Anda di halaman 1dari 89

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

UNIVERSITAS IUDAYANA

MEKANIKA TANAH 1
Bab.6 ALIRAN AIR DALAM TANAH (PERMEABILITAS)
BAB 6
REMBESAN AIR DALAM TANAH
(PERMEABILITY)
Tanah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori
yang saling berhubungan satu sama lainnya sehingga air
dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energi yang
lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi lebih rendah.

Sheet pile/
turap
REMBESAN (PERMEABILITY) (1)

o PERMEABILITAS  KEMAMPUAN SUATU


MATERIAL UNTUK DAPAT MENGALIRKAN ATAU
MEREMBESKAN AIR (ATAU JENIS FLUIDA
LAINNYA) MELALUI PORI - PORI MATERIAL
TERSEBUT.

o MATERIAL YANG MEMILIKI PORI - PORI YANG


KONTINU ATAU SALING BERHUBUNGAN SATU
SAMA LAIN AKAN BERSIFAT PERMEABLE.
REMBESAN (PERMEABILITY) (2)

o BATU KERIKIL MEMILIKI TINGKAT


PERMEABILITAS YANG PALING TINGGI ,
SEDANGKAN LEMPUNG MEMILIKI TINGKAT
PERMEABILITAS YANG TERENDAH.

o REMBESAN AIR DI DALAM TANAH


DIMUNGKINKAN KARENA TANAH TERDIRI
ATAS BUTIR-BUTIR DAN DI ANTARA BUTIR-
BUTIR TERSEBUT TERDAPAT RUANG-RUANG
KOSONG  PORI (VOIDS).
REMBESAN (PERMEABILITY) (3)

MEMPELAJARI REMBESAN (SEEPAGE) SUATU


TANAH SANGAT PENTING DALAM MENYELESAIKAN
MASALAH – MASALAH GEOTEKNIK SEPERTI :

 Memperkirakan jumlah rembesan air (debit =m3 /dt ) dalam


tanah.
 Masalah pemompaan air tanah dari konstruksi bawah tanah
 Menganalisis kestabilan dari bendungan tanah (earth dam)
 Konstruksi dinding penahan tanah yang mengalami gaya
rembesan
Aliran Air Melalui Pori-pori tanah

o Gambar memperlihatkan
aliran air dari titik A menuju
titik B.
o Air tersebut tidak mengalir
mengikuti suatu garis lurus
dengan kecepatan yang
konstan, akan tetapi air
tersebut akan mengalir
berliku-liku seperti terlihat
pada gambar.
o Pada persoalan geoteknik
air tersebut dapat
diasumsikan mengalir dari A
ke B mengikuti suatu garis
lurus dan dengan kecepatan
tertentu.
REMBESAN (PERMEABILITY) (4)

 REMBESAN AIR DI DALAM TANAH HAMPIR


SELALU LINEAR BUKAN TURBULEN

 MENURUT “HUKUM DARCY”, KECEPATAN


ALIRAN (REMBESAN) AIR DALAM TANAH
SEBANDING DENGAN GRADIEN HIDRAULIK,
YAITU:
v=kxi
ket. :
v : kecepatan aliran air
k : konstanta permeabilitas
i : gradien hidraulik
REMBESAN (PERMEABILITY) (5)

 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI


PERMEABILITAS (k) DIANTARANYA :

• UKURAN BUTIRAN TANAH;


• STRUKTUR DARI PORI – PORI TANAH;
• NILAI VOID RATIO TANAH;
• AIR;
• KANDUNGAN UDARA.

 NILAI k UNTUK SUATU MACAM TANAH RELATIF


KONSTAN, ASALKAN TEMPERATURNYA KONSTAN PULA.

 PERUBAHAN TEMPERATUR AKAN MENYEBABKAN


PERUBAHAN KEKENTALAN AIR SEHINGGA NILAI K
BERUBAH PULA.
KOEFISIEN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH.

Jenis Tanah Koefisien Permeabilitas (k) (cm/detik)


Pasir yang mengandung lempung / lanau 10-2 s/d 5 x 10-3
Pasir halus 5 x 10-2 s/d 10-3
Pasir kelanauan 2 x 10-2 s/d 10-4
Lanau 6 x 10-3 s/d 10-5
Lempung 10-6 s/d 10-9
1. GRADIEN HIDROLIK
Menurut persamaan Bernoulli, tinggi energi total
pada suatu titik didalam air yang mengalir dapat
dinyatakan sebagai penjumlahan dari tinggi tekanan,
tinggi kecepatan, dan tinggi elevasi; atau :

u ν
h  Z
γw 2g
dimana :
h  tinggi energi total
u  tekanan air pori
v  kecepatan
g  percepatan yang disebabkan oleh gravitasi
γ w  berat volu me air
Z  tinggi elevasi
Apabila persamaan Bernoulli di atas dipakai untuk air yang mengalir
melalui pori-pori tanah , bagian dari persamaan yang mengandung tinggi
kecepatan dapat diabaikan. Hal ini disebabkan karena kecepatan
rembesan air di dalam tanah adalah sangat kecil. Maka dari itu, tinggi
energi total pada suatu titik dapat dinyatakan sebagai berikut :

u
h Z
γw

Gambar 6.1. menunjukkan tekanan, elevasi, dan tinggi total energi untuk
airan air di dalam tanah. Tabung pizometer A dan B. Ketinggian air di dalam
tabung pizometer A dan B disebut sebagai muka pizometer. Tinggi elevasi
dari suatu titik merupakan jarak vertikal yang diukur dari suatu bidang
datum yang diambil sembarang ke titik yang bersangkutan.
Kehilangan energi antara dua titik, A dan B dapat dituliskan dengan
persamaan :
 uA   uB 
h  h A  h B 
 γ  ZA 

