PENDAHULUAN
Bintang , N., Hartono , Y., & Sarjito, J. (2017). Analisa Kekuatan Belokan Pipa
(Elbow Pipe) Dengan Fariasi Sudut Akibat Beban Momen Bending.
Jurnal Teknik Perkapalan, 1-5.
Wibowo, A. S., Mahendra, T. S., Fitri, M., & Romahadi, D. (2022). Tinjauan
Penelitian Tentang Simulasi Penuruna Tekanan Akibat Rugi - Rugi Aliran
Pada Instalasi Pipa . Jurnal Teknik Mesin, 1-5.
BAB II
LANDASAN TEORI
V .D.ρ
ℜ= . . .pers 2.1
µ
Keterangan:
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
D =Diameter dalam pipa (m)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
µ =Viskositas dinamis (N.s/m3)
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada
pada bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai bilangan Reynolds kritis.
Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari 4000.
dm
ρ= . . .pers 2.2
dv
Keterangan:
ρ = Rapat jenis (kg/m3)
m = Massa fluida (kg)
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
15 1,138
16 1,1092
17 1,0811
18 1,0541
19 1,0282
20 1,0034
Tabel 2.1
21 0,9795
22 0,9565
23 0,9344
24 0,9131
25 0,8962
26 0,8720
27 0,8539
28 0,8355
29 0,8178
30 0,8007
(Sumber:
31 0,7842
Anton
32 0,7682 Paar
2019)
33 0,7528
2.3.4 D
34 0,7379 e
b
35 0,7234
it
36 0,7095
37 0,6959
38 0,6828
39 0.6702
40 0.6579
Aliran Fluida
Debit aliran fluida merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
kecepatan aliran fluida, yaitu sebagai berikut:
V
Q=
T
1
A = πD2
4
Q
v=
A
. . .pers 2.5
atau
Q
v= 1 . . .pers 2.6
π D2
4
Keterangan:
Q = Debit aliran (m3/s)
V = Volume fluida (m3)
T = Waktu (s)
A = Luas penampang aliran (m2)
D = Diameter Pipa (m)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
Jika aliran fluida bersifat incompressible dan steady flow, maka persamaan
menjadi:
2
L. V
h= . . .pers 2.9
D .2 . g
Keterangan:
h = Kehilangan energy karena gesekan (tidak berdimensi)
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
D = Diameter pipa (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
0.316
= 1 /4
ℜ g
. . .pers 2.10
Keterangan:
= Faktor gesek (tidak berdimensi)
Re = Bilangan Reynolds
G = percepatan gravitasi (m/s2)
a) Aliran Turbulen
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga
terjadi percampuran antar bidang-bidang geser di dalam fluida. Aliran ini terjadi
jika viskositas fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran turbulen memiliki
bilangan Re > 4000. (Young, 2007).
b) Aliran laminar
Kondisi aliran dengan garis aliran mengikuti jalur yang sejajar sehingga
tidak terjadi percampuranantara bidang-bidang geser fluida. Dengan jenis aliran
ini, maka partikel-partikel fluida mengalir secara sejajar dengan sumbu tabung.
Aliran ini terjadi jika viskositas fluida tinggi dan kecepatan fluda rendah. Aliran
laminar memiliki bilangan Re < 2300 (Aumantri, 2012).
c) Aliran Transisi
Kondisi aliran peralihan dari aliran laminar menjadi aliran turbulen dan
sebaliknya. Aliran transisi adalah rejim yang terjadi antara aliran laminar dan
turbulen. Jadi aliran transisi adalah proses terjadinya aliran laminar ke turbulen.
Aliran transisi memiliki bilangan Re antara 2300-4000 (Ilhami, 2001).
Kehilangan Energi (tekanan) untuk menghitung kehilangan energi (head
loss) pengaliran air pada pipa, dapat menggunakan rumus Hanzen Williams, yang
telah dikonversi ke metrik unit oleh konsultan sebagai berikut (W. Waspodo,
2017).
1 , 85
10 Q XL
HL=1,1846 x 10 { 1 , 85 4 ,87
}
C X D .g
. . .pers 2.11
atau
0,541 2 , 63
−6 CHL XD
Q=3,5885 x 10 { 0,54187
} . . .pers 2.12
L .g
Keterangan:
HL = Kehilangan tinggi tenaga (m)
Q = Debit aliran (liter/s)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien kekasaran Pipa dari Hazen dan William
D = Diameter pipa (m)
g = Percepatan grafitasi (m/s2)
Kehilangan Energi akibat Sambungan-Sambungan Pipa dan Belokan Pipa
berdasarkan rumus Darcy –Weisbach sebagai berikut:
2
V
h = K . . .pers 2.13
2. g
atau
0,13
Halus 0,016 0,034 0,042 0,066 0,236 0,471 1,129
0
k2
0,16
Kasar 0,024 0,044 0,062 0,154 0,320 0,684 1,265
5
v .D
ℜ= . . .pers 2.16
V
Keterangan:
Re = Bilangan Reynolds
v = Kecepatan Aliran (m/s)
D = Diameter Pipa (m)
V = Kinematika Viskositas (m²/s)
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.1 Waktu
3.1.2 Tempat
3.2.1 Alat
proses praktikum.
6. Selang
7. Kamera
Gambar 3.7 Kamera
seberlangsung.
8. Blanko Data
3.2.2 Bahan
Keterangan:
1) Base frame with rear wall yaitu sebagai dasar atau penyangga untuk
2) Hose connection, water inlet yaitu sebagai selang tempat saluran air
masuk
3) Hose connection, water outlet yaitu sebagai selang tempat saluran air
keluar
6) Tight radius pipe bend yaitu untuk mengubah arah alıran koefisisen
7) Large radius pipe bend yaitu untuk mengubah arah aliran koefisien
fluida
10) Spherical valve, yaitu untuk mengatur atau mengontrol aliran fluida
11) Channel manometer, yaitu untuk audit energi atau mengukur perbedaan
ukur tekanan
13) Circular chamber with measuring gland, yaitu untuk kelenjar pengukur
14) PVC hose with plug-in connection, yaitu sebagai penyambung pipa
dengan
manometer
Keterangan:
Bench.
teralirkan
saluran air.
5) Kran Pembuang Air, berfungsi untuk membuang air yang ada pada tangki
penampung air.
7) Pipa Luapan, berfungsi untuk mengendalikan tinggi air agar tidak meluap.
tangka volumetric.
Hydraulics Bench.
2. Hubungkan alat Instalasi Losses in Bendc and Fitting dengan Basic
11. Hitung pressure loss (Pv), kecepatan aliran, angka Reynolds dan
12. Dari hasil perhitungan buat kurva karakteristik untuk setiap obyek
pengamatan.
13. Amati fenomena yang terjadi pada elbow 90 0, Rounded Elbow 900,
belokan 900 dengan jari-jari, R = 40 mm, belokan 900 dengan jari jari, R
14. Buat Grafik hubungan antara debit (ltr/menit) dengan kerugian tekanan
(mmWC).
dalam (bar)