Anda di halaman 1dari 8

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cair, gas, padat) pada, dalam, dan

di atas
permukaan tanah. Termasuk proses terjadinya, penyebaran, danperilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, dan
reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungan dengan makhluk hidup. Tujuannya untuk menganalisis
karakteristik curah hujan di daerah penyelidikan.

1. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang

 Curah Hujan

Hujan merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan uap air di atmosfir yang terkondensasi dan jatuh
dalam bentuk tetesan air. Sistem penyaliran tambang dewasa ini lebih ditujukan pada penanganan air permukaan, ini
karena air yang masuk ke dalam lokasi tambang sebagian besar adalah air hujan. Air tambang akan ditampung dalam
sumuran (sump), selanjutnya dikeluarkan dengan pompa melalui jalur pemipaan ke kolam pengendapan (settling
pond). Air limpasannya (overflow)akan dibuang atau dialirkan ke luar lokasi tambang atau ke sungai terdekat dan
Lumpur endapannya (underflow) dibersihkan secara berkala.

Tabel Derajat dan Intensitas Hujan

Tabel Keadaan dan Intensitas Curah Hujan

 Periode Ulang Hujan

Periode ulang hujan adalah jangka waktu suatu hujan dengan tinggi intensitas yang sama atau lebih besar
kemungkinan dapat terjadi lagi. Penentuan periode ulang hujan untuk perencanaan sarana penyaliran daerah tambang
dapat dilakukan dengan berdasarkan pada harga acuan periode ulang hujan (lihat Tabel). Salah satu pertimbangan
penentuan periode ulang hujan tersebut adalah resiko yang dapat ditimbulkan bila curah hujan melebihi curah hujan
rencana

Tabel Periode Ulang Hujan Rencana


 Metode Analisis Intensitas Curah Hujan Rencana

Intensitas Curah Hujan adalah jumlah curah hujan dalam jangka waktu tertentu, dan dinyatakan dalam mm persatuan
waktu. Intensitas curah hujan dapat digunakan untuk menghitung debit air limpasan. Besarnya intensitas curah hujan
dapat ditentukan secara langsung jika ada rekaman durasi hujan setiap harinya yang diukur dengan alat penakar
hujan otomatis.
Rumus yang dapat digunakan untuk mengolah data curah hujan harian kedalam satuan jam adalah dengan Rumus
Mononobe:
2

I = R24 . 24  3
  
24 t
Dimana :
R24 = Intensitas curah hujan dalam satu hari (mm/hari)
t = Durasi hujan (jam)
I = Intensitas curah hujan perjam (mm/jam)

 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment


Area)

Catchment area atau daerah tangkapan hujan ditentukan berdasarkan kondisi topografi daerah yang akan diteliti.
Daerah tangkapan hujan ini biasanya dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang diperkirakan akan
mengumpulkan air hujan. Luas daerah tangkapan hujan diukur pada peta kontur, yaitu dengan menarik hubungan
dari titik-titik yang tertinggi di sekeliling tambang dan membentuk poligon tertutup, dengan melihat kemungkinan
arah mengalirnya air, maka luas dihitung berdasarkan batas poligon tersebut .

 Koefisien Limpasan (C)

Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya limpasan permukaan, dengan
intensitas curah hujan yang terjadi pada tiap-tiap daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan tiap-tiap daerah
berbeda.

Tabe . Nilai Koefisien Limpasan

 Debit Limpasan

Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut.
Aliran itu terjadi karena curah hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang disebabkan
karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan, bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta
vegetasi.
Penentuan debit air limpasan maksimum ditentukan dengan menggunakan Metode Rasional. Rumus metode rasional
adalah sebagai berikut :

Q = 0,278 x C x I x A

Dengan :
Q = Debit air limpasan, (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan
(mm/jam), untuk rancangan
paritan durasi hujan yang dipakai
dalam Persamaan
Mononobe
A = Luas daerah tangkapan hujan,
(km2)

 Paritan

Dalam merancang bentuk saluran penyaliran, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, dapat mengalirkan
debit air yang direncanakan dan mudah dalam penggalian saluran serta tidak lepas dari penyesuaian dengan bentuk
topografi dan jenis tanah. Bentuk dan dimensi saluran juga harus memperhitungkan efektifitas dan ekonomisnya.

Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang dapat digunakan. Bentuk
penampang penyaliran diantaranya bentuk segi empat, bentuk segi tiga dan bentuk trapesium. (Gambar 2.2)

Gambar Bentuk Penampang

Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum dipakai adalah bentuk trapesium, sebab mudah
dalam pembuatannya, murah efisien dan mudah dalam perawatannya, serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat
disesuaikan menurut keadaan daerah. Penampang saluran bentuk trapesium dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar Penampang Paritan Trapesium

Sedangkan kemiringan dasar saluran, ditentukan dengan pertimbangan bahwa, suatu aliran dapat memgalir secara
alamiah tanpa terjadi pengendapan lumpur pada dasar saluran, dimana menurut Pfleider (1968) kemiringan antara
0,25 – 0,5 % sudah cukup untuk mencegah adanya pengendapan lumpur berupa adanya pengendalian. Dalam hal ini
maka harga S = (0,25 %) yang merupakan kemiringan dasar pit pada lokasi penambangan. Perhitungan kapasitas
pengaliran suatu saluran dapat dihitung menggunakan rumus “Manning”, yaitu :
2 1
1 2
Q= A. . R 3. S
n
Dimana:
Q = Debit limpasan, m³/det
A = Luas penampang basah, m²
n = Koefisien kekasaran manning
R = Jari-jari hidrolis, m
S = Kemiringan dasar saluran

Tabel Kemiringan Dinding pada Berbagai Jenis Bahan

Tabel Koefisien Kekerasan Dinding Paritan

 Sumuran

Dimensi sumuran tambang tergantung pada kuantitas (debit) air limpasan, kapasitas pompa, volume, waktu
pemompaan, kondisi lapangan seperti kondisi penggalian terutama pada lantai tambang (floor) dan lapisan batubara
serta jenis tanah atau batuan di bukaan tambang. Volume sumuran ditentukan dengan menggabungkan grafik
intensitas hujan yang dihitung dengan teori Mononobe, dan grafik debit pemompaan versus waktu.

