Anda di halaman 1dari 38

2022/2023

ACARA VII
LONCATAN HIDROLIK
BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan
Mahasiswa mampu menghitung dan menganalisis besar nilai angka Froude,
panjang loncatan hidrolik, dan perubahan energi pada suatu aliran sungai.
II. Dasar Teori
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa dan irigasi rawa. Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari
sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur
sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi
untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara
aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia
yang dibutuhkan tanaman (Wardani, 2016).
Pada saluran irigasi tertentu terkadang dilengkapi dengan bendung guna
mengatur ketinggian muka air pada saluran serta daerah-daerah yang medannya
memiliki kemiringan cukup tinggi, bendung disini berfungsi sebagai pengatur
kecepatan aliran air pada saluran. Bendung juga bisa digunakan sebagai alat
pengukur debit aliran sehingga menjadikan pakar hidrologidan insinyur
melakukan pengukuran laju aliran volumetrik sederhana dalam sungai berukuran
medium atau di lokasi pembuangan industri. Selain digunakan untuk pengukuran,
bendung juga dimanfaatkan untuk mengaliri saluran irigasi. Muka air yang tinggi
menyebabkan air dapat mengalir melalui saluran irigasi karena sifat air yang
bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Dampak yang di timbulkan
terhadap saluran harus diperkecil dengan cara mengatur ketinggian bendung untuk
mengurangi loncatan air, sehingga dampak kecepatan aliran air maupun lompatan
dapat diperkecil dampaknya. Atas dasar itu penelitian ini dicoba untuk mencari
ketinggian bendung yang optimal dan yang dapat menimbulkan dampak sekecil
mungkin (Wardani, 2016).

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

Peninggian muka air karena adanya pembendungan mengakibatkan


perubahan jenis aliran dari superkritis menjadi subkritis, maka akan terjadi
loncatan air (hydraulic jump). Guna mereduksi energi yang terdapat di dalam
aliran tersebut biasanya dipakai kolam olakan (stilling basin). Pemilihan kolam
olak tipe solid roller bucket didasarkan pada prilaku hidrolis yang terbentuk dua
pusaran, satu pusaran akan bergerak ke arah berlawanan dengan jarum jam dan
pusaran lainnya akan bergerak searah dengan jarum jam. Selain itu, susunan dan
bentuk baffle blocks sangat berpengaruh terhadap gerusan di hilir bendung dan
panjang loncatan air (Abdurrosyid, 2015).
Kasus yang menarik dan penting dari aliran yang cepat berubah adalah
lompatan hidrolik. Lompatan hidrolik terjadi ketika aliran superkritis di bagian
hulu saluran dan kemudian dipaksa menjadi subkritis di bagian hilir (perubahan
kedalaman dapat dipaksa oleh ambang di bagian hilir saluran atau hanya dengan
yang berlaku kedalaman di hilir sungai lebih lanjut), menghasilkan peningkatan
mendadak, dan kehilangan energi yang cukup besar (Irawan, 2022).
Dalam saluran terbuka ada berbagai bangunan yang digunakan untuk
membawa air dari satu ruas hulu ke ruas hilir, salah satunya yaitu bangunan terjun.
Bangunan terjun merupakan bangunan pembawa dengan kondisi aliran
superkritis. Bangunan terjun diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih
curam daripada kemiringan ma simum saluran yang diijinkan. Bangunan terjun
berfungsi sebagai loncatan hidrolik yang terjadi pada bagian hilir. Bangunan ini
fungsional, masing-masing memiliki sifat yang khas (Standar Perencanaan Irigasi
KP-04; 1986:93), yaitu :
1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian dimana aliran menjadi superkritis.
2. Bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.
3. Bagian tepat di sebelah hilir tempat energi diredam.
4. Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi.
Pengendali loncatan hidrolik adalah menjaga agar loncatan tetap terbentuk
dan mengendalikan posisinya pada berbagai keadaan. Baik karakteristik loncatan,
panjang loncatan dan profil loncatan yang terjadi. Air luapan jatuh bebas pada
pelimpah terjunan tegak akan memutar alirannya dan bergerak secara perlahan-
lahan hingga menjadi aliran superkritis pada lapisan lindung. Akibatnya akan
terbentuk suatu loncatan hidrolik pada hilir (Ardiansyah, 2007).

