Anda di halaman 1dari 62

Pertemuan MG XII-XIV

Perancangan/disain

Bendung Tetap:
Mercu, Lantai depan dan bawah, Pintu
penguras/pembilas, Pintu Pengambilan, dan
Kantong Lumpur/Saluran Pasir,

Pelengkap Bendung:
Tanggul Banjir, Jembatan, alat-alat pengukur
debit, rumah jaga, jalan inspeksi, rumah-
rumah pintu
BENDUNG PENGASIH
DENAH BENDUNG DAN PELENGKAPNYA
Bagian Dari Bendung Tetap
Potongan Bendung Tetap Tipe Pelimpah (Ogee)

mercu

Lantai
depan Lantai belakang
Soal Latihan

Bendung di desain dengan debit rancangan


Q50 sebesar 78,8 m3/detik, lebar sungai total
42 meter, tinggi bendung direncanakan 2,00
meter dengan sisi depan tegak. Dasar lantai
bawah 0,80 meter lebih rendah dengan lantai
depan. Rencanakan bendung buntung tipe
ogee (1), sisi depan tegak, atas dasar data-
data tersebut, …, sekalian ya peredam
energinya di desain.
Pengambilan Kekiri melalui gorong-gorong
Rumus-rumus

Q  C d .C.b.H1,5
1

2 2
C g = 1,705
Kemiringan
permukaan hilir
K n
3 3
Vertikal 2,000 1,850
n
Y 1 X 3:1 1,936 1,836
   3:2 1,939 1,810
hd K  hd  1:1 1,873 1,776

Cd = Co.C1.C2
Be = Bt – 2(nKp + Ka) - mBpilar
Co = 1,300
C1 dan C2 dicari dari grafik untuk
keperluan itu
Faktor koreksi C1
Faktor koreksi C2
Mercu Bendung (1)
Mercu Bendung (2)
Lantai Bawah (Belakang)
(peredam energi/kolam olak)

Fungsi lantai bawah sebagai energy disipator/pemecah


energi agar bangunan tidak pecah/tergerus oleh
momentum aliran yang meluncur melewati bendung saat
terjadi banjir. Jenis peredam energi, struktur dan
bentuknya, sangat tergantung dari besaran bilangan
Froude (Fr), sebagaimana terlihat pada grafik dibawah.
Secara umum lantai bawah (appron) terbagi menjadi tipe
mendatar dan lengkung, sedangkan menurut kondisi air
belakang terbagi menjadi tipe aliran lepas dan aliran
tenggelam.
Penentuan Tipe Kolam Olak
Rumus-rumus Kolam Olak

L j  5(n  y 2 )
v1
Fr  v1  2g(0,5H1  z)
gy1
y2 1
q  v1 y1  [ 1  8Fr1  1]
2

y1 2
Ref: Gambar 4.16, hal 55, KP - 02
Lantai Bawah (Belakang)
(peredam energi/kolam olak)
Kolam Olak USBR Tipe IV
2,5 < Fr < 4,5
Kolam Olak USBR Tipe III
Fr > 4,5
Kolam Olak Tipe Blok Halang & Muka
Kolam Olak Tipe Vlugter
Kolam Olak Tipe Flip Bucket

Jari-jari (R) minimum bak


Lantai Depan (Atas)
LANTAI
DEPAN
Rumus LD
LD = Lkr – LBB

LD = panjang lantai depan diperlukan (m), Lkr = panjang


lintasan kritis aliran air diperlukan (m), LBB = lintasan
aliran air di bawah bendung.

Lkr = ∆h/ikr
 sat -  w
i kr 
w
Bangunan Penguras/Pembilas pada
Bendung
Q = AV
V = kecepatan banjir ≈ 1,5 – 2,5 m/det.
A = b x h  b = lebar pintu, h = tinggi
pintu
Geometri Pembilas
Saluran Induk
PEMBILAS DISKONTINU
PEMBILAS DISKONTINU
PEMBILAS
KONTINU/
MENERUS
Pintu Pengambilan
Denah Pentu Pengambilan (Intake)
Tipe Pintu pengambilan

a. Aliran Bebas b. Aliran Tenggelam/Bawah


Rumus-rumus:

a. Aliran Bebas:

Q   a b 2gz

Q = debit, m3/det; μ = koef debit (0,80); b


= lebar pintu, m; a = tinggi bukaan, m; g
= percepatan gravitasi, m/det2 (9,81); z =
kehilangan tinggi energi pada bukaan.
b. Aliran Bawah:

Q  K  a B 2gh 1
Q = debit, m3/det; K = faktor aliran bawah;
μ = koef debit (0,80); B = lebar pintu, m; a
= tinggi bukaan, m; g = percepatan
gravitasi, m/det2 (9,81); h1 = kedalaman air
didepan pintu di atas ambang, m.
Nilai K dapat dibaca dari gambar di
bawah.
Koefisien K untuk aliran bawah:
Saluran pasir/Kantong Lumpur

Fungsi untuk mencegah sedimen tidak mengendap pada


saluran primer  menghindari pendangkalan saluran 
bagian awal saluran primer didesain untuk menangkap
sedimen yang terangkut ke saluran primer  dengan
memperdalam/ memperlebar saluran. Perlebaran untuk
memperlambat kecepatan aliran agar lumpur dapat
diendapkan, sedangkan pendalaman saluran sebagai
kantong lumpur yang diendapkan.

Panjang saluran pasir/kantong lumpur sekitar 200


sampai 500 meter, tergantung pada: diameter sedimen,
topografi, dan pembilasan.
Sketsa dan Rumus-rumus

H L

w v

Hv
L
w
Q H = kedalaman aliran saluran (m),
Kusus
v w = kecepatan endap partikel sedimen (m/det),
segi HB
L = panjang kantong lumpur (m),
empat
v = kecepatan aliran (m/det),
Q
L Q = debit saluran (m3/det),
wB B = lebar kantong lumpur (m).
Tata letak kantong lumpur yang dianjurkan
Stabilitas Bendung
Gaya-gaya yang bekerja pada bendung:
a. Tekanan air (dalam dan luar),
b. Tekanan lumpur,
c. Gaya gempa,
d. Berat bangunan,
e. Reaksi pondasi.
Tekanan air

c = koefisien proporsi,
w = berat satuan air, kN/m3
h2 = kedalaman air hilir, m
h1 = kedalman air hulu, m
A = luas dasar bangunan, m2
Wu = gaya angkat, kN
ξ = proporsi tekanan (1,00; 0,67; 0,50)

1
Wu  cγ w [h 2  ξ(h 1  h 2 )]A
2
TEKANAN KEATAS
DI BAWAH
BENDUNG (Cara
LANE)

ΔH = H – h

px  wx
dx  S
b
Lx
Px  H x - ΔH
L
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa
bidang horisontal memiliki daya tahan terhadap aliran
(rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan
bidang vertikal.
Reaksi di bawah pondasi

p = tekanan tegak pada pondasi,


ΣW = gaya tegak total,
A = luas dasar pondasi
e = eksentrisitas pembebanan,
I = momem kelembaman,
m = jarak titik pusat terhadap titik tinjauan

W We
p  m
A I
Kebutuhan Stabilitas Bendung

Aman terhadap:
H f
1. Gelincir (sliding), 
(V - U) S
f(V  U)  cA
H 
S
p x  wx
2. Guling (overtuning), dx  S

1
Lv  LH
CL  3
3. Erosi bawah tanah (piping), H
(harga CL lihat Tabel 6.5, hal 126 KP-02)
TANGGUL BANJIR

Anda mungkin juga menyukai