Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA I

KEHILANGAN HEAD PADA BERBAGAI SAMBUNGAN

Oleh

Nama : DZAKI IKHWAN SYAWQIE


NIM : 235100901111034
Kelompok : O2
Asisten :

NAZHMI HARIZ NURUL KHAIRANA


WELDA AFRIZZAHRA MUHAMMAD IHSAN
NAOKO EKA PRAMESTI GABY SABRINA PUTRI M
ATHIYYA FAIQAH VILONIA JASMINE ELFANDI
MUHAMMAD RAFIF AHNAN SYAFIRA AYU MUSTIKA
JIHAN SHAFA SALSABILA ULINNUHA NIHAYAH
FAIZATUL ULYA SHINTA NUR IHSANI
SATRIO WICAKSONO

LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2024
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penggunaan pipa banyak dimanfaatkan pada kehidupan masyarakat umum. Pipa merupakan
alat transportasi fluida yang digunakan dari tempat penampungan menuju tempat pemakaian.
Proses tersebut memerlukan adanya instalasi perpipaan dengan variasi ukuran diameter pipa.
Selain variasi ukuran pipa, terdapat pula variasi bahan pipa diantaranya pipa besi atau galvanis yang
memiliki sifat lebih kuat serta tahan terhadap temperatur yang tinggi sehingga membuatnya tidak
mudah pecah (Putra et al., 2017).
Air dapat mengalir pada saluran dan merupakan hal terpenting di kehidupan kita. Sehari hari kita
sering jumpai penggunaan pipa pada saluran fluida. Efisiensi sistem perpipaan dapat dicapai ketika
sistem dirancang secara optimal. Dalam saluran tertutup ada tekanan dalam aliran. Tekanan ini
dapat berubah karena perubahan penampang dan gesekan fluida, sehingga gesekan ini
menyebabkan penurunan tekanan atau kehilangan tekanan (head loss) (Fadhli dan Sriwati, 2017).
Head loss sendiri terbagi menjadi dua, yaitu head loss mayor dan head loss minor. Head loss
mayor dapat terjadi ketika adanya turbulensi dan kekentalan zat cair karena adanya kekasaran
dinding batas pipa yang dimana akan menimbulkan suatu gaya gesek dan gaya gesek inilah yang
akan menyebabkan kehilangan energi. Head loss minor dapat terjadi karena terdapat perubahan
penambang dan aksesoris lainnya yang mengakibatkan kehilangan energi, selain itu dapat
meningkatkan gesekan dan mengakibatkan tumbukan antar partikel karena turbulensi (Waspodo,
2017).

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu memahami konsep kehilangan tekanan dan perhitungan head loss pada
berbagai perlakuan (belokan) dalam sistem perpipaan.
b. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh kehilangan head dalam pipa terhadap
pengaliran fluida di dalamnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kehilangan Head Pada Pipa


Kehilangan pipa atau yang dapat disebut sebagai head loss meruapakan sebuah
gesekan aliran yang terjadi yang mengakibatkan kehilangan energi pada aliran tersebut, hal
ini yang disebut dengan head loss. Aliran fluida yang melalui suatu pipa akan selalu
mengalami kerugian head. Hal ini dikarenakan oleh gesekan yang terjadi antara sebuah
fluida dengan fluida ataupun fluida dengan dinding pipa. Kerugian ini juga dapat disebabkan
oleh perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (Eswanto dan Syahputra, 2017).
Head loss menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan pada sistem aliran dalam pipa.
Secara umum kehilangan energi dapat terjadi diklasifikasikan menjadi head loss besar dan
head loss kecil. Head loss besar terjadi akibat gesekan dengan dinding pipa sedangkan head
loss kecil terjadi akibat sambungan, tikungan, katup serta aksesoris lainnya (Mufarrih et al.,
2017).

2.2 Pengertian dan Perbedaan Mayor Loss serta Minor Loss


Mayor loss merupakan kejadian kehilangan tekanan yang dialami oleh fluida dan
disebabkan oleh adanya gesekan aliran pada pipa. Fluida yang mengalir pada pipa akan
terjadi kerugian head atau dapat dikatakan head loss yang diakibatkan adanya gesekan
dengan dinding pipa, dan menjadikannya sebagai faktor yang dominan. Apabila terjadi
adanya gesekan antara fluida pada dalam pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh
fluida, maka alirannya akan selalu mengalami kehilangan tekanan (head loss). Rumus yang
digunakan kehilangan tekanan akibat gesekan merupakan persamaan Darcy-Weisbach,
secara umum ditulis seperti pada Persamaan 2.1.
𝐿.𝑣2
Hf = f𝐷.2.𝑔 ……………………………………………………………..………….(Persamaan 2.1)
Keterangan :

Hf = Head mayor (m)


f = Faktor gesekan (diagram moody)
v = Kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s2)
L = Panjang pipa (m)
D = diameter (m) (Julianto et al.,2022).
Minor loss merupakan kerugian dengan kehilangan tekanan yang disebabkan adanya
gesekan dengan katup maupun bagian pipa yang lain seperti sambungan belokan, siku,
sendi, dan lain-lain. Perbedaan di antara mayor loss dan minor loss terletak pada pengaruh
dan dampaknya. Mayor loss sendiri dikarenakan fluida yang mengalir mengalami turbulensi
dan berdampak adanya gesekan besar pada dinding pipa, sedangkan minor loss
dikarenakan gesekan dengan katup maupun bagian pipa lain yang dilalui fluida dan
berdampak adanya penurutan tekanan (Sudirman, 2021).

2.3 Pengertian Diagram Moody Beserta Gambar dan Cara Membaca Diagram Moody
Diagram Moody merupakan diagram yang berupa faktor gesekan fungsi bilangan
Reynolds dan kekasaran relatif pipa (). Nilai kekasaran relatif pipa untuk pipa PVC adalah
0,0015. Diagram Moody hanya akurat untuk permukaan dengan (ks) yang diketahui dalam
rezim yang sepenuhnya kasar. Fitur dari diagram Moody yang pasti harus dipertimbangkan
kembali adalah fungsi Colebrook dalam rezim transisi kasar. Fungsi ini merupakan variasi
monoton dalam sebuah gesekan, yang secara asimtotik mendekati batas dari rezim hidrolik
yang mulus dan yang sepenuhnya kasar (Ermadi dan Darmanto, 2018).
Diagram Moody menjadi alat yang sangat berguna dalam menghitung aliran yang terjadi
dalam suatu pipa. Cara yang paling praktis dalam membaca diagram moody adalah dengan
menggunakan data bilangan Reynold serta kekasaran relatif yang ada. Kegunaan diagram
moody yakni untuk membaca nilai-nilai yang dibutuhkan tanpa harus mengetahui secara
pasti kekasaran pipa. Dengan demikian, kita dapat dengan mudah memperkirakan nilai-nilai
tersebut melalui pembacaan diagram ini (Winudhapratama, 2020).

Gambar 2.1 Diagram Moody


Sumber : Ayhadi et al., 2021

2.4 Minor Apparatus


2.4.1 Pengertian Minor Apparatus
Apparatus merupakan perangkat alat uji yang dibuat secara khusus dengan tujuan
untuk menghitung besaran head loss. Apparatus juga tersedia untuk mengukur sistem
perpipaan dalam beberapa varian. Minor apparatus merupakan komponen yang terbilang
penting dan utama yang tersusun secara kompleks dan mekanik. Minor apparatus terdiri
dari pompa yang digunakan untuk memompa fluida, terdapat pipa yang digunakan
sebagai saluran air, katup yang berfungsi untuk mengatur aluran, serta fitting yang
digunakan untuk sambungan antara satu pipa dengan pipa lainnya. Minor apparatus
adalah alat yang digunakan untuk mempelajari fenomena aliran laminar, transisi dan
turbulen pada sistem perpipaan. Fungsi besar yang dapat ditemukan pada minor
apparatus yakni dalam menyimulasikan aliran fluida pada sistem perpipaan sehingga
dapat diukur dan diamati head loss yang terjadi karena adanya gesekan dan hambatan
yang terdapat dalam pipa (Dahmani, 2017).

2.4.2 Fungsi Minor Apparatus


Minor apparatus berkaitan besar dengan sistem dalam perpipaan. Minor apparatus
berperan dalam menguji perilaku aliran yang dapat terjadi pada pipa, diantaranya seperti
kehilangan energi atau head loss, berlaku pada head loss mayor maupun head loss minor.
Alat ini tersusun dari beberapa rangkaian pipa yang dihubungkan menggunakan
sambungan dan diukur menggunakan manometer. Minor apparat dapat digunakan untuk
mengidentifikasi perilaku apa saja yang dapat terjadi pada aliran fluida secara totalitas.
Alat ini tidak hanya dibuat pada skala pabrikan, namun alat minor apparatus ini juga dapat
dirancang bangun dengan menggunakan model fisik dalam skala laboratorium (Luthfi dan
Yulianto, 2023).
2.4.3 Prinsip Kerja Minor Apparatus
Prinsip kerja dari minor apparatus yakni dengan menggunakan aliran fluida yang
terjadi di dalam sistem perpipaan. Pengujian minor head loss, minor apparatus digunakan
dalam mengukur tekanan pada sistem perpipaan menggunakan alat yang dinamakan
manometer air raksa. Pipe apparatus dalam hal ini memungkinkan dapat mengetahui
besar head loss minor yang terdapat pada fitting perpipaan yakni orifice, ball valve, dan
sebagainya. Besarnya head loss minor yang diketahui berdampak pada pengevaluasian
performa sistem perpipaan dan pompa serta dapat menentukan koefisien head loss minor
(Dahmani, 2017).

2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Tekanan pada Pipa


Kehilangan tekanan pada pipa dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu
adanya sambungan pada sistem pipa (fitting), katup (elbow), saringan (strainer),
percabangan (tee), pembesaran pipa (expansion), pengecilan pipa (contraction), dan
sebagainya. Faktor-faktor tersebut menyebabkan terjadinya kerugian minor. Serta, panjang
pipa juga menjadi faktor pengaruh kehilangan tekanan pada pipa, diameter dari pipa, jenis
dari pipa yang digunakan, kecepatan aliran yang melewati belokan pada pipa, kekasaran
permukaan dinding pipa bagian dalam, densitas serta viskositas fluida yang mengalir
(Cengel dan Cimbala, 2018).
Kehilangan tekanan bermakna berkurangnya tekanan fluida selama proses mengalir
yang terdapat di dalam pipa. Faktor utama yang menonjol dalam kasus hilangnya tekanan
yakni tingkat kekasaran permukaan dalam pipa. Semakin kasar permukaan pipa berdampak
pada gesekan fluida yang akan semakin tinggi sehingga berakibat pada berkurangnya
tekanan fluida. Faktor lainnya yang dapat mengakibatkan adanya kehilangan tekanan yakni
panjang pipa, apabila pipa lebih panjang dapat menyebabkan lebih banyaknya kehilangan
tekanan. Faktor diameter pipa juga berpengaruh dalam hilangnya tekanan atau head loss
karena pipa yang kecil cenderung mengalami head loss lebih besar dikarenakan seluruh
bagian pipa bergesekan dengan fluida (Latuheru, 2019).

2.6 Dampak Terjadinya Turbulensi pada Aliran


Turbulensi merupakan aliran pergerakan dari partikel-partikel fluida yang sangat tidak
menentu dan mengakibatkan saling tukar momentum dengan fluida lainnya. Turbulensi ini
disebabkan dari adanya percampuran serta putaran partikel antar lapisan yang dapat
mengakibatkan momentum yang saling tukar dari satu bagian fluida ke bagian fluida lain
dalam skala besar. Akibatnya,s turbulensi dapat menyebabkan tekanan pada sistem
perpipaan dan aliran turbulensi juga memiliki gesekan yang tinggi yang dapat menyebabkan
kehilangan energi fluida serta dalam bentuk panas yang mengakibatkan tekanan menurun.
Terdapat dampak lainnya akan turbulensi yang ada yakni penurunan tekanan fluida yang
drastis. Jika tekanan turun sangat rendah pada isapan pompa dapat mengakibatkan
terjadinya kavotasi serta dapat merusak impeller pompa serta dapat mengikis lapisan
pelindung pipa sehingga pipa menjadi terkorosi (Susanto dan Trihadiningrum, 2021).
BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum mekanika fluida dengan materi kehilangan energi atau head loss pada
berbagai sambungan, yang dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Maret 2024. Praktikum ini
dilakukan di laboratorium Teknik Sumberdaya Alam dan Lingkungan (TSAL). Jadwal
pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada pukul 14.30 WIB.

3.2 Fungsi Alat dan Bahan


3.2.1 Rangkaian Pipa Lama
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Rangkaian pipa Sistem aliran pipa yang berperan untuk mengalirkan
fluida
2. Penyangga Berperan sebagai penopang untuk menahan
rangkaian pipa agar kokoh dan tetap pada posisinya
3. Sumber listrik/stopkontak Berperan sebagai sumber listrik untuk
menghidupkan mesin pompa
4. Selang Berperan sebagai penghubung dan tempat
pengaliran antara air dengan rangkaian pipa
5. Tandon Berperan sebagai tempat penyimpanan air yang
akan dialirkan pada rangkaian pipa
6. Mesin pompa Berperan untuk memompa aliran fluida dari tandon
ke sistem rangkakian pipa
7. Pipa input Pipa yang digunakan untuk mengalirkan fluida
masuk ke dalam sistem perpipaan
8. Pipa output Pipa yang digunakan untuk mengalirkan fluida
keluar dari sistem perpipaan
9. Kran kontrol Katup yang digunakan untuk mengontrol aliran
fluida dalam sistem rangkaian
10. Kran output Katup yang digunakan untuk mengontrol aliran
fluida keluar dari sistem rangkaian
11. Sambungan mengecil Sambungan pipa yang berperan untuk memperkecil
lurus diameter pipa secara lurus
12. Sambungan membesar Sambungan pipa yang berperan untuk
lurus memperbesar diameter pipa secara lurus
13. Pengukur tekanan Alat ini berperan untuk mengukur tekanan fluida
sederhana yang terdapat dalam sistem perpipaan
14. Sambungan mengecil Sambungan pipa yang digunakan untuk
menyudut memperkecil diameter pipa dengan perubahan
sudut
15. Sambungan membesar Sambungan pipa yang digunakan untuk
menyudut memperbesar diameter pipa dengan perubahan
sudut
16. Sprinkle besar Sprinkle berbentuk kepala penyemprot dengan
lubang besar untuk mengalirkan fluida dengan debit
yang tinggi
17. Sprinkle kecil Sprinkle berbentuk kepala penyemprot dengan
lubang kecil untuk mengalirkan fluida dengan debit
yang rendah
18. Belokan 90⁰ Sambungan pipa yang digunakan untuk mengubah
arah aliran fluida dengan sudut 90 derajat
19. Tussen klep Katup yang digunakan untuk mengontrol aliran
fluida dalam sistem perpipaan
20. Air Objek fluida yang akan dialirkan dalam sistem
rangkaian perpipaan

3.2.2 Minor Apparatus


No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Manometer Alat untuk mengukur tekanan fluida dalam sistem
2. Penyangga Berperan sebagai penopang untuk menahan
rangkaian pipa agar kokoh dan tetap pada posisinya
3. Sumber listrik/stopkontak Berperan sebagai sumber listrik untuk
menghidupkan mesin pompa
4. Selang Berperan sebagai penghubung dan tempat
pengaliran antara air dengan rangkaian pipa
5. Tandon Berperan sebagai tempat penyimpanan air yang
akan dialirkan pada rangkaian pipa
6. Mesin pompa Berperan untuk memompa aliran fluida dari tandon
ke sistem rangkakian pipa
7. Pipa input Pipa yang digunakan untuk mengalirkan fluida
masuk ke dalam sistem perpipaan
8. Pipa output Pipa yang digunakan untuk mengalirkan fluida
keluar dari sistem perpipaan
9. Vacuum Gauge Alat untuk mengukur tekanan atau vakum dalam
sistem
10. Three ways valve Katup yang memiliki tiga jalur yang dapat digunakan
untuk mengatur aliran fluida ke arah yang berbeda.
11. Sambungan mengecil Sambungan pipa yang berperan untuk memperkecil
lurus diameter pipa secara lurus
12. Sambungan membesar Sambungan pipa yang berperan untuk
lurus memperbesar diameter pipa secara lurus
13. Klem Digunakan untuk mengikat atau mengencangkan
pipa pada sambungan atau belokan
14. Kran uji head Kran yang berperan untuk mengukur tekanan
(head) pada titik tertentu dalam sistem pipa
15. Glope valve Katup yang menggunakan bola untuk membuka dan
menutup aliran fluida dalam sistem pipa
16. Belokan 45⁰ Sambungan pipa yang digunakan untuk mengubah
arah aliran fluida dengan sudut 45⁰
17. Water mur Sambungan yang digunakan untuk
menghubungkan pipa dengan peralatan lain seperti
katup atau meter.
18. Belokan 90⁰ Sambungan pipa yang digunakan untuk mengubah
arah aliran fluida dengan sudut 90 derajat
19. Elbow Galvanis Sambungan pipa yang terbuat dari bahan galvanis
dan digunakan untuk mengubah arah aliran fluida
dengan sudut 90⁰
20. Air Objek fluida yang akan dialirkan dalam sistem
rangkaian perpipaan
21. Minor apparatus Berperan untuk mengontrol, mengatur, dan
memantau aliran fluida serta menyambung dan
mengubah aliran pipa sesuai dengan kebutuhan
sistem perpipaan tersebut.
3.3 Gambar Alat dan Bahan
3.3.1 Dokumentasi Rangkaian Pipa Lama beserta Keterangan

Gambar 3.1 Rangkaian Pipa Lama


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2024

Keterangan :
1. Tandon
2. Selang
3. Mesin pompa
4. Stopkontak
5. Pipa Output
6. Kran Output
7. Piezometer
8. Papan
9. Rangkaian pipa
10. Manometer
11. Air raksa
12. Mistar
13. Belokan 90⁰
14. Sambungan membesar 90⁰
15. Sprinkle kecil
16. Sambungan mengecil 90⁰
17. Sprinkle besar
18. Sambungan membesar lurus
19. Sambungan mengecil lurus
20. Kran kontrol
21. Penyangga
22. Pipa input

3.3.2 Dokumentasi Rangkaian Minor Apparatus

Gambar 3.2 Rangkaian Minor Apparatus


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2024
3.4 Langkah Kerja
3.4.1 Rangkaian Pipa Lama

