Anda di halaman 1dari 5

Bangunan Terjun

Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada
kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian
fungsional, masing-masing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas (lihat Gambar 1).

1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis

2. bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah

3. bagian tepat di sebelah hilir potongan U dalam Gambar 1, yaitu tempat di mana energi diredam

4. bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi

Gambar 1. Ilustrasi peristilahan yang berhubungan dengan bangunan peredam energi

Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila ketinggiannya ditambah. Juga kemampuan
hidrolisnya dapat berkurang akibat variasi di tempat jatuhnya pancaran di lantai kolam jika terjadi
perubahan debit. Bangunan terjun sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi,diatas
bangunan melebihi 1,50 m. Dengan bangunan terjun tegak, luapan yang jatuh bebas akan mengenai
lantai kolam dan bergerak ke hilir pada potongan U (lihat Gambar 1). Akibat luapan dan turbulensi
(pusaran air) di dalam kolam di bawah tirai luapan, sebagian dari energi direndam di depan potongan U.
Energi selebihnya akan diredam di belakang potongan U. Sisa tinggi energi hilir yang memakai dasar
kolam sebagai bidang persamaan, Hd, tidak berbeda jauh dari perbandingan ΔZ/H1, dan kurang lebih
sama dengan 1,67H1 (lihat Persamaan 2). Harga Hd ini dapat dipakai untuk menentukan ΔZ sebuah
bangunan terjun tegak dan Persamaan 1. Bangunan terjun dengan bidang tegak sering dipakai pada
saluran induk dan sekunder, bila tinggi terjun tidak terlalu besar.

Menurut Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi ( 1980 ) tinggi terjun tegak dibatasi sebagai berikut :

1
(1) Tinggi terjun maksimum 1,50 meter untuk Q < 2,50 m3 / dt.

(2) Tinggi terjun maksimum 0,75 meter untuk Q > 2,50 m3 / dt

Gambar 2. Ilustrasi peristilahan yang berhubungan dengan lebar efektif dan ruang olak di bangunan
terjun lurus

Perencanaan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh besaran-besaran berikut :

H1 = tinggi energi di muka ambang, m

ΔH = perubahan tinggi energi pada bangunan, m

Hd = tinggi energi hilir pada kolam olak, m

q = debit per satuan lebar ambang, m2/dt

g = percepatan gravitas, m/dt2 (≈ 9,8)

n = tinggi ambang pada ujung kolam olak, m

Besaran – besaran ini dapat digabungkan untuk membuat perkiraan awal tinggi bangunan terjun :

ΔZ = (ΔH + Hd) – H1 (1)

Untuk perikiraan awal Hd, boleh diandaikan, bahwa

Hd ≈ 1,67 H1 (2)

Kemudian kecepatan aliran pada potongan U dapat diperkirakan dengan

Vu=(2g ΔZ)0,5 (3)

yu = q/Vu (4)

2
Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan Froude tak berimensi :
𝑉𝑢
𝐹𝑟𝑢 = (5)
√𝑔𝑦𝑢

Geometri bangunan terjun tegak dengan perbandingan panjang yd/ ΔZ dan Lp/ΔZ kini dapat dihitung dari
Gambar 3.

Gambar 3. Grafik tak berdimensi dari geometri bangunan terjun tegak (KP 04)

Bangunan terjun dipakai di tempat-tempat di mana kemiringan medan lebih besar daripada kemiringan
saluran dan diperlukan penurunan muka air. Perencanaan bangunan terjun harus sederhana, tapi
bangunan harus kuat., Tipe biasa yang dipakai di saluran tersier adalah bangunan terjun tegak.
Bangunan ini dipakai untuk terjun kecil ( Z < 100 cm ) dan debit kecil (lihat Gambar 4). Perencanaan
tersebut didasarkan pada rumus Etcheverry yang menghasilkan panjang kolam olak (L) sebagai fungsi
tinggi terjun dan fungsi kedalaman kritis (Gambar 5).

(6)

C1 = 2,5 + 1,1 hc/z + 0,7 (hc/z)3 (7)

hc = (q2/g)1/3 (8)

q = Q/(0,8b1) (9)

dimana :

L = panjang kolam olak hilir, m

hc = kedalaman kritis, m

Q = debit rencana, m3/dt

B = lebar bukaan = 0,8 x lebar dasar saluran, m

z = tinggi terjunan, m
3
q = debit per satuan ebar, m3/dt.m¹

b1 = lebar dasar saluran, m.

Tipe bangunan ini hanya digunakan untuk z /hc > t

Gambar 4. Sketsa bangunan terjun (KP 04 dan 05).

Gambar 5. Grafik perencanaan untuk kolam olak (L2).

4
Desain bangunan terjun tegak

Debit = 60 m³/det,

debit ini merupakan debit maksimum yang melintasi saluran dimana bangunan terjun tegak berada

Tinggi air di atas ambang h1= 2,00 m,

tinggi di atas ambang diambil nilai maksimum yang mungkin pada kondisi lapangannya

Kecepatan air di bagian hulu ambang V = 2,0 m/det,

koefisien aliran m = 1, tinggi terjun z = 0,50 m.

Hasil panjang lantai kolam olak yaitu L2 sebesar 13,57 m. Sedangkan apabila V (kecepatannya) di
syaratkan 2 m/detik dan h1 sebesar 2,1m , maka hasil perhitungan adalah sebagai berikut.

Hasil perhitungan dengan kecepatan 2 m/detik menunjukkan bahwa panjang kolam olak adalah sebesar
15,2 m. Melihat ke dua kondisi tersebut, maka untuk desain panjang kolam olak ini adalah sebesar 15 m.

Anda mungkin juga menyukai