Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perpipaan merupakan sebuah sistem yang sangat penting dalam
kehidupan manusia dari zaman dahulu hingga zaman sekarang. Sistem perpipaan
ini memiliki manfaat untuk mengalirkan fluida berupa cairan atau gas dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Pipa digunakan dalam berbagai sektor, diantaranya
pertanian, perindustrian, perkapalan, konstruksi bangunan dan lain-lain. Sistem
perpipaan merupakan komponen penting yang sangat menunjang sistem dalam
kapal (Hartono,Y.et al, 2017)
Pada suatu sistem perpipaan, aliran fluida akan mengalami rugi-rugi aliran
yaitu berkurangnya masa, volume dan kecepatan suatu fluida. Kehilangan energi
akibat terjadinya gesekan pada sebuah pipa merupakan gangguan atau hambatan
yang tidak bisa dihindarkan. Disamping itu, penurunan tekanan terjadi ketika
sebuah aliran melewati sambungan pipa, katup, belokan terpasang pada instalasi
pipa. Hal ini disebabkan adanya pergesekan antara air yang mengalir pada
permukaan pipa (Muhamad, F. et al, 2022).
Kehilangan energi merupakan kehilangan yang terjadi pada perpipaan
disebabkan oleh akibat gesekan pipa dengan fluida/air (kehilangan energi primer).
Selain itu ada juga kehilangan akibat perubahan penampang pipa, belokan dan
perubahan arah aliran pada pipa (kehilangan energi sekunder). Kehilangan ini juga
disebabkan oleh gangguan lokal terhadap aliran normal dalam pipa. Beberapa
contoh gangguan lokal tersebut adalah lubang masuk dan keluar dalam pipa, dan
perubahan bentuk penampang tiba-tiba (Indrawan, et al, 2015).
Dalam perencanaan suatu sistem aliran, sulit dihindari akan adanya suatu
belokan (elbow). Biasanya di pada proses pendistribusian air sambungan belokan
pipa sangat banyak ditemukan baik di industri maupun di perumahan. Dilihat dari
jenis belokannya terdapat dua jenis belokan dalam sambungan pipa, yaitu
sambungan belokan patah dan sambungan belokan yang berjari jari (Nurnaway,
N 2020).
Pada setiap instalasi pipa air bertekanan pasti akan mengalami head loss.
Float loss adalah penurunan tekanan pada fluida yang mengalir di dalam pipa.
Head loss pada instalasi pipa disebabkan oleh beberapa hal, secara garis besar
dibagi menjadi 2 yaitu major head loss dan minor head loss. Major head loss
merupakan kerugian yang disebabkan oleh gesekan antara fluida yang mengalir
dengan dinding pipa sedangkan minor head loss disebabkan oleh beberapa hal
antara lain, aliran masuk fluida ke dalam pipa (intet), aliran keluar fluida dari pipa
(outlet), sambungan pipa fitting atau sambungan pipa tanpa fitting/butt fusion,dan
yang terakhir katup /valve. Pressure loss yaitu berkurangnya tekanan didalam
pipa, akibat kecepatan alir fluida, tegangan geser fluida, serta konfigurasi pipa,
dengan perkataan lain kehilangan energi dipengaruhi oleh diameter dan material
pipa (Pratama, M.I 2019).
Oleh karena itu, kami dari kelompok 2 (dua) Jurusan Teknik Sipil, Prodi
Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan melakukan praktikum Hidrolika dan
Saluran Terbuka pada percobaan Kehilangan Energi Pada Belokan dan
Sambungan pada Pipa di Laboratorium Kelautan, Fakultas Teknik,Universitas
Halu Oleo, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, untuk untuk mengamati
kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan, membandingkan
perbedaan antara kerugian tekanan pada elbow dan sambungan mengetahui
pengaruh jari-jari belokan terhadap perubahan tekanan, mengetahui karakteristik
katup terhadap perubahan tekanan, mengetahui pengaruh angka Reynolds terhadap
perubahan tekanan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari Praktikum Hidrolika Percobaan Kehilangan
Energi pada Belokan dan Sambungan Pipa adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan?
2. Bagaiman perbandingkan antara kerugian tekanan pada elbow dan
sambungan?
3. Bagaimana pengaruh jari-jari belokan terhadap perubahan tekanan?
4. Apa saja karakteristik katup terhadap perubahan tekanan?
5. Bagaimana pengaruh angka Reynolds terhadap perubahan tekanan?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari Praktikum Hidrolika Percobaan Kehilangan Energi pada
Belokan dan Sambungan Pipa adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.
2. Untuk mengetahui perbandingkan perbedanan antara kerugian tekanan pada
elbow dan sambungan.
3. Untuk mengetahui pengaruh jari-jari belokan terhadap perubahan tekanan.
4. Untuk mengetahui karakteristik katup terhadap perubahan tekanan.
5. Untuk mengetahui pengaruh angka Reynolds terhadap perubahan tekanan.

