Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air hujan yang jatuh kepermukaan bumi sebagian mengalami transpirasi
dan ada yang mengalir sebagai aliran air permukaan (run off), serta ada
pula yang meresap kedalam tanah. Air hujan yang mengalir sebagai aliran
permukaan terakumulasi pada suatu lembah dan mengalir menuju daerah
yang lebih rendah. Air hujan yang tersimpan dalam tanah-tanah yang
porius kemudian muncul kepermukaan dan ada yang meresap kemudian
muncul sebagai mata air,pada umumnya menjadi sumber dari air sungai.
Disamping itu, juga hasil dari es yang mencair didaerah lingtang
menengah-tinggi ataupun pada daerah pegunungan tinggi didaerah tropis.
Air yangbisa berasal dari air hujan mata air, dan pencairan es dan salju,
terakumulasi pada suatu lembah dan mengalir sebagai aliran permukaan
menuju daerah-daerah yang lebih rendah yang dinamakan sungai.
Dalam membicarakan penampang dalam suatu lembah,yang di sajikan
adalah penampang melintang dan penampang melintang.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana kegiatan aliran air dalam tanah?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Agar Mahasiswa mengetahui Gerak air dalam tanah, permeabilitas dan
rembesan air tanah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. AIR TANAH


Air tanah adalah sebagai air yang terdapat dibawah permukaan bumi.
Sumber utamanya air hujan yang meresap kebawah melewati ruangan pori
diantara butiran tanah. Air sangat berpengaruh pada sifat-sifat teknis tanah,
khususnya tanah berbutir halus. Demikian juga air merupakan faktor yang
sangat penting dalam masalah-masalah seperti :penurunan,stabilitas
pondasi,stabilitas lereng, dll.
Pada lapisan tanah terdapat tiga zone penting yaitu : zone jenuh air,
zone kapiler, dan zone jenuh sebagian. Pada zone jenuh atau zone dibawah
muka air tanah, air mengisi seluruh rongga-rongga. Pada zone ini tanah
dianggap dalam keadaan jenuh sempurna. Batas atas dari zone jenuh adalh
permukan air tanah atau freatis. Zone kapiler terletak diatas zone jenuh.
Ketebalan zone ini tergantung dari macam tanah, akibatnya air mengalami
isapan atau tekanan negative. Zone tak jenuh yang berkedudukan paling
atas, adalh zone dekat permukaan tanah dimana air dipengaruhi oleh
penguapan sinar matahari dan akar-akar tumbuh-tumbuhan.

2.2. PERMEABILITAS
Didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran
rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga
pori. Untuk tanah, Permeabilitas dilukiskan sebagai sifat tanah yang
mengalirkan air melalui rongga pori tanah. Didalam tanah,sifat aliran
mungkin laminar atau turbulen. Tahanan terhadap aliran bergantung pada
jenis tanah, ukuran butiran, bentuk butiran, rapat massa, serta bentuk
geometri rongga pori. Temperatur juga sangat mempengaruhi tahanan aliran
(kekentalan dan tegangan permukaan.

2
Aliran Air Dalam Tanah
Tinggi energi total (total Head) adalah tinggi energi elevasi atau
Elevation Head(z) ditambah tinggi energi tekanan atau pressure Head (h)
yaitu Ketinggian kolom air h A atau hB Didalam pipa diukur dalam
millimeter atau meter diatas titiknya.
Tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman suatu titik
dibawah muka air tanah. Untuk mengetahui besar tekanan air pori, Teorema
Bernaulli dapat diterapkan. Menurut Bernaulli, tinggi energi total (total
Head) pada suatu titik dapat dinyatakan oleh persamaan :
p v2
h= + +z
γ w 2g

Dengan :
h = tinggi energi total (total head)(m)
p/ γ w = tinggi energi tekanan (pressure head) (m)
p = tekanan air (t/m2,kN/m2)
v2/2g = tinggi energi kecepatan (velocity head) (m)
v = kecepatan air (m/det)
γw = berat volume air (t/m3,kN/m3)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
z = tinggi energi elavasi (m)

Karena kecepatan renbesan didalam tanah sangat kecil,maka tinggi


energi kecepatan dalam suku persamaan Bernoulli dapat diabaikan.Sehingga
persamaan tinggi energi total menjadi :

p
h = γ w +z

Untuk menghitung debit rembesan lewat tanah pada kondisi tertentu,


di tinjau kondisi tanah.

