MEKANIKA FLUIDA
ACARA VIII
LONCATAN HIDROLIK II
Disusun Oleh:
Nama : Pebriyanti Dwi Anggraini
NIM : 114220005
Plug :N
Hari/Jam : Jum’at/15.30-17.30 WIB
Asisten : 1. Aisyah Putri Zahirah
2. M Iqbal Miftahudin
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA
ACARA VIII
LONCATAN HIDROLIK II
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
Asisten I Asisten II
ACARA VIII
LONCATAN HIDROLIK II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui debit dan pengaruhnya terhadap loncatan
hidrolik.
2. Mahasiswa dapat menentukan nilai Bilangan Froude (Fr) dan klasifikasinya.
3. Menentukan nilai energi spesifik (Es) dan nilai efisiensi energi untuk
menentukan dampak loncatan hidrolik terhadap kehilangan energi.
1.2 Dasar Teori
Loncatan hidrolik terjadi akibat pelepasan energi karena berubahnya
kondisi aliran. Pelepasan energi pada aliran air terjadi akibat perubahan kondisi
subkritis (sebelum pintu air), superkritis (tepat setelah pintu air/saat loncatan) dan
subkritis (setelah loncatan). Sifat kritis aliran dapat diketahui dari bilangan
Froude. Proses loncatan hidrolik air ini sering kali digunakan unuk meredam
sebagian besar energi yang terjadi, selain itu loncatan hidrolik juga dapat
digunakan untuk menaikkan tinggi muka air di bagian hilir dan untuk
menyediakan kebutuhan tinggi tekanan pengaliran ke dalam suatu saluran
(Irawan, 2023). Menurut Nurjanah (2014) air dapat mengalir secara beraturan dan
juga dapat mengalir secara tidak beraturan. Suatu aliran dalam saluran dapat
mengalami percepatan dari aliran subkritis ke kritis dan ke superkritis, lalu
kembali lagi ke aliran subkritis melalui semacam kejut-normal yang disebut
loncatan hidrolik air.
Karakteristik loncatan hidrolik menurut Chow (1985) dalam Irawan (2023)
yaitu:
1. Kehilangan Energi, yaitu selisih energi spesifik sebelum dan sesudah loncatan
hidrolik.
2. Tinggi loncatan, yaitu selisih kedalaman air sebelum dan sesudah loncatan
hidrolik.
3. Perbandingan kedalaman akibat loncatan hidrolik, yaitu untuk menilai
efektivitas loncatan hidrolik terhadap stabilitas aliran.
4. Panjang loncatan, yaitu selisih posisi awal sebelum loncatan dan kedalaman
stabil setelah mencapai subkritis.
Proses loncatan hidrolik air ini sering kali digunakan unuk meredam
sebagian besar energi yang terjadi, selain itu loncatan hidrolik juga dapat
digunakan untuk menaikkan tinggi muka air di bagian hilir dan untuk menyediakan
kebutuhan tinggi tekanan pengaliran ke dalam suatu saluran. Apabila tipe aliran di
saluran turbulen berubah dari aliran superkritis menjadi subkritis, maka akan
terjadi loncat air. Loncat air merupakan salah satu contoh bentuk aliran berubah
cepat (rapidly varied flow). Aliran di bagian hulu adalah subkritis sedang di bagian
hilir adalah superkritis. Di antara kedua tipe aliran tersebut terdapat daerah transisi
dimana loncat air terjadi (Nurjanah, 2014).
2. Aliran subkritis, jika bilangan Froude lebih kecil dari satu (Fr< 1). Untuk
aliran subkritis, kedalamannya biasanya lebih besar dan kecepatan aliran lebih
rendah (semua riak yang timbul dapat bergerak melawan arus).
3. Aliran superkritis, jika bilangan Froude lebih besar dari satu (Fr> 1). Untuk
aliran superkritis, kedalaman aliran relatif lebih kecil dan kecepan relatif tinggi
(segala riak yang ditimbulkan dan suatu gangguan adalah mengikuti arah
arus).
Pengamatan terhadap aliran di dalam kanal terbuka menunjukkan bahwa
pada kondisi tertentu kedalaman fluida bisa berubah secara cepat pada jarak kanal
yang relative pendek tanpa adanya perubahan dalam konfigurasi kanal. Perubahan
kedalaman yang demikian dapat diperkirakan sebagai sebuah diskontinuitas
dalam ketinggian permukaan (dy dx = tak terhingga). Secara fisika, konfigurasi
diskontinuitas tersebut merupakan loncatan hidrolik. Lompatan hidrolik dapat
terjadi apabila terdapat konflik antara pengaruh hulu dan hilir yang
mengendalikan suatu bagian tertentu dari kanal atau kelokan. Lompatan hidrolik
memberikan mekanisme yang hampir diskontinu untuk melakukan transisi antara
kedua jenis aliran (Munson, 2003).