 γ  ZB 

 w   w 
Kehilangan energi, h, tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan tanpa dimensi seperti dibawah ini :

Δh
i Δh = kehilangan tekanan
L i = hidrolik gradien
L= panjang aliran dari A ke B
uA h
γw
uB
hA A γw
hB
B
ZA
ZB
Datum

Gambar 6.1. Tekanan, elevasi, dan tinggi total energi untuk airan air didalam tanah
2. Hukum DARCY
• Menurut DARCY, kecepatan aliran air (v) yang mengalir
didalam tanah yang jenuh adalah :
v=k.i [cm/detik]
dimana: k = koefisien permeabilitas ..[cm/detik]

• Banyak air yang mengalir melalui penampang tanah


dengan luasan A dalam suatu satuan waktu (debit) adalah :
q=v.A [cm3/dt] ;[m3/dt]
• Sedangkan jumlah air yang mengalir dalam suatu waktu t adalah :

Volume air (Q) = q . t; Q = v . A. t

Q = k. i . A. t [cm3]
3. Penentuan Harga Koefisien Rembesan (k)
Koefisien rembesan mempunyai satuan yang sama
dengan kecepatan. [cm/dt]
Penentuan nilai koefisien permeabilitas dapat
dilakukan melalui pengujian laboratorium maupun
pengujian dilapangan.

3.1. Penentuan Harga k di laboratorium


Untuk uji laboratorium, biasanya dilakukan dengan
2 metode pengujian yaitu :

A. Constant Head Test (uji tinggi konstan)


B. Falling Head Test (uji tinggi jatuh)
A. Constant Head Test
Untuk test dengan cara constant head test banyaknya air yang mengalir
lewat contoh tanah ditampung dalam gelas ukur. Waktu yang diperlukan
untuk mengumpulkan air tersebut di catat. Perlu diingat bahwa pada
constant head test, tinggi muka air diatas contoh tanah di USAHAKAN
tetap (constant). Apabila volume air yang dikumpulkan dalam gelas ukur
adalah = Q, dan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan adalah t,
luas permukaan tanah A, maka : Q=A.v.t [cm3]

batu berpori Q  v.A.t


 k.i.A.t
h
contoh L h
tanah  k. .A.t
batu berpori L
Q.L
k 
gelas ukur
A.h.t
Gambar 6.2. Uji rembesan dengan cara tinggi konstan
CONTOH SOAL
 Hitung besarnya koefisient contoh tanah berbentuk
silender mempunyai diameter Ø 7,30 cm dan panjang
16,80 cm akan ditentukan permeabilitasnya dengan alat
pengujian permeabilitas constant-head
 Tinggi tekanan konstan adalah 75 cm dikontrol selama
masa pengujian
 Setelah satu menit pengujian berjalan, air yang tumpah
pada gelas ukur ditimbang, beratnya 940 gram

1 1
Luas penampang (A)  . .D 2  . .7,30 2  41,90 cm 2
Jawab 4 4
Berat 940
Volume (Q) air pada gelas ukur    940 cm 3
γw 1
Koefisien permeabili tas,
Q.L 940.16,80
k   0,08 cm/dt
A.h.t 41,90.75.60
luas pipa = a
B. Falling Head Test
Untuk test Falling Head, air didalam pipa yang
dipasang diatas contoh tanah dibiarkan turun.
Volume air yang melewati contoh tanah adalah dh
sama dengan volume air yang hilang di dalam
pipa : h1
k. (h/L). A. dt = a. dh ...................(1)
A = luas penampang melintang contoh tanah h h2
a = luas penampang pipa (tabung buret)
dt = waktu yang diperlukan oleh air untuk
mengalir
contoh
dh = tinggi air didalam pipa yang hilang tanah L

Persamaan (1) diatas dapat dituliskan : batu berpori

a.L  dh   a.L   h1 
dt  .  atau t  ln  
A.k  h   A.k   h 2 
Atau dapat disederhan akan menjadi :
a.L h
k 2,3log 1 Gambar 6.3. Uji rembesancara tinggi
A(t 2  t1 ) h2 jatuh (falling head)
CONTOH SOAL :
Pada pengujian permeabilitas Falling-Head diperoleh data sebagai berikut :
 Benda uji tanah lempung bentuk silinder Ø = 5 cm, panjang (L)=2,5 cm
 Pipa pengukur Ø = 1,25 cm
 Setelah tanah jenuh air, dimulai percobaan
 Pembacaan dimana waktu yang diperlukan untuk menurunkan air di pipa bagian
atas dari 45 cm menjadi 43 cm adalah 7 menit 25 detik
 Hitunglah nilai k

a.L h
Jawab : k 2,3log 1
A(t 2  t1 ) h2
1 1
A  .  .D  . .52  19,6 cm 2 ; L  2,5cm
2

4 4
1 1
a  . .d  . .1,252  1,23cm 2
2

4 4
Δt  t 2  t1  (7x60)  25  445detik
1,23.2,5 45
k .2,3 log  1,60.10 5 cm/dt  1,60.10 7 m/dt
19,6.445 43
3.2. Penentuan Harga k di lapangan
Koefisien rembesan , k dapat ditentukan secara
langsung dilapangan dengan 2 cara yaitu :

1. Memompa air dari dalam sumur (pumping from well)


2. Lubang Auger (Auger Hole)
A=2..X.Y
y

X2
q.ln
X1
k 

π. Y22  Y12 
Contoh soal :
Suatu lapisan tanah pasir yang tebalnya 14 meter terletak diatas lapisan yang
kedap air. Untuk menentukan koefisien rembesan lapisan tanah pasir tersebut,
maka dilakukan percobaan pumping test.Setelah adanya debit 12,4 liter/detik (12,4
cm3/dt), garis muka air yang diteliti menunjukkan bahwa pada jarak 16 meter dan
33 meter dari pusat lubang pompa berada 1,787 m dan 1,495 m dari permukaan
tanah. Apabila muka air tanah asli adalah 2,14 m di bawah permukaan pasir,
tentukanlah

