Anda di halaman 1dari 32

BAB.

I
ALIRAN AIR DALAM TANAH

Capaian Pembelajaran (CP) :


Setelah mempelajari subbab ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami, mengerti dan menjelaskan aliran air dalam tanah.
2. Memahami, menjelaskan dan mengerti permeabilitas dan rembesan.
3. Memahami, menjelaskan dan mengerti rembesan melalui tanah berlapis.
4. Memahami, menjelaskan dan mengerti jaring-jaring aliran (Flow Nets).

1.1 Air Tanah.


Tanah adalah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling
berhubungan satu sama lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang
mempunyai energi lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi lebih rendah. Tanah
pasir mempunyai sifat dapat ditembus oleh air (Permeable) dan sebaliknya tanah
lempung mempunyai sifat sulit ditembus air / kedap air (Impermeable). Air tanah
(Groundwater) didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Sekitar 30 % konsumsi air harian di dunia ini diperoleh dari air tanah, sisanya
diperoleh dari air permukaan di sungai atau danau. Air sangat berpengaruh pada
sifat-sifat teknis tanah, khususnya tanah berbutir halus. Air merupakan faktor yang
sangat penting dalam masalah-masalah teknis yang berhubungan dengan tanah
seperti : penurunan, stabilitas fondasi, stabilitas lereng dan lain-lainnya.
Sumber air tanah yang terpenting ialah air hujan (Meteoric Water). Air terisap
ke atmosfir lewat penguapan (Evaporasion) dan didistribusikan secara meluas oleh
hembusan angin. Pengembunan mengembalikan air ini ke bumi sebagai hujan,
salju, salju bawah (Sleet), hujan es (Hail), embun beku (Frost) dan embun.
Bagian yang jatuh ke permukaan bumi terbagi-bagi lagi sebagai berikut :
a. Sekitar 70% dievaporasikan kembali ke atmosfir.
b. Sebagian mengalir ke sungai dan kemudian menuju ke danau dan lautan.
c. Sebagian dipakai untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan.
d. Sebagian merembes ke dalam tanah menjadi air tanah.
Terdapat 3 (tiga) zone penting pada lapisan tanah yang dekat dengan permukaan
bumi, yaitu : zone air jenuh, zone kapiler dan zone jenuh sebagian.

1
1. Zone jenuh atau zone di bawah muka air tanah, air mengisi seluruh rongga-
rongga tanah. Pada zone ini tanah dianggap dalam keadaan jenuh sempurna.
Batas atas dari zone jenuh adalah permukaan air tanah atau permukaan freatis.
Karena itu, air yang berada di dalam zone ini disebut air tanah atau air freatis
dan pada permukaan air tanah maka tekanan hidrostatis sama dengan nol.
2. Zone kapiler terletak di atas zone jenuh. Ketebalan zone ini tergantung dari
macam tanah dimana akibat tekanan kapiler, air mengalami isapan atau tekanan
negatif.
3. Zone tak jenuh yang berkedudukan paling atas, adalah zone di dekat permukaan
tanah, dimana air dipengaruhi oleh penguapan akibat sinar matahari dan akar
tumbuh-tumbuhan.

Akuifer.
Akuifer (aquifer) adalah bahan yang tembus air dimana air tanah mengalir. Pasir
atau pasir berkerikil merupakan lapisan yang sangat baik sebagai bahan untuk
akuifer, oleh karena porositasnya yang besar dan sifat permeabilitasnya. Table 1.1.
menunjukkan nilai-nilai porositas (n) untuk beberapa tanah/batuan. Perlu dicatat
bahwa bahan dengan porositas yang tinggi belum tentu merupakan akuifer yang
baik.
Tabel 1.1 Porositas beberapa jenis tanah/batuan (Legget, 1962)
Jenis tanah/batuan Porositas (n)
Tanah dan geluh (loam) 60
Kapur (chalk) 50
Pasir dan kerikil 25-35
Batu pasir 10-15
Batu gamping olitik (oolitic) 10
Batu gamping dan marmer 5
Batu tulis (slate) dan serpih 4
Granit 1,50
Batuan kristalin, umum 0,50

Air Artesis.
Air artesis didapatkan dari akuifer yang berada dalam tekanan hidrostatis. Air
artesis terjadi karena kondisi sebagai berikut :

2
a. Air harus terdapat pada lapisan yang tembus air yang sedemikian miringnya,
sehingga satu ujung dapat menarik air dari permukaan tanah.
b. Akuifer ditutupi oleh lapis lempung yang tidak tembus air, serpih atau batuan
padat lainnya.
c. Air dapat keluar dari akuifer baik dari samping maupun dari ujung bawah.
d. Terdapat cukup tekanan dalam air yang terkekang tadi untuk mempertinggi
muka air bebas di atas akuifer apabila disedot melalui sumur.

1.2 Permeabilitas dan Rembesan.


Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan
air atau cairan lainnya untuk menembus atau merembes melalui hubungan antar
pori. Bahan yang mempunyai pori-pori kontinyu disebut dapat tembus (Permeable).
Kerikil mempunyai sifat dapat tembus yang tinggi sedangkan lempung kaku
mempunyai sifat dapat tembus yang rendah dan karena itu lempung disebut tidak
dapat tembus (Impermeable) untuk semua tujuan pekerjaan yang berhubungan
dengan tanah tersebut. Untuk mempelajari rembesan air melalui tanah adalah
penting untuk masalah-masalah teknik sipil, yaitu :
a. Menghitung jumlah rembesan air dalam tanah
b. Menghitung gaya angkat ke atas (uplift) di bawah bangunan air dan
keamanannya terhadap piping.
c. Menghitung debit air tanah yang mengalir ke arah sumur-sumur dan drainase
tanah.
d. Menganalisa kestabilan dari suatu bendungan tanah dan konst dinding penahan
e. Menyelidiki permasalahan-permasalahan yang menyangkut pemompaan air
unt konst dibawah tanah.