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari Praktikum Hidrolika Percobaan Kehilangan Energi
pada Belokan dan Sambungan Pipa adalah sebagai berikut:
1. Praktikan dapat mengetahui kerugian tekanan aliran melalui elbow dan
sambungan.
2. Praktikan dapat mengetahui perbandingkan perbedanan antara kerugian
tekanan pada elbow dan sambungan.
3. Praktikan dapat mengetahui pengaruh jari-jari belokan terhadap perubahan
tekanan.
4. Praktikan dapat mengetahui karakteristik katup terhadap perubahan tekanan.
5. Praktikan dapat mengetahui pengaruh angka Reynolds terhadap perubahan
tekanan.
DAFTAR PUSTAKA

Bintang , N., Hartono , Y., & Sarjito, J. (2017). Analisa Kekuatan Belokan Pipa
(Elbow Pipe) Dengan Fariasi Sudut Akibat Beban Momen Bending.
Jurnal Teknik Perkapalan, 1-5.

Hasibuan, M. P., Ahmad, T. P., & Indrawan , I. (2015). Analisis Investasi


Pembangunan Pabrik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Usu Di
Kebun Tambunan Kota Longkat. Dapartemen Teknik Sipil, 1-6.

Wibowo, A. S., Mahendra, T. S., Fitri, M., & Romahadi, D. (2022). Tinjauan
Penelitian Tentang Simulasi Penuruna Tekanan Akibat Rugi - Rugi Aliran
Pada Instalasi Pipa . Jurnal Teknik Mesin, 1-5.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Mekanika Fluida


Mekanika Fluida Mekanika fluida merupakan ilmu yang mempelajari
keseimbangan dan gerakan zat cair maupun gas, serta gaya tarik dengan benda-
benda disekitarnya atau yang dilalui saat mengalir. Fluida dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu zat cair dan gas. Perbedaan antara keduanya juga bersifat
teknis, yaitu berhubungan dengan akibat gaya kohesif.
Zat cair terdiri atas molekul-molekul tetap dan rapat dengan gaya kohesif
yang relatif kuat, sehingga cenderung mempertahankan volumenya dan akan
membentuk permukaan bebas yang rata dalam medan gravitasi. Sebaliknya gas,
karena terdiri dari molekul-molekul yang tidak rapat dengan gaya kohesif yang
cukup kecil (dapat diabaikan). Sehingga volume gas dapat memuai dengan bebas
dan terus berubah. Secara mekanis, sebuah fluida adalah suatu substansi yang
tidak mampu menahan tekanan tangensial. Hal ini menyebabkan fluida pada
keadaan diamnya berbentuk mengikuti bentuk wadahnya. Istilah fluida sendiri di
dalam mekanika fluida mempunyai arti zat yang akan berdeformasi terus menerus
selama dipengaruhi oleh tegangan geser.
Tegangan geser terjadi apabila ada gaya tangensial pada sebuah permukaan.
Secara umum fluida dibagi dua, yaitu fluida statik dan fluida dinamik. Fluida
statik adalah fluida yang diam atau tegangan gesernya nol, sedangkan fluida
dinamik adalah fluida yang bergerak atau tegangan gesernya tidak nol (W.
Waspodo, 2017).

2.2 Jenis-Jenis Aliran Fluida


Aliran fluida terbagi berdasarkan beberapa kategori, diantaranya
berdasarkan sifat pergerakannya adalah:
2.2.1 Uniform flow
Uniform flow Merupakan aliran fluida yang terjadi dimana besar dan arah
dari vektor-vektor kecepatan konstan dari suatu titik ke titik selanjutnya pada
aliran fluida tersebut (W. Waspodo, 2017).
2.2.2 Non Uniform flow
Non Uniform flow merupakan aliran yang terjadi dimana besar dan arah
vektor-vektor kecepatan fluida selalu berubah terhadap lintasan aliran fluida
tersebut, hal ini terjadi apabila luas penampang medium fluida juga berubah (W.
Waspodo,2017).