Alat dan Bahan

Disiapkan

Pancing Pompa

Dilakukan hingga air meluber

Keran input, keran output, dan keran control

Buka penuh secara berurutan

Hubungan stopkontak pompa dengan arus listrik

Pompa dinyalakan dan tunggu air


mengalir dengan stabil

Putar keran control

Putar empat kali ke arah stop

Amati beda tinggi air raksa di manometer

Dilakukan selama 5 detik dan catat


hasil

Dilakukan pengulangan sebannyak 5 kali

Catat hasil

Perhitungan besar kehilangan energi tekanan

Dihitung pada tiap perlakuan

Hasil
3.4.2 Rangkaian Minor Apparatus
Pancing pompa dengan air hingga meluber

Putar three ways valve (biru) kea rah horizontal untuk mengarahkan aliran menuju ke minor
appratus

Putar three ways valve (jingga) ke arah kanan

Buka globe valve dan putar kran output three ways (biru) ke arah kanan

Hubungkan pompa dengan sumber arus listrik, nyalakan pompa dan tunggu hingga air pada
rangkaian mengalir stabil

Ukur tekanan pada setiap sambungan dengan cara menghubungkan selang ke alat manometer di
bagian plus dan minus

Tunggu hingga angka di display stabil

Catat hasil
Lakukan perhitungan besarnya head loss pada tiap sambungan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum dan Data Hasil Perhitungan

Perlakuan ∆𝐻1 ∆𝐻2 (m) ∆𝐻3 (m) ∆𝐻4 (m) ∆𝐻5 (m)
(m)

Sambungan mengecil lurus 0,002 0,004 0,005 0,005 0,004


Sambungan membesar 0 0,004 0,005 0,004 0,006
lurus
Sambungan mengecil 0,005 0,005 0,003 0,006 0,003
menyudut
Sambungan membesar 0,002 0,001 0,001 0,001 0,002
menyudut
Sprinkle besar 0,005 0,002 0,004 0,001 0,001
Sprinkle kecil 0,006 0,004 0,003 0,004 0,006
Belokan 90° 0,01 0,002 0,005 0,003 0,005
Piezometer 0,06 0,06 0,03 0,04 0,04

KETENTUAN

P (Tekanan Pompa) 1330 Pa

p (massa jenis air) 1000 kg/m3

d1 (diameter penampang 1) 0,0508 m

d2 (diameter penampang 2) 0,0254 m

g (percepatan gravitasi) 9,81 m/s2

10 mHg (raksa) 13,56 m

Sprinkle Besar

L 0,09 m

n 0,001002 m

F 0,043 N

Sprinkle Kecil

L 0,065 m

n 0,001002 m

F 0,052 N
Sambungan Mengecil Menyudut

KL = 0,385

V2 dan HL sama dengan sambungan mengecil lurus

Sambungan Membesar Menyudut

KL=1,15

V2, V1 dan HL sama dengan sambungan membesar lurus

PERHITUNGAN
Sambungan mengecil lurus
1 𝟏
A1 = 4 𝜋𝑑12 = 𝟒 × 3,14 (5,08 × 10−2 )2

= 0,002 𝑚2
1 𝟏
A2 = 𝜋𝑑22 = × 3,14 (2,54 × 10−2 )2
4 𝟒

= 0,0005 𝑚2
𝐴2 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟓
KI = 𝐴1 = 𝟎,𝟎𝟎𝟐
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,2 0,532 0,532
𝜌
V2 = √ 𝐷2 =√ 1000
2,54 .10−2 4
=√ 0,0254 4 = √0,9375 = 0,7533
1−( )4 1−( ) 1−( )
𝐷1 5,08 .10−2 0,0508

𝐾𝐼 𝑉22
2𝑔
HL =
13,56 𝑥 10 −2

- ∆𝐻1
H1 = 0,002
1 𝟏
A1 = 4 𝜋𝑑12 = 𝟒 × 3,14 (5,08 × 10−2 )2

= 0,002 𝑚2
1 𝟏
A2 = 4 𝜋𝑑22 = 𝟒 × 3,14 (2,54 × 10−2 )2

= 0,0005 𝑚2
𝐴2 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟓
KI = 𝐴1 = 𝟎,𝟎𝟎𝟐
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,002 0,00532 0,00532
𝜌
V2 = √ 𝐷24
=√ 1000
2,54 .10−2 4
=√ 0,0254 4 =√ = 0,07533
1− 1−( ) 1−( ) 0,9375
𝐷1 5,08 .10−2 0,0508

𝐾𝐼 𝑉22 0,25 (0,07533)2 0,0014186


2𝑔 2(9,8) 𝟕,𝟐𝟑𝟖 × 10 −5
HL = = = 19,6
= = 0,0005377
13,56 𝑥 10 −2 13,56 𝑥 10 −2 13,56 𝑥 10 −2 13,56 𝑥 10 −2

- ∆𝐻2
H1 = 0,004
1 𝟏
A1 = 𝜋𝑑12 = × 3,14 (5,08 × 10−2 )2
4 𝟒

= 0,002 𝑚2
1 𝟏
A2 = 4 𝜋𝑑22 = 𝟒 × 3,14 (2,54 × 10−2 )2

= 0,0005 𝑚2
𝐴2 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟓
KI = 𝐴1 = 𝟎,𝟎𝟎𝟐
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,004 0,01064 0,01064
𝜌
V2 = √ 𝐷24
=√ 1000
2,54 .10−2 4
=√ 0,0254 4 = √ 0,9375 = 0,10653
1− 1−( ) 1−( )
𝐷1 5,08 .10−2 0,0508

𝐾𝐼 𝑉22 0,25 (0,10653)2 0,002837


2𝑔 2(9,8) 𝟏,𝟒𝟒𝟕𝟓 × 10 −4
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 19,6
13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 0,001067

- ∆𝐻3
H1 = 0,005
1 𝟏
A1 = 4 𝜋𝑑12 = 𝟒 × 3,14 (5,08 × 10−2 )2

= 0,002 𝑚2
1 𝟏
A2 = 𝜋𝑑22 = × 3,14 (2,54 × 10−2 )2
4 𝟒

= 0,0005 𝑚2
𝐴2 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟓
KI = 𝐴1 = 𝟎,𝟎𝟎𝟐
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,005 0,0133 0,0133
𝜌
V2 = √ 𝐷24
=√ 1000
2,54 .10−2 4
=√ 0,0254 4 = √0,9375 = 0,115325
1− 1−( ) 1−( )
𝐷1 5,08 .10−2 0,0508

𝐾𝐼 𝑉22 0,25 (0,115325)2


2𝑔 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
=0,001249

- ∆𝐻4
H1 = 0,005
1 𝟏
A1 = 4 𝜋𝑑12 = 𝟒 × 3,14 (5,08 × 10−2 )2

= 0,002 𝑚2
1 𝟏
A2 = 4 𝜋𝑑22 = 𝟒 × 3,14 (2,54 × 10−2 )2

= 0,0005 𝑚2
𝐴2 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟓
KI = = = 0,25
𝐴1 𝟎,𝟎𝟎𝟐
𝑝 1330
2ℎ 2×0,005 0,0133 0,0133
𝜌
V2 = √ 𝐷24
=√ 1000
2,54 .10−2 4
=√ 0,0254 4 = √
0,9375
= 0,115325
1− 1−( ) 1−( )
𝐷1 5,08 .10−2 0,0508

𝐾𝐼 𝑉22 0,25 (0,115325)2


2𝑔 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
=0,001249

- ∆𝐻5
H1 = 0,004
1 𝟏
A1 = 4 𝜋𝑑12 = 𝟒 × 3,14 (5,08 × 10−2 )2

= 0,002 𝑚2
1 𝟏
A2 = 4 𝜋𝑑22 = 𝟒 × 3,14 (2,54 × 10−2 )2

= 0,0005 𝑚2
𝐴2 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟓
KI = = = 0,25
𝐴1 𝟎,𝟎𝟎𝟐

𝑝 1330
2ℎ 2×0,004 0,01064 0,01064
𝜌
V2 = √ 𝐷24
=√ 1000
2,54 .10−2 4
=√ 0,0254 4 = √ 0,9375 = 0,106533
1− 1−( ) 1−( )
𝐷1 5,08 .10−2 0,0508

𝐾𝐼 𝑉22 0,25 (0,106533)2 𝟎,𝟎𝟎𝟐𝟖𝟑𝟕𝟑𝟐


2𝑔 2(9,8) 𝟏,𝟒𝟒𝟕𝟔 × 10 −4
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 19,6
13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 0,00106755

Sambungan membesar lurus

KI = 1
𝑝
2ℎ
𝜌
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

𝐴2 𝑥 𝑉2
V1 = 𝐴1

𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)2
HL = 29
13,56 𝑥 10 −2

- ∆𝐻1 = 0 m

KI = 1

𝑃
2ℎ
𝑝
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

1330
2(0)
=√ 1000
0,0254 4
1−( )
0,0508

= √0
=0
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

5,0645 ×10 −4 × 0
=
2,0258 × 10−3

=0
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2) 2
HL = 2𝑔
13,56 × 10−2

