Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
2
DAFTAR ISI
3
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................29
LAMPIRAN .......................................................................................................................30
1. Data Percobaan ..................................................................................................................... 30
2. Hasil Percobaan dan Perhitungan.......................................................................................... 30
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
karena itu, suhu harus dijaga pada nilai optimum sehingga akan menghasilkan produk
yang banyak.
Pengendalian besaran suhu air menggunakan pengendali otomatis berbasis
controller on-off. Alat ini dipilih karena sederhana dan murah. Alasan dipilihnya air
sebagai fluida kerja karena murah dan bersifat relatif aman untuk digunakan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mensimulasikan pengendalian suhu air dalam tangki dengan variasi set point (∆T)
menggunakan controller on/off.
2. Merumuskan pemodelan matematis dari proses kontrol suhu air dalam tangki.
3. Menentukan model yang tepat untuk menemukan panas yang hilang (Q loss) dalam
percobaan pengendalian proses.
6
BAB 2
KERANGKA TEORI
7
mengambil tindakan korektif segera setelah gangguan memasuki sistem alih-alih
menunggu (seperti yang dilakukan pada pengendalian umpan balik).
8
Selain variabel-variabel di atas, terdapat juga istilah set point. Set point adalah
besarnya variabel terkendali yang dikehendaki. Besar variabel terkendali perlu dijaga
oleh kontroler agar selalu memiliki besar set point.
Secara umum sistem kontrol dapat dibagi menjadi sistem kontrol kontinyu dan
sistem kontrol diskrit. Sistem kontrol kontinyu adalah sistem yang memanfaatkan
pengendali (controller) berbasis nilai kontinyu. Jenis-jenis kontroler kontinyu antara
lain:
10
Sedangkan sistem kontrol diskrit merupakan sistem yang menggunakan
pengontrol (controller) dengan nilai diskrit. Contoh sistem kontrol diskrit adalah
pengendali on-off atau pengendali posisi ganda (switch selector) (Allu dan Apriana,
2018).
11
3. Radiasi
Pada proses radiasi, panas diubah menjadi gelombang elektromagnetik
yang merambat tanpa melalui ruang media penghantar. Jika gelombang tersebut
mengenai suatu benda, maka gelombang dapat mengalami transisi (diteruskan),
refleksi (dipantulkan) dan absorpsi (diserap) dan menjadi kalor (Holman, 1995).
Perpindahan panas radiasi dapat terjadi tanpa melewati media apapun
(Kern,1950).
Sistem control dalam pemanasan tangki berisi air digunakan untuk mengontrol suhu
aliran air keluar agar sesuai dengan suhu yang diinginkan. Apabila tidak digunakan
sistem control, suhu air di dalam tangki dapat berubah karena adanya beberapa faktor
seperti kalor hilang (Q loss) dan suhu air masuk.
12
Salah satu faktor yang mempengaruhi suhu air di dalam tangki adalah suhu air masuk.
Apabila suhu air masuk berbeda jauh dengan suhu tangki (∆T besar), maka semakin
besar perubahan suhu air di dalam tangki. Hal ini sesuai dengan asas Black dimana besar
panas yang ditransfer akan berbanding lurus dengan perbedaan suhu sebelum terjadi
pencampuran.
Faktor panas hilang (Q loss) juga mempengaruhi suhu air di dalam tangki. Panas
dalam sistem dapat hilang ke lingkungan jika suhu tangki lebih tinggi dari suhu
lingkungan. Sedangkan jika suhu sistem tangki lebih rendah dari suhu lingkungan, maka
panas akan berpindah dari lingkungan ke sistem tangki. Pada percobaan ini, suhu sistem
tangki ditetapkan lebih tinggi dari suhu lingkungan.
Sistem yang digunakan pada percobaan ini adalah controller jenis on/off. Controller
ini bekerja dengan cara berubah posisi secara periodik di posisi cut on dan cut off. Pada
controller jenis ini akan terjadi osilasi pada jurang diferensialnya. Pada pengontrolan
suhu air dalam tangki, batas atas dan batas bawah controller on/off perlu diatur.
