f(u) : fungsi angin
ea : tekanan uap jenuh pada suhu t 0C (mbar)
ed : tekanan uap udara (mbar)
E. Metode Thornthwaite
ET0 = C x ET0(0)
Keterangan:
c : koefisien, tegantung letak lintang
ET0 (0) : ET0 untuk garis lintang 0⁰
F. Model Regresi Linier Berganda
Y = A0 + A1 X1 + ….. + AiXi + Am − X m-1
Keterangan :
A0 : titik potong garis regresi terhadap sumbu Y
A1, Ai : koefisien regresi berganda dari variabel tak bebas Y terhadap
variabel bebas Xi
G. Hasil Perhitungan Uji Efisiensi Nash-Sutcliffe
Metode ENS
Blaney-Criddle -0,655
Radiasi -0,102
Penman Modifikasi FAO -0,384
Penman-Monteith 0,755
Thornthwaite -2,943
Regresi Linier Berganda 0,766

5. Lampirkan tugas perhitungan kebutuhan air tanaman akan evaporasi dengan cara Radiasi,
Blaney Criddle Serta Penman sesuai dengan lokasi masing2.
Jawab :
A. Metode Blaney-Criddle :
ET0 = c x P x (( 0,46 x t ) + 8 )
Keterangan:
c : faktor koreksi
P : persentase rerata jam siang hari
t : suhu udara (0C)

B. Metode Radiasi
ET0 = c x W x Rs
Keterangan:
c : faktor koreksi
W : faktor pengaruh suhu udara dan elevasi
Rs : radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hari)

C. Metode Penman
Eo = 0,35 (Pa – Pu) (1 + U2 / 100 )
Keterangan :
Eo : Penguapan dalam mm/hari
Pa : Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian dalam mmHg
Pu : Tekanan uap sebenarnya dalam mmHg
U2 : Kecepatan angina pada ketinggian 2 m dalam mile/haro. Sehingga bentuk U2
dalam
m/dt masih harusdikalikan dengan 24 x 60 x 60 x 1600
6. Bagaimana prinsip dasar cara menentukan demensi saluran irigasi
Jawab :
Dimensi saluran merupakan salah satu kapasitas/kemampuan, lapisan bahan, kemiringan
dan bentuk dari kanal atau selokan yang digunakan. Ukuran saluran dapat ditentukan
dengan persamaan manning dan persamaan kelancaran , persamaan tersebut dapat
menghubungkan kecepatan aliran, kapasitas, kemiringan saluran saluran, bentuk, dan
ukuran pembagian saluran. Persamaannya sebagai berikut (Jeans, 2009).
7. Ada berapa macam bangunan ukur irigasi dan bagaimana karakteristiknya
Jawab :
Ada 3 Macam :
a. Alat Ukur Ambang Lebar
- Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk in
tinggi energy hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas
alat ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah
ada sekarang. Maka bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda –
beda , sementara debitnya tetap serupa.

b. Alat Ukur Romijn


- Kalua alat ukur romijn dibuat dengan mercu datar dan peralihan
penyempitan sesuai dengan , tebal debitnya sudah ada dengan kesalahan
kurang dari 3%
- Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan
- Kehilangan tinggi energy yang diperlukan untuk aliran moduler adalah
dibawah 33% dari tinggi energy hulu dengan mercu sebagai acuannya, yang
relatif kecil
- Alat ukur romijn dengan pintu bawah bisa diekpoitasi oleh orabg – orang
yang tak berwenang yaitu melewatkan air lebih banyak dari yang diizinkan
dengan cara menangangkat pintu bawah lebih tinggi lagi
c. Alat Ukur Crump-de Gruyter
- Δh = h1 – h2 cukup untuk menciptakan aliran kritis dibawah pintu. Ini benar
jika Δh= h1 – w, tetapi mungkin kurang bila peralihan pelebawan direncakan
sedemikian rupa sehingga sebagian dari tinggi kecepatan didalam leher
diperoleh kembali. Apabila terjadi aliran kritis , maka rencana peralihan
pelebaran yang sebenarnya tidak berpengaruh pada kalibrasi tinggi energy –
bukaan – debit dari bangunan tersebut
- Untuk menghindari lengkung garis aliran kritis dibawah pintu , panjang leher
L tidak boleh kurang dari h1
- Untuk mendapatkan aliran kritis dibawah pintu, dan untuk menghindari
pusaran air didepan pintu , bukaan pintu harus kurang dari 0,63 h1 untuk
pengukuran yang teliti , bukaan pintu harus lebih dari 0,02 m
- Aliran harus dialihkan ke bukaan pintu sedemikian sehingga tidak terjadi
pemisahan aliran dasar dan samping peralihan penyempitan tidak perlu
melengkung
- Bagian pintu geraknya seperti yang diperlihatkan
- Orifid/lubang yang dapat disetel dapat dikerjakan dengan teori hidrolika
yang sudah ada. Asalkan aliran kritis terjadi dibawah pintu, table debitnya
sudah adfa dengan kesalahan kurang dari 3%
- Kehilangan tinggi energy yang diperlukan untuk aliran moduler kurang dari
h1 – w kehilangan ini bisa diperkecil lagi jika peralihan pelebaran bertahap
dipakai dibelakang (hilir) leher. Sebagai contoh untuk peralihan pelebaran
kemiringan 1:6 , tinggi energy yang diperlukan h terkecil hingga 0,5 (h1-w) .
kehilangan ini lebih kecil daripada kehilangan yang diperlukan untuk bukaan
– bukaan yang lain
- Bangunan ini kuat , tidak mudah rusak
- Pada bangunan ini benda – benda hanyut cenderung tersangkut
8. Dalam menentukan elevasi mercu bendung perlu mempertimbangkan kriteria dan faktor-
faktor apa saja
Jawab :
Elevasi mercu bendung ditentukan berdasrkan beberapa pertimbangan, antara lain :
a. Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi
b. Keadaan tinggi air di sawah
c. Kehilangan tekanan mulai dari intake sampai dengan saluran tersier ditambah
kehilangan tekanan akibat exploitasi
d. Tekana yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di undersluice dan kantong
sedimen
e. Pengaruh elevasi mercu bendung terhadap panjang bendung untuk mengalirkan
debit banjir rencana
f. Untuk mendapatkan sifat aliran sempurna
Kriteria lain yang harus dipenuhi dalam penentuan elevasi mercu bendung yaitu :
a. Harus terpenuhi pencapaian pengaliran air ke seluruh wilayah pengaliran
b. Perkiraan respon morfologi sungai dibagian udik dan hilir terhadap bendung pada
elevasi tersebut
c. Kestabilan bangunan secara keseluruhan, biaya pembangunan, dengan tidak
menutup kemungkinan pemilihan lokasi lain.

9. Apa fungsi dan bagaimana system / cara kerja saluran penangkap pasir
Jawab :
a) Fungsi kantong sedimen/sand pocket/saluran penangkap pasir/sand trap :
- Menampung dan menahan sebanyak mungkin material yang terangkut oleh
aliran debris
- Menahan sementara (retarding basin) banjir debris, agar debit puncak
berkurang, sehingga tidak terjadi luapan banjir debris di daerah hilir
b) Metode operasionalnya sehingga mampu menagkap sedimen sebagai berikut
- Bahan – bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong lumpur
biasa dan harus diangkat melalui jaringan saluran ke sawah – sawah .bahan
yang telah mengendap dikantong kemudian dibersihkan secara berkala
- Pembersihan biasanya dilakukan dengan melakukan / menggunakan aliran
air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke
sungai
10. Sebut komponen utama bendung tetap dan sebut bagian – bagianya Komponen utama
bendung tetap dan bagian-bagiannya yaitu :
Jawab :
a. Tubuh bendung : antara lain terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan
bangunan peredam energinya

b. Bangunan intake : terdiri dari lantai /ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar
penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, rumah pintu dan perlengkapan
lainnya

c. Bangunan pembilas : dengan undersluice atau tanpa undersluice, pilar penempatan


pintu, pintu bilas, jembatan pelayan, rumah pintu, saringan batu dan perlengkapan
lainnya
d. Bangunan perlengkapan : terdiri dari tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan
dinding tirai, pengarah arus tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul,
penamgkap sedimen atau tanpa penangkap sedimen, tangga, penduga muka air dan
sebagainya.

11. Bagaimana prinsip dasar cara menentukan demensi saluran irigasi


Jawab :
Dimensi saluran merupakan salah satu kapasitas/kemampuan, lapisan bahan, kemiringan
dan bentuk dari kanal atau selokan yang digunakan. Ukuran saluran dapat ditentukan
dengan persamaan manning dan persamaan kelancaran , persamaan tersebut dapat
menghubungkan kecepatan aliran, kapasitas, kemiringan saluran saluran, bentuk, dan
ukuran pembagian saluran. Persamaannya sebagai berikut (Jeans, 2009).

