Anda di halaman 1dari 6

Indiah Retno Palupi

073001300053

Diversion Channel (Pengalihan Saluran Terbuka)

Saluran pengalihan dibangun untuk mengalihkan perairan dari saluran utama


untuk tujuan seperti pengendalian banjir, pasokan air kota, dan irigasi. Selain itu
dapat digunakan untuk mengalihkan aliran sungai untuk tujuan tertentu.
River diversion dapat berbentuk dua janis, tergantung hal-hal yang
mempengaruhinya, yaitu terutama kondisi lapangan yang ada.
Jenis-jenis tersebut adalah :
a. Diversion Channel, berbentuk saluran terbuka (saluran pengelak).
b. Diversion tunnel, berbentuk saluran tertutup (terowongan pengelak).
Kedua jenis river diversion itu harus direncanakan dapat menampung debit
sungai selama pelaksanaan pekerjaan dewatering.

I. Pengertian Diversion Channel


Pengaliran pada aliran air dalam bentuk saluran terbuka dengan
memperkirakan keamanan di lingkungan sekitar. Secara umum saluran terbuka
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu saluran alami dan saluran buatan. Saluran
alami, terjadi secara alamiah di bumi ini, mulai dari alur-alur sungai yang ada di
perbukitan dan pegunungan, turun lagi menjadi sungai kecil, sungai besar dan
seterusnya sampai ke muara.
Pertimbangan desain utama untuk diversionchannels meliputi:
a. menentukan apakah saluran harus menyampaikan sebagian atau seluruh
arus
b. perancangan kontrol yang tepat
c. ukuran saluran untuk menyampaikan pelepasan desain dan
d. perancangan untuk mengurangi perawatan (Nunnally, 1985).
Agar efektif dalam mengurangi tingkat banjir, jarak antara titik pengalihan
dan titik kembali ke saluran utama harus memiliki panjang yang cukup untuk
mencegah efek backwater. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan efek
morfologis potensial pada saluran utama dan saluran penerima.
Indiah Retno Palupi
073001300053

Efek Hidrolik Menurut Nunnally dan Shields (1985), saluran pengalihan


umumnya memiliki lereng curam di saluran utama. Hal ini dapat menyebabkan
masalah stabilitas seperti erosi pada saluran dan sumber air. Tempat persendian
saluran sungai mungkin lebih tinggi daripada saluran banjir, dan degradasi dapat
terjadi di bagian hilir anak sungai, mengakibatkan transportasi sedimen dan
pengendapan endapan yang berlebihan di jalur banjir. Metode untuk mengurangi
ketidakstabilan saluran seperti kontrol kelas, lapisan saluran, dan stabilisasi air.
mungkin terkait dengan proyek pengalihan. Selain itu, arus pengalihan dapat
berdampak buruk pada saluran utama. Dari Lane'sBalance, dapat dilihat bahwa
mengurangi aliran sungai di saluran utama karena pengalihan, dengan kemiringan
dan ukuran partikel yang tersisa konstan, akan mengakibatkan penurunan
kemampuan transportasi sedimen, sehinggaaggradasi dapat terjadi pada saluran
antara titik dari pengalihan dan titik masuk kembali. Jika material samping
dialihkan, kemampuan transportasi sedimen arus dapat meningkat, sehingga
mengurangi ketidakstabilan saluran. Aliran yang kembali ke saluran utama dari
pengalihan juga dapat menyebabkan erosi yang tidak teratur pada salurannya.
Vanoni (1977) melaporkan bahwa di Alkali Creek di Wyoming, aliran yang
kembali ke saluran utama dari pengalihan mengakibatkan erosi. Saluran tersebut
mengikis lapisan lapis baja kerikil dan batu besar yang besar, setelah itu material
saluran mulai mengikis, sehingga pelaksanaan langkah-langkah stabilisasi saluran
sangat penting, bahwa analisis geomorfik dan sedimentransport rinci dilakukan
pada tahap perancangan proyek pengalihan untuk merencanakan masalah yang
besar nantinya.