1(0 × 0) 2
= 2 × 9,8
13,56 × 10−2

0
= 13,56 ×10−2

=0

- ∆𝐻2 = 0,004 m

KI = 1

𝑃
2ℎ
𝑝
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

1330
2(0,004)
=√ 1000
0,0254 4
1−( )
0,0508

= 0,106533
𝐴2 × 𝑉2
V1 =
𝐴1

5,0645 ×10 −4 ×0,106533


=
2,0258 × 10−3

= 0,02663325
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2) 2
HL = 2𝑔
13,56 × 10−2

1(0,02663325 ×0,106533) 2
= 2 × 9,8
13,56 × 10−2

= 3,029011238 × 10−6

- ∆𝐻3 = 0,005 m

KI = 1

𝑃
2ℎ
𝑝
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞
1330
2(0,005)
= √ 1000
0,0254 4
1−( )
0,0508

= 0,119108
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

5,0645 ×10 −4 × 0,119108


=
2,0258 × 10−3

= 0,02977
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2) 2
HL = 2𝑔
13,56 × 10−2

1(0,02977 × 0,119108) 2
= 2 × 9,8
13,56 × 10−2

= 3,935417 x 10−8

- ∆𝐻4 = 0,004m

KI = 1

𝑃
2ℎ
𝑝
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

1330
2(0,004)
=√ 1000
0,0254 4
1−( )
0,0508

= √0,00129364

= 0,106533
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

5,0645 ×10 −4 × 0,106533


=
2,0258 × 10−3

= 0,02663325
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2) 2
HL = 2𝑔
13,56 × 10−2

1(0,0089918 × 0,0359672) 2
= 2 × 9,8
13,56 × 10−2

= 3,9347606 × 10−8

- ∆𝐻5 = 0,004 m

KI =1
𝑃
2ℎ
𝑝
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

1330
2(0,004)
=√ 1000
0,0254 4
1−( )
0,0508

= 0,106533
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

5,0645 × 10−4 × 0,106533


=
2,0258 × 10−3

= 0,02663325
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2) 2
HL = 2𝑔
13,56 × 10−2

1(0,0089918 × 0,0359672) 2
= 2 × 9,8
13,56 × 10−2

=7,23619 × 10−10

Perhitungan Sprinkle Besar


𝑝
2ℎ
𝜌
V2 =√ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

V1 = 0,25 V2
𝑉1 𝐷1 𝜌
Re =
𝜇

𝐹 𝐿 (𝑉1)2
𝐷1 𝑥 2𝑔
HL = 13,56 𝑥 10 −2

- ∆𝐻1 = 0,005

D1 = 0,0508 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,005)
V2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,119108
1− ( )
0,0508

V1 = 0,25 ×0,119108 = 0,029777


0,029777 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1509,6523

0,043 × 0,09 × (0,029777)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 2,53893 × 10-5
- ∆𝐻2 = 0,002

D1 = 0,0508 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,002)
V2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,0753304
1− ( )
0,0508

V1 = 0,25 ×0,0753304 = 0,0188326


0,0188326 × 0,0508 × 1000
Re = = 954,78651
0,001002

0,043 × 0,09 × (0,0188326)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 1,01557 × 10-5

- ∆𝐻3 = 0,004

D1 = 0,0508 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,004)
V2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,106533
1− ( )
0,0508

V1 = 0,25 × 0,106533 = 0,02663325


0,02663325 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1350,26856

0,043 × 0,09 × (0,02663325)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 2,03113 × 10-5

- ∆𝐻4 = 0,001

D1 = 0,0508 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,001)
V2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,0532666
1− ( )
0,0508

V1 = 0,25 × 0,0532666 = 0,01331665


0,01331665 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 675,13555

0,043 × 0,09 × (0,01331665)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 5,07783 × 10-6
- ∆𝐻5 = 0,001

D1 = 0,0508 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,001)
V2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,0532666
1− ( )
0,0508

V1 = 0,25 × 0,0532666 = 0,01331665


0,01331665 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 675,13555

0,043 × 0,09 × (0,01331665)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 5, 07783 × 10-6

Perhitungan Sprinkle Kecil


𝑝
2ℎ
𝜌
V2 =√ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

V1 = 0,25 V2
𝑉1 𝐷1 𝜌
Re = 𝜇

𝐹 𝐿 (𝑉1)2
𝐷1 𝑥 2𝑔
HL = 13,56 𝑥 10 −2

- ∆𝐻1 = 0,006 m

D1 = 0,0508 m

D2 = 0,0254 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,006)
V2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,130476
1− ( )
0,0508

V1 = 0,25 × 0,130476 = 0,032619


0,032619 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1653,73772

0,052 × 0,065 × (0,032619)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 2,66094 × 10-5
- ∆𝐻2 = 0,004 m

D1 = 0,0508 m

D2 = 0,0254 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,004)
V2 =√ 1000
0,02544
= 0,10653
1−
0,0508

V1 = 0,25 × 0,10653= 0,0266325


𝟎,𝟎𝟐𝟔𝟔𝟑𝟐𝟓 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1350,2305

0,065 × 0,052 × (0,0266325)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
=1,77386 × 10-5

- ∆𝐻3=0,003 m

D1 = 0,0508 m

D2 = 0,0254 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,003)
V2 =√ 1000
0,02544
= 0,09226
1−
0,0508

V1 = 0,25 ×0,09226 = 0,023065


𝟎,𝟎𝟐𝟑𝟎𝟔𝟓 × 0,0508 × 1000
Re = = 1169,36327
0,001002

0,065 × 0,052 × (0.023065)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 1,33046 × 10-5

- ∆𝐻4 = 0,004 m

D1 = 0,0508 m

D2 = 0,0254 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,004)
V2 =√ 1000
0,02544
= 0,10653
1−
0,0508
V1 = 0,25 × 0,10653= 0,0266325
𝟎,𝟎𝟐𝟔𝟔𝟑𝟐𝟓 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1350,2305

0,065 × 0,052 × (0,0266325)2


0,0508 𝑥 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
=1,77386 × 10-5

- ∆𝐻5 = 0,006 m

D1 = 0,0508 m

D2 = 0,0254 m

ρ = 1000 kg/m³

𝜇 = 0,001002 m
𝑝
2ℎ 𝑝
V2 = √
𝐷24
1− 𝐷4

1330
2 × 0,006 × 1000
=√
0,0254 4
= 0.129243
1 −(0,0508)

V1 = 0.25 × 𝑉2

= 0.25 × 0.129243

= 0.032310
𝑉1 𝐷1 𝜌
Re =
𝜇

0.032310 × 0.0508 × 1000


= 0,001002
= 1638.071
𝐹𝐿(𝑉1)2
𝐷1 × 2𝑔
HL = 13.56 ×10−2

0,052 × 0,65 × (0,032619)2

= 0,0508 × 2 × 9,81
13.56 ×10−2
= 2,6609 × 10-5

Perhitungan Belokan 90o

KI = 0,25
𝑝
2ℎ
𝜌
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

𝐾𝐼 𝑉22
2𝑔
HL = 13,56 𝑥 10 −2

- ∆𝐻1
KI = 0.25
𝑝
2ℎ
𝑝
V2 = √ 𝐷2
1 − ( )4
𝐷𝑞

(1330)
2 (0.01)
(1000)
=√ 0,0254 4
1−( )
0,0508

0.0266
= √1 − 0.0625

0.0266
= √0.9375 = 0.168443

𝐾 𝐼 𝑉22
2𝑔
HL = 13.56 × 10−2

0.25 (0.168443)2
2 (9.81)
= = 0.002666
13.56 × 10−2

- ∆𝐻2
KI = 0.25
𝑝
2ℎ
𝑝
V2 = √ 𝐷2 4
1−( )
𝐷𝑞

(1330)
2 (0.002)
(1000)
=√ 0,0254 4
1−( )
0,0508

0.00532
= √1 − 0.0625

0.00532
= √ 0.9375 = 0.075

𝐾 𝐼 𝑉22
2𝑔
HL = 13.56 × 10−2

0.25 (0.075)2
2 (9.81)
=
13.56 × 10−2

= 0.000528

- ∆𝐻3
Kl = 0,25
𝑝
2ℎ
𝜌
V2 =√ 𝐷2 4
1−( )
𝐷𝑞

1330
2(0,005)
=√ 1000
0,0254 4
1−( )
0,0508
= 0,119108
𝐾 𝐼 𝑉22
2𝑔
HL = 13.56 × 10−2

0.25 (0.119108)2
2 (9.81)
= 13.56 × 10−2

= 0.0013331

- ∆𝐻4
Kl = 0,25
𝑝
2ℎ
𝜌
V2 =√ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

1330
2(0,003)
=√ 1000
0,0254 4
1−( )
0,0508

= 0,0922605
𝐾 𝐼 𝑉22
2𝑔
HL =
13.56 × 10−2

0.25 (0,0922605)2
2 (9.81)
= 13.56 × 10−2

= 0,000799858

- ∆𝐻5
Kl = 0,25
𝑝
2ℎ
𝜌
V2 =√ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