12. Diketahui evaporasi pada bulan Desember 150mm, curah hujan rencana 190 mm, pola
tanam adalah padi,padi,awal tanam bulan Nopember, koefisien tanaman pada bulan ke2 =
1,3 , perlokasi bulan ke2 = 150 mm, pengolahan tanah = 170 mm. hitung kebutuhan air di
sawah dalam satuan liter/det/ha.
Jawab :
evaporasi pada bulan Desember = 150mm
curah hujan rencana = 190 mm
pola tanam padi,padi
awal tanam bulan Nopember
koefisien tanaman pada bulan ke2 = 1,3
perlokasi bulan ke2 = 150 mm
pengolahan tanah = 170 mm
curah hujan efektif = 0,7 x 190 = 133 mm
pemakaian konsumtif = 1,2 x 150 = 180
kebutuhan air untuk tanaman = 180 + 150 = 330 mm
kebutuhan air disawah = 330 + 170 – 133 = 367 mm
kebutuhan air disawah 367 x 1 ha x (10000 x 31 x 24 x 3600)/ 1000 = 1,45 lt/dt.ha
13. Ada berapa macam bangunan ukur irigasi dan bagaimana karakteristiknya
Jawab :
Ada 3 Macam :
a. Alat Ukur Ambang Lebar
- Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk in
tinggi energy hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas
alat ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah
ada sekarang. Maka bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda –
beda , sementara debitnya tetap serupa.
b. Alat Ukur Romijn
- Kalua alat ukur romijn dibuat dengan mercu datar dan peralihan
penyempitan sesuai dengan , tebal debitnya sudah ada dengan kesalahan
kurang dari 3%
- Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan
- Kehilangan tinggi energy yang diperlukan untuk aliran moduler adalah
dibawah 33% dari tinggi energy hulu dengan mercu sebagai acuannya, yang
relatif kecil
- Alat ukur romijn dengan pintu bawah bisa diekpoitasi oleh orabg – orang
yang tak berwenang yaitu melewatkan air lebih banyak dari yang diizinkan
dengan cara menangangkat pintu bawah lebih tinggi lagi

c. Alat Ukur Crump-de Gruyter


- Δh = h1 – h2 cukup untuk menciptakan aliran kritis dibawah pintu. Ini benar
jika Δh= h1 – w, tetapi mungkin kurang bila peralihan pelebawan direncakan
sedemikian rupa sehingga sebagian dari tinggi kecepatan didalam leher
diperoleh kembali. Apabila terjadi aliran kritis , maka rencana peralihan
pelebaran yang sebenarnya tidak berpengaruh pada kalibrasi tinggi energy –
bukaan – debit dari bangunan tersebut
- Untuk menghindari lengkung garis aliran kritis dibawah pintu , panjang leher
L tidak boleh kurang dari h1
- Untuk mendapatkan aliran kritis dibawah pintu, dan untuk menghindari
pusaran air didepan pintu , bukaan pintu harus kurang dari 0,63 h1 untuk
pengukuran yang teliti , bukaan pintu harus lebih dari 0,02 m
- Aliran harus dialihkan ke bukaan pintu sedemikian sehingga tidak terjadi
pemisahan aliran dasar dan samping peralihan penyempitan tidak perlu
melengkung
- Bagian pintu geraknya seperti yang diperlihatkan
- Orifid/lubang yang dapat disetel dapat dikerjakan dengan teori hidrolika
yang sudah ada. Asalkan aliran kritis terjadi dibawah pintu, table debitnya
sudah adfa dengan kesalahan kurang dari 3%
- Kehilangan tinggi energy yang diperlukan untuk aliran moduler kurang dari
h1 – w kehilangan ini bisa diperkecil lagi jika peralihan pelebaran bertahap
dipakai dibelakang (hilir) leher. Sebagai contoh untuk peralihan pelebaran
kemiringan 1:6 , tinggi energy yang diperlukan h terkecil hingga 0,5 (h1-w) .
kehilangan ini lebih kecil daripada kehilangan yang diperlukan untuk bukaan
– bukaan yang lain
- Bangunan ini kuat , tidak mudah rusak
- Pada bangunan ini benda – benda hanyut cenderung tersangkut
14. Sebagai sarjana teknik harus dapat memilih jenis mana yang akan diterapkan . terkait
dengan hal ini sebutkan persyaratan bangunan ukur debit
Jawab :
a. Semua debit harus dapat dialirkan lewat bangunan ukur dan pengukuran harus
dapat dilaksanakandengan seksama.
b. Mudah dan cepat pelayanannya.
c. Tidak mahal pembuatandan pemeliharaannya.
d. Hasil pengukuran harus cukup teliti.
e. Alat pengukur harus dapat dikunci supaya tidak mudah diganggu.
f. Kehilangantekanan harus sekecil mungkin.
g. Harus peka sebagai akibat perubahandebit.
h. Rumus pengalirannyasederhana.
i. Terhindar dari gangguan sampah dan benda padat lainnya serta angkutan sedimen.
15. Apa fungsi kantong sedimen/sand pocket/saluran penangkap pasir/sand trap dan
bagaimana metode operasionalnya sehingga dapat berfungsi untuk menangkap sedimen
Jawab :
c) Fungsi kantong sedimen/sand pocket/saluran penangkap pasir/sand trap :
- Menampung dan menahan sebanyak mungkin material yang terangkut oleh
aliran debris
- Menahan sementara (retarding basin) banjir debris, agar debit puncak
berkurang, sehingga tidak terjadi luapan banjir debris di daerah hilir
d) Metode operasionalnya sehingga mampu menagkap sedimen sebagai berikut
- Bahan – bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong lumpur
biasa dan harus diangkat melalui jaringan saluran ke sawah – sawah .bahan
yang telah mengendap dikantong kemudian dibersihkan secara berkala
- Pembersihan biasanya dilakukan dengan melakukan / menggunakan aliran
air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke
sungai
- Dalam hal-hal tertentu , pembersihan dilakukan dengan cara yang lain yaitu
dengan jalan mengeruk
16. Diupayakan agar air yang mengalir masuk intake kandungan sedimennya serendah
mungkin agar tidak menyebabkan pendangkalan pada saluran.
Jawab :
Langkah perencanaan yang dimaksud yaitu ialah perencanaan pengaruh hidraulik keadaan
hidraulik yang paling ideal bila ditemukan lokasi bendung pada sungai yang lurus , pada
lokasi ini arah aliran sejajar , sedikit arus turbulen dan kecenderungan gerusan dan endapan
tebing kiri kanan relative sedikit. Dalam keadaan terpaksa bila tidak ditemukan bagian yang
lurus dapat ditolelir lokasi bendung tidak pada bagian sungai yang lurus betul. Perhatian
khusus harus diberikan pada posisi bangunan pengambilan yang harus terletak pada
tikungan luar sungai. Hal ini dimaksudkan agar pengambilan air irigasi bisa lancar masuk ke
intake dengan mencegah adanya endapan didepan pintu pengambilan . maksud ini akan
lebih ditunjang apabila terdapat bagian sungai yang lurus pada hulu lokasi bendung. Jika
semua syarat – syarat pemilihan lokasi terpenuho , tetapi syarat hidraulik yang kurang
menguntungkan , dalam keadaan demikian dapat diambil jalan kompromu dengan
membangun bendung pada kopur atau melakukan perbaikan hidraulik, dengan cara
perbaikan sungai atau Rwer Training.

17. Langkah perencanaan apa saja yang dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut tadi
Jawab :
Langkah perencanaan yang dimaksud yaitu ialah perencanaan pengaruh hidraulik keadaan
hidraulik yang paling ideal bila ditemukan lokasi bendung pada sungai yang lurus , pada
lokasi ini arah aliran sejajar , sedikit arus turbulen dan kecenderungan gerusan dan endapan
tebing kiri kanan relative sedikit. Dalam keadaan terpaksa bila tidak ditemukan bagian yang
lurus dapat ditolelir lokasi bendung tidak pada bagian sungai yang lurus betul. Perhatian
khusus harus diberikan pada posisi bangunan pengambilan yang harus terletak pada
tikungan luar sungai. Hal ini dimaksudkan agar pengambilan air irigasi bisa lancar masuk ke
intake dengan mencegah adanya endapan didepan pintu pengambilan . maksud ini akan
lebih ditunjang apabila terdapat bagian sungai yang lurus pada hulu lokasi bendung. Jika
semua syarat – syarat pemilihan lokasi terpenuho , tetapi syarat hidraulik yang kurang
menguntungkan , dalam keadaan demikian dapat diambil jalan kompromu dengan
membangun bendung pada kopur atau melakukan perbaikan hidraulik, dengan cara
perbaikan sungai atau Rwer Training.