1.2.1 Garis Aliran (Gradient Hidraulic).


Menurut persamaan Bernoulli, tinggi energi total pada suatu titik di dalam
air yang mengalir dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari tinggi tekanan, tinggi
kecepatan, dan tinggi elevasi, atau :

3
p v2
h= + + Z.
w 2g
   (1.1)
tinggi tinggi tinggi
tek. kec. elev.
dimana :
h = tinggi energi total
p = tekanan
v = kecepatan
g = percepatan disebabkan oleh gravitasi
w = berat volume air
Apabila persamaan Bernoulli di atas dipakai untuk air yang mengalir
melalui pori-pori tanah, bagian dari persamaan yang mengandung tinggi kecepatan
dapat diabaikan. Hal ini disebabkan karena kecepatan rembesan air di dalam tanah
adalah sangat kecil. Maka dari itu, tinggi energi total pada suatu titik dapat
dinyatakan sebagai berikut :
p
h= +Z (1.2)
w
Gambar 1.1 menunjukkan hubungan antara tinggi tekanan, tinggi elevasi dan
tinggi energi total dari suatu aliran air di dalam tanah. Tabung pizometer dipasang
pada titik A dan titik B. Ketinggian air di dalam tabung pizometer A dan B disebut
sebagai muka pizometer (piezometric level) dari titik A dan tabung pizometer yang
dipasang pada titik tersebut. Tinggi elevasi dari suatu titik merupakan jarak vertikal
yang diukur dari suatu bidang datum yang diambil sembarang ke titik yang
bersangkutan.

h

Alira

h A h
B
Z L
Z

Datu

Gambar 1.1 Tinggi tekanan, tinggi elevasi dan tinggi total energi untuk aliran air
dalam tanah.
4
Kehilangan energi antara dua titik, A dan B, dapat dituliskan dengan
persamaan di bawah ini :
p  p 
h = hA − hB =  A + Z A  −  B + Z B  (1.3)
 w   w 

Kehilangan energi, h tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan


tanpa dimensi seperti di bawah ini :
h
i= (1.4)
L
dimana :
i = gradien hidrolik
L = jarak antara titik A dan B, yaitu panjang aliran air dimana kehilangan
tekanan terjadi
Pada umumnya, variasi kecepatan v dengan gradien hidrolik i dapat dijalankan
seperti dalam Gambar .2. Gambar ini membagi grafik ke dalam 3 (tiga) zona :
a. Zona aliran laminar (zona I),
b. Zona transisi (zona II), dan
c. Zona aliran turbulen (zona III)
Bilamana gradien hidrolik bertambah besar secara perlahan-lahan, aliran di zona I
dan II akan tetap laminar, dan kecepatan v mempunyai hubungan yang linear
dengan gradien hidrolik. Pada gradien hidrolik yang lebih tinggi, aliran menjadi
turbulen (zona III). Bilamana gradient hidrolik berkurang, keadaan aliran laminar
hanya akan terjadi di dalam zona I saja.
Pada kebanyakan tanah, aliran air melalui ruang pori dapat dianggap sebagai aliran
laminar, sehingga :
vi (1.5)
Di dalam batuan, kerikil dan pasir yang sangat kasar, keadaan aliran turbulen
mungkin terjadi, dalam hal ini Persamaan 3.5 mungkin tidak berlaku.

5
Kecepatan, v

Zona III
Zona aliran
turbulen
Zona II
Zona transien

Zona I
Zona
aliran
laminer

Gradient hidrolik, i

Gambar 1.2 Variasi kecepatan aliran (v) dengan gradient hidrolik (i).

1.2.2 Hukum Darcy.


Menurut Darcy (1856), kecepatan air (v) yang mengalir dalam tanah jenuh adalah :
v=k.i (1.6)
Banyaknya air yang mengalir melalui penampang tanah dengan luasan A dalam
suatu satuan waktu (debit) adalah :
q=v.A (1.7)
dimana :
v = kecepatan aliran
k = koefisien rembesan (permeabilitas)
i = gradien hidrolik
A = luas penampang tanah
q = jumlah air yang mengalir dalam tanah (kuantitas) air persatuan waktu
sehingga apabila dihubungkan dengan gradien hidrolik Persamaan 1.7
akan menjadi :
q = k.i.A (1.8)
Δh h − h2
q = k.i.A = k. .A = k 1 A (1.9)
L L
Koefisien rembesan, k (Coefficient of Permeability) mempunyai satuan yang sama
seperti kecepatan (v). Istilah koefisien rembesan sebagian besar digunakan oleh
para ahli teknik tanah (geoteknik), para ahli geologi menyebutnya sebagai

6
konduktifitas hidrolik (Hydraulic Conductivity). Bilamana satuan BS digunakan
koefisien rembesan dinyatakan dalam (ft/menit) atau (ft/hari) dan total volume
dalam (ft3), sedangkan jika satuan SI, koefisien rembesan dinyatakan dalam
(cm/detik) dan total volume dalam (cm 3). Koefisien rembesan tanah adalah
tergantung pada beberapa faktor, yaitu : kekentalan cairan, distribusi ukuran pori,
distribusi ukuran butir, angka pori, kekasaran permukaan butiran tanah dan derajat
kejenuhan tanah. Pada tanah berlempung, struktur tanah memegang peranan
penting dalam menentukan koefisien rembesan. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi sifat rembesan tanah lempung adalah konsentrasi ion dan ketebalan
lapisan air yang menempel pada butiran lempung. Harga koefisien rembesan (k)
untuk tiap-tiap tanah adalah berbeda-beda, beberapa harga koefisien rembesan
diberikan dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Harga-harga koefisien rembesan (k) pada umumnya.
k
Jenis tanah
(cm/det) (ft/mnt)
Kerikil bersih 1,0 - 100 2,0 – 200
Pasir kasar 1,0 – 0,01 2,0 – 0,02
Pasir halus 0,01 – 0,001 0,02 – 0,002
Lanau 0,001 – 0,00001 0,002 – 0,00002
Lempung < 0,000001 < 0,000002
Sumber : Braja. M Das, Mekanika Tanah

