(2.3b)
Dimana : R = Jari-jari hidraulik
A = Luas penampang basah
P = Keliling basah
B = Lebar penampang
m = Kemiringan dinding saluran
h = Kedalaman luas basah maksimum
gambar 2. 1 Penampang Saluran Trapesium
Untuk penampang berbentuk segi empat maupun segi tiga, maka unsur geometrisnya adalah
identik. Hanya saja yang berbeda adalah harga B dan y. untuk penampang segi empat harga
y=0, untuk penampang segi tiga harga B=0.
Cara menghitung geometris penampang saluran berbentuk segi empat:
Penampang basah total (A)
Atotal = B. h + m. h2 ………………………………………………………………(2.4a)
A1 = B.h………………………………………………………………………..(2.4b)
Dimana : A = luas penampang basah
m = Kemiringan dinding Saluran
h = Kedalaman luas basah maksimum
(sumber: Ve Te Chow,1997)
2.2 Hidrolika Sungai
Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah
tempat presipitasi yang terkonsentrasi ke sungai dan mengalirkannya ke laut. Pada
penyusunan hidrograf, Suyono Sosrodarsono (1993), menyatakan bahwa persentasi
puncak itu adalah penting untuk diperhitungkan. Maka semua persentasi debit dapat
diperoleh dari debit rata-rata dalam interval waktu. Akan tetapi dalam suatu daerah
pengaliran yang besar, harga rata-rata pada interval waktu dimana telah termasuk
harga maksimumnya yang akan mendekati harga puncak. Sedangkan penetapan
tingkat-tingkat sungai menggunakan cara Strahler (1964), yang pada dasarnya sebagai
berikut ini:
1
V= . R2/3. S1/2……………………………………………………………………(2.7)
n
1
Q= . AR2/3. S1/2…………………………………………………………………(2.8)
n
Dimana: Q = Debit (m3/s)
V= kecepatan aliran (m/s)
A = luas penampang basah (m2)
R= jari-jari hidrolik (m)
n= koefisien kekasaran (manning)
S= kemiringan energi (m).
2. Buat Profil melintang dengan beberapa interval pada ruas sungai yang telah dipilih untuk
mengetahui kedalaman dan jarak antar interval pengukuran kedalaman. Hasil
pengukuran tersebut akan digunakan untuk menghitung luas penampang sungai dan
panjang perimeter basah pada ruas yang dipilih.
3. Ukur gradien hidraulik dengan cara mengukur jarak (L) dan ukur beda tinggi muka air
4. Catat kondisi dasar saluran (untuk menetapkan nilai koefisien kekasaran manning (n),
perhatikan:
a. materi dasar sungai (lujmpur, pasir, gravel)
b. tumbuhan (rumput, perdu, pohon)
bn+bn+1
an = . dn……………………………………………………………..(2.)
2
n
A = ∑ an…………………………………………………………………..
i=1
Q= A.V……………………………………………………………………………..(2.)
bn = jarak titik vertikal sebelum titik vertikal ke n dari titik tetap (m)
bn+1 = jarak titik vertikal sesudah titik vertikal ke n dari titik tetap (m)
Q = Debit (m3/s)
dn+dn+1
an = . bn……………………………………………………………..(2.)
2
n
A = ∑ an…………………………………………………………………..
i=1
Q= A.V……………………………………………………………………………..(2.)
Q = Debit (m3/s)
Dari cara pengukuran debit perhitungan yang sering digunakan seperti yang
diperlihatkan dalam Velocity Area Method Akan tetapi analisis aliran melalui saluran
terbuka (open chanel) lebih sulit daripada aliran melalui saluran pipa (saluran tertutup).
Pada saluran terbuka, misalnya sungai (saluran alam), variabel aliran sangat tidak teratur
baik terhadap ruang maupun waktu. Variabel tersebut adalah tampang lintang saluran,
kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit dan kecepatan aliran dalam saluran.
Ketidakteraturan tersebut mengakibatkan analisis aliran sangat sulit untuk diselesaikan
secara analitis. Oleh karena itu, analisis aliran melalui saluran terbuka lebih empiris
dibanding dengan aliran melalui pipa. Sampai saat ini metode empiris masih yang terbaik
untuk menyelesaikan masalah tersebut (Bambang Triatmodjo,1996).
Dalam keperluan praktis dan ekonomis, dimana sering diperlukan kecepatan rata-rata
pada vertikal, pengukuran kecepatan dilakukan hanya pada satu atau dua titik tertentu.