18. Sebut komponen utama bendung tetap dan apa fungsi dari bagian komponen bendung
tetap
Jawab :
a. Ambang tetap , bangunan air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang sungai
atau sudetan, dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan ambang tetap
sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi
b. Mercu bendung , pada umumnya digunakan 2 tipe mercu untuk bangunan bendung
pelimpah , yaitu tipe bulat dan tipe ogec , kedua tipe mercu ini dapat dipakai baik untuk
konstruksi beton maupun pasangan batu
c. Tembok pangkal , tembok yang berada dikiri kanan pangkal bendung dengan tinggi
tertentu untuk menghalangi luapan aliran pada debit desain tertentu kesamping kiri /
kanan
d. Peredam energi , bagian dari struktur bangunan di hilir tubuh bendung yang terdiri dari
berbagai tipe,bentuk dan dikanan kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bendung dengan
tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu

19. Bagaimana cara menentukan elevasi mercu bendung untuk itu perlu mempertimbangkan
kriteria dan faktor – faktor apa saja.
Jawab :
Elevasi mercu bendung ditentukan berdasrkan beberapa pertimbangan, antara lain :
a. Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi
b. Keadaan tinggi air di sawah
c. Kehilangan tekanan mulai dari intake sampai dengan saluran tersier ditambah
kehilangan tekanan akibat exploitasi
d. Tekana yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di undersluice dan kantong
sedimen
e. Pengaruh elevasi mercu bendung terhadap panjang bendung untuk mengalirkan
debit banjir rencana
f. Untuk mendapatkan sifat aliran sempurna
Kriteria lain yang harus dipenuhi dalam penentuan elevasi mercu bendung yaitu :
a. Harus terpenuhi pencapaian pengaliran air ke seluruh wilayah pengaliran
b. Perkiraan respon morfologi sungai dibagian udik dan hilir terhadap bendung pada
elevasi tersebut
c. Kestabilan bangunan secara keseluruhan, biaya pembangunan, dengan tidak
menutup kemungkinan pemilihan lokasi lain.

20. Bagaimana pedoman dalam menentukan tipe Krib


Jawab :
formasi krib yaitu :
a. Krib Tegak lurus : krib yang arahnya tegak lurus aliran.
b. Krib condong kearah hulu disebut juga sebagai krib tajam : krib yang arahnya
menyerong ke hulu
c. Krib condong kearah hilir.
Penetapan tinggi krib pada umumnya akan lebih menguntungkan apabila evaluasi
mercu krib dapat dibuat serendah mungkin ditinjau dari stabilitas bangunan terhadap
gaya yang mempengaruhinya, sebaiknya elevasi mercu dibuat 0,50-1,00 meter diatas
elevasi rata-rata permukaan air rendah. Dari hasil pengamatan terhadap tinggi
berbagai jenis krib yang telah dibangun dan berfungsi dengan baik, diperoleh angka
perbandingan antara tinggi krib dan kedalaman air banjir (hg/h) sebesar 0,20 – 0,30.
Arah aliran dan sudut sumbu krib
Panjang dan jarak antara krib ditetapkan secara empiris yang didasarkan pada
pengamatan data sungai yang bersangakutan antara lain situasi sungai, lebar sungai,
kemiringan sungai, debit banjir, kedalaman air, debit normal, transportasi sedimen dan
kondisi sekeliling sungai. Krib memanjang adalah krib yang ditempatkan hampir sejajar
dengan arah arus sungai dan biasanya digunakan untuk melindungai tebing alur sungai
dan mengatur arah arus sungai agar alur sungai tidak mudah berpindah-pindah.

21. Jelaskan struktur dan fungsi dari bangunan a) Check Dam , b) Groundsill / ambang , c) Krib
Jawab :
a) Check dam
Check Dam : suatu bangunan yang dibangun di lembah sungai yang cukup dalam
untuk menahan, menampung dan mengendalikan sedimen agar jumlah sedimen
yang mengalir menjadi lebih kecil
Tanggul penghambat dibuat dengan luas daerah tangkapan air dari 100 – 250 ha,
dan dapat lebih luas untuk wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai curah hujan
yang rendah. Tinggi dan panjang bendungan maksimal adalah 10 meter tergantung
pada kondisi geologi dan topografi lokasi yang bersangkutan. Pembuatan tanggul
penghambat biasanya dilakukan pada musim kemarau.
b) Groundsill / ambang
Groundsill / Ambang : berfungsi untuk mengendalikan ketinggian dan kemiringan
dasar sungai, agar dapat mengurangi atau menghentikan degradasi sungai.
Bangunan ini juga dibangun untuk menjaga agar dasar sungai tidak turun terlalu
berlebihan. Pengertian groundsil atau ambang adalah sebuah bangunan yang
didirikan secara melintang sungai. Hal ini dilakukan agar bagian bawah sungai tidak
mengalami penurunan secara berlebihan. Hal ini dikarenakan jumlah pasokan
sedimen mengalami penggerusan dari hulu maupun disebabkan aktivitas
penambangan liar. Apabila kegiatan tersebut tidak diatasi maka saat banjir bandang
menerjang dengan arus air yang kuat dapat merusak pilar maupun tiang jembatan
sehingga menyebabkan kehancuran jembatan. Kerusakan lebih parah apabila
gerusan dasar sungai dan tanggul sungai mengalami kehancuran. Penggerusan di
bagian dasar sungai dapat mengakibatkan perubahan arah aliran sungai dari suatu
lokasi karena adanya pembangunan pilar jembatan yang ada di tengah sungai.
Kondisi tersebut sangat membutuhkan groundsill agar tidak terjadi degradasi di
bagian bawah atau dasar sungai.
c) Krib
Krib bangunan yang dibuat mulai dari tebing – tebing sungai kearah tengah guna
mengatur sungai

22. Jelaskan pedoman perencanaan penentuan formasi dan penetapan elemen – elemen krib
Jawab :
a. Krib Tegak lurus : krib yang arahnya tegak lurus aliran.
b. Krib condong kearah hulu disebut juga sebagai krib tajam : krib yang arahnya
menyerong ke hulu
c. Krib condong kearah hilir.
Penetapan tinggi krib pada umumnya akan lebih menguntungkan apabila evaluasi mercu
krib dapat dibuat serendah mungkin ditinjau dari stabilitas bangunan terhadap gaya
yang mempengaruhinya, sebaiknya elevasi mercu dibuat 0,50-1,00 meter diatas elevasi
rata-rata permukaan air rendah. Dari hasil pengamatan terhadap tinggi berbagai jenis
krib yang telah dibangun dan berfungsi dengan baik, diperoleh angka perbandingan
antara tinggi krib dan kedalaman air banjir (hg/h) sebesar 0,20 – 0,30.

Arah aliran dan sudut sumbu krib


Panjang dan jarak antara krib ditetapkan secara empiris yang didasarkan pada
pengamatan data sungai yang bersangakutan antara lain situasi sungai, lebar sungai,
kemiringan sungai, debit banjir, kedalaman air, debit normal, transportasi sedimen dan
kondisi sekeliling sungai. Krib memanjang adalah krib yang ditempatkan hampir sejajar
dengan arah arus sungai dan biasanya digunakan untuk melindungai tebing alur sungai
dan mengatur arah arus sungai agar alur sungai tidak mudah berpindah-pindah.

23. Sebutkan dan beri uraian jenis bangunan pengaturan sungai


Jawab :
a. Perkuatan lereng (revetments) adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan
suatu lereng guna melindungi suatu tebing aIm sungai atau permukaan lereng
tanggul dan secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas allur sungai atau
tubuh tanggul yang dilindunginya.
b. Pengarah arus Krib adalah bangunan air yang secara aktif mengatur arah arus sungai
dan mempunyai efek positif yang besar jika dibangun secara benar. Sebaliknya ,
apabila krib dibangun secara kurang semestinya, maka tebing dise.berangnyadan
bagian sungai sebelah hilir akan mengalami kerusakan.

c. Tanggul disepanjang sungai adalah salah satu bangunan yang paling utama dan
paling penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat
terhadap genangan-genanganyang disebabkan oleh banjir dan badai (gelombang
pasang).
d. Check dam adalah bangunan yang berfungsi menampung dan atau menahan
sedimen dalam jangka waktu sementara atau tetap, dan harns tetap melewatkan
aliran air baik melalui mercu maupun tubuh bangunan.
e. Ground Sill adalah Bangunan ini direncanakan berupa ambang atau lantai dan
berfungsi untuk mengendalikan ketinggian dan kemiringan dasar sungai, agar dapat
mengurangi atau menghentikan degradasi sungai.
Bagian B (referensi bebas bias dari internet atau referensi lain termasuk lengkapi
dengan foto penjelasan)

1. Uraikan apa saja masalah teknis yang anda ketahui tentang fungsi dari Check Dam
Jawab :

Check Dam atau Dam Penahan adalah suatu bangunan yang dibangun di

lembah sungai yang cukup dalam untuk menahan, menampung dan mengendalikan

sedimen agar jumlah sedimen yang mengalir menjadi lebih kecil. Atau sebagai sarana

untuk usaha melestarikan sumber-sumber air dan pengendalian sedimen (Dasar –

dasar teknik sungai. Prof Oehadijono.1993).