1.2.3 Menentukan Koefisien Permeabilitas.


Koefisien permeabilitas dapat ditentukan dengan metode sebagai berikut :
a. Penentuan Koefisien Rembesan di Laboratorium.
i. Uji Permeabilitas Tinggi Konstan (constant head permeability test).
ii. Uji Permeabilitas Tinggi Jatuh (falling head permeability test).
b. Penentuan Koefisien Rembesan di Lapangan
i. Metode sumur percobaan.
• Uji pemompaan dari suatu sumur percobaan dalam lapisan tembus air
yang didasari oleh lapisan kedap air (Unconfined Aquifer).
• Uji pemompaan dari suatu sumur percobaan yang dibuat sampai dengan
lapisan tembus air yang diapit oleh lapisan kedap air (Confined Aquifer)
ii. Metode lubang bor.

7
a. Penentuan Koefisien Rembesan di Laboratorium.
Ada 2 (dua) macam uji standar di laboratorium yang digunakan untuk
menentukan harga koefisien rembesan suatu tanah, yaitu : uji tinggi konstan
(Constant Head Permeability Test) dan uji tinggi jatuh (Falling Head
Permeability Test).
i. Uji Permeabilitas Tinggi Konstan (Constant Head Permeability Test).
Susunan alat untuk uji tinggi konstan ditunjukkan dalam Gambar 1.3. Pada
tipe percobaan ini, pemberian air dalam saluran pipa-masuk (inlet) dijaga
sedemikian rupa hingga perbedaan tinggi air di dalam pipa-masuk dan pipa-
keluar (outlet) selalu konstan selama percobaan. Setelah kecepatan aliran air
yang melalui contoh tanah menjadi konstan, air dikumpulkan dalam gelas
ukur selama suatu waktu yang diketahui. Volume total dari air yang
dikumpulkan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Q = A.v.t = A.(k .i ).t (1.10)
dimana :
Q = volume air yang dikumpulkan
A = luas penampang melintang contoh tanah
t = waktu yang digunakan untuk mengumpulkan air
atau :
h
i= (1.11)
L
dimana :
L = panjang contoh tanah
Masukkan Persamaan (1.11) ke dalam Persamaan (1.10), maka :
 h
Q = A. k. .t (1.12)
 L

Atau :
Q.L
k= (1.13)
A.h.t
Uji tinggi konstan (constant head permeability test) adalah lebih cocok untuk
tanah berbutir dengan koefisien rembesan yang cukup besar.

8
q
Meluap

L Luas A
Ditampung
Contoh
tanah

Gelas
ukur

Gambar 1.3 Uji rembesan dengan cara tinggi konstan.

Gambar 1.4 Alat Uji rembesan tinggi konstan (Constant Head Test)..

ii. Uji Permeabilitas Tinggi Jatuh (falling head permeability test).


Susunan alat yang digunakan untuk uji tinggi jatuh ditunjukkan dalam
Gambar 1.4. air dari dalam pipa-tegak yang dipasang di atas contoh tanah
mengalir melalui contoh tanah. Pada mulanya, perbedaan tinggi air pada

9
waktu t = 0 dan h1, kemudian air dibiarkan mengalir melalui contoh tanah
hingga perbedaan tinggi air pada waktu t = tF adalah h2.
Jumlah air yang mengalir melalui contoh tanah pada suatu waktu t dapat
dituliskan sebagai berikut :
h dh
q = k. . A = −a. (1.14)
L dt
dimana :
q = jumlah air yang mengalir melalui contoh tanah per satuan waktu
a = luas penampang melintang pipa-tegak (pipa inlet)

A = luas penampang melintang contoh tanah


Apabila Persamaan di atas disusun lagi, maka didapatkan Persamaan
a.L  dh 
sebagai berikut : dt = . −  (1.15)
A.k  h 

Integrasikan bagian kiri dari persamaan di atas dengan batas t = 0 dan t = t, dan
bagian kanan dari persamaan di atas dengan batas h = h1 dan h = h2, hasil
integrasinya adalah :
a.L h
t= . log e . 1 atau
A.k h2

a.L h
k = 2,303. . log 10 . 1 (1.16)
A.t h2

Uji tinggi jatuh adalah sangat cocok untuk tanah berbutir halus dengan
koefisien rembesan kecil.

Saat t1 = 0

dh
Luas
a Saat t1 = t2
h1

h2
L Contoh Luas
tanah A

Gambar 1.5 Uji rembesan dengan cara tinggi jatuh.

10
Gambar 1.6 Alat Uji rembesan tinggi jatuh (Falling Head Test).

b. Penentuan Koefisien Rembesan di Lapangan


i. Metode sumur percobaan.
Uji pemompaan dari suatu sumur percobaan dalam lapisan tembus
air yang didasari oleh lapisan kedap air (Unconfined Aquifer).

Di lapangan, koefisien rembesan rata-rata yang searah dengan arah aliran


dari suatu lapisan tanah dapat ditentukan dengan cara mengadakan uji
pemompaan dari sumur. Gambar 1.7 menunjukkan suatu lapisan tanah
tembus air (Permeable Layer), yang koefisien rembesannya akan
ditentukan, di mana di sebelah bawah dibatasi oleh suatu lapisan kedap air
(Impermeable Layer). r2
r r1
Muka air tanah
sebelum pemompaan

Lengkung penurunan dh
selama pemompaan dr

h1
h h2
Sumur observasi
Sumur uji

Lapisan kedap air


Gambar 1.7 Sumur percobaan yang dibuat sampai lapisan tembus air yang didasari
oleh lapisan kedap air (Unconfined Aquifer).