Pengaruh suhu masuk pada pola osilasi controller on/off dapat diamati. Kalor masuk ke
sistem berasal dari dua sumber yaitu kalor dari aliran masuk dan kalor dari heater.
Jumlah kalor dari aliran masuk dipengaruhi oleh suhu air masuk tangki. Air dalam tangki
diaduk hingga suhunya homogen, sehingga suhu air keluar tangki seragam dengan suhu
air di dalam tangki.
2.2.1. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Aliran air dalam tangki pada kondisi steady state, dimana laju alir air masuk sama
dengan laju alir air keluar, sehingga volume di dalam tangki konstan.
b. Cairan teraduk sempurna dalam tangki sehingga suhu air di dalam tangki sama
dengan suhu air keluar.
c. Kalor jenis dan massa jenis air dianggap konstan.
d. Suhu lingkungan dianggap konstan.
e. Jumlah panas yang dimasukkan ke tangki oleh heater dianggap konstan.
f. Tidak terjadi penguapan air sehingga volume air tidak berkurang atau konstan.
g. Kehilangan panas hanya terjadi di dalam tangki.
13
2.2.2. Neraca Massa Air dalam Bejana
Persamaan (4) dapat diintegralkan secara analitis sehingga diperoleh persamaan suhu
sebagai fungsi waktu dengan asumsi Q loss konstan sebagai berikut.
t =t T =T
dT
dt = Fv Qin − Qloss
(5)
V (Tin − T ) + .V .Cp
t =0 T =T0
Dari persamaan (6) dapat dicari persamaan suhu pada berbagai waktu sebagai berikut.
Qin − Qloss Q − Qloss Fv
T = Tin + − (Tin − T0 ) + in exp − t (6)
.Cp.Fv .Cp.Fv V
Apabila Q loss merupakan fungsi suhu, maka penjabaran persamaannya adalah sebagai
berikut.
Qloss = UA (T − Tud ) (7)
Sehingga persamaan (4) dapat diubah menjadi persamaan (8) sebagai berikut.
Fv Q − UA (T − Tud ) dT
(Tin − T ) + in = (8)
V .V .Cp dt
Persamaan (8) kemudian diintegralkan sesuai boundary condition, sehingga
didapatkan persamaan sebagai berikut.
(9)
dengan,
𝐹𝑖𝑛 = laju aliran masuk tangki, m3/s
𝐹𝑜𝑢𝑡 = laju aliran keluar tangki, m3/s
𝜌 = massa jenis cairan, kg/m3
m = massa air dalam tangki, kg
t = waktu, detik
𝐶𝑝 = kalor jenis cairan, J/(kg.ᴼC)
15
𝑇𝑖𝑛 = suhu aliran masuk, ᴼC
𝑇out = suhu air dalam tangki saat heater mulai menyala atau mati, ᴼC
𝑄𝑖𝑛 = kalor atau panas yang masuk ke sistem, J/s
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = kalor atau panas yang hilang ke lingkungan, J/s
𝐹𝑣 = laju aliran (masuk = keluar), m3/s
V = volume tangki, m3
UA = koefisien perpindahan panas overall, W/ᴼC
dengan,
MSE = Mean Square Errors
n = jumlah data
16
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Bahan
1) Air Ledeng
Air ledeng memiliki sifat fisik antara lain: titik didih dan penguapannya tinggi
sehingga berbentuk cair pada kondisi ruang, tidak berbau, tidak berwarna, bersenyawa
polar dan tidak berubah densitas karena tekanan atau incompressible. Sifat kimia air
ledeng yaitu melarutkan zat polar, stabil pada kondisi ruang, dan memiliki pH 7. Air
merupakan bahan yang aman digunakan, namun apabila tumpah dan terkena alat-alat
elektronik dapat berbahaya. Air yang tumpah dapat menyebabkan lantai licin sehingga
praktikan dapat terjatuh apabila tidak hati-hati. Oleh karena itu air yang tertumpah
wajib untuk dibersihkan.