Air dipompa
m.t
2,14 m
m.a.t
1,787
X1=16 m; X2=33 m
1,495 h1=14-(2,14+1,787)=10,073 m
14 m h2=14-(2,14+1,495)=10,365 m

h1 q=12,4/1000 m3/dt
h2
=0,0124x60x60x24
=1071,36 m3/hari

16 m X2
q.ln 33
33 m 1071,36. ln
X1 16
k 

π. Y2  Y1
2 2

 .(10,365  10,0732 )
2

 17,62m/hari  0,0204 cm/dt


- KOEFISIEN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH.
Jenis Tanah Koefisien Permeabilitas (k) (cm/detik)
Pasir yang mengandung lempung / lanau 10-2 s/d 5 x 10-3
Pasir halus 5 x 10-2 s/d 10-3
Pasir kelanauan 2 x 10-2 s/d 10-4
Lanau 6 x 10-3 s/d 10-5
Lempung 10-6 s/d 10-9
PERMEABILITAS TANAH BERLAPIS
CONTOH DIJUMPAI PADA KONSTRUKSI BENDUNGAN

H1

H2

kH
L
z
kv LAPISAN TANAH DASAR

IMPERMEABLE BEDROCK
TANAH BERLAPIS-LAPIS DENGAN KOEFISIEN PERMEABILITY
ARAH HORISONTAL DAN ARAH VERTIKAL TIDAK SAMA

 LANGKAH PERTAMA DICARI DAHULU NILAI RATA-RATA KOEFISIEN


PERMEABILITAS ARAH VERTIKAL DAN JUGA ARAH HORISONTAL
 LANGKAH KEDUA DICARI NILAI KOEFISIEN PERMEABILTAS EVERAGE
(RATA-RATA) PADA TANAH BERLAPIS

k everage  k H .k v
kH SKALA FAKTOR 
kH
kv
MISAL , k H  4k v , MAKA :
kevarage 4.k H
kv SKALA FAKTOR (S.F)  2
kH

SKALA FAKTOR = 2 ,ARTINYA UKURAN BENDUNGAN ARAH HORISONTAL DIBAGI 2 DULU


MENENTUKAN PERMEABILITAS LAPANGAN (1)
ALIRAN AIR SEJAJAR DENGAN LAPISAN TANAH

H1
kH1
H2 kH2
H3
kH3

H
Arah aliran

Hn
kHn

BANYAKNYA LAPISAN TANAH YANG DILEWATI OLEH AIR = n LAPIS

GAMBAR. PENENTUAN KOEFISIEN REMBESAN EKIVALEN


UNTUK ALIRAN HORISONTAL DI DALAM TANAH YANG BERLAPIS
Debit air yang lewat melalui penampang tanah = q
dimana q = V.A=V.1.H ……………………………………………...(1)
atau q = V1.1.H1 + V2.1.H2 + V3.1.H3 +...Vn.1.Hn……………...(2)
V = kecepatan aliran rata-rata
V1,V2,V3,….,Vn = kecepatan aliran pada lapisan 1, lapisan 2,…lap.n
kH1,kH2,kH3,…kHn = koef. rembesan tiap lap. horisontal,
kH(eq) = koef. Rembesan ekivalen tiap lap. horisontal,
Seperti telah diketahui bahwa :
V =kH(eq) x i eq
V1 =kH1 x i1 ; V2 =kH2 x i2 ; V3 =Kh3 x i3 ; Vn =kHnxin ….…..(3)
Untuk aliran horisontal :
ieq = i1 = i2 = i3 =….. = in…...………………………………...(4)
Masukkan (1) kedalam (2) didapat :
V.H = V1.H1 + V2.H2 + V3.H3 +...Vn.Hn ………………..….(5)
Dengan menggantikan harga V dari persamaan (5) diatas dan memasukkan
harga i untuk horisontal,maka didapat :
kHeq.H = k1.H1 + k2.H2 + k3.H3 + … + kn.Hn
Atau
kH(eq) = 1/H ( kH1.H1 + kH2.H2 + kH3.H3 + … + kn.Hn )
CONTOH :
Suatu tanah terdiri dari tiga lapisan horisontal dengan ketebalan masing-
masing : H1 = H2 = H3 = H/3 = 3 m.
Koefisien permeabilitasnya k H1 = kH3 =10-4 cm/dt dan kH2 = 10-1 cm/dt
Ditanyakan :
a. Koefisien permeabilitasnya horisontal ekivalen (kHeq )
b. Debit air yang mengalir
Jawaban :
H1 = H2 = H3 = 3 m
H1 kH1
H=9m
H H2 kH2
k H1 = k H3 =10-4 cm/dt
H4 kH3 kH2 = 10-1 cm/dt

tidak ada kemiringan

a.) kHeq = 1/H (kH1.H1 + kH2 .H2 + kH3.H3)


= 1/9 [(10-4 .3 + 10-1 .3 + 10-4 .3)] = 0,0334 cm/dt
b). Debit (q) = kHeq . i. A i = h/L h = 0
Jadi debit (q) = 0 ( tidak mengalir)
Untuk kondisi air yang tegak lurus terhadap lapisan tanah, kecepatan aliran
yang melalui semua lapisan adalah sama. Tetapi kehilangan energi total, h,
adalah merupakan penjumlahan dari kehilangan energi untuk tiap-tiap lapis
V = V1 =V2 = V3 = …. = Vn ; h = h1 + h2 + h3 + …. + hn
Dengan menggunakan Hukum Darcy :

h V.H
V  k v(eq) .i  k v(eq) .  h
H k v(eq)
h1 h
V1  k v1.i1  k v1. ........, Vn  k vn .i n  k vn . n
H1 Hn
h h h h h
k v(eq) .  k v1. 1  k v2 . 2  k v3. 3  ...k vn . n
H H1 H2 H3 Hn
V.H H .V H .V H .V H .V
 1 1  2 2  3 3  ... n n
k v(eq) k v1 k v2 k v3 k vn
karena : V  V1  V2  V3  .....  Vn
H H1 H2 H3 H
    ... n
k v(eq) k v1 k v2 k v3 k vn