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

Loncatan hidrolik terjadi jika aliran superkritis berubah menjadi aliran


subkritis pada jarak dan kedalaman tertentu. Aliran superkritis akan mengalami
loncatan sampai ada kedalaman aliran yang merupakan pertemuan 2 jenis aliran
tersebut, yang dinamakan kedalaman konjugasi. Umumnya loncatan hidrolik
disertai dengan kenaikan permukaan air secara mendadak dan kehilangan tinggi
energi yang cukup besar. Pada loncatan hidrolik akan terjadi pergolakan air di
permukaan yang terjadi pada awal loncatan dan berakhir pada ujung loncatan,
disinilah proses kehilangan energi terjadi. Pada peristiwa loncatan hidrolik
komponen dasar yang berpengaruh pada perhitungan energi adalah momentum
(Ardiansyah, 2007).
a) Aliran saluran terbuka
Triatmodjo (1993) menyebutkan bahwa Saluran terbuka adalah saluran
dimana air mengalir dengan muka air bebas. Pada semua titik di sepanjang
saluran, tekanan di permukaan air adalah sama, yang biasanya adalah tekanan
atmosfir. aliran ini biasanya berhubungan dengan zat cair dan umumnya
adalah air.
b) Klasifikasi Aliran
Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen,
karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui
saluran terbuka akan turbulen apabila angka Reynolds Re > 1000, dan laminer
apabila Re < 500. Klasifikasi aliran dapat dilakukan dengan mengacu pada
bilangan Fraude (Fr) tak berdimensi, dimana acuan dengan bilangan Fraude
yang ada dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu Fr < 1,00 adalah
aliran subkritis, Fr = 1,00 adalah aliran kritis, dan Fr > 1,00 adalah aliran
superkritis.
c) Loncat Air
Apabila tipe aliran di saluran turbulen berubah dari aliran superkritis
menjadi subkritis, maka akan terjadi loncat air. Loncat air merupakan salah
satu contoh bentuk aliran berubah cepat (rapidly varied flow). (Gambar 7.1 )
menunjukkan tampang memanjang saluran dengan kemiringan berubah dari
kemiringan curam menjadi landai. Keadaan ini terjadi misalnya pada kaki
bangunan pelimpah (Irawan, 2022).

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

Gambar 7.1 Lompatan Air


suatu loncatan hidrolik akan terbentuk pada saluran, jika bilangan
Froude aliran F1, kedalaman aliran y1, dan kedalaman hilir y2, memenuhi
persamaan sebagai berikut :
y2 1
= (√1+8Fr2 -1
y1 2

Loncatan hidrolis yang terjadi pada dasar horisontal terdiri dari


beberapa tipe. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Biro Reklamasi Amerika
Serikat, tipe-tipe tersebut dapat dibedakan berdasarkan bilangan Froude (Fr),
yaitu :
1. Bilangan Froude (Fr) = 1, aliran kritis, sehingga tidak terbentuk loncatan.
2. Bilangan Froude (Fr) = 1 - 1,7, terjadi ombak pada permukaan air, dan
loncatan yang terjadi dinamakan loncatan berombak.
3. Untuk bilangan Froude (Fr) = 1,7 sampai 2,5, terbentuk rangkaian
gulungan ombak pada permukaan loncatan, tetapi permukaan air dihilir
tetap halus. Secara keseluruhan kecepatannya seragam, dan rugi
energinya kecil dan dinamakan loncatan lemah.
4. Untuk bilangan Froude (Fr) = 2,5 sampai 4,5, terdapat semburan
berisolasi
5. menyertai dasar loncatan bergerak ke permukaan dan kembali lagi tanpa
perioda tertentu. Loncatan ini dinamakan Loncatan berisolasi.
6. Untuk bilangan Froude (Fr) = 4,5 sampai 9,0, ujung-ujung permukaan
hilir akan bergulung dan titik dimana kecepatan semburannya tinggi
cenderung memisahkan diri dari aliran. Loncatan semacam ini sangat
seimbang dan karakteristiknya adalah yang terbaik. Loncatan ini
dinamakan loncatan tetap.
7. Untuk bilangan Froude (Fr) = 9 dan yang lebih besar, kecepatan
semburan yang tinggi akan memisahkan hempasan gelombang gulung
dari permukaan loncatan, menimbulkan gelombang – gelombang hilir
LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

dan loncatan ini disebut loncatan kuat. Pengaruh gravitasi terhadap aliran
dapat dinyatakan dengan angka Froude. Untuk menghitung angka
Froude pada awal loncat air dan di bagian hilir setelah loncatan air
digunakan persamaan sebagai berikut :
v
Fr =
√gh

Fr = angka froude,
V = kecepatan aliran (cm/s)
g = gravitasi (cm/s2)
h = ketinggian (m)
(Irawan, 2022).

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

BAB II
METODOLOGI

I. Alat dan Bahan

Gambar 7.2 Gambar 7.3


Meteran Tongkat
(Sumber : Koleksi Pribadi) (Sumber : Koleksi Pribadi)

Gambar 7.4 Gambar 7.5


Current Meter Alat Tulis
(Sumber : Koleksi Pribadi) (Sumber : Koleksi Pribadi)

Gambar 7.6
Kalkulator
(Sumber : Koleksi Pribadi)

LONCATAN HIDROLIK Nama : Ardiray Gussa Djundiarto


NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

II. Langkah Kerja

1. Mengukur kedalaman sungai dengan tongkat di


3 titik pada masing-masing zona, yaitu zona 1
dan zona 3.

Gambar 7.7
Mengukur kedalaman sungai
(Sumber : Koleksi Pribadi)

2. Mengukur kecepatan aliran menggunakan


current meter di 3 titik pada masing-masing
zona, yaitu zona 1 dan zona 3.

Gambar 7.8
Mengukur kecepatan aliran
(Sumber : Koleksi Pribadi)

3. Mengukur lebar penampang sungai pada


masing-masing zona, yaitu zona 1 dan zona 3.

Gambar 7.9
Mengukur lebar penampang sungai
(Sumber : Koleksi Pribadi)

4. Mengukur kedalaman sungai di 3 titik pada


zona 2, tepat pada terjunan aliran sungai (zona
jatuh) dan zona transisi serta lebar penampang
di masing-masing zona.

Gambar 7.10
Mengukur tinggi loncatan
(Sumber : Koleksi Pribadi)

LONCATAN HIDROLIK Nama : Ardiray Gussa Djundiarto


NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

5. Mengukur panjang loncat air berdasarkan


hilangnya buih pada saluran menggunakan
meteran

Gambar 7.11
Mengatur panjang
loncatan air
(Sumber : Koleksi Pribadi)

LONCATAN HIDROLIK Nama : Ardiray Gussa Djundiarto


NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

BAB III
ISI
I. Perhitungan
Diketahui :
Gaya Gravitasi = 9,81 m/s2
❖ Area Loncatan 1
a. Zona Sebelum Loncatan
• Kedalaman Air
h1 = 0,25 m
h2 = 0,20 m
h3 = 0,23 m
• Kecepatan air
v1 = 0,2 m/s
v2 = 0,4 m/s
v3 = 0,3 m/s
b. Zona Saat Loncatan
➢ Zona Jatuh
• Kedalaman Air
h1 = 0,15 m
h2 = 0,40 m
h3 = 0,30 m
➢ Zona Transisi
• Kedalaman Air
h1 = 0,21 m
h2 = 0,22 m
h3 = 0,27 m
➢ Panjang buih
L1 = 0,60 m
L2 = 0,73 m
L3 = 0,54 m
c. Zona Setelah Loncatan
• Kedalaman Air
h1 = 0,13 m

