Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN


PENGUKURAN RAPAT MASSA DAN KONDUKTANSI
(C)

NAMA : MUHAMMAD IRFAN RAHMAN

WINDA MUTIARA NISA

NIM : 18/431256/TK/47849

18/431270/TK/47863

HARI/TGL : SELASA / 12 MARET 2019

ASISTEN : BENING ARDININGTYAS DINASTI

LABORATORIUM ANALISIS BAHAN

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN 2019

Dengan judul mata praktikum :

PENGUKURAN RAPAT MASSA DAN KONDUKTANSI

Disusun oleh:

Nama Praktikan NIM Tanda Tangan

Muhammad Irfan Rahman 18/431256/TK/47849

Winda Mutiara Nisa 18/431270/TK/47863

Yogyakarta, Mei 2019

Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,

Himayan Tri Bayu Murti Petrus, S.T, M.E., D.Eng. Bening A. Dinasti
NIP. 19780609 200212 1 003
PENGUKURAN RAPAT MASSA DAN KONDUKTANSI

(C)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan pengukuran rapat massa dan konduktansi
adalah:
1. Memahami serta mempraktikan cara pengukuran rapat massa dan
konduktansi dengan alat ukur berupa hidrometer, piknometer dan
Konduktometer.
2. Menentukan konsentrasi larutan sampel dengan cara mengukur
rapat massa dan konduktansinya dengan bantuan kurva standar.
II. DASAR TEORI
A. Rapat Massa

Rapat massa adalah perbandingan antara massa suatu zat


dengan volume zat tersebut (Brady et al., 2012). Rapat massa
dilambangkan dengan simbol 𝜌 (rho).

Rapat massa terdiri dari dua besaran yaitu besaran intensif


dan ekstensif. Besaran ekstensif nilainya tergantung pada jumlah
dan ukuran bahan yang sehingga massa dan volume adalah
besaran ekstensif. Sedangkan rapat massa termasuk besaran
intensif yang artinya nilainya tidak bergantung pada jumlah dan
ukuran suatu material (Atkins & Paula, 2006).

Rapat massa berbanding lurus dengan massa suatu zat namun


berbanding terbalik dengan volume. Semakin tinggi rapat massa
benda berarti semakin besar massanya. Rapat massa dirumuskan
dengan persamaan :
𝑚
𝜌= (1)
𝑉

dengan, 𝜌 = rapat massa suatu zat (kg/ m3)

1
m = massa zat (kg)

V = volume zat (m3)

Selain rapat massa, ada istilah lain yang penting, yaitu specific
gravity. Specific gravity didefinisikan sebagai perbandingan antara
rapat massa dibagi dengan rapat massa aquadest murni (Brady et
al., 2012). Walaupun specific gravity mempunyai nilai yang sama
dengan rapat massa senyawa yang diukur, namun specific gravity
tidak memiliki dimensi atau satuan karena kedua densitas memiliki
satuan yang sama (Brady et al., 2012). Specific gravity
dilambangkan dengan Sg yang dapat dirumuskan dengan
persamaan :

𝑧𝑎𝑡
𝑆𝑔 = (2)
𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡

dengan, Sg = specific gravity

𝜌zat = rapat massa zat yang diukur

𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = rapat massa aquadest murni

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rapat massa dari


fluida, yaitu :

1) Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan berbanding lurus dengan rapat massa
larutan tersebut. Semakin besar konsentrasi larutan, maka semakin
besar pula rapat massa larutan tersebut. Konsentrasi merupakan
komposisi suatu zat terlarut di dalam suatu larutan. Konsentrasi
pada umumnya dinyatakan dengan molaritas (M) yaitu jumlah mol
zat terlarut dalam tiap liter larutan. Molalitas dapat dirumuskan
dengan persamaan :

𝑛
𝑀= (3)
𝑉

2
dengan, M = molalitas ( mol/L atau M )

n = jumlah mol zat terlarut ( mol )

V = volume larutan ( liter )

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙


dan, n= = (4)
𝑀𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑣𝑜𝑔𝑎𝑑𝑟𝑜

Dari persamaan (3) dan (4) dapat disimpulkan bahwa


semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak
jumlah partikel yang terlarut. Banyaknya zat terlarut di dalam
larutan mengakibatkan massa larutan semakin besar, sehingga rapat
massa akan ikut bertambah.

2) Suhu dan Tekanan


Rapat massa pada cairan hanya sedikit berubah atau bahkan
bisa diabaikan karena nilai perubahan rapat massa yang sangat
kecil bila terjadi perubahan suhu atau tekanan karena sifat dari
cairan yang incompressible. Sedangkan untuk gas, rapat massanya
sangat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan karena bersifat
compressible. Pada umumnya semakin tinggi suhu suatu fluida,
maka volumenya bertambah karena terjadi pemuaian volume yang
disebabkan oleh molekul pada cairan menerima energi dan dapat
bergerak semakin cepat, sehingga rapat massa zat tersebut
berkurang yang artinya suhu berbanding terbalik dengan rapat
massa (Smith et al., 2001). Pemuaian suatu zat dalam segala fasa
dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut.
𝑉𝑡 = 𝑉𝑜 ( 1 + 𝛾 ∆𝑇) (5)

dengan, Vt = volume benda setelah perubahan suhu (mL)

Vo = volume benda mula-mula (mL)

𝛾 = koefisien pemuaian volume benda (°C)

3
∆𝑇 = perubahan suhu (°C)

Sementara itu, rapat massa akan bertambah jika tekanan zat


bertambah atau rapat massa berbanding lurus dengan tekanan. Hal
ini disebabkan ketika tekanan bertambah maka suhu fluida akan
menurun, hal ini sesuai dengan teori Gas Ideal yatu:

𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 (6)
𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑃 𝜌 = 𝑀𝑟 𝑅𝑇 (7)
𝜌𝑅𝑇
𝑃= (8)
𝑀𝑟

dengan, P = tekanan (atm)

V = volume (mL)

n = jumlah mol (mol)

R = tetapan gas ideal ((atm.mol)/(mol.K))

T = suhu (K)

Mr= massa relatif gas (gram/mol)

𝜌 = rapat massa (gram/mL)

Dari persamaan (8) dapat disimpulkan bahwa rapat massa


berbanding lurus dengan tekanan. Gas merupakan fluida yang
compressible maka semakin tinggi tekanan maka volumenya
menyusut sedangkan massa zat tetap sehingga rapat massa menjadi
lebih besar.

3) Fasa Zat yang Diukur


Masing-masing dari fasa zat mempunyai rapat massa yang
berbeda-beda. Fasa padat memiliki rapat massa terbesar, kemudian
fasa cair, dan fasa gas merupakan fasa yang paling kecil rapat
massanya. Hal tersebut dikarenakan fasa padat mempunyai jarak

4
antar molekul yang rapat, fasa cair memiliki jarak antar molekul
yang agak berjauhan, dan fasa gas memiliki jarak antar molekul
yang sangat berjauhan (Brady et al., 2012). Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka untuk massa yang sama volume zat akan berkurang
dari fasa gas, fasa cair, dan fasa padat. Volume zat berbanding
terbalik dengan rapat massa yang berarti rapat massa bertambah
dari fasa padat kemudian fasa cair dan fasa gas.

Pengukuran rapat massa cairan dapat dilakukan dengan


menggunakan alat ukur piknometer dan hidrometer dalam
percobaan kali ini.

1. Piknometer

Piknometer bekerja dengan prinsip perbandingan massa


cairan dengan volume piknometer. Piknometer diisi dengan
larutan yang akan diukur rapat massanya hingga penuh dan
ditutup. Kemudian piknometer yang sudah terisi tersebut
ditimbang dengan menggunakan neraca analitis digital. Massa
larutan yang diukur merupakan hasil pengurangan dari massa
piknometer yang berisi larutan dan massa piknometer kosong.
Rapat massa diperoleh dengan membagi massa larutan dengan
volume aquadest.

Pengukuran rapat massa dengan piknometer mempunyai


kelebihan, antara lain:

a) Tidak memerlukan pembacaan skala secara manual karena


hanya menggunakan neraca analitis digital sehingga risiko
kesalahan relatif yang disebabkan oleh kesalahan pembacaan
skala dapat dikurangi.
b) Pengaruh perubahan suhu kecil karena tidak ada kontak
langsung antara zat dengan udara karena kondisi piknometer
yang tertutup rapat dengan penutup.

5
c) Bisa digunakan untuk melakukan pengukuran sampel yang
memiliki volume kecil karena kapasitas volume piknometer
kecil.
d) Dapat digunakan untuk mengukur rapat massa cairan yang
bersifat volatile/mudah menguap karena piknometer memiliki
penutup sehingga larutan tidak akan menguap keluar dari
piknometer.

Pengukuran rapat massa menggunakan piknometer juga


mempunyai kekurangan, antara lain :

a) Dapat terjadi kesalahan pengukuran apabila piknometer tidak


terisi penuh dengan cairan, sehingga ada rongga udara di
dalamnya yang ikut terukur massanya.
b) Tidak dapat mengukur rapat massa cairan pada berbagai suhu
karena dikhawatirkan apabila cairan dalam suhu tinggi maka
akan memperbesar tekanan dalam piknometer sehingga
piknometer dapat rusak atau tutup piknometer tidak tertutup
rapat saat akan ditutup.
c) Piknometer harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum
digunakan agar diketahui berat kosong piknometer beserta
penutupnya dan berat piknometer dan pentupnya dengan isi
zat cair didalamnya sehingga kurang efisien.
2. Hidrometer

Prinsip kerja hidrometer mengikuti Hukum Archimedes dimana


gaya ke atas yang diberikan oleh zat cair sama dengan berat
hidrometer tersebut. Tinggi hidrometer yang tercelup di dalam
larutan berbanding terbalik dengan rapat massa larutan. Semakin
rendah rapat massa zat cair, maka hidrometer akan semakin
tenggelam. Pada saat hidrometer dalam keadaan diam jumlah gaya-
gaya yang bekerja pada hidrometer adalah nol hal ini sesuai dengan

6
Hukum Newton I. Gaya-gaya yang bekerja tersebut adalah gaya
berat hidrometer dan gaya Archimedes. Persamaan yang digunakan
dalam menggunakan hidrometer dapat dituliskan sebagai berikut:

F = 0 (9)

FArchimedes - Whidrometer = 0

FArcimedes = Whidrometer (10)

f.Vtercelup.g = mh .g

f.A.htercelup = mh . g

𝑚ℎ
htercelup =  (11)
𝑓 .𝐴

dengan, 𝜌𝑓 = rapat massa fluida (gram/mL)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

Vtercelup = volume hidrometer tercelup (mL)

mh = massa hidrometer (gram)

A = luas penampang hidrometer (cm2)

htercelup = tinggi hidrometer tercelup (cm)

Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa semakin besar rapat massa larutan, maka makin besar gaya
Archimedesnya sehingga semakin sedikit bagian hidrometer yang
tercelup di dalam larutan.

Kelebihan pengukuran rapat massa menggunakan hidrometer


antara lain :

a) Waktu pengukuran relatif singkat karena hanya membaca


skala hasil pengukuran dan tanpa perhitungan lebih

7
lanjut.

b) Rapat massa dapat langsung diketahui tanpa perhitungan,


yaitu dengan membaca skala yang ada pada hidrometer.

c) Dapat mengukur rapat massa cairan pada berbagai suhu


karena kondisi gelas ukur/wadah dan hidrometer tahan
terhadap suhu/tekanan tinggi.

Adapun kekurangan pengukuran rapat massa menggunakan


hidrometer antara lain :

a) Kemungkinan terjadi kesalahan pengukuran rapat massa


yang disebabkan oleh ketidaktelitian dalam membaca skala
yang terukur pada hidrometer.

b) Perubahan suhu ruangan berpengaruh pada pengukuran


karena cairan berkontak langsung dengan udara, wadah,
atau lingkungan karena kondisi wadah berisi cairan tidak
tertutup.

c) Volume yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran


banyak sehingga boros bahan yang akan diteliti rapat
massanya.

Pengukuran rapat massa sangat diperlukan di dalam dunia


industri. Berikut contoh aplikasi pengukuran rapat massa dalam
industri.
1) Penentuan Konsentrasi (Brady et al., 2012)

Salah satu contoh aplikasi dari rapat massa yaitu


penentuan konsentrasi larutan. Di dalam industri minuman
ringan dibutuhkan penentuan konsentrasi larutan gula, hal ini
dapat dilakukan dengan mengetahui rapat massa larutan gula
sehingga kandungan gula dapat ditentukan. Penentuan

8
konsentrasi juga dapat dilakukan jika terdapat campuran
beberapa senyawa dan hanya satu yang bervariasi sementara
semua bahan lainnya konstan.

2) Penentuan Sifat Material

Dalam dunia industri seperti industri petrokimia,


kepadatan atau rapat massa suatu produk adalah angka
konsentrasi yang sangat penting atau parameter kualitas.
Setiap produk memiliki rapat massa yang berbeda, misalnya
bahan bakar, minyak pelumas, atau minyak mentah.
Menggunakan pengukuran rapat massa bahan-bahan ini dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya dan kualitas produk dapat
ditentukan.

3) Kontrol Kualitas (Brady et al., 2012)

Aplikasi lain dari pengukuran rapat massa yaitu kontrol


kualitas. Tidak hanya di industri petrokimia atau minuman
ringan, tetapi juga dalam dunia industri minuman
beralkohol/wine, bahan bakar, kosmetik, obat-obatan, dan
lainnya. Kontrol kualitas dari suatu produk dapat dilakukan
dengan penentuan rapat massa produk yang dihasilkan.

4) Pembuatan Kapal Laut (Rawson & Tupper, 2001)

Dalam industri kapal laut menggunakan aplikasi rapat


massa. Lambung kapal dibuat semacam ruang kosong dan
terisi dengan udara. Rapat massa udara jauh lebih ringan
dibanding rapat massa air laut sehingga massa jenis kapal
lebih kecil dari massa jenis air laut. Dengan demikian kapal
dapat mengapung diatas air laut.

5) Sebagai Kontrol Kualitas Zat Cair pada Dunia Pembangkit


Listrik Tenaga Uap

9
Seperti diketahui bahwa pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) menggunakan kondenser, pompa, boiler, dan turbin
uap. Kualitas uap air yang dihasilkan pada proses pemanasan
boiler oleh batu bara menjadi penentu dari energi yang
dihasilkan. Penentuan rapat jenis air pada tiap tahap yang
digunakan dalam PLTU dapat meningkatkan efisiensi energi
termal yang dihasilkan untuk menggerakan turbin uap.

B. Konduktansi

Konduktansi merupakan kemampuan suatu larutan/cairan untuk


menghantarkan arus listrik (Hewitt, 1960). Konduktansi merupakan
kebalikan dari resistansi. Konduktansi dilambangkan dengan G dan
dalam standar internasional (SI) satuan konduktansi adalah
Siemens (S). Secara matematis hubungan antara konduktansi dan
resistansi dinyatakan dalam persamaan berikut.

1
𝐺= (13)
𝑅

dengan, G = konduktansi (S)

R = resistansi (Ω)

Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai


tahanan listrik atau resistansinya (R), maka nilai konduktansinya
semakin besar dan begitu pula sebaliknya. Apabila konduktansi
semakin besar maka bahan tersebut mampu mengantarkan arus
listrik dengan baik. Sebaliknya, jika konduktansinya rendah, maka
kemampuan bahan untuk menghantarkan arus juga rendah.

Saat cairan menghantarkan arus listrik, konduktansi mengikuti


prinsip Arrhenius. Apabila zat elektrolit/elektrolit lemah dilarutkan
dalam air, maka zat tersebut akan terionisasi menjadi ion-ion
bermuatan dan dapat bergerak bebas dalam larutan. Ion akan

10
menghantarkan listrik dengan cara berpindah/bergerak, kation akan
menuju katoda dan anion akan menuju anoda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konduktansi antara lain


(Hewitt, 1960):

1) Muatan Ion

Semakin banyak muatan yang terkandung dalam ion,


semakin besar muatan listrik yang dapat dihantarkan
sehingga konduktansinya semakin besar. .

2) Mobilitas Ion

Mobilitas ion berkaitan dengan kecepatan ion bergerak


di dalam larutan. Mobilitas ion sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :

a. Ukuran Ion
Semakin kecil ukuran suatu ion, maka mobilitas ion
tersebut semakin tinggi. Sebaliknya, jika ukuran ion
makin besar, mobilitas ion makin rendah. Semakin besar
mobilitas ion, maka semakin besar kemampuan ion
dalam menghantarkan listrik. Hal ini berarti konduktansi
berbanding terbalik dengan ukuran ion.
b. Viskositas pelarut
Semakin kecil viskositas pelarut, maka jarak antar
molekul dalam larutan semakin berjauhan karena suhu
larutan akan bertambah sehingga mobilitas ion ikut
bertambah besar dan konduktansinya semakin besar. Hal
ini berarti viskositas berbanding terbalik dengan
konduktansi, dimana semakin besar viskositas, maka
konduktansi semakin kecil.
c. Beda tegangan listrik

11
Beda tegangan listrik yang besar akan membuat ion
semakin cepat dan menyebabkan mobilitas ion dan suhu
larutan semakin besar, sehingga nilai konduktansinya
juga semakin besar. Berdasarkan hal tersebut, maka beda
tegangan listrik berbanding lurus dengan konduktansi.
d. Sifat Solven
Terdapat dua jenis solven, yaitu solven protik dan
solven aprotik. Solven protik dapat melarutkan kation
dan anion dalam larutan, sehingga kedua ionnya
memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran aslinya.
Sehingga mobilitasnya semakin berkurang dan
konduktansinya juga akan ikut berkurang. Solven aprotik
hanya dapat melarutkan kation namun tidak dapat
melarutkan anion, sehingga hanya kation yang
bertambah ukurannya. Apabila dibandingkan, pelarut
protik mengurangi konduktansi lebih besar daripada
pelarut aprotik.
3) Suhu

Pada suhu yang tinggi, molekul menerima energi dan


bergerak semakin cepat serta memperkecil viskositas cairan
sehingga mobilitas elektron meningkat. Hal ini karena pada
suhu tinggi elektron akan menyerap energi dari lingkungan
untuk ionisasi sehingga semakin banyak ion dan molekul
yang bebas bergerak dengan cepat dalam larutan dan
mengakibatkan viskositas semakin kecil dan konduktansinya
semakin besar.

4) Konsentrasi Ion

Konsentrasi ion merupakan jumlah ion pada larutan


khususnya larutan elektrolit. Apabila larutan elektrolit

12
diencerkan, konsentrasi ion menurun dan konduktansinya
berkurang. Hal ini dapat terjadi karena penambahan pelarut
yang tidak diiringi dengan penambahan zat terlarut yang
memecah molekul menjadi ion. Konduktivitas larutan
elektrolit dengan konsentrasi tertentu dapat ditentukan
dengan persamaan berikut.

𝐾.1000
Λ= 𝐶𝑒𝑞
(13)

dengan, Λ = konduktivitas ekuivalen

K = konduktivitas spesifik

Ceq = konsentrasi ekuivalen larutan

Pengenceran larutan elektrolit kuat maupun lemah akan


memperbesar konduktivitas. Konduktivitas bergantung pada jenis
ion, yang mana masing-masing ion memiliki daya hantar
ekuivalen.

Konduktometri adalah metode analisis kimia berdasarkan


daya hantar listrik suatu larutan/cairan. Alat untuk mengukur
konduktansi disebut konduktometer. Prinsip kerja konduktometer
adalah dengan cara mencelupkan probe konduktometer ke dalam
larutan tertentu. Di dalam larutan yang dicelup probe
konduktometer terdapat ion positif dan ion negatif yang menuju
probe dan akan menghasilkan sinyal listrik yang kecil berupa
hambatan litrik larutan. Konduktometer biasanya menggunakan
jembatan wheatstone dan sel/ruang konduktivitas.

13
Keterangan :

A. sel konduktivitas
B. Hambatan variabel
C. Kapasitor
D. Hambatan tertentu
E. Hambatan tertentu
F. Osiloskop
G. Tegangan AC

Gambar 1. Prinsip Penghantaran Listrik Berdasarkan


Teori Jembatan Wheatstone

Hambatan A merupakan sel/ruang yang berisi sampel


yang akan ditinjau konduktivitasnya. Hambatan B adalah
hambatan variabel, sedangkan tahanan D dan E sudah
ditentukan nilai hambatannya. Hambatan B dan kapasitor C
dapat diatur hingga titik seimbang dapat tercapai, sehingga
berlaku persamaan :

𝑅𝑎 𝑅𝑑
= (14)
𝑅𝑏 𝑅𝑒

dengan, Ra = Hambatan di A (Ω)

Rb = Hambatan di B (Ω)

Rd = Hambatan di D (Ω)

Re = Hambatan di E (Ω)

Mengetahui nilai hambatan B, D, dan E, maka


hambatan dan juga konduktansi dari sel/ruang yang berisi
sampel dapat diketahui.

14
Menganggap konstan faktor yang bersumber dari pelarut
dan zat terlarut, maka ada dua faktor yang mempengaruhi
konduktansi yaitu suhu dan konsentrasi.

a) Suhu
Suhu berbanding lurus dengan konduktansi
sehingga semakin tinggi suhu larutan, maka semakin tinggi
konduktansi larutan tersebut. Hal ini karena energi dalam
larutan bertambah dan mempengaruhi pergerakan ion
menjadi lebih cepat. Hal ini disebabkan juga karena
viskositasnya semakin rendah apabila suhu larutan semakin
tinggi.
b) Konsentrasi
Konsentrasi berbanding lurus dengan konduktansi.
Semakin besar konsentrasi larutan, maka jumlah ion akan
bertambah dan konduktansi larutan akan semakin besar.

Adapun aplikasi konduktometri dalam dunia industri antara lain:

1) Penentuan tingkat keasaman (pH)


Dalam dunia perindustrian minuman ringan
konduktometri dapat digunakan untuk menentukan tingkat
keasaman suatu produk larutan/minuman ringan yang akan
diproduksi sehingga dijaman sekarang, banyak sekali
minuman ringan beraneka ragam yang memiliki ciri khas
rasa tiap produk yang berbeda. Hal ini tidak terlepas dari
manfaat konduktometri.
2) Penentuan kemurnian air
Air merupakan bahan penting yang sering dijumpai
dalam segala bidang dunia industri. Menggunakan
konduktometri, suatu industri dapat mengetahui tingkat

15
kemurnian air yang mereka gunakan atau limbah air yang
mereka akan buang.
3) Penentuan secara kuantitatif dalam menganalisis senyawa
Konduktometri dapat digunakan dalam analisa
enzim menggunakan prinsip kerja biosensor konduktometri.
Contohnya pada analisis residu diazonin yang berlebihan
pada sayuran yang dapat membahayakan kesehatan jika
dikonsumsi berlebihan.
4) Penentuan kandungan produk ion dalam air
Dalam dunia industri otomotif terdapat limbah
logam, untuk itu diperlukanlah penentuan kadar logam
dalam pembuangan air limbah industri dengan
menggunakan konduktometri yang digunakan untuk
mendeteksi kandungan logam yang berbahaya.
5) Penentuan salinitas air laut
Dalam dunia industri garam, konduktometri dapat
digunakan untuk mengukur salinitas atau kandungan garam
pada air laut. Hal ini tentu sangat penting untuk industri
garam yang berasal dari air laut.

16
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan pengukuran rapat


massa dan konduktansi adalah:

1. Natrium Klorida (NaCl)


2. Aquadest
3. Air ledeng

Bahan-bahan tersebut diperoleh dari laboratorium Analisis Bahan


Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.

B. Alat
Alat-alat yang dugunakan dalam perocobaan pengukuran rapat
massa dan konduktansi ini adalah sebagai berikut

Keterangan:

3 1. Gelas ukur 250 mL


2. Hidrometer
2 3. Zat cair yang akan diukur
4. Pemberat hidrometer

Gambar 2. Rangkaian Alat Pengukuran Rapat Massa


dengan Hidrometer

17
2

Keterangan:

1. Neraca Analitis Digital


2. Pintu neraca
3. Display
8 4. Pan neraca
5. Tombol on/off
9
6. Tombol re-zero

1 7. Tombol konversi
8. Piknometer 25 mL +
6 7 5
3
tutup
4
9. Steker

Gambar 3. Rangkaian Alat Pengukuran Rapat Massa dengan


Piknometer

Keterangan :

1. Gelas Beker

2 3 2. Konduktometer
3. Probe

1 4. Penyangga probe
5. Steker
5

Gambar 4. Rangkaian Alat Pengukuran Konduktansi

18
C. Cara Percobaan
1. Pembuatan Larutan NaCl Berbagai Konsentrasi

Natrium Klorida (NaCl) ditimbang sebanyak 35,0113 gram


dengan bantuan gelas arloji menggunakan neraca analitis digital.
Natrium Klorida (NaCl) dilarutkan dengan aquadest sebanyak
300 mL di dalam gelas beker 500 mL dan diaduk menggunakan
gelas pengaduk hingga homogen. Larutan tersebut dimasukkan
ke dalam labu ukur 500 mL dengan bantuan corong gelas dan
aquadest ditambahkan hingga tanda batas kemudian larutan
digojog hingga homogen. Larutan tersebut dituangkan ke dalam
gelas beker 500 mL dengan label 1x. Larutan NaCl yang telah
dibuat tadi, diambil sebanyak 100 mL dengan gelas ukur 100
mL, kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL.
Aquadest ditambahkan hingga tanda batas dan larutan digojog
hingga homogen. Larutan NaCl yang telah diencerkan dituang
ke dalam gelas beker 500 mL dengan label 5x. Larutan NaCl
yang telah diencerkan tersebut diambil sebanyak 100 mL
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL. Aquadest
ditambahkan hingga tanda batas dan larutan digojog hingga
homogen. Larutan NaCl yang telah diencerkan tersebut dituang
ke dalam gelas beker..

2. Pengukuran Rapat Massa Berbagai Cairan dengan


Menggunakan Piknometer pada Suhu Percobaan

Suhu lingkungan diukur dengan menggunakan termometer


ruangan dan hasil pengukuran sebesar 29 ℃ dicatat. Kemudian
piknometer kosong ditimbang dengan menggunakan neraca
analitis digital dan hasil penimbangan sebesar 21,2883 gram
dicatat. Piknometer diisi dengan aquadest hingga penuh dengan

19
bantuan pipet tetes kemudian piknometer ditutup sehingga tidak
ada udara yang terjebak di dalam piknometer. Piknometer
tersebut ditimbang dan hasil pengukurannya sebesar 46,2867
gram dicatat. Aquadest pada piknometer dikeluarkan, kemudian
piknometer dicuci kemudian dikeringkan. Langkah percobaan
setelah penimbangan piknometer kosong diulangi untuk
pengukuran rapat massa air ledeng, larutan NaCl berbagai
konsentrasi, dan larutan sampel yang hasilnya sebesar 46,3062
gram untuk air ledeng, 47,4342 gram untuk larutan NaCl
pengenceran 1x, 46,5240 gram untuk larutan NaCl pengenceran
5x, 46,3256 gram untuk larutan NaCl pengenceran 25x, dan
sebesar 46,7021 gram untuk larutan sampel semua data yang
diperoleh lalu dicatat.

3. Pengukuran Rapat Massa Berbagai Cairan dengan


Menggunakan Hidrometer pada Suhu Percoban

Aquadest dituang ke dalam gelas ukur 250 mL. Rapat massa


aquadest diukur dengan cara memasukkan hidrometer 0,900-
1,000 gr/mL atau 1,000-1,200 gr/mL dengan perlahan-lahan.
Skala pada hidrometer dibaca hasil pengukurannya sebesar
0,994 gr/mL dan dicatat. Langkah percobaan diulang untuk
pengukuran rapat massa air ledeng dengan hasil pengukuran
0,995 gr/mL, larutan NaCl pengenceran 1x sebesar 1,044 gr/mL,
larutan NaCl pengenceran 5x sebesar 1,006 gr/mL, larutan NaCl
pengenceran 25x sebesar 0,997 gr/mL, dan larutan sampel
sebesar 1,014 gr/mL, semua data percobaan yang diperoleh
kemudian dicatat.

4. Pengukuran Rapat Massa Larutan NaCl dengan Hidrometer


pada Berbagai Suhu

20
Baskom plastik disiapkan lalu diisi dengan air dan es batu.
Larutan NaCl hasil pengenceran 25x dituang sebanyak kurang
lebih 250 mL ke dalam gelas beker 250 mL, kemudian larutan
didinginkan hingga suhu larutan mencapai 20C dengan cara
gelas beker dimasukkan ke dalam baskom plastik yang berisi es
batu dan air . Larutan NaCl pengenceran 25x tersebut dituang ke
gelas ukur 250 mL setelah suhunya mencapai 20C, kemudian
larutan diukur rapat massanya dengan menggunakan hidrometer
0,900-1,000 gr/mL atau 1,000-1,200 gr/mL dengan perlahan-
lahan. Hasil pengukuran rapat massa menggunakan hidrometer
dicatat. Larutan pengenceran 25x dipanaskan dengan
menggunakan kompor listrik hingga suhu larutan mencapai
40C. Termometer alkohol digantungkan pada statif kompor
listrik dengan ujung termometer mengenai larutan agar
memudahkan pengecekan suhu. Larutan NaCl pengenceran 25x
yang sudah mencapai suhu 40C dituang ke dalam gelas ukur
250 mL dan rapat massanya diukur dengan menggunakan
hidrometer 0,900-1,000 gr/mL atau 1,000-1,200 gr/mL dengan
perlahan-lahan. Hasil pengukuran dengan menggunakan
hidrometer sebesar 0,992 gr/mL kemudian dicatat. Langkah
percobaan diulang untuk larutan NaCl pengenceran 5x pada
suhu 20℃ sebesar 1,010 gr/mL dan suhu 40℃ sebesar 1,002
gr/mL dan untuk larutan NaCl pengenceran 1x pada suhu 20℃
sebesar 1,048 gr/mL dan suhu 40℃ sebesar 1,038 gr/mL, semua
data percobaan yang diperoleh kemudian dicatat.

5. Pengukuran Konsduktansi Larutan NaCl Berbagai Konsentrasi


pada Berbagai Suhu

Aquadest sebanyak 250 mL dituang ke dalam gelas beker 250


mL. Gelas beker 250 mL tersebut diletakkan ke dalam baskom
plastik yang berisi air dan es dan dinginkan larutan hingga suhu

21
larutan 20℃. Konduktansi Aquadest pada suhu 20C diukur
dengan menggunakan konduktometer dan hasil pengukurannya
sebesar 0,14 µS kemudian dicata. Probe pada konduktometer
dicuci dengan menggunakan aquadest dalam gelas beker 250
mL. Aquadest yang didinginkan tadi kemudian dipanaskan
dengan menggunakan kompor listrik hingga suhunya mencapai
40C. Konduktansi aquadest 40C diukur dengan menggunakan
konduktometer dan hasil pengukuran sebesar 2,29 µS dicatat.
Probe pada konduktometer dicuci dengan aquadest dalam gelas
beker 250 mL. Langkah percobaan diulang untuk pengukuran
konduktansi air ledeng pada suhu 20℃ sebesar 31,3 µS dan suhu
40℃ sebesar 50 µS dan larutan NaCl pengenceran 1x pada suhu
20℃ sebesar 6,24 mS dan suhu 40℃ sebesar 10,03 mS, larutan
NaCl pengenceran 5x pada suhu 20℃ sebesar 1699 µS dan suhu
40℃ 2,52 mS, larutan NaCl pengenceran 25x pada suhu 20℃
sebesar 398 µS dan suhu 40℃ sebesar 625 µS, semua data yang
diperoleh kemudian dicatat.

6. Pengukuran Konduktansi Larutan Sampel pada Suhu Percobaan

Larutan sampel sebanyak 250 mL dituang ke dalam gelas


beker 250 mL. Konduktansi larutan sampel diukur dengan
menggunakan konduktometer dan hasil pengukuran sebesar 3,42
mS dicatat. Probe pada konduktometer dicuci dengan aquadest
dalam gelas beker 250 mL. Larutan sampel dituang kembali ke
botol penampungnya.

D. Analisis Data
Asumsi yang diambil dalam percobaan pengukuran rapat
massa menggunakan piknometer adalah:

22
1. Tidak ada zat cair/pengotor yang tertinggal dalam
piknometer, saat akan melakukan penimbangan piknometer
kosong, sehingga hasil pengukuran akurat.
2. Larutan NaCl yang akan dimasukkan ke dalam piknometer
merupakan larutan homogen sehingga rapat massa larutan
NaCl konstan.
3. Air ledeng, aquadest, larutan NaCl berbagai konsentrasi,
dan larutan sampel yang digunakan merupakan larutan
murni sehingga hasil pengukuran rapat massa akurat.
4. Pengaruh tegangan muka dan gaya gesek larutan pada
piknometer diabaikan ,sehingga hasil perhitungan rapat
massa akurat.
5. Tidak ada gelembung udara yang terjebak didalam
piknometer saat diisi dengan cairan, sehingga massa yang
terukur hanyalah massa piknometer ditambah dengan massa
cairan saja.

Asumsi yang diambil dalam percobaan pengukuran rapat


massa menggunakan hidrometer adalah:

1. Saat hidrometer dicelupkan didalam cairan dan kemudian


terapung kembali, hidrometer tidak menyentuh dinding
gelas ukur sehingga gaya gesek bisa diabaikan.
2. Tidak ada zat pengotor di dalam gelas ukur sehingga rapat
massa yang terukur akurat.
3. Gaya gesek larutan dengan dinding gelas ukur dan tegangan
muka zat cair diabaikan sehingga perhitungan menjadi lebih
mudah dan akurat.
4. Temperatur larutan konstan saat hidrometer dicelupkan,
sehingga tidak mempengaruhi rapat massa yang terukur.

23
5. Suhu larutan saat dimasukkan kedalam gelas ukur sama
dengan suhu larutan sebelum dimasukkan ke gelas ukur
sehingga rapat massa cairan tidak berubah.

Asumsi yang diambil dalam percobaan pengukuran


konduktansi menggunakan konduktometer adalah:

1. Tidak ada rongga udara/gelembung udara yang terjebak


pada cairan dan probe saat probe dicelupkan ke dalam
larutan, sehingga hasil pengukuran konduktansi yang
terukur hanya konduktansi zat cair.
2. Tidak ada zat pengotor di dalam gelas beker sehingga rapat
massa yang terukur akurat.
3. Gaya gesek larutan dengan dinding gelas beker dan
tegangan muka zat cair diabaikan sehingga perhitungan
menjadi lebih mudah dan akurat.
4. Temperatur larutan konstan saat probe dicelupkan, sehingga
tidak mempengaruhi rapat massa yang terukur.
5. Probe konduktometer bersih dari zat pengotor saat akan
dilakukan pengukuran sehingga hasil pengukuran
konduktansi akurat.

Menggunakan asumsi-asumsi tersebut, maka dilakukanlah


analisis data menggunakan persamaan-persamaan berikut.

1. Penentuan Rapat Massa Berbagai Cairan pada Suhu


Percobaan.
a. Penentuan Volume Piknometer

Vaquadest = Vp (15)

maquadest = mpa - mpo (16)

𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Vaquadest = (17)
𝜌𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖

24
dengan, maquadest = massa aquadest (gram)

mpa = massa piknometer + aquadest (gram)

mpo = massa piknometer kososng (gram)

Vaquadesr = volume aqudest (mL)

ρreferensi = ρaquadest pada suhu percobaan (g/mL)

Vp = volume piknometer (mL)

b. Penentuan Rapat Massa Berbagai Cairan pada Suhu


Percobaan
mcair = mpc - mpo (18)
𝑚𝑐𝑎𝑖𝑟
ρcair = (19)
𝑉𝑝

dengan, mcair = massa zat cair (gram)

mpc = massa piknometer + cairan (gram)

ρcair = massa jenis cairan (g/mL)

2. Penentuan Konsentrasi Larutan NaCl


a. Penentuan Konsentrasi Larutan NaCl Awal
𝑚
𝑁𝑎𝐶𝑙
Co = 𝑉 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (20)

dengan, Co = konsentrasi awal NaCl (g/mL)

mNaCl = massa NaCl tertimbang (gram)

VNaCl = volume NaCl (mL)

25
b. Penentuan Konsentrasi NaCl Hasil Pengenceran

V1 . C1 = V2 . C2 (21)

dengan, V2 = volume larutan setelah diencerkan (mL)

V1 = volume NaCl sebelum diencerkan yang


diambil (mL)

C2 = konsentrasi larutan setelah diencerkan


(g/mL)

C1 = konsentrasi NaCl sebelum pengenceran


(g/mL)

3. Pembuatan Kuva Standar Rapat Massa Larutan


Pembuatan hubungan antara rapat massa dan konsentrasi
dapat didekati dengan pesamaan linier dengan bentuk umum
y=Ax+B (22)

Menggunakan regresi linier, nilai A dan B dapat ditentukan


dengan persamaan:

𝑛∑𝑥𝑦− ∑𝑥∑𝑦
A= (23)
𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2

∑𝑦−𝐴∑𝑥
B= (24)
𝑛

dengan, x = konsentrasi larutan NaCl (g/mL)

y = rapat massa larutan NaCl (g/mL)

Kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata-rata dihitung


menggunakan persamaan

𝑦𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 −𝑦𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Kesalahan relatif = | | x 100% (25)
𝑦𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛

26
∑𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
Kesalahan relatif rata-rata = (26)
𝑛

dengan, n = jumlah data

4. Penentuan Konsentrasi Larutan Sampel yang Terukur dengan


Menggunakan Piknometer dan Hirdometer
Persamaan (22) dapat diubah bentuknya untuk menentukan
nilai x menjadi
𝑦−𝐵
x= (27)
𝐴

dengan, x = konsentrasi larutan sampel (g/mL)

y = rapat massa sampel (g/mL)

A dan B merupakan Konstanta.


5. Penentuan Kurva Standar Rapat Massa pada Berbagai Suhu
pada Setiap Konsentrasi Menggunakan Hidrometer
Perubahan y terhadap T dapat didekati dengan persamaan
linier, dengan bentuk umum

y=AT+B (28)

Nilai A dan B ditentukan menggunakan metode regresi linier

𝑛∑𝑇𝑦− ∑𝑇∑𝑦
A= (29)
𝑛∑𝑇−(∑𝑇)2

∑𝑦−𝐴∑𝑇
B= (30)
𝑛

dengan, y = rapat massa (g/mL)

T = Suhu (oC)

n = Jumlah data

Perhitungan kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata-rata


menggunakan persamaan (26) dan (27).

27
6. Pembuatan Kurva Standar Konduktansi Larutan NaCl pada
Berbagai Konsentrasi Setiap Suhu dengan Konduktometer

K=AN+B (31)

nilai A dan B ditentukan menggunakan metode regresi linier

𝑛∑𝐾𝑁− ∑𝐾∑𝑁
A= (32)
𝑛∑𝑁−(∑𝑁)2

∑𝐾−𝐴∑𝑁
B= (33)
𝑛

dengan, K = konduktansi (S)

N = Rapat massa NaCl (g/mL)

n = Jumlah data

Perhitungan kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata-rata


menggunakakan persamaan berikut :

𝐾𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 −𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Kesalahan relatif = | | x 100% (34)
𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛

∑𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
Kesalahan relatif rata-rata = (35)
𝑛

7. Penentuan Konsentrasi Sampel dengan Konduktometer


a. Penentuan Konduktansi pada Suhu Percobaan

𝑇− 𝑇20 𝐾− 𝐾20
=𝐾 (36)
𝑇40 − 𝑇20 40 − 𝐾20

dengan, T= Suhu Percobaan (oC)

T20 = Suhu sebesar 20 oC

T40 = Suhu sebesar 40 oC

K = Konduktansi pada suhu percobaan (S)

K20 = Konduktansi pada suhu 20 oC (S)

28
K40 = Konduktansi pada suhu 40 oC (S)

b. Pembuatan Kurva Standar pada Suhu Percobaan


Pembuatan kurva standar pada suhu percobaan
dilakukan dengan menggunakan persamaan (31), (32), dan
(33).
c. Penentuan Konsentrasi Larutan Sampel
Penentuan konsentrasi larutan sampel dilakukan dengan
menggunakan persamaan yang diperoleh dari perhitungan
(31).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengukuran Rapat Massa


1) Pengukuran Rapat Massa Menggunakan Piknometer
Pengukuran rapat massa menggunakan piknometer
dilakukan pada suhu ruang sebesar 29℃. Pengukuran rapat
massa larutan dengan piknometer dilakukan dengan cara
mengukur massa cairan ke dalam piknometer dan ditimbang
massanya dengan neraca analitis digital. Massa cairan yang
terukur merupakan pengurangan dari massa piknometer larutan
dengan piknometer kosong. Massa cairan yang terukur dibagi
dengan volume piknometer sehingga didapat nilai rapat massa
larutan.

Pengukuran rapat massa dengan piknometer dilakukan


untuk 6 larutan, diantaranya adalah aquadest, air ledeng, larutan
NaCl pengenceran 1x, larutan NaCl pengenceran 5x, larutan
NaCl pengenceran 25x, dan larutan sampel. Rapat massa
aquadest terukur sebesar 0,9956 gr/mL dan rapat massa air
ledeng terukur sebesar 0,9964 gr/mL. Serta untuk larutan NaCl
pengenceran 1x dengan konsentrasi 0,0700 gr/mL memiliki

29
rapat massa sebesar 1,0413 gr/mL, larutan NaCl pengenceran 5x
dengan konsentrasi 0,0140 gr/mL memiliki rapat masssa sebesar
1,0051 gr/mL, dan larutan NaCl pengenceran 25x dengan
konsentrasi 2,8000 x 10-3 gr/mL memiliki rapat massa sebesar
0,9971 gr/mL. Sedangkan pengukuran rapat massa untuk larutan
sampel sebesar 1,0121 gr/mL. Terlihat bahwa rapat massa antara
aquadest dan air ledeng dapat dibandingkan, bahwa rapat massa
air ledeng lebih besar dibandingkan dengan aquadest karena
aquadest telah mengalami penghilangan ion sehingga rapat
massanya lebih kecil, sedangkan untuk air ledeng masih
mengandung ion-ion yang terlarut di dalamnya.
Dari data hasil pengukuran rapat massa menggunakan
piknometer diperoleh grafik hubungan antara rapat massa
dengan konsentrasi larutan NaCl, yaitu sebagai berikut :
1.0450
Rapat massa larutan NaCl, g/mL

1.0400
Keterangan:
1.0350
1.0300 y = 0,6537x + 0,9956
1.0250
1.0200
1.0150 ρ percobaan
1.0100 ρ sampel
1.0050 ρ persamaan
1.0000
0.9950
0.9900
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800

Konsentrasi larutan NaCl, g/mL

Gambar 5. Grafik Hubungan Rapat Massa dan Konsentrasi


Larutan NaCl Menggunakan Piknometer

Grafik di atas menunjukkan trend linier positif. Dapat


dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka

30
semakin besar rapat massanya. Hal ini sesuai teori dimana rapat
massa berbanding lurus dengan konsentrasi, semakin tinggi
konsentrasi maka semakin besar rapat massanya karena makin
tinggi konsentrasi makin banyak jumlah NaCl yang terlarut pada
volume yang sama, sehingga rapat massa semakin besar.
Dengan menggunakan perhitungan metode regresi linier dan
kurva standar, diperoleh hubungan antara konsentrasi larutan
NaCl dengan rapat massa menggunakan piknometer dengan
persamaan y = 0,6537 x + 0,9956 (22).
Dari persamaan tersebut dapat diperoleh rapat massa untuk
larutan NaCl berbagai konsentrasi dan dapat digunakan untuk
perhitungan kesalahan relatif rata-rata pengukuran rapat massa
dengan piknometer adalah sebesar 0,33%.

2) Pengukuran Rapat Massa Menggunakan Hidrometer


Pengukuran rapat massa menggunakan hidrometer
mempunyai cara kerja yang berbeda dengan piknometer. Cara
kerja dari pengukuran ini dengan mencelupkan hidrometer ke
dalam suatu larutan yang akan diukur rapat massanya. Maka
larutan tersebut memberi gaya yang besarnya sama dengan berat
hidrometer yang tercelup. Skala yang ditunjukkan hidrometer
merupakan rapat massa cairan tersebut.
Pengukuran rapat massa menggunakan hidrometer
dilakukan untuk mengukur larutan aquadest, air ledeng, larutan
NaCl pengenceran 1x dengan konsentrasi 0,0700 gr/mL, larutan
NaCl pengenceran 5x dengan konsentrasi 0,0140 gr/mL, larutan
NaCl pengenceran 25x dengan konsentrasi 2,8000 x 10-3 gr/mL,
dan larutan sampel diperoleh data berturut-turut sebesar 0,994
gr/mL; 0,995 gr/mL; 1,044 gr/mL; 1,006 gr/mL; 0,997 gr/mL;
dan 1,014 gr/mL.

31
Berdasarkan data hasil pengukuran rapat massa
menggunakan hidrometer, diperoleh grafik hubungan antara
rapat massa dengan konsentrasi larutan NaCl, yaitu sebagai
1.0500
berikut:
Keterangan:
Rapat massa larutan NaCl, g/mL 1.0400

y = 0,6924x + 0,9956
1.0300

1.0200
ρ percobaan
1.0100 ρ sampel
ρ persamaan
1.0000

0.9900
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800

Konsentrasi larutan NaCl, g/mL

Gambar 6. Grafik Hubungan Rapat Massa dan Konsentrasi


Larutan NaCl Menggunakan Hidrometer

Grafik di atas menunjukkan trend linear. Dapat dilihat


bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin
besar rapat massanya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
konsentrasi larutan maka semakin banyak jumlah zat yang
terlarut dalam larutan tersebut, ini sesuai dengan teori bahwa
rapat massa berbanding lurus dengan konsentrasi. Dengan
menggunakan perhitungan metode regresi linier dan kurva
standar, maka hubungan antara konsentrasi larutan NaCl dan
rapat massa dengan menggunakan hidrometer dapat dinyatakan
dengan persamaan y = 0,6924 x + 0,9956 (22).

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dihitung rapat


massa untuk larutan NaCl berbagai konsentrasi dan dapat
digunakan untuk menghitung kesalahan relatif rata-rata

32
pengukuran rapat massa menggunakan hidrometer yaitu sebesar
0,05%. V2 = volume larutan setelah diencerkan (mL).

3) Berdasarkan hasil perhitungan kesalahan relatif rata-rata,


terlihat bahwa kesalahan relatif rata-rata pengukuran rapat
massa menggunakan hidrometer yaitu 0,05% lebih kecil
dibandingkan kesalahan relatif rata-rata pengkuran rapat massa
menggunakan piknometer yaitu 0,33%. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang seharusnya pengukuran rapat massa
menggunakan piknometer lebih akurat dibanding menggunakan
hidrometer. Hal ini karena skala pengukuran rapat massa
menggunakan piknometer dengan menggunakan neraca analitis
digital untuk penimbangan piknometer dengan tutupnya beserta
isi cairan memiliki skala pembacaan 4 angka dibelakang tanda
desimal. Sedangkan pada pengukuran rapat massa menggunakan
hidrometer hanya memiliki skala pembacaan 3 angka dibelakang
tanda desimal. Kesalahan ini bisa terjadi diakbibatkan pada saat
menutup piknometer yang sudah berisi cairan, setetes cairan di
dalam piknometer sedikit tumpah sehingga piknometer tidak
benar-benar penuh dengan cairan sehingga hasil penimbangan
yang terukur merupakan hasil dari penjumlahan massa
piknometer, tutup piknometer, cairan, dan udara dalam
piknometer.
4) Pengukuran Rapat Massa dengan Hidrometer pada
Berbagai Suhu dan Konsentrasi
a. Larutan NaCl pengenceran 1x dengan konsentrasi 0,0700
gr/mL.

Menggunakan metode regresi linier dan kurva standar


maka diperoleh persamaan hubungan rapat massa larutan
dengan suhu yaitu ρ = -5,0166 x 10-4 T + 1,0582 (28). Pada
suhu 20C, rapat massa hasil percobaan sebesar 1,048 gr/mL

33
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 1,0482 gr/mL. Pada
suhu 29C, rapat massa hasil percobaan sebesar 1,044 gr/mL
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 1,0437 gr/mL. Pada
suhu 40C, rapat massa hasil percobaan sebesar 1,038 gr/mL
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 1,0381 gr/mL.
Kesalahan relatif rata-rata pada pengukuran rapat massa
dengan menggunakan hidrometer untuk larutan NaCl
pengenceran 1x dengan konsentrasi 0,0700 gr/mL sebesar
0,02%.

b. Larutan NaCl pengenceran 5x dengan konsentrasi 0,0140


gr/mL.

Menggunakan metode regresi linier dan kurva standar


maka diperoleh persamaan hubungan rapat massa larutan
dengan suhu yaitu ρ = -3,9867 x 10-4 T + 1,0178 (28). Pada
suhu 20C, rapat massa hasil percobaan sebesar 1,010 gr/mL
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 1,0099 gr/mL. Pada
suhu 29C, rapat massa hasil percobaan sebesar 1,006 gr/mL
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 1,0063 gr/mL. Pada
suhu 40C, rapat massa hasil percobaan sebesar 1,002 gr/mL
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 1,0019 gr/mL.
Kesalahan relatif rata-rata pada pengukuran rapat massa
dengan menggunakan hidrometer untuk larutan NaCl
pengenceran 5x dengan konsentrasi 0,0140 gr/mL sebesar
0,02%.

c. Larutan NaCl pengenceran 25x dengan konsentrasi


2,8000 x 10-3 gr/mL

Menggunakan metode regresi linier dan kurva standar


maka diperoleh persamaan hubungan rapat massa larutan
dengan suhu yaitu ρ = -4,0199 x 10-4 T + 1,0083 (28). Pada

34
suhu 20C, rapat massa hasil percobaan sebesar 1,000 gr/mL
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 1,0002 gr/mL. Pada
suhu 29C, rapat massa hasil percobaan sebesar 0,997 gr/mL
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 0,9966 gr/mL. Pada
suhu 40C, rapat massa hasil percobaan sebesar 0,992 gr/mL
dan rapat massa hasil persamaan sebesar 0,9922 gr/mL.
Kesalahan relatif rata-rata pada pengukuran rapat massa
dengan menggunakan hidrometer untuk larutan NaCl
pengenceran 5x dengan konsentrasi 2,8000 x 10-3 gr/mL
sebesar 0,03%.

Hubungan rapat massa larutan NaCl dengan berbagai


konsentrasi pada berbagai suhu dapat digambarkan dalam
grafik berikut.
1.060
y = -0,0005x + 1,0582 Keterangan:
Rapat massa larutan NaCl, g/mL

1.050 ρ percobaan
(pengenceran
1.040 1x)
ρ percobaan
1.030 (pengenceran
5x)
1.020 y = -0,0004x + 1,0178 ρ percobaan
(pengenceran
1.010 25x)
ρ persamaan
(pengenceran
1.000
1x)
ρ persamaan
0.990 y = -0,0004x + 1,0083 (pengenceran
5x)
0.980
0 20 40 60
Suhu, ◦C

Gambar 7. Grafik Hubungan Rapat Massa dan Suhu


pada Larutan NaCl Berbagai Konsentrasi

Grafik di atas menunjukkan bahwa grafik tersebut trend


linear. Dapat dilihat pada grafik bahwa konsentrasi larutan
berbanding lurus dengan rapat massa. Semakin tinggi

35
konsentrasi maka semakin banyak jumlah zat terlarut pada
volume yang sama, sehingga rapat massa semakin besar. Dari
grafik tersebut menunjukkan pula bahwa rapat massa
berbanding terbalik dengan suhu. Semakin tinggi suhu maka
rapat massanya semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa jika suhu meningkat maka akan
terjadi pemuaian dan volume zat akan meningkat karena
suhunya makin tinggi dan gerak partikel akan semakin cepat
sehingga jarak antar partikel akan semakin jauh dan volume
pun akan bertambah. Rapat massa berbanding terbalik
dengan volume sehingga rapat massa berbanding terbalik
pula dengan suhu karena volume berbanding lurus dengan
suhu.

B. Pengukuran Konduktansi

Pengukuran konduktansi menggunakan konduktometer yang


dilakukan pada suhu 20C, 29C, dan 40C. Larutan yang akan
diukur konduktansinya adalah aquadest, air ledeng, larutan NaCl
pengenceran 1x, larutan NaCl pengenceran 5x, dan larutan NaCl
pengenceran 25x, dan larutan sampel. Pengukuran konduktansi
dimulai dari larutan dengan konsentrasi yang paling rendah ke
konsentrasi tinggi. Hal ini dilakukan agar probe konduktometer
tidak terpengaruh oleh larutan yang memiliki konsentrasi tinggi.
Larutan dengan konsentrasi tinggi memiliki jumlah ion yang lebih
banyak, sehingga bisa menyebabkan probe konduktometer
terkontaminasi ion-ion tersebut. Oleh karena itu, urutan
pengukuran konduktansi dimulai dari aquadest, air ledeng, larutan
NaCl pengenceran 25x, larutan NaCl pengenceran 5x, larutan NaCl
pengenceran 1x, dan larutan sampel.

Berikut data pengukuran konduktansi larutan.

36
a. Larutan NaCl Pengenceran 1x
1. Pada 20C = 6,24 x 10-3 S
2. Pada 29C = 8,14 x 10-3 S
3. Pada 40C = 10,03 x 10-3 S
b. Larutan NaCl Pengenceran 5x
1. Pada 20C = 1699 x 10-6 S
2. Pada 29C = 1963 x 10-6 S
3. Pada 40C = 2,52 x 10-3 S
c. Larutan NaCl Pengenceran 25 x
1. Pada 20C = 398 x 10-6 S
2. Pada 29C = 457 x 10-6 S
3. Pada 40C = 625 x 10-6 S
d. Air Ledeng
1. Pada 20C = 31,3 x 10-6 S
2. Pada 29C = 38,7 x 10-6 S
3. Pada 40C = 50 x 10-6 S
e. Aquadest
1. Pada 20C = 0,14 x 10-6 S
2. Pada 30C = 1,2 x 10-6 S
3. Pada 40C = 2,29 x 10-6 S
f. Konduktansi larutan sampel pada suhu percobaan =
3,42 x 10-3 S

Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat dilihat bahwa


semakin tinggi suhu maka semakin besar konduktansi suatu
larutan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ion semakin cepat
bergerak apabila suhu semakin tinggi. Bertambahnya kecepatan ion
membuat nilai mobilitas semakin besar. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka kondukansinya
semakin besar. Terlihat dari larutan NaCl pengenceran 25x sampai

37
larutan NaCl pengenceran 1x sangat jauh perbedaan nilai
konduktansinya. Hal ini sesuai dengan teori semakin tinggi
konsentrasi, jumlah zat terlarut semakin banyak sehingga
kemungkinan tumbukan meningkat dan jumlah ion pun meningkat
sehingga konduktansinya bertambah.

Terdapat perbedaan konduktansi antara air ledeng dan


aquadest, ini karena zat terlarut yang ada di dalamnya. Air ledeng
banyak mengandung ion-ion yang lebih besar dari aquadest karena
aquadest sudah mengalami proses distilasi dimana dalam proses
tersebut terjadi penghilangan kandungan ion-ion. Sehingga
konduktansi aquadest lebih rendah dari air ledeng.

1) Konduktansi Larutan NaCl Berbagai Konsentrasi pada suhu


20C dan 40C

Hubungan konduktansi dengan konsentarsi larutan NaCl


pada suhu 20C dapat dibuat grafik seperti dibawah ini:
0.0070
Keterangan:
Konduktansi larutan NaCl, S

0.0060

0.0050 y = 0,085x + 0,0003


0.0040

0.0030 K percobaan
K persamaan
0.0020

0.0010

0.0000
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800

Konsentrasi larutan NaCl, g/mL


Gambar 8. Grafik Hubungan Konduktansi dan Konsentrasi
Larutan NaCl pada Suhu 20C

38
Menggunakan metode regresi linier dan kurva standar,
diperoleh hubungan konduktansi dan konsentrasi larutan NaCl
pada suhu 20℃ yaitu K = 0,0850 N + 3,1825 x 10-4
(31). Dari persamaan tersebut dapat didapatkan nilai
konduktansi persamaan larutan NaCl pengenceran 1x dengan
konsentrasi 0,0700 gr/mL sebesar 6,2717 x 10-3 S. Konduktansi
persamaan larutan NaCl pengenceran 5x dengan konsentrasi
0,0140 gr/mL sebesar 1,5089 x 10-3 S. Konduktansi persamaan
larutan NaCl pengenceran 25x dengan konsentarsi 2,8000 x 10-3
gr/mL sebesar 5,5639 x 10-4 S. Dari data ini dapat diperoleh
kesalahan relatif rata-rata sebesar 17,16%. Pendekatan yang
dilakukan merupakan pendekatan linear sehingga kesalahan
relatifnya lebih dari 10% serta besarnya kesalahan relatif ini bisa
terjadi karena larutan yang diukur merupakan larutan yang
pekat, karena hanya dalam keadaan sangat encer larutan
elektrolit dapat bersifat ideal, maka pengukuran konduktansi
akan lebih akurat apabila larutan yang diukur merupakan larutan
encer (Atkins & Paula, 2006). Kesalahan relatif sebesar itu
kemungkinan dikarenakan skala pembacaan konduktometer
yang tidak stabil yang disebabkan oleh perbedaan suhu ruangan,
suhu probe konduktometer, dengan suhu larutan yang cukup
jauh, sehingga perpindahan panas dari ruangan atau probe ke
dalam larutan semakin cepat dan menyebabkan pembacaan
konduktometer menjadi tidak benar-benar stabil pada suhu
larutan 20C.

39
Hubungan konduktansi dengan larutan NaCl berbagai
konsentrasi pada suhu 40C dapat dilihat pada gambar berikut.

0.012
Keterangan:

Konduktansi larutan NaCl, S 0.01

y = 0,1381x + 0,0004
0.008

0.006
K percobaan

0.004

0.002

0
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800
Konsentrasi larutan NaCl, g/mL

Gambar 9. Grafik Hubungan Konduktansi dengan


Konsentrasi Larutan NaCl pada Suhu 40C

Menggunakan metode regresi linier dan kurva standar,


diperoleh hubungan konduktansi dan konsentrasi larutan NaCl
pada suhu 40℃ yaitu K = 0,1381 N + 3,9688 x 10-4 (31). Dari
persamaan tersebut dapat diperoleh konduktansi persamaan
larutan NaCl pengenceran 1x dengan konsentrasi 0,0700 gr/mL
sebesar 10,03 x 10-3 S. Konduktansi persamaan larutan NaCl
pengenceran 5x dengan konsentrasi 0,0140 gr/mL sebesar 2,52 x
10-3 S. Konduktansi persamaan larutan NaCl pengenceran 25x
dengan konsentarsi 2,8000 x 10-3 gr/mL sebesar 6,25 x 10-4 S.
Dari data tersebut dapat diperoleh kesalahan relatif rata-rata
percobaan ini sebesar 9,57%.

40
2) Konduktansi Larutan NaCl Berbagai Konsentrasi pada Suhu
Percobaan.

Menggunakan metode interpolasi diperoleh konduktansi


larutan NaCl pengenceran 1x dengan konsentrasi 0,0700 gr/mL
sebesar 8,0000 x 10-3 S. Konduktansi larutan NaCl pengenceran
5x dengan konsentrasi 0,0140 gr/mL sebesar 2,0000 x 10-3 S.
Sedangkan untuk konduktansi larutan NaCl pengenceran 25x
dengan konsentrasi 2,8000 x 10-3 gram/mL sebesar 1,0000 x 10-3
S. Dari data tersebut dapat ditentukan persamaan hubungan
antara konduktansi dengan konsentrasi larutan NaCl dengan
regresi linier maka didapatkan persamaan K = 0,1089 N +
3,5363 x 10-4 (31).

0.009 Keterangan:
0.008

0.007
Konduktansi larutan NaCl, S

y = 0,1089x + 0,0004
0.006

0.005
K persamaan
0.004
Larutan sampel
0.003
K persamaan
0.002

0.001

0.000
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800
Konsentrasi larutan NaCl, g/mL

Gambar 10. Grafik Hubungan Konduktansi dan


Konsentrasi Larutan NaCl pada Suhu
Percobaan

Konsentrasi larutan sampel dapat ditentukan


menggunakan persamaan K = 0,1089 N + 3,5363 x 10-4 (31).

41
Sehingga diperoleh konsentrasi larutan sampel sebesar 0,0279
gr/mL. Pada pengukuran dengan piknometer, larutan sampel
ditentukan dengan persamaan :
𝜌−0,9956
x = (27)
0,6537

Sedangkan pada hidrometer larutan sampel dapat


ditentukan dengan menggunakan persamaan :
𝜌−0,9956
x= (27)
0,6924

Konduktometer larutan sampel dapat ditentukan dengan


menggunakan persamaan :
𝐾−3,5363 𝑥 10−4
x= (31)
0,1083

Persamaan tersebut tidak bisa digunakan untuk semua


jenis larutan karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
rapat massa dan konduktansi. Sehingga hanya berlaku untuk
larutan NaCl murni pada berbagai konsentrasi.

42
V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. Hubungan dan faktor-faktor yang memengaruhi rapat massa dan


konduktansi:
a. Rapat massa berbanding lurus dengan konsentrasi. Semakin
tinggi konsentrasi semakin besar rapat massa.
b. Rapat massa berbanding terbalik dengan suhu. Semakin tinggi
suhu semakin kecil rapat massa.
c. Pengukuran rapat massa dengan hidrometer lebih akurat
daripada dengan piknometer.

2. Hubungan rapat massa dengan konsentrasi larutan NaCl pada suhu


percobaan.
a. Piknometer
y = 0,6537 x + 0,9956 (22)
Kesalahan relatif rata-rata = 0,33%
b. Hidrometer
y = 0,6924 x + 0,9956 (22)
Kesalahan relatif rata-rata = 0,05%
3. Hubungan rapat massa dengan suhu pada berbagai konsentrasi
larutan NaCl:
a. Larutan NaCl 0,0700 gram/mL
y = -5,0166 x 10-4 T + 1,0852 (28)
Kesalahan relatif rata-rata = 0,02%
b. Larutan NaCl 0,0140 gram/mL
y = -3,9867 x 10-4 T + 1,0178 (28)
Kesalahan relatif rata-rata = 0,02%
c. Larutan NaCl 2,8000 x 10-3 gram/mL
y = -4,0199 x 10-4 T + 1,0083 (28)
Kesalahan relatif rata-rata = 0,03%

43
4. Nilai konduktansi suatu larutan berbanding lurus dengan suhu dan
konsentrasi larutan tersebut, maka Semakin tinggi suhu maupun
konsentrasi larutan maka konduktansinya semakin besar.
5. Hubungan konduktansi dengan suhu menggunakan metode regresi
linier
a. Pada Suhu 20℃
K = 0,0850 N + 3,1825 x 10-4 (31)
Kesalahan relatif rata-rata = 17,16%
b. Pada Suhu 29℃
K = 0,1130 N + 2,4963 x 10-4 (31)
Kesalahan relatif rata-rata = 8,90%
c. Pada Suhu 40℃
K = 0,1381 N + 3,9688 x 10-4 (31)
Kesalahan relatif rata-rata = 9,57%
d. Konduktansi larutan NaCl pada suhu percobaan
Konsentrasi NaCl 0,0700 gram/mL = 7,9445 x 10-3 S
Konsentrasi NaCl 0,0140 gram/mL = 2,0685 x 10-4 S
Konsentrasi NaCl 2,8000 x 10-3 gram/mL = 5,0015 x 10-4 S
6. Konsentrasi larutan sampel
a. Menggunakan pengukuran rapat massa
1) Piknometer
Konsentrasi sampel = 0,0263 gram/mL
2) Hidrometer
Konsentrasi sampel = 0,0265 gram/mL
b. Menggunakan pengukuran konduktansi
Konsentrasi sampel = 0,0282 gram/mL
7. Persamaan untuk menentukan konsentrasi hanya berlaku untuk
larutan NaCl murni pada berbagai konsentrasi.

44
VI. DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. & Paula, J.D., 2006. Atkin's Physical Chemistry. 8th ed. New
York: Oxford University Press.

Brady, J.E., Jespersen, N.D. & Hyslop, A., 2012. Chemistry The
Molecular Nature Of Matter. 6th ed. United States of America:
Courier Kendallville.

Hewitt, G.F., 1960. Conductivity Theory And Practice. 1st ed. United
Kingdom: HARWELL.

Perry, R.H., 2012. Perry's Chemical Engineer's Handbook. 7th ed. New
York: McGraw-Hill.

Rawson, K.J. & Tupper, E.C., 2001. Basic Ship Theory. 5th ed.
London: Butterworth-Heinemann.

Smith, J.M., Van Ness, H.C. & Abbott, M.M., 2001. Introduction to
Chemical Engineering Thermodynamics. 6th ed. New York:
McGraw Hill.

45
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Praktikum Pengukuran Rapat Massa dan Konduktansi memiliki
proses percobaan yang berpotensi hazard, diantaranya saat melakukan
proses pemanasan larutan hingga suhu mencapai 40 oC, walaupun
tidak terlalu panas tetapi berpotensi mencederai praktikan jika terkena
bagian tubuh dengan jangka waktu cukup lama. Saat menghancurkan
es batu berpotensi mencederai tangan karena adanya benturan keras
disertai serpihan es batu yang dapat melukai bagian tubuh akibat
adanya gaya yang diberikan ke es batu, serta es batu tersebut dapat
membuat tangan mati rasa karena memegang terlalu lama tanpa alat
pelindung. Penggunaan alat elektronik seperti konduktometer apabila
tidak berhati-hati saat mengukur larutan dan terjadi tumpahan
air/larutan bisa menyebabkan kerusakan alat dan adanya risiko
tersengat arus listrik.
Selain hazard proses, praktikum ini juga memiliki hazard bahan
yang harus diperhatikan oleh praktikan diantaranya adalah garam
dapur yang didapatkan dari laboratorium analisis bahan tergolong
bahan yang bersifat irritant terhadap mata dan kulit jika berkontak
langsung. Apabila garam dapur terkena mata maupun kulit, segera
bilas dengan air bersih yang mengalir. Garam dapur juga dapat
berbahaya bila tertelan dan terhirup berlebihan. Apabila garam dapur
terhirup maka segera berikan udara bersih. Sedangkan air ledeng dan
aquadest yang didapatkan dari laboratorium analisis bahan termasuk
bahan non-hazard. Akan tetapi, apabila air ledeng dan aquadest
memiliki suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kulit praktikan
panas dan melepuh jika tersiram dan apabila terjadi tumpahan ke
lantai dapat membahayakan praktikan karena lantai menjadi licin.

46
B. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Adapun alat pelindung diri yang digunakan dalam praktikum kali


ini, yaitu

a. Jas Laboratorium Lengan Panjang


Jas laboratorium lengan panjang berfungsi untuk melindungi
bagian tubuh yang tidak ditutupi langsung oleh baju (terutama
lengan) agar tidak terkena cipratan bahan kimia serta mencegah
praktikan terkena kontaminasi dari bahan-bahan yang
membahayakan.
b. Masker
Masker berfungsi untuk melindungi saluran pernapasan dan
menghindari kontak langsung dari bahan-bahan kimia yang
membahayakan serta melindungi dari debu-debu halus yang
terdapat di laboratorium dengan cara menyaring partikel-partikel
debu ataupun bahan-bahan kimia sehingga udara yang dihirup dan
masuk ke dalam tubuh bersih.
c. Goggles
Goggles berfungsi melindungi mata dari cipratan bahan
kimia, percikan benda kecil, dan uap-uap panas dari bahan kimia
agar tidak berkontak langsung dengan mata karena hampir semua
bahan kimia yang ada di laboratorium adalah iritan terhadap mata.
d. Sepatu Tertutup dan Kaos Kaki
Sepatu tertutup berfungsi melindungi kaki dari tumpahan
bahan kimia, barang padat yang jatuh, terkena cairan panas, dan
memperkuat alas kaki dengan lantai agar tidak mudah terpeleset.
Sedangkan kaos kaki berfungsi untuk melindungi bagian kaki yang
tidak tertutup celana agar perlindungan lebih maksimal.
e. Sarung Tangan

47
Sarung tangan berfungsi untuk menghindari kontak langsung
dengan bahan-bahan kimia dan melindungi tangan dari percikan-
percikan bahan kimia yang membahayakan serta melindungi jari-
jari tangan dari api, suhu panas atau dingin, dan goresan benda-
benda.

C. Manajemen Limbah
Limbah yang dihasilkan dari praktikum ini yaitu NaCl atau
garam dapur dibuang ke limbah halogenik karena mengandung ion
klorida yang merupakan unsur halogenik. Sedangkan air ledeng dan
aquadest dapat dibuang langsung ke wastafel. Sisa aquadest dan
larutan sampel dapat dikembalikan ke tempatnya masing-masing.
Serta sarung tangan, tisu, dan masker dapat dibuang di tempat sampah
yang sudah disediakan.

D. Data Hasil Percobaan


1. Pengukuran rapat massa
Suhu pencobaan : 29 oC
Massa NaCl : 35,0113 gram
Volume Larutan NaCl : 500 mL
Massa Piknometer kosong : 21,2883 gram

48
Tabel I. Pengukuran Rapat Massa pada Berbagai Zat Cair dengan
Piknometer dan Hidrometer pada Suhu Percobaan

Berat piknometer + Densitas cairan dengan


No Cairan
cairan, gram hidrometer, gram/mL

1. Aquadest 46,2867 0,994


2. Air Ledeng 46,3062 0,995
3. Laurtan NaCl Pengenceran 1x 47,4342 1,044
4. Larutan NaCl Pengenceran 5x 46,5240 1,006
5. Larutan NaCl Pengenceran 25x 46,3256 0,997
6. Larutan Sampel 46,7021 1,014

Tabel II. Pengukuran Rapat Massa NaCl pada Berbagai Suhu dan
Konsentrasi Menggunakan Hidrometer

Densitas larutan NaCl, gram/mL


No Suhu, ◦C
Pengenceran 1x Pengenceran 5x Pengenceran 25x
1. 20 1,048 1,010 1,000
2. 29 1,044 1,006 0,997
3. 40 1,038 1,002 0,992

49
2. Pengukuran konduktivitas zat cair

Tabel III. Hasil Percobaan Pengukuran Konduktivitas pada Zat Cair

Konduktansi Konduktansi Konduktansi


pada suhu pada suhu pada suhu
No Cairan 20◦C 29◦C 40◦C
Laurtan NaCl Pengenceran 6,24 mS 8,14 mS 10,03 mS
1.
1x
Larutan NaCl Pengenceran 1699 µS 1963 µS 2,52 mS
2.
5x
Larutan NaCl Pengenceran 398 µS 457 µS 625 µS
3.
25x
4. Aquadest 0,14 µS 1,2 µS 2,29 µS
5. Air Ledeng 31,3 µS 38,7 µS 50 µS

Konduktansi larutan sampel = 3,42 mS

E. Perhitungan
1. Penentuan Volume Piknometer
a. Penentuan Volume Piknometer
vaquadest = vp
maquadest = mpa - mpo
= 46,2867-21,2883= 24,9984 g
ρreferensi = 0,9956 g/mL (Perry, 2012)
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 24,9984 𝑔
vaquadest = = 0,9956 𝑔/𝑚𝐿 = 25,1089 mL
𝜌𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖

vp = 25,1089 mL
b. Penetuan rapat massa berbagai cairan pada suhu percobaan
Ambil contoh untuk perhitungan massa jenis aquadest
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 25,1089 𝑔
ρaquadest = = 24,8415 𝑔/𝑚𝐿 = 0,9956 g/mL
𝑣𝑝

50
Menggunakan cara perhitungan yang sama, diperoleh tabel sebagai
berikut.

Tabel IV. Hasil Pengukuran Rapat Massa Menggunakan Piknometer

ρcairan,
No Cairan mpc, g mpo, g mc, g Vp, mL
g/mL
1. Aquadest 46,2867 21,2883 24,9984 25,1089 0,9956
2. Air Ledeng 46,3062 21,2883 25,0179 25,1089 0,9964
Laurtan NaCl
3. 47,4342 21,2883 26,1459 25,1089 1,0413
Pengenceran 1x
Larutan NaCl
4. 46,5240 21,2883 25,2357 25,1089 1,0051
Pengenceran 5x
Larutan NaCl
5. 46,3256 21,2883 25,0373 25,1089 0,9971
Pengenceran 25x
6. Larutan Sampel 46,7021 21,2883 25,4138 25,1089 1,0121

2. Penentuan Konsentrasi Nacl


a. Penentuan konsentrasi larutan NaCl awal
Ambil kasus untuk pengenceran 1 x
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 35,0113 𝑔𝑟𝑎𝑚
Co = 𝑣 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = = 0,0700 g/mL
500 𝑚𝐿

b. Penentuan konsentrasi larutan NaCl hasil pengenceran


Untuk pengenceran 5 x
V1 . C1 = V2 . C2
100 mL . 0,0700 g/mL = 500 mL . C2
C2 = 0,0140 g/mL
Untuk pengenceran 25 x
V2 . C2 = V3 . C3
100 mL . 0,0140 g/mL = 500 mL . C2
C2 = 2,8000 x 10-3 g/mL

51
3. Pembuatan Kurva Standar ρnacl pada Berbagai Konsentrasi
Dengan Pinkometer dan Hidrometer
Data untuk perhitungan disajikan dalam tabel berikut
Tabel V. Data untuk Membuat Persamaan Linier Hubungan Rapat
Massa dengan Konsentrasi

cNaCl (x), Piknometer Hidrometer


No x2
g/mL ρ (y) x*y ρ (y) x*y
1 0,0700 4,9032 x 10-3 1,0413 0,0729 1,044 0,0731
2 0,0140 1,9600 x 10-4 1,0051 0,0141 1,006 0,0141
3 2,8000 x 10-3 7,8400 x 10-6 2,7920 2,7916 x
0,9971 0,997
x 10-3 10-3
∑ 0,0868 5,1070 x 10-3 3,0435 0,0898 3,047 0,0900

Maka, nilai A dan B untuk piknometer

𝑛∑𝑥𝑦− ∑𝑥∑𝑦
A= 𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2

3 . 0,0898 − 0,0868 . 3,0435


A= 3 . 5,1070.10−3 −(0,0868)2

A= 0,6537

∑𝑦−𝐴∑𝑥
B= 𝑛

3,0435−0,6537 . 0,0868
B= 3

B = 0,9956

Dari perhitungan tersebut, didapat persamaan kurva standar


hubungan x (konsentrasi) dan y (rapat massa) yaitu:

y = 0,6537x + 0,9956 (22)

52
Sedangkan perhitungan untuk kurva standar menggunakan
hidrometer adalah

𝑛∑𝑥𝑦− ∑𝑥∑𝑦
A= 𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2

3 . 0,0900 − 0,0868 . 3,0470


A= 3 . 5,1070.10−3 −(0,0868)2

A= 0,6924

∑𝑦−𝐴∑𝑥
B= 𝑛

3,0470−0,6924 . 0,0868
B= 3

B = 0,9941

Dari perhitungan tersebut, didapat kurva standar untuk hubungan


konsentrasi (x) dan massa jenis (y) yaitu:

y = 0,6980 x + 0,9941 (22)

Perhitungan kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata rata,


panggil kembali persamaan (25) dan persamaan (26). Gunakan data
pengenceran 1 kali sebagai contoh perhitungan.

 Piknometer

y = 0,6537 x + 0,9956

y = 0,6537 (0,0700) + 0,9956

y = 1,0414 g/mL

1,0414−1,0413
Kesalahan relatif = | | x 100 % = 0,01%
1,0414

0,99 %
Kesalahan relatif rata-rata = = 0,33 %
3

 Hidrometer

53
y = 0,6924 x + 0,9956

y = 0,6924 (0,0700) + 0,9956

y = 1,0441 g/mL

1,0441−1,0440
Kesalahan relatif = | | x 100 % = 0,01%
1,0441

0,14 %
Kesalahan relatif rata-rata = = 0,05 %
3

Tabel VI. Data Kesalahan Relatif untuk Pengukuran Rapat Massa

No x, g/mL Piknometer Hydrometer


ρpercobaan ρpersamaan K.R., % ρpercobaan Ρpersamaan K. R.,
%
1 0,0700 1,0413 1,0414 0,01 1,044 1,0441 0,01
2 0,0140 1,0051 0,9966 0,85 1,006 1,0553 0,07
3 2,8000 0,9971 0,9958 0,14 0,997 0,9976 0,06
x 10-3
∑ 0,99 0,14
Rata-rata 0,33 0,05

4. Penentuan Konsentrasi Larutan Sampel yang Terukur dari


Piknometer dan Hidrometer

Dari persamaan (26) diperoleh

 Piknometer
1,0121 −0,9956
x= = 0,0253 g/mL
0,6537

 Hidrometer
1,0140 −0,9956
x= = 0,0265 g/mL
0,6924

54
5. Pembuatan Kurva Standar Rapat Massa Larutan Nacl pada
Berbagai Suhu Tiap Konsentrasi Dengan Menggunakan
Hidrometer
a. Konsentrasi larutan NaCl pengenceran 1x

Tabel VII. Data untuk Membuat Persamaan Linear Hubungan Antara


Rapat Massa dan Suhu pada Larutan NaCl Pengenceran 1x

No ρcairan (y), g/mL T, oC T2 y.T


1 1,048 20 400,0000 20,9600
2 1,044 29 841,0000 30,2760
3 1,038 40 1600,0000 41,5200
∑ 3,130 89 2841,0000 92,7560

𝑛∑𝑇𝑦− ∑𝑇∑𝑦
A= 𝑛∑𝑇 2 −(∑𝑇)2

3 . 92,7560 − 89 . 3,130
A= 3 . 2841,0000−(89)2

A= - 5,0166 x 10-4

∑𝑦−𝐴∑𝑇
B= 𝑛

3,130−(− 5,0166 x 10−4) . 89


B= 3

B = 1,0582

Maka, persamaan bakunya adalah

ρ = - 5,0166 x 10-4T + 1,0582 (28)

Kesalahan relatif dan kesalahan realtif rata-rata dihitung menggunakan


persamaan (25) dan (26)

Gunakan suhu 20 oC sebagai contoh perhitungan

55
ρ = - 5,0166 x 10-4 (20) + 1,0582

ρ = 1,0482 g/mL

1,0482−1,0480
Kesalahan relatif = | | x 100 % = 0,02%
1,0482

0,06 %
Kesalahan relatif rata-rata = = 0,03 %
3

Tabel VIII. Tabel Kesalahan Relatif untuk Kurva Standar Larutan NaCl
Pengenceran 1 x

No T, oC ρpersamaan, g/mL ρpercobaan, g/mL K. R., %


1 20 1,0482 1,048 0,02
2 29 1,0437 1,044 0,03
3 40 1,0381 1,038 0,01
∑ 0,06
Rata-rata 0,02

b. Konsentrasi larutan NaCl pengenceran 5x

Tabel IX. Data untuk Membuat Persamaan Linear Hubungan Antara


Rapat Massa dan Suhu pada Larutan NaCl Pengenceran 5x

No ρcairan (y), g/mL T, oC T2 y.T


1 1,010 20 400,0000 20,2000
2 1,006 29 841,0000 29,1740
3 1,002 40 1600,0000 40,0800
∑ 3,018 89 2841,0000 89,4540

𝑛∑𝑇𝑦− ∑𝑇∑𝑦
A= 𝑛∑𝑇 2 −(∑𝑇)2

3 . 89,4540 − 89 . 3,018
A= 3 .2841,0000−(89)2

56
A= - 3,9867 x 10-4

∑𝑦−𝐴∑𝑇
B= 𝑛

3,018−(− 3,9867 x 10−4) . 89


B= 3

B = 1,0178

Maka, persamaan bakunya adalah

ρ = - 3,9867 x 10-4T + 1,0178 (28)

Kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata-rata dihitung


menggunakan persamaan (25) dan (26)

Gunakan suhu 20 oC sebagai contoh perhitungan

ρ = - 3,9867 x 10-4 (20) + 1,0178

ρ = 1,0099 g/mL

1,0099−1,010
Kesalahan relatif = | | x 100 % = 0,01%
1,0099

0,05 %
Kesalahan relatif rata-rata = = 0,02 %
3

Tabel X. Tabel Kesalahan Relatif untuk Kurva Standar Larutan NaCl


Pengenceran 5 x

No T, oC ρpersamaan, g/mL ρpercobaan, g/mL K. R., %


1 20 1,0099 1,010 0,01
2 29 1,0063 1,006 0,03
3 40 1,0019 1,002 0,01
∑ 0,05
Rata-rata 0,02

57
c. Konsentrasi larutan NaCl pengenceran 25x

Tabel XI. Data untuk Membuat Persamaan Linear Hubungan Antara


Rapat Massa dan Suhu pada Larutan NaCl Pengenceran 25x

No ρcairan (y), g/mL T, oC T2 y.T


1 1,000 20 400,0000 20,0000
2 0,997 29 841,0000 28,9130
3 0,992 40 1600,0000 39,6800
∑ 2,989 89 2841,0000 88,5930

𝑛∑𝑇𝑦− ∑𝑇∑𝑦
A= 𝑛∑𝑇 2 −(∑𝑇)2

3 . 88,593− 89 . 2,989
A= 3 . 2841,0000−(89)2

A= - 4,0199 x 10-4

∑𝑦−𝐴∑𝑇
B= 𝑛

2,989−(− 4,0199 x 10−4) . 89


B= 3

B = 1,0083

Maka, persamaan bakunya adalah

ρ = - 4,0199 x 10-4T + 1,0083 (28)

Kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata-rata dihitung


menggunakan persamaan (25) dan (26)

Gunakan suhu 20 oC sebagai contoh perhitungan

ρ = - 4,0199 x 10-4 (20) + 1,0083

ρ = 1,0002 g/mL

58
1,0002−1,000
Kesalahan relatif = | | x 100 % = 0,02%
1,0002

0,08 %
Kesalahan relatif rata-rata = = 0,03 %
3

Tabel XII. Data Kesalahan Relatif untuk Kurva Standar Larutan NaCl
Pengenceran 1 x

No T, oC ρpersamaan, g/mL ρpercobaan, g/mL K. R., %


1 20 1,0002 1,000 0,02
2 29 0,9966 0,997 0,04
3 40 0,9922 0,992 0,02
∑ 0,08
Rata-rata 0,03

6. Pembuatan Kurva Standar Konduktansi Larutan Setiap Suhu


dengan Konduktometer
a. Pengukuran konduktansi pada suhu 20 oC

Tabel XIII. Perhitungan untuk Membuat Persamaan Linear Hubungan


Antara Konduktansi dan Konsentrasi NaCl pada Suhu 20oC

No K, S N, g/mL N2 k.N
1 6,24 x 10-3 0,0700 4,9000 x 10-3 4,3680 x 10-4
2 1,699 x 10-3 0,0140 1,9600 x 10-4 2,3786 x 10-6
3 3,98 x 10-4 2,8000 x 10-3 7,8400 x 10-6 1,1144 x 10-6
∑ 8,3370 x 10-3 0,0868 5,1038 x 10-3 4,6170 x 10-4

𝑛∑𝐾𝑁− ∑𝐾∑𝑁
A= 𝑛∑𝑁 2 −(∑𝑁)2

3 . 4,6170 .10−4 − 8,3370 .10−3 . 0,0868


A= 3 . 5,1038 .10−3 −(0,0868)2

A= 0,0850

59
∑𝐾−𝐴∑𝑁
B= 𝑛

8,3370 .10−3 −0,0850 . 0,0868


B= 3

B = 3,1825 x 10-4

Maka, persamaan bakunya adalah

K = 0,0850 N + 3,1825 x 10-4 (31)

Kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata-rata dihitung


menggunakan persamaan (34) dan (35)

Gunakan pengenceran 1 x sebagai contoh perhitungan

K = 0,0850 (0,0400) + 3,1825 x 10-4

K = 6,2717 x 10-3 S

6,2717.10−3 −6,24.10−3
Kesalahan relatif = | | x 100 %
6,2717.10−3

=0,34%

51,49%
Kesalahan relatif rata-rata = = 17,16 %
3

Tabel XIV. Data Kesalahan Relatif untuk Kurva Standar Larutan NaCl
Berbagai Konsentrasi pada Suhu 20oC

No N, g/mL Kpercobaan, S Kpersamaan, S K. R., %


1 0,0700 6,24 x 10-3 6,2717 x 10-3 0,51
2 0,0140 1,699 x 10-3 1,5089 x 10-3 11,19
3 2,8000 x 10-3 3,98 x 10-4 5,5639 x 10-4 39,80
∑ 51,49
Rata-rata 17,16

60
b. Pengukuran konduktansi pada suhu 29 oC

Tabel XV. Perhitungan untuk Membuat Persamaan Linear Hubungan


Antara Konduktansi dan Konsentrasi NaCl pada Suhu 29oC

No K, S N, g/mL N2 k.N
1 8,14 x 10-3 0,0700 4,9000 x 10-3 5,6980 x 10-3
2 1,963 x 10-3 0,0140 1,9600 x 10-4 2,7482 x 10-5
3 4,57 x 10-4 2,8000 x 10-3 7,8400 x 10-6 1,2796 x 10-6
∑ 0,0106 0,0868 5,1038 x 10-3 5,9856 x 10-4

𝑛∑𝐾𝑁− ∑𝐾∑𝑁
A= 𝑛∑𝑁 2 −(∑𝑁)2

3 . 5,9856 .10−4 − 0,0106 . 0,0868


A= 3 . 5,1038 .10−3 −(0,0868)2

A= 0,1130

∑𝐾−𝐴∑𝑁
B= 𝑛

0,0106−0,1130 . 0,0868
B= 3

B = 2,4963 x 10−4

Maka, persamaan bakunya adalah

K = 0,1130N + 2,4963 x 10−4 (31)

Kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata-rata dihitung


menggunakan persamaan (34) dan (35)

Gunakan pengenceran 1 x sebagai contoh perhitungan

K = 0,1130 (0,0700) + 2,4963 x 10−4

K = 8,1618 x 10−3 S

61
8,1618 .10−3 −8,14 .10−3
Kesalahan relatif = | | x 100 % =
8,1618 .10−3

= 0,27%

26,69%
Kesalahan relatif rata-rata = = 8,90 %
3

Tabel XVI. Tabel Kesalahan Relatif untuk Kurva Standar Larutan NaCl
Berbagai Konsentrasi pada Suhu 29 oC

No N, g/mL Kpercobaan, S Kpersamaan, S K. R., %


1 0,0700 8,14 x 10-3 8,1618 x 10−3 0,27
2 0,0140 1,963 x 10-3 1,8321 x 10−3 7,15
3 2,8000 x 10-3 4,57 x 10-4 5,6611 x 10−3 19,27
∑ 26,69
Rata-rata 8,90

c. Pengukuran konduktansi pada suhu 40 oC

Tabel XVII. Perhitungan untuk Membuat Persamaan Linear Hubungan


Antara Konduktansi dan Konsentrasi NaCl pada Suhu 40oC

No K, S N, g/mL N2 k.N
1 0,0100 0,0700 4,9000 x 10-3 7,0210 x 10-4
2 2,52 x 10−3 0,0140 1,9600 x 10-4 3,5280 x 10-5
3 6,25 x 10−4 2,8000 x 10-3 7,8400 x 10-6 1,7500 x 10-6
∑ 0,0132 0,0868 5,1038 x 10-3 7,3913 x 10-4

𝑛∑𝐾𝑁− ∑𝐾∑𝑁
A= 𝑛∑𝑁 2 −(∑𝑁)2

3 . 7,3913.10−4 − 0,0132 . 0,0868


A= 3 . 5,1038 .10−4 −(0,0868)2

A= 0,1381

62
∑𝐾−𝐴∑𝑁
B= 𝑛

0,0132−0,1381 . 0,0868
B= 3

B = 3,9688 x 10−4

Maka, persamaan bakunya adalah

K = 0,1381 N + 3,9688 x 10−4 (31)

Kesalahan relatif dan kesalahan relatif rata-rata dihitung


menggunakan persamaan (34) dan (35)

Gunakan pengenceran 1 x sebagai contoh perhitungan

K = 0,1381 (0,0400) + 3,9688 x 10−4

K = 0,0101 S

0,0101−10,03 .10−3
Kesalahan relatif = | | x 100 % =
0,0101

0,31%

28,70%
Kesalahan relatif rata-rata = = 9,57 %
3

Tabel XVIII. Tabel Kesalahan Relatif untuk Kurva Standar Larutan NaCl
Berbagai Konsentrasi pada Suhu 40 oC

No N, g/mL Kpercobaan, S Kpersamaan, S K. R., %


1 0,0700 10,03 x 10−3 0,0101 0,31
2 0,0140 2,52 x 10−3 2,3298 x 10−3 8,16
3 2,8000 x 10-3 6,25 x 10−4 7,8347 x 10−4 20,23
∑ 28,70
Rata-rata 9,57

63
7. Penentuan Konsentrasi Sampel dengan Konduktometer
a. Penentuan nilai Konduktansi pada suhu percobaan
Persamaan yang digunakan adalaah persamaan (37)
Ambil contoh N = 0,0700 g/mL

29−20 𝐾−6,24 .10−3


=
40−20 0,0101−6,24 .10−3

K = 7,9455 x 10−3 S

Tabel XIX. Data untuk Perhitungan Kpercobaan

No N, g/mL K20, S K40, S Kpercobaan


1 0,0700 6,24 x 10-3 0,0100 7,9455 x 10−3
2 0,0140 1,699 x 10-3 2,52 x 10−3 2,0684 x 10−3
3 2,8000 x 10-3 3,98 x 10-4 6,25 x 10−4 5,0015 x 10−4
∑ 0,0868 8,3370 x 10-3 0,0132 0,0105

b. Pembuatan kurva standar

Tabel XX. Data Perhitungan untuk Penentuan Kurva Standar

No N, g/mL N2 K, S K. N
1 0,0700 4,9000 x 10-3 7,9455 x 10−3 5,5619 x 10-4
2 0,0140 1,9600 x 10-4 2,0684 x 10−3 2,8958 x 10-5
3 2,8000 x 10-3 7,8400 x 10-6 5,0015 x 10−4 1,4004 x 10-6
∑ 0,0868 5,1038 x 10-3 0,0105 5,8654 x 10-4

𝑛∑𝐾𝑁− ∑𝐾∑𝑁
A= 𝑛∑𝑁 2 −(∑𝑁)2

3 . 5,8654 .10−4 − 0,0105 . 0,0868


A= 3 . 5,1038 .10−3 −(0,0868)2

A= 0,1089

64
∑𝐾−𝐴∑𝑁
B= 𝑛

0,0105−0,1089 . 5,1038 .10−3


B= 3

B = 3,5363 𝑥10−4

Maka, persamaan baku K terhadap N adalah

K = 0,1089 N + 3,5363 𝑥10−4 (31)

c. Penentuan konsentrasi sampel

K = 0,1089 N + 3,5363 𝑥10−4

3,42 x 10-3 = 0,1089 N + 3,5363 𝑥10−4

N = 0,0282 g/mL

65

Anda mungkin juga menyukai