H
k v(eq) 
 H1   H 2   H 3   Hn 
 k    k    k   ...   k 
 v1   v2   v3   vn 
ALIRAN AIR TEGAK LURUS
DENGAN LAPISAN TANAH h2
h
h2
h1

H1 kV1

H2 kV2
H3 kV3

Hn kVn

Arah
aliran

GAMBAR. PENENTUAN KOEFISIEN REMBESAN EKIVALEN


UNTUK ALIRAN vertikal DALAM TANAH YANG BERLAPIS-LAPIS
CONTOH :
Suatu tanah terdiri dari 2 lapisan seperti gambar
Koefisien permeabilitasnya k1 = 10-2 cm/dt dan k2 = 0,5 cm/dt
Ditanyakan :
a. Koefisien permeabilitasnya ekivalen (keq )
b. Debit air yang mengalir

Ф tabung = 0,5 m
3m
2m
k1 k2
i = h/L= ½= 0,5.

A = ¼..d2 = ¼..0,52 =0,196 m2


1m 1m

H 200
a. k v(eq)    0,0196 cm/dt  0,000196 m/dt
 H1   H 2   100   100 
      2    
 k1   k 2   10   0,5 

b. Debit (q) = keq . I . A = 0,000196 x 0,5 x 0,196 = 1,9208.10-5 m3 /dt


GAYA REMBESAN
Berdasarkan geseran air yang digunakan untuk aliran melalui pori-pori
tanah,maka suatu energi dipindahkan antara butir tanah dan air. Gaya
tersebut sesuai dengan pemindahan energi dan disebutgaya
rembesanatau tekanan rembesan

Ada tiga kasus dalam bahasan ini ( Lihat konsep tegangan efektif )
1. Gaya tanpa rembesan.
2. Gaya rembesan arah ke atas
3. Gaya rembesan arah ke bawah.

1 . Gaya tanpa rembesan.


Gaya efektif pada luasan A: P’1 = z. g' . A, (ton, kg)

2 . Gaya rembesan arah ke atas


Gaya efektif pada luasan A dengan kedalaman z P’2 = (z.g‘ – i.z.gw ) A

3 . Gaya rembesan arah ke bawah


P’3 = (z.g‘ + i.z.gw ) A
Ditinjau suatu volume tanah (zxA)

z.g’.A
z

(a)

z.g’.A- i.z.gw A z.g’.A


z gaya rembesan
i.z.gw

(b)

z.g’.A+i.z.gwA z.g’.A i.z.gw


z gaya rembesan

(c)
PENGARUH GAYA REMBESAN TERHADAP
STABILITAS TANAH

Gaya tekanan rembesan atau tekanan hidrodinamis D dapat


mempengaruhi stabilitas tanah. Tergantung pada arah aliran, tekanan
hidrodinamis dapat mempengaruhi berat volume tanah.

D
D

3
1 2
D

g’ g’ g’
Lapisan kedap air
 Pada titik 1 garis aliran mengarah ke bawah dan tegak lurus. Berat
volume efektif adalah :
gef = g’ + D.
 Pada titik 2 garis aliran mengarah mendatar da g’ tegak lurus, maka
D dan g’ , saling tegak lurus serta membentuk dua vektor dan
menghasilkan resultante gaya yang miring.
 Pada titik 3 arah aliran vertikal, berat volume efektifnya :
gef = g’ – D
 Jika D = g’ , tanah akan nampak kehilangan beratnya, sehingga
menjadi tidak stabil. Keadaan demikian dinamkan dengan kondisi
kritis, dalam hal ini terdapat gradien hidrolis kritis, dengan onsekuinsi
kecepatan yang terjadi juga kecepatan kritis vc , sehingga :
D  g’w
Bila kecepatan aliran melampaui kecepatan kritisnya, maka D > g’ .
Keadaan ini menunjukan bahwa tanah dalam kondisi mengapung
atau terangkat keatas atau kondisi tanah tersebut mengalami Piping
dan boilling conditiont yaitu terbentuk banyak pipa-pipa tanah dan
tanah dalam kondisi mendidih atau tanah dihilir bendung menyembur-
nyembur.
FAKTOR KEAMANAN (F.K) TERHADAP BAHAYA PIPING DAN BOILLING
Berdasarkan tekanan / tegangan efektif dalam tanah :
o tegangan total pada a – b :
h
stotal = g.H

o Tegangan air pori :


U = gw (H + h ) H

o Tegangan efektif :
sef. = stotal  U a ……. b
sef. = g.H - gw (H + h ) Rembesan melalui pipa sempit

o Tegangan efektif ini dapat turun sampai = 0, maka :


0 = g.H - gw (H + h )
0 = g.H - gw .H - g.H - gw .h 0 = H (g- gw ) – h.gw
h g - gw g - gw
= i =
H gw gw
g - gw
Hidrolik gradien ini merupakan hidrolik gradien kritis ic =
gw
Jadi hidrolik gradien kritis terjadi, jika tegangan efektif = 0
Oleh karena tanah dalam keadaan jenuh, maka derajat kejenuhan;
Sr = 100 % = 1.

γ w (Gs  Sr.e) γ w (Gs  e)


γ  γ
1 e 1 e
Masukkan persamaan di atas ke rumus i c ; maka :
γ w (Gs  e)
1  e γ w (Gs  e) - γ w (1  e) G 1
ic  ;  ic  ;  ic 
γw γ w (1  e) 1 e

Dalam keadaan demikian akan terjadi “piping”, dalam hal ini butir tanah
dapat terangkat ke atas, bahkan terjadi pula “boilling. Dalam perencanaan
konstruksi terhadap bahaya piping harus dipenuhi syarat :

ic
S.F  ; Dalam hal ini :
i
S.F  faktor keamanan  3 - 4
STABILITAS BENDUNG
BENDUNG (WEIR), ADALAH BANGUNAN AIR YANG TERBUAT DARI
BETON ATAU PASANGAN BATU KALI YANG BERFUNGSI MENINGGIKAN
MUKA AIR DIGUNAKAN PENGAIRAN

BENTUK DASAR

BENTUK MODIFIKASI

KOLAM OLAK

turap
TINJAUAN STABILITAS

1. STABILITAS TERHADAP PENGGULINGAN


2. STABILITAS TERHADAP PENGGESERAN
3. STABILITAS TERHADAP TEKANAN TANAH
4. STABILITAS TERHADAP PENGGERUSAN (REMBESAN)
5. STABILITAS TERHADAP RETAK KONSTRUKSI

KHUSUS TINJAUAN HIDROLIKA

1. PENGARUH TEKANAN AIR KE ATAS (UP LIFT)


2. PENGARUH TERJUNAN AIR PADA HILIR BENDUNG
3. PENGARUH REMBESAN,YANG MENIMBULKAN BAHAYA
PIPING DAN BOILING
1. PENGARUH TEKANAN AIR KE ATAS

A B E F
0 13
C D
GARIS ALIRAN
GARIS
EQUIPOTENSIAL

1 12
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
F G
LAPISAN KEDAP AIR

U
2. PENGARUH TERJUNAN AIR PADA HILIR BENDUNG

DIBUATLAH KOLAM OLAKAN YANG CUKUP PADA DAERAH HILIR,


SEHINGGA AIR YANG TERJUN ENERGINYA DAPAT DIREDAM, SEHINGGA
TIDAK MENGGERUS TANAH YANG ADA ADA DIBELAKANG KOLAM OLAKAN
(LIHAT GAMBAR)

3. PENGARUH REMBESAN DIBAWAH BENDUNG


( lihat faktor keamanan terhadap bahaya piping di depan)
TINJAUAN BLIGH DAN LANE
METODE BLIGH DAN LANE, UNTUK MENGATASI BAHAYA PIPING
DAN BOILING SECARA EMPIRIS

METODE BLIGH

 PADA METODE BLIGH; UNTUK MENGATASI BAHAYA REMBESAN


DARI PIPING DAN BOILING DENGAN CARA MENAMBAH PANJANG
DASAR BENDUNG (L>) , BAIK KE HULU MAUPUN KE HILIR

i = H/L < i kritis

 MENURUT BLIGH : ADA CREEP RATIO CB

CB = L/H ATAU CB = 1/i…….i = 1/CB

NILAI CB, TERGANTUNG TERGANTUNG DARI JENIS TANAHNYA


(LIHAT TABEL)
METODE LANE, MERUPAKAN PENYEMPURNAAN DARI BLIGH
 DIANGGAP BAHWA ALIRAN AIR KEMUNGKINAN DAPAT MELALUI GARIS
KONTAK ANTARA DASAR BENDUNG DENGAN TANAH DASAR
DIBAWAHNYA, DAN PADA GARIS KONTAK INILAH AIR MENDAPAT
PERLAWANAN YANG PALING LEMAH
 VEKTOR ALIRAN AIR ARAH VERTIKAL DIANGGAP LEBIH BESAR NILAINYA
DARI PADA VEKTOR ARAH HORISONTAL

CREEP ARAH VERTIKAL = 3 X CREEP ARAH HOISONTAL

V H
V V V H

H a > 45 anggap vertikal


H
a < 45 anggap horisontal
1
L V  .L H
LW = LV + 1/3.LH L 3
LV = JUMLAH GARIS PANJANG VERTIKAL CL  W 
LH = JUMLAH GARIS PANJANG HORISONTAL
H H
, 1
i
CL
Tabel. Harga-harga koefisien CB dan keamanan
gradien hidrolik

No Jenis Tanah CB Keamanan gradien


hidrolik (1/CB)
1 Pasir sangat halus atau lumpur 18 1/18
2 Pasir halus 15 1/15
3 Pasir kasar 12 1/12
4 Pasir bercampur berangkal dan 5-9 1/5-1/9
kerikil serta tanah lempung
5 Pasir ringan dan lumpur 8 1/8
6 Berangkal, kerikil dan pasir 4-6 1/4-1/6
Tabel. Harga-harga koefisien CL dan keamanan
gradien hidrolik

No Jenis Tanah CL Keamanan gradien


hidrolik (1/CL)
1 Pasir sangat halus atau 8,5 1/8,5
2 lumpur Pasir halus 7 1/7
3 Pasir sedang 6 1/6
4 Pasir kasar 5 1/5
5 Kerikil halus 4 1/4
6 Kerikil sedang 3,5 1/3,5
7 Kerikil kasar termasuk batu 3 1/3
8 Berangkal dengan sedikit batu 2,5 1/2,5
dan kerikil
9 Tanah berlempung 1,6-3 1/1,6-1/3
Contoh :
Suatu bendung konstruksi beton dengan penampang seperti gambar.
Bendung terletak pada lapisan tanah pasir halus dengan koefisien
permeabilitas; k = 5 x 10-3 cm/dt. Ditanyakan :
a. Apakah konstruksi bendung sudah cukup aman terhadap piping/boilling
berdasarkan teori Bligh dan Lane.?
b. Berapa debit rembesan air yang melalui bagian bawah tubuh bendung ?