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

h2 = 0,16 m
h3 = 0,15 m
• Kecepatan air
v1 = 0,9 m/s
v2 = 1,2 m/s
v3 = 0,1 m/s
Ditanya :
1. Zona Sebelum Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
2. Zona Loncatan
b. Bilangan Froude (Fr)
a. Panjang Loncatan (L)
b. Kehilangan energi (∆E)
3. Zona Sesudah Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
Jawab
1. Zona Sebelum Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
(0,25 m + 0,20 m +0,23 m)
h̅ =
3
= 0,226 m
(0,2 m/s + 0,4 m/s + 0,3 m/s)
Vvvvvvv̅ =
3
Vvvvvvv̅ = 0,3 m/s
v
Fr =
√gh

0,3 m/s
Fr =
√9,81m/s2 ×0,226 m
0,3
Fr =
1.488
Fr = 0,201 (Zona Subkritis)
2. Zona Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
(0,15 m + 0,2 m + 0,3 m)
y1 =
3

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

= 0,216 m
(0,21 m + 0,22 m +0,27 m)
y2 =
3
= 0,233 m
y2 1
= (√1+8Fr2 -1
y1 2

y 2
(2 2 +1) -1)
Fr =
√ y1
8

0,233 2
(2 +1) -1)
Fr = √
0,216
8

(2(1,078 +1)2 -1)


Fr = √
8

8,96
Fr = √
8

Fr = √1,12
Fr = 1,508 ( Zona Superkritis)
b. Panjang Loncatan Air (L)
➢ Panjang Loncatan Air Persamaan Woyeski
L = (8 – 0,05 (y2 /y1 ) × (y2 − y1 ))
L = (8 – 0,05 (0,233/0,216) × (0,233 – 0,216))
L = (8 – 0,05 (1,078) × (0,017))
L = (7,95×1,078) × (0,017)
L = 0,135 m
➢ Panjang Loncatan Air Persamaan Smetana
L = C (h2 -y1 )
L = 6 (0,233-0,216)
L = 0,102 m
➢ Panjang Loncatan Air Persamaan Silvester
L = 9,75 (Fr2-1) × 1,01 × y1
L = 9,75 ((1,058)2-1) × 1,01 × 0,216
L = 0,253 m

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

➢ Panjang Loncatan Air Persamaan USBR


L = An (y2 - y1 )
L = 5,95 (0,233-0,216)
L = 0,101 m
c. Kehilangan energi (∆E)
(y - y )
∆E = 4(y2 × y1 )
2 1

(0,232- 0,216)
∆E = 4(0,233 × 0,216 )

∆E = 0,001
3. Zona Sesudah Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
(0,13 m + 0,16 m + 0,15 m)
h̅ =
3
= 0,146 m
(0,9 m/s + 1,2 m/s + 0,1 m/s)
Vvvvvvv̅ =
3
Vvvvvvv̅ = 0,733 m/s
v
Fr =
√gh

0,733 m/s
Fr =
√9,81m/s2 ×0,146 m
0,733
Fr =
1,196

Fr = 0,612 (Zona Subkritis)


❖ Area Loncatan 2
Diketahui :
Gaya Gravitasi = 9,81 m/s2
a. Zona Sebelum Loncatan
• Kedalaman Air
h1 = 0,21 m
h2 = 0,25 m
h3 = 0,21 m
• Kecepatan air
v1 = 0,7 m/s

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

v2 = 0,9 m/s
v3 = 0,2 m/s
b. Zona Saat Loncatan
➢ Zona Jatuh
• Kedalaman Air
h1 = 0,49 m
h2 = 0,47 m
h3 = 0,40 m
➢ Zona Transisi
• Kedalaman Air
h1 = 0,35 m
h2 = 0,44 m
h3 = 0,42 m
➢ Panjang buih
L1 = 0,49 m
L2 = 0,47 m
L3 = 0,40 m
c. Zona Setelah Loncatan
• Kedalaman Air
h1 = 0,20 m
h2 = 0,22 m
h3 = 0,19 m
• Kecepatan air
v1 = 0,7 m/s
v2 = 0,6 m/s
v3 = 0,9 m/s
Ditanya :
1. Zona Sebelum Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
2. Zona Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
b. Panjang Loncatan (L)
c. Kehilangan energi (∆E)