Menurut Triatmojo (1997) Saluran terbuka adalah saluran dimana air
mengalir dengan muka air bebas. Pada semua titik disepanjang saluran, tekanan
dipermukaan air adalah sama, yang biasanya adalah tekanan atmosfer. Pengaliran
melalui suatu pipa (saluran tertutup) yang tidak penuh (masih ada muka air basah)
masih termasuk aliran melalalui saluran terbuka. Oleh karena aliran melalui
saluran terbuka harus mempunyai muka air bebas, maka aliran ini biasanya
berhubungan dengan zat cair dan umumnya adalah air. Aliran air dalam suatu
saluran dapat berupa aliran saluran terbuka (open channel flow) maupun aliran pipa
(pipe flow). Kedua jenis saluran tersebut sama dalam banyak hal, namun berbeda
dalam satu hal yang penting. Aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas
(free surface), sedangkan aliran saluran pipa tidak demikian, karena air harus
mengisi seluruh saluran (Chow,1989 dalam Rahmatulain, 2016).
BAB II
METODOLOGI
Gambar 8. 11 Mengisi
Saluran dengan Air
(Koleksi Pribadi, 2023)
Gambar 8. 12 Membuka
Pintu Air
(Koleksi Pribadi, 2023)
BAB III
ISI
3.1 Perhitungan
3.1.1 Debit Aktual Air
Diketahui :
Volume Air (V) = 0,001 m3
Waktu (t) = 1,26 s
V
Q=
t
0,001m3
Q=
1,26 s
Q =7,94 ×10-4 m3 /s
v =0,031 m/s
3. Bilangan Froude Aliran (Fr)
v
Fr =
√(g x y)
0,031
Fr =
√(9,81 x 0,17)
Fr = 0,024 (Subkritis)
4. Energi Spesifik Aliran (Es)
v2
Es = y+
2g
(0,031)2
Es = 0,17+
2 x 9,81
Es = 0,170 J
v =1,051 m/s
3. Bilangan Froude Aliran (Fr)
v
Fr =
√(g x y)
1,051
Fr =
√(9,81 x 0,005)
Fr = 4,745 (Superkritis)
4. Energi Spesifik Aliran (Es)
v2
Es = y+
2g
(1,051)2
Es = 0,005 +
2 x 9,81
Es = 0,061 J
v = 0,584 m/s
3. Bilangan Froude Aliran (Fr)
v
Fr =
√(g x y)
0,584
Fr =
√(9,81 x 0,009)
Fr = 1,965 (Superkritis)
4. Energi Spesifik Aliran (Es)
v2
Es = y+
2g
(0,584)2
Es = 0,009+
2 x 9,81
Es = 0,026 J
v = 0,043 m/s
3. Bilangan Froude Aliran (Fr)
v
Fr =
√(g x y)
0,043
Fr =
√(9,81 x 0,12)
Fr = 0,039 (Subkritis)
4. Energi Spesifik Aliran (Es)
v2
Es = y+
2g
(0,039)2
Es = 0,12+
2 x 9,81
Es = 0,120 J
v = 0,040 m/s
3. Bilangan Froude Aliran (Fr)
v
Fr =
√(g x y)
0,040
Fr =
√(9,81 x 013)
Fr = 0,036 (Subkritis)
4. Energi Spesifik Aliran (Es)
v2
Es = y+
2g
(0,036)2
Es = 0,13 +
2 x 9,81
Es = 0,130 J
v = 0,047 m/s
3. Bilangan Froude Aliran (Fr)
v
Fr =
√(g x y)
0,0478
Fr =
√(9,81 x 0,009)
Fr = 0,043 (Subkritis)
4. Energi Spesifik Aliran (Es)
v2
Es = y+
2g
(0,043)2
Es = 0,11+
2 x 9,81
Es = 0,110 J
3.2 Pembahasan
Praktikum mekanika fluida acara kedelapan membahas mengenai loncatan
hidrolik II, dimana pengamatan dilakukan di laboratorium. Loncatan hidrolik
terjadi akibat pelepasan energi karena berubahnya kondisi aliran. Pelepasan
energi pada aliran air terjadi akibat perubahan kondisi subkritis (sebelum pintu
air), superkritis (tepat setelah pintu air/saat loncatan) dan subkritis (setelah
loncatan). Sifat kritis aliran dapat diketahui dari bilangan Froude. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui debit dan pengaruhnya terhadap loncatan
hidrolik, menentukan bilangan Froude disetiap zona dan klasifikasinya, dan
menentukan nilai energi spesifik (Es) dan nilai efisisi energi untuk menentukan
dampak loncatan hidrolik terhadap kehilangan energi.