Gambar 2.1 Check Dam

Dalam pemilihan lokasi check dam harus pada lokasi yang paling

menguntungkan di berbagai aspek, seperti dari segi perencanaan, pengoperasian,

dampak bangunan, dan sebagainya. Pemilihan lokasi check dam dipilih atas beberapa

pertimbangan, antara lain :


1. Kondisi topografi di sekitar check dam

`Check dam sebaiknya ditempatkan di daerah yang relatif datar dan luas agar

volume tampungan menjadi lebih besar, dan gaya yang bekerja relatif lebih kecil

dibandingkan dengan daerah yang agak curam.

2. Kondisi hidraulik dan morfologi sungai yang meliputi :

a. Pola aliran sungai, kecepatan alirannya disaat debit banjir, sedang,

dan kecil.

b. Kedalaman dan lebar muka air disaat debit banjir, sedang, dan kecil.

c. Tinggi muka air pada waktu debit banjir rencana.

3. Kondisi Tanah pondasi

Check dam sebaiknya ditempatkan pada tanah yang pondasinya cukup baik,

agar bangunan menjadi kokoh dan stabil. Secara teknis check dam bisa saja

dibangun pada tanah yang pondasinya kurang baik, namun hal ini dapat

menimbulkan biaya yang besar, dan pengerjaan yang cukup sulit.

4. Biaya Pelaksanaan

Beberapa alternatif lokasi juga harus mempertimbangkan besarnya biaya

pelaksanaan, teknis pengerjaan, dan tenaga yang dibutuhkan.

5. Faktor-faktor lainnya

Faktor lain yang mesti dipertimbangkan adalah penggunaan lahan disekitar

bangunan, kemungkinan pengembangan daerah di sekitar check dam,

perubahan morfologi sungai dan sebagainya.


Daerah Pengaliran Sungai

Pada dasarnya perlakukan terhadap suatu sungai secara langsung juga akan

mempengaruhi kondisi alamiahnya. Secara hidrologis, sesuai dengan lokasi daerah

studi daerah pengairan sungai Batang Suliti berhulu sungai di jajaran perbukitan bukit

barisan di bagian timur dan bermuara di Batang Bangko di teruskan ke Batang Hari

Pantai Timur Sumatera, kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok. Di

hulu batang suliti atau di sekitar bendung yang terdapat di batang suliti banyak

terdapat endapan sedimen,serta di bagian hilir banyak terdapat batuan dan juga

endapan sedimen. Fenomena tersebut menggindikasikan bahwa sungai mempunyai

kemiringan yang tinggi atau dekat dengan sumber produksi sedimen.

Endapan sedimen yang tidak terkendali selalu menjadi masalah setiap bangunan

air yang disebabkan oleh salah posisi bangunan tsb atau pengrusakan hutan di

Catchment Area hulu sungai. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, khusus

Bendung Batang Suliti sering terjadi kekurangan pasokan air sawah yang disebabkan

banyak endapan sedimen disaluran kiri atau kanan. Oleh karena itu diperlukan sebuah

infrastruktur sungai berbentuk check dam yang berfungsi untuk menahan sedimen-

sedimen sungai yang mengalir di sungai tersebut.

2. Apa masalah teknis yang dapat anda jelaskan tentang Ground Sill
Jawab :

Ground Sill (Ambang/drempel) adalah bangunan yang dibangun melintang sungai


untuk menjaga agar dasar sungai tidak turun terlalu berlebihan.
Penurunan berlebihan tersebut terjadi karena berkurangnya pasokan sedimen
dari hulu ataupun karena aktifitas penambangan yang berlebihan. Akibat dari
aktifitas tersebut pada waktu banjir akan terjadi arus air yang tak terkontrol
sehingga akan mengakibatkan rusak/hancurnya bangunan pondasi perkuatan
lereng ataupun pilar-pilar jembatan. Akibat yang lebih parah adalah tergerusnya
dasar sungai dan hancurnya tanggul-tanggul sungai. Penggerusan dasar sungai
secara lokal dapat juga terjadi akibat berubahnya arus air di suatu lokasi akibat
dibangunnya pilar jembatan ditengah alur sungai. Dalam keadaan seperti diatas
perlu adanya pembangunan ground sill untuk menghindari terjadinya penurunan
dasar sungai (degradasi).

Tipe dan Bentuk Ground Sill

Agar tidak terjadi gerusan yang berlebihan di bagian hilir ambang, maka
desain ambang hendaknya tidak terlalu tinggi, akan tetapi jika ambang terlalu
rendah, pengamanan dasar sungai akan tidak terlalu efektif terutama saat banjir.
Paling tidak terdapat dua (2) tipe umum ambang, yaitu ambang datar (bed gindle
work) dan ambang pelimpah (head work). Ambang datar hampir tidak
mempunyai terjunan dan elevasi mercunya hampir sama dengan permukaaan
dasar sungai dan berfungsi untuk menjaga agar permukaan dasar sungai tidak
turun lagi. Sedangkan ambang pelimpah mempunyai terjunan, sehingga elevasi
permukaan dasar sungai di sebelah hulu ambang lebih tinggi dari elevasi
permukaan dasar di sebelah hilirnya dan tujuannya adalah untuk lebih
melandaikan kemiringan dasar sungai.
Ambang pelimpah hendaknya direncanakan agar secar hidrolis dapat
berfungsi dengan baik, antara lain denahnya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tegak lurus dengan arah sungai, khususnya saat banjir. Pada Gambar
3.15 terdapat 4 jenis ambang, tetapi yang sering dibangun adalah tipe tegak lurus
(a) karena murah dan mudah pelaksanaannya, adapun tipe diagonal (d) jarang
digunakan karena ambang menjadi lebih panjang dan limpasan air terpusat di
tengah ambang, selain itu biaya pengerjaan juga lebih mahal.

Gambar 3.16 Denah ambang dan arah limpasan air


Desain Ground Sill

Untuk menghindari terjadinya gerusan disebelah hilir ambang, maka


ketinggian ambang perlu direncanakan secara matang. Karena jika ambang terlalu
rendah maka fungsinya akan kurang berarti apalagi jika banjir melanda.
Perhitungan Ketinggian air
Tinggi air di atas Ground Sill ( h )
Untuk mencarinya digunakan
rumus :
2
Q = 2m C
2B2 )h 2
(2g)(3B1 

Dimana : Q = Debit rencana (m 3/dt)


3

m2 = Kemiringan tepi peluap


g = Percepatan grafitasi (m2/dt)
C = Koefisien debit (0,6-0,68) B1
= Lebar bagian bawah sungai B2 =
Lebar bagian atas sungai B1 =

αxQ½ (Teori Regim)

Tabel 3.10 Tabel Nilai α

Luas DAS (Km²) Α


A≤1 2-3
1 < A ≤ 10 2-4
10 < A ≤ 100 2-5
A > 100 2-6

(Sumber : Design of Sabo Facilities, JICA 1985 dalam Diktat Kuliah Bangunan Air, Ir. Salamun MS)
h = Tinggi air diatas ground sill

Untuk penampang trapesium

B 2 = B 1 + 2 m2 h

Jika : m2 = 0,5

C = 0,60

(Sumber : Design of Sabo Facilities, JICA 1985 dalam Diktat Kuliah Bangunan
Air, Ir. Salamun MS)

 Kecepatan Aliran diatas Mercu

A1 = 0,5(B1+B2) h (3.63)

V1 = Q/A1 (3.64)

v2

1
hv = (3.65)
2g

E = h + hv (3.66)

 Kedalaman Aliran diatas Mercu

h1 = 2/3 h (3.67)

A2 = (B1+0,5d) d (3.68)

V2 = Q/A2 (3.69)
Vrata-rata =1/2 (V1+V2) (3.70)

(Sumber : Design of Sabo Facilities, JICA 1985 dalam Diktat Kuliah Bangunan Air, Ir. Salamun MS)

Gambar 3.17 Sketsa penampang melintang saluran

Desain Mercu Ground Sill

Dalam perencanaan ground sill diambil tinggi kisaran 0-2 m. Hal ini
didasarkan karena fungsinya yang hanya untuk menjaga agar kemiringan sungai
agar tidak tergerus, selain itu jika tinggi ground sill berlebihan dikhawatirkan
terjadi bahaya piping.
Jika dikaitkan dengan fungsinya, maka desain mercu ground sill harus kuat
menahan aliran sedimen, jadi harus kuat menahan benturan, baik benturan
karena aliran sedimen, maupun benturan karena batang pohon yang hanyut.
Adapun lebar mercu yang disarankan dapat dilihat pada Tabel 3.11

Perkiraan lebar mercu ground sill

Lebar mercu B = 1,5 ~ 2,5 m B=3~4m


Material Pasir dan kerikil atau Batu-batu besar
kerikil dan batu
Hidrologis Kandungan sedimen Debris flow kecil

sedikit sampai banyak sampai besar


(Sumber : Design of Sabo Facilities, JICA 1985 dalam Diktat Kuliah Bangunan Air, Ir. Salamun MS)

Untuk menghitung tinggi jagaan dapat digunakan


3
pedoman : Untuk Q < 200 (m /dt) → 0,6 m
3
Untuk 200 < Q < 500 (m /dt) → 0,8 m
3
Untuk Q > 500 (m /dt) →1m

+D

+C hj
+C

h h
1

+D
+A
Hg

Gambar 3.18 Sketsa mercu ground sill

3. Apa masalah teknis yang dapat anda jelaskan tentang Krib di Sungai
Jawab :

Krib merupakan suatu bentuk pelindung tebing yang digunakan untuk melindungi tebing
sungai dari bahaya gerusan lokal dan gejala meander karena arus, krib berfungsi
mengarahkan arus (aliran) sungai. Krib adalah bangunan yang di mulai dari tebing sungai
kearah tengah guna mengatur arah aliran sungai, dan dapat berfungsi mengurangi kecepatan
aliran sungai, mengendalikan arah sedimentasi dan dapat mengurangi dampak kerusakan
tebing sungai terhadap gerusan. konstruksi krib merupakan konstruksi bangunan pengaman
tebing, kontruksi ini dibuat jika palung sungai sudah terlanjur pada kondisi yang kurang
menguntungkan dan perlu diubah atau dikendalikan ke kondisi yang lebih baik.
Gaya sentrifugal pada belokan akan menyebabkan timbulnya arus melintang sungai yang
selanjutnya bersama dengan aliran utama akan membentuk aliran helicoidal. Besarnya
kecepatan arus melintang ini berkisar antara 10% - 15% dari kecepatan arah utama aliran,
Dengan demikian pada sungai yang bermeander Erosi akan terjadi pada sisi luar belokan dan
pengendapan terjadi pada sisi dalam belokan.

Erosi atau penggerusan terjadi akibat adanya turbulensi tambahan yang disebabkan oleh
terganggunya aliran maupun arahnya. Akibatnya terjadi material dasar atau tebing saluran
yang hanyut atau bergerak terbawa oleh aliran. Untuk mengatasi erosi pada tebing dapat
dilakukan dengan memakai dinding penahan berupa; bronjong, krib maupun tiang pancang

Karakteristik krib
Berdasarkan tingkat permeabilitas krib diklasifikasikan menjadi 3 tipe
konstruksi krib yaitu : krib permeabel, krib impermeabel dan krib semi
impermeabel (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985 : 174).
Klasifikasi 3 (tiga) tipe konstruksi krib yaitu :

1. Krib Permeabel
Pada tipe permeabel air dapat mengalir melalui krib.
2. Krib Impermeabel
Krib tipe impermeabel disebut pula krib padat, air sungai tidak dapat
mengalir melalui tubuh krib.
3. Krib Semi - Permeabel
Krib semi permeabel ini berfungsi ganda yaitu sebagai krib permeabel dan
krib padat. Biasanya bagian yang padat terletak di sebelah bawah dan
berfungsi sebagai pondasi.

Pemilihan tipe krib

Tipe krib yang cocok untuk suatu lokasi harus ditentukan berdasarkan keadaan
sungai pada lokasi tersebut dengan memperhatikan tujuan pembuatannya
(Sosrodarsono dan Tominaga, 1985 : 185). Tipe krib ditetapkan berdasarkan fungsi hidrolika
dari krib. Dalam proses penetuan tipe krib diperlukan hal-hal sebagai berikut :

a. Krib permeabel yang rendah dengan konsolidasi pondasi biasanya cukup memadai
untuk melindungi tebing sungai.
b. Krib tidak cocok untuk sungai yang sempit alurnya atau untuk sungai-sungai kecil.
c. Krib permeabel bercelah besar seperti krib tiang pancang sangat sesuai untuk
sungai- sungai yang arusnya tidak deras.
d. Kombinasi krib tipe rangka dan konsolidasi pondasi tipe beton blok biasanya cocok
untuk sungai yang arusnya deras.
Perencanaan krib

a. Jarak antar krib


Jarak (interval) krib biasanya ditetapkan sedemikian rupa sehingga arus sungai
diujung krib yang lebih hulu dapat diterima oleh krib yang dilindungi disebelah hilir
krib pertama tersebut. Pada bagian-bagian sungai yang airnya dalam kemungkinan
dapat terjadi pukulan air (water hammer), (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985 : 179),
untuk menghitung jarak antar krib digunakan persamaan sebagai berikut :

dimana Lk = interval/jarak antar krib (m) ;

Lk = parameter empiris (  0,6); Ce = koefisien Chezy (m1/2/dt) (45 untuk sungai); g =


percepatan gravitasi (m/dt2).

b. Formasi krib

Formasi krib yang umumnya diterapkan yaitu tegak lurus aliran, condong
kearah hulu, condong kearah hilir dan kombinasi.
Gambar 1. Formasi krib dan proses

penggerusan-pengendapan pada dasar sungai

Sudut-sudut yang paling cocok antara arah aliran dan sudut sumbu krib untuk
berbagai krib (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985 : 178).

c. Tinggi krib

Lebih efisien apabila elevasi mercu krib dapat dibuat serendah mungkin,
ditinjau dari segi keamanan terhadap gaya-gaya yang berat dari arus sungai.
Elevasi mercu ujung krib sebaiknya sekitar 0,5 - 1,0 m diatas permukaan air
rendah (rata-rata permukaan air rendah). Dari hasil pengamatan diperoleh
angka perbandingan antara tinggi krib dan kedalaman air banjir (angka hg/H)
sekitar 0,2- 0,3.
d. Panjang krib

Panjang krib ditetapkan secara empiris (tanpa menggunakan aturan khusus), hanya
dengan perkiraan semata-mata dan didasarkan pada pengamatan data sungai yang
bersangkutan, antara lain situasi sungai, lebar sungai, kemiringan sungai, debit banjir,
kedalaman air sungai, debit normal, bahan yang terdapat didasar sungai, kondisi
disekeliling sungai serta pengalaman- pengalaman pada sungai tersebut atau sungai
yang dimensi serta perilakunya hampir sama (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985 :
178- 179). Untuk menghitung panjang krib digunakan persamaan sebagai berikut :

Lk  10%B

Dimana ;

lk = panjang krib (m); B = lebar sungai (m)

4. Apa masalah teknis yang dapat anda jelaskan tentang jenis – jenis irigasi
Jawab :
Macam-macam Irigsi :
Berdasarkan Status Jaringan Irigasi
a) Irigasi Pemerintah: Adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Irigasi pemerintah umumnya
berukuran besar.
b) Irigasi Desa: Adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat
desa. Tidak jarang masyarakat desa secara gotong royong membangun sendiri jaringan
irigasinya, karena pembangunan dari pemerintah belum mampu menjangkau daerahnya.
Ukuran luas irigasi desa berkisar antara 100 – 500 ha dengan kelengkapan jaringan yang lebih
sederhana
c) Irigasi Swasta: Adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh swasta atau
perseorangan untuk keperluannya sendiri, misalnya jika swasta membuka usaha perkebunan
maka dapat membangun dan mengelola jaringan irigasi untuk keperluannya sendiri.

Berdasarkan Tingkat Teknis


a) Irigasi Teknis: Adalah jaringan irigasi dimana airnya diatur dan dapat diukur. Untuk
dapat mengatur air yang masuk atau keluar, jaringan irigasi ini dilengkapi dengan pintu.
Untuk mengukur besarnya aliran air, jaringan irigasi ini dilengkapi dengan bangunan ukur
yang bisa berupa papan berskala, bangunan ukur khusus (contoh: Cipoleti, Venturi dan lain-
lain). Umumnya pintu air dimanfaatkan sekaligus berfungsi sebagai bangunan ukur, misalnya:
pintu sorong, pintu Romijn, Crump de Gruyter dan sebagainya).
b) Irigasi Setengah Teknis: Adalah jaringan irigasi yang airnya dapat diatur tetapi
tidak dapat diukur. Jaringan ini dilengkapi dengan pintu tetapi tidak dengan bangunan/alat
ukur.
c) Irigasi Sederhana: Adalah jaringan irigasi yang tidak dilengkapi bangunan ukur
maupun pintu. Kalaupun ada pintu, bangunan pintu itu tidak permanen dan sangat
sederhana sehingga mudah rusak.

Berdasarkan Aplikasi Air


a) Irigasi Genangan: Adalah pemberian air dengan cara menggenangi lahan tempat
tanaman tumbuh. Irigasi genangan ini diperuntukkan bagi tanaman padi. Di negara tropis
seperti Indonesia, tingginya genangan antara 15-20 cm yang berguna bagi: menjaga
temperatur tanaman agar tidak terlalu panas, melarutkan pupuk agar mudah terserap akar
tanaman, mengurangi/menangkal serangan hama dan sekaligus dapat untuk memelihara
ikan dalam petak sawah.
b) Irigasi Sprinkler: Adalah pemberian air dengan cara menyiram tanaman. Cara ini
digunakan bagi tanaman hortikultura atau tanaman lain yang tidak memerlukan banyak air.
Di negara yang bukan tropis, karena temperaturnya tidak tinggi, hampir seluruh irigasinya
dilakukan dengan springkler, seperti tanaman gandum, rumput, buah-buahan berpohon kecil
dan tanaman kecil lainnya.
c) Irigasi Tetes (drip): Adalah pemberian air dengan cara meneteskan. Cara pemberian
air seperti ini dilakukan bagi tanaman besar yang tidak memerlukan air banyak.

