PENDAHULUAN
1. Persegi (rectangular)
2. Trapesium (trapezoidal)
3. Segitiga (triagle)
4. Lingkaran (circular)
PENDAHULUAN
KLASIFIKASI SALURAN BERDASARKAN BAHAN
1. Galian tanah
2. Kayu
4. Beton
PENDAHULUAN
KLASIFIKASI ALIRAN DALAM SALURAN TERBUKA
1. Fungsi ruang:
a) aliran seragam (uniform flow)
b) aliran tidak seragam (non uniform flow)
2. Fungsi waktu:
a) aliran mantab (steady flow)
b) aliran tidak mantab (unsteady flow)
GEOMETRI SALURAN
h = kedalaman aliran vertikal, adalah jarak vertikal antara titik
terendah pada dasar saluran dan permukaan air (m)
b = lebar dasar saluran (m)
B = lebar potongan melintang pada bagin atas saluran (m)
T = lebar potongan melintang pada permukaan air (m)
A = luas penampang basah yang diukur tegak lurus arah aliran
(m2)
P = keliling basah, yaitu panjang garis persinggungan antara air
dan dinding dan atau dasar saluran yang diukur tegak lurus
arah aliran (m)
R = jari-jari hidraulik, R = A/P (m)
D = kedalaman hidraulik, D = A/T (m)
S = kemiringan dasar saluran (m/m)
m = kemiringan dinding saluran
GEOMETRI SALURAN
PERSEGI PANJANG
T
1 h
m
1
1
m m h
Kedalaman hidraulik D = 2h 1 m2
GEOMETRI SALURAN
LINGKARAN T
d
h
1 sin
1 d
Jari jari hidraulik R = 4
sin d atau 2 hd h
Lebar permukaan air T = 2
1 sin
d
Kedalaman hidraulik D = 8 sin
2
PERSAMAAN ALIRAN SALURAN TERBUKA
1. Persamaan Chezy:
insinyur Perancis Antoine Chezy, 1769
V = kecepatan arus, m/s
V C RS C
R
= koefisien Chezy
= jari-jari hidraulik, m
S = kemiringan dasar saluran
2. Persamaan Strickler:
2 1 kstr = koefisien Strickler
V kstrR S 3 2 R = A/P, m
A = luas penampang basah, m2
Koefisien Manning
Harga n
No. Tipe saluran dan jenis bahan
Minimum Normal Maksimum
1. Beton
Gorong-gorong lurus dan bebas dari kotoran 0,010 0,011 0,013
Gorong-gorong dengan lengkungan dan sedikit 0,011 0,013 0,014
kotoran/gangguan
Beton dipoles 0,011 0,012 0,014
Saluran pembuang dengan bak kontrol 0,013 0,015 0,017
3. Saluran alam
Bersih lurus 0,025 0,030 0,033
Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
Banyak tanaman pengganggu 0,050 0,070 0,08
Dataran banjir berumput pendek tinggi 0,025 0,030 0,035
Saluran di belukar 0,035 0,050 0,07
KAPASITAS SALURAN
Q=AxV
Q = debit atau kapasitas, m3/s
A = luas penampang basah, m2
V = kecepatan aliran, m/s
Q A.C R.S
2
Q A.kstr.R .S
1
3 2
A 23 12
Q R .S
n
SALURAN BERGANDA
Saluran berganda dengan nilai n yang bervariasi
Q1 Q3
Q2
Q Q1 Q2 Q3
2 2 2
A1 A1 3 1 A2 A2 3 1 A3 A3 3 1
Q S2 S2 S 2
n1 P1 n2 P2 n3 P3
BENTUK SALURAN YANG
PALING EKONOMIS
Jika lebar dasar saluran sama dengan dua kali kedalaman air
B
B 2h OR h
2
A Bh r
h
P B 2h
B
2
2h h
R
2h 2h 2
PENAMPANG YANG PALING
EKONOMIS SECARA HIDRAULIK
Bentuk trapesium:
Jika lebar dasar saluran sama dengan jari-jari lingkaran luar segi
enam beraturan (hexagonal)
2
B h 3
3
A h2 3
1 r
h
P 2h 3 m
B
h
R
2
PENAMPANG YANG PALING
EKONOMIS SECARA HIDRAULIK
Bentuk segitiga:
P 2h 2
r
1 1 h
h 2
R m m
4
PERENCANAAN DIMENSI
SALURAN
Data dan informasi (input):
1) Debit, Q
2) Lebar lahan yang tersedia
3) Batasan kedalaman air
4) Kemiringan lahan
5) Bahan yang akan digunakan
Perhitungan (output):
1) Bentuk penampang saluran
2) Dimensi saluran: lebar dan kedalaman
3) Kemiringan dasar saluran
MENGHITUNG DIMENSI
SALURAN
Permasalahan:
Saluran drainase berbentuk trapesium mengalirkan debit sebesar 10 m3/det.