Kecepatan rerata dapat diukur pada 0,6 kali kedalaman muka air, atau harga rerata dari
kecepatan pada 0,2 dan 0,8 kali kedalaman. Ketentuan ini hanya berdasarkan hasil
pengamatan dilapangan dan tidak ada penjelasan secara teoritis. Besar kecepatan rerata
ini bervariasi antara 0,8 dan 0,95 kecepatan dipermukaan dan biasanya diambil sekitar
0,85.
1
V= . R2/3. S1/2……………………………………………………………………(2.7)
n
1. Kekasaran permukaan Kekasaran permukaan ditandai dengan ukuran dan bentuk butiran
bahan yang membentuk luas basah dan menimbulkan efek hambatan terhadap aliran. Hal
ini sering dianggap sebagai satu-satunya faktor dalam memilih koefisien kekasaran,
tetapi sebenarnya hanyalah satu dari beberapa faktor utama lainnya. Secara umum
dikatakan bahwa butiran halus mengakibatkan nilai n yang relative rendah dan butiran
kasar memiliki nilai n yang tinggi.
2. Tetumbuhan Tetumbuhan dapat digolongkan dalam jenis kekasaran permukaan, tetapi
hal ini juga memperkecil kapasitas saluran dan menghambat aliran. Efeknya terutama
tergantung pada tinggi, kerapatan, distribusi dan jenis tetumbuhan, dan hal ini sangat
penting dalam perancangan saluran pembuangan yang kecil.
3. Ketidakteraturan saluran Mencakup pola ketidakteraturan keliling basah dan variasi
penampang, ukuran dan bentuk di sepanjang saluran. Pada saluran alam, ketidakteraturan
seperti ini biasanya diperlihatkan dengan adanya alur-alur pasir, gelombang pasir,
cekungan dan gundukan, lubang-lubang dan tonjolan di dasar saluran. Ketidakteraturan
ini jelas menandakan kekasaran sebagai tambahan dari yang ditimbulkan oleh kekasaran
permukaan dan faktor-faktor lainnya.
4. Trase saluran Kelengkungan yang landai dengan garis tengah yang besar akan
mengakibatkan nilai n yang relative rendah, sedangkan kelengkungan yang tajam dengan
belokan-belokan yang patah akan memperbesar nilai n.
5. Pengendapan dan penggerusan. Secara umum, pengendapan dapat mengubah saluran
yang sangat tidak beraturan menjadi cukup beraturan dan memperkecil n, sedangkan
penggerusan dapat berakibat sebaliknya dan memperbesar n. namun efek utama dari
pengendapan akan tergantung pada sifat alamiah bahan yang diendapkan.
6. Hambatan Adanya balok sekat, pilar jembatan dan sejenisnya cenderung memperbesar n.
besarnya kenaikan ini tergantung pada sifat alamiah hambatan, ukuran, bentuk,
banyaknya dan penyebarannya.
7. Ukuran dan bentuk saluran. Belum ada bukti nyata bahwa ukuran dann bentuk saluran
merupakan faktor penting yang mempengaruhi nilai n. perbesaran jari-jari hidrolik dapat
memperbesar maupun memperkecil n.
8. Taraf Air dan Debit Nilai n pada saluran umumnya berkurang bila taraf air dan debitnya
bertambah. Bila air rendah, ketidakteraturan dasar saluran akan menunjol dan efeknya
kelihatan. Namun nilai n dapat pula besar pada taraf air tinggi bila dinding saluran kasar
dan berumput. Bila debit terlalu besar, air banjir dapat melimpas ke tebing-tebingnya dan
sebagian aliran akan mengairi bantaran banjir. Nilai n pada bantaran banjir biasanya
lebih besar dari pada di saluran, dan besarnya tergantung pada kondisi permukaan dan
tetumbuhannya.
9. Perubahan Musiman Akibat pertumbuhan musiman dari tanaman-tanaman air, rumput,
willow dan semak-semak di saluran atau di tebing, nilai n dapat bertambah pada musim
semi dan berkurang pada musim dingin. Perubahan musiman ini dapat menimbulkan
perubahan faktor-faktor lainnya.
10. Endapan Melayang dan Endapan Dasar Bahan-bahan yang melayang dan endapan yang
dasar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak akan menyerap energy dan
menyebabkam kehilangan tinggi energy atau memperbesar kekasaran saluran. (Sumber:
Ven Te Chow, 1997)