1330
2(0,005)
=√ 1000
0,0254 4
1−( )
0,0508

= 0,119108
𝐾 𝐼 𝑉22
2𝑔
HL = 13.56 × 10−2

0.25 (0.119108)2
2 (9.81)
= 13.56 × 10−2

= 0.0013331
Perhitungan Piezometer
(13,56 𝑥 10−2 𝑥 ℎ)+74
HL = 13,56 𝑥 10−2

- ∆𝐻1
(13,56 𝑥 10−2 𝑥 0,06)+74
HL = 13,56 𝑥 10−2
= 545,7827

- ∆𝐻2
(13,56 𝑥 10−2 𝑥 0,06)+74
HL = 13,56 𝑥 10−2
= 545,7827

- ∆𝐻3
(13,56 𝑥 10−2 𝑥 0,03)+74
HL = = 545,752
13,56 𝑥 10−2

- ∆𝐻4
(13,56 𝑥 10−2 𝑥 0,04)+74
HL = 13,56 𝑥 10−2
= 545,762

- ∆𝐻5
(13,56 𝑥 10−2 𝑥 0,04)+74
HL = 13,56 𝑥 10−2
= 545,762

Perhitungan Sambungan Mengecil Menyudut

K = 0,385
𝑝
2ℎ
𝜌
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

𝐾𝐼 𝑉22
2𝑔
HL = 13,56 𝑥 10 −2

- ∆𝐻1
K = 0,385
𝑝 1330
2ℎ 2𝑥0,005
𝜌
V2 = √ 𝐷2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,1153
1−( )4 1−(
0,0508
)
𝐷𝑞

𝐾𝐼 𝑉22 0,385 𝑥 0,11532


2𝑔
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 2 𝑥 9,81
13,56 𝑥 10 −2
= 1,9238 x 10 −3

- ∆𝐻2

1330
2𝑥0,005
V2 = √ 1000
0,0254 4 = 0,1153 m/s
1−( )
0,0508

0,385 𝑥 0,11532
2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 1,9238 x 10 −3

- ∆𝐻3
1330
2 .0,003
V2 = √ 1000
0,0254 4 = 0,0922605 m/s
1−( )
0,0508

0,385 . 0,09226052
2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 0,00123017 m

- ∆𝐻4
𝑝 1330
2ℎ 2 𝑥 0,006
𝜌
V2 =√ 𝐷2 = √ 1000
0,0254 4 = 0,1305 m/s
1−( )4 1−(
0,0508
)
𝐷𝑞

𝐾𝐼 𝑉22 0,385 . 0,13052


2𝑔 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 0,0024 m

- ∆𝐻5
𝑝 1330
2ℎ 2 .0,003
𝜌
V2 =√ 𝐷2 = √ 1000
0,0254 4 = 0,0922605 m/s
1−( )4 1−(
0,0508
)
𝐷𝑞

𝐾𝐼 𝑉22 0,385 . 0,09226052


2𝑔 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 0,00123017

Perhitungan Sambungan Membesar Menyudut

KI = 1,15
𝑝
2ℎ
𝜌
V2 = √ 𝐷2
1−( )4
𝐷𝑞

𝐴2 𝑥 𝑉2
V1 = 𝐴1

𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)2

HL = 29
13,56 𝑥 10 −2

- ∆𝐻1
𝑝 1330
2ℎ 2 𝑥 0,002
𝜌
V2 = √ 𝐷2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,0753304
1−( )4 1−(
0,0508
)
𝐷𝑞

𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,0753304
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,0188326

𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)2 1,15 (0,0188326 𝑥 0,0753304)2


2𝑔
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 2 𝑥 9,81
13,56 𝑥 10 −2
= 8,708496 𝑥 10−7

- ∆𝐻2
𝑝 1330
2ℎ 2 .0,001
𝜌
V2 = √ 𝐷2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,051575
1−( )4 1−(
0,0508
)
𝐷𝑞
𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,05326
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,012643

𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)2 1,15 (0,013315.0,05326)2


2(9,8) 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 𝟏, 𝟐𝟒𝟑𝟔𝟏 × 10 −7

- ∆𝐻3
𝑝 1330
2ℎ 2 .0,001
𝜌
V2 = √ 𝐷2 =√ 1000
0,0254 4 = 0,051575
1−( )4 1−(
0,0508
)
𝐷𝑞

𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,05326
V1 = = = 0,012643
𝐴1 0,002

𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)2 1,15 (0,013315.0,05326)2


2(9,8) 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 𝟏, 𝟐𝟒𝟑𝟔𝟏 × 10 −7

- ∆𝐻4
𝑝 1330
2ℎ 2 𝑥 0,001
𝜌
V2 =√ 𝐷2 =√ 1000
0,0254 4 =0,051575
1−( )4 1−(
0,0508
)
𝐷𝑞

𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,0532
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,012643

𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)2 1,15 (0,013315.0,05326)2


2(9,8) 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
=𝟏, 𝟐𝟒𝟑𝟔𝟏 × 10 −7

- ∆𝐻5

1330
2 .0,002
V2 = √ 1000
0,0254 4 = 0,0753304
1−( )
0,0508

𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,0753304
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,0188326

𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)2 1,15 (0,0188326 .0,0753304)2


2𝑔 2(9,81)
HL = 13,56 𝑥 10 −2
= 13,56 𝑥 10 −2
= 8,708496 𝑥 10−7

4.2 Analisis Prosedur


4.2.1 Rangkaian Pipa Lama
Praktikum kali ini menggunakan rangkaian pipa lama yang harus melalui beberapa
tahapan. Pertama-tama, siapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya, isi mesin pompa dengan air hingga air meluap, proses pengisian hingga
meluap dilakukan untuk memancing air pada tandon agar bisa terhisap oleh mesin
pompa. Kemudian, buka kran kontrol dan keran output secara berurutan. Berikutnya,
sambungkan stopkontak mesin pompa ke sumber listrik, nyalakan mesin, dan tunggu
hingga aliran air dalam rangkaian stabil. Setelah itu, putar keran kontrol sebanyak 4 kali
ke arah penutupan. Setelah melakukan tahapan persiapan, lakukan perlakuan pada alat
dengan mengamati perbedaan tinggi air raksa pada setiap manometer selama 5 detik
pada setiap perlakuan, yang menunjukkan besarnya tekanan. Lakukan hal ini sebanyak
5 kali pengulangan. Terakhir, catat hasil pengamatan dan lakukan perhitungan
kehilangan energi tekanan (head loss) pada rangkaian pipa tersebut.

4.2.2 Rangkaian Minor Apparatus


Praktikum kali ini menggunakan peralatan bernama Minor Apparatus yang harus
dilalui melalui beberapa tahapan. Tahap pertama dimulai dengan melakukan priming
pada pompa dengan mengalirkan air hingga melimpah keluar. Selanjutnya, putar katup
tiga arah (three ways valve) yang berwarna biru ke posisi horizontal untuk mengarahkan
aliran menuju ke bagian minor. Kemudian, putar katup tiga arah berwarna jingga ke arah
kanan. Lanjutkan dengan membuka globe valve dan memutar kran output pada katup
tiga arah berwarna biru ke arah kanan pula. Setelah itu, hubungkan pompa dengan
sumber arus listrik dan nyalakan pompa. Tunggu hingga aliran air dalam rangkaian
mencapai kondisi stabil. Tahap berikutnya adalah melakukan pengukuran tekanan pada
setiap sambungan dengan cara menghubungkan selang ke alat manometer pada bagian
positif dan negatif. Tunggulah hingga angka pada display manometer menunjukkan nilai
yang stabil. Selanjutnya, catat hasil pengukuran tersebut dan lakukan perhitungan
besarnya kehilangan tekanan atau head loss pada masing-masing sambungan.

4.3 Analisis Data Hasil Praktikum


4.3.1 Analisis Kehilangan Tekanan Terbesar dan Terkecil
Pada praktikum kehilangan head pada berbagai sambungan ini terdapat beberapa
variasi sambungan. Variasi sambungan tersebut diantaranya ialah sambungan mengecil
menyudut, sambungan membesar menyudut, sambungan mengecil lurus, sambungan
membesar lurus, sprinkle besar, sprinkle kecil, belokan 90° dan piezometer. Pada setiap
variasi memiliki nilai head loss yang berbeda-beda. Setelah dilakukan perhitungan rata-
rata kehilangan tekanan setiap variasi sambungan, didapatkan kehilangan tekanan
terkecil pada sprinkle besar. Sedangkan untuk nilai kehilangan tekanan terbesar terjadi
pada piezometer. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan ukuran penampang
serta belokan pada sambungan membesar menyudut, yang menyebabkan kehilangan
tekanan yang sangat besar. Hal ini juga sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa, belokan pada rangkai memberi pengaruh besar dalam berubahnya tekanan
aliran suatu fluida (Mustakim dan Syakura, 2014).

4.3.2 Analisis Tekanan Semakin Kecil


Kehilangan tekanan atau head loss yang terjadi pada sambungan rangkaian pipa
dapat mengakibatkan penurunan tekanan yang semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh
turbulensi aliran yang bergesekan pada dinding pipa. Aliran fluida yang mengalir
melewati rangkaian pipa yang berbelok-belok menimbulkan terjadinya separasi yang
akan mengakibatkan terjadinya vortex, getaran, dan kavitasi. Hal-hal tersebut dapat
mengakibatkan head loss meningkat. Penuruan tekanan paling besar terjadi pada
belokan 90° yang mengakibatkan tekanan semakin kecil karena pada belokan terjadi
pemisahan aliran dan turbulensi. Meningkatnya kecepatan aliran yang melewati belokan
pipa dapat membuat aliran fluida menabrak dinding pada pipa saat mengalir yang
mengakibatkan terjadinya kehilangan tekanan atau head loss (Priyati et al., 2019).