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

3. Zona Sesudah Loncatan


a. Bilangan Froude (Fr)
Jawab :
1. Zona Sebelum Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
(0,21 m + 0,25 m +0,23 m)
h̅ =
3
= 0,223 m
(0,7 m/s + 0,9 m/s + 0,2 m/s)
Vvvvvvv̅ =
3
Vvvvvvv̅ = 0,6 m/s
v
Fr =
√gh

0,6 m/s
Fr =
√9,81m/s2 ×0,223 m
0,6
Fr =
1.478
Fr = 0,405 (Zona Subkritis)
2. Zona Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)
(0,35 m + 0,44 m + 0,43 m)
y1 =
3
= 0,403
(0,49 m + 0,47 m + 0,40 m)
y2 =
3
= 0,453
y2 1
= (√1+8Fr2 -1
y1 2

y 2
(2 2 +1) -1)
Fr =
√ y1
8

0,453 2
(2 +1) -1)
Fr = √
0,403
8

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

(2(1,124) +1)2 -1)


Fr = √
8

9,549
Fr = √
8

Fr = √1,193
Fr = 1,092 ( Zona Superkritis)
b. Panjang Loncatan Air (L)
➢ Panjang Loncatan Air Persamaan Woyeski
L = (8 – 0,05 (y2 /y1 ) × (y2 − y1 ))
L = (8 – 0,05 (0,433/0,403) × (0,435 – 0,403))
L = (8 – 0,050 (1,124) × (0,032))
L = (7,95×1,124) × (0,017)
L = 0,254 m
➢ Panjang Loncatan Air Persamaan Smetana
L = C (h2 -y1 )
L = 6 (0,435-0,403)
L = 0,192 m
➢ Panjang Loncatan Air Persamaan Silvester
L = 9,75 (Fr2-1) × 1,01 × y1
L = 9,75 ((1,092)2-1) × 1,01 × 0,403
L = 0,763 m
➢ Panjang Loncatan Air Persamaan USBR
L = An (y2 - y1 )
L = 5,95 (0,435-0,403)
L = 0,188 m
d. Kehilangan energi (∆E)
(y - y )
∆E = 4(y2 × y1 )
2 1

(0,435- 0,403)
∆E = 4(0,435 × 0,403)

∆E = 0,003
3. Zona Sesudah Loncatan
a. Bilangan Froude (Fr)

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

(0,20 m + 0,22 m + 0,19 m)


h̅ =
3
= 0,203 m
(0,7 m/s + 0,6 m/s + 0,9 m/s)
Vvvvvvv̅ =
3
Vvvvvvv̅ = 0,733 m/s
v
Fr =
√gh

0,733 m/s
Fr =
√9,81m/s2 ×0,203 m
0,733
Fr =
1,411

Fr = 0,519 (Zona Subkritis)

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

II. Pembahasan
Praktikum lapangan mekanika fluida acara ketujuh membahas tentang
loncatan hidrolik pada saluran terbuka. Pembahasan tentang loncatan hidrolik
bertujuan untuk mengetahui besar nilai angka Froude melalui pencairan data
perubahan energi pada suatu aliran sungai, kecepatan aliran sungai dan panjang
loncatan. Lokasi penelitian dilakukan di salah satu drainase yang terletak pada
Umbul Saren, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, kabupaten Sleman, DI.
Yogyakarta Lokasi ini di bagi menjadi 2 titik koordinat, titik 1 terletak pada x =
437344 dan y = 9145899, dan titik 2 terletak pada x = 437350 dan y = 9145904.
Penelitian tersebut dilakukan dengan pengambilan data di beberapa zona.
Terdapat tiga zona yang diamati dan diambil datanya untuk kemudian dianalisis.
Zona pertama merupakan zona sebelum loncatan yang diambil datanya berupa
kedalaman aliran air pada tiga titik (kiri-tengah-kanan) dan kecepatan aliran
menggunakan current meter. Zona pertama tersebut dikatakan sebagai zona
sebelum loncatan karena berada dibagian atas dimana tidak ada perbedaan
ketinggian pada zona tersebut yang menyebabkan adanya perubahan kecepatan
aliran serta perubahan energi dari adanya peristiwa loncatan hidrolik. Zona kedua
berada di bawah tepat dibagian beda tinggi pada drainase tersebut. Zona kedua
merupakan zona transisi yang diambil datanya berupa kedalaman air pada daerah
tepat jatuhnya sedimen dan kedalaman air pada daerah air yang sudah mulai
tenang. Selanjutnya zona ketiga merupakan zona jatuh yang berada dibagian
paling hilir dari titik awal pengamatan dengan pengambilan data berupa
kedalaman air dan kecepatan aliran air menggunakan current meter.
Bilangan Froude yang didapatkan pada area pertama zona 1 atau zona
sebelum loncatan dari data yang telah di ambil adalah sebesar 0,201. Bilangan
Froude yang didapatkan menunjukkan bahwa pada zona 1 jenis aliran yang terjadi
adalah subkritis (Fr<1). Pada zona 2 merupakan zona terjadinya loncatan,
bilangan Froude yang didapatkan pada zona 2 sebesar 1,508. Bilangan Froude
yang didapat menunjukkan bahwa tipe aliran menunjukkan aliran superkritis
(Fel). Zona 3 merupakan zona jatuh dan di dapatkan bilangan Froude sebesar
0,612. Bilangan Froude yang didapatkan menunjukkan bahwa pada zona 3 jenis
aliran yang terjadi adalah subkritis (Fr<1). Pada area kedua zona 1 atau zona
sebelum loncatan dari data yang telah di ambil adalah sebesar 0,405. Bilangan

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

Froude yang didapatkan menunjukkan bahwa pada zona 1 area kedua jenis aliran
yang terjadi adalah subkritis (Fr<1). Pada zona 2 merupakan zona terjadinya
loncatan, bilangan Froude yang didapatkan pada zona 2 sebesar 1,092. Bilangan
Froude yang didapat menunjukkan bahwa tipe aliran menunjukkan aliran
superkritis (Fel). Zona 3 merupakan zona jatuh dan di dapatkan bilangan Froude
sebesar 0,519. Bilangan Froude yang didapatkan menunjukkan bahwa pada zona
3 jenis aliran yang terjadi adalah subkritis (Fr<1).
Pada zona kedua dilakukan perhitungan jumlah energi yang hilang.
Kehilangan energi adalah suatu keadaan dimana terjadinya gangguan atau
hambatan pada suatu aliran air sehingga menyebabkan aliran menjadi berubah.
Pada kondisi percobaan kali ini kehilangan energi berasal dari loncatan hidrolik
itu sendiri yaitu ketika aliran air jatuh dari ketinggian awal ke ketinggian kedua
menyebabkan air akan mengalami aliran kacau atau tubulen padahal awalnya
secara fisik dapat diamati bahwa aliran sebelum loncatan merupakan aliran yang
tenang. Perbedaan aliran ini yang disebut kehilangan energi. Digunakan 2 titik
juga untuk menghitung kehilangan energi. Titik 1 menunjukkan bahwa kehilangan
energi sebesar 0,001, lalu pada titik 2 sebesar 0,003. Dari percobaan dapat
diketahui bahwa nilai kehilangan energi terbesar adalah pada titik 2.
Percobaan kedua dilakukan pada area pertama zona saat loncatan dimana
zona ini merupakan zona jatuhnya air dan terjadinya loncatan hidrolik. Pada zona
ini difokuskan dalam perbandingan panjang loncatan hidrolik yang dihitung
secara teoritis menggunakan 4 perhitungan/persamaan yaitu Woyeski, Smetana,
Silversten, dan USBR dengan panjang loncatan hidrolik yang dilakukan secara
percobaan yaitu menghitung panjang secara manual. Dengan menggunakan cara
manual yaitu menghitung langsung loncatan hidrolik yang terjadi dilapangan
didapat hasil yang berturut-turut yaitu 0,60 m, 0,73 m, dan 0,54 m atau bila dirata-
ratakan sebesar 0,623 m. Dengan melakukan perhitungan secara teori, hasil yang
didapat menunjukkan hasil yang beragam berbeda dengan percobaan. Hasil dari
setiap persamaan tersebut berturut-turut adalah 0,135m, 0,102 m, 0,253 m, dan
0,101 m. Hasil perhitungan panjang loncatan dari area kedua di zona saat loncatan
menggunakan persamaan Woyeski, Smetana, Silveser, dan USBR berturut-turut
yaitu 0,254 m, 0,192 m, 0,763 m, dan 0,188 m. Sementara pada pengukuran
panjang loncatan sebenarnya area kedua didapatkan nilai zona saat loncatan

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

berturut-turut yaitu 0,49 m, 0,47 m, 0,40 m atau bila dirata-ratakan sebesar 0,453
m. Dari perhitungan mengunakan 4 metode tersebut dapat disimpulkan bahwa
hasil yang mendekati hasil pengamatan panjang loncatan di lapangan pada area
pertama adalah metode Silversten, sedangkan pada area kedua hasil yang
mendekati hasil pengamatan panjang loncatan di lapangan adalah metode
Woyeski.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya loncatan hidrolik diantaranya adalah
jari-jari hidrolik, debit, bilangan Froude, Panjang loncatan, luas penampang, besar
kehilngan energi pada loncatan air dan efisiensi loncantannya. Bilangan froude
adalah bilangan tak bersatuan yang digunakan untuk mengukur resistensi dari
sebuah objek yang bergerak melalui saluran air, dan membandingkan benda-
benda dengan ukuran yang berbeda-beda. Hasil pengamatan fisik dapat diamati
bahwa kecepatan zona pertama, dan kedua berbeda sehingga adanya perbedaan
hasil bilangan Froude dan klasifikasi alirannya (subkritis, kritis, dan superkritis).
Dari rumus bilangan fraude, dapat diketahui bilangan froude dipengaruhi oleh
kecepatan, gravitasi dan kedalaman. Dari ketiga variabel tersebut, kecepatan
paling berpengaruh terhadap bilangan fraude. Hal ini dikarenakan kecepatan
berbanding lurus dengan bilangan froude yaitu semakin besar kecepatan aliran
maka semakin besar juga bilangan froude.
Penggunaan loncatan hidrolik dapat diaplikasikan sebagai peredaman energi
sehingga tidak dapat terjadi penggerusan pada daerah hilir, selain itu dapat
digunakan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut akibat adanya olakan
air di bendungan dan terjunan. Loncatan hidrolik dapat diaplikasikan ke PLTA
yang dimana pada DAM dilakukan loncatan hidrolik pada outlet sehingga putaran
turbin oleh air akan menjadi lebih cepat. Loncatan hidrolik pada DAM dengan
kecepatan dan debit tinggi dapat memutar turbin yang digunakan sebagai
penggerak untuk menghidupkan generator dan menghasilkan listrik. Contoh
pemanfaatan lainnya adalah pembuatan gundukan atau dipasangnya bambu pada
dasar saluran irigasi buatan di pertanian untuk mencegah adanya penggerusan atau
erosi vertikal. Pemanfaatan loncatan hidrolik juga dapat ditemukan pada
pengadukan bahan kimia dan pembuatan gelembung udara pada akuarium.
Studi kasus yang menyinggung akan permasalahan loncatan hidrolik atau
air adalah loncatan hidrolik pada hilir pintu sorong dengan dan tanpa ambang.

