Anda di halaman 1dari 17

2.1.

1 Saluran Terbuka dan sifat-sifatnya


Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dengan permukaan bebas. Menurut Ven
te chow, saluran terbuka dibagi berdasarkan klasifikasi-klafisikasinya, dan jenis-jenis saluran
terbuka tersebut adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi saluran terbuka berdasarkan asal usul
a. Saluran Alam (Natural channel).
Contoh : sungai-sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai besar
di muara.
b. Saluran buatan (Artificial channel). Di lapangan, saluran buatan (Artificial
channel) bisa berupa:
 Canal
Parit dengan kemiringan dasar yang landai, berpenampang segi empat, segi
tiga, Trapesium, maupun lingkaran. Terbuat dari galian tanah, pasangan batu,
beton, kayu maupun logam.
 Talang (flume)
Selokan kecil yang terbuat dari logam, beton atau kayu yang melintas di
atas permukaan tanah dengan suatu penyangga.
 Got miring (chute)
Selokan dengan kemiringan dasar yang relative curam.
 Bangunan Terjun (Drop structure)
Selokan dengan kemiringan yang tajam,Perubahan muka air terjadi pada
jarak yang dekat.
 Gorong-gorong (culvert)
Saluran tertutup yang melintasi jalan atau menerobos gundukan tanah
dengan jarak yang relatif pendek.
 Terowongan (tunnel)
Saluran tertutup yang melintasi gundukan tanah atau bukit
dengan jarak yang relative panjang.

2. Klasifikasi saluran terbuka berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan


kemiringan dasar
 Saluran prismatik (prismatic channel)
saluran yang bentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya
tetap. Contoh: saluran drainase,saluran irigasi.
 Saluran non prismatik (non prismatic channel)
saluran yang bentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya
berubah-ubah. Contoh: Sungai.
3. Klasifikasi saluran terbuka berdasarkan geometri penampang melintang

 Saluran berpenampang segi empat.


 Saluran berpenampang trapesium.
 Saluran berpenampang segitiga.
 Saluran berpenampang lingkaran.
 Saluran berpenampang parabola.
 Saluran berpenampang segi empat dengan ujung dibulatkan (diberi
filet berjari-jari tertentu).
 Saluran bepenampang segitiga dengan ujung dibulatkan (diberi filet
berjari-jari tertentu).

2.1.2 Geometri penampang melintang saluran

Geometri penampang saluran biasanya seperti berikut:


 Saluran alam (natural channel): Tidak beraturan, bervariasi mulai dari
bentuk hiperbola hingga trapesium.
 Saluran buatan (Artificial channel) Terbuka: Beraturan, berpenampang
segiempat, segitiga, trapesium, trapesium ganda, lingkaran hingga
parabola.
 Saluran buatan (Artificial channel) Tertutup : Lingkaran, Bujur
sangkar, elips.

2.1.3 Unsur-unsur geometri penampang melintang saluran


Unsur-unsur geometrik penampang saluran terdiri dari:
1. Kedalaman aliran (h) : jarak vertical titik terendah dasar saluran hingga permukaan
air.
2. Lebar dasar (B) : Lebar penampang melintang bagian bawah (dasar).
3. Kemiringan dinding (m) : Angka penyebut pada perbandingan antara sisi vertical
terhadap sisi horizontal.
4. Luas basah (A) : luas penampang melintang yang tegak lurus aliran.
5. Keliling basah (P): Panjang garis perpotongan dari permukaan basah saluran dengan
bidang penampang melintang yang tegak lurus arah aliran.
6. Jari-jari hidraulik (R) : Perbandingan antara luas basah A dengan keliling basah P.
Cara menghitung geometris penaampang saluran berbentuk trapesium
Penampang basah total (A):
Atotal = B. h + m. h2 ……………………………………………………………….(2.1)
Dimana : A = luas penampang basah
m = Kemiringan dinding Saluran
h = Kedalaman luas basah maksimum

Keliling basah total (P) :

P = B + 2h √(1 ¿ +m2 )¿ …………………………………………………………...(2.2)