2) Aquadest
Secara umum, sifat fisik dan sifat kimia aquadest sama dengan air ledeng. Hal
yang membedakan hanya pada kemurnian airnya saja, dimana aquadest merupakan
H2O murni karena sudah dipurifikasi.
17
3.2. Alat
Keterangan:
1. Selang input penampung
2. Tangki penampung
3. Pipa input tangki
berpengaduk
4. Saklar on/off pemanas
5. Lampu indikator
6. Saklar on/off pengaduk
7. Temperature Controller
dan pemanas
8. Kabel USB
9. Laptop
10. Thermocouple
11. Tangki berpengaduk
12. Pengaduk
13. Selang overflow tangki
berpengaduk
Sehingga densitas air ledeng dapat dihitung dengan persamaan (13), densitas aquadest
dicari dari referensi.
𝑚𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑒𝑑𝑒𝑛𝑔
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑒𝑑𝑒𝑛𝑔 = × 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 (13)
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
3. Perhitungan Q loss
Algoritma perhitungan Q loss jika Q loss dianggap konstan ditunjukkan pada Gambar 7
berikut.
19
MSE
MSE
Minimum
Sedangkan jika Q loss merupakan fungsi suhu, maka algoritma perhitungannya adalah
sebagai berikut.
20
MSE
MSE
Minimum
21
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
4.1. Hubungan Waktu dan Suhu Untuk Trial Q loss Konstan
4.1.1 Hubungan Waktu dan Suhu Untuk Trial Q loss Konstan dengan ∆T = 3ᴼC
Pada praktikum, dapat diketahui hubungan waktu dan suhu pada trial Q loss
konstan. Berikut adalah grafik hubungan waktu dan suhu untuk trial Q loss konstan
dengan ∆T = 3ᴼC.
45
40
35
Suhu, ᴼC
30
25
20
0 1000 2000 3000 4000 5000
Waktu, s
Gambar 9. Grafik Hubungan Suhu dan Waktu untuk Trial Q loss dengan ∆T = 3ᴼC
Dari Gambar 9 di atas, terdapat 3 informasi yang bisa diperoleh yaitu data suhu
percobaan setiap waktu, data suhu perhitungan dengan metode Q loss konstan, serta
batas suhu atas dan bawah dalam percobaan. Data suhu percobaan setiap waktu
didapatkan dari praktikum yang disimpan pada Software Temperature Controller. Data
suhu perhitungan diperoleh dengan trial Q loss pada Microsoft Excel hingga
didapatkan MSE minimum. Batas bawah suhu yang digunakan adalah 37 ᴼC,
sedangkan batas atasnya adalah 40 ᴼC.
Dapat dilihat pada Gambar 9 di atas bahwa terdapat penyimpangan yang cukup
besar antara suhu percobaan dan suhu perhitungan dengan trial Q loss konstan pada
t=0 s sampai t=2000 s dan pada t >4000 s. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perhitungan dengan trial Q loss konstan kurang akurat untuk percobaan pada ∆T = 3ᴼC.
Dari perhitungan, didapatkan Q loss sebesar 230,1334 watt dan MSE sebesar 1,0430.
Nilai MSE cukup kecil artinya perbedaan antara suhu percobaan dan suhu perhitungan
(error) yang cukup kecil.
23
4.1.2 Hubungan Waktu dan Suhu Untuk Trial Q loss Konstan dengan ∆T = 5ᴼC
Pada praktikum, dapat diketahui hubungan waktu dan suhu pada trial Q loss
konstan. Berikut adalah grafik hubungan waktu dan suhu untuk trial Q loss konstan
dengan ∆T = 5ᴼC.