+6.00

H1 HL

+o.oo A
H -1.oo
-1.oo C
B
-3.oo E
D 600
-4.oo
F G
H
3m 20 m 3m

0.5
Pasir halus; k = 5 x 10-3 cm/dt.
-11.oo
Lapisan kedap air
Jawaban :
1. Berdasarkan teori Bligh.
LB = C B . H L HL = 6 + 1 = 7 m; Tanah pasir halus : CB = 15

LB = 15 x 7 = 105 m (syarat minimal panjang aliran air menurut Bligh)

Lyang ada = AB + BC + DE + EF + FG + GH
= 1 + 3 + 2 + 20 + 1 + 1 + 3 = 31 M
Jadi konstruksi bendung tidak aman terhadap bahaya piping
Agar supaya aman, konstruksi perlu diberi tambahan :
 turap di bawah konstruksi bendung
 blanket kearah depan maupun belakang

Penambahan panjang agar aman : L = 105 – 31 = 74 m

2. Debit rembesan air yang melalui bagian bawah bendung (Bligh).


a. Sebelum diperpanjang :
Lyang ada = 31 m ; HL = 7 m ; k = 5 x 10 -3 cm/dt = 5 x 10 -5 cm/dt
i = HL / L = 7/31 = 0.226
H = 11-1 = 10 m
q = k . i . A = = 5 x 10 -5 x 0.226 x (10x1) = 1.13 x 10-4 m3 /dt
b. Setelah diperpanjang :
Lyang ada = 105 m ;
i = HL / L = 7/105 = 0.067
q = k . i . A = = 5 x 10 -5 x 0.067 x (10x1) = 0.34 x 10-4 m3 /dt

3. Berdasarkan teori Lane


Tanah pasir halus : CL = 7

LL = CL . HL = 7 . 7 = 49 m (syarat minimal panjang aliran air menurut


Lane)
Lyang ada = S LV + LH /3) =AB+BC/3+CD+DE/3+EF+FG/3+GH
= 1 + 3/3 + 2 + 20/3 + 1 + 1/3 + 3 = 15 m
Jadi konstruksi bendung juga tidak aman terhadap bahaya piping
Penambahan panjang : L = 49 – 15 = 34 m

4. Debit rembesan air yang melalui bagian bawah bendung (Lane).


a. Sebelum diperpanjang :
Lyang ada = 15 m ; HL = 7 m ; k = 5 x 10 -3 cm/dt = 5 x 10 -5 cm/dt
i = HL / L = 7/15 = 0.467
q = k . i . A = = 5 x 10 -5 x 0.467 x (10x1) = 2.34 x 10-4 m3 /dt
b. Setelah diperpanjang :
Lyang ada = 49 m ;
i = HL / L = 7/49 = 0.143
q = k . i . A = = 5 x 10 -5 x 0.143 x (10x1) = 0.72 x 10-4 m3 /dt
Kesimpulan :
Berdasarkan teori Bligh dan Lane setelah panjang Creep memenuhi syarat,
maka debit air rembesan melalui bagian bawah bendung menjadi lebih kecil
dari semula.
Berdasarkan teori Bligh berkurang = 69.91 % dan berdasarkan teori Lane
berkurang sebesar = 69.23 %

Turap baja
FLOWNET
 AIR DIDALAM TANAH MENGALIR KESEMUA ARAH. PERHITUNGAN
ALIRAN AIR TANAH BIASA DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN
FLOWNET DIDASARKAN PADA PERSAMAAN KONTINUITAS YANG
DITEMUKAN OLEH LAPLACE.
 PERSAMAAN KONTINUITAS MENGANGGAP BAHWA :
JUMLAH AIR YANG MENGALIR MASUK KEDALAM SUATU
ELEMEN = JUMLAH AIR YANG MENGALIR KELUAR DARI
ELEMEN (INFLOW = OUTFLOW)

PERSAMAAN KONTINUITAS
q x q y
x
dx  y dy 0

PERSAMAAN DARCY
:
h T
qx  kx  i  A  kx  x
 dy 1
MASUKKA N PERSAMAAN DARCY KE PERSAMAAN KONTINUITAS

 2h T  2h T
0  kx  2
dx  dy 1  k y  2
dy  dx 1
x y
 2h T  2h T
0  kx  2
 ky 
x y 2

PERSAMAAN DIATAS DAPAT DIGAMBARKAN SEBAGAI JARINGAN


YANG TERDIRI DARI GARIS-GARIS YANG SALING TEGAK LURUS
SATU SAMA LAINNYA.

GARIS-GARIS TERSEBUT ADALAH :

1.FLOW LINES (GARIS ALIRAN) : GARIS DIMANA PARTIKEL-PARTIKEL


AIR MENGALIR DARI BAGIAN YANG MEMPUNYAI ENERGI LEBIH
TINGGI KEBAGIAN YANG MEMPUNYAI ENERGI LEBIH RENDAH
2.EQUIPOTENSIAL LINES (GARIS EQUIPOTENSIAL) :GARIS
SEPANJANG MANA ENERGI POTENSIAL ADALAH SAMA
JARINGAN ALIRAN / FLOW NET

PENGERTIAN

Gabungan dari dua kelompok garis yang saling


tegak lurus yaitu :

• Aliran (Flow Line) kumpulan titik atau garis yang


menyatakan arah aliran
• Garis Ekipotensial (Equipotential Line) tempat
kedudukan titik yang mempunyai tinggi tekanan
air (head) total yang sama.
H

