Disusun oleh :
Nama
: Firmansyah
NIM
: 1209045037
Kelompok
: 1 ( satu )
Asisten
: Riskie Zulkifli
Nim
: 1109045018
BAB I
PENDAHULAUN
berwujud cair atau gas dengan segala fenomenanya. Sedangkan fluida sendiri adalah
suatu zat yang bentuknya dapat berubah secara terus-menerus akibat adanya suatu gaya
geser seberapapun kecilnya.
Prinsip Bernoulli yang diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel
Bernoulli menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan
fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini
sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan
bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya
dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Sifat fluida yang dapat mengalir, atau mudah berubah bentuk disebabkan ikatan antar
molekulnya yang relatif lemah jika dibandingkan dengan zat padat. Pompa merupakan
pesawat angkut yang bertujuan untuk memindahkan zat cair melalui saluran tertutup.
Pompa menghasilkan suatu tekanan yang sifatnya hanya mengalir dari suatu tempat ke
tempat yang bertekanan lebih rendah. Dalam kondisi tertentu pompa dapat digunakan
untuk memindahkan zat padat yang berbentuk bubukan atau tepung.
Oleh karena itu, dilaksanakan praktikum mekanika fluida untuk mempelajari secara
langsung aliran fluida dengan menggunakan bantuan pompa yang disusun secara seri.
Pada aliran-aliran fluida yang telah ditentukan titik-titiknya, kita akan mengetahui
tekanan, debit, kecepatan air yang ada pada aliran tersebut.
1.2 Tujuan
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Fluida
Menurut Raswari (1986), fluida merupakan suatu zat/bahan yang dalam keadaan
setimbang tak dapat menahan gaya atau tegangan geser (shear force). Dapat pula
didefinisikan sebagai zat yang dapat mengalir bila ada perbedaan tekanan dan atau
tinggi. Suatu sifat dasar fluida nyata, yaitu tahanan terhadap aliran yang diukur sebagai
tegangan geser yang terjadi pada bidang geser yang dikenai tegangan tersebut adalah
viskositas atau kekentalan/kerapatan zat fluida tersebut.
Fluida dapat didefinisikan sebagai suatu zat mampu alir dan dapat menyesuaikan bentuk
dengan bentuk wadah yang ditempatinya, serta apabila diberikan tegangan geser,
betapapun kecilnya akan menyebabkan fluida tersebut bergerak dan berubah bentuk
secara terus-menerus selama tegangan tersebut bekerja (White, 1988).
Fluida menurut sifat-sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Fluida ideal, adalah fluida yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Tidak kompresibel (volumenya tidak berubah karena perubahan tekanan)
b. Berpindah tanpa mengalami gesekan (viskositasnya nol)
2. Fluida sejati, memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.Kompresibel
b.Berpindah dengan mengalami gesekan (viskositasnya tertentu)
(White, 1988).
Untuk menganalis kedua jenis aliran ini diberikan parameter tak berdimensi yang
dikenal dengan nama bilangan Reynolds (White. 1988) sebagai berikut:
Re = vD/
Dengan: Re = bilangan Reynolds
v = kecepatan fluida (m/s)
D = diameter pipa (m)
= viskositas kinematika fluida (m2/s)
p11+v122g+z1=p22+v222g+z2 + H
Dimana :
P1.2 = tekanan di penampang 1 dan 2 (N/m2)
v1.2 = kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s2)
z1.2 = tinggi pada permukaan 1 dan 2 (m)
1.2 = berat jenis 1 dan 2 (N/m3)
g = gravitasi bumi (9,82 m/s2)
(White, 1988).
Persamaan kontinuitas menyatakan hubungan antara kecepatan fluida yang masuk pada
suatu pipa terhadap kecepatan fluida yang keluar. Hubungan tersebut dinyatakan
dengan:
Q =A1v1=A2v2
Dimana:
A1 = Luas penampang pipa 1 (m2)
A2 = Luas penampang pipa 2 (m2)
v1 = Kecepatan fluida pada pipa 1 (m/s)
v2 = Kecepatan fluida pada pipa 2 (m/s)
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir tiap satuan waktu:
Q =Vt
Dimana:
Q = debit (m3/s)
V = volume (m3)
t = waktu (s)
(White, 1988).
H=Hf+Hm
Dimana:
H = head losses (m)
Hf = mayor losses (m)
Hm= minor losses (m)
(Suhariono, 2008).
2.5.1 Mayor Losses
Kerugian mayor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan aliran fluida pada sistem
aliran dengan luas penampang tetap atau konstan. Aliran fluida yang melalui pipa akan
selalu mengalami kerugian head. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara
fluida dengan dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh fluida.
Kerugian head akibat dari gesekan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
Darcy Weisbach yaitu:
Hf=f.LD.v22g
Dimana:
Hf = head mayor (m)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
v = kecepatan (m/s)
g = gravitasi bumi (m/s2)
f = factor gesek (didapat dari diagram mody)
(Suhariono, 2008).
2.5.2 Minor Losses
Kerugian minor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan yang terjadi pada katupkatup, sambungan Tee, sambungan belokan, dan pada luas penampang yang tidak
konstan. Pada aliran yang melewati belokan dan katup head loss minor yang terjadi
dapat dihitung dengan rumusan Darcy Weisbach yaitu:
Hm=kv22g
Dimana :
Hm = head minor (m)
v = kecepatan (m/s)
g = gravitasi bumi (m/s2)
k = koefisien kerugian pada fiting
(White, 1988).
2.6 Manometer
Manometer adalah suatu alat pengukur tekanan yang menggunakan kolom cairan untuk
mengukur perbedaan tekanan antara suatu titik tertentu dengan tekanan atmosfer
(tekanan terukur), atau perbedaan tekanan antara dua titik. Manometer yang paling
sederhana adalah piezometer, kemudian manometer pipa U, dan yang lebih rumit adalah
manometer deferensial (Raswari, 1986).
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
(Raswari, 1986).
Sistem perpipaan adalan suatu sistem yang banyak digunakan untuk memindahkan
fluida baik cair, gas ataupun campuran cair dan gas dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Material-material pipa dibagi dua kelas dasar, metal dan nonmetal. Nonmetal pipa
seperti kaca, keramik, plastik dan seterusnya. Pipa metal pun dibagi menjadi dua kelas,
besi dan bukan besi. Material besi terdiri dari besi metal adalah baja karbon, besi tahan
karat, baja krom, besi tuang dan seterusnya. Sedang pipa metal bukan besi termasuk
aluminium (Raswari, 1986).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mekanika fluida pengukuran debit aliran air kali ini dilakukan pada hari
Sabtu tanggal 14 Desember 2013 pukul 09.00 11.00 WITA. Bertempat di
Laboratorium Sipil (Labtek 1) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, Samarinda.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pompa air
Bak air
Selang
Rangkaian pipa (close flow channel) yang disusun tunggal
Bendungan segitiga
Water manometer
Penggaris
Kamera
Alat tulis
3.2.2. Bahan:
1. Fluida (air)
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Menghitung Tekanan/Pressure Drop
1. Disiapkan water manometer.
2. Ditentukan titik-titik pada rangkaian pipa yang akan diukur tekanannya, yaitu titik 1,
3.
4.
5.
6.
2, 4, 5, 6, 8.
Diukur dan dicatat h air pada water manometer sebelum pompa dinyalakan.
Dinyalakan pompa dan ditunggu hingga h pada water manometer stabil.
Diukur dan dicatat h air pada water manometer setelah pompa dinyalakan.
Dihitung perubahan h (h)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil pengamatan ketinggian pada water manometer
Titik
hawal (mm)
hakhir (mm)
h (hakhir-hawal) (mm)
h (m)
389
595
206
0,206
389
340
-49
-0,049
418
471
53
0,053
418
470
52
0,052
601
770
169
0,169
11
601
500
-101
-0,101
4.2 Perhitungan
4.2.1
Diketahui : h = 3,25 cm
= 0,0325 m
Dimana h adalah tinggi limpasan pada bendungan segitiga 900
m3/s
4.2.2
a.
b.
= hakhir - hawal
= 595 389
= 206 mm
Titik 3
h
= hakhir - hawal
= 340 389
= -49 mm
c.
Titik 6
h
d.
Titik 7
h
e.
= hakhir - hawal
= 470 418
= 52 mm
Titik 8
h
f.
= hakhir - hawal
= 471 418
= 53 mm
= hakhir - hawal
= 770 601
= 169 mm
Titik 11
h
4.2.3
= hakhir - hawal
= 500 601
= -101 mm
e. Titik 8
P =
=
=
f. Titik 11
P =
=
=
4.2.4
a. Titik 2
Diameter (D) = 0,5 inchi = 0,0127 m
A = D2
= (0,0127)2
= 1,266 x 10-4 m2
b. Titik 3
Diameter (D) = 0,5 inchi = 0,0127 m
A = D2
= (0,0127)2
= 1,266 x 10-4 m2
c. Titik 6
Diameter (D) = 0,5 inchi = 0,0127 m
A = D2
= (0,0127)2
= 1,266 x 10-4 m2
d. Titik 7
Diameter (D) = 1 inchi = 0,0254 m
A = D2
= (0,0254)2
= 5,0645 x 10-4 m2
e. Titik 8
Diameter (D) = 1 inchi = 0,0254 m
A = D2
= (0,0254)2
= 5,0645 x 10-4 m2
f. Titik 11
Diameter (D) = 0,75 inchi = 0,019 m
A = D2
= (0,019)2
= 2,8338 x 10-4 m2
4.2.5
V2 =
2,1327 m/s
V3 =
2,1327 m/s
V6 =
2,1327 m/s
V7 =
0,5331 m/s
V8 =
0,5331 m/s
V11 =
1,1263 m/s
4.3 Pembahasan
3,25 cm
Pada praktikum ini didapatkan hasil pengamatan yaitu ketinggian awal/sebelum pompa
dinyalakan dititik 2 dan 3 pada water manometer menunjukkan angka yang sama 389
mm, kemudian untuk dititik 6 dan 7 menunjukkan angka yang tidak berbeda 418 mm,
sedangkan titik 8 dan 11 menunjukkan angka 601 mm. Setelah pompa dinyalakan
terjadi perubahan ketinggian air pada water manometer. Untuk titik 2 mengalami
kenaikan tinggi sebesar 206 mm sehingga tinggi menjadi 595 mm atau 0,595 m. Titik 3
mengalami penurunan tinggi sebesar 49 mm sehingga tinggi menjadi 340 mm atau 0,34
m. Titik 6 mengalami kenaikan tinggi sebesar 53 mm sehingga tinggi menjadi 471 mm
atau 0,471 m. Titik 7 mengalami kenaikan tinggi sebesar 52 mm sehingga tinggi
menjadi 470 mm atau 0,47 m. Titik 8 mengalami kenaikan tinggi sebesar 169 mm
sehingga tinggi menjadi 770 mm atau 0,77 m. Titik 11 mengalami penurunan tinggi
sebesar 101 mm sehingga tinggi menjadi 500 mm atau 0,5 m.