Kemiringan dasar saluran 1 : 5.000. Dinding saluran dilining dengan koefisien
kekasaran n = 0,012. Tentukan dimensi potongan melintang saluran yang paling
ekonomis.
Penyelesaian :
P 2h 3 h
R
A h2 3 2
2
2 1 h 3 1
Q h 3x S 2 r
n2 h=2,16 m
2 1
1 h 3 1 2
10 h2 3 x
0.012 2 5,000 B=2,49 m
2
B h 3 B = 2.49 m
3 Dengan metode coba coba , didapat
h = 2.16 m
KAPASITAS SALURAN
Perhitungan (output):
1) Luas penampang saluran, A
2) Kecepatan aliran, v
3) Debit, Q
MENGHITUNG KAPASITAS
SALURAN
Informasi awal:
Saluran berbentuk persegi dengan lebar 2 meter, tinggi 1,5 meter,
terbuat dari beton precast. Kemiringan dasar 1 : 1500. Berapa
kapasitas saluran?
Perhitungan:
Koefisien Manning n = 0,02
Tinggi jagaan, w diambil 0,20 meter,
sehingga kedalaman air h = 1,30 meter.
Luas penampang basah A= 2 x 1,30 = 2,60 m2
Keliling basah P = 2 + 2 x 1,30 = 4,60 m.
Jari-jari hidrolik R = 2,60/4,60 = 0,565 m
Kecepatan aliran v = 1/0,02x0,5652/3x0,00080,5=0,97 m/s
Debit Q = 2,6 x 0,97 = 2,51 m3/s.
ALIRAN KRITIS
ENERGI SPESIFIK:
Energi yang dihitung dari dasar saluran:
q 2 v2 Q2
E h E h E h
2gh2 2g 2gA2
2
E hh
2 q v12
2g
Sf
hf
2g Energi Spesifik Sw v 22
2g
h1
v2
So h2
Energi Total z1
Datum z2
1 2
KURVA ENERGI SPESIFIK
h
garis E = h
Persamaan ini mungkin
mempunyai tiga akar yang
berbeda. Satu diantaranya
Kurva E-h
selalu negatif.
h1
V12 1 Dua nilai h untuk harga E
2g
tertentu, yaitu h1 dan h2,
dinamakan kedalaman selang-
h1
seling (alternate depths).
C
h2
2
Pada kondisi khusus,
45o h2
E
dimungkinkan h1 = h2, yaitu
V22 pada titik C
h3
2g
3 Kedalaman pada titik ini
dinamakan kedalaman kritis,
hc, dan alirannya dinamakan
aliran kritis.
KEDALAMAN KRITIS
Aliran kritis terjadi jika Energi Spesisik-nya minimum
Untuk saluran berbentuk persegi atau saluran
sangat lebar :
q2 2 Vcr
dE
1 0 hcr 3
q Fr 1
dh gh 3 g ghcr
1 2
E min hc hc or hcr Emin Vcr ghcr
2 3
Penyelesaian:
q2 Q2 10 2
a) hcr 3 3 2 3 2
0,566 m
g Bg 7,5 .9,81
q2 Q2 10 2
b) hcr 3 3 2 3 2 0,742m
g B g 5 .9,81
MENENTUKAN KEDALAMAN
KRITIS
c) Berapa kemiringan dasar saluran sehingga terjadi
kecepatan kritis pada soal b), jika koefisien Manning
n=0,012.
Penyelesaian:
c) Vcr ghcr 9,81.0,742 2,697 m / s
2
5.0,742 12 3
2 1
Rcr Scr Scr
5 2.0,742
3 2
Vcr 2,697
n 0,012
Scr = 0,00221
PROFIL MUKA AIR
(ALIRAN TIDAK SERAGAM)
KASUS
PERTANYAAN?