Berdasarkan Sumber Air


a) Irigasi Air Permukaan: Adalah irigasi yang sumber airnya dari air yang mengalir diatas
permukaan tanah misalnya dari sungai atau air dari danau atau waduk. Irigasi tersebut
dibedakan atas lima golongan, yaitu:
1) Irigasi Alur (furrow irrigation) Air irigasi dialirkan melalui alur-alur di sela- sela petakan
(gambar 3.1) untuk dapat mengairi tanaman di sebelah kanan dan kirinya. Pergerakan air
dari alur dapat dilihat pada gambar
III.2. Sistem irigasi ini sangat cocok untuk tanaman yang ditanam secara lajur, seperti jagung,
tebu, kentang, tomat dan buah-buahan. Alur biasanya dibuat dengan dengan mengikuti
kemiringan lahan dan kemiringan alur minimum berkisar 0,05%, sebaiknya antara 15-40 cm.
Panjang alur biasanya antara 25-500 m sedangkan jarak alur satu dengan yang lainnya
berkisar antara 0,3-2 m. Kelebihan lain dari sistem ini adalah tanaman tidak secara langsung
terkena air yang dapat mempengaruhi produksi baik kuantitas maupun kualitas.

Gambar 3.1. Skema Irigasi Alur

Gambar 3.2. Pergerakan Air dari Alur


2) Irigasi gelombang (corrugation irrigation) Sistem irigasi ini hampir sama dengan sistem
alur, hanya lebih rendah dan lebih lebar (gambar 3.3). Irigasi gelombang biasanya digunakan
terutama untuk tanaman padi- padian maupun rumput makanan ternak. Sistem irigasi model
ini di Indonesia belum banyak dikenal.
Gambar 3.3. Skema Irigasi Gelombang

3) Irigasi Penggenangan Petak Jalur (border strip irrigation) Caranya adalah lahan dibuat
petakan yang masing-masing petakan dibatasi oleh galengan atau pematang (gambar 3.4), di
sebelah atas dibatasi oleh saluran pembawa kemudian di sebelah bawah oleh saluran
pembuang (drainasi). Irigasi petak jalur sungai cocok untuk tanaman padi-padian, rumput
makanan ternak dan tanaman lainnya yang ditanam dengan jarak yang rapat.

Gambar 3.4. Skema Irigasi Petak Jalur


4) Irigasi genangan (check atau basin irrigation). Lahan untuk irigasi dibuat sistem genangan
dengan dibatasi oleh galengan. Irigasi ini lebih banyak digunakan untuk padi sawah atau
untuk tanaman buah-buahan. Sebagian besar penanaman padi di Indonesia menggunakan
sistem irigasi genangan ini.
5) Sistem Irigasi di bawah Permukaan Tanah. Pada sistem ini air irigasi dimaksudkan untuk
meninggikan muka air tanah agar lapisan akar mendapat air melalui kapiler (gambar 3.5).
Sistem irigasi ini banyak digunakan pada lahan yang banyak mengandung gambut.

Gambar 3.5. Skema Irigasi Bawah Tanah

b) Irigasi Air Tanah: Adalah irigasi yang sumber airnya dari air yang berada di bawah
permukaan tanah. Untuk dapat memanfaatkannya, air dipompa sampai permukaan tanah
kemudian dialirkan ke lahan. Pengembangan irigasi air tanah ini harus dilakukan dengan
sangat hati-hati. Pengambilan air tanah yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Kota Jakarta misalnya, karena kekosongan air di dalam tanah, mengakibatkan
beberapa bangunan besar ambles. Disusul oleh air laut yang menyusup dan merembes
sejauh lebih dari 20 km dari pantai. Pengisian kembali (recharge) dari air hujan memerlukan
waktu sangat panjang sedangkan pemompaan dari dalam tanah jauh lebih cepat.
Pemompaan air tanah di daerah bukan perkotaan, dalam jangka panjang akan
mengakibatkan hal yang sama. Dimusim kemarau, sumur-sumur dan aliran air di sungai akan
kekurangan air. Karena itu irigasi air tanah hanya sebagai pendukung terhadap irigasi air
permukaan dan hanya dibangun jika lokasi itu air permukaan tidak ada sementara air tanah
berlebihan.
Pengembangan irigasi air tanah di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1970 sebagian besar
ada di Jawa Timur. Dalam 20 tahun pertama, Proyek Pengembangan Air Tanah (PAT) lebih
difokuskan pada nilai sosial ekonominya dibandingkan terhadap aspek teknis dan efektifitas
ekonominya. Tahun 1987 - 1991 PAT mulai menerapkan the least cost and most appropriate
technologies for developing geroundwater resources dengan adanya bantuan dana Bank
Dunia melalui Irrigaion Sub Sector Project (ISSP).
Salah satu segi positif pemanfaatan air tanah segi positif pemanfaatan air tanah ialah sebagai
proyek yang dapat segera dimanfaatkan (quick yielding) karena pembuatan sumur bor (tube
well) dan pemasangan pompa dapat segera dilakasakan bagi daerah tertentu yang baik
potemsi air tanahnya.

Air tanah dapat merupakan sumber air utama, atau secara terpadu bersama-sama dengan
air permukaan memenuhi air irigasi (conjunctive use). Pengelolaan terpadu dalam
penggunaan air permukaan dan air tanah diperlukan terutama pada pemanfaatan air tanah
sebagai pengganti air permukaan pada musim kemarau dan/atau sebagai tambahan (suplesi)
bagi irigasi permukaan.

Kriteria pemilihan daerah pengembangan irigasi air tanah didasarkan pada:


a) Daerah pertanian yang intensif dan berpenduduk padat.
b) Daerah yang kekurangan air, dimana tidak terdapat air permukaan.
c) Mendapat tanggapan dari petani serta dukungan dari Pemerintah Daerah setempat
sehingga akan terjamin terselenggaranya pengoperasian dan pemeliharaan pompa.
d) Potensi air tanah di daerah tersebut dapat dikembangkan untuk keperluan irigasi.
e) Pembuatan sumur bor.

Dengan mesin bor atau alat lain, pada tanah dibuat lubang dengan diameter 25 – 55 cm
dengan kedalaman 30 – 120 m, tergantung kualitas air yang dibutuhkan dan tebal serta mutu
akuifer yang dijumpai. Dengan data akuifer direncanakan susunan pipa-pipa berlubang
(screen) pada daerah akuifer. Pipa dimasukkan, lalu ruang antara pipa dan lubang bor diisi
kerikil (gravel pack). Sumur selesai setelah dicuci dengan menekan angin sehingga air keluar
sumur sampai bersih. Setelah itu baru dipasang pompa. Air mengalir dari akuifer melalui
screen masuk ke sumur dan diisap oleh pompa.
c) Sawah Tadah Hujan: Sistem irigasi di Indonesia dikembangkan untuk mengairi
persawahan, walaupun tidak semua persawahan yang ada sekarang ini dilayani oleh sistem
irigasi. Persawahan itu sendiri dikembangkan secara bertahap sejalan dengan kemampuan
masyarakat setempat menanggapi umpan balik yang berasal dari lingkungan produksi.
Dalam tahap awal pengembangan lahan dimulai dengan pembukaan areal hutan atau semak
belukar menjadi lahan yang siap untuk ditanami. Dalam perkembangan lebih lanjut dilakukan
perataan tanah dan pembuatan pematang- pematang untuk memungkinkan air hujan dapat
ditampung lebih lama khususnya untuk budidaya padi. Sejak itulah, mulai berkembang
budaya pertanian sawah tadah hujan. Dalam tahap berikutnya mulai dikembangkan irigasi
untuk memberikan air ke lahan yang memerlukan sebagai pelengkap pemberian air oleh
hujan. Daerah-daerah irigasi umumnya dimulai pada areal sawah tadah hujan dan
berkembang dalam waktu yang cukup lama dengan tahap-tahapnya tersendiri.

Berdasarkan Teknis Pemberian Air


a). Gravitasi: irigasi gravitasi air permukaan adalah sistem irigasi yang pengaliran air dan
sumbernya ke lapangan menggunakan metode gravitasi, dan sumber airnya berasal dari air
permukaan yang pengambilan airnya menggunakan bending, waduk, bangunan penangkap,
pengambilan bebas (free intake) atau pompa air.