Hasil perhitungan bilangan Froude (Fr) dilakukan pada setiap titik (y1-y6),
sehingga dapat diketahui hasil klarifikasi aliran dari setiap titik tersebut. Pada titik
pertama (y1) dihasilkan bilangan Froude (Fr) sebesar 0,024 dan termasuk dalam
aliran subkritis. Pada titik kedua (y2) dihasilkan bilangan Froude (Fr) sebesar
4,745 dan termasuk dalam aliran superkritis. Pada titik ketiga (y3) dihasilkan
bilangan Froude (Fr) sebesar 1,965 dan termasuk dalam aliran superkritis. Pada
titik keempat (y4) dihasilkan bilangan Froude (Fr) sebesar 0,039 dan termasuk
dalam aliran subkritis. Pada titik kelima (y5) dihasilkan bilangan Froude (Fr)
sebesar 0,036 dan termasuk dalam aliran subkritis. Pada titik keenam (y6)
dihasilkan bilangan Froude (Fr) sebesar 0,043 dan termasuk dalam aliran
subkritis. Dari data percobaan tersebut maka didapatkan hasil debit aktual yaitu
sebesar 7,94 x 10-4 m3/s dan pengaruhnya terhadap loncatan hidrolik yaitu
semakin besar debit aktualnya (Q) maka loncatan hidroliknya semakin tinggi.
Berdasarkan teori yang berlaku pada loncatan hidrolik, nilai tertinggi bilangan
Froude (Fr) di titik kedua (y2). Hal ini karena disebabkan oleh faktor yaitu human
eror, karena pada saat pembukaan sekat pintu air yang kurang konsisten maka
terjadi hasil yang kurang akurat. Selain itu faktor yang mempengaruhi loncatan
hidrolik adalah kedalaman aliran. Semakin tinggi kedalaman aliran maka semakin
kecil nilai Froude yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena nilai Froude dan
kedalaman berbanding terbalik. Selain kedalaman, ada juga faktor lain seperti
kecepatan dimana saat kecepatannya lebih besar akan menyebabkan nilai Froude
semakin besar juga.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mekanika fluida acara kedelapan tentang Loncatan
Hidrolik II, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari data percobaan tersebut maka didapatkan hasil debit aktual yaitu sebesar 7,94
x 10-4 m3/s dan pengaruhnya terhadap loncatan hidrolik yaitu semakin besar debit
aktualnya (Q) maka loncatan hidroliknya semakin tinggi. Dari praktikum yang
dilakukan menunjukkan bahwa perubahan tekanan yang disebabkan oleh
perubahan kecepatan aliran cairan dalam media yang menyempit adalah yang
menggerakkan loncatan hidrolik.
2. Berdasarkan hasil data yang diperoleh didapatkan hasil bilangan Froude sebesar
pada zona 1 titik (y1) = 0,024 dan termasuk kedalam aliran subkritis, pada zona 2
(y2) = 4,745 termasuk kedalam aliran superkritis, pada zona 3 (y3) = 1,965
termasuk kedalam aliran superkritis. Pada zona 4 (y4) = 0,039 termasuk kedalam
aliran subkritis, pada zona 5 (y5) = 0,036 termasuk dalam aliran subkritis dan zona
6 (y6) = 0,043 termasuk dalam aliran subkritis.
3. Dampak loncatan hidrolik dengan kehilangan energi terjadi karena adanya
perbedaan kedalaman pada zona sebelum loncatan, saat loncatan dan sesudah
loncatan. Kehilangan energi dapat mengakibatkan aliran air tersebut berubah yang
semula merupakan aliran subkritis berubah menjadi aliran superkritis dan kembali
lagi menjadi aliran subkritis.
1.2 Saran
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kesalahan atau
ketidakakuratan pengambilan data pada praktikum acara kedelapan adalah :
Sebaiknya lebih teliti dan fokus dalam melakukan pengukuran dan perhitungan pada
tiap titik agar hasil pengukurannya akurat pada saat dilaboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN