Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

ALIRAN FLUIDA

Kelompok 1 :
Berta Juliantina 18/428851/TK/47353
Diana Agustina R 18/425145/TK/46840
Jody Febio Y 18/428869/TK/47371

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2020

Dengan judul mata praktikum:

ALIRAN FLUIDA

Disusun oleh:
Nama Praktikan NIM Tanda Tangan

Berta Juliantina 18/428851/TK/47353

Diana Agustina R 18/425145/TK/46840

Jody Febio Y 18/428869/TK/47371

Yogyakarta, 26 Februari 2021

Dosen Pembimbing, Asisten,

Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M.S. Diana Perdana Putri Y


I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum aliran fluida, yaitu:
1. Menentukan karakteristik elbow.
2. Menentukan karakteristik kran.
3. Menentukan karakteristik orificemeter dengan membuat grafik hubungan antara
coefficient of discharge orificemeter (Co) dengan bilangan Reynolds (Reo).
4. Menentukan karakteristik venturimeter dengan membuat grafik hubungan antara
coefficient of discharge venturimeter (Cv) dengan bilangan Reynolds (Rev).
5. Menentukan persamaan empris pressure drop aliran fluida melalui pipa.

II. LATAR BELAKANG


Fluida atau yang biasa disebut zat alir sering dijumpai di kehidupan sehari-hari dan
memiliki banyak fungsi, baik dalam fase cair, fase gas, ataupun slurry. Di sektor industri,
fluida menjadi sesuatu yang penting untuk dianalisis tidak hanya secara kualitatif, tetapi
juga secara kuantitatif. Terutama, salah satu proses penting yang terjadi dalam industri
adalah transportasi fluida. Transportasi fluida di industri seringkali menggunakan sistem
pemipaan (pipa dan fitting).

Transportasi fluida di industri tidak hanya digunakan pipa yang lurus, melainkan
dilengkapi dengan berbagai macam jenis fitting, seperti elbow, kran, dan lain-lain. Selama
fluida melalui fitting tersebut terjadi gaya gesek yang nilainya lebih besar bila dibanding
penggunaan pipa lurus. Untuk menghitung besarnya nilai penurunan tekanan melalui fiiting
tersebut perlu diketahui nilai panjang ekuivalen fitting tersebut.

Tipe aliran dari suatu fluida perlu diketahui sebelum dianalisis lebih lanjut. Turbulensi
aliran fluida dalam pipa dinyatakan dalam tiga pola aliran, yaitu aliran laminer, aliran
transisi, dan aliran turbulen. Masing-masing pola aliran dikuantifikasikan dalam nilai
bilangan Reynolds. Untuk mengetahui jumlah aliran fluida yang mengalir di dalam pipa,
diperlukan pengukuran laju alir Laju alir dapat dihitung dan dinyatakan dengan kecepatan
aliran fluida rata-rata melalui pipa menggunakan alat ukur aliran, antara lain venturimeter
dan orificemeter.
Transportasi fluida melalui pipa mengalami penurunan tekanan. Penurunan tersebut
terjadi karena adanya gaya gesek antara fluida yang mengalir dengan pipa. Untuk itu,
persamaan empiris antara penurunan tekanan dengan variabel-variabel yang memengaruhi
perlu diketahui.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Fluida adalah zat yang dapat bergerak dan dapat mengalami perubahan secara kontinyu
apabila diberi tegangan geser atau shear stress (Ghurri 2014). Fluida merupakan zat yang
dapat mengalir, hal ini mencakup zat cair, slurry, dan zat gas (Abidin et al. 2013).
Laju alir fluida memenuhi persamaan kontinuitas yang merupakan hukum kekekalan
massa pada aliran fluida. Dalam sebuah pipa, massa aliran fluida yang masuk sama dengan
massa aliran fluida yang keluar, meskipun memiliki perbedaan ukuran diameter.

Gambar 1. Gambar Aliran fluida pada Ukuran Diameter Berbeda.


(sumber gambar : zenius.net)

Dari ilustrasi di atas, diperoleh persamaan hukum kontinuitas sebagai berikut :


m 1=m 2 (1)
ρ1 V 1=ρ2 V 2 (2)
ρ1 A 1 v 1=ρ2 A 2 v 2 (3)
Massa jenis fluida yang mengalir konstan, sehingga persamaan dapat disederhanakan
menjadi:
A 1 v 1= A 2 v 2 (4)
Selain persamaan kontinuitas, laju air fluida juga memenuhi persamaan Bernoulli.
Persamaan Bernoulli dapat menjelaskan gejala-gejala fisis pada aliran fluida (Wati 2012).
Persamaan Bernoulli menyatakan jumlah energi bernilai tetap di setiap titik sepanjang aliran
fluida ideal. Persamaan Bernoulli diturunkan dari neraca massa dan neraca energi fluida
yang mengalir dari titik 1 ke titik 2 yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2. Ilustrasi Aliran Fluida dari Titik 1 ke Titik 2 (Brown 1951).

P1 v 12 P 2 v 22
+ + z −F 12−W = + + z 2 (5)
ρg 2 g 1 ρg 2 g
Keterangan :
P = tekanan fluida, N/m2
ρ = massa jenis fluida, kg/m3
v = kecepatan alir fluida, m/s2
g = percepatan gravitasi, m/s2
z = ketinggian fluida, m
F = friction head
W = kerja pompa

Masing-masing suku dalam persamaan Bernoulli disebut sebagai head. Pressure head

P
( ), merupakan energi mekanis yang dimiliki fluida karena tekanannya. Velocity head
ρg

v2
( ), merupakan energi mekanis yang dimiliki fluida karena kecepatannya. Potential head
2g
( z ), merupakan energi mekanis yang dimiliki fluida karena ketinggiannya. Pump head (W ),
merupakan energi yang digunakan pompa. Apabila dalam aliran fluida tidak menggunakan
pompa, pump head dapat diabaikan. Friction head ( F), merupakan energi yang digunakan
akibat adanya gesekan fluida dengan dinding pipa, faktor friksi merupakan fungsi dari
bilangan Reynolds dan kekasaran relatif pipa (Brown 1951).
Bilangan Reynolds merupakan hubungan antara peubah-peubah yang dinyatakan dalam
kelompok tidak berdimensi yang terdiri dari diameter pipa (D), viskositas fluida dalam pipa
(μ), densitas fluida (ρ), dan kecepatan rata-rata fluida dalam pipa (v) (Brown 1951). Secara
sistematis : 
ρvD
ℜ= (6)
μ

Bilangan Reynolds dapat dijadikan acuan untuk untuk  menentukan  kriteria  aliran
fluida dalam pipa. Menurut (Bird 2002), aliran fluida dalam pipa dapat dikategorikan
menjadi 3 jenis :
1. Laminer
Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan
secara teratur. Dikatakan aliran laminer apabila nilai bilangan Reynolds nya kurang dari
2100.
2. Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari partikel-partikel
fluida sangat tidak menentu pada sembarang lintasan di mana bilangan Reynolds bernilai
lebih dari 4000.
3. Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen. aliran
transisi mempunyai nilai bilangan Reynolds antara 2100 sampai dengan 4000.

Fluida zat cair yang mengalir melalui sebuah pipa dengan panjang tertentu
menyebabkan terjadinya kerugian energi berupa penurunan tekanan (pressure drop).
Pressure drop yang terjadi pada aliran fluida dapat dibagi menjadi 2 yaitu major losses yang
disebabkan karena adanya faktor gesekan sepanjang dinding pipa dan minor losses yang
terjadi akibat perubahan bentuk lokal saluran atau instalasi saluran seperti pembelokan
(elbow), bengkokan (bends), pembesaran tampang (expansion), serta pengecilan penampang
(contraction).
Pada aliran fluida dalam pipa, dikenal pula istilah panjang ekivalen. Panjang ekivalen
merupakan panjang pipa lurus yang memberikan kerugian head yang sama besarnya dengan
yang diberikan oleh instrumen lain yang ditambahkan pada pipa lurus tersebut. Atau dengan
kata lain panjang  ekivalen  pipa  adalah  panjang pipa  dari  ujung  satu  ke  ujung   yang  
lain, ditambah   dengan   panjang   yang   diperoleh dari  ekivalen  adanya  instrumen  pipa, 
seperti elbow, tee, reducer, katup  (termasuk gate valve, globe valve, check valve, butterfly
valve) atau instrumen lain yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian head. Pada
praktikum ini digunakan instrumen berupa kran dan elbow sehingga disebut panjang
ekivalen kran (Le kran) dan  panjang ekivalen elbow (Le elbow).
Penambahan instrumen seperti kran dan elbow menyebabkan kehilangan energi yang
semakin besar sebab adanya tumbukan antara partikel zat cair dan meningkatnya gesekan
(faktor friksi). Perhitungan nilai faktor friksi berbeda-beda tergantung pada kondisi aliran
fluida dan spesifikasi pipa (Perry 1997). Untuk pipa halus, faktor friksi hanya merupakan
fungsi dari bilangan Reynolds. Sedangkan untuk pipa kasar, nilai faktor friksi tidak hanya
tergantung pada bilangan Reynolds, tetapi juga pada sifat-sifat dinding pipa yaitu kekasaran
relatif. 
Pada pipa, faktor friksi dapat dicari melalui persamaan-persamaan berikut (Modul
POTK, 2020):
64
1. Aliran laminer (Re<2100) : f= ℜ (7)

0,5
2. Aliran turbulen (Re>4000) : f =0,0055+ (8)
ℜ0,32
3. Aliran transisi (2100<Re<4000) : nilai faktor friksi dapat dilihat dari literatur
(Foust et al. 1980)

Kecepatan alir (v) dapat dihitung dengan cara :


V
Q= (9)
t
Q
v= (10)
A
Dengan,
Q = debit aliran (cm3/s)
V = volume fluida yang dipakai
t = waktu aliran (s)
A = luas area yang dilewati aliran (cm2)

Laju alir fluida dapat diukur menggunakan alat antara lain orificemeter dan
venturimeter. Pengukuran menggunakan orificemeter dan venturimeter dihitung berdasarkan
perbedaan tekanan fluida yang terbaca pada manometer yang dihubungkan pada alat ukur
tersebut.
Untuk mempermudah analisis, faktor friksi pada orificemeter dan venturimeter
diabaikan serta diameter orificemeter plate digunakan sebagai diameter aliran fluida,
sehingga diperlukan coefficient of discharge untuk mengoreksi asumsi tersebut. Coefficient
of discharge merupakan rasio dari laju alir aktual dengan laju alir teoritis (Kumar 2020).
Laju alir fluida pada pipa menyebabkan terjadinya kerugian energi berupa pressure
drop. Pressure drop dapat dihitung melalui properties dari pipa yaitu panjang pipa, diameter
dalam pipa, dan nilai kekasaran pipa, serta properties dari fluida yang mengalir dalam pipa
yaitu massa, densitas, viskositas, dan kecepatan alir fluida. Melalui analisis KTD dihasilkan
persamaan berikut (Brown 1951), dimana konstanta-konstanta tersebut dapat diketahui
nilainya melalui data hasil percobaan. 
C1 C2 C3
−∆ P ρvD L ε
ρv 2
=K( )( )( )
μ D D
(11)

IV. LANDASAN TEORI


4.1 Menentukan Karakteristik Elbow
Instalasi-instalasi saluran fluida tidak hanya menggunakan sistem perpipaan
dengan pipa lurus, melainkan dapat juga menggunakan pembelokan aliran,
penggabungan aliran, ataupun percabangan aliran. Hal tersebut sering kita sebut dengan
istilah fitting perpipaan. Salah satu jenis fitting perpipaan adalah dengan menggunakan
elbow. Instalasi saluran fluida dengan menggunakan elbow bertujuan untuk
membelokkan aliran fluida sehingga instalasi 2 dapat terpasang sesuai dengan
kebutuhan. 
Pemasangan elbow dalam pemipaan ini akan membuat aliran di dalam elbow
mengalami pressure drop yang lebih besar daripada pipa lurus karena adanya faktor
friksi. Persamaan empiris untuk mencari besarnya nilai faktor friksi dapat diturunkan
dari persamaan Bernoulli sebagai berikut. 

Gambar 3. Ilustrasi Aliran Fluida pada Belokan.


(sumber gambar : Brown, 1951) 

Persamaan Bernoulli pada titik 1 dan 2 adalah sebagai berikut :


P1 v 12 P 2 v 22
+ + z 1 + F12−W s= + + z2 (5)
ρg 2 g ρg 2 g

Dengan asumsi :
1. Kecepatan pada titik 1 dan titik 2 konstan sehingga v1=v2=v
2. Fluida tidak dikenai kerja sehingga ( -Ws ) = 0
Dari asumsi tersebut persamaan menjadi :
P 1−P2
=F12−∆ z (12)
ρg

∆P ¿ v2
=f −∆ z (13)
ρg 2 gD

2 gD
¿= +(∆ h+ ∆ z) (14)
f v2
Le elbow = Le total – Le pipa halus (15)

Dengan, 
ΔP = ρgΔh
Le = panjang ekivalen pipa (cm)
D = diameter dalam pipa (cm)
f = faktor friksi antara fluida dengan dinding pipa
g = percepatan gravitasi (981 m/s2 )
v = kecepatan fluida (cm)
Δh = beda ketinggian manometer (cm) 
Δz = beda ketinggian posisi titik 1 dan titik 2 (cm)

Nilai faktor friksi dapat dihitung melalui bilangan Reynolds pada persamaan (6).
Dimana, apabila nilai bilangan Reynolds kurang dari 2100 (laminer) maka digunakan
persamaan (7). Apabila nilai bilangan Reynolds lebih dari 4000 (turbulen) maka
digunakan persamaan (8), serta apabila nilai bilangan Reynolds diantara 2100 dan 4000
maka nilai faktor friksi dilihat dari literatur (Foust et al. 1980).

Faktor – faktor yang mempengaruhi Le Elbow :


1. Diameter elbow
Semakin besar diameter elbow (D) maka Le semakin besar.
2. Kecepatan alir fluida
Semakin cepat fluida mengalir, maka faktor friksi semakin kecil sehingga Le
semakin besar.

4.2 Menentukan Karakteristik Kran


Selain elbow, salah satu jenis fitting yang seringkali digunakan di industri adalah
kran. Fungsi kran adalah mengontrol aliran atau untuk membuka atau menutup aliran.
Pemasangan kran dalam pemipaan ini akan membuat aliran di dalam elbow mengalami
pressure drop yang lebih besar daripada pipa lurus karena adanya faktor friksi.
Persamaan empiris untuk mencari besarnya nilai faktor friksi dapat diturunkan dari
persamaan bernoulli sebagai berikut.
Gambar 4. Skema Alat Kran (Gambar: Modul POTK 2020)

Penggunaan persamaan Bernoulli pada titik 1 dan 2:

P1 v 12 P 2 v 22
+ + z + F −W s= + + z2 (5)
ρg 2 g 1 12 ρg 2 g

Dengan, asumsi yang diambil:

1. Kecepatan cairan masuk kran dengan kecepatan fluida keluar kran adalah sama
(v1=v2)
2. Ketinggian titik masuk kran dengan ketinggian titik keluar kran adalah sama (z 1=
z2)
3. Tidak ada pompa (Ws) = 0

Persamaan menjadi,

P 1−P2
=F12 (16)
ρg

∆P ¿ v2
=f (17)
ρg 2 gD
2 gD
¿ total= . (∆ h) (18)
f v2
¿ kran=¿ total−¿ pipahalus (19)

Dengan,

v = kecepatan cairan (cm/s)

D = diameter dalam pipa (cm)

Le = panjang ekivalen (cm)


g = percepatan gravitasi (981 cm/s2)

f = faktor friksi data

∆h = beda ketinggian manometer (cm)

Faktor friksi terhitung merupakan fungsi dari bilangan Reynolds fluida, sehingga
dari persamaan (19) panjang ekivalen kran didapatkan.

4.3 Menentukan Karakteristik Orificemeter

Gambar 5. Skema Alat Orificemeter.


(sumber gambar : www.hkdivedi.com)

Orificemeter merupakan salah satu alat ukur laju alir fluida. Orificemeter mengukur
laju alir berdasarkan perbedaan tekanan fluida antara bagian pipa dengan bagian Vena
contracta. Perbedaan tekanan ditunjukkan pada manometer yang terpasang.
Orificemeter bekerja berdasarkan hukum Bernoulli, hukum kontinuitas, dan hukum
hidrostatika.
P1 v 12 P 2 v 22
+ + z −F 12−W = + + z 2 (5)
ρg 2 g 1 ρg 2 g
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan antara lain :
1. Titik aliran masuk dan keluar orifice meter memiliki ketinggian yang sama, z1 = z2.
2. Tidak ada pompa yang bekerja, W=0.
3. Faktor friksi diabaikan, F=0.
4. Diameter Vena contracta sama dengan diameter orifice plate.
Persamaan Bernoulli menjadi :

P 1−P2 v 22−v 12
= (20)
ρg 2g
Persamaan kontinuitas :
ρ1 v 1 A 1=ρ2 v 2 A 2 (3)
π 2 π
v1 D 1 =v 2 D 22 (21)
4 4
2
D
( )
v 2=v 1 1
D2
(22)

Persamaan hidrostatika :
P A =PB (23)
P1 + ρc g ( h1+ h2 )=P2 + ρc g h1+ ρr g h2 (24)
P 1−P2 ρr
+ ( h1+ h2 )=h1+ h 2 (25)
ρc g ρc
P 1−P2 ρr
ρc g
=h2
ρc
−1( ) (26)

Keterangan :
ρc = massa jenis cairan yang mengalir pada pipa
ρc = massa jenis cairan pada manometer
h2 = perbedaan ketinggian manometer

Substitusi persamaan :
v 22−v 12 ρ
2g ρc ( )
=h 2 r −1 (27)

D1 4
v 12 ( )
D2
−v 12
ρr (28)
2g
=h2 ( )
ρc
−1

D1 4 ρ −ρ
v1 2
(( ) )
D2
−1 =2 g h2 r c
ρc( ) (29)
2 g h2 ( ρr −ρc )
v12=
D1 4 (30)
ρc
(( ) )
D2
−1

2 g h 2( ρ r − ρ c )
v1 =c o

√ (( ) )
ρc
D1 4
D2

Laju alir fluida dapat dihitung menggunakan persamaan :


−1
(31)

V
Q= (9)
t
Q
v= (10)
A
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
v
C o=
(− ρ¿ ¿ c g ∆ h)


(32)
2
ρc
D1 4
(( ) )
D2
−1
¿

Dengan :
Q = Debit fluida (cm3/s)
V = Volume yang digunakan (cm3)
t = Waktu terukur (s)
v = Laju alir fluida pada pipa (cm/s)
A = Luas penampang pipa (cm2)
Co = Coefficient of discharge orificemeter
g = Percepatan gravitasi (981 cm/s2)
∆h = Beda ketinggian manometer (cm)
D1 = Diameter Pipa (cm)
D2 = Diameter Orifice plate (cm)
ρc = Massa jenis air (gram/cm3)

Coefficient of discharge orificemeter (Co) penting untuk diketahui, karena


sebagai koreksi dari asumsi-asumsi yang telah diambil sebelumnya. Diameter Vena
contracta pada kenyataannya tidak sama dengan diameter dari orifice plate, namun
karena sulit untuk melakukan pengukurannya dalam perhitungan digunakan diameter
orifice plate (Brown 1951). Faktor friksi berhubungan dengan bilangan Reynolds
(Brown 1951). Sehingga dapat diketahui bahwa Co merupakan fungsi dari diameter
orifice dan bilangan Reynolds.
Jarak dan ukuran dari Vena contracta tidak konstan, namun bervariasi dengan
rasio diameter orifice dan diameter pipa. Selain itu, ukuran Vena contracta juga
dipengaruhi dengan bilangan Reynolds (Ahman, Iswas, and Ahfuz 2009).
Hubungan antara nilai Co dengan rasio diameter dan bilangan Reynolds dapat
ditunjukkan pada grafik sebagai berikut (Brown 1951).

Gambar 6. Hubungan Bilangan Reynolds dengan Nilai Co.

4.4 Menentukan Karakteristik Venturimeter


Gambar 7. Skema Alat Venturimeter.
(sumber gambar : eligoprojects.com)

Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan rata-rata


aliran dalam pipa dengan cara mengukur perbedaan tekanan fluida antara bagian pipa
dan venturi throat. 
Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung coefficient of
discharge venturimeter:
P1 v 12 P 2 v 22
+ + z 1 + F12−W s= + + z2 (5)
ρg 2 g ρg 2 g

Asumsi yang digunakan dalam perhitungan antara lain :


1. Titik aliran masuk dan keluar venturimeter memiliki ketinggian yang sama, z1 =
z2.
2. Tidak ada pompa yang bekerja, W=0.
3. Faktor friksi diabaikan, F=0.
Persamaan Bernoulli menjadi :

P 1−P2 v 22−v 12
= (20)
ρg 2g
Persamaan kontinuitas :
ρ1 v 1 A 1=ρ2 v 2 A 2 (3)
π 2 π
v1 D 1 =v 2 D 22 (21)
4 4
2
D
v 2=v 1 1
D2 ( ) (22)

Persamaan hidrostatika :
P A =PB (23)
P1 + ρc g ( h1+ h2 )=P2 + ρ c g h1+ ρr g h2 (24)
P 1−P2 ρ
+ ( h1+ h2 )=h1+ r h 2 (25)
ρc g ρc
P 1−P2 ρr
ρc g
=h2
ρc
−1 ( ) (26)

Keterangan :
ρc = massa jenis cairan yang mengalir pada pipa
ρc = massa jenis cairan pada manometer
h2 = perbedaan ketinggian manometer

Substitusi persamaan :
v 22−v 12 ρ
2g ρc ( )
=h 2 r −1 (27)

D1 4
v 12 ( )
D2
−v 12
ρr (28)
2g
=h2 ( ) ρc
−1

D1 4 ρ −ρ
v1 2
(( ) )
D2
−1 =2 g h2 r c
ρc ( ) (29)

2 g h2 ( ρr −ρc )
v12=
D1 4 (30)
ρc
(( ) )
D2
−1

2 g h2 ( ρr−ρ c )
v1 =c v

√ (( ) )
ρc
D1 4
D2
−1
(33)
Laju alir fluida dapat dihitung menggunakan persamaan :

V
Q= (9)
t
Q
v= (10)
A
v
C v=
(−ρ¿¿ c g ∆ h)

(34)
√ 2
ρc
D1 4
(( ) )
D2
−1
¿

Dengan :
Q = Debit fluida (cm3/s)
V = Volume yang digunakan (cm3)
t = Waktu terukur (s)
v = Laju alir fluida pada pipa (cm/s)
A = Luas penampang pipa (cm2)
Cv = Coefficient of discharge venturimeter
g = Percepatan gravitasi (981 cm/s2)
∆h = Beda ketinggian manometer (cm)
D1 = Diameter Pipa (cm)
D2 = Diameter Venturimeter (cm)
ρc = Massa jenis air (gram/cm3)

Coefficient of discharge venturimeter (Cv) penting untuk diketahui, karena


sebagai koreksi dari asumsi yang telah diambil sebelumnya yaitu pengabaian faktor
friksi.

Faktor friksi berhubungan dengan bilangan Reynolds (Brown, 1951). Sehingga


dapat diketahui bahwa Cv merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan rasio diameter
venturi throat terhadap diamater inlet pipa (Kaladgi et al. 2020).
Hubungan antara nilai Cv dengan bilangan Reynolds adalah berbanding lurus.
Semakin besar bilangan Reynolds maka nilai Cv semakin besar yaitu mendekati nilai
satu (Kaladgi et al. 2020).
Hubungan antara nilai Cv dengan rasio diameter venturi throat terhadap diamater
inlet pipa adalah berbanding terbalik. Semakin besar rasio diameter venturi throat
terhadap diamater inlet pipa maka nilai Cv semakin kecil yaitu menjauhi nilai satu
(Kaladgi et al. 2020).

Semakin besar nilai Cv maka perhitungan laju alir fluida ( v1 ¿ semakin akurat.

4.5 Menghitung Nilai-Nilai Konstanta pada Pressure drop


Persamaan umum pressure drop:
C1 C2 C3
−∆ P ρvD L ε
ρv 2
=K
μ( )( )( ) D D
(11)

Menurut The Orificemeter and Gas Measurement oleh Brown, semakin kecil
diameter pipa maka kecepatan alir fluida akan semakin besar, sehingga bilangan
Reynolds juga akan semakin besar dan pressure drop meningkat.
Perhitungan nilai C1, C3, dan K
Nilai C1, C3, dan K dapat dihitung dengan memvariasikan bilangan Reynolds dan
jenis pipa. Peritungan nilai C1, C3, dan K dilakukan menggunakan metode least square
pada program python.
Perhitungan nilai C2
Pada persamaan umum pressure drop, besarnya penurunan tekanan dapat
ditentukan dengan persamaan Fanning yang merupakan penyederhanaan persamaan
umum pressure drop dengan konstanta C2 bernilai 1.

Menentukan error dari persamaan yang telah didapat


Setelah nilai C1, C2, C3 didapat selanjutnya dapat dibuat persamaan data hasil
percobaan pada pressure drop. Dihitung pula nilai error yang dari nilai hasil
perhitungan data percobaan dan pressure drop dari perhitungan KTD yang sudah
terbentuk.
C1 C2 C3
−∆ P ρvD L ε
( ρ v2 ) persamaan
( )( )( )
=K
μ D D
(35)

C1 C2 C3

( −∆ρ vP )
2
data percobaan
=K (
ρvD L ε
μ ) (D ) ( D )
(36)

− Δp
−Δp
[ ] [ ]
(37)
Error=
ρ.v

[2
persamaan−

−Δp
ρ.v
2
ρ . v2

persamaan
data percobaan

[ ]
x 100 %
]
V. METODOLOGI PERCOBAAN
5.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Air ledeng
Sifat fisis : berupa cairan yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
Sifat kimia : bersifat netral (pH = 7). Berdasarkan MSDS, air ledeng termasuk bahan
yang non-hazardous (ScienceLab.com).
Densitas : 1 gram/cm3
Viskositas : 0,00797 gram/cm/s

5.2. Rangkaian Alat

Gambar 8. Rangkaian Alat Percobaan

Keterangan: 

A. Orificemeter 
B. Manometer 
C. Selang 
D. Pompa 
E. Tangki 1 
F. Tangki 2 
G. Equalizer 
H. Pipa 
I. Elbow
J. Venturimeter
1-15. Kran

5.3. Cara Kerja


1. Pengukuran Le Elbow
Selang yang telah tersambung dengan manometer dipilih dari pipa yang telah
terpasang di antara elbow yang akan diukur. Tangki 2 diisi hingga ketinggian tertentu
(ketinggian minimal harus lebih dari 10 cm). Kran nomor 11 diatur pada keadaan
terbuka penuh. Ketinggian air pada manometer disamakan sebelum percobaan
dimulai. Setelah tangki 2 mencapai ketinggian tertentu, percobaan dimulai dengan
membuka semua kran yang dilewati elbow. Pompa dinyalakan. Penurunan ketinggian
air di tangki 2 dilihat hingga beda 10 cm dari ketinggian awal diukur dari penurunan
konstan air. Beda ketinggian pada manometer dan waktu yang dibutuhkan dicatat.
Pompa dimatikan. Langkah percobaan diulangi untuk kran nomor 11 pada keadaan
terbuka 1/5, 2/5, 3/5, dan 4/5. Nomor kran yang dibuka: 1, 4, 6, 8, 9, 11, dan 13.
Nomor kran yang ditutup: 2, 3, 5, 7, 10, 12, 14, dan 15. Kran nomor 11 divariasikan.

2. Pengukuran Le Kran
Selang yang telah tersambung dengan manometer dipasang di antara kran nomor
11, kran nomor 9 diatur pada keadaan terbuka 4/5+1/2 (selalu). Semua kran dibuka
penuh pada aliran yang diukur, kecuali kran nomor 9. Kran nomor 8 diatur pada
keadaan terbuka penuh dan kran nomor 11 pada keadaan 1/5. Penurunan ketinggian
air di tangki 2 dilihat hingga beda 10 cm dari ketinggian awal diukur dari penurunan
konstan air. Beda ketinggian pada manometer dan waktu yang dibutuhkan dicatat.
Langkah percobaan diulangi untuk kran nomor 8 terbuka penuh dengan kran nomor
11 diatur pada keadaan terbuka 1/5 + ½, 2/5, 2/5 + ½, dan 3/5. Langkah percobaan
diulangi untuk kran nomor 8 dibuka 1/5 dan 2/5, sehingga diperoleh 15 data. Nomor
kran yang dibuka: 1, 4, 6, 8, 9, 11, dan 13. Nomor kran yang ditutup: 2, 3, 5, 7, 10,
12, 14, dan 15. Nomor kran yang divariasi: 8 dan 11.
3. Pengukuran Orificemeter dan Venturimeter
Selang yang telah tersambung dengan manometer dipasang ke orificemeter.
Semua kran dibuka penuh pada aliran yang diukur. Kran nomor 9 diatur pada keadaan
terbuka 2/5. Penurunan ketinggian air di tangki 2 dilihat hingga beda 10 cm dari
ketinggian awal diukur dari penurunan konstan air. Beda ketinggian pada manometer
dan waktu yang dibutuhkan dicatat. Langkah percobaan diulangi untuk kran nomor 9
terbuka 2/5+1/2, 3/5, 3/5+1/2, 4/5, dan 4/5+1/2. Langkah percobaan diulangi untuk
venturimeter, sehingga diperoleh 12 data. Nomor kran yang dibuka: 1, 4, 6, 8, 9, 11,
dan 13. Nomor kran yang ditutup: 2, 3, 4, 7, 10, 12, dan 15. Kran nomor 9
divariasikan.

4. Pengukuran Pressure Drop


Selang yang telah tersambung dengan manometer dipasang ke pipa 2. Semua kran
dibuka penuh pada aliran yang diukur. Nomor kran 9 diatur pada keadaan terbuka
penuh. Penurunan ketinggian air di tangki 2 dilihat hingga beda 10 cm dari ketinggian
awal diukur dari penurunan konstan air. Beda ketinggian pada manometer dan waktu
yang dibutuhkan dicatat. Langkah percobaan diulangi untuk kran nomor 9 terbuka
1/5, 2/5, 3/5, dan 4/5. Langkah percobaan diulangi untuk pipa nomor 3 dan 4,
sehingga diperoleh 15 data.
 Pipa 2
Nomor kran yang dibuka: 1, 4, 6, 7, 8, 9, dan 10. Nomor kran yang
ditutup: 2, 3, 5, 11, 12, 13, 14, dan 15. Kran nomor 9 divariasikan.
 Pipa 3
Nomor kran yang dibuka: 1, 4, 6, 8, 9, 11, dan 13. Nomor kran yang
ditutup: 2, 3, 5, 7, 10, 12, dan 15. Kran nomor 9 divariasikan.
 Pipa 2
Nomor kran yang dibuka: 1, 4, 6, 9, 12, 13, dan 14. Nomor kran yang
ditutup: 2, 3, 5, 7, 8, 10, 11, dan 15. Kran nomor 9 divariasikan.
5.4. Analisis Data
1. Menghitung Le elbow 
Data yang diperoleh dari percobaan Le elbow adalah data pengukuran berupa
waktu dan beda ketinggian manometer dengan nilai sudut putar kran yang berbeda-
beda. Dengan menggunakan persamaan (9), (10), (14), dan (15) maka nilai debit
fluida, laju alir fluida, dan panjang ekivalen elbow dapat dihitung. Rincian data hasil
pengukuran, langkah perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

2. Menghitung Le kran
Data yang diperoleh dari percobaan Le kran adalah data pengukuran berupa
waktu dan beda ketinggian manometer dengan nilai sudut putar kran yang berbeda-
beda. Dengan menggunakan persamaan (9), (10), (18), dan (19) maka nilai debit
fluida, laju alir fluida, dan panjang ekivalen kran dapat dihitung. Rincian data hasil
pengukuran, langkah perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

3. Menghitung Coefficient of Discharge Orificemeter


Data yang diperoleh dari percobaan orificemeter adalah data pengukuran berupa
waktu dan beda ketinggian manometer pada sudut putar kran yang berbeda. Dengan
menggunakan persamaan (9), (10), dan (32) maka nilai debit fluida, laju alir fluida,
dan nilai Co dapat dihitung. Rincian data hasil pengukuran, langkah perhitungan dan
hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

4. Menghitung Coefficient of Discharge Venturimeter


Data yang diperoleh dari percobaan orificemeter adalah data pengukuran berupa
waktu dan beda ketinggian manometer pada sudut putar kran yang berbeda. Dengan
menggunakan persamaan (9), (10), dan (34) maka nilai debit fluida, laju alir fluida,
dan nilai Co dapat dihitung. Rincian data hasil pengukuran, langkah perhitungan dan
hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
5. Menentukan bentuk umum persamaan pressure drop
Data yang diperoleh dari percobaan pressure drop adalah data pengukuran berupa
waktu dan beda ketinggian manometer pada sudut putar kran yang berbeda.
Nilai C2 ditentukan dengan persamaan Fanning yang merupakan penyederhanaan
persamaan umum pressure drop dengan konstanta bernilai 1.
Nilai C1, C3, dan K dihitung melalui metode least square pada program python.
Nilai error dari percobaan pressure drop dapat dihitung menggunakan persamaan
(35), (36), dan (37). Rincian data hasil pengukuran, langkah perhitungan dan hasil
perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1. Karakteristik Aliran pada Le Elbow
Gambar 9 menyatakan hubungan antara sudut putar kran dengan panjang ekivalen
elbow.

Gambar 9. Grafik Hubungan antara Sudut Putar Kran dengan Panjang Ekivalen
Elbow.

Dari grafik diatas pada Gambar 9, dapat dilihat bahwa nilai Le elbow berbanding
lurus dengan sudut putar kran. Semakin besar sudut putar kran, maka nilai Le elbow juga
semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang telah dicantumkan pada
landasan teori.
Grafik diatas dapat dibuat persamaan linear untuk mencari panjang ekivalen
elbow dengan fungsi sudut bukaan kran yang digunakan, persamaan yang diperoleh
adalah sebagai berikut.
¿=88,4370 α +288,9200 (38)

6.2. Karakteristik Aliran pada Le Kran


Gambar 9 menyatakan hubungan antara sudut putar kran dengan panjang ekivalen
elbow.

Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Sudut Putar Kran dengan Panjang Ekivalen.

Dari grafik diatas pada Gambar 10, dapat dilihat bahwa nilai Le kran berbanding
lurus dengan sudut putar kran. Semakin besar sudut putar kran, maka nilai Le kran juga
semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang telah dicantumkan pada
landasan teori.
Grafik diatas dapat dibuat persamaan linear untuk mencari panjang ekivalen kran
dengan fungsi sudut bukaan kran yang digunakan, persamaan yang diperoleh adalah
sebagai berikut.
a. Sudut bukaan kran 8: 0 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
¿=34,5540 α −28,9370 (39)
b. Sudut bukaan kran 8: 1/5 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
¿=73,6060 α +18,1900 (40)
c. Sudut bukaan kran 8: 2/5 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
¿=80,3970 α −85,8030 (41)

6.3. Menentukan Karakteristik Orificemeter


Gambar 11 menyatakan hubungan antara bilangan Reynolds dengan nilai dengan
nilai coefficient of discharge orificemeter (Co).
.

Grafik Reo vs Co
0.6600
0.6400
0.6200
Co

0.6000
0.5800
0.5600
37000 38000 39000 40000 41000 42000 43000 44000 45000 46000
Reo

Gambar 11. Grafik Hubungan Antara Bilangan Reynolds dengan Nilai Co.

Dari grafik di atas pada Gambar 11. dapat dilihat bahwa nilai Co berbanding lurus
dengan bilangan Reynolds. Semakin besar bilangan Reynolds maka nilai Co juga akan
semakin besar. Hal ini sudah sudah sesuai dengan literatur yang telah dicantumkan dalam
dasar teori.

6.4. Menentukan Karakteristik Venturimeter


Gambar 12 menyatakan hubungan antara bilangan Reynolds dengan nilai dengan
nilai coefficient of discharge venturimeter (Cv).
Grafik Rev vs Cv
0.9400
0.9300
0.9200
0.9100
0.9000
0.8900
Cv
0.8800
0.8700
0.8600
0.8500
0.8400
40000 45000 50000 55000 60000 65000
Rev

Gambar 12. Grafik Hubungan Antara Bilangan Reynolds dengan Nilai Cv

Dari grafik di atas pada Gambar 12. dapat dilihat bahwa nilai Cv berbanding lurus
dengan bilangan Reynolds. Semakin besar bilangan Reynold, maka nilai Cv juga semakin
besar. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang telah dicantumkan pada dasar teori.
Secara umum nilai Cv lebih tinggi dibanding nilai Co, hal tersebut dikarenakan
posisi manometer pada venturimeter tepat pada venturi throat sedangkan manometer pada
orificemeter letaknya lebih jauh dengan diameter orifice plate. Sehingga dapat
disimpulkan tingkat ketelitian venturimeter lebih tinggi dibandingkan dengan
orificemeter.

6.5. Persamaan Empiris Penurunan Tekanan Aliran Fluida melalui Pipa


Persamaan empiris penurunan tekanan aliran fluida melalui pipa dihitung
menggunakan metode least square melalui program python, dengan nilai C2 sudah
ditetapkan bernilai 1. Sehingga didapatkan hasil :
C1 = 1,1301
C2 =1
C3 = -0,9271
K = 4,0376 x 10-10
Sehingga persamaan umum pressure drop menjadi :
1,1301 −0,9271
−∆ P ρvD L ε
( ρv )
2 ( ) ( )( )
=4,0376 ×10−10
μ D D
(42)

Gambar 13 menyatakan hubungan antara bilangan Reynolds dengan nilai


pressure drop.
.

Gambar 13. Grafik Hasil Regresi Linear untuk Perhitungan Nilai C1.

Dari grafik pada Gambar 13, dapat dilihat bahwa hubungan nilai pressure drop
berbanding lurus dengan bilangan Reynolds. Semakin besar bilangan Reynolds maka
nilai pressure drop akan semakin besar juga. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur
yang telah dicantumkan pada landasan teori.
ε
Gambar 14 menyatakan hubungan antara nilai ( ¿ dengan nilai pressure drop.
D

ε
Gambar 16. Grafik Hubungan Antara Nilai ( ¿ dengan Pressure Drop
D

Dari grafik pada Gambar 16, dapat dilihat bahwa hubungan nilai pressure drop

ε
berbanding terbalik dengan nilai ( ¿, yang berarti nilai pressure drop berbanding lurus
D
dengan diameter. Semakin besar diameter pipa, maka nilai pressure drop akan semakin
besar juga. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang telah disebutkan dalam landasan
teori.

VII. KESIMPULAN
1. Panjang ekivalen elbow dipengaruhi oleh sudut bukaan kran dimana semakin besar sudut
bukaan kran maka Le elbow semakin besar. Persamaan untuk mencari panjang ekivalen
elbow dengan sudut putaran kran yang dibuka sebagai berikut.
Le = 88,4370α + 288,9200
2. Panjang ekivalen kran dipengaruhi oleh sudut bukaan kran dimana semakin besar sudut
bukaan kran maka Le kran semakin besar. Persamaan untuk mencari panjang ekivalen
elbow dengan sudut putaran kran yang dibuka sebagai berikut.
a. Sudut bukaan kran 8: 0 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
Le = 34,5540α – 28,9370
b. Sudut bukaan kran 8: 1/5 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
Le = 73,6060α +18,1900
c. Sudut bukaan kran 8: 2/5 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
Le = 80,3970α +85,8030
3. Nilai coefficient of discharge orificemeter (Co) berbanding lurus dengan bilangan
Reynolds. Semakin besar bilangan Reynolds, maka nilai Co akan semakin besar.
4. Nilai coefficient of discharge venturimeter (Cv) berbanding lurus dengan bilangan
Reynolds. Semakin besar bilangan Reynolds, maka nilai Cv akan semakin besar.
5. Pressure drop semakin besar apabila energi yang hilang di dalam pipa semakin besar.
Diperoleh nilai C1, C2 dan C3 hingga membentuk persamaan berikut:
1,1301 −0,9271
−∆ P ρvD L ε
( ρv )
2
=4,0376 ×10−10 ( ) ( )( )
μ D D

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Kurniati, Sri Wagiani, Program Studi Fisika, and Universitas Cokroaminoto Palopo.
2013. “STUDI ANALISIS PERBANDINGAN KECEPATANALIRAN AIR
MELALUI” 04 (1).

Ahman, M M R, R B Iswas, and W I M Ahfuz. 2009. “Effects of Beta Ratio and Reynold ’ s
Number on Coefficient of Discharge of Orifice Meter” 7 (June): 151–56.

Bird, R. Byron. 2002. Transport Phenomena. 2nd ed. John Wiley & Sons, Inc.

Brown. 1951. Unit Operation. CBS Publisher & Distributor.

Foust, Alan S, Leonard A Wenzel, Louis Maus, and L Bryce Andersen. 1980. Principles of
Unit Operations. Pennsylvania: Wiley International Edition.
Ghurri, Ainul. 2014. “Dasar-Dasar Mekanika Fluida Ainul Ghurri Ph . D .”

Kaladgi, Abdul Razak, Arafat Mukhtar, Asif Afzal, and Mohammed Kareemullah. 2020.
“Numerical Investigation of Beta Ratio and Reynolds Number Effect on Coefficient of
Discharge of Venturimeter Numerical Investigation of Beta Ratio and Reynolds
Number Effect on Coefficient of Discharge of Venturimeter.”
https://doi.org/10.1088/1757-899X/884/1/012116.

Kumar, Manoj. 2020. “Experimental Analysis and Comparison Using Venturimeter and
Orificemeter for Estimating Coefficient of Discharge Page No : 1788” IX (Vi): 1788–
98.

ModulPOTK. 2020. Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia 2020. Yogyakarta: Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Perry, Robert H. 1997. Perry’s Chemical Engineers Handbook. Edited by Don W Green. 7th
ed. McGraw-Hill Companies, Inc.

Wati, Masna. 2012. “SIMULASI ALIRAN PERMUKAAN DENGAN PARAMETER


BERNOULLI PROGRAM PASCASARJANA.”

IX. LAMPIRAN
1. Menentukan densitas dan viskositas air
Densitas dan viskositas air dapat dicari di Perry's chemical engineers' handbook, didapat :
Densitas air (30°C) = 1 gram/cm3
Viskositas air (30°C) = 0.00797 gram/cm/s

2. Menghitung Le Elbow
2 gD
¿= ( ∆ h+ ∆ z ) (14)
f v2
¿ elbow=¿total−¿ pipa halus (15)
Data hasil pengukuran dan untuk perhitungan sebagai berikut.

Tabel I. Data Hasil Pengukuran pada Elbow


α t,s Δh, cm
0 15 3
1/5 16 3,5
2/5 17 4
3/5 18 5
4/5 19 5,5

Perhitungan Le elbow perlu dicari nilai faktor friksi dan kecepatan aliran fluida terlebih
dahulu. Contoh perhitungan dilakukan pada data pertama di Tabel I.
6830 cm 3 cm3
Q= =455,3333
15 s s
cm3
455,3333
s cm
v= =76,6998
3,14 s
( 4 )
× 2,752 cm2

g cm
1 ×76,6998 ×2,75 cm
cm 3
s
ℜ= =26464,8095
g
0,00797
cms
0,5
f =0,0055+ =0,0247
( 26464,8095 )0,32
cm
2× 981 × 2,75 cm
s2
¿ elbow= ( 3+8 )−152=390,1466 cm
cm 2
(
0,0247 × 76,6998
s )
Dengan cara yang sama didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel II. Hasil Perhitungan Le Elbow

α Friksi Le Elbow
0 0,0247 390,1466
1/5 0,0251 459,7375
2/5 0,0255 536,2889
3/5 0,0259 645,5944
4/5 0,0262 739,4044

3. Menghitung Le Kran
2 gD
¿ terukur= (∆ h) (18)
f v2
¿ kran=¿ terukur−¿ pipa (19)
Data hasil pengukuran dan untuk perhitungan sebagai berikut.

Tabel III. Data Hasil Pengukuran pada Kran

Sudut Putar kran 8 α t,s Δh, cm


0 1/5 14 1,2
1/5+1/2 14,5 1,8
2/5 15 2,2
2/5+1/2 15,5 3,1
3/5 16 4,4
1/5 1/5 28,15 1,1
1/5+1/2 29,45 1,6
2/5 31,77 1,8
2/5+1/2 34,74 2
3/5 35,97 2,5
2/5 1/5 36,43 1,2
1/5+1/2 36,9 1,5
2/5 37,3 1,8
2/5+1/2 38,5 2,1
3/5 38,75 2,8

Perhitungan Le kran perlu dicari nilai faktor friksi dan kecepatan aliran fluida terlebih
dahulu. Contoh perhitungan dilakukan pada data pertama pada Tabel III pengukuran beda
ketinggian manometer pada kran.
6830 cm3 cm3
Q= =487,8571
14 s s
cm 3
487,8571
s cm
v= =82,1784
s
( 3,144 × 2,75 ) cm
2 2

g cm
1 ×68,0768 ×2,75 cm
cm 3
s
ℜ= =28355,1531
g
0,00797
cms
0,5
f =0,0055+ =0,0243
( 28355,1531 )0,32
cm
2× 981 × 2,75 cm
s2
¿ kran= ( 1,2 )−23=16,4561 cm
cm 2
(
0,0243× 82,1784
s )
Dengan cara yang sama didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel IV. Hasil Perhitungan Le Kran

Sudut Putar Kran 8 α Friksi Le kran, cm


0 1/5 0,0243 16,4561
1/5+1/2 0,0245 39,9373
2/5 0,0247 58,6293
2/5+1/2 0,0249 98,8201
3/5 0,0251 159,7865
1/5 1/5 0,0290 99,4912
1/5+1/2 0,0293 169,7323
2/5 0,0299 224,3934
2/5+1/2 0,0306 298,0748
3/5 0,0309 403,3497
2/5 1/5 0,0310 186,2147
1/5+1/2 0,0311 244,4055
2/5 0,0312 303,9509
2/5+1/2 0,0315 379,9994
3/5 0,0315 520,4037

4. Menghitung Coefficient of Discharge Orificemeter


Data yang digunakan dalam perhitungan coefficient of discharge orificemeter
adalah sebagai berikut.
Tabel V. Data untuk Perhitungan Nilai Co.

Sudut putar kran (α) Waktu, s ∆h, cm


2/5 8 12
2/5 + 1/2 8,3 11,5
3/5 8,5 11,4
3/5 + 1/2 8,7 11,2
4/5 9 10,8
4/5 + 1/2 9,5 10

D1 = 2,75 cm
D2 = 2,5 cm
V = 6380 cm3
Dengan menggunakan persamaan (9), (10), dan (32) diperoleh nilai Co, dengan
contoh perhitungan menggunakan data α = 2/5 sebagai berikut.
Menghitung debit fluida :

V
Q=
t
6380
Q=
8
Q = 853,7500 cm3/s

Menghitung laju alir fluida dalam pipa :


Q
v=
A
Q
v=
π 2
D
4 1
853,7500
v=
π
2,75 2
4
v = 143,8122 cm/s
Menghitung nilai Co :
v
C o=
(− ρ¿ ¿ c g ∆ h)

C o=
√ 2
ρc
D1 4
(( ) )
D2

143,8122
−1
¿

2(1 ×981 ×12)

√ ((1

C o = 0,6385
2,75 4
2,5 ) )
−1

Menghitung bilangan Reynolds :


ρvD
Reo=
μ
1 ×143,8122× 2,5
Reo=
0,00797
Reo=¿ 45110,4708

Dengan langkah perhitungan yang sama diperoleh data hasil perhitungan sebagai berikut.
Tabel VI . Hasil Perhitungan Nilai Co.