Dimana : P = Keliling basah


B = Lebar penampang
m = Kemiringan dinding saluran
h = Kedalaman luas basah maksimum

Jari-jari Hiraulik (R) :


A
R= ……………………………………………………………………………(2.3a)
P
2
B .h+ m. h
R= ……………………………………………………………….
B+ 2h √ (1 ¿ +m )¿
2

(2.3b)
Dimana : R = Jari-jari hidraulik
A = Luas penampang basah
P = Keliling basah
B = Lebar penampang
m = Kemiringan dinding saluran
h = Kedalaman luas basah maksimum
gambar 2. 1 Penampang Saluran Trapesium
Untuk penampang berbentuk segi empat maupun segi tiga, maka unsur geometrisnya adalah
identik. Hanya saja yang berbeda adalah harga B dan y. untuk penampang segi empat harga
y=0, untuk penampang segi tiga harga B=0.
Cara menghitung geometris penampang saluran berbentuk segi empat:
Penampang basah total (A)
Atotal = B. h + m. h2 ………………………………………………………………(2.4a)
A1 = B.h………………………………………………………………………..(2.4b)
Dimana : A = luas penampang basah
m = Kemiringan dinding Saluran
h = Kedalaman luas basah maksimum

Keliling basah total (P) :


P = B + 2h…………………………………………………………...................(2.5)
Dimana : P = Keliling basah
B = Lebar penampang
m = Kemiringan dinding saluran
h = Kedalaman luas basah maksimum

Jari-jari Hiraulik (R) :


A
R= ……………………………………………………………………………(2.6a)
P
B.h
R= …………………………………………………………….………….(2.6b)
B+ 2h
Dimana : R = Jari-jari hidraulik
A = Luas penampang basah
P = Keliling basah
B = Lebar penampang
m = Kemiringan dinding saluran
h = Kedalaman luas basah maksimum

gambar 2. 2 Penampang Saluran persegi


tabel 2. 1 Unsur geometrik penampang

(sumber: Ve Te Chow,1997)
2.2 Hidrolika Sungai
Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah
tempat presipitasi yang terkonsentrasi ke sungai dan mengalirkannya ke laut. Pada
penyusunan hidrograf, Suyono Sosrodarsono (1993), menyatakan bahwa persentasi
puncak itu adalah penting untuk diperhitungkan. Maka semua persentasi debit dapat
diperoleh dari debit rata-rata dalam interval waktu. Akan tetapi dalam suatu daerah
pengaliran yang besar, harga rata-rata pada interval waktu dimana telah termasuk
harga maksimumnya yang akan mendekati harga puncak. Sedangkan penetapan
tingkat-tingkat sungai menggunakan cara Strahler (1964), yang pada dasarnya sebagai
berikut ini:

a. Sungai–sungai paling ujung adalah sungai–sungai tingkat satu


b. Apabila dua buah sungai dengan tingkat yang sama bertemu akan membentuk
sungai satu tingkat lebih tinggi.
c. Apabila sesuai sungai dengan suatu tingkat bertemu dengan sungai lain dengan
tingkat yang lebih rendah maka tingkat sungai pertama tidak berubah. Perubahan
kondisi permukaan air sungai dengan kala ulang yang cukup lama, misalnya 50
dan 100 tahun sulit untuk diperkirakan. Mengingat pada keadaan debit banjir
permukaan air itu berubah-ubah, maka pengukuran dengan interval yang
berdekatan yang memerlukan waktu yang banyak harus dihindari.

