PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. PERMEABILITAS
Didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran
rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga
pori. Untuk tanah, Permeabilitas dilukiskan sebagai sifat tanah yang
mengalirkan air melalui rongga pori tanah. Didalam tanah,sifat aliran
mungkin laminar atau turbulen. Tahanan terhadap aliran bergantung pada
jenis tanah, ukuran butiran, bentuk butiran, rapat massa, serta bentuk
geometri rongga pori. Temperatur juga sangat mempengaruhi tahanan aliran
(kekentalan dan tegangan permukaan.
2
Aliran Air Dalam Tanah
Tinggi energi total (total Head) adalah tinggi energi elevasi atau
Elevation Head(z) ditambah tinggi energi tekanan atau pressure Head (h)
yaitu Ketinggian kolom air h A atau hB Didalam pipa diukur dalam
millimeter atau meter diatas titiknya.
Tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman suatu titik
dibawah muka air tanah. Untuk mengetahui besar tekanan air pori, Teorema
Bernaulli dapat diterapkan. Menurut Bernaulli, tinggi energi total (total
Head) pada suatu titik dapat dinyatakan oleh persamaan :
p v2
h= + +z
γ w 2g
Dengan :
h = tinggi energi total (total head)(m)
p/ γ w = tinggi energi tekanan (pressure head) (m)
p = tekanan air (t/m2,kN/m2)
v2/2g = tinggi energi kecepatan (velocity head) (m)
v = kecepatan air (m/det)
γw = berat volume air (t/m3,kN/m3)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
z = tinggi energi elavasi (m)
p
h = γ w +z
Hukum Darcy
3
Darcy (1956), mengusulkan hubungan antara kecepatan dan gradient
hidrolik sebagai berikut :
v = ki
Dengan :
v = Kecepatan air (cm/det)
i = Gradien hidrolik
k = Koefisien permeabilitas (cm/det)
q = kiA
4
Ada empat macam pengujian untuk menentukan koefisien
permeabilitas dilaboratorium, yaitu :
a). Uji tinggi energi tetap (Constant – Head)
b). Uji tinggi energi turun (failing – Head)
c). Penentuan secara tidak langsung dari uji konsolidasi
d). Penentuan secara tidak langsung dari uji kapiler horizontal
Dengan :
v = Kecepatan aliran (m/det)
A = Luas aliran (m2)
i = dy/dx = gradient hidrolik
dy = ordinat kurva penurunan
dx = absis kurva penurunan
5
Air yang mengalir dipengaruhi oleh tekanan artesis.
Debit arah Radial :
dy
q = kA
dx
Dengan :
q = Debit arah radial (m 3 /det)
A = 2π ×T = Luas tegak lurus arah aliran (m 2 )
T = Tebal lapisan lolos air (m)
dy/dx = i = Gradien Hidrolik
γwS 2
q= R a
8µ
Dengan :
γw = Berat volume air
µ = Koefisien kekentalan absolute
a = Luas penampang pipa
S = gradient hidrolik
Luas πR 2 R
RH = = =
keliling basah 2πR 2
2.3. REMBESAN
6
Rembesan yang akan dipelajari disini didasarkan pada analisis dua
dimensi. Bila tanah dianggap homogen dan isotropis, maka dalam bidang x-
z hokum darcy dapat dinyatakan sebagai berikut:
δh
v x = ki x = -k
δx
δh
v z = ki z = -k
δz
7
Dengan ic adalah gradient hidrolikkritis pada keseimbangan gaya
diatas. Besarnya berat tanah terendam air ,adalah :
W = γ ' = ( 1-n )( G S - 1 ) γW
G S −1
γ' = .γ w (kN/m 3 . t/m 3 )
1 +e
γ
) dan i e = γw Gradien keluar maksimum tersebut dapat ditentukan
dari jarring arus dan besarnya sama dengan tinggi energi antara garis
ekipotensial terakhir, dan l adalah panjang dari elemen aliran.
Lane (1935) menyelidiki keamanan struktur bendungan terhadap
bahaya piping. Panjang lintasan air melalui dasar bendungan dengan
memprhatikan bahaya pipingdihitung dengan cara pendekatan empiris,
sebagai berikut :
ΣLh
LW = +ΣLV
3
Dengan :
L W = Weighted – creep – distance
8
ΣLh = Jumlah jarak horizontal menurut lintasan terpendek
ΣLv = Jumlah jarak vertical menurut lintasan terpendek
δh
Vz = -k z i z = -k z δ z
9
2.3.4.2. Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis Dengan Cara
Menganggap Sebagai Lapisan Tunggal
Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas pada potongan
melintang bendungan diketahui, besarnya rembesan rembesan dapat
dihitung. Bentuk garis rembesan , kecuali dapat ditentukan secara analistis ,
dapat juga ditentukan secara grafis atau dari pengamatan laboratorium dari
sebuah model bendungan sebagai prototype, ataupun juga secara analogi
elektris.
Pengamatan menunjukkan bahwa garis rembesan yang melalui yang
melalui bendungan berbentuk kurva parabolis, akan tetapi penyimpangan
kurva terjadi pada daerah hulu dan hilirnya. Pengamatan secara grafis
didasarkan pada sifat khusus dari kurva parabola.
10
ditranformasi. Seperti yang telah dipelajari sebelumnya, nilai x 1
transformasi adalah ;
kz
x1 = X
kx
K’ = kx kz
2.3.6 Filter
Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih halus menuju
lapisan lebih kasar, kemungkinan terangkutnya butiran lebih halus lolos
melewati bahan yang lebih kasar tersebut dapat terjadi. Erosi butiran dapat
mengakibatkan turunnya tahanan aliran air dan naiknya gradient hidrolik.
Bila kecepatan aliran membesar akibat dari pengurangan tahanan
aliran yang berangsur-angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih
besar lagi sehingga membentuk pipa-pipa didalam tanah yang dapat
mengakibatkan keruntuhan pada bendungan.
11
1). Ukuran pori-pori halus cukup kecil untuk mencegah butir-butir tanah
terbawa aliran.
2). Permeabilitas harus cukup tinggi untuk mengizinkan kecepatan
drainase yang besar dari air masuk filternya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
Pada lapisan tanah terdapat tiga zone penting yaitu : zone jenuh air, zone
kapiler, dan zone jenuh sebagian. Pada zone jenuh atau zone dibawah muka
air tanah, air mengisi seluruh rongga-rongga. Pada zone ini tanah dianggap
dalam keadaan jenuh sempurna. Batas atas dari zone jenuh adalh permukan
air tanah atau freatis. Zone kapiler terletak diatas zone jenuh. Ketebalan
zone ini tergantung dari macam tanah, akibatnya air mengalami isapan atau
tekanan negative. Zone tak jenuh yang berkedudukan paling atas, adalh
zone dekat permukaan tanah dimana air dipengaruhi oleh penguapan sinar
matahari dan akar-akar tumbuh-tumbuhan.
Aliran air dalam tanah sangat berpengaruh pada kondisi tanah.
DAFTAR PUSTAKA
13
2. Hefni Efeendi 2003,Telaah Kwalitas Air bagi pengeloalaan Sumber daya
dan Lingkungan Perairan, Jakarta Penerbit Kanius
3. Sitanula Arsyad dan Ernan Rustiadi 2008, Penyelamatan Tanah, Air dan
Lingkungan, Jakarta Yayasan Obor
14