SPILLWAY
H
W
V4
m/det
W (1/5)
H
D
h0 :
Ambang Persegi Empat
3
Ambang
3
Q
b
D2
1,704.C
3 2ZD b 16 Z 2 D 2 16 ZDb 9b 2
h0 :
Trapesium
10 Z
Q A.v0 C 2.g.h0 D h0 b Z D h0
Q=C.Be.H3
/2
Q = debit
C = koefisien Limpasan
Be = lebar efektif meru bendung/pelimpah
H = total tinggi tekanan air di atas mercu bendung (h1 +
V2/2g) di saluran Pengarah aliran
Koefisien Limpasan
tergantung :
Kedalaman air di
dalam saluran
pengarah aliran
Kemiringan lereng
udik bendung
Tinggi air di atas
mercu bendung
Perbedaan antara
tinggi air rencana
pd saluran
pengatur aliran
1 2a h / H d
1 a h / H d
C = koefisien pelimpah
Cd = koefisien limpahan saat h = Hd
Koefisien Konstraksi
Pilar sesuai dengan
bentuk tumpuannya
Saluran Transisi
ve2
vc2 K ve2 vc2
de
dc
hm
2g
2g
2g
vc21
vc21 K vc21 vc22
d c1
dc2
hm
2g
2g
2g
KONDISI LAINNYA
Kondisi aliran sub kritis melalui ambang hilir saluran transisi
sampai jarak tertentu di saluran peluncur.
Kondisi aliran super kritis seluruh saluran transisi. (ALIRANNYA
SANGAT TIDAK STABIL)
Kondisi aliran super kritis di seluruh saluran transisi akan tetapi
mulai melimpah ke dalam saluran peluncur dengan kondisi aliran
sub kritis. (LONCATANLONCATAN HIDROLIS PADA UJUNG HILIR
SALURAN TRANSISI SERTA KONTROL HIDROLISNYA TIDAK TERATUR)
Saluran Peluncur
Agar air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir
dengan lancar tanpa hambatan-hambatan hidrolis.
Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil
dalam menampung semua beban yang timbul.
Agar biaya konstruksi seekonomis mungkin.
YANG DIPERHATIKAN :
Layout selurus mungkin, bila lengkung radius besar.
Penampang melintang = persegiempat
Kemiringan dasar saluran pada udiknya berlereng landai
akan tetapi semakin ke hilir : curam (agar kecepatan
secara berangsur-angsur dapat ditingkatkan & kemudian
aliran berkecepatan tingi saat masuk kolam olak)
z1 d1 hv1 z 2 d 2 hv 2 h L
hv
El+d
+h
tinggi
eleva Tingg
tinggi
tekanan ratasi
i
tekan
gesekan rata
dasar tekan
an
pada
Sf
salur an
total
lereng
an total
Sf
titik
tinggi
kelili
penguk jarak lebar kedala penam kecep tekan
ng
jari-jari
uran penam salura man pang atan
an
basa hidrolis
pang
n
aliran basah alian kecep
h
atan
ht
El
dan
he d1 l1 tan d 2
V1 V2
2
he=d
h1t=h
hf =
V=(V1+ R=R1+
l.sin 1+l.
v22
2
W
d
A
v
hv
l
h
n
.V
.l
V2 ) 2
R2 2
hv1+( sinR4/3
d2
10)
kehil
titik
ting
kehilan anga
leba
penguk
pena
gi kecepat
gan
n
Jaari2
uran jarak r kedala mpan kecep teka
an
energi timg
pena dasa
hidrolik R^(4/
man
g
atan nan aliran
tekana gi
mpa r
rata3)
aliran basa alian kece ratan
teka
ng salur
rata
h
pata rata
geseka nan
an
n
n
lainn
ya
2.
Y1 Y2
4.Y1.Y2
4.F1 1
1
2
2
8.F1 2 F1
F1.0,76
V1
. F1 = Froude number di udik loncatang.Yair
=
1
g. y
g. y 3
dengan menambah kecepatan (v) atau mengurangi kedalaman air (y) yang
bisa ditambah dengan mengurangi lebar bangunan (q = Q/B)
Kolam olak USBR tipe III (Untuk Bilangan Froude > 4,5)
Kolam Vlugter
Kolam Vlugter
5.
12. Panjang tembok sayap hilir (Lsi) dihitung dari ujung hilir lantai
peredam energi diambil:
. Ls Lsi 1.5 Ls
. Tebing sungai yang tidak jauh dari tepi sisi lantai peredam
energi maka ujung hilir tembok sayap hilir dilengkungkan
masuk kedalam tebing sungai. Dan bagi tebing sungai yang
jauh dari tepi sisi lantai peredam energi maka ujung tembok
sayap hilir dilengkungkan balik ke udik sehingga tembok sayap
hilir berfungsi sebagai tembok pengarah arus hilir bangunan
terjun.
13. Panjang tembok pangkal bangunan terjun di bagian udik (L pu)
bagian yang tegak dihitung dari sumbu mercu bangunan terjun:
. 0.5 Ls Lpu Ls (15)
14. Panjang tembok sayap udik ditentukan:
. bagi tebing saluran yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal
bangunan terjun, ujung tembok sayap udik dilengkungkan
masuk ke tebing dengan panjang total tembok pangkal
bangunan terjun ditambah sayap udik: 0.50 Ls Lsu 1.50 Ls
. bagi tebing Saluran yang jauh dari sisi tembok pangkal
bangunan terjun atau palung sungai di udik bangunan terjun
yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan dengan lebar
Zdf = perbedaan elevasi muka air udik dan hilir pada debit
desain banjir (m)
Zdp = perbedaan elevasi muka air udik dan hilir pada debit
desain penggerusan (m)
Dzu = elevasi dekzerk tembok pangkal bangunan terjun
bagian udik (m)
Dzi = elevasi dekzerk tembok pangkal bangunan terjun
bagian hilir (m)
Fb = tinggi jagaan diambil antara 1.00 meter s/d 1.50 meter
E = parameter tidak berdimensi
Ls = panjang lantai peredam energi
Lb = jarak sumbu mercu bangunan terjun sampai
perpotongan bidang miring dengan lantai dasar bangunan
terjun (m)
Lpi = panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai
peredam energi ke hilir (m)
S = kedalaman bantalan air peredam energi tipe MDS (m)
Lpu = panjang tembok pangkal udik bangunan terjun dari
sumbu mercu bangunan terjun ke udik (m)
8.
9.
Potongan memanjang bangunan terjun tetap dengan peredam energi tipe MDO
Contoh perhitungan
Elevasi mercu pelimpah = + 95 m
Elevasi permukaan max dalam waduk =
97 m
Debit max = 100 m3/det
P E 95 94 0,5
METODE USBR
Koefisien C H o
97 95
Kemiringan lereng udik 2/3 C = 2,127
L
Q
3
100
3
16,62m
2,127 x 2
Panjang Bendung CH
Tinggi tekanan total 97 94 = 3 m
Andaikan elv permukaan air di sal pengarah = 96,7 m d = 96,7 94
= 2,7 m
A = 2,7 x 16,62 = 44,87 m2.
V = Q/A = 100/44,87 = 2,23 m/det
Tekanan kecepatan hv = v2/2g = 0,25 m
tekanan total 2,7 + 0,25 = 2,95 < 3,0 m
Andaikan elv permukaai air di sal pengarah = 96,8m
d = 96,8 94 = 2,8 m; A = 2,8 x 16,62 = 46,54 m2
V = Q/A = 100/46,54 = 2,15 m/dt hv = 0,24 m
tekanan total di sal pengarah = 2,8+0,24 = 3,04 >3 m
2
Apabila perbedaan
kedalaman air = 10 cm,
didapat perbedaan tekanan
9 cm.
Dengan penambahan
tekanan 5 cm maka
kedalaman air = (10 x 5)/9
= 5,55 cm.
d = 2,7 + 0,055 = 2,76 m
dan hv = 0,24m
MENDAPATKAN PENAMPANG
LINTANG BENDUNG