4.3.3 Aplikasi Kehilangan Tekanan di Bidang Teknik Lingkungan


Pengaplikasian kejadian kehilangan tekanan di bidang teknik lingkungan terdapat
pada rancangan irigasi tetes. Sistem irigasi adalah sebuah alternatif sebagai metode
pemberian air pada tanaman. Sistem irigasi tetes berjalan dengan memanfaatkan
tekanan gravitasi dan tekanan pompa yang berfungsi sebagai sumber energi untuk
mengalirkan air dari reservoir ke tanaman melalui rangkaian pipa (Yanto et al., 2014).
Aplikasi yang ada di bidang teknik lingkungan terdapat di bidang perpipaan. Salah
satunya adalah pengaliran pdam. Pdam merupakan distribusi air bersih ke rumah-
rumah. Adanya distribusi air ini memiliki kegunaan agar dapat memenuhi kebutuhan air
setiap rumah. Pada pengaliran ini terdapat pipa-pipa yang memiliki gesekan aliran di
pipa tersebut yang dapat menyebabkan kehilangan head pada pipa. Tingginya gesekan
akan mempengaruhi tingginya kehilangan tekanan. Kurangnya tekanan pada pipa akan
membuat kecepatan dan kecepatan aliran merupakan permasalahan penting yang ada
di perpipaan (Meicahayanti et al., 2018).
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktikum materi kali ini memiliki tujuan agar mahasiswa mampu mengetahui konsep
kehilangan tekanan dan perhitungan head loss pada berbagai perlakuan dalam sistem
perpipaan serta mampu mengetahui pengaruh kehilangan head dalam pipa terhadap
pengaliran fluida di dalamnya. Kehilangan head sendiri merupakan kejadian kehilangan
energi mekanik yang terjadi pada sambungan dan belokan pada pipa mengakibatkan
penurunan tekanan. Kehilangan head adapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Mayor loss yaitu
kehilangan energi akibat adanya gesekan dengan dinding pipa dan Minor loss yaitu
kehilangan energi akibat terjadinya gesekan dengan dinding pipa yang menyebabkan air
kehilangan energi sebab harus membelok sehingga terjadi turbulensi. Pada percobaan
praktikum ini, praktikan melakukan 8 perlakuan yang berbeda dalam waktu lima detik dan
dilakukan pengulangan sebanyak lima kali pengulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah
sambungan mengecil menyudut, sambungan besar menyudut, sambungan mengecil lurus,
sambungan besar lurus, belokan 90°, sprinkle besar, sprinkle kecil, dan piezometer. Pada
setiap perlakuan memiliki nilai head loss yang berbeda. Kehilangan tekanan terbesar
terdapat pada perlakuan sambungan mengecil lurus. Setelah dilakukan perhitungan rata-
rata kehilangan tekanan setiap variasi sambungan, didapatkan kehilangan tekanan terkecil
pada sprinkle besar. Belokan pipa menyebabkan hilangnya energi pada aliran cukup besar,
karena pada belokan terjadi pemisahan aliran dan turbulensi. Kerugian pada belokan akan
semakin meningkat jika sudut belokan semakin bertambah.

5.2 Saran
Pada praktikum sebaiknya dilakukan dengan persiapan penuh dan pemahaman materi
sebelumnya. Pemakaian alat atau kerja perlu diketahui atau memahami materi yang akan
dibawa. Praktikan juga diharuskan memahamin perbedaan tinggi pada air raksa dan
mengetahui data yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Cengel YA, Cimbala JM. 2018. Fluid Mechanics: Fundamentals and Applications. 4th ed.
McGraw Hill Education, New York.
Dahmani ZS. 2017. Studi Karakteristik Pompa Sentrifugal dan Cussons Friction Loss
Apparatus dengan Modifikasi Orifice dan Ball Valve. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Ermadi, Darmanto, 2018. Perancangan alat praktikum pengujian headloss aliran fluida tak
termampatkan. CENDEKIA EKSAKTA, 2(2): 1-7.
Eswanto, Syahputra, 2017. Analisa distribusi kapasitas aliran fluida di daerah percabangan
pada sistem perpipaan. JTT (Jurnal Teknologi Terapan), 3(1): 7-11.
Julianto E, Febriyan, Gunarto, Fuazen, Eko S. 2022. Analisis minor losses alat uji aliran fluida
skala laboratorium. Jurnal Dinamis 10(2): 7-19.
Latuheru RD. Analysis of head losses in water distribution network at PT. Pelindo IV branch
of merauke. Internasional Journal of Mechanical Engineering and Technology 10(3):
386- 395.
Luthfi M, Yulianto T. Rancang bangun prototipe fluid friction apparatus untuk menganalisis
kehilangan energi (head loss) dengan variasi diameter pipa. Publikasi Riset Orientasi
Teknik Sipil (Proteksi) 5(1): 29-35.
Mufarrih AM, Saut Kasdiardi Silalahi, Irwan Setyowidodo. 2017. Analysis of head losses
consequent section diameter, pipe material and flow debit using contrast test
(scheffe’s method) at 900 elbow joint. Journal of Engineering, 3(3): 9-14
Sudirman. 2021. Major and minor head losses analysis on the piping system in pondok
pesantren tahfizhul qur'an ibnu abbas tarakan. Journal of Applied Electrical & Science
Technology - University of PGRI Adi Buana Surabaya 3(1): 11-16.
Susanto SS, Trihadiningrum Y. 2021. Kajian fragmentasi polypropylene akibat radiasi sinar
ultraviolet dan kecepatan aliran air. Jurnal Teknik ITS 9(2): 28-33.
Winudhapratama S. 2020. Analisis & simulasi Pressure Drop pada Sistem Perpipaan untuk
Optimasi Hasil Produksi Fluida Minyak Mentah Di PT. Pertamina Ep Asset 3 Subang
Field, Purwakarta. Tugas Akhir. Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Meicahayanti I, Septi MM, Yunianto S. 2018. Analisa jaringan perpipaan distribusi air bersih
menggunakan epanet 2.0 (studi kasus di kelurahan harapan baru, kota Samarinda).
Teknik 39(1): 62-66.

Mustakim, Syakura A. 2014. Pengaruh reynold number (re) terhadap head losses pada
variasi jenis belokan pipa (berjari-jari dan patah). TURBO : Jurnal Program Studi Teknik
Mesin, 3(2) : 19-23

Priyati, Abdullah, Hafiz. 2019. Analisis head losses akibat belokan pipa 90° (Sambungan
Vertikal) dengan pemasangan tuble bundle. jurnal ilmiah rekayasa pertanian dan
biosistem. 7(1): 95-104.

Yanto, Tusi, Triyono. 2014. 7. Aplikasi sistem irigasi tetes pada tanaman kembang kol
(Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) DALAM GREENHOUSE.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 3(1), pp.141-154.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
DATA HASIL PRAKTIKUM MATERI 3

Kelompok : O2
Nama Asisten : 1. Syafira Ayu Mustika
2. Welda Afrizzahra
Hari/Tanggal : Kamis, 14 Maret 2024

Perlakuan ∆𝐻1 (m) ∆𝐻2 (m) ∆𝐻3 (m) ∆𝐻4 (m) ∆𝐻5 (m)

Sambungan mengecil lurus 0,002 0,004 0,005 0,005 0,004

Sambungan membesar 0 0,004 0,005 0,004 0,006


lurus

Sambungan mengecil 0,005 0,005 0,003 0,006 0,003


menyudut

Sambungan membesar 0,002 0,001 0,001 0,001 0,002


menyudut

Sprinkle besar 0,005 0,002 0,004 0,001 0,001

Sprinkle kecil 0,006 0,004 0,003 0,004 0,006

Belokan 90° 0,01 0,002 0,005 0,003 0,005

Piezometer 0,06 0,06 0,03 0,04 0,04

KETENTUAN
P (Tekanan Pompa) 1330 Pa
p (massa jenis air) 1000 kg/m3
d1 (diameter penampang 1) 0,0508 m
d2 (diameter penampang 2) 0,0254 m
g (percepatan gravitasi) 9,81 m/s2
10 mHg (raksa) 13,56 m

Sprinkle Besar
L 0,09 m
n 0,001002 m
F 0,043 N

Sprinkle Kecil
L 0,065 m
n 0,001002 m
F 0,052 N
Sambungan Mengecil Menyudut
KL = 0,385
V2 dan HL sama dengan sambungan mengecil lurus
Sambungan Membesar Menyudut
KL=1,15
V2, V1 dan HL sama dengan sambungan membesar lurus

PERHITUNGAN
Sambungan mengecil lurus
1 2 1 −2 2
A1 = 4
π𝑑1 = 4
× 3,14 (5,08 × 10 )

2
= 0,002 𝑚
1 2 1 −2 2
A2 = 4
π𝑑2 = 4
× 3,14 (2,54 × 10 )

2
= 0,0005 𝑚
𝐴2 0,0005
KI = 𝐴1
= 0,002
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,2 0,532 0,532
V2 = ρ
𝐷2 4
= 1000
−2 4 = 0,0254 4
= 0,9375
= 0,7533
1−( 𝐷1 ) 2,54 . 10 1 − ( 0,0508 )
1−( −2 )
5,08 . 10