Hukum Darcy

3
Darcy (1956), mengusulkan hubungan antara kecepatan dan gradient
hidrolik sebagai berikut :

v = ki

Dengan :
v = Kecepatan air (cm/det)
i = Gradien hidrolik
k = Koefisien permeabilitas (cm/det)

Debit rembesan (q)dinyatakan dalam persamaan :

q = kiA

Koefisien permeabilitas (k) mempunyai satuan yang sama dengan kecepatan


cm/det atau mm/det. Yaitu menunjukkan ukuran tahanan tanah terhadap air,
bila pengaruh sifat-sifatya dimasukkan, Maka :
k ρw g
k (cm/det) =
µ
Dengan :
K = koefisien absolute (cm 2 ), tergantung dari sifat butiran tanah
ρw = Rapat massa air (g/cm 3 )
µ = koefisien kekentalan air (g/cm.det)
g = percepatan gravitasi ( cm/det 2 )

Uji Permeabilitas Di Laboratorium

4
Ada empat macam pengujian untuk menentukan koefisien
permeabilitas dilaboratorium, yaitu :
a). Uji tinggi energi tetap (Constant – Head)
b). Uji tinggi energi turun (failing – Head)
c). Penentuan secara tidak langsung dari uji konsolidasi
d). Penentuan secara tidak langsung dari uji kapiler horizontal

Uji Permeabilitas Di Lapangan

1. Uji Permeabilitas Dengan Menggunakan Sumur Uji


Cara pemompaan dari air sumur uji dapat dipakai untuk
menentukan koefisien permeabilitas (k) di lapangan.dalam cara
ini,sebuah sumur digali danairnya di pompa dengan debit air tertentu
secara kontinu.permukaan penurunan yang telah stabil yaitu garis
penurunan muka air tanah yang terendah.
Jari-jari R dalam teori hidrolika sumuran di sebut jari-jari
pengaruh kerucut penurunan (radius of influence of the depression
cone).Aliran air ke dalam sumur merupakan aliran gravitasi,dimana
muka air tanah mengalami tekanan atmosfer.Debit pemompaan pada
kondisi aliran yang telah stabil dinyatakan oleh persamaan DARCY :

q = vA = kiA = k (dy/dx) A (m 3 /det)

Dengan :
v = Kecepatan aliran (m/det)
A = Luas aliran (m2)
i = dy/dx = gradient hidrolik
dy = ordinat kurva penurunan
dx = absis kurva penurunan

2. Uji Permeabilitas Pada Sumur Artesis

5
Air yang mengalir dipengaruhi oleh tekanan artesis.
Debit arah Radial :
dy
q = kA
dx
Dengan :
q = Debit arah radial (m 3 /det)
A = 2π ×T = Luas tegak lurus arah aliran (m 2 )
T = Tebal lapisan lolos air (m)
dy/dx = i = Gradien Hidrolik

3. Hitungan Koefisien Permeabilitas Secara Teoritis


Menurut Hagen dan Poiseuille,banyaknya aliran air dalam satuan
waktu (q) yang lewat pipa dengan jari-jari R,dapat dinyatakan dengan
persamaan :

γwS 2
q= R a

Dengan :
γw = Berat volume air
µ = Koefisien kekentalan absolute
a = Luas penampang pipa

S = gradient hidrolik

Jari-jari hidrolik R H dari pipa kapiler dinyatakan dalam persamaan :

Luas πR 2 R
RH = = =
keliling basah 2πR 2

2.3. REMBESAN

6
Rembesan yang akan dipelajari disini didasarkan pada analisis dua
dimensi. Bila tanah dianggap homogen dan isotropis, maka dalam bidang x-
z hokum darcy dapat dinyatakan sebagai berikut:
δh
v x = ki x = -k
δx
δh
v z = ki z = -k
δz

2.3.1 Jaring Arus (Flow Net)


Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial disebut jaring arus
(flow net). Garis ekipotensial adalah garis-garis yang mempunyai tinggi
energi potensial yang sama (h konstan). Permeabilitas lapisan lolos air
dianggap isotropis ( k x = k 1 = k ).

