Anda di halaman 1dari 5

Buku Diktat Kuliah : IRIGASI & BANGUNAN AIR

UNIVERSITAS GUNADARMA

5.6.4. KOLAM OLAKAN

Tipe dan dimensi kolam olakan direncanakan disebelah hilir


bangunan tergantung pada energi air yang masuk, yang
dinyatakan dengan bilangan Froude,serta bahan konstruksi yang
akan digunakan pada bangunan kolam olakan.

Berdasarkan batasan bilangan froude, perencanaan kolam olakan


dapat dikelompokan menjadi sbb.:
1. Untuk Fr.u  1.70 tidak diperlukan kolam olak, namun
pada saluran tanah bagian hilir harus dilindungi dari bahaya
erosi ( dg.pasangan batu, beton )
2. Jika 1.70 < Fr.u  2.50 maka diperlukan kolam olak
untuk meredam energi secara efektif. Pada umumnya kolam
olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik, dan
untuk penurunan muka air Z < 1.50 meter dapat dipakai
bangunan terjun tegak
3. Bila 2.50 < Fr.u  4.50 maka sulit untuk pemilihan kolam
olak yang tepat, karena loncatan air tidak terbentuk dengan
baik dan akan menimbulkan gelombang sampai jarak yang
jauh disaluran hilirnya. Cara mengatasinya adalah
mengusahakan agar kolam olak ini mampu menimbulkan
olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok halangan atau
menambah intensitas pusaran dengan memasang blok depan
kolam (blok ini harus berukuran besar menurut USBR tipe
IV.). Tetapi pada prakteknya lebih baik untuk tidak
merencanakan kolam olakan dan sebaiknya geometrinya
diubah yaitu dengan memperbesar atau memperkecil bilangan
froude, sehingga kelompok kolam olak menjadi katagori yang
lain.
4. Kalau Fr.u  4.50  ini akan merupakan kolam yang
paling ekonomis, karena kolam ini pendek. Tipe ini termasuk
kolam olak USBR tipe III yang dilengkapi dengan blok depan
dan blok halang. Kolam loncatan air sama dengan tangga
dibagian ujungnya akan jauh lebih panjang dan mungkin
harus digunakan dengan pasangan batu.

Sajian diagram untuk pemilihan bangunan peredam energi


saluran dapat dilihat pada gambar 6.1.

Kolam Loncatan
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bangunan terjun tegak,
panjang kolam loncatan air di sebelah hilir potongan U kurang
dari panjang loncatan tersebut akibat pemakaian ambang ujung
( end sill ).

Bab. V - Halaman : V - 1
Buku Diktat Kuliah : IRIGASI & BANGUNAN AIR
UNIVERSITAS GUNADARMA

Ambang pemantapan aliran ini ditempatkan pada jarak :

Lj = 5 ( n + y2 )

dimana :
 Lj = panjang kolam loncat air disebelah hilir potongan U
 n = tinggi ambang ujung kolam olak
 y2 = tinggi muka air saluran hilir

Tinggi yang diperlukan untuk ambang ujung ( n ) ini sebagai


fungsi bilangan froude ( Fr.u ), kedalaman air masuk ( Yu ), dan
fungsi kedalaman air hilir, dapat ditentukan dari grafik gambar
6.2.
Tinggi ambang ujung ( n ) dapat pula dihitung dengan rumus sbb.:

n = 1/2. dc
dan

dc = { Q^2 / ( g. B^2 ) }^1/3

dimana :
 n = tinggi ambang ujung (hilir), m
 dc = kedalaman air kritis, m
 Q = debit rencana, m3/dt.
 B = lebar bukaan ( lebar ambang ), m

Kolam Olak untuk bilangan Froude antara 2.50dan 4.50 :

Untuk menghindari besarnya bilangan froude tersebut diatas,


maka perlu pendekatan rumus untuk perencanaan kolam olak
dengan perubahan / penambahan bilangan froude agar melebihi
besarnya besaran tersebut
Dengan menambah kecepatan V atau mengurangi kedalaman air
y. keduanya dihubungkan lewat debit per satuan lebar ( q ) , yang
bisa ditambah dengan cara mengurangi lebar bangunan, sehigga
rumus froude menjadi sbb.:

Vu q
Fr = ----------- = -----------
 g.yu  g.y^3.