2
𝐾𝐼 𝑉2

HL = 2𝑔
−2
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻1
H1 = 0,002
1 2 1 −2 2
A1 = 4
π𝑑1 = 4
× 3,14 (5,08 × 10 )

2
= 0,002 𝑚
1 2 1 −2 2
A2 = 4
π𝑑2 = 4
× 3,14 (2,54 × 10 )

2
= 0,0005 𝑚
𝐴2 0,0005
KI = 𝐴1
= 0,002
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,002 0,00532 0,00532
V2 = 𝐷2 4
ρ
= 1000
−2 4
= 0,0254 4
= 0,9375
= 0,07533
1− 2,54 . 10 1−( )
𝐷1 1−( −2 ) 0,0508
5,08 . 10

2 2
𝐾𝐼 𝑉2 0,25 (0,07533) 0,0014186 −5
7,238 × 10
HL = 2𝑔
−2 = 2(9,8)
−2 = 19,6
−2 = −2 = 0,0005377
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10
- ∆𝐻2
H1 = 0,004
1 2 1 −2 2
A1 = 4
π𝑑1 = 4
× 3,14 (5,08 × 10 )

2
= 0,002 𝑚
1 2 1 −2 2
A2 = 4
π𝑑2 = 4
× 3,14 (2,54 × 10 )

2
= 0,0005 𝑚
𝐴2 0,0005
KI = 𝐴1
= 0,002
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,004 0,01064 0,01064
V2 = 𝐷2 4
ρ
= 1000
−2 4
= 0,0254 4
= 0,9375
= 0,10653
1− 2,54 . 10 1−( )
𝐷1 1−( −2 ) 0,0508
5,08 . 10

2 2
𝐾𝐼 𝑉2 0,25 (0,10653) 0,002837 −4
1,4475 × 10
HL = 2𝑔
−2 = 2(9,8)
−2 = 19,6
−2 = −2 = 0,001067
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻3
H1 = 0,005
1 2 1 −2 2
A1 = 4
π𝑑1 = 4
× 3,14 (5,08 × 10 )

2
= 0,002 𝑚
1 2 1 −2 2
A2 = 4
π𝑑2 = 4
× 3,14 (2,54 × 10 )

2
= 0,0005 𝑚
𝐴2 0,0005
KI = 𝐴1
= 0,002
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,005 0,0133 0,0133
V2 = 𝐷2 4
ρ
= 1000
−2 4
= 0,0254 4
= 0,9375
= 0,115325
1− 2,54 . 10 1−( )
𝐷1 1−( −2 ) 0,0508
5,08 . 10

2 2
𝐾𝐼 𝑉2 0,25 (0,115325)

HL = 2𝑔
−2 = 2(9,81)
−2 =0,001249
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻4
H1 = 0,005
1 2 1 −2 2
A1 = 4
π𝑑1 = 4
× 3,14 (5,08 × 10 )

2
= 0,002 𝑚
1 2 1 −2 2
A2 = 4
π𝑑2 = 4
× 3,14 (2,54 × 10 )

2
= 0,0005 𝑚
𝐴2 0,0005
KI = 𝐴1
= 0,002
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,005 0,0133 0,0133
V2 = 𝐷2 4
ρ
= 1000
−2 4
= 0,0254 4
= 0,9375
= 0,115325
1− 𝐷1 2,54 . 10 1 − ( 0,0508 )
1−( −2 )
5,08 . 10

2 2
𝐾𝐼 𝑉2 0,25 (0,115325)

HL = 2𝑔
−2 = 2(9,81)
−2 =0,001249
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻5
H1 = 0,004
1 2 1 −2 2
A1 = 4
π𝑑1 = 4
× 3,14 (5,08 × 10 )

2
= 0,002 𝑚
1 2 1 −2 2
A2 = 4
π𝑑2 = 4
× 3,14 (2,54 × 10 )

2
= 0,0005 𝑚
𝐴2 0,0005
KI = 𝐴1
= 0,002
= 0,25

𝑝 1330
2ℎ 2×0,004 0,01064 0,01064
V2 = 𝐷2 4
ρ
= 1000
−2 4
= 0,0254 4
= 0,9375
= 0,106533
1− 𝐷1 2,54 . 10 1 − ( 0,0508 )
1−( −2 )
5,08 . 10

2 2
𝐾𝐼 𝑉2 0,25 (0,106533) 0,00283732 −4
1,4476 × 10
HL = 2𝑔
−2 = 2(9,8)
−2 = 19,6
−2 = −2 = 0,00106755
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

Sambungan membesar lurus


KI = 1

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

𝐴2 𝑥 𝑉2
V1 = 𝐴1
2
𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)

HL = 29
−2
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻1 = 0 m
KI = 1
𝑃
2ℎ
V2 = 𝑝
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

1330
2(0)
= 1000
0,0254 4
1−( 0,0508 )

= 0
=0
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

−4
5,0645 ×10 ×0
= −3
2,0258 × 10

=0
2
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2)
HL = 2𝑔
−2
13,56 × 10

2
1(0 × 0)
= 2 × 9,8
−2
13,56 × 10

0
= −2
13,56 ×10

=0

- ∆𝐻2 = 0,004 m
KI = 1

𝑃
2ℎ
V2 = 𝑝
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

1330
2(0,004)
= 1000
0,0254 4
1−( 0,0508 )

= 0,106533
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

−4
5,0645 ×10 ×0,106533
= −3
2,0258 × 10

= 0,02663325
2
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2)
HL = 2𝑔
−2
13,56 × 10

2
1(0,02663325 ×0,106533)
= 2 × 9,8
−2
13,56 × 10
−6
= 3,029011238 × 10

- ∆𝐻3 = 0,005 m
KI = 1

𝑃
2ℎ
V2 = 𝑝
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

1330
2(0,005)
= 1000
0,0254 4
1−( 0,0508 )

= 0,119108
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

−4
5,0645 ×10 × 0,119108
= −3
2,0258 × 10

= 0,02977
2
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2)
HL = 2𝑔
−2
13,56 × 10

2
1(0,02977 × 0,119108)
= 2 × 9,8
−2
13,56 × 10

−8
= 3,935417 x 10

- ∆𝐻4 = 0,004m
KI = 1

𝑃
2ℎ
V2 = 𝑝
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

1330
2(0,004)
= 1000
0,0254 4
1−( 0,0508 )

= 0, 00129364
= 0,106533
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

−4
5,0645 ×10 × 0,106533
= −3
2,0258 × 10

= 0,02663325
2
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2)
HL = 2𝑔
−2
13,56 × 10

2
1(0,0089918 × 0,0359672)
= 2 × 9,8
−2
13,56 × 10

−8
= 3,9347606 ×10

- ∆𝐻5 = 0,004 m
KI =1

𝑃
2ℎ
V2 = 𝑝
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

1330
2(0,004)
= 1000
0,0254 4
1−( 0,0508 )

= 0,106533
𝐴2 × 𝑉2
V1 = 𝐴1

−4
5,0645 × 10 × 0,106533
= −3
2,0258 × 10

= 0,02663325
2
𝐾1 (𝑉1 × 𝑉2)
HL = 2𝑔
−2
13,56 × 10

2
1(0,0089918 × 0,0359672)
= 2 × 9,8
−2
13,56 × 10

−10
=7,23619 × 10

Perhitungan Sprinkle Besar

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

V1 = 0,25 V2
𝑉1 𝐷1 ρ
Re = µ
2
𝐹 𝐿 (𝑉1)

HL = 𝐷1 𝑥 2𝑔
−2
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻1 = 0,005
D1 = 0,0508 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,005)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,119108
1− ( 0,0508 )

V1 = 0,25 ×0,119108 = 0,029777


0,029777 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1509,6523
2
0,043 × 0,09 × (0,029777)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 = 2,53893 × 10-5
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻2 = 0,002
D1 = 0,0508 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,002)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,0753304
1− ( 0,0508 )

V1 = 0,25 ×0,0753304 = 0,0188326


0,0188326 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 954,78651
2
0,043 × 0,09 × (0,0188326)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 = 1,01557 × 10-5
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻3 = 0,004
D1 = 0,0508 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,004)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,106533
1− ( 0,0508 )

V1 = 0,25 × 0,106533 = 0,02663325


0,02663325 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1350,26856
2
0,043 × 0,09 × (0,02663325)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 = 2,03113 × 10-5
13,56 𝑥 10
- ∆𝐻4 = 0,001
D1 = 0,0508 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,001)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,0532666
1− ( 0,0508 )

V1 = 0,25 × 0,0532666 = 0,01331665


0,01331665 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 675,13555
2
0,043 × 0,09 × (0,01331665)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 = 5,07783 × 10-6
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻5 = 0,001
D1 = 0,0508 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,001)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,0532666
1− ( 0,0508 )

V1 = 0,25 × 0,0532666 = 0,01331665


0,01331665 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 675,13555
2
0,043 × 0,09 × (0,01331665)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 = 5, 07783 × 10-6
13,56 𝑥 10

Perhitungan Sprinkle Kecil

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

V1 = 0,25 V2
𝑉1 𝐷1 ρ
Re = µ
2
𝐹 𝐿 (𝑉1)

HL = 𝐷1 𝑥 2𝑔
−2
13,56 𝑥 10
- ∆𝐻1 = 0,006 m
D1 = 0,0508 m
D2 = 0,0254 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,006)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,130476
1− ( 0,0508 )

