ALIRAN FLUIDA
Kelompok 1 :
Berta Juliantina 18/428851/TK/47353
Diana Agustina R 18/425145/TK/46840
Jody Febio Y 18/428869/TK/47371
ALIRAN FLUIDA
Disusun oleh:
Nama Praktikan NIM Tanda Tangan
Transportasi fluida di industri tidak hanya digunakan pipa yang lurus, melainkan
dilengkapi dengan berbagai macam jenis fitting, seperti elbow, kran, dan lain-lain. Selama
fluida melalui fitting tersebut terjadi gaya gesek yang nilainya lebih besar bila dibanding
penggunaan pipa lurus. Untuk menghitung besarnya nilai penurunan tekanan melalui fiiting
tersebut perlu diketahui nilai panjang ekuivalen fitting tersebut.
Tipe aliran dari suatu fluida perlu diketahui sebelum dianalisis lebih lanjut. Turbulensi
aliran fluida dalam pipa dinyatakan dalam tiga pola aliran, yaitu aliran laminer, aliran
transisi, dan aliran turbulen. Masing-masing pola aliran dikuantifikasikan dalam nilai
bilangan Reynolds. Untuk mengetahui jumlah aliran fluida yang mengalir di dalam pipa,
diperlukan pengukuran laju alir Laju alir dapat dihitung dan dinyatakan dengan kecepatan
aliran fluida rata-rata melalui pipa menggunakan alat ukur aliran, antara lain venturimeter
dan orificemeter.
Transportasi fluida melalui pipa mengalami penurunan tekanan. Penurunan tersebut
terjadi karena adanya gaya gesek antara fluida yang mengalir dengan pipa. Untuk itu,
persamaan empiris antara penurunan tekanan dengan variabel-variabel yang memengaruhi
perlu diketahui.
P1 v 12 P 2 v 22
+ + z −F 12−W = + + z 2 (5)
ρg 2 g 1 ρg 2 g
Keterangan :
P = tekanan fluida, N/m2
ρ = massa jenis fluida, kg/m3
v = kecepatan alir fluida, m/s2
g = percepatan gravitasi, m/s2
z = ketinggian fluida, m
F = friction head
W = kerja pompa
Masing-masing suku dalam persamaan Bernoulli disebut sebagai head. Pressure head
P
( ), merupakan energi mekanis yang dimiliki fluida karena tekanannya. Velocity head
ρg
v2
( ), merupakan energi mekanis yang dimiliki fluida karena kecepatannya. Potential head
2g
( z ), merupakan energi mekanis yang dimiliki fluida karena ketinggiannya. Pump head (W ),
merupakan energi yang digunakan pompa. Apabila dalam aliran fluida tidak menggunakan
pompa, pump head dapat diabaikan. Friction head ( F), merupakan energi yang digunakan
akibat adanya gesekan fluida dengan dinding pipa, faktor friksi merupakan fungsi dari
bilangan Reynolds dan kekasaran relatif pipa (Brown 1951).
Bilangan Reynolds merupakan hubungan antara peubah-peubah yang dinyatakan dalam
kelompok tidak berdimensi yang terdiri dari diameter pipa (D), viskositas fluida dalam pipa
(μ), densitas fluida (ρ), dan kecepatan rata-rata fluida dalam pipa (v) (Brown 1951). Secara
sistematis :
ρvD
ℜ= (6)
μ
Bilangan Reynolds dapat dijadikan acuan untuk untuk menentukan kriteria aliran
fluida dalam pipa. Menurut (Bird 2002), aliran fluida dalam pipa dapat dikategorikan
menjadi 3 jenis :
1. Laminer
Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan
secara teratur. Dikatakan aliran laminer apabila nilai bilangan Reynolds nya kurang dari
2100.
2. Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari partikel-partikel
fluida sangat tidak menentu pada sembarang lintasan di mana bilangan Reynolds bernilai
lebih dari 4000.
3. Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen. aliran
transisi mempunyai nilai bilangan Reynolds antara 2100 sampai dengan 4000.
