Anda di halaman 1dari 63

Hydraulic Jump

(Loncatan Hidraulis/Loncatan Air)


Materi Hidraulika Itenas,
Yessi Nirwana Kurniadi
Hydraulic Jump/Loncatan Air?
 Sebuah fenomena hidraulik yang sering terjadi di saluran
terbuka
 Terjadi ketika aliran dengan kecepatan tinggi masuk ke
suatu area aliran dengan kecepatan rendah, akan terjadi
kenaikan muka air
 Sebuah fenomena transisi dari aliran superkritis menuju
subkritis
 Terjadi pada:
 Pelimpah (spillway)
 Jika sebuah saluran dari kemiringan curam menuju kemiringan
landai, atau dari kemiringan landai menuju saluran yang flat.
Sejarah
 Pertama kali diteliti oleh Bidone (1818)
 Lalu dilanjutkan oleh Belanger (1828), Bresse (1860),
Darcy and Bazin (1865), dll.

Sumber: Diktat kuliah Hidraulika ITENAS , Yiniarti Eka Kumala dan


Buku Hidraulika Saluran Terbuka, Ven Te Chow (1959)
Hydraulic Jump
Penggunaan
Hydraulic Jump
Menunjukkan
jenis aliran
(misal, aliran
superkritis/
subkritis)

 menentukan
letak titik kontrol
sehingga lokasi
pengukuran dapat
ditetapkan
Penggunaan
Hydraulic Jump
Meredam energi di
hilir bendung,
bangunan
pelimpah
(spillway)
 mengurangi
terjadinya gerusan
setempat (=local
scouring)
Penggunaan
Hydraulic Jump
Mengurangi
kerusakan pada
struktur bangunan
bendung
Penggunaan
Hydraulic Jump

Hydraulic Jump at St. Anthony falls on the mississippi river


Courtesy: www.pdhsite.com
Penggunaan lainnya
 Menaikkan permukaan air di hilir untuk kebutuhan tinggi
tekan pada pengaliran ke saluran irigasi
 Mencampur zat kimiawi dan mengeluarkan gelembung
udara untuk sistem penjernihan air
Persamaan pengatur
 Ada 3 persamaan konservasi untuk menyelesaikan analisis
pada suatu aliran, yaitu:

 Persamaan konservasi energi  Bernoulli


 Persamaan konservasi massa
 Persamaan konservasi momentum
Courtesy: www.coastal.udel.edu
Persamaan umum

y2
y1

 Tinjau saluran dengan muka air dimana perubahan muka


air penampang 1 dan 2 disebabkan oleh rintangan dengan
gaya luar P pada aliran
 Asumsi: distribusi kecepatan seragam, dasar mendatar
y1

y2

Courtesy: www.coastal.udel.edu
y2
y1

Debit yang masuk ke penampang 1 sama


dengan debit yang keluar di penampang 2

Courtesy: www.coastal.udel.edu
Courtesy: www.coastal.udel.edu
Head loss = kehilangan energi
Governing Equations in Open Channel Flow
3) Momentum Equation:

F  ma F  Q(V2  V1 )
Momentum Equation in Open Channel Flow

F relation can be Q2  Q2 

written as
 A1 h1   A2 h 2
gA1 gA2
h: depth of centroid of the flow area

where A is the cross-sectional area of flow and h is the depth of


centroid of the flow area below the water surface and g is the
acceleration term

2
Q 
 A1 h1 is known as momentum function (M)
gA1
Momentum Equation in Open Channel Flow

 Q2  
F   A1 h1 
 gA1 

Pressure-Momentum Force
First term: dynamic force
Second term : hydrostatic force

Critical flow condition At pt C: momentum flux is min


(obtained by dM / dy = 0): y1 & y2: conjugate depths

Q2B satisfied at the minimum value of the


1 3 momentum-impulse force
gA
Example
Example
Panjang loncatan
 Jarak antara titik awal loncatan air sampai dengan titik
pada permukaan air setelah gulungan (=roller) berakhir

 Panjang loncatan (L) > panjang gulungan (Lg)


Panjang loncatan
 Rumus empiris = hasil pengamatan lab
 Bliss and Chu : L/y2 = 4
 Smetana : L = 6 (y2 – y1)
 USBR

Length of the hydraulic


jump (USBR).