Sampai sekarang, pemanfaatan sumber daya air yang paling banyak dan terus dilakukan
adalah penyadapan atau pengambilan (diversion) air sungai terutama dengan bending (weir)
untuk meninggikan muka air untuk kemudian dialirkan dengan saluran pembawa dan
pembagi air (convenyance and distributor) ke hilir ke daerah yang memerlukan – yaitu petak
atau persil tanah/bawah yang dapat ditanami tanaman beririgasi yang bernilai ekonomis
dilihat dari segi usaha tani dan investasi sarana irigasi yang bersangkutan.

b). Bertekanan: Pemberian air biasanya dilakukan dengan cara disiram atau cara tetes. Irigasi
siraman mengupayakan air irigasi seperti air hujan. Cara irigasi ini dilihat dari penggunaan air
mempunyai efisiensi yang cukup tinggi karena kehilangan terhadap perkolasi dapat
dikurangi, serta airnya dapat diberikan secara merata. Sistem irigasi bertekanan dilakukan
dengan tiga cara, yaitu:
1). Dilakukan dengan gembor (lihat gambar 3.6): Sistem ini banyak digunakan dalam
penanaman palawija seperti bawang atau sayuran. Sistem ini di Indonesia banyak ditemukan
pada daerah yang airnya sangat terbatas, terutama pada musim kemarau.

Gambar 3.6. Irigasi Siraman Gembor

2). Dilakukan dengan Springkler: Cara ini di mana air yang bertekanan tinggi dialirkan ke
dalam pipa yang ujungnya dipasangi nozzle (lihat Gambar 3.7).

Gambar 3.7. Sprinkler


3). Dilakukan dengan tetesan air (drip irrigation): Sebelum sama seperti springkler, akan
tetapi irigasi tetes teresebut dengan mengalirkan air ke dalam pipa di mana airnya tidak
memancar akan tetapi menetes. Irigasi ini biasanya untuk buah-buahan atau sayur-sayuran
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pemakaian airnya lebih efisien dan efektif kerana
debit dapat disesuaikan dengan evapotranspirasi, dan tidak ada perkolasi di mana daerah
basah hanya bagian dari akar tanaman saja (lihat Gambar 3.8). Sistem Springkler dan tetesan
air di Indonesia ini belum dikenal dengan baik.
Gambar 3.8. Pembahasan Irigasi Tetes

Berdasarkan Tujuan Penggunaan Air


a). Irigasi Persawahan: Adalah irigasi untuk memberi air ke sawah atau lahan tanaman
lainnya.
b). Irigasi Tambak: Adalah jaringan irigasi untuk mengalirkan air bagi pertambakan.
Sebagaimana kita tahu bahwa perikanan tambak memerlukan air payau yakni campuran
antara air tawar umumnya sisa air persawahan. Namun demikian makin intensifnya
penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlabihan, maka mutu air tawarnya sangat
rendah dan justru menjadi racun bagi ikan di tambak. Karena itu dibangunlah irigasi khusus
untuk pertambakan.

5. Apa masalah teknis yang dapat anda jelaskan tentang Bendung


Jawab :
Bendung adalah bangunan (atau komplek bangunan) melintang sungai yang berfungsi
mempertinggi elevasi air dan membelokkan air agar dapat mengalir ke saluran dan masuk ke
sawah untuk keperluan irigasi.
Secara fisik bagian-bagian bendung antara lain :
- Tubuh bendung
- Peredam energy
- Bangunan pembilas
- Pintu pengambilan
- Kantong lumpur
- Tanggul banjir
- Rumah jaga
- Bangunan lainnya

Secara umum bendung dibatasi :

- Beda tinggi muka air hulu hilir 6 -7 m

- Daerah aliran sungai 500 km2

- Pengambilan air irigasi 25 m3/dt

- Diluar batasan itu, harus dikaji spesialis ahli.

Bendung Gerak : seperti bendung dilengkapi dengan pintu untuk mengatur muka air.

Operasi pintu : air kecil pintu ditutup, air naik dan membelok ke saluran.
Air banjir, pintu barrage dibuka, pintu pengambilan ditutup,mencegah sedimen masuk
saluran.
Keuntungan : tanggul banjir rendah, mengurangi daerah genangan.
Denah Bangunan Utama

Potongan Bendung (Contoh Tipe USBR)


TIPE BENDUNG

Digolongkan dua besar :

1. Bangunan mempengaruhi air di hulu : bendung, embung,bendungan,cek dam.

2. Bangunan tidak mempengaruhi air di hulu : bendung gerak, pengambilan bebas,


pompa, bendung gerak.

Dari jenis bahan bangunan :

1. Beton : Mantap,mahal,dari sisi cara pengerjaan mutu terjamin,lebih


homogeen,awet,tahan erosi air.

2. Pasangan batu : Mantap,relatif murah, mutu tergantung masing2 tukang,kurang


homogeen,awet,mudah retak akibat setlemen.

Dari sisi fungsi pengatur muka air :

1. Pengatur muka air : bendung, bendung gerak, bendung karet

2. Bangunan muka air bebas : pengambilan bebas, pompa, bangunan saringan bawah.

Bendung gerak dpt dipertimbangkan jika :

 Kemiringan sungai kecil/relatif datar

 Daerah genangan luas dan harus dihindari

 Debit banjir besar, kurang aman dilewatkan pada bendung tetap.

 Fondasi utk pilar harus betul2 kuat, kalau tidak pintu terancam macet.

Pengambilan bebas dengan syarat :

 Debit pengambilan kecil dibandingkan debit sungai.

 Pada aliran normal, tersedia ketinggian air di sungai utk mengairi sawah.

 Tebing sungai pada pengambilan bebas stabil

 Pintu pengambilan terletak pada tikungan luar

 Butir sedimen kecil dan konsentrasi sedimen melayang relatif sedikit.


Bendung saringan bawah dpt dipertimbangkan jika : Gambar 8.

 Kemiringan sungai relatif besar, biasanya di pegunungan

 Butir sedimen sedang kecil dan konsentrasi sedimen sangat tinggi.

 Mengandung bongkahan batu

 Debit pengambilan jauh lebih kecil dari debit sungai

 Untuk keperluan pengurasan perlu : debit air dan kemiringan yang memadai.

Sedimen halus akan masuk ke saluran, yang kasar akan loncat dan melewati
bangunan.Sebagian krakal dan krikil ada yang terjepit pada jeruji.Konsentrasi sedimen yang
tinggi akan menyebabkan penumpukan material hilir bendung dan mengganggu fungsi
bendung.

Pompa :

 Biaya OP mahal ( energi minyak ),hanya dipakai kalau betul-betul secara grafitasi
tidak bisa.

 Debit air irigasi relatif kecil dibanding debit sungai

 Fleksibel membelokkan air

 Beaya investasi murah.

 Perlu study kelayakan yang cermat.

6. Apa masalah teknis yang dapat anda jelaskan tentang Tanggul sungai.
Jawab :

Tanggul merupakan salah satu bangunan sungai yang juga dipakai sebagai pelengkap
bangunan pengendali sedimen, yang berfungsi untuk membatasi penyebaran aliran lahar
dan sebagai pengarah aliran lahar ke bagian hilirnya. Tanggul juga dapat dimanfaatkan
untuk konstruksi lain, misalnya jalan inspeksi, dan hal itu tidak mengurangi fungsi
utamanya.
Ditinjau dari fungsi utama tanggul pada sungai lahar, maka diperlukan spesifikasi khusus
bentuk konstruksi tanggul dan sebaiknya bahan timbunannya dari tanah nonkohesif. Selain
itu tanggul harus mampu menahan gaya-gaya yang bekerja, antara lain : berat sendiri,
tekanan air dan sedimen, gaya seret serta benturan batu besar yang terangkut aliran karena
letak tanggul berada pada kemiringan dasar sungai dan lereng alam masih terjal.

Agar keamanan tanggul dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan rasa aman


terhadap aliran lahar, di dalam perencanaan diperlukan suatu pedoman khusus yang
memuat persyaratan dan ketentuan-ketentuan teknis serta prosedur perencanaan tanggul.

Perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar

1. Ruang lingkup

Pedoman ini membahas persyaratan-persyaratan, ketentuan -ketentuan dan cara


perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar dengan kondisi dasar sungai sudah stabil dan
secara umum terbuat dari tanah non kohesif.

2. Acuan

- SNI 03 - 1724 - 1989 : Tata cara perencanaan hidrologi dan hidrolik untuk bangunan di
sungai.

- SNI 03 - 2401 - 1991 : Tata cara perencanaan umum bendung.

- SNI 03 - 2851 - 199 : Tata cara perencanaan teknis bendung penahan sedimen.

- SNI 03 - 2415 - 1991 : Metode perhitungan debit banjir.

- SNI 03 - 3441 - 1994 : Tata cara perencanaan teknis pelindung tebing sungai dari pasangan
batu.
3. Istilah dan definisi

3.1 Sungai lahar adalah sungai yang berhulu di gunung api aktif dan sering mengalirkan
bahan vulkanik yang berasal dari hasil letusan gunung api.

3.2 Lahar hujan adalah aliran bahan hasil letusan gunung api aktif yang berupa material
padat seperti batu, kerikil, pasir, dan abu yang bercampur dengan air hujan.

3.3 Piroklastik adalah bahan hasil letusan gunung api aktif yang berupa campuran material
padat dan gas yang berasal dari guguran kubah lava atau letusan.

3.4 Tanggul adalah salah satu bangunan pengendali sungai yang fungsi utamanya untuk
membatasi penyebaran aliran lahar, mengarahkan aliran lahar juga dapat dimanfaatkan
untuk keperluan lain.