Fluida zat cair yang mengalir melalui sebuah pipa dengan panjang tertentu
menyebabkan terjadinya kerugian energi berupa penurunan tekanan (pressure drop).
Pressure drop yang terjadi pada aliran fluida dapat dibagi menjadi 2 yaitu major losses yang
disebabkan karena adanya faktor gesekan sepanjang dinding pipa dan minor losses yang
terjadi akibat perubahan bentuk lokal saluran atau instalasi saluran seperti pembelokan
(elbow), bengkokan (bends), pembesaran tampang (expansion), serta pengecilan penampang
(contraction).
Pada aliran fluida dalam pipa, dikenal pula istilah panjang ekivalen. Panjang ekivalen
merupakan panjang pipa lurus yang memberikan kerugian head yang sama besarnya dengan
yang diberikan oleh instrumen lain yang ditambahkan pada pipa lurus tersebut. Atau dengan
kata lain panjang ekivalen pipa adalah panjang pipa dari ujung satu ke ujung yang
lain, ditambah dengan panjang yang diperoleh dari ekivalen adanya instrumen pipa,
seperti elbow, tee, reducer, katup (termasuk gate valve, globe valve, check valve, butterfly
valve) atau instrumen lain yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian head. Pada
praktikum ini digunakan instrumen berupa kran dan elbow sehingga disebut panjang
ekivalen kran (Le kran) dan panjang ekivalen elbow (Le elbow).
Penambahan instrumen seperti kran dan elbow menyebabkan kehilangan energi yang
semakin besar sebab adanya tumbukan antara partikel zat cair dan meningkatnya gesekan
(faktor friksi). Perhitungan nilai faktor friksi berbeda-beda tergantung pada kondisi aliran
fluida dan spesifikasi pipa (Perry 1997). Untuk pipa halus, faktor friksi hanya merupakan
fungsi dari bilangan Reynolds. Sedangkan untuk pipa kasar, nilai faktor friksi tidak hanya
tergantung pada bilangan Reynolds, tetapi juga pada sifat-sifat dinding pipa yaitu kekasaran
relatif.
Pada pipa, faktor friksi dapat dicari melalui persamaan-persamaan berikut (Modul
POTK, 2020):
64
1. Aliran laminer (Re<2100) : f= ℜ (7)
0,5
2. Aliran turbulen (Re>4000) : f =0,0055+ (8)
ℜ0,32
3. Aliran transisi (2100<Re<4000) : nilai faktor friksi dapat dilihat dari literatur
(Foust et al. 1980)
Laju alir fluida dapat diukur menggunakan alat antara lain orificemeter dan
venturimeter. Pengukuran menggunakan orificemeter dan venturimeter dihitung berdasarkan
perbedaan tekanan fluida yang terbaca pada manometer yang dihubungkan pada alat ukur
tersebut.
Untuk mempermudah analisis, faktor friksi pada orificemeter dan venturimeter
diabaikan serta diameter orificemeter plate digunakan sebagai diameter aliran fluida,
sehingga diperlukan coefficient of discharge untuk mengoreksi asumsi tersebut. Coefficient
of discharge merupakan rasio dari laju alir aktual dengan laju alir teoritis (Kumar 2020).
Laju alir fluida pada pipa menyebabkan terjadinya kerugian energi berupa pressure
drop. Pressure drop dapat dihitung melalui properties dari pipa yaitu panjang pipa, diameter
dalam pipa, dan nilai kekasaran pipa, serta properties dari fluida yang mengalir dalam pipa
yaitu massa, densitas, viskositas, dan kecepatan alir fluida. Melalui analisis KTD dihasilkan
persamaan berikut (Brown 1951), dimana konstanta-konstanta tersebut dapat diketahui
nilainya melalui data hasil percobaan.
C1 C2 C3
−∆ P ρvD L ε
ρv 2
=K( )( )( )
μ D D
(11)
Dengan asumsi :
1. Kecepatan pada titik 1 dan titik 2 konstan sehingga v1=v2=v
2. Fluida tidak dikenai kerja sehingga ( -Ws ) = 0
Dari asumsi tersebut persamaan menjadi :
P 1−P2
=F12−∆ z (12)
ρg
∆P ¿ v2
=f −∆ z (13)
ρg 2 gD
2 gD
¿= +(∆ h+ ∆ z) (14)
f v2
Le elbow = Le total – Le pipa halus (15)
Dengan,
ΔP = ρgΔh
Le = panjang ekivalen pipa (cm)
D = diameter dalam pipa (cm)
f = faktor friksi antara fluida dengan dinding pipa
g = percepatan gravitasi (981 m/s2 )
v = kecepatan fluida (cm)
Δh = beda ketinggian manometer (cm)
Δz = beda ketinggian posisi titik 1 dan titik 2 (cm)
Nilai faktor friksi dapat dihitung melalui bilangan Reynolds pada persamaan (6).
Dimana, apabila nilai bilangan Reynolds kurang dari 2100 (laminer) maka digunakan
persamaan (7). Apabila nilai bilangan Reynolds lebih dari 4000 (turbulen) maka
digunakan persamaan (8), serta apabila nilai bilangan Reynolds diantara 2100 dan 4000
maka nilai faktor friksi dilihat dari literatur (Foust et al. 1980).
P1 v 12 P 2 v 22
+ + z + F −W s= + + z2 (5)
ρg 2 g 1 12 ρg 2 g
1. Kecepatan cairan masuk kran dengan kecepatan fluida keluar kran adalah sama
(v1=v2)
2. Ketinggian titik masuk kran dengan ketinggian titik keluar kran adalah sama (z 1=
z2)
3. Tidak ada pompa (Ws) = 0
Persamaan menjadi,
P 1−P2
=F12 (16)
ρg
∆P ¿ v2
=f (17)
ρg 2 gD
2 gD
¿ total= . (∆ h) (18)
f v2
¿ kran=¿ total−¿ pipahalus (19)
Dengan,
Faktor friksi terhitung merupakan fungsi dari bilangan Reynolds fluida, sehingga
dari persamaan (19) panjang ekivalen kran didapatkan.
Orificemeter merupakan salah satu alat ukur laju alir fluida. Orificemeter mengukur
laju alir berdasarkan perbedaan tekanan fluida antara bagian pipa dengan bagian Vena
contracta. Perbedaan tekanan ditunjukkan pada manometer yang terpasang.
Orificemeter bekerja berdasarkan hukum Bernoulli, hukum kontinuitas, dan hukum
hidrostatika.
P1 v 12 P 2 v 22
+ + z −F 12−W = + + z 2 (5)
ρg 2 g 1 ρg 2 g
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan antara lain :
1. Titik aliran masuk dan keluar orifice meter memiliki ketinggian yang sama, z1 = z2.
2. Tidak ada pompa yang bekerja, W=0.
3. Faktor friksi diabaikan, F=0.
4. Diameter Vena contracta sama dengan diameter orifice plate.
Persamaan Bernoulli menjadi :
P 1−P2 v 22−v 12
= (20)
ρg 2g
Persamaan kontinuitas :
ρ1 v 1 A 1=ρ2 v 2 A 2 (3)
π 2 π
v1 D 1 =v 2 D 22 (21)
4 4
2
D
( )
v 2=v 1 1
D2
(22)
Persamaan hidrostatika :
P A =PB (23)
P1 + ρc g ( h1+ h2 )=P2 + ρc g h1+ ρr g h2 (24)
P 1−P2 ρr
+ ( h1+ h2 )=h1+ h 2 (25)
ρc g ρc
P 1−P2 ρr
ρc g
=h2
ρc
−1( ) (26)
Keterangan :
ρc = massa jenis cairan yang mengalir pada pipa
ρc = massa jenis cairan pada manometer
h2 = perbedaan ketinggian manometer
Substitusi persamaan :
v 22−v 12 ρ
2g ρc ( )
=h 2 r −1 (27)
D1 4
v 12 ( )
D2
−v 12
ρr (28)
2g
=h2 ( )
ρc
−1
D1 4 ρ −ρ
v1 2
(( ) )
D2
−1 =2 g h2 r c
ρc( ) (29)
2 g h2 ( ρr −ρc )
v12=
D1 4 (30)
ρc
(( ) )
D2
−1
2 g h 2( ρ r − ρ c )
v1 =c o
√ (( ) )
ρc
D1 4
D2
V
Q= (9)
t
Q
v= (10)
A
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
v
C o=
(− ρ¿ ¿ c g ∆ h)
√
(32)
2
ρc
D1 4
(( ) )
D2
−1
¿
Dengan :
Q = Debit fluida (cm3/s)
V = Volume yang digunakan (cm3)
t = Waktu terukur (s)
v = Laju alir fluida pada pipa (cm/s)
A = Luas penampang pipa (cm2)
Co = Coefficient of discharge orificemeter
g = Percepatan gravitasi (981 cm/s2)
∆h = Beda ketinggian manometer (cm)
D1 = Diameter Pipa (cm)
D2 = Diameter Orifice plate (cm)
ρc = Massa jenis air (gram/cm3)
P 1−P2 v 22−v 12
= (20)
ρg 2g
Persamaan kontinuitas :
ρ1 v 1 A 1=ρ2 v 2 A 2 (3)
π 2 π
v1 D 1 =v 2 D 22 (21)
4 4
2
D
v 2=v 1 1
D2 ( ) (22)
Persamaan hidrostatika :
P A =PB (23)
P1 + ρc g ( h1+ h2 )=P2 + ρ c g h1+ ρr g h2 (24)
P 1−P2 ρ
+ ( h1+ h2 )=h1+ r h 2 (25)
ρc g ρc
P 1−P2 ρr
ρc g
=h2
ρc
−1 ( ) (26)
Keterangan :
ρc = massa jenis cairan yang mengalir pada pipa
ρc = massa jenis cairan pada manometer
h2 = perbedaan ketinggian manometer
Substitusi persamaan :
v 22−v 12 ρ
2g ρc ( )
=h 2 r −1 (27)
D1 4
v 12 ( )
D2
−v 12
ρr (28)
2g
=h2 ( ) ρc
−1
D1 4 ρ −ρ
v1 2
(( ) )
D2
−1 =2 g h2 r c
ρc ( ) (29)
2 g h2 ( ρr −ρc )
v12=
D1 4 (30)
ρc
(( ) )
D2
−1
2 g h2 ( ρr−ρ c )
v1 =c v
√ (( ) )
ρc
D1 4
D2
−1
(33)
Laju alir fluida dapat dihitung menggunakan persamaan :
V
Q= (9)
t
Q
v= (10)
A
v
C v=
(−ρ¿¿ c g ∆ h)
(34)
√ 2
ρc
D1 4
(( ) )
D2
−1
¿
Dengan :
Q = Debit fluida (cm3/s)
V = Volume yang digunakan (cm3)
t = Waktu terukur (s)
v = Laju alir fluida pada pipa (cm/s)
A = Luas penampang pipa (cm2)
Cv = Coefficient of discharge venturimeter
g = Percepatan gravitasi (981 cm/s2)
∆h = Beda ketinggian manometer (cm)
D1 = Diameter Pipa (cm)
D2 = Diameter Venturimeter (cm)
ρc = Massa jenis air (gram/cm3)
Semakin besar nilai Cv maka perhitungan laju alir fluida ( v1 ¿ semakin akurat.
Menurut The Orificemeter and Gas Measurement oleh Brown, semakin kecil
diameter pipa maka kecepatan alir fluida akan semakin besar, sehingga bilangan
Reynolds juga akan semakin besar dan pressure drop meningkat.
Perhitungan nilai C1, C3, dan K
Nilai C1, C3, dan K dapat dihitung dengan memvariasikan bilangan Reynolds dan
jenis pipa. Peritungan nilai C1, C3, dan K dilakukan menggunakan metode least square
pada program python.
Perhitungan nilai C2
Pada persamaan umum pressure drop, besarnya penurunan tekanan dapat
ditentukan dengan persamaan Fanning yang merupakan penyederhanaan persamaan
umum pressure drop dengan konstanta C2 bernilai 1.
C1 C2 C3
( −∆ρ vP )
2
data percobaan
=K (
ρvD L ε
μ ) (D ) ( D )
(36)
− Δp
−Δp
[ ] [ ]
(37)
Error=
ρ.v
[2
persamaan−
−Δp
ρ.v
2
ρ . v2
persamaan
data percobaan
[ ]
x 100 %
]
V. METODOLOGI PERCOBAAN
5.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Air ledeng
Sifat fisis : berupa cairan yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
Sifat kimia : bersifat netral (pH = 7). Berdasarkan MSDS, air ledeng termasuk bahan
yang non-hazardous (ScienceLab.com).
Densitas : 1 gram/cm3
Viskositas : 0,00797 gram/cm/s
Keterangan:
A. Orificemeter
B. Manometer
C. Selang
D. Pompa
E. Tangki 1
F. Tangki 2
G. Equalizer
H. Pipa
I. Elbow
J. Venturimeter
1-15. Kran
2. Pengukuran Le Kran
Selang yang telah tersambung dengan manometer dipasang di antara kran nomor
11, kran nomor 9 diatur pada keadaan terbuka 4/5+1/2 (selalu). Semua kran dibuka
penuh pada aliran yang diukur, kecuali kran nomor 9. Kran nomor 8 diatur pada
keadaan terbuka penuh dan kran nomor 11 pada keadaan 1/5. Penurunan ketinggian
air di tangki 2 dilihat hingga beda 10 cm dari ketinggian awal diukur dari penurunan
konstan air. Beda ketinggian pada manometer dan waktu yang dibutuhkan dicatat.
Langkah percobaan diulangi untuk kran nomor 8 terbuka penuh dengan kran nomor
11 diatur pada keadaan terbuka 1/5 + ½, 2/5, 2/5 + ½, dan 3/5. Langkah percobaan
diulangi untuk kran nomor 8 dibuka 1/5 dan 2/5, sehingga diperoleh 15 data. Nomor
kran yang dibuka: 1, 4, 6, 8, 9, 11, dan 13. Nomor kran yang ditutup: 2, 3, 5, 7, 10,
12, 14, dan 15. Nomor kran yang divariasi: 8 dan 11.
3. Pengukuran Orificemeter dan Venturimeter
Selang yang telah tersambung dengan manometer dipasang ke orificemeter.
Semua kran dibuka penuh pada aliran yang diukur. Kran nomor 9 diatur pada keadaan
terbuka 2/5. Penurunan ketinggian air di tangki 2 dilihat hingga beda 10 cm dari
ketinggian awal diukur dari penurunan konstan air. Beda ketinggian pada manometer
dan waktu yang dibutuhkan dicatat. Langkah percobaan diulangi untuk kran nomor 9
terbuka 2/5+1/2, 3/5, 3/5+1/2, 4/5, dan 4/5+1/2. Langkah percobaan diulangi untuk
venturimeter, sehingga diperoleh 12 data. Nomor kran yang dibuka: 1, 4, 6, 8, 9, 11,
dan 13. Nomor kran yang ditutup: 2, 3, 4, 7, 10, 12, dan 15. Kran nomor 9
divariasikan.
2. Menghitung Le kran
Data yang diperoleh dari percobaan Le kran adalah data pengukuran berupa
waktu dan beda ketinggian manometer dengan nilai sudut putar kran yang berbeda-
beda. Dengan menggunakan persamaan (9), (10), (18), dan (19) maka nilai debit
fluida, laju alir fluida, dan panjang ekivalen kran dapat dihitung. Rincian data hasil
pengukuran, langkah perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
Gambar 9. Grafik Hubungan antara Sudut Putar Kran dengan Panjang Ekivalen
Elbow.
Dari grafik diatas pada Gambar 9, dapat dilihat bahwa nilai Le elbow berbanding
lurus dengan sudut putar kran. Semakin besar sudut putar kran, maka nilai Le elbow juga
semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang telah dicantumkan pada
landasan teori.
Grafik diatas dapat dibuat persamaan linear untuk mencari panjang ekivalen
elbow dengan fungsi sudut bukaan kran yang digunakan, persamaan yang diperoleh
adalah sebagai berikut.
¿=88,4370 α +288,9200 (38)
Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Sudut Putar Kran dengan Panjang Ekivalen.
Dari grafik diatas pada Gambar 10, dapat dilihat bahwa nilai Le kran berbanding
lurus dengan sudut putar kran. Semakin besar sudut putar kran, maka nilai Le kran juga
semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang telah dicantumkan pada
landasan teori.
Grafik diatas dapat dibuat persamaan linear untuk mencari panjang ekivalen kran
dengan fungsi sudut bukaan kran yang digunakan, persamaan yang diperoleh adalah
sebagai berikut.
a. Sudut bukaan kran 8: 0 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
¿=34,5540 α −28,9370 (39)
b. Sudut bukaan kran 8: 1/5 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
¿=73,6060 α +18,1900 (40)
c. Sudut bukaan kran 8: 2/5 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
¿=80,3970 α −85,8030 (41)
Grafik Reo vs Co
0.6600
0.6400
0.6200
Co
0.6000
0.5800
0.5600
37000 38000 39000 40000 41000 42000 43000 44000 45000 46000
Reo
Gambar 11. Grafik Hubungan Antara Bilangan Reynolds dengan Nilai Co.
Dari grafik di atas pada Gambar 11. dapat dilihat bahwa nilai Co berbanding lurus
dengan bilangan Reynolds. Semakin besar bilangan Reynolds maka nilai Co juga akan
semakin besar. Hal ini sudah sudah sesuai dengan literatur yang telah dicantumkan dalam
dasar teori.
Dari grafik di atas pada Gambar 12. dapat dilihat bahwa nilai Cv berbanding lurus
dengan bilangan Reynolds. Semakin besar bilangan Reynold, maka nilai Cv juga semakin
besar. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang telah dicantumkan pada dasar teori.
Secara umum nilai Cv lebih tinggi dibanding nilai Co, hal tersebut dikarenakan
posisi manometer pada venturimeter tepat pada venturi throat sedangkan manometer pada
orificemeter letaknya lebih jauh dengan diameter orifice plate. Sehingga dapat
disimpulkan tingkat ketelitian venturimeter lebih tinggi dibandingkan dengan
orificemeter.
Gambar 13. Grafik Hasil Regresi Linear untuk Perhitungan Nilai C1.
Dari grafik pada Gambar 13, dapat dilihat bahwa hubungan nilai pressure drop
berbanding lurus dengan bilangan Reynolds. Semakin besar bilangan Reynolds maka
nilai pressure drop akan semakin besar juga. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur
yang telah dicantumkan pada landasan teori.
ε
Gambar 14 menyatakan hubungan antara nilai ( ¿ dengan nilai pressure drop.
D
ε
Gambar 16. Grafik Hubungan Antara Nilai ( ¿ dengan Pressure Drop
D
Dari grafik pada Gambar 16, dapat dilihat bahwa hubungan nilai pressure drop
ε
berbanding terbalik dengan nilai ( ¿, yang berarti nilai pressure drop berbanding lurus
D
dengan diameter. Semakin besar diameter pipa, maka nilai pressure drop akan semakin
besar juga. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang telah disebutkan dalam landasan
teori.
VII. KESIMPULAN
1. Panjang ekivalen elbow dipengaruhi oleh sudut bukaan kran dimana semakin besar sudut
bukaan kran maka Le elbow semakin besar. Persamaan untuk mencari panjang ekivalen
elbow dengan sudut putaran kran yang dibuka sebagai berikut.
Le = 88,4370α + 288,9200
2. Panjang ekivalen kran dipengaruhi oleh sudut bukaan kran dimana semakin besar sudut
bukaan kran maka Le kran semakin besar. Persamaan untuk mencari panjang ekivalen
elbow dengan sudut putaran kran yang dibuka sebagai berikut.
a. Sudut bukaan kran 8: 0 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
Le = 34,5540α – 28,9370
b. Sudut bukaan kran 8: 1/5 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
Le = 73,6060α +18,1900
c. Sudut bukaan kran 8: 2/5 derajat dengan fungsi sudut putaran kran 11.
Le = 80,3970α +85,8030
3. Nilai coefficient of discharge orificemeter (Co) berbanding lurus dengan bilangan
Reynolds. Semakin besar bilangan Reynolds, maka nilai Co akan semakin besar.
4. Nilai coefficient of discharge venturimeter (Cv) berbanding lurus dengan bilangan
Reynolds. Semakin besar bilangan Reynolds, maka nilai Cv akan semakin besar.
5. Pressure drop semakin besar apabila energi yang hilang di dalam pipa semakin besar.
Diperoleh nilai C1, C2 dan C3 hingga membentuk persamaan berikut:
1,1301 −0,9271
−∆ P ρvD L ε
( ρv )
2
=4,0376 ×10−10 ( ) ( )( )
μ D D
Abidin, Kurniati, Sri Wagiani, Program Studi Fisika, and Universitas Cokroaminoto Palopo.
2013. “STUDI ANALISIS PERBANDINGAN KECEPATANALIRAN AIR
MELALUI” 04 (1).
Ahman, M M R, R B Iswas, and W I M Ahfuz. 2009. “Effects of Beta Ratio and Reynold ’ s
Number on Coefficient of Discharge of Orifice Meter” 7 (June): 151–56.
Bird, R. Byron. 2002. Transport Phenomena. 2nd ed. John Wiley & Sons, Inc.
Foust, Alan S, Leonard A Wenzel, Louis Maus, and L Bryce Andersen. 1980. Principles of
Unit Operations. Pennsylvania: Wiley International Edition.
Ghurri, Ainul. 2014. “Dasar-Dasar Mekanika Fluida Ainul Ghurri Ph . D .”
Kaladgi, Abdul Razak, Arafat Mukhtar, Asif Afzal, and Mohammed Kareemullah. 2020.
“Numerical Investigation of Beta Ratio and Reynolds Number Effect on Coefficient of
Discharge of Venturimeter Numerical Investigation of Beta Ratio and Reynolds
Number Effect on Coefficient of Discharge of Venturimeter.”
https://doi.org/10.1088/1757-899X/884/1/012116.
Kumar, Manoj. 2020. “Experimental Analysis and Comparison Using Venturimeter and
Orificemeter for Estimating Coefficient of Discharge Page No : 1788” IX (Vi): 1788–
98.
ModulPOTK. 2020. Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia 2020. Yogyakarta: Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Perry, Robert H. 1997. Perry’s Chemical Engineers Handbook. Edited by Don W Green. 7th
ed. McGraw-Hill Companies, Inc.
IX. LAMPIRAN
1. Menentukan densitas dan viskositas air
Densitas dan viskositas air dapat dicari di Perry's chemical engineers' handbook, didapat :
Densitas air (30°C) = 1 gram/cm3
Viskositas air (30°C) = 0.00797 gram/cm/s
2. Menghitung Le Elbow
2 gD
¿= ( ∆ h+ ∆ z ) (14)
f v2
¿ elbow=¿total−¿ pipa halus (15)
Data hasil pengukuran dan untuk perhitungan sebagai berikut.
Perhitungan Le elbow perlu dicari nilai faktor friksi dan kecepatan aliran fluida terlebih
dahulu. Contoh perhitungan dilakukan pada data pertama di Tabel I.
6830 cm 3 cm3
Q= =455,3333
15 s s
cm3
455,3333
s cm
v= =76,6998
3,14 s
( 4 )
× 2,752 cm2
g cm
1 ×76,6998 ×2,75 cm
cm 3
s
ℜ= =26464,8095
g
0,00797
cms
0,5
f =0,0055+ =0,0247
( 26464,8095 )0,32
cm
2× 981 × 2,75 cm
s2
¿ elbow= ( 3+8 )−152=390,1466 cm
cm 2
(
0,0247 × 76,6998
s )
Dengan cara yang sama didapatkan hasil sebagai berikut.
α Friksi Le Elbow
0 0,0247 390,1466
1/5 0,0251 459,7375
2/5 0,0255 536,2889
3/5 0,0259 645,5944
4/5 0,0262 739,4044
3. Menghitung Le Kran
2 gD
¿ terukur= (∆ h) (18)
f v2
¿ kran=¿ terukur−¿ pipa (19)
Data hasil pengukuran dan untuk perhitungan sebagai berikut.
Perhitungan Le kran perlu dicari nilai faktor friksi dan kecepatan aliran fluida terlebih
dahulu. Contoh perhitungan dilakukan pada data pertama pada Tabel III pengukuran beda
ketinggian manometer pada kran.
6830 cm3 cm3
Q= =487,8571
14 s s
cm 3
487,8571
s cm
v= =82,1784
s
( 3,144 × 2,75 ) cm
2 2
g cm
1 ×68,0768 ×2,75 cm
cm 3
s
ℜ= =28355,1531
g
0,00797
cms
0,5
f =0,0055+ =0,0243
( 28355,1531 )0,32
cm
2× 981 × 2,75 cm
s2
¿ kran= ( 1,2 )−23=16,4561 cm
cm 2
(
0,0243× 82,1784
s )
Dengan cara yang sama didapatkan hasil sebagai berikut.
D1 = 2,75 cm
D2 = 2,5 cm
V = 6380 cm3
Dengan menggunakan persamaan (9), (10), dan (32) diperoleh nilai Co, dengan
contoh perhitungan menggunakan data α = 2/5 sebagai berikut.
Menghitung debit fluida :
V
Q=
t
6380
Q=
8
Q = 853,7500 cm3/s
C o=
√ 2
ρc
D1 4
(( ) )
D2
143,8122
−1
¿
√ ((1
C o = 0,6385
2,75 4
2,5 ) )
−1
Dengan langkah perhitungan yang sama diperoleh data hasil perhitungan sebagai berikut.
Tabel VI . Hasil Perhitungan Nilai Co.
D1 = 2,75 cm
D2 = 2,5 cm
V = 6380 cm3
Dengan menggunakan persamaan (9), (10), dan (34) diperoleh nilai Cv, dengan
contoh perhitungan menggunakan data α = 2/5 sebagai berikut.
Menghitung debit fluida :
V
Q=
t
6380
Q=
6
Q = 1138,3333 cm3/s
Menghitung nilai Cv :
v
C v=
(−ρ¿¿ c g ∆ h)
C v=
√ 2
ρc
D1 4
(( ) )
D2
191,7496
−1
¿
√ ((1
C v = 0,9326
2,75 4
2,5 ) )
−1
Dengan langkah perhitungan yang sama diperoleh data hasil perhitungan sebagai berikut.
Tabel VIII. Hasil Perhitungan Nilai Cv.
Volume yang digunakan untuk pengukuran sebesar 6830 cm3. Berikut merupakan
cara perhitungan ( −∆ρ vP ) dengan menggunakan persamaan (6), (9) dan (10) yang
2
cm3
455.3333
s cm
v data= =44.7564
s
( 3,144 ×3,6 ) cm
2 2
g cm
1 3
× 981 2 × 1,2 cm
−∆ P cm s
( 2 ) =
ρ v data 1 g × 44.7564 cm × 44.7564 cm
=0,5877
cm 3 s s
g cm
1 × 44.7564 × 1,2 cm
cm 3
s
ℜ= =17695.7751
g
0,00797
cm s
Perhitungan dilakukan kembali pada data yang lainnya sehingga didapat hasil
sebagai berikut.