2.3 Debit Sungai


Debit sungai adalah volume air per satuan waktu yang mengalir melalui suatu
penamapang sungai.
Metode pengukuran debit diantaranya adalah:
1. Metode Volumetrik
2. Slope Area Method
3. Velocity Area Method

2.3.1 Metode Volumetrik


Metode volumetrik adalah cara mengukur debit secara langsung dengan
manampung aliran air dalam gelas ukur atau ember yang diketahui volumenya. Hal yang
dilakukan dalam perhitungan debit aliran dengan metode ini adalah mengukur lama
pengisian tampungan dalam waktu tertentu. Debit (Q) = volume air per waktu. Cara ini
tidak dapat digunakan untuk aliran besar dan cocok untuk mengukur debit mataair atau
rembesan.
2.3.2 Slope Area Method
Slope Area Method merupakan perhitungan debit aliran yang dihitung atas
dasar pengukuran kecepatan aliran dengan rumus hidraulik yaitu rumus Manning atau
rumus Chezy serta pengukuran penampang basah. Kemiringan muka air, kekasaran
dasar, luas penampang dan “wetted perimeter” perlu diukur di lapangan. Perkiraan
debit aliran saat banjir yang tidak terukur dapat dilakukan dengan memperhatikan
bekas muka air yang ditinggalkan oleh kejadian banjir. Rumus Manning diterapkan
juga untuk menghitung kapasitas alur sungai atau saluran irigasi atau saluran drainase
kota. Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut:

1
V= . R2/3. S1/2……………………………………………………………………(2.7)
n

1
Q= . AR2/3. S1/2…………………………………………………………………(2.8)
n
Dimana: Q = Debit (m3/s)
V= kecepatan aliran (m/s)
A = luas penampang basah (m2)
R= jari-jari hidrolik (m)
n= koefisien kekasaran (manning)
S= kemiringan energi (m).

Langkah-langkah pengambilan data, sebagai berikut:


1. Pilih ruas sungai yang relatif lurus dengan lebar dan kedalaman yang relatif seragam, kemudian
ukur panjang penggal sungai (L) yang akan digunakan untuk perhitungan debit.

2. Buat Profil melintang dengan beberapa interval pada ruas sungai yang telah dipilih untuk
mengetahui kedalaman dan jarak antar interval pengukuran kedalaman. Hasil
pengukuran tersebut akan digunakan untuk menghitung luas penampang sungai dan
panjang perimeter basah pada ruas yang dipilih.

3. Ukur gradien hidraulik dengan cara mengukur jarak (L) dan ukur beda tinggi muka air
4. Catat kondisi dasar saluran (untuk menetapkan nilai koefisien kekasaran manning (n),
perhatikan:
a. materi dasar sungai (lujmpur, pasir, gravel)
b. tumbuhan (rumput, perdu, pohon)

2.3.3 Velocity Area Method


Velocity Area Method merupakan perhitungan debit aliran yang dihitung atas dasar
pengukuran kecepatan arus dan luas penampang basah.
1. Pengukuran Kecepatan Arus
Kecepatan aliran dapat diukur dengan current meter atau menggunakan metode apung
(pelampung). Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam
aplikasinya di lapangan.
a. Pengukuran kecepatan arus dengan current meter
Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan ketelitian yangcukup
baik. Prinsip kerja alat ukurini adalah dengan mencari hubungan antarakecepatan
aliran dan kecepatan putaran baling-baling current meter tersebut. Umumnya
hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
V = an + b…………………………………………………………………………...(2.)
dengan: V = kecepatan aliran,
n = jumlah putaran tiap waktu tertentu,
a,b = tetapan yang ditentukan dengan kalibrasi alat di laboratorium.
Alat ini ada dua macam, yaitu currentmeter dengan sumbu mendatar
dan dengan sumbu tegak seperti gambar

Bagian-bagian alat ini terdiri dari:

a. baling-baling sebagai sensor terhadap kecepatan, terbuat dari streamline


stylingyang dilengkapi dengan propeler, generator, sirip pengarah dan kabel-
kabel.
b. contact box, merupakan bagian pengubah putaran menjadi signal elektrik
yangberupa suara atau gerakan jarum pada kotak monitor berskala, kadang juga
dalambentuk digital,
c. head phone yang digunakan untuk mengetahui jumlah putaran baling-baling
(dengan suara “klik”), kadang bagian ini diganti dengan monitor box yang
memilikijendela penunjuk kecepatan aliran secara langsung.
d. pemberat, yang digunakan untuk menahan alat supaya tidak terbawa arus.
Pemberat ini sangat penting untuk pengukuran arus sungai pada saat terjadi banjir
besar. Ukuran pemberat ini bervariasi tergantung besar-kecilnya debit sungai
yang diukur
Dengan alat ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa titik dalam suatu
penampang aliran. Dalam praktek digunakan untuk pengukuran kecepatan aliranrerata
pada satu vertical dalam suatu tampang aliran tertentu. Mengingat bahwadistribusi
kecepatan aliran secara vertikal tidak merata, maka pengukuran dapatdilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut ini.
1. Pengukuran pada satu titik yang umumnya dilakukan jika kedalaman aliran
kurang dari 1 meter. Alat ditempatkan pada kedalaman 0,6 h diukur dari muka
air.
2. Pengukuran pada beberapa titik, dilakukan pada kedalaman 0,2 h dan 0,8 h
diukurdarimuka air. Kecepatan rerata dihitung sebagai berikut:
V=0,5(V0,2 +V0,8)…………………………………………………(2.)
3. Pengukuran dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0,2 h, 0,6 h dan jugapada
0,8 h.Hasilnya dirata-ratakan dengan rumus:
V = 1/ 3(V0,2+V0,6+V0,8)…………………………………(2.)

b. Pengukuran kecepatan arus dengan pelampung


Kecepatan aliran dapat diukur dengan menggunakan pelampung. Perhitungan
kecepatan aliran dengan pelampung dihitung dengan rumus
Kecepatan aliran (Vair) = k Vp.
Di mana: Vp = kecepatan pelampung yang diukur
k = koefisien koreksi dari pelampung yang digunakan.
Prinsip pengukuran dengan metode pelampung adalah kecepatan aliran diukur
dengan menggunakan pelampung, luas penampang basah (A) ditetapkan
berdasarkan pengukuran lebar permukaan air dan kedalaman air. Persamaan
debit yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Q=AxkxV

Dimana : Q = Debit (m3/s)


V= kecepatan aliran (m/s)
A = luas penampang basah (m2)
K = koefisien
Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang digunakan, nilai tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Y.B. Francis) sebagai berikut :
k = 1-0,116 ( (√1- α) - 0,1)…………………………………………………
Kedalamantangkai(h)
Dimana : α =
Kedalaman air (d)
Pada kementrian Konstruksi di jepang. Nilai k dengan kedalaman air dan
kedalaman tangkai dapat ditentukan berdasarkan tabel 2.1

Pelampung No.1 No.2 No.3 No.4 No.5


d(m) <0,70 0,70-1,30 1,30-2,60 2,60-5,40 >5,40
h(m) 0,0 0,50 1,0 2,0 4,0
K 0,85 0,88 0,91 0,94 0,96

2. Pengukuran luas penampang basah


Luas penampang basah dapat dihitung dengan beberapa cara diantanya:
a. Mid Section method
Mid section method adalah metode tampang tengah yang dilakukan
dengan cara asumsi kecepatan rata-rata yang satu pias yang dibatasi oleh garis
pertengahan antara dua garis vertikal yang diukur..

bn+bn+1
an = . dn……………………………………………………………..(2.)
2

n
A = ∑ an…………………………………………………………………..
i=1
Q= A.V……………………………………………………………………………..(2.)

Keterangan : an = luas penampang seksi ke n (m2)

bn = jarak titik vertikal sebelum titik vertikal ke n dari titik tetap (m)

bn+1 = jarak titik vertikal sesudah titik vertikal ke n dari titik tetap (m)

A= luas seluruh penampang basah (m2)

Vn = Kecepatan air rata-rata (m/s)

Q = Debit (m3/s)

b. Mean Section method


Mean section method adalah metode tampang rerata dengan
pengukuran debit pada potongan melintang saluran dengan mebagi beberapa
segmen dan nilai kecepatan saluran titik pertama dengan titik selanjutnya
dirata-ratakan.

dn+dn+1
an = . bn……………………………………………………………..(2.)
2

n
A = ∑ an…………………………………………………………………..
i=1

Q= A.V……………………………………………………………………………..(2.)