V1 = 0,25 × 0,130476 = 0,032619


0,032619 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1653,73772
2
0,052 × 0,065 × (0,032619)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 = 2,66094 × 10-5
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻2 = 0,004 m
D1 = 0,0508 m
D2 = 0,0254 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,004)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,10653
1− 0,0508

V1 = 0,25 × 0,10653= 0,0266325


0,0266325 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1350,2305
2
0,065 × 0,052 × (0,0266325)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 =1,77386 × 10-5
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻3=0,003 m
D1 = 0,0508 m
D2 = 0,0254 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,003)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,09226
1− 0,0508
V1 = 0,25 ×0,09226 = 0,023065
0,023065 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1169,36327
2
0,065 × 0,052 × (0.023065)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 = 1,33046 × 10-5
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻4 = 0,004 m
D1 = 0,0508 m
D2 = 0,0254 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

1330
2(0,004)
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,10653
1− 0,0508

V1 = 0,25 × 0,10653= 0,0266325


0,0266325 × 0,0508 × 1000
Re = 0,001002
= 1350,2305
2
0,065 × 0,052 × (0,0266325)

HL = 0,0508 𝑥 2(9,81)
−2 =1,77386 × 10-5
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻5 = 0,006 m
D1 = 0,0508 m
D2 = 0,0254 m
ρ = 1000 kg/m³
𝜇 = 0,001002 m

𝑝
2ℎ 𝑝
V2 = 𝐷2
4
1− 𝐷4

1330
2 × 0,006 ×
=
1000
0,0254 4
= 0.129243
1 −( 0,0508
)

V1 = 0.25 × 𝑉2

= 0.25 × 0.129243
= 0.032310
𝑉1 𝐷1 ρ
Re = µ
0.032310 × 0.0508 × 1000
= 0,001002
= 1638.071
2
𝐹𝐿(𝑉1)

HL = 𝐷1 × 2𝑔
−2
13.56 ×10
2
0,052 × 0,65 × (0,032619)

= 0,0508 × 2 × 9,81
−2 = 2,6609 × 10-5
13.56 ×10

Perhitungan Belokan 90o


KI = 0,25

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

2
𝐾𝐼 𝑉2

HL = 2𝑔
−2
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻1
KI = 0.25

𝑝
2ℎ
V2 = 𝑝
𝐷2 4
1 − ( 𝐷𝑞 )

(1330)
2 (0.01)
= (1000)
0,0254 4
1 − ( 0,0508 )

0.0266
= 1 − 0.0625

0.0266
= 0.9375
= 0.168443
2
𝐾 𝐼 𝑉2

HL = 2𝑔
−2
13.56 × 10
2
0.25 (0.168443)

= 2 (9.81)
−2 = 0.002666
13.56 × 10

- ∆𝐻2
KI = 0.25

𝑝
2ℎ
V2 = 𝑝

𝐷2 4
1 − ( 𝐷𝑞 )

(1330)
2 (0.002)
= (1000)
0,0254 4
1 − ( 0,0508 )
0.00532
= 1 − 0.0625

0.00532
= 0.9375
= 0.075
2
𝐾 𝐼 𝑉2

HL = 2𝑔
−2
13.56 × 10
2
0.25 (0.075)

= 2 (9.81)
−2
13.56 × 10

= 0.000528

- ∆𝐻3
Kl = 0,25

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

1330
2(0,005)
= 1000
0,0254 4
1−( 0,0508 )

= 0,119108
2
𝐾 𝐼 𝑉2

HL = 2𝑔
−2
13.56 × 10
2
0.25 (0.119108)

= 2 (9.81)
−2
13.56 × 10

= 0.0013331

- ∆𝐻4
Kl = 0,25

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

1330
2(0,003)
= 1000
0,0254 4
1−( 0,0508 )

= 0,0922605
2
𝐾 𝐼 𝑉2

HL = 2𝑔
−2
13.56 × 10
2
0.25 (0,0922605)

= 2 (9.81)
−2
13.56 × 10
= 0,000799858

- ∆𝐻5
Kl = 0,25

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

1330
2(0,005)
= 1000
0,0254 4
1−( 0,0508 )

= 0,119108
2
𝐾 𝐼 𝑉2

HL = 2𝑔
−2
13.56 × 10
2
0.25 (0.119108)

= 2 (9.81)
−2
13.56 × 10

= 0.0013331

Perhitungan Piezometer
−2
HL = ( )
13,56 𝑥 10 𝑥 ℎ +74
−2
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻1
−2
HL = ( )
13,56 𝑥 10 𝑥 0,06 +74
−2 = 545,7827
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻2
−2
HL = ( )
13,56 𝑥 10 𝑥 0,06 +74
−2 = 545,7827
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻3
−2
HL = ( )
13,56 𝑥 10 𝑥 0,03 +74
−2 = 545,752
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻4
−2
HL = ( )
13,56 𝑥 10 𝑥 0,04 +74
−2 = 545,762
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻5
−2
HL = ( )
13,56 𝑥 10 𝑥 0,04 +74
−2 = 545,762
13,56 𝑥 10

Perhitungan Sambungan Mengecil Menyudut


K = 0,385

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

2
𝐾𝐼 𝑉2

HL = 2𝑔
−2
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻1
K = 0,385

𝑝 1330
2ℎ 2𝑥0,005
V2 = ρ
𝐷2 4
= 1000
0,0254 4
= 0,1153
1−( 𝐷𝑞 ) 1−( 0,0508 )

2 2
𝐾𝐼 𝑉2 0,385 𝑥 0,1153
−3
HL = 2𝑔
−2 = 2 𝑥 9,81
−2 = 1,9238 x 10
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻2

1330
2𝑥0,005
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,1153 m/s
1−( 0,0508 )

2
0,385 𝑥 0,1153
−3
HL = 2(9,81)
−2 = 1,9238 x 10
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻3

1330
2 . 0,003
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,0922605 m/s
1−( 0,0508 )

2
0,385 . 0,0922605

HL = 2(9,81)
−2 = 0,00123017 m
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻4

𝑝 1330
2ℎ 2 𝑥 0,006
V2 = 𝐷2 4
ρ
= 1000
0,0254 4
= 0,1305 m/s
1−( 𝐷𝑞 ) 1−( 0,0508 )

2 2
𝐾𝐼 𝑉2 0,385 . 0,1305

HL = 2𝑔
−2 = 2(9,81)
−2 = 0,0024 m
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻5

𝑝 1330
2ℎ 2 . 0,003 1000
V2 = 𝐷2 4
ρ
= 0,0254 4
= 0,0922605 m/s
1−( 𝐷𝑞 ) 1−( 0,0508 )

2 2
𝐾𝐼 𝑉2 0,385 . 0,0922605

HL = 2𝑔
−2 = 2(9,81)
−2 = 0,00123017
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10
Perhitungan Sambungan Membesar Menyudut
KI = 1,15

𝑝
2ℎ
V2 = ρ
𝐷2 4
1−( 𝐷𝑞 )

𝐴2 𝑥 𝑉2
V1 = 𝐴1
2
𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2)

HL = 29
−2
13,56 𝑥 10

- ∆𝐻1

𝑝 1330
2ℎ 2 𝑥 0,002
V2 = ρ
𝐷2 4
= 1000
0,0254 4
= 0,0753304
1−( 𝐷𝑞 ) 1−( 0,0508 )

𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,0753304
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,0188326
2 2
𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2) 1,15 (0,0188326 𝑥 0,0753304)
−7
HL = 2𝑔
−2 = 2 𝑥 9,81
−2 = 8,708496 𝑥 10
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻2

𝑝 1330
2ℎ 2 . 0,001
V2 = ρ
𝐷2 4
= 1000
0,0254 4
= 0,051575
1−( 𝐷𝑞 ) 1−( 0,0508 )

𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,05326
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,012643
2 2
𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2) 1,15 (0,013315.0,05326)
−7
HL = 2(9,8)
−2 = 2(9,81)
−2 = 1, 24361 × 10
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻3

𝑝 1330
2ℎ 2 . 0,001
V2 = ρ
𝐷2 4
= 1000
0,0254 4
= 0,051575
1−( 𝐷𝑞
) 1−( 0,0508 )

𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,05326
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,012643
2 2
𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2) 1,15 (0,013315.0,05326)
−7
HL = 2(9,8)
−2 = 2(9,81)
−2 = 1, 24361 × 10
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻4

𝑝 1330
2ℎ 2 𝑥 0,001
V2 = ρ
𝐷2 4
= 1000
0,0254 4
=0,051575
1−( 𝐷𝑞 ) 1−( 0,0508 )
𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,0532
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,012643
2 2
𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2) 1,15 (0,013315.0,05326)
−7
HL = 2(9,8)
−2 = 2(9,81)
−2 =1, 24361 × 10
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

- ∆𝐻5

1330
2 . 0,002
V2 = 1000
0,0254 4
= 0,0753304
1−( 0,0508 )

𝐴2 𝑥 𝑉2 0,0005 𝑥 0,0753304
V1 = 𝐴1
= 0,002
= 0,0188326

2 2
𝐾𝐼 (𝑉1𝑉2) 1,15 (0,0188326 . 0,0753304)
−7
HL = 2𝑔
−2 = 2(9,81)
−2 = 8,708496 𝑥 10
13,56 𝑥 10 13,56 𝑥 10

Anda mungkin juga menyukai