2.3.2 Tekanan Rembesan


Air pada keadaan statis didalam tanah, akan mengakibatkan tekanan
hidrostatis yang arahnya keatas (uplift). Akan tetapi, jika air mengalir lewat
lapisan tanah, aliran air akan mendesak partikel tanah sebesar tekanan
rembesan hidrodinamis yang bekerja menurut arah alirannya. Besarnya
tekanan rembesan akan merupakan fungsi dari gradient hidrolik.(i)

2.3.2.1 Pengaruh Tekanan Air Terhadap Stabilitas Tanah


Tekanan hidrodinamis mempunyai pengruh yang besar pada
stabilitas tanah. Tergantung pada arah aliran, tekanan hidrodinamis dapat
dipengaruhi oleh berat volume tanah.

2.3.2.2 Teori Kondisi Mengapung (Quick – condition)


Telah disebutkan bahwa tekanan hidrodinamis dapat mengubah
keseimbangan lapisan tanah. Pada keadaan seimbang, besarnya gayayang
bekeja dibawah W = γ sama dengan gaya rembesan D = γw i c ,atau
W-D = O

7
Dengan ic adalah gradient hidrolikkritis pada keseimbangan gaya
diatas. Besarnya berat tanah terendam air ,adalah :

W = γ ' = ( 1-n )( G S - 1 ) γW
G S −1
γ' = .γ w (kN/m 3 . t/m 3 )
1 +e

2.3.2.3. Keamanan Bangunan Terhadap Bahaya Piping


Telah disebutkan bahwa bila tekanan rembesan keatas yang terjadi
dalam tanah sama dengan i c , maka tanah akan pada kondisi mengapung.
Keadaan semacam ini juga dapat berakibat terangkutnya butir-butir tanah
halus, sehingga terjadi pipa-pipa didalam tanah yang disebut Piping. Akibat
pipa-pipa yang berbentuk rongga-rongga, dapat mengakibatkan fondasi
bangunan mengalami penurunan, hingga mengganggu stabilitas bangunan.
Faktor keamanan bangunan air terhadap bahaya piping, sebagai berikut :
ie
SF =
ie

Dengan i e adalah gradien keluar maksimum (maximum exit gradient

γ
) dan i e = γw Gradien keluar maksimum tersebut dapat ditentukan

dari jarring arus dan besarnya sama dengan tinggi energi antara garis
ekipotensial terakhir, dan l adalah panjang dari elemen aliran.
Lane (1935) menyelidiki keamanan struktur bendungan terhadap
bahaya piping. Panjang lintasan air melalui dasar bendungan dengan
memprhatikan bahaya pipingdihitung dengan cara pendekatan empiris,
sebagai berikut :

ΣLh
LW = +ΣLV
3
Dengan :
L W = Weighted – creep – distance

8
ΣLh = Jumlah jarak horizontal menurut lintasan terpendek
ΣLv = Jumlah jarak vertical menurut lintasan terpendek

Setelah weighted – creep – distance dihitung, weighted – creep –


ratio (WCR) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Σ LW
WCR =
H1 −H 2

2.3.3 Kondisi Tanah Anisotropis


Dalam tinjauan tanah anisotropis, walaupun tanah mungkin
homogen, tapi mempunyai permeabilitas yang berbeda pada arah vertical
dan horizontalnya. Kebanyakan tanah pada kondisi alamnya dalam keadaan
anisotropis, artinya mempunyai koefisien permeabilitas yang tidak sama
kesegala arah, yaitu maksimum searah lapisan (arah horizontal), dan
minimum kearah tegak lurus lapisannya (arah vertical). Arah-arah ini
selanjutnya dinyatakan dalam arah x dan z. Dalam kondisi ini, permeabilitas
pada arah horizontal dan vertikalnya dapat dinyatakan dalam bentuk :
k x = k mak dan k z = k min

Untuk hal ini, persamaan Dracy akan bernentuk :


δh
V x = -k x i x = -k x δ x

δh
Vz = -k z i z = -k z δ z

2.3.4 Kondisi Tanah Berlapis


2.3.4.1. Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis Dengan Cara
Jaring Arus

9
2.3.4.2. Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis Dengan Cara
Menganggap Sebagai Lapisan Tunggal

2.3.5 Rembesan Pada Struktur Bangunan


Hukum Dracy dapat digunakan untuk menghitung dabit rembesan
yang melalui struktur bendungan. Dalam perencanaan sebuah bendungan,
perlu diperhatikan stabilitasnya terhadap bahaya longsoran, erosi lereng dan
kehilangan air akibat rembesan yang melalui tubuh bendungan.