Keterangan : an = luas penampang seksi ke n (m2)


dn = kedalaman air pada titik ke n (m)

dn+1 = kedalaman air pada titik ke n+1 (m)

A= luas seluruh penampang basah (m2)

Vn = Kecepatan air rata-rata (m/s)

Q = Debit (m3/s)

Dari cara pengukuran debit perhitungan yang sering digunakan seperti yang
diperlihatkan dalam Velocity Area Method Akan tetapi analisis aliran melalui saluran
terbuka (open chanel) lebih sulit daripada aliran melalui saluran pipa (saluran tertutup).
Pada saluran terbuka, misalnya sungai (saluran alam), variabel aliran sangat tidak teratur
baik terhadap ruang maupun waktu. Variabel tersebut adalah tampang lintang saluran,
kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit dan kecepatan aliran dalam saluran.
Ketidakteraturan tersebut mengakibatkan analisis aliran sangat sulit untuk diselesaikan
secara analitis. Oleh karena itu, analisis aliran melalui saluran terbuka lebih empiris
dibanding dengan aliran melalui pipa. Sampai saat ini metode empiris masih yang terbaik
untuk menyelesaikan masalah tersebut (Bambang Triatmodjo,1996).
Dalam keperluan praktis dan ekonomis, dimana sering diperlukan kecepatan rata-rata
pada vertikal, pengukuran kecepatan dilakukan hanya pada satu atau dua titik tertentu.
Kecepatan rerata dapat diukur pada 0,6 kali kedalaman muka air, atau harga rerata dari
kecepatan pada 0,2 dan 0,8 kali kedalaman. Ketentuan ini hanya berdasarkan hasil
pengamatan dilapangan dan tidak ada penjelasan secara teoritis. Besar kecepatan rerata
ini bervariasi antara 0,8 dan 0,95 kecepatan dipermukaan dan biasanya diambil sekitar
0,85.

2.4 Rumus manning

Pada tahun 1889 seorang insinyur Irlandia, Robert Manning mengemukakan


sebuah rumus yang akhirnya diperbaiki menjadi rumus yang sangat dikenal sebagai
koefisien kekasaran manning.

1
V= . R2/3. S1/2……………………………………………………………………(2.7)
n

Dimana: V= kecepatan aliran (m3/s)


R= jari-jari hidrolik (m)
n= koefisien kekasaran (manning)
S= kemiringan energi (m).

2.4.1 Koefisien kekasaran manning


Kesulitan terbesar dalam pemakaian rumus Manning ataupun rumus
Ganguillet-kutter adalah menentukan koefisien kekasaran n, sebab tidak ada cara
yang tertentu untuk pemilihan nilai n. pada tingkat pengetahuan saat ini, memilih
suatu nilai n sebenarnya berarti memperkirakan hambatan aliran pada saluran
tertentu, yang benar-benar tidak dapat diperhitungkan. Untuk insinyur ahli, hal ini
berarti sedikit latihan penentuan teknis dan pengalaman untuk pemula tidak lebih
dari suatu dugaan, dan setiap orang akan memiliki hasil yang berbeda. Untuk
sekedar tuntunan bagi penentuan yang wajar mengenai koefisien kekasaran, terdapat
4 (empat) pendekatan umum, yaitu:
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai n dan hal ini memerlukan
suatu pengetahuan dasar mengenai persoalannya dan kadar perkiraannya.
3. Mencocokkan tabel dari nilai-nilai n untuk berbagai tipe saluran.
4. Memeriksa dan memahami sifat beberapa saluran yang koefisien
kekasarannya telah diketahui.
5. Menentukan nilai n dengan cara analitis berdasarkan distribusi kecepatan
teoritis pada penampang saluran dan data pengukuran kecepatan maupun
pengukuran kekasaran. (Sumber: Ven Te chow,1997)

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien kekasaran manning.