No. α Q, cm3/s V, m/s Co Reo


1. 2/5 853,7500 143,8122 0,6385 45110,4708
2. 2/5 + 1/2 822,8916 138,6142 0,6287 43479,9718
3. 3/5 803,5294 135,3526 0,6166 42456,9137
4. 3/5 + 1/2 785,0575 132,2411 0,6077 41480,8927
5. 4/5 758,8889 127,8330 0,5983 40098,1963
6. 4/5 + 1/2 718,9474 121,1050 0,5890 37987,7649
5. Menghitung Coefficient of Discharge Venturimeter
Data yang digunakan dalam perhitungan coefficient of discharge venturimeter
adalah sebagai berikut.
Tabel VII. Data untuk Perhitungan Nilai Cv.

Sudut putar kran (α) Waktu, s ∆h, cm


2/5 6,00 10
2/5 + ½ 6,50 8,8
3/5 7,00 7,8
3/5 + 1/2 7,50 7
4/5 8,00 6,3
4/5 + 1/2 8,50 5,7

D1 = 2,75 cm
D2 = 2,5 cm
V = 6380 cm3
Dengan menggunakan persamaan (9), (10), dan (34) diperoleh nilai Cv, dengan
contoh perhitungan menggunakan data α = 2/5 sebagai berikut.
Menghitung debit fluida :

V
Q=
t
6380
Q=
6
Q = 1138,3333 cm3/s

Menghitung laju alir fluida dalam pipa :


Q
v=
A
Q
v=
π 2
D
4 1
1138,3333
v=
π
2,752
4
v = 191,7496 m/s

Menghitung nilai Cv :
v
C v=
(−ρ¿¿ c g ∆ h)

C v=
√ 2
ρc
D1 4
(( ) )
D2

191,7496
−1
¿

2(1 ×981 ×10)

√ ((1

C v = 0,9326
2,75 4
2,5 ) )
−1

Menghitung bilangan Reynolds :


ρvD
Rev=
μ
1×191,7496 × 2,5
Rev=
0,00797
Rev=¿ 60147,2944

Dengan langkah perhitungan yang sama diperoleh data hasil perhitungan sebagai berikut.
Tabel VIII. Hasil Perhitungan Nilai Cv.

No. α Q, cm3/s V, m/s Cv Rev


1. 2/5 1138,3333 191,7496 0,9326 60147,2944
2. 2/5 + 1/2 1050,7692 176,9996 0,9177 55520,5794
3. 3/5 975,7143 164,3568 0,9051 51554,8238
4. 3/5 + 1/2 910,6667 153,3997 0,8917 48117,8355
5. 4/5 853,7500 143,8122 0,8812 45110,4708
6. 4/5 + 1/2 803,5294 135,3526 0,8719 42456,9137
6. Penentuan bentuk umum persamaan pressure drop
Data yang digunakan dalam perhitungan pressure drop adalah sebagai berikut.
Tabel IX. Data untuk Perhitungan Persamaan Umum Pressure Drop

Diameter,cm α t,s Δh, cm


0 15.00 1.2
1/5 16.00 1.1
3,6 2/5 16.00 1
3/5 17.00 1
4/5 18.00 1
0 16.00 4
1/5 17.00 5
2,75 2/5 18.00 5
3/5 18.00 6
4/5 19.00 5.5
0 17.00 25
1/5 18.00 23
2,15 2/5 18.00 23
3/5 19.00 22
4/5 20.00 21

Volume yang digunakan untuk pengukuran sebesar 6830 cm3. Berikut merupakan

cara perhitungan ( −∆ρ vP ) dengan menggunakan persamaan (6), (9) dan (10) yang
2

menggunakan data diameter 3,6 cm, α = 0 dengan Δh sebesar 1,2 cm.


6830 cm 3 cm3
Q= =455.3333
15 s s

cm3
455.3333
s cm
v data= =44.7564
s
( 3,144 ×3,6 ) cm
2 2
g cm
1 3
× 981 2 × 1,2 cm
−∆ P cm s
( 2 ) =
ρ v data 1 g × 44.7564 cm × 44.7564 cm
=0,5877

cm 3 s s
g cm
1 × 44.7564 × 1,2 cm
cm 3
s
ℜ= =17695.7751
g
0,00797
cm s
Perhitungan dilakukan kembali pada data yang lainnya sehingga didapat hasil
sebagai berikut.

Tabel X. Hasil Perhitungan data Pressure Drop


Δh,
D α t,s Q v (-Δp)/(ρ.v2) Re
cm
0 15.00 1.2 455.3333 44.7564 0.5877 17695.7751
1/5 16.00 1.1 426.8750 41.9591 0.6129 16589.7892
3,6 2/5 16.00 1 426.8750 41.9591 0.5572 16589.7892
3/5 17.00 1 401.7647 39.4909 0.6290 15613.9192
4/5 18.00 1 379.4444 37.2970 0.7052 14746.4793
0 16.00 4 426.8750 71.9061 0.7589 28430.2371
1/5 17.00 5 401.7647 67.6763 1.0709 26757.8702
2,75 2/5 18.00 5 379.4444 63.9165 1.2006 25271.3218
3/5 18.00 6 379.4444 63.9165 1.4408 25271.3218
4/5 19.00 5.5 359.4737 60.5525 1.4715 23941.2523
0 17.00 25 401.7647 110.7198 2.0006 43776.3966
1/5 18.00 23 379.4444 104.5687 2.0634 41344.3746
2,15 2/5 18.00 23 379.4444 104.5687 2.0634 41344.3746
3/5 19.00 22 359.4737 99.0651 2.1991 39168.3548
4/5 20.00 21 341.5000 94.1118 2.3259 37209.9371

Perhitungan untuk mencari nilai tersebut dapat dilakukan dengan perhitungan


SSE, sehingga didapat nilai tersebut sebesar
C1 = 1,1301
K = 4,0376 x 10-10
C3 = -0,9271

Persamaan KTD yang terbentuk:


1,1301 −0,9271
−∆ P ρvD L ε
( ρv )
2
=4,0376 ×10−10( ) ( )( )
μ D D

Perhitungan kesalahan relatif dapat dihitung menggunakan persamaan (35), (36),


dan (37) sehingga, kesalahan relatif terhitung sebesar 7,25%.

Anda mungkin juga menyukai