3.5 Lahar adalah endapan bahan hasil kegiatan gunung api aktif yang terangkut aliran lahar
hujan.

4. Persyaratan

4.1 Data dan informasi

Untuk membuat perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar diperlukan :

1) parameter desain, meliputi parameter desain topografi, hidrologi, dan geoteknik yang
merupakan hasil analisis data;

2) data lain yang diperlukan adalah data atau informasi bahan bangunan dan bahan
timbunan tanggul yang tersedia, sarana dan prasarana, serta tenaga kerja yang
tersedia.
4.2 Fungsi

Tanggul yang direncanakan harus dapat berfungsi untuk:

1) membatasi penyebaran aliran lahar;

2) mengarahkan aliran lahar di hilir;

3) keperluan lain asal tidak mengganggu fungsi utamanya.

4.3 Keamanan dan stabilitas

Tanggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1) stabil terhadap gaya-gaya yang bekerja.

2) aman terhadap gerusan, rembesan dan erosi buluh, abrasi, benturan, limpasan, dan
longsoran;

3) Stabil terhadap penurunan/settlement.

4.4 Tanggung jawab


Tanggul yang direncanakan harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis terhadap:

1) fungsi;

2) keamanan dan stabilitas;

3) mutu bangunan;

4) ekonomis.

5. Ketentuan-ketentuan

5.1 Ketentuan umum

Ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam membuat perencanaan teknis tanggul pada
sungai lahar adalah tersedianya parameter desain dan data lain yang diperlukan.

5.2 Ketentuan teknis


5.2.1 Tata letak

Tata letak tanggul harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

1) tanggul harus terletak di daerah yang dimungkinkan terjadinya pelimpasan aliran lahar;

2) tanggul harus terletak pada lokasi dengan biaya pembuatan yang murah;

3) jika tanggul terletak di daerah tikungan sungai atau untuk kepentingan tertentu, harus
dilakukan tinjauan hidraulik secara khusus terhadap berbagai kemungkinan yang akan
terjadi.
5.2.2 Bentuk dan dimensi

Bentuk dan dimensi tanggul beserta kelengkapannya harus memenuhi ketentuan-ketentuan


sebagai berikut.

1) tanggul dapat dibuat tunggal atau ganda;

2) talud tanggul bagian dalam harus diberi perkuatan pasangan batu/beton kedap air;

3) talud tanggul bagian luar dilapis tanah liat dan ditanami rumput atau dipasang gebalan
rumput dan apabila diperlukan diberi pasangan batu kosong dengan ijuk setebal 10 cm;

4) bila tinggi tanggul lebih dari 3 m, setiap ketinggian tanggul 3 m harus dibuat bahu dengan
lebar minimal 1m, baik pada bagian dalam maupun bagian luar tanggul;

5) kemiringan arah memanjang tanggul sama dengan kemiringan dasar sungai rencana (Ip);

6) tinggi tanggul ditentukan berdasarkan elevasi muka aliran desain ditambah dengan tinggi
jagaan;

7) tinggi jagaan tanggul ditentukan sesuai dengan syarat tinggi jagaan yang tercantum
padaTabel B1;

8) lebar puncak diambil minimal 4 m;

9) pada talud luar dan dalam dibuat tangga pasangan batu dengan jarak maksimum 40 m;

10) talud tanggul bagian dalam harus tahan terhadap abrasi dan benturan akibat aliran lahar,
dengan ketentuan minimum perkuatan tanggul jika diuji di laboratorium seperti pada Tabel
B2.
5.3 Bahan bangunan

Bahan bangunan yang dipergunakan untuk membuat tanggul sungai adalah:

1) tanah nonkohesif;

2) pasangan batu kali atau beton;

3) pasangan batu kosong;

4) ijuk dan suling-suling;

5) gebalan rumput.

5.4 Gaya-gaya yang bekerja

Gaya-gaya yang bekerja pada tanggul sungai lahar adalah sebagai berikut.

1) berat sendiri;

2) tekanan air;

3) tekanan sedimen;

4) benturan akibat aliran.


6. Prosedur Perencanaan

6.1 Desain hidraulik

Untuk perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar, persamaan yang dipakai didasarkankan
tinjauan terhadap gaya-gaya yang bekerja, sifat-sifat bahan yang dipergunakan, dan stabilitas
tanggul.

6.1.1 Tinggi tanggul


Tinggi tanggul dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
h = hd + hs + hu + hf ............................................................................ (1)
7. Apa masalah teknis yang dapat anda jelaskan tentang Saluran Irigasi.
Jawab :

Saluran pembawa atau biasa disebut saluran irigasi merupakan salah satu prasarana irigasi yang
memiliki fungsi antara lain mengambil air dari sumber air, membawa atau mengalirkan air dari
sumber ke lahan pertanian, mendistribusikan air kepada tanaman serta mengatur dan
mengukur aliran air. Saluran pembawa dibagi menjadi beberapa jenis yakni:

Saluran Primer / Saluran Induk


Adalah saluran yang membawa air dari bangunan utama ke saluran sekunder dan petak-petak
yang diari. Belum membaca artikel tentang bangunan utama? Langsung klik saja link berikut:
https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/303/mengenal-bangunan-irigasi-bangunan-utama
Saluran ini dimulai dari bangunan utama dan berakhir pada bangunan bagi yang terakhir.
Saluran Sekunder
Adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. Saluran ini dimulai dari bangunan bagi/sadap di saluran primer dan berakhir
pada bangunan sadap terakhir di saluran sekunder.
Saluran Tersier
Adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier di saluran primer maupun
sekunder dan mengalirkannya ke saluran kuarter serta petak tersier yang dilayani. Saluran ini
dimulai dari bangunan sadap tersier dan berakhir pada boks kuarter terakhir.

Saluran Kuarter
Adalah saluran yang membawa air dari boks kuarter ke petak-petak yang diari.

Jenis-jenis saluran diatas lebih mudah ditemui pada jaringan irigasi teknis yang memiliki debit
stabil serta biasanya memiliki daerah layanan yang luas seperti Daerah Irigasi Kalibawang
maupun Daerah Irigasi Sapon. Daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten
Kulon Progo kebanyakan memiliki luasan kecil (<50 ha) serta topografi yang banyak di
pegunungan sehingga banyak yang hanya memiliki saluran primer / induk. Pelayanan air ke
lahan pertanian langsung mengambil dari saluran primer tersebut baik menggunakan bangunan
sadap maupun secara oncoran.

Saluran pembawa adalah prasarana fisik yang memiliki bobot terbesar kedua setelah bangunan
utama dalam rangka penilaian kinerja sistem irigasi. Terdapat beberapa indikator untuk menilai
kinerja saluan pembawa menurut Permen PUPR Nomor 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi, antara lain:

Profil saluran untuk memenuhi kapasitas rencana


Ditemukannya sadap liar atau bocoran pada saluran
Adanya endapan atau erosi di saluran
Stabilitas tanggul dan tinggi jagaan yang aman agar air tidak melimpah
Tanggul luar yang utuh dan tidak ada tumbuhan liar.
Dalam melakukan perencanaan saluran pembawa perlu memperhatikan data topografi,
kapasitas rencana, data geoteknik serta data sedimen. Data-data tersebut akan mempengaruhi
pemilihan trase saluran, dimensi saluran, jenis konstruksi saluran serta kemiringan saluran.
Perencanaan saluran dilakukan secara matang agar menghasilkan biaya konstruksi dan
pemeliharaan yang terendah. Perencanaan saluran dapat mengacu pada Kriteria Perencanaan
Irigasi (KP-03) bagian Saluran dan Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-05) bagian Petak Tersier.

Berdasarkan jenis konstruksinya, saluran pembawa dapat dibagi menjadi:

Saluran Tanah
Saluran irigasi tanah atau saluran tanpa pasangan secara umum masih banyak dipakai di
Indonesia. Saluran tanah dapat digunakan karena dapat memberikan nilai pelaksanaan yang
ekonomis, hanya saja perlu dipertimbangkan berbagai aspek antara lain jenis tanah, stabilitas
serta rencana kemiringan saluran. Pada keadaan yang tidak memungkinkan maka dapat dipilih
konstruksi saluran menggunakan pasangan.

Saluran Pasangan
Terdapat beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat saluran pasangan antara
lain pasangan batu, beton baik insitu maupun precast, pasangan tanah yang dipadatkan serta
beton Ferrocement.
Beton Fetrocement adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari mortar
semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang menerus dan
lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Kelebihan dari Ferrocement ini antara lain
memiliki biaya konstruksi yang lebih rendah, memiliki kekuata beton yang lebih tinggi serta
konstruksi yang lebih ringan.
Pasangan batu dan beton secara umum cocok untuk semua keperluan kecuali perbaikan
stabilitas tanggul. Sedangkan pasangan tanah hanya cocok untuk pengendalian rembesan serta
perbaikan stabilitas tanggul.

Anda mungkin juga menyukai