Suatu saluran tidak harus memiliki satu nilai n saja untuk setiap keadaan.
Sebenarnya nilai n sangat bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor. Dalam memilih
nilai n yang sesuai untuk berbagai kondisi perancangan maka adanya pengetahuan dasar
tentang faktor-faktor tersebut akan sangat banyak membantu. Faktor-faktor yang memiliki
pengaruh besar terhadap koefisien kekasaran baik bagi saluran buatan maupun alam
diuraikan di bawah ini:

1. Kekasaran permukaan Kekasaran permukaan ditandai dengan ukuran dan bentuk butiran
bahan yang membentuk luas basah dan menimbulkan efek hambatan terhadap aliran. Hal
ini sering dianggap sebagai satu-satunya faktor dalam memilih koefisien kekasaran,
tetapi sebenarnya hanyalah satu dari beberapa faktor utama lainnya. Secara umum
dikatakan bahwa butiran halus mengakibatkan nilai n yang relative rendah dan butiran
kasar memiliki nilai n yang tinggi.
2. Tetumbuhan Tetumbuhan dapat digolongkan dalam jenis kekasaran permukaan, tetapi
hal ini juga memperkecil kapasitas saluran dan menghambat aliran. Efeknya terutama
tergantung pada tinggi, kerapatan, distribusi dan jenis tetumbuhan, dan hal ini sangat
penting dalam perancangan saluran pembuangan yang kecil.
3. Ketidakteraturan saluran Mencakup pola ketidakteraturan keliling basah dan variasi
penampang, ukuran dan bentuk di sepanjang saluran. Pada saluran alam, ketidakteraturan
seperti ini biasanya diperlihatkan dengan adanya alur-alur pasir, gelombang pasir,
cekungan dan gundukan, lubang-lubang dan tonjolan di dasar saluran. Ketidakteraturan
ini jelas menandakan kekasaran sebagai tambahan dari yang ditimbulkan oleh kekasaran
permukaan dan faktor-faktor lainnya.
4. Trase saluran Kelengkungan yang landai dengan garis tengah yang besar akan
mengakibatkan nilai n yang relative rendah, sedangkan kelengkungan yang tajam dengan
belokan-belokan yang patah akan memperbesar nilai n.
5. Pengendapan dan penggerusan. Secara umum, pengendapan dapat mengubah saluran
yang sangat tidak beraturan menjadi cukup beraturan dan memperkecil n, sedangkan
penggerusan dapat berakibat sebaliknya dan memperbesar n. namun efek utama dari
pengendapan akan tergantung pada sifat alamiah bahan yang diendapkan.
6. Hambatan Adanya balok sekat, pilar jembatan dan sejenisnya cenderung memperbesar n.
besarnya kenaikan ini tergantung pada sifat alamiah hambatan, ukuran, bentuk,
banyaknya dan penyebarannya.
7. Ukuran dan bentuk saluran. Belum ada bukti nyata bahwa ukuran dann bentuk saluran
merupakan faktor penting yang mempengaruhi nilai n. perbesaran jari-jari hidrolik dapat
memperbesar maupun memperkecil n.
8. Taraf Air dan Debit Nilai n pada saluran umumnya berkurang bila taraf air dan debitnya
bertambah. Bila air rendah, ketidakteraturan dasar saluran akan menunjol dan efeknya
kelihatan. Namun nilai n dapat pula besar pada taraf air tinggi bila dinding saluran kasar
dan berumput. Bila debit terlalu besar, air banjir dapat melimpas ke tebing-tebingnya dan
sebagian aliran akan mengairi bantaran banjir. Nilai n pada bantaran banjir biasanya
lebih besar dari pada di saluran, dan besarnya tergantung pada kondisi permukaan dan
tetumbuhannya.
9. Perubahan Musiman Akibat pertumbuhan musiman dari tanaman-tanaman air, rumput,
willow dan semak-semak di saluran atau di tebing, nilai n dapat bertambah pada musim
semi dan berkurang pada musim dingin. Perubahan musiman ini dapat menimbulkan
perubahan faktor-faktor lainnya.
10. Endapan Melayang dan Endapan Dasar Bahan-bahan yang melayang dan endapan yang
dasar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak akan menyerap energy dan
menyebabkam kehilangan tinggi energy atau memperbesar kekasaran saluran. (Sumber:
Ven Te Chow, 1997)

Anda mungkin juga menyukai