dimana :
 Fr = bilangan froude
 Vu = kecepatan aliran air pada potongan U, m/dt

Bab. V - Halaman : V - 2
Buku Diktat Kuliah : IRIGASI & BANGUNAN AIR
UNIVERSITAS GUNADARMA

 q = debit persatuan lebar ambang ( q = Q/B ), m2/dt


 g = percepatn gravitasi (=9.8), m/dt2
 yu = kedalaman air pada potongan U, m

Bila pendekatan diatas tidak mungkin, maka ada dua tipe kolam
olak yang dapat dipakai yaitu :

1. Kolam olak USBR tipe IV, dilengkapi dengan blok muka yang
besar yang membantu memperkuat pusaran. Tipe kolam ini
dapat dilihat padaa gambar 6.3 yang ditulis beserta keterangan
ketentuan dimensinya.Sedang panjang kolam (L) ditentukn
sbb. :

L = 2yu (  1 + 8 Fru.^2 - 1 )

Kedalaman minimum air hilir adalah :

y2 + n  1.10 . yd ………… (USBR, 1973)

2. Kolam olak tipe blok halang ( buffle-block, type basin ), yang


ukurannya ditunjukkan pada gambar 6.4. Kelemahan besar
kolam ini adalah pada bangunan ini semua benda yang
mengapung dan melayang dapat tersangkut, sehingga
menyebabkan meluapnya kolam dan merusak blok-blok
halang, maka pembuatan blok halang harus dengan bahan
beton bertulang.

Kolam olak untuk Bilangan Froude > 4.50

Pada kondisi ini loncatan airnya bisa mantap dan peredam energi
dapat dicapai dengan baik, maka dapat dipakai tipe kolam olakan
USBR tipe III. Untuk ketentuan dimensi-dimensi kolam olakan tipe
ini dapat dilihat pada gambar 6.5, yaitu antara lain :

L = 2.70 * y2
L1 = 0.82 * y2
y u = q / vu  dimana : vu =  2.g.Z

b1 = yu dan b1t = 0.50.b1

yu.( 18 + Fr.u )
n = ------------------
18

Bab. V - Halaman : V - 3
Buku Diktat Kuliah : IRIGASI & BANGUNAN AIR
UNIVERSITAS GUNADARMA

yu.( 4 + Fr.u )
n3 = ------------------
6

b2 = 0.75 n3 dan b2t = 0.50.b2

d2 = 0.20 n3

Hb = ( h + y2 ) + 0.60 H

dimana :
L = panjang kolam olak
L1 = jarak blok halang dari titik potongan U
yu = tinggi blok muka
b1 = lebar blok muka, sama dengan jarak antara blok muka
b1t = jarak blok muka dengan tepi kolak olak
b2 = lebar blok halang, sama dengan jarak antara blok
halang
b2t = jarak blok halang dengan tepi kolak olak
n = tinggi ambang ujung (hilir) kolam olak
n3 = tinggi blok halang
Hb = tinggi bangunan kolam olak dari permukaan dasar
kolam.

Kolam Olak Vlugter

Kolam olak vlugter ini dikembangkan untuk bangunan terjun


disaluran irigsi. Sedang batas-batas yang ditentukan adalah sbb.:

Jika : 0.5 < z / hc < 2.0 atau 1.0 < Fr < 2.8
maka :
t = 2.40 . hc + 0.40 z

dan
hc = { q^2 / g } ^ 1/3

dimana :
 hc = tinggi air pada ambang mercu, m
 q = debit rencana per satuan lebar ambang, m3/dt
 g = percepatan gravitasi, m/dt2
 z = perbedaan tinggi energi hulu dengan hilir
 Fr = bilangan froude

Bab. V - Halaman : V - 4
Buku Diktat Kuliah : IRIGASI & BANGUNAN AIR
UNIVERSITAS GUNADARMA

 t = kedalaman air di hilir, m


 a = tinggi ambang ujung (hilir), m
 D = tinggi antara puncang ambang hulu dg. permukaan lantai
kolam, m
 R = panjang jari-jari ujung permukaan miring bangunan
terjun, m
Jika : 2.0 < z /hc =< 15.0 atau 2.8 < Fr < 12.8,
maka :
t = 3.0 hc + 0.1 z

a = 0.28 hc { hc / z }^/2

D = R = L

Bab. V - Halaman : V - 5

Anda mungkin juga menyukai