A B E F
0
13
C D
GARIS ALIRAN
GARIS
EQUIPOTENSIAL

1 12
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
H G
LAPISAN KEDAP AIR
CARA PENGGAMBARAN FLOW NET
1. Permukaan atas air baik di hulu (A-B) maupun di hilir
(E-F) merupakan garis ekipotensial
2. Karena A-B dan E-F adalah garis ekipotensial, semua
garis-garis aliran memetongnya tegak lurus
3. Perpotongan garis aliran dan garis ekipotensial
membentuk sudut tegak lurus
4. Permukaan suatu batas yang kedap air (H-G)
merupakan garis aliran
5. Garis-garis aliran sejajar , tidak pernah berpotongan.
6. Garis-garis ekipotensial memotong (B-C-D-E) dan (H-G)
7. Kotak yang dibentuk dari garis alir dan garis
ekipotensial membentuk bangun bujursangkar
Gambar. Garis-garis aliran dan garis ekipotensial
PERHITUNGAN REMBESAN
Didalam jaringan aliran, daerah diantara dua garis aliran yang saling
berdekatan dinamakan saluran aliran. Gambar dibawah menunjukkan suatu
saluran aliran dengan garis ekipotensial yang membentuk elemen-elemen
berbentuk bujur sangkar .Apabila h1, h2, h3, h4…., hn, adalah muka
pizometrik yang bersesuaian dengan garis ekipotensial, maka kecepatan
rembesan yang melalui saluran aliran per satuan lebar (tegak lurus thd
bidang gambar) dapat dihitung dengan cara :
h=equipotential
 Debit air yang melalui 1 parit aliran = q drop

Dari hukum Darcy, debit air


yang mengalir per satuan
waktu, q = k.i.a
h

h =

H = perbedaan tinggi muka air pada bagian hulu dan hilir


Nd = banyaknya bidang bagi kehilangan energi potensial
Nf = banyaknya saluran aliran didalam jaringan aliran
h = kehilangan energi ekipotensial
Flow Nets
h= equipotential drop

q

Flow channel
a
Equipotential lines b= l
• gradient: h h h N e
i  
l b b
• flow per channel: h h
q  k   A  k  A
Ne
l b
• total flow: a N
q  q  N f  k  h   f
b Ne
 Apabila elemen-elemen dari flownet berbentuk persegi panjang maka :

h=equipotential
drop
FLOWNET DENGAN BENTUK ELEMEN
YANG TIDAK SAMA
CONTOH :

permeability
k = 10-6 m/dt

11.0 m h= 9.0 m

2.0 m
16.0 m
exit gradient
A B
10.0 m

Datum
permeability
k = 10-6 m/dt

11.0 m

2.0 m
16.0 m
First equipotential Last equipotential
First flow line
10.0 m

Last flow line

Scale: 1 square = 4 m2
permeability
k = 10-6 m/dt

11.0 m

2.0 m
16.0 m
2.0 m

10.0 m

Scale: 1 square = 4 m2
permeability
k = 10-6 m/dt

11.0 m

2.0 m
0 16.0 m 10
exit gradient
A B C D E FG H I
10.0 m
1 9
2 3 4 5 6 7 8

Scale: 1 square = 4 m2
Flow Net
• Debit rembesan dibawah tubuh bendung

 Nf  6 m 3 m 3
q  k  h     10 dt  9m   2 104
 Nd  10 dt
Tegangan air dibawah bendung.
Di titik A
NA 1
h TA  h To  h   21 m  9 m   20.1 m
Nf 10
U A  h TA x γ w  20.1x1  20.1 t/m 2

Di titik B
NB 2
h TB  h To  h   21 m  9 m   19.2 m
Nf 10
U B  h TB x γ w  19.2x1  19.2 t/m 2

Di titik C
NC 3
h TC  h To  h   21 m  9 m   19.2 m
Nf 10
U C  h TC x γ w  18.3x1  18.3 t/m 2
Di titik D
ND 4
h TD  h To  h   21 m  9 m   17.4 m
Nf 10
U D  h TD x γ w  17.4x1  17.4 t/m 2

Di titik E
NE 5
h TE  h To  h   21 m  9 m   16,5 m
Nf 10
U E  h TE x γ w  16.5x1  16.5 t/m 2

Di titik F
NF 6
h TF  h To h  21 m  9 m   15.6 m
Nf 10
U F  h TF x γ w  15.6x1  15.6 t/m 2
Di titik G
NG 7
h TG  h To  h   21 m  9 m   14.7 m
Nf 10
U G  h TG x γ w  14.7x1  14.7 t/m 2

Di titik H
NH 8
h TH  h To  h   21 m  9 m   13.8 m
Nf 10
U H  h TH x γ w  13.8x1  13.8 t/m 2

Di titik I
NI 9
h TI  h To h  21 m  9 m   12.9 m
Nf 10
U I  h TI x γ w  12.9x1  12.9 t/m 2
permeability
k = 10-6 m/dt

11.0 m

2.0 m
16.0 m
2.0 m

10.0 m

A E I

12.9
16.5
20.1

BESARNYA GAYA ANGKAT (UP-LIFT) = LUAS DARI DIAGRAM


TEGANGAN AIR ( 20.1 + 12.9 ) x ( 16/2 ) = 26 t/m2
REMBESAN PADA BENDUNGAN TANAH
BENTUK GARIS REMBESAN / GARIS FREATIK
0.3 K-N
KOREKSI GARIS REMBESAN TERHADAP PARABOLA DASAR
 Yang telah ditulis adalah parabola dasar dari garis rembesan
 Garis rembesan yang sesungguhnya diperoleh dengan mengkoreksi
parabola dibagian hulu dan hilir.