Lr: length of roller


(0.4-0.7)Lj

Froude number
Classification of Hydraulic Jumps

Undular Jump
(1<Fr1<1.7)

Permukaan air mulai bergelombang kecil pada permukaan


air  loncatan air berombak (=undular jump)
Classification of Hydraulic Jumps

Weak Jump
(1.7<Fr1<2.5)
y2/y1=2-3

Pada permukaan air timbul gulungan kecil.


Kecepatan beraturan dan kehilangan energi kecil 
loncatan air lemah (=weak jump)
Classification of Hydraulic Jumps

Oscillating Jump
(2.5<Fr1<4.5)
y2/y1=3-6

Timbul pancaran yang bergoyang bolak balik dari bawah


ke atas dengan tidak teratur.
Tiap goyangan menimbulkan gelombang panjang yang
merambat jauh dan dapat mengakibatkan gerusan.
 Loncatan air goyang/bergetar (=oscillating jump)
Classification of Hydraulic Jumps

Steady Jump
(4.5<Fr1<9)
y2/y1=6-12

Timbul gulungan permukaan di bagian hilir pancaran


dengan kecepatan tinggi.
Keadaaan dan letak loncatan air tidak banyak dipengaruhi
perubahan kedalaman air hilir.
Seimbang dan baik, peredaman energi = 45 % – 70 %
Loncatan air seimbang (=steady jump)
Classification of Hydraulic Jumps

Strong Jump
(Fr1>9)
y2/y1=12-20

Pancaran air dengan kecepatan tinggi mendorong air ke bawah


di bagian depan loncatan air.
Menghasilkan gelombang di bagian hilir, sehingga permukaan
hilir bergelombang dan kasar.
Peredaman energi 85 %
Loncatan air kuat (=strong jump)
Aplikasi
 Loncatan air berguna untuk meredam kelebihan energi
pada daerah aliran super kritis
 Melindungi dasar saluran
 Dibatasi sebagian/seluruhnya dengan dasar kolam olakan
(=stilling basin) dengan dasar yang diperkuat
 Dapat dibuat ambang pengontrol:
 Mengendalikan loncatan air
 Memperpendek jarak loncatan
 Memperbesar fungsi peredaman energi
 Menstabilkan kerja loncatan
 Menambah faktor keamanan
Proses terjadinya peredaman energi
 Pada awal loncatan terbentuk turbulensi besar
 Pusaran menarik energi dari aliran utama
 Pusaran terpecah-pecah menjadi bagian lebih kecil,
mengalir ke hilir
 Energi diredam kedalam panas melalui pusaran kecil
 Udara naik karena pecahnya gelombang pada permukaan
 Udara mengalir ke hilir dan terlepas dalam bentuk
gelembung udara karena gaya apung
Aliran superkritis
Terjadi pada
• Bawah pintu
(sluice gate)
• Mercu bendung
• Pelimpah waduk
• Perubahan
kemiringan/
• Perubahan
kekasaran
saluran
Conjugate or Sequent Depths
Initial and final depths of a hydraulic jump are called conjugate or
sequent depths in the sense that they occur simultaneously.

y1: initial supercritical depth


y2: actual subcritical depth in the channel

* Compare: y’1 > y2 ↔ y’2 > y1

For jump: supercritical depth must increase


from y1 to y’2

*Jump will move downstream until y’2 is


achieved. “running jump”

• In the opposite case, jump tends to move


upstream.
Momentum and conjugate depth
relationships for the hydraulic jump.
Conjugate Depths v Alternate Depths

The loss of energy:

∆E = E1-E2

Relation between conjugate and alternative depths.

Conjugate depths have the same pressure-momentum force


Alternate depths have the same specific energy
Two conjugate depths can never be alternate depths or vice versa
Conjugate depth/ kedalaman konjugasi?
 Initial and final depths of a hydraulic jump are called
conjugate or sequent depths in the sense that they
occur simultaneously.
 Arti Indonesia : kedalaman akhir pada loncatan air
Perjanjian notasi:
 Kedalaman hulu : y1
 Kedalaman hilir :
 Kedalaman akhir konjugasi = y2
 Kedalaman normal = yn
Hubungan kedalaman konjugasi
dengan kedalaman normal
Macam Loncatan : Loncatan tetap
(Ideal case)