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

Posisi pintu sorong pada bagian pengambilan dan bangunan bagi sadap, baik
saluran sekunder maupun tersier di sistem irigasi. Saat pintu dibuka, aliran yang
mengalir melewati pintu sorong di mulai dari aliran super kritis hingga berubah
menjadi aliran sub kritis. Perubahan aliran tersebut menyebabkan terbentuknya
loncat air. Sebagai akibat adanya loncatan air salah satu masalah yang ditimbulkan
adalah terjadinya penggerusan di hilir akibat energi aliran yang tinggi. Fenomena
terjadinya gerusan di hilir pintu ini dapat membahayakan konstruksi pintu. Hal
tersebut dapat berakibat fungsi pintu terganggu. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu
upaya untuk mempelajari fenomena terjadinya gerusan pada dasar saluran di hilir
pintu yang dapat dijadikan sebagai dasar atau acuan untuk mencegah atau
menanggulangi permasalahan tersebut. Guna mengantisipasi bahaya penggerusan
tersebut diperlukan adanya pemahaman yang baik terhadap pola loncatan air yang
terjadi pada bangunan air kemudian mencari solusi yang tepat untuk
menanggulangi hal tersebut. Salah satu langkah yang dapat diambil yakni dengan
pengadaan ambang (sekat). Ambang akan bekerja untuk melemparkan pancaran
jauh dari lantai dan akan menaikkan muka air hilir sehingga mengurangi gerusan
di bagian hilir saluran.

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Dari hasil percobaan acara ketujuh praktikum mekanika fluida mengenai
loncatan hidrolik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Praktikum acara ketujuh dilakukan untuk menghitung dan menganalisis besar
nilai angka Froude, panjang loncatan hidrolik dan perubahan energi pada suatu
aliran sungai
2. Pengambilan data dilakukan di salah satu drainase pada Umbul Saren, Desa
Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta
3. Hasil nilai froude Pada area loncatan 1 dan 2 zona sebelum loncatan di
dapatkan sebesar 0,201 dan 0,405 aliran subkritis, zona saat loncatan sebesar
1,508 dan 1,092 aliran superkritis, zona setelah loncatan di dapatkan 0,612 dan
0,519 aliran subkritis.
4. hasil dari kehilangan energi pada area loncatan pertama dan kedua di zona saat
loncatan dihasilkan nilai sebesar 0,001 dan 0,002.
5. Metode yang mendekati hasil pengamatan panjang loncatan di lapangan adalah
metode Silversten dan Woyeski.
6. Aplikasi loncatan hidrolik yaitu sebagai peredaman energi, operasi pada PLTA,
pembuatan gundukan atau dipasangnya bambu pada dasar saluran irigasi,
pengadukan bahan kimia dan pembuatan gelembung udara pada akuarium.
II. Saran
1. Sebaiknya tongkat yang digunakan untuk mengukur kedalaman sungai
diberikan parameter ukuran.
2. Sebaiknya saat praktikum alat dicoba terlebih dahulu agar tidak terjadi
kesalahan.

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrosyid, Jaji, Dkk. 2015. Pengaruh Kemiringan Tubuh Hilir Bendung (Spillway)
Dan Baffle Block Pada Kolam Olak Solid Roller Bucket Terhadap Loncatan
Hidrolik Dan Peredaman Energi. Seminar Nasional Teknik Sipil V: 259-267.
Ardiansyah, Kholif. 2007. Studi Pengaruh Terjunan Tegak Dengan Kisi Peredam
(Longitudinal Racks) Terhadap Pengendalian Loncatan Hidrolik (Hydraulic
Jump) [Skripsi]. Malang: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Irawan, Agus Bambang. 2022. Buku Panduan Praktikum Mekanika Fluida.
Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Wardhani, Zohriya. 2016. Kajian Perlakuan ketinggian Bendung Terhadap Loncatan
Hidrolik Skala Laboratorium Pada Saluran Air Berbentuk Segi Empat
[Skripsi]. Mataram: Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.

KEKERASAN SUNGAI
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :5
2022/2023

LAMPIRAN

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3
2022/2023

LONCATAN HIDROLIK
Nama : Ardiray Gussa Djundiarto
NIM : 114210023
Kel :3

Anda mungkin juga menyukai