2.3.5.1 Cara Dupuit


2.3.5.2 Cara Scahffernak
2.3.5.3 Cara A. Casagrande
2.3.5.4 Penggambaran Garis Rembesan Secara Grafis

Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas pada potongan
melintang bendungan diketahui, besarnya rembesan rembesan dapat
dihitung. Bentuk garis rembesan , kecuali dapat ditentukan secara analistis ,
dapat juga ditentukan secara grafis atau dari pengamatan laboratorium dari
sebuah model bendungan sebagai prototype, ataupun juga secara analogi
elektris.
Pengamatan menunjukkan bahwa garis rembesan yang melalui yang
melalui bendungan berbentuk kurva parabolis, akan tetapi penyimpangan
kurva terjadi pada daerah hulu dan hilirnya. Pengamatan secara grafis
didasarkan pada sifat khusus dari kurva parabola.

2.3.5.5 Debit Rembesan Pada Bendungan Tanah Anisotropis


Jika permeabilitas tanah bahan bendungan anisotropis, untuk
menghitung debit rembesan, maka penampang bendungan harus lebih dulu

10
ditranformasi. Seperti yang telah dipelajari sebelumnya, nilai x 1
transformasi adalah ;
kz
x1 = X
kx

Maka seluruh hitungan harus didasarkan pada


gambartransformasinya, demikian juga untuk koefisien permeabilitas
ekivalen :

K’ = kx kz

2.3.5.6 Kondisi Aliran Masuk,Keluar, dan Kondisi Transfer


Kondisi-kondisi aliran masuk,keluar, dan kondisi transfer dari garis
rembesan melalui badan bendungan telah dianalisis oleh Casagrande (1937),
maksud dari kondisi aliran masuk adalah bila aliran rembesan berasal dari
daerah bahan tanah dengan koefisien permeabilitas sangat besar.

2.3.6 Filter

Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih halus menuju
lapisan lebih kasar, kemungkinan terangkutnya butiran lebih halus lolos
melewati bahan yang lebih kasar tersebut dapat terjadi. Erosi butiran dapat
mengakibatkan turunnya tahanan aliran air dan naiknya gradient hidrolik.
Bila kecepatan aliran membesar akibat dari pengurangan tahanan
aliran yang berangsur-angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih
besar lagi sehingga membentuk pipa-pipa didalam tanah yang dapat
mengakibatkan keruntuhan pada bendungan.

Filter atau drainase untuk mengendalikan rembesan, harus memenuhi


dua persyaratan:

11
1). Ukuran pori-pori halus cukup kecil untuk mencegah butir-butir tanah
terbawa aliran.
2). Permeabilitas harus cukup tinggi untuk mengizinkan kecepatan
drainase yang besar dari air masuk filternya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

12
Pada lapisan tanah terdapat tiga zone penting yaitu : zone jenuh air, zone
kapiler, dan zone jenuh sebagian. Pada zone jenuh atau zone dibawah muka
air tanah, air mengisi seluruh rongga-rongga. Pada zone ini tanah dianggap
dalam keadaan jenuh sempurna. Batas atas dari zone jenuh adalh permukan
air tanah atau freatis. Zone kapiler terletak diatas zone jenuh. Ketebalan
zone ini tergantung dari macam tanah, akibatnya air mengalami isapan atau
tekanan negative. Zone tak jenuh yang berkedudukan paling atas, adalh
zone dekat permukaan tanah dimana air dipengaruhi oleh penguapan sinar
matahari dan akar-akar tumbuh-tumbuhan.
Aliran air dalam tanah sangat berpengaruh pada kondisi tanah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Robert.J.Kodoatie dan Roestam Sjarief 2010, Tata Ruang air, Jakarta


Penerbit Andi Ofsite

13
2. Hefni Efeendi 2003,Telaah Kwalitas Air bagi pengeloalaan Sumber daya
dan Lingkungan Perairan, Jakarta Penerbit Kanius
3. Sitanula Arsyad dan Ernan Rustiadi 2008, Penyelamatan Tanah, Air dan
Lingkungan, Jakarta Yayasan Obor

14

Anda mungkin juga menyukai