11
Di dalam melakukan percobaan, air dipompa keluar dari sumur uji yang
mempunyai mantel silinder berlubang dengan kecepatan tetap. Beberapa
sumur observasi dibuat di sekeliling sumur uji dengan jarak yang berbeda-
beda. Ketinggian air di dalam sumur uji dan sumur observasi diteliti secara
terus menerus sejak pemompaan dilakukan hingga keadaan tunak (Steady
State) dicapai. Jumlah air tanah yang mengalir ke dalam sumur uji per
satuan waktu (debit = q) adalah sama dengan jumlah air yang dipompa
keluar dari sumur uji per satuan waktu; keadaan ini dapat dituliskan
sebagai berikut :

 dh 
q = k  .2. .r.h (1.17)
 dr 
Atau :
r1 h1
dr  2. .k 

r2
=
r  q  
. h.dh
h
2

Jadi :
r 
2,303.q. log 10 . 1 
 r2 
k=
(
 . h1 − h2
2 2
) (1.18)

Dari pengukuran di lapangan, apabila q, r1, r2, h1, dan h2 diketahui,


koefisien rembesam dapat dihitung dari Persamaan 1.18 di atas.

Uji pemompaan dari suatu sumur percobaan yang dibuat sampai


dengan lapisan tembus air yang diapit oleh lapisan kedap air
(Confined Aquifer)

Koefisien permeabilitas rata-rata untuk akuifer terkekang (confined


aquifer) dapat ditentukan dengan cara percobaan pemompaan dari lubang
sumuran yang ditekan masuk ke dalam lapisan sumur uji dengan berbagai
macam jarak. Pemompaan terus menerus dengan kecepatan debit (q)
seragam sehingga keadaan konstan tercapai Gambar 1.8. Jika air dapat
masuk sumur percobaan hanya dari akuifer setebal H maka koefisien
permeabilitas dapat ditulis sebagai berikut :

12
 dh 
q = k  .2. .r.H (1.19)
 dr 
atau :
dr 1  2. .k .H 
r1 h

r r = h  q .dh
2 2

Koefisien rembesan yang searah dengan aliran dpt ditulis sebagai berikut :
r 
q. log . 1 
 r2 
k=
(
2,727.H . h12 − h22 ) (1.20)

r2
r r1
Muka air tanah
sebelum
pemompaan
Lengkung
dr d
penurunan selama h
pemompaan

h h1
h2
Sumur uji Sumur observasi

H Akuifer tertekan
(confined
aquifer)
Lapisan kedap air
Gambar 1.8 Sumur percobaan yang dibuat sampai lapisan tembus air yang diapit
lapisan kedap air (Confined Aquifer)

ii. Metode lubang bor.


Koefisien rembesan di lapangan dapat juga diestimasi dengan cara
membuat lubang auger Gambar 1.9. Tipe uji ini biasanya disebut sebagai
slug test. Lubang dibuat di lapangan sampai dengan kedalaman L di bawah
muka air tanah. Pertama-tama air ditimba keluar dari lubang. Keadaan ini
akan menyebabkan adanya aliran air tanah kedalam lubang melalui
keliling dan dasar lubang. Penambahan tinggi air di dalam lubang auger
dan waktunya dicatat. Koefisien rembesan dapat ditentukan dari data
tersebut (Ernst, 1950; Dunn, Anderson dan Kiefer, 1980)

13
40 r y
k= . . (1.21)
 L  y  y t
 20 + . 2 − 
 r  L

dimana :
r = jari-jari lubang auger (meter)
y = harga rata-rata dari jarak antara tinggi air di dalam lubang auger
dengan muka air tanah selama interval waktu t.
Perlu diperhatikan bahwa untuk persamaan diatas, satuan L (meter) dan
satuan k (m/det) atau (m/menit), tergantung pada satuan waktu t.
Penentuan koefisien rembesan dari lubang auger bisanya tidak dapat
memberikan hasil yang teliti. Tetapi, ia dapat memberikan harga pangkat
dari k.

2r

Muka air tanah

L y

Gambar 1.9 Penentuan koefisien rembesan dengan lubang bor auger.

1.3 Rembesan Melalui Tanah Berlapis.


Koefisien rembesan suatu tanah mungkin bervariasi menurut arah aliran yang
tergantung pada perilaku tanah di lapangan. Untuk tanah yang berlapis-lapis, di
mana koefisien rembesan alirannya dalam suatu arah tertentu berubah dari lapis-ke-
lapis, kiranya perlu ditentukan harga rembesan ekivalen untuk menyederhanakan
perhitungan (lihat juga Terzaghi dan Peck, 1967). Penurunan berikut ini adalah
perumusan rembesan ekivalen untuk aliran air dalam arah vertikal dan horizontal
yang melalui tanah berlapis-lapis dengan arah lapisan horizontal.

14
Gambar 1.10 menunjukkan suatu tanah yang mempunyai lapisan sebanyak n
dengan aliran arah horizontal. Perhatikan suatu penampang yang tegak lurus arah
aliran dengan lebar satu satuan di mana pada penampang tersebut terdapat n lapisan.
Jumlah aliran total per satuan waktu yang melalui penampang dapat dituliskan
sebagai berikut :

q = v.l.H
= v1 .l.H 1 + v 2 .l.H 2 + v 3 .l.H 3 + ... + v n .l.H n (1.22)

dimana :
v = kecepatan aliran rata-rata
v1,v2,v3,…,vn = kec. aliran pada lapisan 1, lap. 2, lap. 3, …, lapisan n

kv
H 1
kH 1
1

kv
H kH 2
2
2

kv H
H 3
kH 3
3
Arah
aliran

H kv kH n
n n

Gambar 1.10 Penentuan koefisien rembesan ekivalen untuk aliran horizontal


di dalam tanah yang beralapis-lapis.