45
43
41
Suhu, ᴼC
39
37
35
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500
Waktu, s
Gambar 10. Grafik Hubungan Suhu dan Waktu untuk Trial Q loss
dengan ∆T = 5ᴼC
Dari Gambar 10 di atas, terdapat 3 informasi yang bisa diperoleh yaitu data suhu
percobaan setiap waktu, data suhu perhitungan dengan metode Q loss konstan, serta
batas suhu atas dan bawah dalam percobaan. Data suhu percobaan setiap waktu
didapatkan dari praktikum yang disimpan pada Software Temperature Controller. Data
suhu perhitungan diperoleh dengan trial Q loss pada Microsoft Excel hingga
didapatkan MSE minimum. Batas bawah suhu yang digunakan adalah 37 ᴼC,
sedangkan batas atasnya adalah 42 ᴼC.
Dapat dilihat pada Gambar 10 di atas bahwa terdapat penyimpangan yang cukup
besar antara suhu percobaan dan suhu perhitungan dengan trial Q loss konstan, dimana
suhu batas atas dan batas bawah jauh berbeda dengan set point-nya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perhitungan dengan trial Q loss konstan kurang akurat untuk
percobaan pada ∆T = 5ᴼC. Dari perhitungan, didapatkan Q loss sebesar 162,5838 watt
dan MSE sebesar 0,9072. Nilai MSE yang didapatkan lebih kecil daripada MSE pada
perhitungan untuk ∆T = 3ᴼC.
24
4.2. Hubungan Waktu dan Suhu Untuk Trial Q loss Fungsi Suhu
4.2.1 Hubungan Waktu dan Suhu Untuk Trial Q loss Fungsi Suhu dengan ∆T = 3ᴼC
Pada praktikum, dapat diketahui hubungan waktu dan suhu pada trial Q loss
fungsi suhu. Berikut adalah grafik hubungan waktu dan suhu untuk trial Q loss fungsi
suhu dengan ∆T = 3ᴼC.
45
40
35
Suhu, ᴼC
30
25
20
0 1000 2000 3000 4000 5000
Waktu, s
25
88,09% dan MSE sebesar 0,7744. Pada ∆T = 3ᴼC, nilai MSE yang didapatkan lebih kecil
daripada metode Q loss konstan.
4.2.2 Hubungan Waktu dan Suhu Untuk Trial Q loss Fungsi Suhu dengan ∆T = 5ᴼC
Pada praktikum, dapat diketahui hubungan waktu dan suhu pada trial Q loss
fungsi suhu. Berikut adalah grafik hubungan waktu dan suhu untuk trial Q loss fungsi
suhu dengan ∆T = 5ᴼC.
45
43
41
Suhu, ᴼC
39
37
35
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500
Waktu, s
Dari Gambar 12 di atas, terdapat 3 informasi yang bisa diperoleh yaitu data suhu
percobaan setiap waktu, data suhu perhitungan dengan metode Q loss fungsi suhu, serta
batas suhu atas dan bawah dalam percobaan. Data suhu percobaan setiap waktu
didapatkan dari praktikum yang disimpan pada Software Temperature Controller. Data
suhu perhitungan diperoleh dengan trial UA dan η hingga didapatkan MSE minimum.
Batas bawah suhu yang digunakan adalah 37 ᴼC, sedangkan batas atasnya adalah 42 ᴼC.
Dapat dilihat pada Gambar 12 di atas bahwa penyimpangan suhu percobaan dan
suhu perhitungan sangat kecil dibandingkan dengan metode Q loss konstan untuk
∆T = 5ᴼC. Hal tersebut menunjukkan bahwa perhitungan dengan trial UA lebih akurat
untuk percobaan pada ∆T = 5ᴼC. Dari perhitungan, didapatkan koefisien perpindahan
26
panas overall (UA) sebesar 31,7088 watt/ᴼC, efisiensi pemanas (η) sebesar 76,50% dan
MSE sebesar 0,1965. Nilai MSE pada metode Q loss fungsi suhu sangat kecil dan sangat
mendekati 0, sehingga pada ∆T = 5ᴼC perhitungan dengan metode Q loss fungsi suhu
jauh lebih akurat.
Dari keempat grafik di atas diketahui bahwa semakin besar perbedaan suhu (∆T), maka
panas hilang (Q loss) akan semakin besar, baik dengan metode Q loss konstan maupun Q loss
fungsi suhu. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada dimana besarnya Q loss berbanding
lurus dengan ∆T.
Metode perhitungan dengan asumsi Q loss fungsi suhu lebih baik daripada asumsi Q
loss konstan karena memberikan penyimpangan yang lebih kecil terhadap suhu percobaan.
Penyimpangan ini dapat terjadi karena controller on/off memiliki jeda waktu untuk kembali
menyala atau mati sehingga perubahan suhu tidak terjadi secara cepat.
27
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Pengendalian proses pada controller on/off memiliki prinsip yaitu mematikan
heater pada controller jika suhu mencapai batas atas dan menghidupkan kembali
heater jika suhu air mencapai batas bawah.
2. Hubungan antara ∆T dan Q loss adalah berbanding lurus. Semakin besar ∆T
maka Q loss akan semakin besar, begitu pun sebaliknya.
3. Model yang tepat untuk menghitung panas yang hilang (Q loss) adalah metode
Q loss fungsi suhu karena lebih akurat.
4. Hasil yang diperoleh dari perhitungan adalah sebagai berikut.
Metode Q loss konstan pada ∆T sebesar 3ᴼC:
Q loss = 230,1334 watt
MSE = 1,0430
Metode Q loss konstan pada ∆T sebesar 5ᴼC:
Q loss = 162,5838 watt
MSE = 0,9072
Metode Q loss fungsi suhu pada ∆T sebesar 3ᴼC:
UA = 30,3218 watt/ᴼC
Efisiensi (η) = 88,09%
MSE = 0,7744
Metode Q loss fungsi suhu pada ∆T sebesar 5ᴼC:
UA = 31,7088 watt/ᴼC
Efisiensi (η) = 76,50%
MSE = 0,1965
28
DAFTAR PUSTAKA
Allu, N., A.Toding. 2018. ‘Sistem Kendali (Teori dan Contoh Soal Dilengkapi dengan
Penyelesaian Menggunakan Mathlab)’. Yogyakarta : CV Budi Utama.
Hendrawati, D. (2011). ‘Simulator Respon Sistem untuk Menentukan Konstanta Kontroler
PID pada Mekanisme Pengendalian Tekanan. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).
Heriyanto. (2010). ‘Pengendalian Proses’. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
Hidayat, D., M. Rahmatika, N.S. Syafei, dan B. Y. Tumbelaka. 2018. ‘Simulasi Pengontrol
On/Off pada Sistem Kendali Umpan Balik dengan Model Fisis Elektronik’. Jurnal
Telekomunikasi, Elektronika, Komputasi, dan Kontrol,vol.4, no.1, hal : 43-45.
Holman, J.P. (1995), ‘Heat Transfer’, 6th edition. McGraw-Hill: New York.
Kern, D.Q. (1950), ‘Process Heat Transfer’, 2nd edition. McGraw-Hill International Book
Company: Singapore.
Machdar, I. (2016). ‘Dasar Sintesis Proses dan Perancangan Pabrik Kimia’. Banda Aceh :
Syiah Kuala University Press.
Ogata, K. (1997). ‘Teknik Kontrol Automatik Jilid 1’. Edisi kedua, Erlangga, Jakarta.
Rawlings, J., Pantula, S. and Dickey, D., (2005.) ‘Applied Regression Analysis’. New York:
Springer, p.21.
Schaschke, C. (2014). ‘A Dictionary of Chemical Engineering’, pp. 298. Oxford: Oxford
University Press.