Bagaimana profil muka air pada penyempitan saluran?
a) naik
b) turun
c) tidak berubah
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)
V12 hf
2g
V22
2g
h1
H
h2
z1
z2
datum
V2 Q2
H zh atau H z h
2g 2gA 2
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)
h hN
10 10
dh 3 3
So 3 3
dx h hcr
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)
h > hn Terjadi di zone 1
h > hc Aliran subkritis :
dh
0
dx h < hn Terjadi di zone 3
h < hc Aliran super kritis :
dh Backwater
dx h < hn Terjadi di zone 2
h > hc Aliran subkritis :
dh
0
dx h > hn Terjadi di zone 2
Drawdown h < hc Aliran superkritis :
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)
2
CDL
Zona untuk klasifikasi profil
3 muka air
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)
Profil muka air pada kurva H (Horizontal channel)
hn =
H2
Zone 2
Zone 3
hc H3
Zone 2 NDL
M2 M2
hn CDL
Zone 3 M3 CDL
hc
Aliran superkritis (h < hc) NDL
CDL
M3
So
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)
Zone 1
C1
Profil muka air Aliran subkritis (h > hc)
Zone 1
S1
Zone 2
S2 S2 CDL
hc NDL
Zone 3 S3 NDL
hn
Aliran superkritis (h < hc) CDL
NDL
S3
So
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)
Zone 1
hcr So
Zone 3
Berdasarkan persamaan h2
Bernoulli, dapat ditulis : So
z = SoX
V12 V22 X
h1 z h2 hf
2g 2g
E1 E2 or E1 So X E2 Sf X
S S v 22
E2 E1 Di mana S f f1 f 2 E 2 h2
X 2 2g
So Sf Q2n2
Sf v12
2
4
3
E1 h1
A R 2g
CONTOH
Soal :
Suatu saluran berbentuk trapesium dengan kemiringan dinding 1: 1, lebar dasar
3,0 m dan kemiringan dasar saluran 0,0015. Pemasangan bangunan pintu
pengontrol menyebabkan kenaikan kedalaman air di hulu pintu menjadi 4,0 m
pada debit 19,0 m3/dt. Jika angka kekasaran Manning n = 0,017. Hitung dan
gambarkan profil muka air yang terjadi.
Penyelesaian :
1. Tentukan tipe profil muka air, dengan menghitung kedalaman normal, hn,
dan kedalaman kritis, hc.
Kedalaman air normal, hn dapat kita peroleh dengan rumus Manning:
1 32 21
Q A R So
n
CONTOH (lanjutan)
Dengan memasukkan parameter yang sudah diketahui, kita
dapatkan:
Melalui metode coba coba kita
3 hh 3 hh
2
3 1
19 0.0015 2 dapatkan h (as hN)
0.017 3 2h 2
hN = 1.726 m.
Q2 A 3
Kedalaman kritis dapat dihitung dengan:
g T
3.90 26.910 1.918 0.024 3.924 0.099 6.05E-05 5.74E-05 1.44E-03 68.86 68.86
3.80 25.840 1.880 0.026 3.826 0.098 6.74E-05 6.39E-05 1.44E-03 68.23 137.09
3.70 24.790 1.841 0.028 3.728 0.098 7.52E-05 7.13E-05 1.43E-03 68.43 205.53
PROSEDUR PERHITUNGAN
1. Kolom 1, h. Kedalaman yang mendekati kedalaman normal secara
asimptotis pada jarak tak terhingga. Oleh karena itu, perhitungan
profil muka air dihentikan jika kedalaman air pada kisaran 1 persen
dari kedalaman normal.
2. Kolom 2, A. Luas potongan melintang dengan kedalaman pada
kolom 1.
3. Kolom 3, R. Jari-jari hidraulik, R = A/P, dimana P = keliling basah
untuk kedalaman air pada kolom 1.
4. Kolom 4, V2/2g. Tinggi kecepatan, dimana kecepatan, V,
dihitung dengan membagi debit, Q, dengan luas penampang
melintang, A, dari kolom 2.
5. Kolom 5, E. Energi spesifik, E, dihitung dengan menjumlahkan
kedalaman air, h, pada kolom 1, dengan tinggi kecepatan, V2/2g,
pada kolom 4.
PROSEDUR PERHITUNGAN
(lanjutan)
1. Kolom 6, E=E2 E1. Kolom ini diperoleh dengan mengurangkan harga E
pada kedalaman yang bersangkutan dengan E untuk kedalaman
sebelumnya.
2. Kolom 7, Sf. Dengan menggunakan
S
2
Q n 2
angka kekasaran Manning, n, tertentu,
f 4
Perhitungannya dimulai dengan mengetahui tinggi energi total di titik kontrol E1, dimana
kedalaman air, h1 dan ketinggian dasar saluran dari titik referensi, z1, diketahui,
Selanjutnya tentukan jarak dari titik kontrol ke hulu atau kehilir (tergantung letak titik
kontrol) sepanjang X,
Penyelesaian :
1. Tentukan tipe profil muka air, dengan menghitung kedalaman normal, hn,
dan kedalaman kritis, hc.
2. Kedalaman air normal, hn dapat kita peroleh dengan rumus Manning:
1 32 21
Q A R So
n
CONTOH (lanjutan)
Dengan
3 y h 3 hh
2
3 1 Melalui metoda coba-
memasukkan
parameter yang 19 0,017 3 2h 2 0,0015
2
coba kita peroleh hn =
sudah diketahui, 1,726 m.
kita dapatkan:
v2/2g, Sf
X, m Z, m h, m A, m2 v, m/dtk E1, m R, m S f (104) X hf (102) E2
m (104)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
100 0,15 3,85 26,40 0,720 0,026 4,029 1,900 0,636 0,590 100 0,590 4,029
200 0,30 3,71 24,85 0,765 0,030 4,036 1,843 0,747 0,692 100 0,692 4,036
300 0,45 3,56 23,35 0,814 0,034 4,044 1,787 0,882 0,815 100 0,815 4,044
400 0,60 3,41 21,91 0,867 0,038 4,053 1,731 0,105 0,964 100 0,964 4,053
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
2100 3,15 1,74 8,27 2,296 0,269 5,163 1,043 14,4 14,3 50 7,14 5,164
2150 3,22 1,74 8,25 2,304 0,270 5,235 1,041 14,5 14,5 50 7,24 5,235
2200 3,30 1,74 8,22 2,311 0,272 5,308 1,039 14,7 14,6 50 7,30 5,308
2250 3,37 1,73 8,21 2,315 0,273 5,382 1,038 14,7 14,7 50 7,35 5,382
PROSEDUR PERHITUNGAN
1. Kolom 1, X. Lokasi titik dimana kedalaman airnya dihitung.
2. Kolom 2, z. Elevasi dasar saluran. Dihitung berdasarkan elevasi dasar yang
diketahui (misalnya pada titik kontrol diambil z1 = 0) dan kemiringan dasar
saluran, So, z2 = z1 + So(X2 X1).
3. Kolom 3, h. Perkiraan kedalaman air.
4. Kolom 4, A. Luas penampang basah, A, yang dihitung untuk kedalaman, h,
pada kolom 3.
5. Kolom 5, V. Kecepatan aliran, V = Q/A, dimana A luas penampang diambil dari
kolom 4.
6. Kolom 6, V2/2g. Tinggi kecepatan.
7. Kolom 7, H1. Total tinggi energi, merupakan penjumlahan ketinggian dasar
saluran, z, pada kolom 2, kedalaman air, h, kolom 3, dan tinggi energi V2/2g,
kolom 6, atau H = z+h+V2/2g.
8. Kolom 8, R. Jari-jari hidrolis untuk kedalaman air, h; R = A/P, dimana A luas
penampang basah dari kolom 4, P keliling basah.
PROSEDUR PERHITUNGAN
(lanjutan)
9. Kolom 9, Sf. Kemiringan garis energi, yang dihitung berdasarkan persamaan
(3,98).
10. Kolom 10,. Rata-rata Sf pada kedalaman yang bersangkutan dan kedalaman
sebelumnya untuk jarak yang ditentukan.
11. Kolom 11, X . Jarak antara titik yang dihitung kedalaman airnya dan lokasi yang
telah dihitung kedalaman air sebelumnya.
12. Kolom 12, hf. Kehilangan tinggi energi sepanjang X dihitung dari persamaan,
,dimana diambil dari kolom 10, dan X dari kolom 11.
13. Kolom 13, H2. Merupakan tinggi energi total, yang dihitung dari penambahan
kehilangan tinggi energi, hf, dengan tinggi energi total (H1 di kolom 7) pada
perhitungan sebelumnya. Jika selisih H1 pada kolom 7 dan H2 pada kolom 13
berada pada kisaran yang dapat diterima, maka perkiraan kedalaman air h pada
kolom 3 merupakan kedalaman air yang dicari pada titik tersebut, dan
perhitungan dapat dilanjutkan pada titik berikutnya. Sebaliknya jika selisihnya
masih jauh, maka perlu diulang dengan harga h yang baru.
PROFIL MUKA AIR DARI HASIL PERHITUNGAN
DEMHAM METODA TAHAPAN STANDARD &
TAHAPAN LANGSUNG
KONDISI HYDRAULIK DALAM
SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
1. Aliran tetap dan seragam (steady uniform flow), atau yang disebut juga
aliran beraturan. Dalam hal ini luas penampang aliran tidak merubah
terhadap jarak, dan debit aliran tetap atau tidak berubah menurut
waktu.
2. Aliran tetap tidak seragam (steady non uniform flow) yaitu aliran
berubah lambat laun (gradually varied flow) dan aliran berubah dengan
cepat (rapidly varied flow). Dalam hal ini luas penampang aliran
berubah menurut tempat, sedang debit aliran tidak berubah menurut
waktu.
3. Aliran seragam tidak tetap (unsteady uniform flow). Dalam hal ini luas
penampang aliran tidak berubah menutrut jaraknya, tetapi debit aliran
berubah menurut waktu. Kondisi ini hampir tidak pernah terjadi.
4. Aliran tidak seragam dan tidak tetap (unsteady non uniform flow),
dalam hal ini luas penampang aliran berubah menurut jaraknya, dan
debit aliran berubah menurut waktu.
ALIRAN PIPA SALURAN
TERTUTUP
V12/2 EGL
g
HGL V22/2g
1
Z2
Z1
Datum
Garis Energi (Energy Grade Line) dan Garis Tekanan (Hydraulic Grade Line)
Rumus Hazen William ( dipergunakan untuk pipa q (mm ) 50
V12/2g
EGL
1
P1=p2=0
V22/2g
HGL
Z1 Dasar Saluran
Z2
(a) Aliran saluran terbuka dalam pipa tanpa melimpas (b) Aliran dalam pipa penuh yang melimpas.
JENISJENIS ALIRAN PADA
GORONG-GORONG
ALIRAN PADA GORONG-
GORONG
TINGGI JAGAAN PADA SUATU
PENAMPANG SALURAN
F w
yy
B
B
BESARNYA TINGGI JAGAAN
MINIMUM UNTUK SALURAN DARI
TANAH DAN DARI PASANGAN BATU
.
penurunan
H
tinggi dasar
2/3H1
H1 yc
q H
ambang
>2 ujung
Hu
Z sudut 1
t air
runcing lo n c a
H2 n y2
bidang persamaan
yu
panjang kemiringan Lj
potongan U
bulat r ~ 0.5H1
alternatif peralihan
1
Z
1
panjang
kemiringan
diperpendek
KOLAM LONCAT AIR
v1 = 2g(1/ 2H1 + z )
Dengan q = v1y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam loncat air adalah:
y2 1
= (1+ 8Fr 2 - 1)
y1 2
di mana :
y2 = kedalaman air di atas ambang ujung, m
yu = kedalaman air di awal loncat air, m
Fr = bilangan Froude
v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
KOLAM LONCAT AIR
Lj = 5 (n + y2)
di mana:
Lj = panjang kolam, m
n = tinggi ambang ujung, m
y2 = kedalaman air di atas ambang, m.
y2 h2
A B
yu
y2=h2 y2 h2
C D
PINTU ALIRAN BAWAH
Jenis Pintu
Ada 3 jenis pintu aliran bawah yang umum, seperti berikut ini ;
1. Pintu geser
2. Pintu radial
3. Pintu drum
SIPHON DAN TALANG
Aliran persatuan lebar pada suatu pintu geser tegak yang berada
dalam kondisi aliran keluar bebas, diperlihatkan oleh persamaan
berikut:
q = Cd W (2gy)
Dimana :
q = aliran per satuan lebar (m3 / dt per m1)
W = lebar bukaan pintu (m)
y = kedalaman air di hulu dan
dimana :
Hmasuk, keluar = kehilangan tinggi energi masuk dan keluar, m
Hfr = kehilangan tinggi energi akibat gesekan di
sepanjang pipa, m
HB = kehilangan tinggi energi pada tikungan, m
Sekian
Terima kasih
Sumber :
Ir. Anggrahini Syafii, M.Sc
Dr. Ir. Suseno Darsono, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng