Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA

Analisis Pengaruh Jenis Aliran Co-Current Dan Counter Current Terhadap Parameter
Shell And Tube Heat Exchanger

Disusun Oleh:
David Erlangga Chrishandi 18/428855/TK/47357
Muhammad Nurstia Dimas 18/431253/TK/47846
Rizka Hutria Budi 18/425170/TK/46865

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2021

Disusun oleh :

Nama NIM Tanda Tangan

David Erlangga Chrishandi 18/428855/TK/47357

Muhammad Nurstia Dimas 18/431253/TK/47846

Rizka Hutria Budi 18/425170/TK/46865

Yogyakarta, 19 Maret 2021

Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,

Rochim Bakti Cahyono,ST.,M.Sc.Ph.D Muhammad Yoga Brillianto

NIP. 19831130 200912 1 004


Analisis Pengaruh Jenis Aliran Co-Current Dan Counter Current Terhadap Parameter
Shell And Tube Heat Exchanger

I. PENDAHULUAN
A. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pengaruh jenis aliran fluida co-current dan counter-current
terhadap parameter pada shell and tube heat exchanger ialah untuk mengetahui
pengaruh jenis aliran co-current dan counter-current terhadap penentuan parameter
yaitu ∆TLMTD, Ud, Uc, Rd, dan Pressure Drop pada alat penukar panas atau heat
exchanger.
B. Latar Belakang
Alat penukar panas atau yang disebut sebagai heat exchanger merupakan alat
yang mengalirkan 2 fluida dengan suhu yang berbeda dengan tujuan untuk menukarkan
energi panas antar kedua fluida. Dalam dunia industri, heat exchanger ini banyak
digunakan dalam pendinginan atau pemanasan suatu fluida sesuai keadaan yang
diinginkan dalam sistem. Dalam penggunaannya, heat exchanger dibagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan arah aliran fluida dan jenis konstruksinya sehingga
didapatkan hasil yang optimum pada masing-masing jenis operasi. Alat ini bekerja
sesuai dengan prinsip kesetimbangan dengan driving force berupa perbedaan suhu.

Gambar 1. Shell and Tube Heat Exchanger


(Cengel, 2004)
Berdasarkan jenis aliran fluidanya, heat exchanger dikelompokkan menjadi 3
yaitu aliran co-current (aliran kedua fluida searah), counter-current (aliran kedua fluida
berlawanan arah), cross-current (aliran kedua fluida bersilangan arah). Berdasarkan
jenis konstruksinya, heat exchanger dibagi menjadi 4 yaitu double Pipe Heat
Exchanger, Shell and Tube Heat Exchanger, Spiral Heat Exchanger, dan Plate Heat
Exchanger. Penggunaan alat heat exchanger yang berperan penting dalam industri
menyebabkan perlunya analisis yang akurat sehingga didapatkan model yang optimal
dan sesuai dengan sistem dalam industri.
Dalam percobaan ini, jenis heat exchanger yang digunakan yaitu Shell and Tube
Heat Exchanger dengan aliran fluida co-current dan counter-current. Shell and Tube
Heat Exchanger merupakan alat penukar panas yang secara konstruksi fluida pertama
masuk ke dalam bagian luar yaitu pipa besar (Shell) yang didalamnya terdapat banyak
pipa kecil (Tube) tempat mengalirnya fluida kedua. Aliran fluida didalam Shell akan
mengalami aliran zig-zag karena adanya penghalang atau yang disebut buffle. Hal ini
bertujuan supaya fluida yang mengalir dalam Shell menempuh jarak yang lebih jauh
sehingga berkontak dengan fluida dalam Tube lebih lama. Adanya buffle ini
meningkatkan pressure drop fluida sehingga diperlukan tenaga pompa yang lebih
sehingga biaya operasional meningkat.
Analisis yang dilakukan pada percobaan ini adalah pengaruh jenis aliran
terhadap parameter pada heat exchanger yaitu, Logarithmic Mean Temperature
Difference (∆TLMTD), koefisien perpindahan panas overall (UD dan UC), fouling factor
(RD), dan pressure drop (∆P). Logarithmic Mean Temperature Difference merupakan
nilai perbedaan rata-rata suhu fluida masuk dan keluar, yang dapat dihitung
menggunakan Persamaan 1.
∆𝑇𝐴 −∆𝑇𝐵 ∆𝑇 −∆𝑇
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = ∆𝑇 = ln(∆T 𝐴)−ln(∆T
𝐵
(1)
ln( 𝐴 ) A B)
∆𝑇𝐵

Koefisien panas overall merupakan nilai besaran transfer panasa pada suatu
sistem, dimana dalam heat exchanger koefisien panasnya tersusun atad koefisien panas
heat exchanger bersih (UC) dan koefisien panas heat exchanger saat kotor (UD).
Fouling factor (RD) merupakan tahanan atau resistance yang terjadi karena adanya zat
pengotor yang menimbun pada tabung sehingga menurunkan koefisien perpindahan
panas heat exchanger serta meningkatkan pressure drop aliran. Penurunan tekanan
pada heat exchanger mengakibatkan pompa akan memerlukan tenaga lebih sehingga
heat exchanger berkerja secara optimal.
Dengan parameter heat exchanger, fluida masuk kedalam alat dengan flowrate
konstan dan variasi suhu fluida masuk serta jenis aliran sehingga didapatkan hubungan
jenis aliran dengan parameter heat exchanger.
C. Tinjauan Pustaka
a. Driving Force
Dalam heat exchanger, perbedaan suhu kedua fluida merupakan
komponen utama sebagai driving force. Perbedaan suhu kedua fluida ini
mempengaruhi laju perpindahan panas dimana semakin besar perbedaan suhu
kedua fluida, maka laju perpindahan panas akan semakin cepat.
b. Perpindahan Panas
Perpindahan panas dibagi menjadi 3 jenis, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. Konduksi merupakan perpindahan panas pada media yang secara
relative diam. Konveksi merupakan perpindahan panas dari permukaan media
relative diam menuju fluida yang mengalir. Konveksi dibedakan menjadi 2,
yaitu konveksi alam dan paksaan dimana pada konveksi alam perpindahan
panas terjadi secara natural karena kondisi disekitarnya, sedangkan konveksi
paksaan merupakan perpindahan panas yang dimana adanya pengaruh dari luar
sehingga kesetimbangan dan driving force sistem berubah. Radiasi merupakan
perpindahan panas tanpa perlu adanya perantara (Kern, 1950).
c. Aliran Searah (Co-Current)
Aliran searah dalam heat exchanger merupakan aliran dimana inlet
fluida pertama bersinggungan dengan inlet fluida kedua, dan outlet fluida
pertama bersinggungan dengan outlet fluida kedua. Dalam keadaan ini, driving
force (perbedaan suhu) pada inlet sangat besar, dan pada outlet jauh lebih kecil.
Perbedaan suhu ini mempengaruhi laju perpindahan panas, dimana pada inlet
heat exchanger laju perpindahan panas merupakan yang paling cepat kemudian
terjadi penurunan laju perpindahan panas sejalan dengan mengecilnya
perbedaan suhu kedua fluida. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Suhu vs Jarak dalam Heat Exchanger Skema
Aliran Co-Current (Holman, 1999)
d. Aliran Berlawanan Arah (Counter-Current)
Aliran berlawanan arah dalam heat exchanger merupakan aliran dimana
inlet fluida pertama bersinggungan dengan outlet fluida kedua, dan outlet fluida
pertama bersinggungan dengan inlet fluida kedua. Dalam keadaan ini, driving
force (perbedaan suhu) didalam proses transfer panas relative konstan
dibandingkan aliran searah (co-current), sehingga laju tranfer panas dalam heat
exchanger relative sama pada tiap titiknya. Hal ini dapat ditunjukkan pada
Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Suhu vs Jarak dalam Heat Exchanger Skema


Aliran Counter-Current (Holman, 1999)
II. LANDASAN TEORI
A. Model Fisis
Heat exchanger (HE) atau yang disebut juga dengan alat penukar kalor merupakan
sebuah peralatan tempat terjadinya perpindahan panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida bersuhu rendah (Putra, 2017). Salah satu jenis dari heat exchanger yaitu Shell
And Tube Heat Exchanger (STHE). Konstruksi dari shell and tube heat exchanger yaitu
terdapat sekumpulan tube yang dipasang didalam shell yang berbentuk silinder dimana
terjadi perpindahan kalor pada dua jenis fluida yang mengalir secara terpisah masing-
masing melalui tube dan shell. Aliran fluida didalam tube dan shell dapat mengalir
searah, berlawanan arah maupun menyilang. Untuk memperbesar koefisien
perpindahan panas konveksi dan agar diperoleh aliran dalam shell turbulen sehingga
dipasang penghalang atau baffle (Holman, 1999). Perpindahan panas yang terjadi pada
shell and tube heat exchanger merupakan perpindahan panas secara tidak langsung, hal
ini karena perpindahan melalui dinding pemisah antara tube dan shell.
Pada percobaan ini digunakan shell and tube heat exchanger (STHE) 1-1. Shell
and tube heat exchanger (STHE) 1-1 merupakan STHE yang memiliki satu pass shell
dan satu pass tube. Pada percobaan ini, fluida yang digunakan yaitu air. Air digunakan
karena mudah didapat, harga murah, dan relative aman. Pada bagian shell mengalir
fluida air pendingin sedangkan pada bagian tube mengalir fluida air panas.
Pada percobaan ini akan diamati jenis aliran fluida didalam shell dan tube. Jenis aliran
yang diamati yaitu Co-Current Flow dan Counter Current Flow.
1. Co-Current Flow
Untuk jenis aliran co-current, kedua fluida panas dan fluida dingin masuk dari sisi
heat exchanger yang sama. Fluida mengalir dengan arah yang sama dan keluar pada
sisi yang sama pula. Co-current flow mempunyai karakter bahwa suhu fluida dingin
keluar heat exchanger tidak dapat melebihi suhu fluida panas yang keluar heat
exchanger, sehingga dibutuhkan media pemanas atau pendingin yang banyak
(Syaichurrozi et al., 2014).
Gambar 4 . Skema Aliran pada Co-Current Flow
(Cengel, 2004)
2. Counter Current Flow
Untuk jenis aliran counter current, kedua fluida panas dan fluida dingin masuk dari
sisi heat exchanger yang berlawanan sehingga fluida mengalir secara berlawanan
arah. Suhu fluida dingin keluar heat exchanger lebih tinggi daripada suhu fluida
panas yang keluar heat exchanger, sehingga jenis aliran counter current dianggap
lebih baik daripada aliran co-current (Syaichurrozi et al., 2014).

Gambar 5. Skema Aliran Pada Counter Current Flow


(Cengel, 2004)
B. Model Matematis
Beberapa asumsi yang digunakan dalam percobaan ini agar pemodelan matematis
menjadi lebih sederhana yaitu :
1. Laju alir fluida konstan sehingga nilai Re konstan pada satu kali pengambilan
data.
2. Panas yang hilang ke lingkungan diabaikan sehingga seluruh panas dari fluida
panas ditransfer ke fluida dingin.
3. Kapasitas panas fluida dianggap konstan.
4. Nilai koefisien transfer panas konveksi konstan sepanjang proses
5. Suhu pada dinding tube sama dengan suhu cairan sehingga Tw=T
6. Perpindahan panas secara konduksi pada dinding pipa sangat kecil sehingga
dapat diabaikan yang menyebabkan perpindahan panas yang terjadi hanya
karena konduksi dan konveksi fluida
7. Suhu bagian luar tube dan suhu bagian dalam tube sama sehingga μ/μw =1
8. Tidak ada udara dalam shell dan tube sehingga perpindahan panas berjalan
dengan optimum sehingga tidak ada panas yang hilang karena terkonveksi ke
udara

Selisih Suhu Logarithmic Mean Temperature Difference (∆TLMTD) merupakan selisih


suhu yang menunjukkan selisih antara suhu pada sisi yang satu dengan sisi yang
lainnya. Nilai ∆TLMTD dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:

𝛥𝑇𝐴 −𝛥𝑇𝐵 𝛥𝑇 − 𝛥𝑇
𝛥𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = 𝛥𝑇𝐴 = 𝑙𝑛 𝛥𝑇𝐴 − 𝑙𝑛 𝛥𝑇
𝐵
(2)
𝑙𝑛 ( ) 𝐴 𝐵
𝛥𝑇𝐵

1. Aliran co-current

Penurunan suhu antara dua fluida pada aliran co-current dapat diturunkan dengan
mengaplikasikan persamaan differensial pada keadaan steady state :

𝑑𝑄 = 𝑈(𝑇ℎ − 𝑇𝑐)𝑑𝐴 (3)

Pada setiap titik di pipa dari kiri ke kanan panas yang diterima oleh fluida dingin
akan setara dengan panas yang diberikan oleh fluida panas sehingga

Qc = Qh

𝑑𝑄 = −𝑚ℎ × 𝑐ℎ × 𝑑𝑇ℎ = 𝑚𝑐 × 𝑐𝑐 × 𝑑𝑇𝑐 (4)

−𝑑𝑄
𝑑𝑇ℎ = (5)
𝑚ℎ×𝑐ℎ

𝑑𝑄
𝑑𝑇𝑐 = (6)
𝑚𝑐×𝑐𝑐

1 1
𝑑𝑇ℎ − 𝑑𝑇𝑐 = −𝑑𝑄 (𝑚ℎ×𝑐ℎ + 𝑚𝑐×𝑐𝑐) (7)

Kemudian dilakukan substitusi persaman (2) dan (3) sehingga didapatkan persamaan :
𝑑(𝑇ℎ−𝑇𝑐) 1 1
= −𝑈 (𝑚ℎ×𝑐ℎ + 𝑚𝑐×𝑐𝑐) 𝑑𝐴 (8)
(𝑇ℎ−𝑇𝑐)

𝑇ℎ2−𝑇𝑐2 1 1
ln 𝑇ℎ1−𝑇𝑐1 = −𝑈𝐴 (𝑚ℎ×𝑐ℎ + 𝑚𝑐×𝑐𝑐) (9)

Kemudian dilakukan integral pada persamaan (5) dan (6) dan didapatkan hasilnya ialah
sebagai berikut.

𝑄
𝑚ℎ × 𝑐ℎ = 𝑇ℎ1−𝑇ℎ2 (10)

𝑄
𝑚𝑐 × 𝑐𝑐 = 𝑇𝑐2−𝑇𝑐1 (11)

Kemudian dilakukan substitusi pada nilai persamaan (10) dan (11) ke dalam persamaan
(9) sehingga dihasilkan persamaan :

(𝑇ℎ2−𝑇𝑐2)−(𝑇ℎ1−𝑇𝑐1)
𝑄 = 𝑈𝐴 𝑇ℎ2−𝑇𝑐2 (12)
ln
𝑇ℎ1−𝑇𝑐1

𝑄 = 𝑈𝐴 ∆𝑇𝑚 (13)

(𝑇ℎ2−𝑇𝑐2)−(𝑇ℎ1−𝑇𝑐1) −1
∆𝑇𝑚 = 𝑇ℎ2−𝑇𝑐2 × −1 (14)
ln
𝑇ℎ1−𝑇𝑐1

(𝑇ℎ1−𝑇𝑐1)−(𝑇ℎ2−𝑇𝑐2)
∆𝑇𝑚 = 𝑇ℎ1−𝑇𝑐1 (15)
ln
𝑇ℎ2−𝑇𝑐2

2. Aliran counter-current

Adapun untuk penurunan perbedaan suhu antara dua fluida pada aliran counter
current dapat diturunkan dengan mengaplikasikan persamaan differensial steady-
state sebagaimana pada aliran co current yaitu .

𝑑𝑄 = 𝑈(𝑇ℎ − 𝑇𝑐)𝑑𝐴 (16)

Dikarenakan pada setiap titik di pipa dari kiri ke kanan panas yang diterima oleh
fluida dingin setara dengan dengan panas yang di berikan oleh fluida panas
sebagaimana pada aliran co current sehingga persamaannya sebagai berikut :

Qh=Qc

𝑑𝑄 = −𝑚ℎ × 𝑐ℎ × 𝑑𝑇ℎ = 𝑚𝑐 × 𝑐𝑐 × 𝑑𝑇𝑐 (17)

𝑄 𝑇ℎ 𝑇𝑐
∫ 𝑑𝑄 = ∫ 𝑚ℎ × 𝑐ℎ × 𝑑𝑇ℎ = ∫ 𝑚𝑐 × 𝑐𝑐 × 𝑑𝑇𝑐
0 𝑇ℎ2 𝑇𝑐1
𝑚ℎ × 𝑐ℎ × (𝑇ℎ − 𝑇ℎ2) = 𝑚𝑐 × 𝑐𝑐 × (𝑇𝑐 − 𝑇𝑐1) (18)

𝑚𝑐×𝑐𝑐
𝑇ℎ = 𝑇ℎ2 + (𝑇𝑐 − 𝑇𝑐1) (19)
𝑚ℎ×𝑐ℎ

Kemudian dilakukan substitusi persamaan (19) ke dalam persamaan (16) menjadi


sehingga didapatkan persamaan (20) yaitu

𝑚𝑐×𝑐𝑐
𝑑𝑄 = 𝑚𝑐 × 𝑐𝑐 × 𝑑𝑇𝑐 = 𝑈 × (𝑇ℎ2 + (𝑇𝑐 − 𝑇𝑐1) − 𝑇𝑐) 𝑑𝐴 (20)
𝑚ℎ×𝑐ℎ

𝐴 𝑇𝑐2
𝑈 × 𝑑𝐴 𝑑𝑇𝑐
∫ = ∫ 𝑚𝑐 × 𝑐𝑐
0 𝑚𝑐 × 𝑐𝑐 𝑇𝑐1 (𝑇ℎ2 + (𝑇𝑐 − 𝑇𝑐1) − 𝑇𝑐)
𝑚ℎ × 𝑐ℎ
𝑚𝑐×𝑐𝑐 𝑚𝑐×𝑐𝑐
𝑈×𝐴 1 𝑇ℎ2− 𝑇𝑐2+( −1)𝑇𝑐2
𝑚ℎ×𝑐ℎ 𝑚ℎ×𝑐ℎ
= 𝑚𝑐×𝑐𝑐 ln 𝑚𝑐×𝑐𝑐 𝑚𝑐×𝑐𝑐 (21)
𝑚𝑐×𝑐𝑐 −1 𝑇ℎ2− 𝑇𝑐1+( −1)𝑇𝑐1
𝑚ℎ×𝑐ℎ 𝑚ℎ×𝑐ℎ 𝑚ℎ×𝑐ℎ

𝑈×𝐴 1 𝑇ℎ1−𝑇𝑐2
= 𝑚𝑐×𝑐𝑐 ln 𝑇ℎ2−𝑇𝑐1 (22)
𝑚𝑐×𝑐𝑐 −1
𝑚ℎ×𝑐ℎ

𝑚𝑐×𝑐𝑐
Adapun nilai pada persamaan (19), persamaan (20), persamaan (21) dan
𝑚ℎ×𝑐ℎ
𝑇ℎ1−𝑇ℎ2
persamaan (22) sama dengan sehingga persamaan (22) menjadi persamaan
𝑇𝑐2−𝑇𝑐1

(23) yaitu :

𝑈×𝐴 1 𝑇ℎ1−𝑇𝑐2
= 𝑇ℎ1−𝑇ℎ2 ln 𝑇ℎ2−𝑇𝑐1 (23)
𝑚𝑐×𝑐𝑐 −1
𝑇𝑐2−𝑇𝑐1

𝑈×𝐴 𝑇𝑐2−𝑇𝑐1 𝑇ℎ1−𝑇𝑐2


= (𝑇ℎ1−𝑇𝑐2)−(𝑇ℎ2−𝑇𝑐1)
ln (24)
𝑚𝑐×𝑐𝑐 𝑇ℎ2−𝑇𝑐1

(𝑇ℎ1−𝑇𝑐2)−(𝑇ℎ2−𝑇𝑐1)
𝑚𝑐 × 𝑐𝑐 × (𝑇𝑐2 − 𝑇𝑐1) = 𝑈 × 𝐴 × 𝑇ℎ1−𝑇𝑐2 (25)
ln
𝑇ℎ2−𝑇𝑐1

𝑄 = 𝑈 × 𝐴 × ∆𝑇𝑚 (26)

(𝑇ℎ1−𝑇𝑐2)−(𝑇ℎ2−𝑇𝑐1)
∆𝑇𝑚 = 𝑇ℎ1−𝑇𝑐2 (27)
ln
𝑇ℎ2−𝑇𝑐1

3. Penentuan parameter pada heat exchanger


Pada heat exchanger, driving force dari proses perpindahan panas pada heat
exchanger adalah perbedaan suhu antara fluida panas dan fluida dingin. Besarnya
panas yang dilepaskan oleh fluida panas adalah:

𝑄 = 𝐹ℎ . 𝐶𝑝ℎ . ∆𝑇ℎ (28)


Untuk aliran co-current, penurunan suhu pada fluida panas adalah:

(∆𝑇ℎ)𝑐𝑜 = 𝑇2 − 𝑇1 (29)

Sedangkan kenaikan suhu pada fluida dingin adalah:

(∆𝑇𝑐)𝑐𝑜 = 𝑇4 − 𝑇3 (30)

Untuk aliran counter-current, penurunan suhu pada fluida panas adalah:


(∆𝑇ℎ)𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟 = 𝑇1 − 𝑇2 (31)

Sedangkan kenaikan suhu pada fluida dingin adalah:

(∆𝑇𝑐)𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟 = 𝑇4 − 𝑇3 (32)

Perbedaan jenis aliran akan menyebabkan perbedaan nilai ∆LMTD yang


ditunjukkan pada persamaan berikut

Untuk aliran co-current

(𝑇2 −𝑇3 )−(𝑇1 −𝑇4 )


∆𝐿𝑀𝑇𝐷𝑐𝑜 = 𝑇 −𝑇 (33)
𝑙𝑛( 2 3 )
𝑇1 −𝑇4

Untuk aliran counter-current

(𝑇1 −𝑇4 )−(𝑇2 −𝑇3 )


∆𝐿𝑀𝑇𝐷𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟 = 𝑇 −𝑇 (34)
𝑙𝑛( 1 4 )
𝑇2−𝑇3

Nilai ∆LMTD yang didapatkan pada masing masing tipe aliran akan mempengaruhi
nilai koefisien transfer panas overall kotor (Ud). Nilai Ud dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:

𝑄 = 𝑈𝑑 . 𝐴𝑑. ∆𝐿𝑀𝑇𝐷 (35)

𝑄
𝑈𝑑 = 𝐴 (36)
𝑑 ∆𝐿𝑀𝑇𝐷

Selain mempengaruhi nilai koefisien transfer panas overall kotar, jenis aliran
juga akan berpengaruh secara tidak langsung pada beberapa parameter, seperti
koefisien transfer panas overall bersih (Uc), fouling factor (Rd), dan pressure drop
(∆P). Adapun Koefisien transfer panas overall bersih (Uc) dapat dihitung dari
persamaan.

ℎ .ℎ
𝑈𝑐 = ℎ 𝑖𝑜+ℎ𝑜 (37)
𝑖𝑜 𝑜
Sementara nilai fouling factor (Rd) dapat dihitung dengan persamaan:

1 1
𝑅𝑑 = 𝑈 − 𝑈 (38)
𝑑 𝑐

Dan yang terakhir yaitu nilai pressure drop pada tube side dan shell side dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝑓(𝐺 2 )𝐿
∆𝑃𝑡𝑢𝑏𝑒 = 5.22×10𝑡10 (𝐷𝑛 )(𝑠) (39)
𝑒

𝑓(𝐺 2 )𝐷 (𝑛+1)
𝑠 𝑠
∆𝑃𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 = 5.22×1010 (𝐷
(40)
𝑒 )(𝑠)

C. Parameter yang digunakan


Logarithmic Mean Temperature Difference (LMTD) digunakan untuk menentukan
nilai perbedaan suhu yang terjadi didalam alat panukar kalor yang tergantung pada jenis
aliran yang diaplikasikan. Nilai LMTD jenis aliran counter current akan lebih besar
daripada co-current jika suhu yang digunakan suhu pada kedua aliran sama. Apabila
digunakan heat exchanger selain double pipe, maka untuk perhitungan LMTD harus
dikalikan dengan factor koreksi.
Penurunan tekanan dari satu titik ke titik lain yang lebih rendah yang disebabkan
adanya gaya gesek antara fluida dengan dinding pipa disebut dengan pressure drop.
Pada percobaan ini dihitung pressure drop pada shell dan tube. Factor yang
mempengaruhi pressure drop yaitu panjang pipa, factor friksi, dan diameter pipa.
Pressure drop akan semakin besar jika panjang lintasan semakin panjang dan factor
friksi semakin besar. Namun, pressure drop semakin kecil apabila diameter pipa
semakin besar.
Terdapat dua nilai koefisien transfer panas overall (U) yaitu Uc dan Ud. Koefsien
tranfer panas overall pada kondisi heat exchanger masih bersih disebut dengan Uc.
Sedangkan Ud merupakan koefsien tranfer panas overall pada kondisi heat exchanger
kotor. Nilai Uc mempunyai hubungan erat dengan hambatan dan tidak berpengaruh
langsung dengan perubahan suhu. Sedangkan nilai Ud mempengaruhi nilai ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 .
Factor yang mempengaruhi koefisien transfer panas overall yaitu perbedaan suhu antar
fluida, rapat massa fluida, viskositas dan kapasitas panas fluida. Semakin besar
perbedaan selisih suhu antar fluida maka semakin besar koefisien transfer panas overall
Semakin besar rapat massa fluida maka semakin besar koefisien tranfer panas overall.
Semakin besar kapasitas panas fluida maka semakin besar koefisien tranfer panas
overall. Semakin kecil viskositas fluida maka semakin besar koefisien tranfer panas
overall.
Heat exchanger yang telah digunakan akan menimbulkan kerak atau scales yang
disebut dengan fouling factor (Rd). Fouling Factor mempengaruhi nilai Uc dan Ud.
Menurunnya nilai Rd menyebabkan nilai Ud akan semakin besar. Apabila nilai Rd
melebihi batas wajar maka dibutuhkan maintenance heat exchanger.
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu Air ledeng

Sifat Bahan:
a. Penampakan : tidak berwarna
b. Bau : tidak berbau
c. Tekanan uap : 17,5 mmHg (T= 20°C)
d. Titik leleh/titik beku : 0°C
e. Titik didih : 100°C
f. Densitas relatif : 1 kg/L
g. Massa Molekul Relatif : 18,02 g/mol
h. Specific Gravity :1
i. pH :7
Identifikasi Hazard:
a. Bahan tidak berbahaya.
b. Tidak iritan.
c. Tidak korosif.
d. Tidak flammable.
e. Tidak mudah teroksidasi.
f. Tidak Beracun.
Material Safety Data Sheet: Aquadest memiliki nilai 0 pada semua skala diamond
hazard.
Hal yang harus diperhatikan dalam percobaan yaitu air ledeng sebagai fluida panas
dapat menyebabkan kulit melepuh jika terjadi kebocoran dan berkontak langsung
dengan bagian tubuh. Thermocouple yang digunakan menggunakan listrik sehingga
mempunyai hazard adanya kemungkinan tersengat listrik apabila berkontak dengan
tangan basah. Selain itu, penggunaan alat HT33 memungkinkan terjadi overpressure
pada pipa jika tidak terkalibrasi, sehingga perlu melakukan seluruh tahap persiapan agar
menghindari overpressure
B. Rangkaian Alat Percobaan

Keterangan :
1. Tangki Penampung air
2. Kran recycle
3. Keran menuju HE
4. Tangki Pemanas
5. Coil Pemanas
6. Tombol on/off HE
7. Selang menuju HE
8 . HE
9. Komputer
10. Meja praktikum

Gambar 6. Rangkaian Alat Percobaan

C. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan diawali dengan merangkai alat seperti pada Gambar 6. lalu
dihubungkan dengan listrik. Alat dinyalakan dengan cara menekan tombol on pada
alat penukar panas dan lampu indikator dipastikan menyala. Software HT33 dibuka
dan dipilih “ counter current exercise” pada komputer. Software dipastikan
terhubung dengan alat penukar panas. Tombol “power on” ditekan pada software
hingga tanda hijau muncul. Prosentase debit aliran fluida dingin diatur hingga 100%.
Kemudian uji coba untuk mengatur prosentase debit aliran hingga debit aliran
menunjukkan 4,5 L/menit. Tombol “hot water flow” ditekan, kemudian diatur mode
pengaturan “manual” dan prosentasi debit aliran fluida panas pada 50%. Level fluida
panas dalam tangki pemanas dipastikan selalu pada level yang dipersyaratkan. Kran
aliran fluida panas dan dingin dibuka pada posisi terbuka penuh. Sumber aliran
fluida panas dan dingin dipastikan telah terisi dan berfungsi. Tombol “heater”
ditekan untuk mengatur mode pemanasan “manual” dengan prosentase 30%.
Dipastikan dengan menekan tombol “apply” kemudian menekan “OK”. Semua
bagian alat penukar panas dipastikan berfungsi dengan mengevaluasi perubahan
suhu fluida panas hingga 40⁰C dan ditahan selama 10 menit. Tombol “heater”
ditekan untuk mengatur prosentase pemanasan 0% dan mode pemanasan “off”.
Dipastikan dengan menekan tombol “apply” dan kemudian “OK”. Selanjutnya, alat
penukar panas dapat digunakan untuk melakukan prosedur kerja selama tahap
percobaan.
2. Tahap Percobaan
Fluida pemanas diatur pada suhu 50⁰C dengan mode pemanasan “automatic”.
Dipastikan dengan menemukan tombol “apply” dan kemudian “OK”. Prosentase
debit aliran fluida dingin diatur hingga debit aliran menunjukkan 2 L/menit. Seteah
suhu diukur stabil (ditunggu selama 5 menit), tombol “setting” ditekan untuk
mengatur interval waktu pengambilan data, interval pengambilan data diatur untuk
setiap satu menit. Kemudian tombol “OK” dan tombol “Go” ditekan untuk merekam
data (T1, T2, T3, T4, Fin hot, Fin cold). Data yang terekam selama 7 menit dicatat
pada laporan sementara. Setelah selesai, pemanas fluida panas diatur pada keadaan
“off”. Debit aliran fluida panas diatur pada 0 L/menit dan kemudian mode “off”
ditekan. Dipastikan menekan tombol “apply” dan kemudian “OK”. Bukaan kran
aliran fluida dingin diatur hingga fluida dingin tidak mengalir ke rangkaian alat.
Prosentasi debit aliran fluida dingin diatur pada 0%. Tombol “Power On” pada
Software ditekan hingga tanda hijau kuning. Untuk mengubah aliran software
diganti dengan “co-current exercise” dipilih. Kemudian Software HT33 ditutup.
D. Analisis Data
1. Menentukan Jumlah Panas yang ditransfer
Jumlah panas yang ditransfer dihitung dengan persamaan berikut.
𝑄 = 𝐹ℎ 𝐶𝑝ℎ ∆𝑇ℎ (41)
(∆𝑇ℎ )𝑐𝑜 = 𝑇2 − 𝑇1 (42)
(∆𝑇ℎ )𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟 = 𝑇1 − 𝑇2 (43)
Dengan, Q = Jumlah panas yang ditransfer, Btu/jam
(∆𝑇ℎ )𝑐𝑜 = Beda suhu fluida panas aliran co-current, ⁰F
(∆𝑇ℎ )𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟 = Beda suhu fluida panas aliran counter current, ⁰F
𝐹ℎ = Flowrate fluida panas lb/jam
𝐶𝑝ℎ = Kapasitas kalor fluida panas, Btu/lb⁰F
2. Menentukan Koefisien Transfer Panas Keseluruhan (Ud)
Koefisien transfer panas keseluruhan (Ud) dihitung dengan persamaan berikut.
𝑄𝑒
𝑈𝑑 = (44)
𝐴∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷
∆𝑡1 −∆𝑡2
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = ∆𝑡 (45)
𝑙𝑛( 1 )
∆𝑡2

∆𝑡1 = 𝑇1 − 𝑇4 (46)
∆𝑡2 = 𝑇2 − 𝑇3 (47)
𝐴 = 𝜋. 𝑂𝐷𝑡 . 𝐿. 𝑛𝑡 (48)
Dengan, Ud = Koefisien transfer panas keseluruhan, Btu/jam.ft².⁰F
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = Log mean temperature difference, ⁰F
A = Luas perpindahan transfer panas, ft²
𝑛𝑡 = Jumlah tube
L = Panjang tube, ft
Nilai Ud rata-rata untuk tiap variasi percobaan dihitung dengan persamaan
berikut.
∑ 𝑈𝑑
𝑈𝑑𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = (49)
𝑛

Dengan, ∑ 𝑈𝑑 = Jumlahan semua nilai koefisien transfer panas


keseluruhan
𝑈𝑑𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = Koefisien transfer panas keseluruhan rata-rata,
Btu/jam.ft².⁰F
n = Jumlah data
3. Menentukan Koefisien Transfer Panas Bersih (Uc)
Koefisien transfer panas bersih (Uc) dihitung dengan persamaan berikut.
ℎ ℎ
𝑈𝑐 = ℎ 𝑖𝑜+ℎ𝑜 (50)
𝑖𝑜 𝑜

𝐼𝐷
ℎ𝑖𝑜 = 𝑂𝐷𝑡 ℎ𝑖 (51)
𝑡

Nilai hi dan ho diperoleh dari persamaan empiris untuk menghitung koefisien


perpindahan panas.
𝜇 0,14 𝑘
ℎ𝑖 = 𝑗𝐻−𝑡𝑢𝑏𝑒 (𝑃𝑟)1/3 (𝜇 ) (𝐼𝐷 ) (52)
𝑤 𝑡

𝜇 0,14 𝑘
ℎ𝑜 = 𝑗𝐻−𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 (𝑃𝑟)1/3 (𝜇 ) (𝐷 ) (53)
𝑤 𝑒

𝜇
Diambil asumsi nilai (𝜇 ) = 1
𝑤
Dengan, 𝑗𝐻−𝑡𝑢𝑏𝑒 = Faktor transfer panas fluida pada tube (Fig.24
Kern)
𝑗𝐻−𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 = Faktor transfer panas fluida pada shell (Fig.28
Kern)
k = Koefisien transfer panas konduksi untuk fluida
pada suhu tertentu, Btu/jam.ft.⁰F
IDt = Diameter dalam tube, ft
De = Diameter ekivalen shell, ft
𝜌𝑡 𝑣𝑡 𝐼𝐷𝑡
𝑅𝑒𝑡 = (54)
𝜇𝑡
𝜌𝑠 𝑣𝑠 𝐼𝐷𝑠
. 𝑅𝑒𝑠 = (55)
𝜇𝑠
𝜇𝐶𝑝
𝑃𝑟 = (56)
𝑘
1 1 𝑂𝐷𝑡 2
4( 𝑃𝑇 𝑥0,86𝑃𝑇 − 𝜋 )
2 2 4
𝐷𝑒 = 1 (57)
𝜋𝑂𝐷𝑡
2

𝐹ℎ
𝑣𝑡 = 𝜋 (58)
𝐼𝐷𝑡 2 𝑛𝑡
4

𝐹𝑐
𝑣𝑠 = 𝜋 2 (59)
𝐷𝑒
4

Nilai 𝜌, 𝜇, 𝐶𝑝 dan k dievalusi pada suhu rata-rata fluida dengin dan fluida panas,
nilai sifat fisis dapat diambil dari Holman, J.P. Heat Transfer (Appendix A)
4. Menentukan nilai Dirt Factor (Rd)
Nilai dirt factor (Rd) dihitung dengan persamaan berikut.
1 1
𝑅𝑑 = 𝑈𝑑 − 𝑈𝑐 (60)

Nilai Rd rata-rata untuk tiap variasi percobaan dihitung dengan persamaan


berikut.
∑ 𝑅𝑑
𝑅𝑑 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = (61)
𝑛

Dengan, ∑ 𝑅𝑑 = Jumlah semua nilai dirt factor


n = Jumlah data

5. Menentukan Nilai Pressure Drop (∆P)


Nilai pressure drop pada tube dihitung dengan persamaan berikut.

𝑓(𝐺 2 )𝐿
∆𝑃𝑡𝑢𝑏𝑒 = 5.22×10𝑡10 (𝐷𝑛 )(𝑠) (62)
𝑒
Dengan, Gt = Mass velocity, lb/ft².jam

L = Panjang tube, in

n = Jumlah Pass

Nilai pressure drop pada shell dihitung dengan persamaan berikut.

𝑓(𝐺 2 )𝐷 (𝑁+1)
𝑠 𝑠
∆𝑃𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 = 5.22×1010 (𝐷
(63)
𝑒 )(𝑠)

Dengan, Gs = Mass velocity, lb/ft².jam

L = Panjang tube, in

N = Jumlah cross

Nilai dari factor-factor yang lain dapat dicari pada lampiran (Kern, 1950)

Nilai ∆P rata-rata untuk tiap variasi percobaan dapat dihitung dengan persamaan
berikut.

∑ ∆𝑃
∆𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = (64)
𝑛

Dengan, ∑ ∆𝑃 = Jumlah semua nilai pressure drop tube

n = Jumlah Data

Data viskositas dan densitas tiap suhu dicari di Green&Perry, Perry’s Chemical
Engineer Handbook (Perry et al., 2000)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan analisis pengaruh jenis aliran co-current dan counter-current terhadap


parameter dalam heat exchanger ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pengunaan
jenis aliran pada proses yang berlangsung didalam heat exchanger. Penentuan efektivitas
ini dilakukan dengan perbandingan hasil percobaan yang berasalan dari variasi jenis aliran,
kemudian ditentukan keadaan yang sesuai bagi masing-masing jenis aliran. Dalam
percobaan ini digunakan variasi suhu fluida panas masuk dan debit aliran sebagai penunjang
hasil percobaan.

Parameter dalam heat exchanger yang pertama yaitu ∆LMTD. Hubungan antara
∆LMTD dengan suhu fluida masuk atau suhu heater ditunjukkan oleh Gambar 7, dan
hubungan antara ∆LMTD dengan debit aliran fluida masuk ditunjukkan oleh Gambar 8.

Grafik LMTD vs Theater pada aliran yang berbeda


14

12

10
LMTD oC

6 LMTD Co Current

4 LMTD Counter Current

0
0 10 20 30 40 50 60
T Heater oC

Gambar 7. Grafik Hubungan antara Suhu Fluida Panas Masuk dengan ∆LMTD
Grafik Debit vs LMTD
30

25
LMTD oC

20
Variasi Debit Fluida
Pendingin dengan debit
15
fluida panas konstans
(2L/min)
10

5
0 1 2 3 4 5
Debit Fluida L/menit

Gambar 8. Grafik Hubungan antara Debit Fluida Masuk Aliran Counter-Current


dengan ∆LMTD

Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa nilai ∆LMTD untuk kedua jenis aliran
meningkat seiring dengan peningkatan suhu fluida panas masuk atau suhu heater. Hal
tersebut sesuai dengan teori dimana semakin besar driving force suatu sistem akan
menyebabkan laju perpindahan panas yang semakin besar, sehingga perbedaan
menghasilkan suhu fluida masuk dan keluar yang besar. Berdasarkan jenis aliran fluida,
aliran counter-current memiliki nilai ∆LMTD yang lebih tinggi dibandingkan dengan aliran
co-current pada setiap suhu fluida panas masuk, dimana hal ini sesuai dengan teori bahwa
aliran counter-current akan memiliki nilai ∆LMTD yang lebih besar dibandingkan dengan
aliran co-current karena driving force yang relatif stabil sehingga pada waktu yang relatif
lama akan menghasilkan jumlah transfer energi panas yang lebih besar. Aliran counter-
current memiliki prinsip kerja dimana fluida panas masuk akan berkontak dengan fluida
dingin keluar, dan sebaliknya fluida dingin masuk akan berkontak dengan fluida panas
keluar, yang menyebabkan perbedaan suhu kedua fluida pada setiap titiknya relatif sama.
Aliran co-current memiliki prinsip kerja dimana fluida poanas masuk akan berkontak
dengan fluida dingin masuk, dan fluida panas keluar akan berkontak dengan fluida dingin
keluar, yang menyebabkan perbedaan suhu kedua fluida berbeda-beda pada setiap titiknya
sehingga driving force pada keadaan ini akan semakin menurun dari titk masuk fluida. Pada
Gambar 7 juga ditunjukkan bahwa semakin tinggi suhu fluida panas masuk akan
menghasilkan perbedaan ∆LMTD kedua aliran yang semakin besar juga. Hal ini
menujukkan bahwa aliran co-current lebih efektif digunakan pada perbedaan suhu fluida
panas dan dingin masuk yang rendah.

Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa ∆LMTD pada heat exchanger counter-current


flow dengan variasi debit aliran fluida panas atau dingin yang semakin tinggi, nilai ∆LMTD
semakin turun. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana semakin lama kontak dua sistem
yang berbeda energi, akan menghasilkan jumlah transfer energi yang semakin banyak. Debit
aliran fluida yang semakin cepat menyebabkan kontak kedua fluida akan semakin cepat,
sehingga transfer energi antar kedua fluida tidak akan efektif.

Parameter berikutnya adalah fouling factor (Rd). Hubungan fouling factor pada
berbagai variasi suhu fluida panas masuk atau suhu heater dapat dilihat pada gambar
berikut.

Grafik Fouling factor (Rd) vs T heatre pada aliran


0.008 yang berbeda
0.007
0.006
0.005
Rd

0.004
Rd Co
0.003 current
0.002 Rd Counter
0.001 Current

0
0 10 20 30 40 50 60
T heater oC

Gambar 9 . Grafik Hubungan Suhu Dengan Fouling Factor (Rd)


Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa hubungan variasi suhu airan fluida panas
masuk dengan fouling factor. Semakin tinggi suhu fluida panas masuk maka fouling factor-
nya akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan pengaruh suhu terhadap solubilitas komponen
yang terlarut didalam air. Komponen-komponen yang terlarut didalam air seperti kalsium
karbonat dan kalsium sulfat memiliki nilai solubilitas paling tinggi pada suhu 50°C.
Karakteristik ini mempengaruhi jumlah padatan terlarut dalam air yang mengendap dan
membentuk lapisan fouling, sehinga menyebabkan pengaruh terhadap resistansi didalam
heat exchanger. Nilai Rd pada aliran counter current lebih besar daripada nilai Rd dengan
aliran co-current. Hal ini disebabkan oleh perbedaan suhu kedua fluida mempengaruhi
ketebalan lapisan fouling diluar dan didalam tube.

Grafik Debit Fluida vs Rd


0.0062

0.006 Variasi Debit Fluida


Pendingin dengan
0.0058 debit fluida panas
konstans (2L/min)
Rd

0.0056

0.0054 Variasi Debit Fluida


Panas dengan debit
0.0052 fluida dingin konstans
(2L/min)
0.005
0 1 2 3 4 5
Debit fulida pendingin L/menit

Gambar 10 . Grafik Hubungan Debit Aliran Counter Current Dengan


Fouling Factor
Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa hubungan variasi debit aliran counter
current dengan fouling factor. Semakin besar debit aliran maka semakin kecil nilai Rd. Hal
ini karena semakin besar debit aliran maka nilai bilangan Reynold semakin besar sehingga
aliran yang timbul menjadi turbulen. Semakin turbulen aliran fluida, maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya fouling.

Parameter dalam heat exchanger yang selanjutnya adalah koefisien transfer panas
overall bersih (Uc). Hubungan antara Uc dengan suhu fluida masuk atau suhu heater
ditunjukkan oleh Gambar 11, dan hubungan antara Uc dengan debit aliran masuk
ditunjukkan oleh Gambar 12.
T heater vs Uc pada jenis aliran yang berbeda
108
107
106
Uc Btu/hr ft2 F 105
104
103
Counter current
102
101 Co Current
100
99
98
0 10 20 30 40 50 60
T Heater oC

Gambar 11. Grafik Hubungan antara Suhu Fluida Panas Masuk dengan
Koefisien Transfer Panas Overall Bersih (Uc)

Grafik Debit Fluida vs Uc


140

120

100
Uc Btu/hr ft2 F

Variasi Debit Fluida


80 Pendingin dengan debit
fluida panas konstans
60 (2L/min)

40 Variasi Debit Fluida Panas


dengan debit fluida dingin
20 konstans (2L/min)

0
0 1 2 3 4 5
Debit Fluida L/menit

Gambar 12. Grafik Hubungan antara Debit Fluida Masuk Aliran Counter-Current
dengan Koefisien Transfer Panas Overall Bersih (Uc)

Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa semakin tinggi suhu fluida panas masuk atau
suhu heater akan menyebabkan nilai Uc yang semakin tinggi. Hal ini sesuai teori dimana
suhu yang semakin tinggi akan menyebabkan viskositas fluida cairan semakin rendah dan
konduktivitas panas fluida akan semakin tinggi. Hubungan suhu dan viskositas sesuai
dengan persamaan Andrade atau Persamaan 65.

μ = Ae^(B/T) (65)
Nilai A dan B merupakan konstanta yang mempresentasikan masing-masing cairan.
Viskositas fluida dan konduktivitas panas berhubungan langsung dengan Persamaan 52 dan
Persamaan 53 pada bagian jH untuk tube atau shell dimana semakin besar viskositas fluida
akan menyebabkan nilai jH untuk tube atau shell semakin kecil, sehingga nilai hio dan ho
semakin kecil. Nilai hio dan ho yang semakin kecil menyebabkan nilai Uc akan semakin
kecil. Pada Gambar 9, ditunjukkan juga bahwa nilai Uc untuk aliran co-current lebih kecil
dibandingkan dengan nilai Uc untuk aliran conter-current. Hal ini disebabkan perbedaan
perbedaan cepat gerak partikel pada aliran co-current dimana fluida panas masuk langsung
yang berkontak dengan fluida dingin masuk. Suhu mempengaruhi gerak partikel, dan
didalam heat exchanger fluida panas masuk merupakan fluida dengan suhu paling tinggi
sedangkan fluida dingin masuk merupakan fluida dengan suhu paling rendah.

Berdasarkan Gambar 12, terlihat bahwa nilai Uc pada heat exchanger counter-current
flow dengan variasi debit aliran fluida panas atau dingin semakin tinggi, seiring semakin
besar debit aliran fluida. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin tinggi bilangan
Reynold fluida dalam sistem, maka turbulensi partikel fluida akan semakin besar yang
menunjukkan bahwa partikel akan semakin banyak bertumbukan. Partikel yang
bertumbukan menyebabkan adanya kontak antar partikel penyususn sehingga transfer
energi akan semakin mudah. Nilai Reynold ini berhubungan langsung dengan nilai jH untuk
tube atau shell pada Persamaan 52 dan Persamaan 53.

Parameter ketiga adalah koefisien panas overall kotor (Ud). Hubungan antara Ud
dengan suhu fluida masuk atau suhu heater ditunjukkan oleh Gambar 13, dan hubungan
antara Ud dengan debit aliran masuk ditunjukkan oleh Gambar 14.
T heater Vs Ud pada jenis aliran yang berbeda
350
300
Ud Btu/hr ft2 F
250
200
150
Co current
100
Counter Current
50
0
0 10 20 30 40 50 60
T heater oC

Gambar 13. Grafik Hubungan antara Suhu Fluida Panas Masuk dengan
Koefisien Transfer Panas Overall Kotor (Ud)

Grafik Debit Fluida vs Ud


400
350
300
Ud Btu/hr ft2 F

Variasi Debit Fluida


250 Pendingin dengan debit
200 fluida panas konstans
(2L/min)
150
Variasi Debit Fluida Panas
100 dengan debit fluida dingin
50 konstans (2L/min)

0
0 1 2 3 4 5
Debit Fluida L/menit

Gambar 14. Grafik Hubungan antara Debit Fluida Masuk Aliran


Counter-Current dengan Koefisien Transfer Panas Overall Kotor (Ud)

Berdasarkan Gambar 13, terlihat bahwa semakin tinggi suhu fluida panas masuk atau
suhu heater menyebabkan nilai Ud semakin besar pada kedua jenis aliran. Hal ini sesuai
dengan teori, dimana semakin tinggi suhu, partikel akan semakin cepat bergerak, sehingga
transfer energi akan semakin cepat, yang menghasilkan konduktansi panas akan semakin
besar. Suhu menpengaruhi nilai kelarutan padatan didalam fluida, hal ini ditunjukkan
dengan perubahan nilai fouling resistance pada Gambar 9. Perubahan nilai fouling
resistance ini menunjukkan resistansi yang ditimbulkan oleh lapisan fouling yang terbentuk,
sehingga menimbulkan perubahan nilai Ud dalam heat exchanger dan dapat ditunjukkan
dengan Persamaan 38. Pada Gambar 13, ditunjukkan juga bahwa nilai Ud aliran counter-
current lebih besar dari pada aliiran co-current. Hal ini disebabkan karena driving force
yang stabil menyebabkan transfer panas yang relatif lebih besar dibandingakan dengan
aliran co-current, dapat ditunjukkan dengan Persamaan 44.

Berdasarkan Gambar 14, terlihat bahwa nilai Ud pada heat exchanger counter-current
flow dengan variasi debit aliran fluida panas atau dingin semakin tinggi, seiring semakin
besar debit aliran fluida. Hal ini disebabkan oleh gerak paritkel yang semakin cepat
menyebabkan konduktivitas antar partikel yang semakin besar, namun kontak antar kedua
fluida yang semakin cepat menyebabkan perubahan suhu kedua fluida kecil. Hal ini
menyebabkan nilai ∆LMTD dan transfer panas yang lebih rendah. Perubahan nilai ∆LMTD
yang signifikan menyebabkan nilai Ud semakin besar.

Parameter berikutnya adalah pressure drop. Hubungan pressure drop pada shell dan
tube pada berbagai variasi suhu fluida panas masuk atau suhu heater dapat dilihat pada
gambar berikut.

Grafik Pressure drop tube vs suhu


heater pada aliran yang berbeda
0.08
0.07
Pressure Drop psi

0.06
0.05
0.04 Pt Co Current
0.03 Pt Counter Current
0.02
0.01
0 10 20 30 40 50 60
T Heater oC

Gambar 15 . Grafik Hubungan Suhu Dengan Pressure Drop Tube


Grafik Pressure drop shell vs suhu heater pada aliran
yang berbeda
0.0132

Pressure Drop psi 0.01315


0.0131
0.01305
Ps Co current
0.013
Ps counter current
0.01295
0.0129
0 10 20 30 40 50 60
T heater oC

Gambar 16. Grafik Hubungan Suhu Dengan Pressure Drop Shell


Berdasarkan Gambar 15 diatas, dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya suhu
aliran fluida panas masuk, maka pressure drop pada shell semakin besar. Hal ini disebabkan
karena, pada suhu yang tinggi laju alir fluida dingin yang mengalir pada shell akan semakin
besar sehingga aliran akan semakin turbulen. Pressure drop pada shell untuk aliran co-
current lebih besar daripada aliran counter current. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa
pressure drop pada co-current akan semakin besar karena laju alir fluida dingin lebih besar
daripada aliran counter current.
Berdasarkan Gambar 16 dapat dilihat bahwa Pressure drop pada tube mempunyai
nilai yang relative sama seiring meningkatnya suhu aliran fluida panas masuk. Hal ini
disebabkan karena laju alir fluida panas yang masuk nilainya konstan. Laju alir fluida panas
yang konstan menyebabkan nilai pressure drop pada tube untuk aliran co-current dan aliran
counter current nilainya hampir sama.
Hubungan pressure drop pada shell dan tube pada berbagai variasi debit aliran counter
current dapat dilihat pada gambar berikut.
Grafik Debit vs Pressure drop Tube
0.17
0.15
0.13
Pressure Drop psi
Variasi Debit Fluida
0.11 Pendingin dengan debit
0.09 fluida panas konstans
(2L/min)
0.07
Variasi Debit Fluida Panas
0.05 dengan debit fluida dingin
0.03 konstans (2L/min)

0.01
0 1 2 3 4 5
Debit Fluida L/menit

Gambar 17 . Grafik Hubungan Debit Aliran Counter Current Dengan


Pressure Drop Tube

Grafik Debit Fluida vs Pressure drop shell


0.06

0.05
Pressure Drop psi

0.04 Variasi Debit Fluida


Pendingin dengan debit
0.03 fluida panas konstans
(2L/min)
0.02 Variasi Debit Fluida Panas
dengan debit fluida dingin
0.01 konstans (2L/min)

0
0 1 2 3 4 5
Debit Fluida L/menit

Gambar 18 . Grafik Hubungan Debit Aliran Counter Current Dengan


Pressure Drop Shell
Berdasarkan Gambar 17 dan Gambar 18 dapat dilihat hubungan debit aliran counter
current dengan pressure drop berbanding lurus. Hal ini disebabkan karena semakin besar
debit aliran maka nilai bilangan Reynold semakin besar, sehingga aliran fluida yang
ditimbulkan turbulen. Semakin turbulen aliran fluida maka semakin banyak pula gaya yang
hilang ke sekeliling karena kekurangan momentum sehingga semakin besar pula pressure
drop-nya.
Driving force pada aliran counter current mempunyai driving force perbedaan suhu
fluida yang lebih tinggi. sehingga jenis aliran counter current dapat dipilih jika dibutuhkan
heat exchanger dengan efesiensi perpindahan panas yang tinggi. aliran co-current memiliki
laju perpindahan panas yang lebih stabil disepanjang elemen heat exchanger. Jenis aliran
co-current dapat digunakan untuk heat exchanger yang membutuhkan kondisi bersih. Untuk
jenis aliran co-current, suhu dinding heat exchanger lebih dingin daripada aliran counter
current sehingga pembentukan kerak akan menjadi lebih sedikit.

Berdasarkan analisis parameter heat exchanger dengan variasi suhu dan debit, dapat
diketahui bahwa pennggunaan heat exchanger memerlukan pertimbangan dari segi sistem
yang digunakan dalam pabrik. Heat exchanger co-current flow efektif digunakan pada heat
exchanger pendek, serta perbedaan kedua suhu fluida yang relatif rendah. Dengan keadaan
ini, heat exchanger co-current flow cocok digunakan untuk menukarkan panas antar dua
fluida gas.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

1. Nilai ∆LMTD, Uc, dan Ud aliran counter-current lebih besar dibandingkan jenis
aliran co-current dalam heat exchanger.
2. Nilai pressure drop dan fouling factor aliran counter-current lebih rendah
dibandingkan jenis aliran co-current dalam heat exchanger.
3. Suhu yang semakin tinggi meningkatan nilai ∆LMTD, Uc, Ud, P, dan menurunkan
nilai fouling factor dalam heat exchanger.
4. Debit aliran yang semakin tinggi meningkatkan nilai Uc, Ud, pressure drop dalam
dan menurunkan nilai ∆LMTD, serta fouling factor heat exchanger.
5. Heat Exchanger co-current flow efektif digunakan pada ukuran pendek dan sistem
dengan ∆LMTD rendah.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Y. A. (2004). Heat Transference a Practical Approach. In MacGraw-Hill, (2nd ed.,
Vol. 4, Issue 9). http://dx.doi.org/10.1007/978-3-642-20279-7_5
Holman, V. (1999). Introduction. In Visual Resources (10th ed., Vol. 15, Issue 3). Mc Graw
Hill. https://doi.org/10.1080/01973762.1999.9658510
Kern, D. Q. (1950). Kern_Process Heat Transfer.pdf (Internatio). McGraw Hill.
Perry, S., Perry, R. H., Green, D. W., & Maloney, J. O. (2000). Perry’s chemical engineers’
handbook. In Choice Reviews Online (Vol. 38, Issue 02).
https://doi.org/10.5860/choice.38-0966
Putra, I. (2017). Studi perhitungan heat exchanger type shell and tube dehumidifier biogas
limbah sawit untuk pembangkit listrik tenaga biogas. Jurnal POLIMESIN, 15(2), 42.
https://doi.org/10.30811/jpl.v15i2.373
Syaichurrozi, I., Metta, A., & Imanuddin, A. (2014). Kajian Performa Alat Penukar Panas
Plate and Frame: Pengaruh Laju Alir Massa , Temperatur Umpan dan Arah Aliran
Terhadap Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh. Eksergi, 11(02), 11–18.
VII. LAMPIRAN
A. Alat Perlindungan Diri (APD)
Alat perlindungan diri yang harus digunakan saat melakukan percobaan ini adalah:
1. Jas Laboratorium Lengan Panjang
Jas laboratorium berlengan panjang berfungsi untuk melindungi bagian lengan dan
badan agar tidak terkena tumpahan atau percikan bahan-bahan kimia.
2. Goggles
Goggles berfungsi sebagai alat pelindung mata agar tidak terkena percikan dari bahan-
bahan kimia.
3. Masker
Masker berfungsi untuk melindungi saluran pernapasan agar tidak menghirup gas atau
uap dari bahan-bahan kimia yang berbahaya.
4. Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan agar tidak berkontak langsung
dengan bahan-bahan kimia yang menyebabkan iritasi.
5. Sepatu Tertutup
Sepatu tertutup berfungsi untuk melindungi bagian bawah tubuh (kaki) dari pecahan
alat berbahan kaca dan tumpahan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya.

B. Manajemen Limbah
Air ledeng merupakan bahan yang aman digunakan sehingga setelah percobaan
selesai, dapat langsung dibuang ke wastafel.
C. Data Percobaan
Data percobaan diambil dari Praktikum Operasi Teknik Kimia Tahun 2019
1. Spesifikasi Heat Exchanger
Tabel I. Spesifikasi Shell HT33
Shell

in
ID shell = 1.968

B= in
0.787

n= 1.000

0.779 in
De =
ft
ID shell = 0.164

Ad = 0.686 ft2

Tabel II. Spesifikasi Tube HT33


Tube

in
OD = 0.2496
in
ID = 0.2016
in
pitch = 0.4848
in2
A't = 0.0319
ft
L= 1.5000

n= 1.0000

Nt = 7.000

2. Data Pendukung Properties Cairan


Data pendukung properties cairan diambil dari buku Perry’s Chemical Engineers’
Handbook (1997).
a. Konstanta Kapasitas Panas (cp)
Nilai kapasitas panas fluida dapat dihitung dengan persamaan
𝑐𝑝 = 𝐶1 + 𝐶2 ∙ 𝑇 + 𝐶3 ∙ 𝑇 2 + 𝐶4 ∙ 𝑇 3 + 𝐶5 ∙ 𝑇 4 (65)
Dengan, cp = Kapasitas panas, J/mol/K
Nilai C1 hingga C5 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel III. Konstanta Kapasitas Panas


C1 C2 C3 C4 C5

276370.000 -2090.100 8.125 -0.014 0.0000093701

b. Viskositas (𝜇)
Nilai viskositas akan dihitung dengan cara interpolasi dari beberapa data. Data
untuk interpolasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV. Data Interpolasi Viskositas

T (F) 𝜇, cp 𝜇, lb/ft.hr

90.000 0.850 2.057

140.000 0.49 1.186

c. Konduktivitas Panas (k)


Nilai konduktivitas panas untuk tiap fluida akan dihitung dengan interpolasi.
Data untuk interpolasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel V. Data Interpolasi Konduktivitas Panas

T (F) k, W/m.K k, Btu/j.ft^2.(F/ft)

86.000 0.613 0.354

140.000 0.6511 0.376


d. Densitas Fluida (𝜌)
Nilai densitas untuk tiap fluida akan dihitung dengan interpolasi. Data untuk
interpolasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel VI. Data Interpolasi Densitas

T (F) 𝜌 (kg/m3) 𝜌 (lb/ft3)

86.000 995.647 62.158

140.000 983.2 61.381

3. Contoh Perhitungan Analisis Data


a. Data pada Suhu 50oC dengan aliran Counter-current
Tabel VII. Data Suhu
Variasi : Heater 50 Fhot 2 Fcold 2
T1 T2 T3 T4 Fhot Fcold
50.1 47.9 35.2 37.8 2 1.99
50 47.8 35.2 37.8 2 2.01
50.2 47.9 35.3 37.8 2.1 2
50.1 47.9 35.3 37.9 2.1 2

Tabel VIII. Data Flowrate

Fhot = 2.000 L/menit

mh = 264.554 lb/hr

Fcold = 2.000 L/menit

mc = 264.554 lb/hr
Tabel IX. Properties Fluida Panas
J/Kmol.K
cp = 75243.143
Btu/lbmol. °F
17.984
Btu/lb °F
cp = 0.998

myu = lb/ft.j
1.525
btu/j.ft. °F
k= 0.368

rho = 61.661 lb/ft3

Tabel X. Properties Fluida Panas


J/Kmol.K
cp = 75253.330
Btu/lbmol. °F
17.986
Btu/lb °F
cp = 0.998
lb/ft.j
myu = 1.893
btu/j.ft. °F
k= 0.360
lb/ft3
rho = 61.965

Tabel XI. Perhitungan Kalor

Q= 1045.798 Btu/hr

22.498 °F
LMTD =
R= 0.846

P= 0.174

F= 0.994

22.360 °F
F LMTD =

Ud = 247.399 Btu/hr ft2 °F


Tabel XII. Perhitungan Fluida Shell
Shell

As = 0.00521943 ft2

Gs = 50433.05016 lb/hr ft2

De = 0.065 ft

Jh = 20.300

Res = 2141.467559

Pr = 4.150321823

ho = 184.7919249 Btu/hr ft2 °F

Tabel XIII. Perhitungan Fluida Tube


Tube

A't = 0.0016 ft2

Gt = 170493.5929 lb/hr ft2

ID tube 0.0168 ft

Jh = 7.3

Pr = 5.3465

Ret = 1489.6193

hi = 272.8395 Btu/hr ft2 °F

hio = 220.3704 Btu/hr ft2 °F

Uc = 100.5095 Btu/hr ft2 °F


Tabel XIV. Data Fouling Factor
100.5095
Uc
Btu/hr.ft2 °F

247.399
Ud
Btu/hr.ft2 °F

Rd -0.006

Tabel XV. Data Pressure Drop Shell


Shell

f= 0.003

delta Ps = 0.013 psi

Tabel XVI. Data Pressure Drop Tube


Tube

f= 0.001

delta Pt = 0.016 psi

delta Pr = 0.016 psi

delta Ps = 0.032 psi

b. Data pada Suhu 50oC dengan Aliran Co-current


Tabel XVII. Data Suhu
Variasi : Heater 50ᵒC Fhot = 2 L/men Fcold = 2 L/men
T2 T1 T3 T4 Fhot Fcold
50.4 48.9 36.7 39.2 1.9 1.94
50.3 48.8 36.8 39.3 2 1.93
50.2 48.8 38.8 39.3 2 1.97
50.1 48.7 36.8 39.3 2 2
Tabel XVIII. Data Flowrate

Fhot = 2.000 L/menit

mh = 264.554 lb/hr

Fcold = 2.000 L/menit

mc = lb/hr
264.554

Tabel XVIX. Properties Fluida Panas

cp = 75244.967 J/Kmol.K

17.984 Btu/lbmol. °F

cp = 0.998 Btu/lb °F

myu = 1.507 lb/ft.j

k= 0.369 btu/j.ft. °F

rho = 61.647 lb/ft3

Tabel XX. Properties Fluida Panas

cp = 75243.29 J/Kmol.K

17.984 Btu/lbmol. °F

cp = 0.998 Btu/lb °F

myu
1.819 lb/ft.j
=

k= 0.361 btu/j.ft. °F

rho = 61.904 lb/ft3


Tabel XXI. Perhitungan Kalor

Q= 677.411 Btu/hr

LMTD = 21.047 °F

R= 0.600

P= 0.182

F= 0.995

F LMTD = 20.951 °F

Ud = 171.033 Btu/hr ft2 °F

Tabel XXII. Perhitungan Fluida Shell


Shell

As = 0.00521943 ft2

Gs = 49165.8881 lb/hr ft2

De = 0.065 ft

Jh = 24.000
Res = 2112.584

Pr = 4.0806285
ho = 218.022805 Btu/hr ft2 °F

Tabel XXIII. Perhitungan Fluida Tube


Tube

A't = 0.0016 ft2

Gt = 161968.9132 lb/hr ft2

ID tube 0.0168 ft

Jh = 7
Pr = 5.0241
Ret = 1449.4182

hi = 260.0473 Btu/hr ft2 °F

hio = 210.0382 Btu/hr ft2 °F

Uc = 106.9780 Btu/hr ft2 °F

Tabel XXIV. Data Fouling Factor


106.9780
Uc
Btu/hr.ft2 °F

171.033
Ud
Btu/hr.ft2 °F

Rd -0.004

Tabel XXV. Data Pressure Drop Shell


Shell

f= 0.003

delta Ps = 0.013 psi

Tabel XXVI. Data Pressure Drop Tube


Tube

f= 0.001

delta Pt = 0.014 psi

delta Pr = 0.014 psi

delta Ps = 0.029 psi


4. Data Hasil Perhitungan Pada Berbagai Suhu Heater

Tabel XXVII. Data Suhu Percobaan


T avg
Jenis T2 T1 T3 T4 Fhot Fcold T2 T1 T3 T4 Tavg hot
T heater cold
Aliran ( ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) L/men L/men (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF) fluid
fluid
50.4 48.9 36.7 39.2 1.9 1.94 122.72 120.02 98.06 102.56 121.37 100.31
50.3 48.8 36.8 39.3 2.0 1.93 122.54 119.84 98.24 102.74 121.19 100.49
50 ᵒC
50.2 48.8 38.8 39.3 2.0 1.97 122.36 119.84 101.84 102.74 121.1 102.29
50.1 48.7 36.8 39.3 2.0 2 122.18 119.66 98.24 102.74 120.92 100.49
45.3 44.5 36.3 38 2.0 1.94 113.54 112.10 97.34 100.4 112.82 98.87
Co 45.0 44.2 36.3 38 2.1 1.98 113.00 111.56 97.34 100.4 112.28 98.87
45 ᵒC
Current 45.1 44.2 36.4 38.1 2.0 1.94 113.18 111.56 97.52 100.58 112.37 99.05
45.3 44.4 36.4 38.1 2.0 1.89 113.54 111.92 97.52 100.58 112.73 99.05
40.2 39.9 35.9 36.9 2.0 1.99 104.36 103.82 96.62 98.42 104.09 97.52
40.1 39.8 35.9 36.8 2.0 1.95 104.18 103.64 96.62 98.24 103.91 97.43
40 ᵒC
40.0 39.7 36 36.9 2.1 1.95 104.00 103.46 96.80 98.42 103.73 97.61
40.0 39.7 36 36.9 2.0 1.87 104.00 103.46 96.80 98.42 103.73 97.61
T avg
T T1 T2 T3 T4 Fhot Fcold T1 T2 T3 T4 Tavg hot
Jenis cold
heater ( ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) L/men L/men (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF) fluid
Aliran fluid
50.1 47.9 35.2 37.8 2.00 1.99 122.18 118.22 95.36 100.04 120.20 97.70
50.0 47.8 35.2 37.8 2.00 2.01 122.00 118.04 95.36 100.04 120.02 97.70
50 ᵒC
50.2 47.9 35.3 37.8 2.10 2.00 122.36 118.22 95.54 100.04 120.29 97.79
50.1 47.9 35.3 37.9 2.10 2.00 122.18 118.22 95.54 100.22 120.20 97.88
45.0 43.4 34.7 36.5 2.00 1.92 113.00 110.12 94.46 97.70 111.56 96.08
Counter 45.2 43.6 34.8 36.6 1.90 2.01 113.36 110.48 94.64 97.88 111.92 96.26
45 ᵒC
Current 45.3 43.7 34.8 36.7 2.00 1.89 113.54 110.66 94.64 98.06 112.10 96.35
45.1 43.5 34.9 36.7 2.00 1.95 113.18 110.30 94.82 98.06 111.74 96.44
40.3 39.3 34.4 35.5 2.00 1.93 104.54 102.74 93.92 95.9 103.64 94.91
40.2 39.2 34.4 35.5 2.00 2.06 104.36 102.56 93.92 95.9 103.46 94.91
40 ᵒC
40.0 39.1 34.5 35.5 2.00 1.95 104.00 102.38 94.10 95.9 103.19 95.00
40.1 39.1 34.5 35.5 2.00 1.95 104.18 102.38 94.10 95.9 103.28 95.00
Tabel XXVIII. Data Sifat Fisis Untuk Fluida Panas Dan Fluida Dingin

Tavg hot
Jenis T K (Btu /hr Cp 𝜇 𝜌
fluid
Aliran heater ft ᵒF) (Btu/lbᵒ F) (lb/hr.ft) (lb/ft3)
(ᵒF)
121.37 0.362 0.998 1.807 61.894
121.19 0.362 0.998 1.810 61.897
50 ᵒC
121.1 0.362 0.998 1.807 61.894
120.92 0.362 0.998 1.802 61.89
112.82 0.365 0.998 1.655 61.768
112.28 0.365 0.998 1.663 61.775
Co Current 45 ᵒC
112.37 0.365 0.998 1.666 61.777
112.73 0.365 0.998 1.667 61.779
104.09 0.369 0.998 1.507 61.647
103.91 0.369 0.998 1.510 61.649
40 ᵒC
103.73 0.369 0.998 1.507 61.647
103.73 0.368 0.998 1.523 61.660
120.2 0.362 0.998 1.805 61.893
120.02 0.362 0.998 1.807 61.894
50 ᵒC
120.29 0.362 0.998 1.804 61.891
120.2 0.362 0.998 1.804 61.891
111.56 0.365 0.998 1.655 61.768
Counter 111.92 0.365 0.998 1.658 61.771
45 ᵒC
Current 112.1 0.365 0.998 1.659 61.772
111.74 0.365 0.998 1.661 61.774
103.64 0.368 0.998 1.525 61.661
103.46 0.369 0.998 1.510 61.649
40 ᵒC
103.19 0.369 0.998 1.510 61.649
103.28 0.369 0.998 1.515 61.653
Jenis T T avg cold K (Btu /hr
Cp (Btu/lb ᵒF 𝜇 (lb/hr.ft) 𝜌 (lb/ft3)
Aliran heater fluid ft ᵒF)
100.31 0.360 0.998 1.863 61.941
100.49 0.360 0.998 1.868 61.945
50 ᵒC
102.29 0.360 0.998 1.866 61.943
100.49 0.360 0.998 1.863 61.941
98.87 0.361 0.998 1.841 61.923
98.87 0.361 0.998 1.841 61.923
Co Current 45 ᵒC
99.05 0.361 0.998 1.838 61.92
99.05 0.361 0.998 1.837 61.919
97.52 0.361 0.998 1.819 61.904
97.43 0.362 0.998 1.818 61.903
40 ᵒC
97.61 0.362 0.998 1.182 61.902
97.61 0.362 0.998 1.182 61.902
97.70 0.360 0.998 1.888 61.961
97.70 0.360 0.998 1.884 61.958
50 ᵒC
97.79 0.360 0.998 1.884 61.958
97.88 0.360 0.998 1.885 61.959
96.08 0.360 0.998 1.865 61.942
Counter
96.26 0.360 0.998 1.863 61.941
Current 45 ᵒC
96.35 0.361 0.998 1.862 61.939
Current
96.44 0.361 0.998 1.860 61.938
94.91 0.360 0.998 1.893 61.965
94.91 0.360 0.998 1.890 61.963
40 ᵒC
95.00 0.360 0.998 1.890 61.963
95.00 0.360 0.998 1.888 61.961
Tabel XXX. Data Perhitungan ΔT LMTD

T T2 T1 T3 T4 LMTD
Jenis Aliran
heater (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF)
122.72 120.02 98.06 102.56 11.58514
122.54 119.84 98.24 102.74 11.38311
50 ᵒC
122.36 119.84 101.84 102.74 10.42115
122.18 119.66 98.24 102.74 11.23743
113.54 112.10 97.34 100.4 7.682323
113.00 111.56 97.34 100.4 7.379557
Co Current 45 ᵒC
113.18 111.56 97.52 100.58 7.323237
113.54 111.92 97.52 100.58 7.52529
104.36 103.82 96.62 98.42 3.611084
104.18 103.64 96.62 98.24 3.566416
40 ᵒC
104.00 103.46 96.80 98.42 3.364408
104,00 103.46 96.80 98.42 3.364408
T T1 T2 T3 T4 LMTD
Jenis Aliran
heater (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF) (ᵒF)
122.18 118.22 95.36 100.04 12.34486
122.00 118.04 95.36 100.04 12.24358
50 ᵒC
122.36 118.22 95.54 100.04 12.34486
122.18 118.22 95.54 100.22 12.24358
113.00 110.12 94.46 97.70 8.486793
Counter 113.36 110.48 94.64 97.88 8.588121
45 ᵒC
Current 113.54 110.66 94.64 98.06 8.632062
113.18 110.3 94.82 98.06 8.385432
104.54 102.74 93.92 95.90 4.773256
104.36 102.56 93.92 95.90 4.671597
40 ᵒC
104.00 102.38 94.10 95.90 4.483096
104.18 102.38 94.10 95.90 4.526600
Tabel XXXI. Data Perhitungan Koefisien Transfer Panas Overall, Koefisien Transfer
Panas Bersih Dan Fouling Factor, Pressure Drop Tube Dan Pressure Drop Shell

Jenis T
Uc Ud Rd Ps Pt
Aliran heater
106.9780232 288.0407355 0.003501 0.012640215 0.028646539
106.9841750 294.1065260 0.003889 0.012528374 0.031574308
50 ᵒC
106.7644085 299.1253714 0.004032 0.013002315 0.031534243
107.0279713 316.4498913 0.003571 0.013366420 0.031574308
106.2380740 267.0728897 0.002511 0.01288027 0.031609774
Co 106.3163410 245.6159726 0.003090 0.013377356 0.034680047
45 ᵒC
Current 106.2809544 257.1520438 0.003556 0.012892419 0.031605860
106.2287984 264.7083839 0.003401 0.012291224 0.031605860
105.2593320 247.3985837 0.000850 0.013722570 0.031638912
105.2935391 249.4181442 0.000957 0.013234650 0.031640841
40 ᵒC
105.2954253 271.5678874 0.001821 0.013239222 0.034709653
105.2954253 261.8900899 0.001437 0.012277644 0.031636981
Jenis T
Uc Ud Rd Ps Pt
Aliran heater
106.9780232 288.0407355 0.005907 0.01324369 0.031635048
106.984175 294.106526 0.005937 0.013489758 0.031635048
50 ᵒC
106.7644085 299.1253714 0.006269 0.013360984 0.034705445
107.0279713 316.4498913 0.006327 0.013363723 0.034703339
106.238074 267.0728897 0.006321 0.012674645 0.031669584
Counter 106.3163410 245.6159726 0.006000 0.013754719 0.028726595
45 ᵒC
Current 106.2809544 257.1520438 0.006186 0.012307428 0.031663865
106.2287984 264.7083839 0.006293 0.013029376 0.031661955
105.2593320 247.3985837 0.006663 0.01299805 0.031694203
105.2935391 249.4181442 0.006733 0.014621289 0.031694203
40 ᵒC
105.2954253 271.5678874 0.006787 0.01325293 0.031692319
105.2954253 261.8900899 0.006971 0.013251482 0.031692319
Tabel XXXII. Data Perhitungan Koefisien Transfer Panas Overall, koefisien transfer panas bersih dan Fouling Factor, pressure drop tube
dan pressure drop shell dengan debit yang berbeda

Uc Ud
Fcold L/menit Fhot L/menit T1 oC T2 oC T3ᵒC T4ᵒC Rd Ps psi Pt psi LMTD C
Btu/hr ft2 ᵒF Btu/hr ft2 ᵒF
2.0 2.26 50.2 47.1 28.2 31.7 100.3705 232.7919 0.005667 0.016676 0.031875 18.50424
1.9 2.27 50.3 47.1 28.2 31.7 100.3558 227.7060 0.005573 0.016806 0.028918 18.54876
2.0 2.4 50.0 46.9 28.3 31.8 100.4124 236.6268 0.005733 0.018596 0.031872 18.20100
2,0 2.28 50.2 47.1 28.4 31.9 100.337 235.3356 0.005717 0.016942 0.031868 18.30209
2.0 2.54 49.8 46.8 28.7 31.7 101.7208 233.2861 0.005544 0.020607 0.031865 17.87688
2.0 2.61 50.0 46.9 28.7 31.7 101.6857 238.3967 0.005640 0.021627 0.031866 18.07881
2.0 2.51 50.1 47.0 28.9 31.9 101.6219 239.7235 0.005669 0.020150 0.031859 17.97785
2.0 2.54 50.0 47.0 29.0 32.0 101.6018 235.3007 0.005592 0.02059 0.031852 17.71959
2.0 3.16 50.0 46.9 29.3 32.0 104.1156 244.3713 0.005513 0.030513 0.031851 17.64138
2.0 3.23 50.0 46.9 29.4 32.0 104.1065 245.0311 0.005524 0.031740 0.031849 17.59640
2.0 3.17 50.1 47.0 29.5 32.1 104.0589 245.0320 0.005529 0.030674 0.031845 17.59640
2.0 3.26 50.0 46.9 29.5 32.2 104.0790 247.1736 0.005562 0.032273 0.031844 17.43955
2.0 3.56 50.0 46.9 29.9 32.2 106.4392 249.9021 0.005393 0.037814 0.031836 17.25944
2.0 3.45 50.1 47.0 30.0 32.3 106.3907 249.9030 0.005398 0.035723 0.031833 17.25944
1.9 3.58 49.9 46.8 30.1 32.4 106.4298 241.6067 0.005257 0.038213 0.028876 16.95694
2.0 3.59 50.1 46.9 30.1 32.4 106.386 260.2724 0.005558 0.038382 0.031829 17.10286
2.0 4.04 50.1 47.0 30.7 32.8 109.6741 258.8382 0.005255 0.047463 0.031812 16.66501
2.0 3.96 50.0 46.9 30.7 32.8 109.7033 260.4003 0.005275 0.045803 0.031812 16.56419
2.0 3.98 50.3 47.1 30.8 32.9 109.6093 266.4396 0.00537 0.046174 0.031808 16.71015
2.0 4.04 50.0 46.9 30.9 32.9 109.672 262.7475 0.005312 0.047482 0.031806 16.41819
2.0 4.37 50.1 47.0 31.1 33.0 112.802 263.5195 0.005070 0.054669 0.031801 16.37295
2.0 4.39 50.2 47.0 31.2 33.1 111.7238 272.9078 0.005286 0.055108 0.031797 16.31738
2.0 4.5 49.9 46.8 31.3 33.2 111.7747 270.1203 0.005245 0.057677 0.031794 15.96976
2.0 4.53 50.0 47.0 31.4 33.2 111.7202 259.6991 0.005100 0.058336 0.031792 16.08078
2.5 1.99 49.9 47.6 31.7 35.0 102.953 262.2867 0.005901 0.013257 0.048521 15.22878
2.4 2.04 49.8 47.5 31.8 35.1 102.9662 255.1464 0.005793 0.013868 0.044893 15.02649
2.5 2.04 50.0 47.7 31.9 35.2 102.8864 264.0220 0.005932 0.013857 0.048510 15.12764
2.4 1.99 49.9 47.6 31.9 35.2 102.9174 255.1473 0.005797 0.013257 0.044888 15.02649
3.0 2.05 50.0 47.9 32.2 35.7 106.0055 295.1860 0.006046 0.013974 0.068589 14.82413
3.0 2.11 49.9 47.8 32.3 35.7 106.0285 298.1255 0.006077 0.014725 0.068585 14.67867
3.0 2.03 49.9 47.8 32.3 35.8 106.0193 299.2249 0.00609 0.013735 0.068581 14.62171
2..9 1.97 50.1 48.0 32.4 35.8 105.9455 286.2392 0.005945 0.013002 0.064293 14.77983
3.5 1.97 49.9 47.9 32.7 36.2 112.6294 340.5767 0.005942 0.01301 0.091935 14.27383
3.6 2.01 50.1 48.1 32.7 36.3 112.5474 346.7623 0.006001 0.013479 0.096998 14.41921
3.5 2.08 50.1 48.2 32.8 36.3 112.5200 320.1342 0.005764 0.014332 0.091925 14.43202
3.5 1.99 49.9 48.0 32.9 36.4 112.5747 326.9350 0.005824 0.013246 0.091915 14.12842
4.0 2.03 50.0 48.3 33.1 36.8 117.2699 336.7998 0.005558 0.013718 0.118509 14.02719
4.0 1.99 50.1 48.3 33.2 36.8 117.2410 356.5552 0.005725 0.013233 0.118503 14.02719
4.0 1.99 49.8 48.2 33.3 36.8 117.3114 322.4994 0.005424 0.013244 0.118497 13.79321
4.0 2.04 50.2 48.4 33.3 36.9 117.1832 356.5567 0.005729 0.013832 0.11849 14.02719
4.4 2.00 49.9 48.3 33.6 37.2 121.4769 361.4261 0.005465 0.013358 0.14206 13.53391
4.5 2.00 49.8 48.3 33.7 37.2 121.4893 348.9580 0.005366 0.013361 0.148273 13.44541
4.5 1.95 50.2 48.5 33.7 37.4 121.3435 390.0457 0.005677 0.01275 0.148258 13.62208
4.6 2.01 50.1 48.5 33.8 37.4 121.3560 377.8577 0.005594 0.013468 0.154598 13.53391

Anda mungkin juga menyukai