2.2.3 Steady Flow


Steady Flow merupakan aliran yang terjadi apabila kecepatannya tidak
dipengaruhi oleh waktu, sehingga kecepatannya konstan pada setiap titik pada
aliran tersebut (W. Waspodo, 2017).

2.2.4 Non Steady Flow


Non Steady Flow merupakan aliran yang terjadi apabila ada suatu
perubahan kecepatan aliran tersebut terhadap perubahan waktu. Berdasarkan
pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu (W.
Waspodo, 2017).
1. Fluida termampatkan (compressible)
Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya
perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan (W. Waspodo, 2017).

2. Fluida tak termampatkan (incompressible)


Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya
perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan (incompressible). Pada
keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya perubahan
tekanan, sehingga fluida ini secara umum disebut fluida termampatkan. Fluida
dapat juga dibedakan berdasarkan kekentalannya, yaitu fluida nyata (viscous
fluid) dan fluida ideal (non viscous fluid). Fluida nyata adalah fluida yang
memiliki kekentalan, fluida ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
contohnya air dan udara. Sedangkan fluida ideal, tidak ada dalam kehidupan
sehari-hari dan hanya dipakai dalam teori dan kondisi-kondisi khusus saja. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga dapat menghasilkan kerugian aliran
(W. Waspodo,2017).
2.3 Sifat-Sifat Aliran Fluida
Semua fluida nyata (gas dan zat cair) memiliki sifat-sifat khusus yang
dapat di ketahui di antaranya sebagai berikut:
2.3.1 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds aliran digunakan untuk menunjukkan sifat utama
aliran, yaitu apakah aliran adalah laminar, turbulen, atau transisi serta letaknya
pada skala yang menuujukkan pentingnya secara relatif kecenderungan turbulen
berbanding dengan laminar. dimana (W. Waspodo,2017).

V .D.ρ
ℜ= . . .pers 2.1
µ
Keterangan:
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
D =Diameter dalam pipa (m)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
µ =Viskositas dinamis (N.s/m3)
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada
pada bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai bilangan Reynolds kritis.
Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari 4000.

2.3.2 Rapat Jenis (Density)


Rapat Jenis (Density) Rapat jenis atau density (r) adalah ukuran konsentrasi
suatu zat dan dinyatakan dalam satuan massa per satuan volume. Sifat ini
ditentukan dengan cara menghitung rasio massa zat yang terkandung dalam suatu
bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Adapun untuk rumus rapat jenis
(Density) untuk ukuran konsentrasi suatu zat satuan masa per satuan volume
hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut.

dm
ρ= . . .pers 2.2
dv

Keterangan:
ρ = Rapat jenis (kg/m3)
m = Massa fluida (kg)
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)

Besar nilai rapat jenis dipengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi


temperatur maka kerapatan fluida akan berkurang dikarenakan gaya kohesi dari
molekulmolekul fluida menjadi berkurang (W. Waspodo,2017).

2.3.3 Kekentalan (Viskositas)


Viskositas fluida adalah ukuran ketahanan suatu fluida terhadap deformasi
atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi
dan laju perpindahan momentum molekularnya. Berikut merupakan tabel
hubungan antara kinematika fluida dengan suhu (W. Waspodo,2017).

Tabel 2.1 Hubungan antara kinematika fluida dengan suhu


Temperatur (° C) Kinematic Viscocity (m2/s)

15 1,138

16 1,1092

17 1,0811

18 1,0541

19 1,0282

20 1,0034
Tabel 2.1
21 0,9795

22 0,9565

Hubungan antara kinematika fluida dengan suhu


Temperatur (° C) Kinematic Viscocity (m2/s)

23 0,9344

24 0,9131

25 0,8962

26 0,8720

27 0,8539

28 0,8355

29 0,8178

30 0,8007
(Sumber:
31 0,7842
Anton
32 0,7682 Paar
2019)
33 0,7528
2.3.4 D
34 0,7379 e
b
35 0,7234
it
36 0,7095

37 0,6959

38 0,6828

39 0.6702

40 0.6579

Aliran Fluida
Debit aliran fluida merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
kecepatan aliran fluida, yaitu sebagai berikut:

V
Q=
T

Kemudian dari persamaan kontinuitas akan didapat:

1
A = πD2
4

maka kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah:

Q
v=
A
. . .pers 2.5

atau

Q
v= 1 . . .pers 2.6
π D2
4
Keterangan:
Q = Debit aliran (m3/s)
V = Volume fluida (m3)
T = Waktu (s)
A = Luas penampang aliran (m2)
D = Diameter Pipa (m)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)

2.3.5 Fluida Newtonian dan Fluida Non-Newtonian


Fluida berdasarkan tegangan geser yang dihasilkan dibagi menjadi dua
macam yaitu fluida Newtonian dan fluida Non-Newtonian. Fluida Newtonian
merupakan fluida yang memiliki hubungan linear antara rate of share dan
besarnya tegangan geser yang terjadi pada permukaan dinding pipa dan laju
perubahan bentuk yang terjadi. Dapat diartikan bahwa viskositas dinamik fluida
konstan. Sedangkan fluida Non-Newtonian merupakan fluida yang memiliki
hubungan tidak linear antara tegangan geser yang terjadi dan laju perubahan
bentuknya. Umumnya zat cair yang encer dan gas merupakan jenis fluida yang
bersifat Newtonian, sedangkan suatu zat hidrokarbon yang berantai panjang dan
kental bersifat Non-Newtonian. Lalu plastik ideal merupakan hubungan tegangan
searah tertentu dan hubungan linear yang konstan antara tegangan geser dan laju
perubahan bentuk (W. Waspodo, 2017).

2.3.6 Persamaan Kontinuitas


Prinsip dasar persamaan kontinuitas adalah massa tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan, dimana massa dalam suatu sistem yang konstan
dapat dinyatakan dengan rumus (W. Waspodo, 2017).

. A V = m = konstan . . .pers 2.7

Jika aliran fluida bersifat incompressible dan steady flow, maka persamaan
menjadi:

Q = A1V1 = A2V2 . . .pers 2.8


Keterangan:
 = Massa jenis fluida (kg/m3)
A = Luas penampang aliran (m2)
V = Volume fluida (m3)
M = Massa fluida (kg)
Q = Debit aliran (m3/s)
2.4 Aliran dalam Saluran Tertutup
Saluran tertutup atau saluran pipa biasanya digunakan untuk mengalirkan
fluida di bawah tekanan atmosfer (tampang aliran penuh), karena apabila tekanan
di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh),
maka aliran termasuk dalam pengaliran terbuka. Fluida yang dialirkan melalui
pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari
tekanan atmosfer. Tekanan atmosfer adalah tekanan dipermukaan zat cair di
sepanjang saluran terbuka. Pada pipa yang alirannya tidak penuh dan masih ada
rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan
aliran pada saluran terbuka. Untuk aliran tidak mampu mampat (incompressible)
dan steady di dalam pipa, dinyatakan dalam kerugian tinggi tekan. Untuk
perhitungan dalam pipa umumnya dipakai persamaan Darcy Weisbach.
Persamaan Darcy Weisbach adalah sebagai berikut (W. Waspodo, 2017).

2
L. V
h= . . .pers 2.9
D .2 . g
Keterangan:
h = Kehilangan energy karena gesekan (tidak berdimensi)
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
D = Diameter pipa (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)

2.4.1 Kehilangan Energi (Head loss)


Kehilangan Energi (Head loss) adanya kekentalan pada fluida akan
menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan geser ini
akan merubah sebagian energi aliran menjadi bentuk energi lain seperti panas,
suara dan sebagainya. Pengubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya
kehilangan energi. Secara umum head loss dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Head lossmayor, terjadi akibat adanya ke kentalan zat cair dan turbulensi karena
adanya kekasaran dinding batas pipa dan akan menimbulkan gaya gesek yang
akan menyebabkan kehilangan energi di sepanjang pipa dengan diameter konstan
pada aliran seragam. Kehilangan energi sepanjang satu satuan panjang akan
konstan selama kekasaran dan diameter tidak berubah. Head lossminor,
kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya. Misalnya
terjadi pada perubahan arah seperti pembelokan (elbow), bengkokan (bends),
pembesaran tampang (expansion), serta pengecilan penampang (contraction).
Adanya olakan ini akan menyebabkan dampak naiknya tingkat turbulensi. Dalam
mencari nilai head loss, nilai dari faktor gesek juga diperlukan. Persamaan untuk
mencari faktor gesek (f) adalah sebagai berikut (W. Waspodo, 2017).

0.316
= 1 /4
ℜ g
. . .pers 2.10
Keterangan:
 = Faktor gesek (tidak berdimensi)
Re = Bilangan Reynolds
G = percepatan gravitasi (m/s2)

a) Aliran Turbulen
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga
terjadi percampuran antar bidang-bidang geser di dalam fluida. Aliran ini terjadi
jika viskositas fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran turbulen memiliki
bilangan Re > 4000. (Young, 2007).

b) Aliran laminar
Kondisi aliran dengan garis aliran mengikuti jalur yang sejajar sehingga
tidak terjadi percampuranantara bidang-bidang geser fluida. Dengan jenis aliran
ini, maka partikel-partikel fluida mengalir secara sejajar dengan sumbu tabung.
Aliran ini terjadi jika viskositas fluida tinggi dan kecepatan fluda rendah. Aliran
laminar memiliki bilangan Re < 2300 (Aumantri, 2012).
c) Aliran Transisi
Kondisi aliran peralihan dari aliran laminar menjadi aliran turbulen dan
sebaliknya. Aliran transisi adalah rejim yang terjadi antara aliran laminar dan
turbulen. Jadi aliran transisi adalah proses terjadinya aliran laminar ke turbulen.
Aliran transisi memiliki bilangan Re antara 2300-4000 (Ilhami, 2001).
Kehilangan Energi (tekanan) untuk menghitung kehilangan energi (head
loss) pengaliran air pada pipa, dapat menggunakan rumus Hanzen Williams, yang
telah dikonversi ke metrik unit oleh konsultan sebagai berikut (W. Waspodo,
2017).

1 , 85
10 Q XL
HL=1,1846 x 10 { 1 , 85 4 ,87
}
C X D .g
. . .pers 2.11

atau

0,541 2 , 63
−6 CHL XD
Q=3,5885 x 10 { 0,54187
} . . .pers 2.12
L .g
Keterangan:
HL = Kehilangan tinggi tenaga (m)
Q = Debit aliran (liter/s)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien kekasaran Pipa dari Hazen dan William
D = Diameter pipa (m)
g = Percepatan grafitasi (m/s2)
Kehilangan Energi akibat Sambungan-Sambungan Pipa dan Belokan Pipa
berdasarkan rumus Darcy –Weisbach sebagai berikut:

2
V
h = K . . .pers 2.13
2. g
atau

Q = 0,051KV2 . . .pers 2.14


Keterangan:
Hf = Kehilangan tinggi tenaga (m)
K = Koefisien yang besarnya ditentukan oleh tipe sambungan
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
G = Percepatan gravitasi (m/s2)
Tabel 2.2 Koefisien kehilangan energy akibat belokan.
Sudut (…º) 5 10 15 22,5 30 45 60 90

0,13
Halus 0,016 0,034 0,042 0,066 0,236 0,471 1,129
0
k2
0,16
Kasar 0,024 0,044 0,062 0,154 0,320 0,684 1,265
5

(Sumber: Johan Atmaja, 2019)

2.4.2 Kehilangan Tekanan (pressur loss)


Penurunan tekanan(pressure loss) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penurunan tekanan dari satu titik dalam pipa atau tabung kehilir
titik. "Penurunan tekanan" adalah hasil dari gaya gesek pada fluida ketika
mengalir melalui tabung yang disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Penentu
utama resistensi terhadap aliran fluida adalah kecepatan fluida melalui pipa dan
viskositas fluida. Aliran cairan atau gesakan selalu mengalir dalam arah
perlawanan paling sedikit (tekanan kurang). Penurunan tekanan dapat di hitung
menggunakan rumus berikut (W. Waspodo,2017).
2
v . f .L. ρ
Δ p= . . .pers 2.15
2D
Keterangan:
Δp = penurunan tekanan dalam pascal (Pa)
v = kecepatan dalam meter per detik (m/detik)
f = faktor gesekan
L = panjang pipa atau selang dalam meter (m)
ρ = Densitas cairan kilogram / kubik (870-890 kg/m³ untuk minyak)
D = diameter dalam pipa atau selang dalam meter (m)

Untuk menentukan penurunan tekanan fluida (cairan atau gas) sepanjang


pipa atau pipa komponen adalah sebagai berikut (W. Waspodo, 2017).
Menentukan nomor Reynolds:

v .D
ℜ= . . .pers 2.16
V
Keterangan:
Re = Bilangan Reynolds
v = Kecepatan Aliran (m/s)
D = Diameter Pipa (m)
V = Kinematika Viskositas (m²/s)

2.5 Macam-macam rangkaian pipa


Sistem perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari suatu tempat
ke teempat yang lain. Aliran terjadi karen adanya beda tinggi tekanan di kedua
tempat, yang bias jadi karena adanya perbedaan evaluasi muka air atau karena
adanya pompa. Macam-macam rangkaian perpipaan antara lain sebagai berikut
(W. Waspodo, 2017)
2.5.1 Pipa Hubungan Seri
Apabila suatu saluran pipa terdiri dari pipa-pipa dengan ukuran yang
berbeda, pipa tersebut adalah dalam hubungan seri. Gambar 2.1 menunjukkan
suatu sistem tiga pipa dengan karakteristik berbeda yang dapat dihubungkan
secara seri (Darmadi, 2018).
Gambar 2.1 Pipa Hubungan Seri
(Sumber: Darmadi, 2018)

2.5.2 Pipa Hubungan Paralel


Jika ada dua buah pipa atau lebih yang di hubungkan secara parallel, total
laju aliran sama dengan jumla laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi head
pada sebuah cabang sama dengan yang lain (Darmadi, 2018).

Gambar 2.2 Pipa Hubungan Seri


(Sumber: Darmadi, 2018)

2.5.3 Pipa Bercabang


Sering suatu pipa menghubungkan tiga atau lebih kolam. Gambar 2.3
menunjukkan suatu sistem pompa bercabang yang menguhungkan tiga buah
kolam. Akan di cari debit aliran melalui tiap-tiap pipa yang menghubungkan
ketiga kolam tersebut apabila panjang, diameter macam pipa (kekasaran k),
diberikan dan rapat massa serta kekentalan zat cair diketahui.
Garis tekanan akan berada pada muka air di tiap-tiap kolam, dan akan
bertemu pada satu titik di atas titik cabang T. Debit aliran melalui tiap pipa
ditentukan oleh kemiringan garis tekanan masing-masing. Arah aliran sama
dengan arah kemiringan (penurunan) garis tenaga (Darmadi, 2018).

Gambar 2.3 Pipa Bercabang

Gambar 2.3 pipa bercabang


(Sumber: Darmadi, 2018)
2.5.4 Belokan Pipa

90& pipa 45

Gambar 2.4 Pipa 90o danPipa 45o


(sumber: W. Waspodo, 2017)
Belokan pipa merupakan suatu jenis pipa yang dipasang untuk merubah
arah aliran. Perubahan arah aliran ini bisa dalam bentuk sudut 450, 22 1/20, 11
3/40 atupun 900. Belokan pipa juga ada dalam bentuk short radius ataupun long
radius. Secara umum belokan pipa (elbow) atau bend pipe ini mempunyai
berbagai macam ukuran standar dan juga tebuat dari beberapa tipe material yaitu
steel, cast carbon steel, plastic (PVC), kuningan, tembaga, dan lain sebagainya
(W. Waspodo,2017).

2.6 Aplikasi Perpipaan Dalam Kehidupan Sehari-hari


Penggunaan dari pipa dan system perpipaan sendiri dalam kehidupan
sehari-hari saja, kita akan cukup mudah melihat pipa-pipa yang di pakai untuk
penyediaan air bersih ataupun untuk sistem pembuangan. Dalam dunia industri
sendiri, pipa dan berbagai macam konstruksinya memegang peranan penting.
Fungsi utamanya memang hanya sebagai media yang tepat (W. Waspodo, 2017).
2.6.1 Pipa Pendistribusian Minyak

Gambar 2.5 Pipa pendistribusi minyak


(Sumber: W. Waspodo, 2017).
Jenis Ppipa ini seperti pada gambar di atas biasanya digunakan untuk
mendistribusikan minyak. Minyak didistribusikan dari lokasi penambangan dari
tempat yang tempat ketinggian menuju tempat yang lebih rendah untuk di olah
(W. Waspodo,2017).

2.6.2 Pipa Pendistribusi Air

Gambar 2.6 Pipa pendistribusi air


(Sumber: W. Waspodo, 2017)
Rangkaian pipa seperti gambar di atas biasanya digunakan dalam
perumahan yang memiliki lantai lebih dari satu lantai, yang dumana
pendistibusian seperti gambar di atas merupakan contoh sistem perpipaan yang
sering kita lihat di perusahan. Jadi, pipa tersebut digunakan untuk
mendistribusikan air ke lantai atas dengan bantuan mesin (W. Waspodo, 2017).

2.6.3 Pipa Pendistribusi Uap

Gambar 2.7 Pipa pendistribusi uap


(Sumber: W. Waspodo, 2017)
Rangkaian pipa seperti di atas biasa digunakan dalam industri PLTU
(Pembangkit Listrik tenaga Uap). Pipa tersebut digunakan untuk mendistribusikan
uap (W. Waspodo,2017).
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum, Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan, Buku 1 Umum,


Manual Konstruksi dan Bangunan, Direktorat Jendral Bina Marga, 2006
Lubis S. dkk., 2022. “Desain
Jaringan Pipa”. Bandung: Mandar Maju. Wahyudi dan Pratikto., 2010. “Dasar-
dasar Mikrobiologi” Jakarta : Djambatan.
Departemen Pekerjaan Umum, Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan, Buku 1 Umum,
Manual Konstruksi dan Bangunan, Direktorat Jendral Bina Marga, 2006
Lubis S. dkk., 2022. “Desain
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

3.1.1 Waktu

Adapun waktu pelaksanaan praktikum pada percobaan Kehilangan Energi

Pada Sambungan dan Belokan pipa yaitu:

Hari, Tanggal : Rabu, 28 September 2023

Pukul : 09. 00 WITA – Selesai

3.1.2 Tempat

Adapun tempat pelaksanaan praktikum pada percobaan pada

percobaan Kehilangan Energi Pada Sambungan dan Belokan pipa yaitu di

Laboratorium Teknik Kelautan, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo,

Kendari, Sulawesi Tenggara.


Gambar 3.1 Laboratorium Teknik Kelautan, Fakultas Teknik

(Sumber: Dokumentasi Kelompok 2 RIL, 2023)

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum pada percobaan Kehilangan

Energi Pada Sambungan dan Belokan pipa adalah sebagai berikut:

1. Basic Hydraulic Bench

Gambar 3.2 Basic Hydraulic Bench

(Sumber: Dokumentasi Kelompok 2 RIL, 2023)


Basic Hydraulic Bench digunakan sebagai sarana untuk mengeluarkan
fluida ke Instalasi losses in bendc and fitting dan mengatur volume air.

2. Instalasi losses In Bench and Fitting

Gambar 3.3 Instalasi losses In Bench and Fitting

(Sumber: Dokumentasi Kelompok 2 RIL, 2023)

Digunakan untuk mendemonstrasikan cara kerja Instalasi losses in

bendc and fitting.


3. Stopwatch atau Handphone

Gambar 3.4 Stopwatch atau Handphone

(Sumber: Dokumentasi Kelompok 2 RIL, 2023)

Stopwatch atau Handphone digunakan untuk menghitung waktu yang

diperlukan terhadap volume fluida.


4. Kanebo atau Lap

Gamber 3.5 Kanebo atau Lap

(Sumber: Google image, 2023)


Kanebo atau lap digunakan untuk membersihkan air yang timbul akibat

proses praktikum.

6. Selang

Gambar 3.6 Selang

(Sumber: Google image, 2023)


Selang digunakan untuk mengalirkan air dari Bench Hydraulic ke

7. Kamera
Gambar 3.7 Kamera

(Sumber: Dokumentasi Kelompok 2 RIL, 2023)

Kamera digunakan untuk mengambil gambar selama sedangkan praktikum

seberlangsung.

8. Blanko Data

Gambar 3.8 Blanko data

(Sumber: Dokumentasi Kelompok 2 RIL, 2023)

Blanko data digunakan untuk mengisi data dari hasil pengamatan.


8. Alat tulis

Gambar 3.9 Alat tulis

(Sumber: Dokumentasi Kelompok 2 RIL, 2023)

Alat tulis digunakan untuk menulis data dari hasil praktikum.

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air.

Gambar 3.10 Air

(Sumber: Google image, 2023)

3.3 Sketsa Alat Uji


3.3.1 Instalasi Losses In Bench and Fitting

Gambar 3.11 Instalasi LossesIin Bench and Fitting

(Sumber: Kelompok 2 RIL, 2023)

Keterangan:

1) Base frame with rear wall yaitu sebagai dasar atau penyangga untuk

tempat dudukan atau tempat komponen alat

2) Hose connection, water inlet yaitu sebagai selang tempat saluran air

masuk

3) Hose connection, water outlet yaitu sebagai selang tempat saluran air

keluar

4) Pipe elbow yaitu untuk merubah arah aliran pipa 90°

5) Rounded pipa elbow untuk merubah arah aliran pipa 360°

6) Tight radius pipe bend yaitu untuk mengubah arah alıran koefisisen

kerugian energi lebih besar

7) Large radius pipe bend yaitu untuk mengubah arah aliran koefisien

kerugian energi lebih kecil


8) Reducer, yaitu untuk mengurangi alıran fluida, serta menggabungkan

pipa dan ukuran yang kecil keukuran yang besar

9) Enlarger, yaitu untuk menambah atau memperbesar intensitas aliran

fluida

10) Spherical valve, yaitu untuk mengatur atau mengontrol aliran fluida

dengan cara membuka atau menutup

11) Channel manometer, yaitu untuk audit energi atau mengukur perbedaan

tekanan dari dua titik yang berlawanan dalam ruang tertutup

12) Spring-tube manometer, yaitu untuk mengukur atau menampilkan nilai

ukur tekanan

13) Circular chamber with measuring gland, yaitu untuk kelenjar pengukur

dan ruang bundar

14) PVC hose with plug-in connection, yaitu sebagai penyambung pipa

dengan

manometer

3.3.2 Basic Hydraulic Bench

Gambar 3.12 Basic Hydraulic Bench


(Sumber: Kelompok 2 RIL, 2023)

Keterangan:

1) Kotak Saklar, berfungsi sebagai saklar penghidup Basic Hydraulic

Bench.

2) Kran Pengatur Debit, berfungsi mengatur besarnya debit yang

teralirkan

Sambungan Suplas, berfungsi sebagai penyambung antara pompa dan

saluran air.

4) Pompa berfungsi untuk memompa air naik ke atas.

5) Kran Pembuang Air, berfungsi untuk membuang air yang ada pada tangki

penampung air.

6) Tangki Penampung Air, berfungsi sebagai tempat penampungan air.

7) Pipa Luapan, berfungsi untuk mengendalikan tinggi air agar tidak meluap.

8) Katup Geser, berfungsi sebagai saluran air dari tangka volumetrik ke

tangki penampung air.

9) Pengukur Volume Bak, berfungsi untuk mengetahui besaran volume pada

tangka volumetric.

10) Tangki Pengukur Volumetrik dengan Saluran, berfungsi sebagai tempat

penampungan air pada suatu percobaan.

3.4 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan pada percobaan Kehilangan Energi pada

Sambungan dan Belokan Pipa adalah sebagai berikut:

1. Dudukan alat Instalasi Losses in Bendc and Fitting ke atas Basic

Hydraulics Bench.
2. Hubungkan alat Instalasi Losses in Bendc and Fitting dengan Basic

Hydraulics Bench menggunakan selang yang telah disediakan.


3. Tutup Spherical Valve pada alat Instalasi Losses in Bencd and Fitting.
4. Hubungkan 6 Channel Manometer dengan titik pengukuran yang telah di

kehendaki menggunakan PVC Hose with Plug-In Connection.

5. Nyalakan Basic Hydraulics Bench kemudian perlahan-lahan buka katup

pada Basic Hydraulics Bencd untuk mengatur laju aliran.

6. Buka Spherical Valve hingga air mengisi 6 Channel Manometer

7. Secara serentak atur fluida yang masuk ke dalam 6 Channel Manometer

dengan menggunakan katup angin dan katup buang.

8. Hitung laju aliran.

9. Catat waktu yang dibutuhkan untuk volume 10 liter, 20 liter atau 30

liter pada masing- masing perubahan kecepatan.

10. Catat penunjukan alat ukur tekanan air.

11. Hitung pressure loss (Pv), kecepatan aliran, angka Reynolds dan

koefisien gesek pipa.

12. Dari hasil perhitungan buat kurva karakteristik untuk setiap obyek

pengamatan.

13. Amati fenomena yang terjadi pada elbow 90 0, Rounded Elbow 900,

belokan 900 dengan jari-jari, R = 40 mm, belokan 900 dengan jari jari, R

= 100 mm dan katup bola.

14. Buat Grafik hubungan antara debit (ltr/menit) dengan kerugian tekanan

(mmWC).

15. Buat kurva karakteristik antara titik-titik pengukuran dengan tekanan

dalam (bar)

Anda mungkin juga menyukai