yn=y2 ideal case


Kedalaman air normal di hilir (yn) = kedalaman akhir konjugasi
(y2).
Loncatan air terjadi langsung di hilir kedalaman awal konjugasi
(y1)
 keadaan ideal untuk perlindungan terhadap gerusan
Macam Loncatan : Loncatan Mundur

kedalaman akhir konjugasi (y2) > Kedalaman air normal di hilir (yn)
Loncatan air bergeser ke hilir
 Sebaiknya dihindari loncatan air di luar lantai
Macam Loncatan: Loncatan Tenggelam

kedalaman akhir konjugasi (y2) < Kedalaman air normal di hilir (yn)
Loncatan air terdorong ke dalam
 Terendam /tenggelam
Exercise
 A rectangular channel with 3 m wide convey discharge 18
m3/s. Channel unfinished form concrete. Hydraulic jump
occurs where the depth is 1 m.
 Determine:
 Velocity before jump
 Depth after jump
 Velocity after jump
 Energy dissipated in the jump
Latihan UTS 2014
 Pada saluran yang berpenampang persegi direncanakan dibuat
bendung tetap setinggi 3 m. Lebar rata-rata saluran b = 4 m, debit
rencana saluran Q = 32 m3/s, kemiringan dasar saluran I0 = 3,6.10-3
dan koefisien kekasaran Chezy C = 50,6 m0,5/s. Saudara diminta:
 Apabila kecepatan aliran yang terukur di kaki miring hilir bendung v = 5,9
m/s, buktikan terjadi loncatan air di hilir bendung!
 Hitung kedalaman normal aliran yang terjadi di hilir bendung!
 Tentukan tipe loncatan air yang terjadi ditinjau dari kondisi muka air
hilirnya (tetap/mundur/tenggelam)!
 Tentukan tipe loncatan yang terjadi, ditinjau dengan kriteria dari USBR
(bilangan Froude)!
 Hitung kehilangan energi yang terjadi akibat loncatan air tersebut!
 Tentukan panjang lantai yang dibutuhkan agar tidak terjadi gerusan di hilir
bendung!
Latihan Soal UTS 2017
 Pada sungai berpenampang persegi direncanakan bendung tetap untuk
mengairi jaringan irigasi. Lebar sungai rata-rata b = 20 m, debit rencana
Q = 200 m3/s. kemiringan dasar sungai I0 = 6,4.10-4 dan koefisien
kekasaran Chezy C = 49,4 m0,5/s Kecepatan aliran yang terukur pada
kaki bidang miring hilir bendung v = 10 m/s. Saudara diminta:
 Buktikan terjadi loncatan air di hilir bendung!
 Hitung kedalaman normal aliran yang terjadi di hilir bendung! Tentukan tipe
loncatan air yang terjadi ditinjau dari kondisi muka air hilirnya
(tetap/mundur/tenggelam)!
 Apabila ditinjau dengan kriteria dari USBR (bilangan Froude), tentukan tipe
loncatan yang terjadi!
 Hitung kehilangan energi yang terjadi akibat loncatan air tersebut!
 Tentukan panjang lantai yang dibutuhkan agar tidak terjadi gerusan di hilir
bendung!
Latihan Soal UTS 2013
 Pada saluran yang berpenampang persegi direncanakan dipasang
sebuah pintu sorong vertikal. Lebar rata-rata saluran b = 6 m, debit
rencana saluran Q = 54 m3/s, kemiringan dasar saluran I0 = 2,8.10-3
dan koefisien kekasaran Chezy C = 49 m0,5/s. Saudara diminta:
 Apabila pintu dibuka setinggi d = 1,875 m, sedangkan koefisien kontraksi
pintu μ = 2/3, buktikan terjadi loncatan air di hilir pintu!
 Tentukan tipe loncatan yang terjadi, ditinjau dengan kriteria dari USBR
(bilangan Froude)!
 Hitung kehilangan energi yang terjadi akibat loncatan air tersebut!
 Tentukan panjang lantai yang dibutuhkan agar tidak terjadi gerusan di
hilir pintu!
 Hitung kedalaman normal aliran yang terjadi di hilir pintu! Tentukan tipe
loncatan air yang terjadi ditinjau dari kondisi muka air hilirnya
(tetap/mundur/tenggelam)!
Kontraksi pintu air

E 
 y2  y1 
3
; L  6  y2  y1  ; d
y
4 y1 y2 
Saluran Lebar

Anda mungkin juga menyukai