Gambar Grafik Penentuan Volume Sumuran


 Pompa Julang (Head)

Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada
kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka head juga akan semakin besar. Head total pompa
untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani
oleh pompa tersebut, sehingga julang total pompa dapat dituliskan sebagai berikut:

 v 2 
H h sh h
p f
 2g 
Keterangan :
H = Head total pompa (m).
hs = Head statis pompa (m).
hp = Beda head tekanan pada
kedua permukaan air (m). meliputi head gesekan pipa, serta
hf = Head untuk mengatasi
berbagai hambatan pada
pompa dan pipa (m),
2
v head belokan
= Head dan lain-
kecepatan (m).
lain.
2g
Perhitungan berbagai julang pada pemompaan :
a) Head statis (hs)
hs h2 h1

Keterangan :
h1 = Elevasi sisi isap (m) h2
= Elevasi sisi keluar (m)

b) Head tekanan (hp)


h s  hp2 hp1
Keterangan :
hp1 = Head tekanan pada
sisi isap
hp2 = Head tekanan pada
sisi keluaran2
c) Head f  Lv (hf 1)
h f 1 gesekan
 2Dg 
Keterangan :
f = Koefisien gesek (tanpa satuan)
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)

Angka koefisien gesekan f dicari dengan menggunakan persamaan:


1
3,7 D
f  2 log

k = Koefisien kekasaran pipa


D k= Diameter dalam pipa
Keterangan :
Tabel Koefisien Kekerasan Jenis Pipa

Gambar Grafik Penentuan Friction Loss pada Pipa Jenis Layflat

d) Head belokan (hf2)

h f 2  k  v 
2

 2g 
Keterangan :
K = Koefisien kerugian pada belokan
 3,5 0,5
D  
k  0,131  1,847   x 
  2R    90 
Keterangan :

v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2) R
= Jari-jari lengkung belokan (m)
θ = Sudut belokan pipa
D
R
1
tan 2 
e) Head
katup isap (hf3)

h f 3  f  v 
2

 2g 
Keterangan :
f = Koefisien kerugian pada
katup isap
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)

Tabel Koefisien Kerugian pada Berbagai Katup Isap

 Kolam Pengendapan

Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur-lumpur, atau material padatan yang bercampur dengan
air limpasan yang disebabkan adanya aktivitas penambangan maupun karena erosi. Disamping tempat pengendapan,
kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar
kolam pengendapan, baik itu kandungan materialnya, tingkat keasaman ataupun kandungan material lain yang dapat
membahayakan lingkungan.

 Ukuran Kolam Pengendapan

Luas kolam pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

A = Q total/v

Keterangan :
A = Luas kolam pengendapan (m2)
Q total =Debit air yang masuk kolam pengendapan (m3/detik) v
= Kecepatan pengendapan (m/detik)

Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus “Stokes” dan hukum “Newton”. Hukum
“Stokes” berlaku bila padatanya kurang dari 40%, sedangkan bila lebih persen patan lebih dari 40% berlaku hukum
“Newton”
Hukum Stokes :
g  D 2   p 
V
a 18
Keterangan :
V = Kecepatan pengendapan partikel
(m/detik) g = Percepatan gravitasi
(m/detik2)
p = Berat jenis partikel padatan
a = Berat jenis air (kg/m3)
 = Kekentalan dinamik air
(kg/mdetik) D = Diameter partikel
padatan (m)
Hukum Newton

V   4x g xD xp  a 
0,5

 3x Fg x 
Keterangan : a
V = Kecepatan pengendapan partikel
(m/detik) g = Percepatan gravitasi
(m/detik2)
p = Berat jenis partikel padatan
a = Berat jenis air (kg/m3)
D = Diameter partikel
padatan (m) Fg = Nilai koefisien
tahanan

Perhitungan Prosentase
Pengendapan

Perhitungan prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui kolam pengendapan yang akan dibuat dapat
berfungsi untuk mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan tambang. Untuk perhitungan,
diperlukan data-data antara lain persen (%) padatan dan persen (%) air yang terkandung dalam lumpur.

Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap dengan kecepatan (V) sejauh (h) adalah :
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan kecepatan (Vh) adalah :
Qtotal
Tv
Vh == h/V
A
Th = P/Vh
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika (tv) tidak lebih besar dari (th).
th
Persentase pengendapan = x 100 % (th
+ tv)

Keterangan :
V = Kecepatan pengendapan partikel
(m/detik) Vh = Kecepatan mendatar partikel
(m/detik)
h = Kedalaman saluran masuk dan keluar kolam pengendapan
(m) L = Lebar kolam pengendapan (m)
P = Panjang kolam pengendapan (m)

Anda mungkin juga menyukai