1. KOREKSI BAGIAN HULU ( UP – STREAM ) :

o Titik M, pada parabola dimulai, bukan N,


o M – N = 0.3 (K – N)
o K – N = proyeksi lereng bawah A – N pada muka air

P d 2  h12 - d P = parameter parabola

o Setelah P didapat maka, dengan memasukkan pada persamaan


parabola ; akan didapat bentuk parabola yang dimaksud.
Selanjutnya gambar garis rembesan dapat dibuat

Y2 = 2 P.x + P2 x 0 2 4 6 8 10 12 dst
Y - - - - - - - didapat
y
0.3 K-N Garis parabola asli
Garis yang dikoreksi

m:1
h1

x
F (0,0)

m:1 ( m= mendatar dan 1 = vertikal


1. KOREKSI BAGIAN HILIR ( DOWN – STREAM ) :

 Garis rembesan akan selalu memotong down-stream pada titik S;


dimana titik S selalu berada dibawah titik R
 Titik R , adalah perpotongan antara down-stream dengan garis parabola
sebelum dikoreksi.
 Titik S adalah perpotongan antara down-stream dengan garis parabola
setelah dikoreksi.
 Arah dan letak S, dipengaruhi oleh bentuk dan sudut kemiringan
drainage

a. Tanpa drainage FS = a
FR = a +  a
SR =  a
FV = P/2
FB = P

B
S P

P/2
b. Drainage, a = 90O
drainage

R, B berimpit
R,B
a
S P
a
a
F V
P/2
c. Drainage,
90 o < a < 180O
drainage
B
R
P
S
a
F V
P/2
FV = FR = FS
d. Drainage, a
d. Drainage, a == 180
180OO FV = P/2
FB = P
Koreksi RS = a =0
Koreksi Umum
Umum ::
B
B
F-S
F-S == aa
S-R == a
S-R a drainage
P
P drainage

FF V,S,R
V,S,R ((berimpit)
A ++ 
berimpit)
A  aa == aa
P/2
P/2
aa ++ a P/1 –– cos
a == P/(1 180oo P/1-(-1)=
cos 180 P/1-(-1)=P/2
P/2

ao 30 60 90 120 135 150 180

ao 30 60 90 120 135 150 180


0.37 0.32 0.26 0.19 0.14 0.11 0.00
0.37 0.32 0.26 0.19 0.14 0.11 0.00
Menghitung debit air (q) ,
sebagai debit rembesan yang melalui badan bendungan

 Untuk sudut lereng hilir, a > 30o

F
X

Persamaan rembesan (parabola) :

y 2  2PX  P 2 ; y  2PX  P 2
 Lihat Y pada badan bendungan
 Dipandang 1 m tegak lurus bidang gambar
 q(1m) = V . A = V. (Y.1)
dx
 V = k. i
i dy
i = hidrolik gradien pada titik A

dy
q  k.i.y  k. .y ........... y  2PX  P 2
dx
dy P

dx 2PX  P 2
P
q  k. . 2PX  P 2
2PX  P 2

q=k.P
Contoh.
Sebuah bendungan tanah, dengan data sebagai berikut :
kx = 4 kz
8m kx =16x10-3 cm/dt
kz = 4x10-3 cm/dt
2m C
B

1 1
H=10 m 2 2

drainage
F
A D
15 m
Ditanya :
a. Gambar garis rembesan teratas dengan memperhitungkan
koreksi di hulu dan di hilir badan bendungan
b. Hitung debit rembesan yang melalui badan bendungan
Jawaban :
a. Karena koefisien permeability arah horisontal dan vertikal tidak sama
maka dicari terlebih dahulu keverage (rata-rata) dan skala faktor

k everage  k H .k v  16 x103.4 x10 3  8x10 3 cm/dt  8x10 5 m/dt


k x 16
Skala faktor   4 2
kz 4
Skala faktor = 2 ,artinya bentuk asli penampang bendungan dirubah
dulu menjadi bentuk transformasi dengan membagi ukuran-ukuran
horisontal dengan skala faktor (2), sehingga menjadi kemiringan (1:1)

4m
K M NB C M(XM ,YM )
2m

F(0,0)

H=10 m 1
XM V,R,S berimpit
1
O
P
A F D
7.5 m
XM
P/2
• Panjang dasar bendungan mula-mula = (2x12) + 8 + (2x12) = 56 m
• Panjang bendungan Transformasi = 12 + 4 + 12 = 28 m
• Koordinat M (XM ,YM )
XM = 28 -7.5 – (0.7X10) = 13.5 m
YM = H = 10 m
• Sehingga P  X 2M  YM2  X M  13.52  10 2  13.5  3.3m
a
α  180  c 
O
 0  a  0
a  a
P P P
a  a   
1 - cos.α 1  (1) 2
P 3.3
a   1.65 m
2 2
• Persamaan parabola transformasi :
Y2 = 2PX + P2 = 2.3.3.X 3.32
X 0 2 4 6 8 13.5
Y2 = 6.6.X + 10.89 Y 3.30 4.91 6.10 7.10 7.98 10.00
• Untuk menggambarkan bentuk parabola yang sesungguhnya maka
ukuran arah horisontal dikembalikan dengan mengalikan 2 terhadap X

X 0 4 8 12 16 27
Y 3.30 4.91 6.10 7.10 7.98 10.00

• Dari koordinat asli maka bentuk parabola garis aliran teratas dapat dibuat

K M N
14
8m
6 K-M =0.7X20 =14 m
2m
M-N = 0.3x20 = 6 m

1
10 m 10
2
V,R,S (berimpit)
7.10
3.3
F
27 12 0

1.65
b. Debit rembesan (q) ; 1 m tegak lurus bidang gambar
q = keverage . P
= 8x10-5 . 3,3
= 26,4x10-5 m3/dt
= 0,264x10-3 m3/dt

Anda mungkin juga menyukai