Setiawan, I. (2008). ‘ Kontrol PID Untuk Proses Industri: Beragam Struktur dan Metode
Tuning PID Praktis’. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Yudaningtyas, E. (2017). ‘Belajar Sistem Kontrol : Soal dan Persoalan’. Malang : UB Press.
29
LAMPIRAN
1. Data Percobaan
30
b. Penentuan debit air rata-rata
Contoh perhitungan debit untuk data pertama adalah sebagai berikut.
32
2640 38.8 39.1137 0.0984
2706 38.6 38.7460 0.0213
2772 38.4 38.3847 0.0002
2838 38.1 38.0299 0.0049
2904 38 37.6813 0.1016
2970 37.7 37.3388 0.1305
3036 37.5 37.0024 0.2476
3102 37.3 36.6719 0.3944
3168 37 36.3473 0.4260
3234 37 36.0284 0.9440
3300 37 36.5175 0.2328
3366 37.3 36.9979 0.0913
3432 37.7 37.4698 0.0530
3498 38.2 37.9334 0.0711
3564 38.6 38.3888 0.0446
3630 39 38.8361 0.0269
3696 39.5 39.2756 0.0504
3762 39.8 39.7073 0.0086
3828 40.1 40.1314 0.0010
3894 40.3 40.5479 0.0615
3960 40.1 40.1549 0.0030
4026 39.9 39.7688 0.0172
4092 39.7 39.3895 0.0964
4158 39.5 39.0169 0.2334
4224 39.2 38.6508 0.3016
4290 39 38.2913 0.5023
4356 38.8 37.9380 0.7430
4422 38.6 37.5911 1.0180
4488 38.4 37.2502 1.3220
4554 38.1 36.9154 1.4034
4620 37.9 36.5864 1.7254
4686 37.7 36.2633 2.0640
4752 37.6 35.9459 2.7360
4818 37.3 35.6341 2.7752
4884 37.2 35.3278 3.5051
MSE 1.0430
33
Tabel V. Data Suhu Percobaan dan Perhitungan serta MSE asumsi Q loss konstan
pada ∆T=5ᴼC
𝟐
Waktu, s T Percobaan, ᴼC T Hitungan, ᴼC (𝑻𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 − 𝑻𝒑𝒆𝒓𝒄𝒐𝒃𝒂𝒂𝒏)
0 37.0 37.0000 0.0000
66 36.8 37.5170 0.5141
132 37.0 38.0250 1.0505
198 37.1 38.5239 2.0275
264 37.6 39.0140 1.9995
330 37.9 39.4955 2.5457
396 38.3 39.9685 2.7839
462 38.7 40.4331 3.0037
528 39.2 40.8896 2.8546
594 39.6 41.3379 3.0204
660 40.0 41.7784 3.1626
726 40.4 42.2110 3.2799
792 40.7 42.6361 3.7484
858 41.2 43.0536 3.4359
924 41.5 43.4638 3.8564
990 41.9 43.8667 3.8679
1056 42.3 44.2625 3.8514
1122 42.1 43.8490 3.0591
1188 41.9 43.4428 2.3803
1254 41.7 43.0438 1.8059
1320 41.4 42.6519 1.5672
1386 41.2 42.2668 1.1381
1452 40.9 41.8886 0.9773
1518 40.7 41.5170 0.6675
1584 40.4 41.1520 0.5655
1650 40.2 40.7934 0.3522
1716 40.0 40.4412 0.1947
1782 39.9 40.0952 0.0381
1848 39.6 39.7553 0.0241
1914 39.4 39.4214 0.0005
1980 39.1 39.0934 0.0000
2046 38.9 38.7711 0.0166
2112 38.7 38.4546 0.0602
34
2178 38.6 38.1437 0.2082
2244 38.4 37.8382 0.3156
2310 38.1 37.5382 0.3156
2376 37.9 37.2434 0.4311