Apabila kH1, kH2, kH3, …, kHn adalah koefisien rembesan untuk tiap-tiap
lapisan dalam horizontal dan kH(eq) adalah koefisien rembesan ekivalen dalam
arah horizontal, maka dari hukum Darcy didapat :
v = k H (eq ) .ieq ; v1 = k H 1 .i1 ; v2 = k H 2 .i2 ; v3 = k H 3 .i3 ;.......;vn = k Hn .in

Dengan memasukkan harga kecepatan di atas ke dalam Persamaan 1.22 dan


mengingat bahwa ieq = i1 = i2 = i3 = … = in, maka didapat :

15
.(k H 1 .H 1 + k H 2 .H 2 + k H 3 .H 3 + ... + k Hn .H n )
1
k H (eq ) = (1.23)
H
Gambar 1.11 menunjukkan suatu tanah yang terdiri dari n lapis dengan aliran
arah vertikal. Untuk keadaan ini, kecepatan aliran yang melalui semua lapisan
adalah sama. Tetapi, kehilangan energi total, h adalah merupakan penjumlahan dari
kehilangan energi untuk tiap-tiap lapisan, jadi :
v = v1 = v 2 = v 3 = ... = v n (1.24)
dan :
h = h1 + h2 + h3 + ... + hn (1.25)
Dengan menggunakan hukum Darcy, Persamaan 1.24 dapat ditulis lagi sebagai
berikut :
h
k v (eq ) . = k v1 .i1 = k v 2 .i 2 = k v3 .i3 = ... = k vn .i n (1.26)
H
Dimana kv1, kv2, kv3, …, kvn adalah koefisien rembesan untuk tiap-tiap lapisan dalam
arah vertikal dan kv(eq) adalah koefisien rembesan ekivalen. Selain itu, dari
Persamaan 1.25 :
h = H 1 .i1 + H 2 .i 2 + H 3 .i3 + ... + H n .i n (1.27)

h h
h 3
h 2
1

k
H kH
v
1 1
k
H kH
v
2 2
k
H H kH
v
3 3

k
kH
v
n

Arah aliran

Gambar 1.11 Penentuan koefisien rembesan ekivalen untuk aliran vertikal


di dalam tanah yang berlapis-lapis.

16
Penyelesaian dari Persamaan 1.26 dan Persamaan 1.27 memberikan :
H
k v (eq ) = (1.28)
 H1   H 2   H 3  H 
      + .... +  n 
 k + k + k  k 
 v1   v 2   v3   vn 

1.4 Jaring-Jaring Aliran (Flow Nets).


Sekelompok garis yang saling tegak lurus satu sama lain, yaitu : garis-garis
aliran (flow lines) dan garis-garis ekipotensial (equipotential lines). Garis aliran
adalah suatu garis sepanjang mana butir-butir air akan bergerak dari bagian hulu ke
bagian hilir sungai melalui media tanah yang tembus air (permeable). Garis
ekipotensial adalah suatu garis sepanjang mana tinggi potensila di semua titik pada
garis tersebut adalah sama. Jadi, apabila alat-alat pizometer diletakkan di beberapa
titik yang berbeda-beda di sepanjang satu garis ekipotensial, air di dalam tiap-tiap
pizometer tersebut akan naik pada ketinggian yang sama. Gambar 1.12a
menunjukkan definisi garis aliran dan garis ekipotensial untuk aliran di dalam
lapisan tanah yang tembus air (permeable layer) di sekeliling jajaran turap yang
ditunjukkan dalam Gambar 1.12a (untuk kx = kz = k).
Kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekipotensial dinamakan
jaringan aliran (flow net). Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa jaringan
aliran dibuat untuk menghitung aliran air tanah. Dalam pembuatan jaringan aliran,
garis-garis aliran dan ekipotensial digambar sedemikian rupa sehingga :
1. Garis ekipotensial memotong tegak lurus garis aliran.
2. Elemen-elemen aliran dibuat kira-kira mendekati bentuk bujur sangkar.
Gambar 1.12b adalah suatu contoh dari jaringan aliran yang lengkap, contoh lain
dari jaringan aliran dalam lapisan tanah tembus air yang isotropik diberikan dalam
Gambar 1.13. Penggambaran suatu jaringan aliran biasanya harus dicoba berkali-
kali. Selama menggambar jaringan aliran, harus selalu diingat kondisi-kondisi
batasnya. Untuk jaringan aliran yang ditunjukkan dalam Gambar 1.12a, keadaan
batas yang dipakai adalah :
1. Permukaan lapisan tembus air pada bagian hulu dan hilir dari sungai (garis ab
dan de) adalah garis-garis aliran.

17
2. Karena ab dan de adalah garis-garis aliran, semua garis-garis ekipotensial
memotongnya tegak lurus.
3. Batas lapisan kedap air, yaitu garis fg, adalah garis ekipotensial; begitu juga
permukaan turap kedap air, yaitu garis acd.
4. Garis-garis ekipotensial memotong acd dan fg tegak lurus.

Turap
H1
H2
b a d e

c
Garis aliran
Kx = kz
f Garis ekipotensial g
Lapisan kedap air
=k

Gambar 1.12a Definisi garis aliran dan garis ekipotensial.

Turap
H1
H2

Kx = kz = k
Nf = 4
Nd = 6

Lapisan kedap air

Gambar 1.12b Jaringan aliran yang lengkap.

H
H1
H2

Kx = kz = k
Nf = 4
Nd = 8

Lapisan kedap air

Gambar 1.13 Jaringan aliran di bawah bendungan.

18
q

h1

l1 h2
q1

l1 h3
l2
q2 h4
l3
l2
q3
q

Gambar 1.14 Rembesan melalui suatu saluran aliran.

1.4.1 Perhitungan Rembesan dari Suatu Jaringan Aliran.


Di dalam jaringan aliran, daerah di antara dua garis aliran yang saling
berdekatan dinamakan saluran aliran (Flow Channel). Gambar 1.14 menunjukkan
suatu saluran aliran dengan garis ekipotensial yang membentuk elemen-elemen
berbentuk persegi. Apabila h1, h2, h3, h4, …, hn adalah muka pizometer yang
bersesuaian dengan garis ekipotensial, maka kecepatan rembesan yang melalui
saluran aliran per satuan lebar (tegak lurus terhadap bidang gambar) dapat dihitung
dengan cara seperti yang diterangkan di bawah ini. Dalam hal ini, tidak ada aliran
yang memotong garis aliran, maka :
q1 = q 2 = q 3 = ... = q (1.29)

Dari hukum Darcy, jumlah air yang mengalir per satuan waktu adalah k.i.A.
Jadi, Persamaan (3.29) dapat dituliskan lagi sebagai berikut :

 h − h2   h − h3   h − h4 
q = k. 1 .l1 = k. 2 .l 2 = k. 3 .l 3 = . (1.30)
 l 
 l1   l2   3 

Persamaan (1.30) menunjukkan bahwa, apabila elemen-elemen aliran dibuat


dengan bentuk mendekati bujur sangkar, penurunan muka pizometrik antara dua

19
garis ekipotensial yang berdekatan adalah sama. Hal ini dinamakan penurunan
energi potensial (Potential Drop).
Jadi :
H
h1 − h2 = h2 − h3 = h3 − h4 = ... = . (1.31)
Nd

dan
H
q = k . (1.32)
Nd
dimana :
H = perbedaan tinggi muka air pada bagian hulu dan bagian hilir
Nd = banyaknya bidang bagi kehilangan energi potensial.
Dalam Gambar 1.12b, untuk satu saluran aliran, H = H1 – H2 dan Nd = 6.
Apabila banyaknya saluran aliran di dalam jaringan aliran sama dengan Nf,
maka banyaknya air yang mengalir melalui semua saluran per satuan lebar dapat
dituliskan sebagai berikut :
H .N f
q = k. (1.33)
Nd

Di dalam menggambar jaringan aliran, semua elemennya tidak harus dibuat


bujur sangkar. Bentuk empat persegi panjang seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 1.15 juga dapat dilakukan. Hanya perlu diingat bahwa agar perhitungan
dapat mudah dilakukan, akan lebih baik kalau perbandingan antara lebar dan
panjang dari elemen-elemen empat persegi panjang dalam jaringan aliran tersebut
dibuat sama. Dalam hal ini Persamaan (1.30) untuk menghitung banyaknya air
yang mengalir melalui saluran per satuan waktu dapat dimodifikasi menjadi :
h −h   h − h3   h − h4 
k. 1 2 .b1 = k. 2 .b2 = k. 3 .b3 = (1.34)
 l 
 l1   l2   3 

Apabila b1/l1 = b2/l2 = b3/l3 = … = n, Persamaan (1.32) dan (1.33), dapat


dimodifikasi menjadi :
 n 
q = k.H . 
 (1.35)
 Nd 

20
Nf 
q = k .H . .n
 (1.36)
 Nd 

Gambar 1.16 menunjukkan suatu jaringan aliran untuk rembesan air sekitar satu
jajaran turap. Perhatikan bahwa saluran aliran No. 1 dan No. 2 mempunyai elemen-
elemen berbentuk bujur sangkar. Oleh karena itu, jumlah air yang mengalir melalui
dua saluran aliran tersebut per satuan waktu dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (1.32).
k .H k .H 2.k .H
q1 + q 2 = + = (1.37)
Nd Nd Nd

q
h1

b1 h2

l1 h3
b2
h4
l2 b3

q

Gambar 1.15 Rembesan melalui suatu saluran aliran yang mempunyai elemen
berbentuk empat persegi panjang..

H1 H

H2
Saluran
aliran 1 Saluran
l/b = 1 aliran 2
l/b = 1Saluran
aliran 3

Lapisan kedap air

Gambar 1.16 Jaringan aliran untuk aliran di sekitar satu jajaran turap.

21
Tetapi, saluran aliran No. 3 mempunyai elemen-elemen dengan bentuk empat
persegi panjang yang mempunyai perbandingan lebar dan panjang sebesar 0,38.
Maka dari itu, dari Persamaan (1.35).

.H .(0,38)
k
q 3 = (1.38)
Nd
Jadi, jumlah rembesan total per satuan waktu, adalah :
k.H
q = q1 + q 2 + q 3 = 2,38. (1.39)
Nd
Rembesan di bawah bangunan air dengan bentuk sederhana dapat dipecahkan
secara matematis. Harr (1962) telah memberikan analisis untuk beberapa macam
kondisi seperti itu. Gambar 1.17 menunjukkan suatu grafik tak berdimensi untuk
rembesan air di sekeliling satu jajaran turap. Untuk keadaan yang serupa, Gambar
1.18 menunjukkan suatu grafik tak berdimensi untuk rembesan di bawah suatu
bendungan.

1,4

H
1,2

1,0 S kx = kz = k
T’

0,8
Lapisan kedap air
q/k.H
0,6

0,4

0,2

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
S/T’

Gambar 1.17 Grafik yang menggambarkan hubungan antara q/k.H dan S/T’
untuk aliran di sekeliling satu jajaran turap (Harr,1962).

22
B
b = B/2 H = H1 - H2

H1
H2
x
S kx = kz = k
T’
turap

Lapisan kedap air (a)


0,6

0,5
q/k.H

0,4

0,3
1  0,75  0,5  0,25 0
x/b
(b)
Gambar 1.18 a) Aliran air di bawah bendungan (Harr, 1962).
b) Grafik hubungan antara q/kH dan x/b.

1.4.2 Tekanan Ke Atas (Uplift Pressure) Pada Dasar Bangunan.


Jaringan aliran dapat dipakai untuk menghitung besarnya tekanan ke atas
yang bekerja pada dasar suatu bangunan air. Cara perhitungannya dapat
ditunjukkan dengan suatu contoh yang sederhana. Gambar 1.19a menunjukkan
sebuah bendungan di mana dasarnya terletak pada kedalaman 6 ft di bawah muka
tanah. Jaringan aliran yang diperlukan sudah digambar (dianggap kx = kz = k).
Gambar distribusi tegangan yang bekerja pada dasar bendungan dapat ditentukan
dengan cara mengamati garis-garis ekipotensial yang telah digambar.
Ada 7 (tujuh) buah penurunan energi potensial (Nd) dalam jaringan aliran
tersebut, dan perbedaan muka air pada bagian hulu dan hilir dari sungai adalah H =
21 ft. Jadi, kehilangan tinggi energi untuk tiap-tiap penurunan energi potensial
adalah H/7 = 21/7 = 3 ft.

23
Tekanan ke atas (uplift pressure) pada titik-titik berikut adalah :
Titik a (ujung kiri dasar bendungan) = (tinggi tekanan pada titik a) x (w)
= [(21+6) – 3].w = 24.w
Dengan cara yang sama, pada :
Titik b = [27 – (2).(3)]. w = 21. w
Titik f = [27 – (6).(3)]. w = 9. w

Tekanan ke atas yang telah dihitung tersebut kemudian digambar seperti


ditunjukkan dalam Gambar 1.19b. Gaya angkat ke atas (uplift force) per satuan
panjang, yang diukur sepanjang sumbu bendungan, dapat dihitung dengan
menghitung luas diagram tegangan yang digambar tersebut.

21 ft
24 ft
42 ft
6 ft

kx = kz = k
30 ft
a f
b c d e

Lapisan kedap air


(a)
a b c d
e

(b)

Gambar 1.19 (a) Bendungan


(b) Gaya angkat ke atas yang bekerja pada dasar suatu
bangunan air.

24
Contoh Soal 1 :
Hasil dari suatu uji tinggi konstan di laboratorium untuk contoh tanah pasir halus
yang mempunyai diameter 150 mm dan panjang 300 mm adalah sebagai berikut :
− Perbedaan tinggi konstan (h) = 500 mm
− Waktu untuk mengumpulkan air (t) = 5 menit
− Volume air yang dikumpulkan (Q) = 350 cc
− Temperature air = 24 oC
Tentukan koefisien rembesan untuk tanah tersebut pada temperature 20 oC ?

Penyelesaian :
Untuk pengujian rembesan tinggi konstan :
Q.L
k=
A.h.t
Diketahui : Q = 350 cc, L = 300 mm, A = (/4).(150)2 = 17.678,57 mm2, h = 500
mm dan t = (5).(60) = 300 detik. Jadi :
diubah menjadi mm3

k=
(350 10 ).(300 )
3
= 3,96  10 −2 mm/detik = 3,96  10 -3 cm/detik
(17.678,57 )(. 500 )(300 )
 24 
k 20 = k 24 . , dari Gambar Grafik 24 = 0,9097
 20  20
Jadi :
( )
k 20 = 3,96  10 −3 .(0,9097 ) = 3,6 10 −3 cm/detik

25
Contoh Soal 2 :
Tentukan banyaknya air yang mengalir per satuan waktu yang melalui lapisan tanah
tembus air seperti Gambar 1.20.

4m

8m
Arah
aliran Lapisan kedap
3m air

k = 0,08 cm/det

8o
Lapisan kedap
air
50 m

Gambar 1.20 Penampang aliran air dalam tanah

Penyelesaian :
Gradient hidrolik (i) :
h 4
i= = = 0,0792
L ( )
50 / cos8 
Banyaknya air yang mengalir per satuan waktu per satuan lebar dari profil yang
diberikan (q) :
 0,08 cm/det 
q = k .i. A =  (
.(0,0792 ). 3. cos8  1

)
 
2
10

Diubah menjadi m/detik A

q = k.i. A = 0,188  10 −3 m 3 / det ik / m lebar = 0,19  10 -3 m 3 / detik/m lebar

26
Contoh Soal 3 :
Tentukan koefisien rembesan ekivalen untuk aliran arah horizontal (kH(eq)), pada
tanah berlapis tiga dengan stratifikasi horizontal.
Lap.No. Tebal lap. (ft) Koef. Rembesan dlm arah horizontal, kH
(ft/mnt)
1 20 10-1
2 5 10-4
3 10 1,5 x 10-1

Penyelesaian :

.(k H 1 .H1 + k H 2 .H 2 + k H 3 .H 3 )
1
k H (eq ) =
H

k H (eq ) =
1
20 + 5 + 10
(
. 10 −1  20 + 10 −4  5 + 1,5  10 −1  10 )
=
(2 + 0,0005 + 1,5) = 0,1 ft/menit
35

Contoh Soal 4 :
Apabila dianggap bahwa kv = kH untuk semua lapisan tanah pada contoh Soal 3,
maka tentukan rasio antara kH(eq) dan kv(eq) ?
Penyelesaian :
H 20 + 5 + 10
k v (eq ) = =
H1 H 2 H 3 20 5 10
+ + −1
+ − 4 + −1
k v1 k v 2 k v 3 10 10 10
35
= = 6,96  10 − 4 ft/mnt
200 + 50.000 + 66.666

Jadi :
k H (eq ) 10 −1
= = 143,68  144
kV (eq ) 6,96  10 −4

27
Contoh Soal 5 :
Suatu uji pemompaan dari suatu sumur uji dalam lapisan tembus air yang didasari
oleh lapisan kedap air seperti Gambar 1.21 di bawah. Bila keadaan steady state
dicapai dan didapatkan hasil-hasil observasi sebagai berikut : q = 100 gpm; h1 = 20
ft; h2 = 15 ft; r1 = 150 ft; r2 = 50 ft. Tentukan koefisien rembesan lapisan tembus
air tersebut.
Penyelesaian :
r 
2,303 .q. log  1 
k=  r2 
(
 . h1 − h22
2
)
Diketahui : q = 100 gpm = 13,37 ft3/menit, jadi
 150 
2,303  13,37 log  
k=  50 
= 0,0267 ft/menit
 .(20 2 − 15 2 )

r2
r r1

dh
dr

h1
h h2
Sumur observasi
Sumur uji

Lapisan kedap air

Gambar 1.21 Sumur uji

28
Contoh Soal 6 :
Ada suatu lubang yang dibuat dengan alat bor Auger seperti pada Gambar 1.22
dibawah, kalau diketahui r = 0,15 m, L = 3,5 m, y = 0,45 m, t = 8 menit dan y =
3,2 m. Tentukan koefisien rembesan tanah tersebut.

2r

Muka air tanah

L y

Gambar 1.22 Contoh soal


Penyelesaian :
40 r y
k= . .
 L y  y t
 20 + . 2 − 
 r  L
40 0,15 0,45
k= . . = 2,24  10 -3 m/menit
 3,5   3,2  3 , 2 8
 20 + . 2 − 
 0,15   3,5 

Contoh Soal 7 :
Suatu jaringan aliran dari aliran air di sekitar sebuah jajaran turap di dalam lapisan
tembus air ditunjukkan dalam Gambar 1.23 dibawah. Diketahui H1 = 15 ft, H2 = 5
ft dan kx = kz = k = 5 x 10-3 cm/det. Tentukan :
a. Berapa tinggi (diatas permukaan tanah) air akan naik apabila pizometer
diletakkan pada titik-titik a, b, c dan d.
b. Jumlah rembesan air yang melalui saluran air II per satuan lebar (tegak lurus
bidang gambar) per satuan waktu.
c. Jumlah rembesan total yang melalui lapisan tembus air per satuan lebar.

29
Turap
15 ft

Permukaan tanah 5 ft
0
I II 6
c II
I
30 ft kx = kz = k
a
Nf = 3
b Nd = 6

1 2 3 4 5 d
Lapisan kedap
air
Gambar 1.23 Contoh soal

Penyelesaian :
b) Dari gambar diatas, Nf = 3 dan Nd = 6. Perbedaan tinggi antara bagian hulu dan
hilir sungai = 15 – 5 = 10 ft. jadi kehilangan tinggi energi antara dua garis
ekipotensial = 10/6 = 1,667 ft. titik (a) terletak pada garis ekipotensial 1, yang
berarti bahwa penurunan energi potensial (potensial drop) dari titik a, adalah =
1 x 1,667 ft. jadi air di dalam pizometer yg diletakkan dititik a akan naik
setinggi (15 – 1,667) = 13,333 ft dari permukaan tanah.
• b = 15 – (2 x 1,667) = 11,67 ft di atas muka tanah
• c = 15 – (5 x 1,667) = 6,67 ft di atas muka tanah
• d = 15 – (5 x 1,667) = 6,67 ft di atas muka tanah
c) dari persamaan 2.32 :
H.
q = k
Nd
k = 5 x 10-3 cm/det = 5 x 10-3 x 0,03281 ft/det = 1,64 x 10-4 ft/det
q = (1,64 x 10-4).(1,667) = 2,73 x 10-4 ft3/det/ft
d) dari persamaan 2.33 :

q = k.
H .N f
Nd
( )
= 1,64 x 10 -4 .(1,667 )(
. 3) = 8,2 x 10 -4 ft 3 / det/ ft

30
Latihan Soal:
1. Suatu pengujian permeabilitas dengan cara falling-head, ketinggian air dalam
pipa uji awal adalah 1,00 m, pada waktu 3 jam ketinggian air dalam pipa turun
menjadi 0,35 m. Diameter pipa uji adalah 5 mm, tinggi contoh tanah 200 mm
dan diameter contoh tanah 100 mm. Tentukan coefisien permeabilitas tanah
tersebut.
2. Pengujian untuk mendapatkan nilai koefisien permeabilitas tanah pasir halus
(k) dengan percocabaan metode tinggi konstan (constan head). Penampang
contoh tanah dengan diameter 8 cm dan tinggi 20 cm. Dari pengamatan
diperoleh data sebagai berikut : Beda tinggi muka air. = 150 cm, pada waktu t
= 8 menit volume yang ditampung sebesar 1200 cm3. Tentukan nilai koefisien
permeabitas k (m/det) tanah tersebut.
3. Suatu tanah berlapis dalam tabung mempunyai penampang 100 mm x 100 mm
Gambar 1.24. Air diberikan secara terus menerus sehingga beda tinggi seperti
dalam gambar. Bila koefisien rembesan masing-masing tanah A, B, dan C
adalah 10 -2 cm/det, 3x10 -3 cm/det dan 4,9x10 -4 cm/det. Tentukan debit air
(jumlah air) yang melalui lapisan tanah tersebut per detik.

300 mm

A B C

150 mm
150 mm 150 mm

Gambar 1.24

31
4. Suatu sumur uji pemompaan dalam lapisan tembus air yang di dasari oleh
lapisan kedap air (unconfined aquiver) seperti dalam Gambar 1.25. Dari hasil
observasi dipeoleh hasil : banyaknya air yang masuk dalam sumur uji = 13,37
ft3/menit, h1=20 ft, h2=15 ft, r1=150 ft, dan r2=50 ft. Tentukan koefisien
rembesan.
r2
r r1
Muka air tanah
sebelum pemompaan

Lengkung penurunan dh
selama pemompaan dr

h1
h h2
Sumur observasi
Sumur uji

Lapisan kedap air

Gambar 1.25

32

Anda mungkin juga menyukai