II. Perencanaan Saluran Terbuka


Pada perencanaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang perlu
diperhatikan yaitu :
a. Catchment area/water deviden
Catchment area adalah suatu daerah tangkapan hujan yang dibatasi oleh
wilayah tangkapan hujan yang ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga
akhirnya merupakan suatu poligon tertutup dengan pola yang sesuai dengan
Indiah Retno Palupi
073001300053

topografi dan mengikuti kecenderungan arah gerak air. Dengan


pembuatan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap
akan terkonsentrasi pada elevasi terendah. Pembatasan catchment area dilakukan
pada peta topografi, dan untuk merencanakan sistem penyalirannya dianjurkan
menggunakan peta rencana penambangan dan peta situasi tambang.
b. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari
titik terjauh ke tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus
dari Kirpich.
tc = HL
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya
air (meter)

c. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum adalah
bentuk trapesium, sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien, mudah dalam
perawatannya, dan stabilitas kemiringan lerengnya dapat disesuaikan dengan
keadaan daerahnya. Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari
hidrolis dengan Rumus Manning.
Tabel 1
Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan

Bahan Kemiringan dinding saluran


Batu/cadas Hampir tegak lurus
Tanah gambut/peat :1
Tanah berlapis beton :1
Tanah bagi saluran yang lebar 1:1
Indiah Retno Palupi
073001300053

Tanah bagi parit kecil 1,5 : 1


Tanah berpasir lepas 2:1
Lempung berpori 3:1

d. Air limpasan (run off)


Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan
tanah menuju sungai, danau atau laut. Dalam neraca air digambarkan hubungan
antara curah hujan (CH), evapotranspirasi (ET), air limpasan (RO), infiltrasi (I),
dan perubahan permukaan air tanah (dS), sebagai berikut :

CH = I + ET + RO dS

Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga tidak semua
air yang berasal dari curah hujan akan menjadi sumber bagi sistem drainase. Dari
banyak faktor, yang paling berpengaruh yaitu :
a) Kondisi penggunaan lahan
b) Kemiringan lahan
c) Perbedaan ketinggian daerah
Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut
koefisien air limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum
ditentukan dengan menggunakan Metode Rasional, antara lain sebagai berikut :

Q = 0,278 C I A
Keterangan:
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.7)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
Indiah Retno Palupi
073001300053

Penggunaan Rumus Rasional mengasumsikan bahwa hujan merata di seluruh


daerah tangkapan hujan, dengan lama waktu hujan sama dengan waktu
konsentrasi.

III. Jenis Material


Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi
penyebaran air limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang
berbeda memiliki koefisien materialnya masing-masing. Beberapa perkiraan
koefisien limpasan terlihat pada tabel
Tabel 2
Beberapa harga koefisien kekasaran manning
Tipe dinding saluran n
Semen 0,010 0,014
Beton 0,011 0,016
Bata 0,012 0,020
Besi 0,013 0,017
Tanah 0,020 0,030
Gravel 0,022 0,035
Tanah yang ditanami 0,025 0,040

IV. Unsur Geometris Saluran


Saluran yang dibuat dengan lebar dasar saluran sama di sepanjang
saluran dibuat saluran prismatis, selain itu disebut saluran non prismatis.
Geometris saluran adalah unsur penampang saluran yang dipakai sebagai
pertimbangan / perhitungan. Secara teoritis hidrolika saluran sebagai
berikut:
a) Luas penampang (A) yaitu luasan penampang air pada saluran
tersebut.
b) Keliling basah (P), yaitu panjang bagian penampang saluran
yang menyentuh air.
Indiah Retno Palupi
073001300053

c) Jari-jari hidrolis (R) yaitu geometri saluran yang


melambangkan ukuran yang merupakan hasil pembagian antara
luas basis dengan kel. basis. R = A/P.
d) Lebar puncak (T) yaitu lebar penampang air yang menyentuh
udara.
e) Kedalaman hidrolis (D) yaitu unsur geometris yang
melambangkan kedalaman teoritis hidrolis saluran yang
besarnya = A/T.
f) Faktor penampang (Z) yaitu untuk perhitungan aliran kritis Z
= AD dan untuk perhitungan aliran seragam Z = AR2/3.

Anda mungkin juga menyukai