Dari data yang diperoleh diketahui beda tinggi pada titik 2 sebesar 206 mm kemudian
pada titik 3 ketinggian fluida menurun sebesar -49 mm dan beda tinggi pada titik 6
sebesar 53 mm selanjutnya beda tinggi dititik 7 sebesar 52 mm, dan beda tinggai di titik
8 sebesar 169 mm, dan pada titik 11 beda tinggi diperoleh sebesar-101 mm karena
tinggi fluida akhir lebih besar dibandingkan tinggi fluida awal. Dan setelah dilakukan
perhitungan perubahan tekanan berdasarkan beda tinggi, diperoleh pada titik 2 sebesar
, titik 3 sebesar
sebesar
, titik 6 sebesar
, titik 8 sebesar
, titik 7
tekanan akibat gesekan yang terjadi pada katup-katup, sambungan T, sambungan L dan
pada penampang yang tidak konstan. Kerugian minor meliputi sebagian kecil
penampang sistem aliran, sehingga dipergunakan istilah minor. Kerugian ini untuk
selanjutnya akan disebutkan sebagai head loss.
Salah satu kerugian yang sering terjadi dan tidak dapat diabaikan pada aliran air yang
menggunakan pipa adalah kerugian tekan akibat gesekan dan perubahan penampang
atau pada belokan pipa yang menggangu aliran normal. Hal ini menyebabkan aliran air
semakin lemah dan mengecil.
Pada praktikum kali ini terdapat dua kerugian gesek, yaitu kerugian gesek mayor
(major losses) yang merupakan kehilangan tekanan akibat gesekan aliran fluida pada
sistem aliran yang disebabkan akibat kekasaran pipa, dan diameter pipa yang berubahubah dari ukuran di titik 2, 3, dan 6 sebesar 0,5 inchi, titik 7 dan 8 sebesar 1 inchi, dan
titik 11 sebesar 0,75 inchi. Kemudian juga terdapat kerugian minor (minor losses), yang
terjadi pada sambungan belokan 90, sambungan belokan 45, dan katup pada input dan
output.
Beberapa faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum ini dilakukan adalah
pertama, pembacaan angka ketinggian pada alat water manometer yang tidak tepat
dikarenakan air yang berada di dalam water manometer yang selalu bergerak-gerak atau
tidak konstan. Kedua, kesalahan pembacaan tinggi pada bendungan segitiga 90 yang
hanya menggunakan penggaris sehingga data yang didapat tidak akurat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
2.
m3/s.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan pada fluida, yakni antara lain massa
jenis fluida, gaya gravitasi dan ketinggian. Karena massa jenis () dan gravitasi (g)
harganya tetap, maka tekanan hanya tergantung pada ketinggian. Hal ini lah yang
menyebabkan perbedaan tekanan pada setiap titik. Perubahan tekanan yang terjadi
dalam aliran fluida disebabkan karena adanya perubahan ketinggian, perubahan
kecepatan akibat perubahan penampang dan gesekan fluida. Gesekan akan
3.
dan tekanan
meningkat pada titik 6 sebesar 519,4 kg/ms2 selanjutnya mengalami penurunan lagi
dititik 7 sebesar 509,6 kg/ms2, dan pada titik 8 meningkat sebesar 1656,2 kg/ms 2,
dan menurun kembali padatitik 11 sebesar -989,8 kg/ms2. Dan setelah dilakukan
perhitungan perubahan tekanan berdasarkan beda tinggi, diperoleh pada titik 2
sebesar 2018,8 kg/ms2, titik 3 sebesar -480,2 kg/ms2, titik 6 sebesar 519,4 kg/ms2,
titik 7 sebesar 509,6 kg/ms2, titik 8 sebesar 1656,2 kg/ms2, dan titik 11 sebesar
989,8 kg/ms2. Dari data diatas diketahui bahwa tekanan tetap sama di tiap-tiap titik
walaupun telah mengalami perubahan tinggi air.
5.2 Saran
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Suhariono, Edi. 2008. Analisa Head Losses dan Koefisien Gesek Pada Pipa.
Kalimantan Scientiae.
3.
4.
White, Frank M., Manahan Hariandja. 1988. Mekanika Fluida (Terjemahan) Jilid I.
Penerbit Erlangga: Jakarta.
5.
White, Frank M., Manahan Hariandja. 1988. Mekanika Fluida (Terjemahan) Jilid
II. Penerbit Erlangga: Jakarta.