2442 37.7 36.9539 0.5567
2508 37.5 36.6694 0.6899
2574 37.3 36.3900 0.8281
2640 37.0 36.1155 0.7823
2706 36.8 35.8459 0.9104
2772 37.0 36.3833 0.3803
2838 37.4 36.9112 0.2389
2904 37.8 37.4298 0.1370
2970 38.2 37.9393 0.0680
3036 38.7 38.4397 0.0677
3102 38.9 38.9314 0.0010
3168 39.3 39.4143 0.0131
3234 39.8 39.8887 0.0079
3300 40.2 40.3547 0.0239
3366 40.5 40.8126 0.0977
3432 41.0 41.2623 0.0688
3498 41.3 41.7041 0.1633
3564 41.7 42.1381 0.1919
3630 42.1 42.5644 0.2157
3696 42.4 42.9832 0.3401
3762 42.1 42.5923 0.2423
3828 41.8 42.2083 0.1667
3894 41.5 41.8311 0.1096
3960 41.2 41.4605 0.0679
4026 40.9 41.0965 0.0386
4092 40.7 40.7389 0.0015
4158 40.5 40.3877 0.0126
4224 40.3 40.0426 0.0663
4290 40.0 39.7036 0.0878
4356 39.7 39.3706 0.1085
4422 39.5 39.0435 0.2084
4488 39.3 38.7222 0.3339
4554 39.1 38.4065 0.4809
4620 38.9 38.0964 0.6457
4686 38.8 37.7918 1.0164
35
4752 38.7 37.4926 1.4579
4818 38.3 37.1986 1.2130
4884 38.1 36.9099 1.4164
4950 37.9 36.6262 1.6226
5016 37.7 36.3475 1.8292
5082 37.4 36.0738 1.7588
5148 37.1 35.8049 1.6773
5214 37.0 35.5407 2.1295
MSE 0.9072
d. Perhitungan suhu percobaan dan suhu perhitungan dengan asumsi Q loss fungsi suhu
Tabel VI. Data Suhu Percobaan dan Perhitungan serta MSE Asumsi Q loss fungsi
suhu pada ∆T=3ᴼC
𝟐
Waktu, s T Percobaan, ᴼC T Hitungan, ᴼC (𝑻𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 − 𝑻𝒑𝒆𝒓𝒄𝒐𝒃𝒂𝒂𝒏)
0 24.4 24.4000 0.0000
66 24.7 25.1718 0.2226
132 24.9 25.9147 1.0296
198 25.3 26.6297 1.7680
264 25.9 27.3178 2.0102
330 26.5 27.9801 2.1907
396 27.1 28.6175 2.3029
462 27.7 29.2310 2.3440
528 28.3 29.8215 2.3149
594 28.9 30.3898 2.2195
660 29.6 30.9367 1.7869
726 30.1 31.4632 1.8582
792 30.6 31.9698 1.8764
858 31.2 32.4575 1.5812
924 31.7 32.9268 1.5050
990 32.3 33.3785 1.1632
1056 32.8 33.8133 1.0267
1122 33.4 34.2317 0.6917
1188 33.9 34.6344 0.5393
1254 34.5 35.0220 0.2725
1320 34.9 35.3950 0.2451
1386 35.3 35.7541 0.2062
1452 35.9 36.0996 0.0399
1518 36.3 36.4322 0.0175
36
1584 36.9 36.7523 0.0218
1650 37.3 37.0604 0.0574
1716 37.8 37.3569 0.1963
1782 38.2 37.6423 0.3110
1848 38.6 37.9170 0.4665
1914 39.1 38.1813 0.8439
1980 39.5 38.4358 1.1326
2046 39.8 38.6807 1.2529
2112 40.2 38.9163 1.6478
2178 40.3 39.1432 1.3382
2244 40.1 38.9196 1.3934
2310 39.9 38.7043 1.4296
2376 39.7 38.4972 1.4467
2442 39.6 38.2978 1.6956
2508 39.4 38.1060 1.6745
2574 39.1 37.9213 1.3893
2640 38.8 37.7436 1.1161
2706 38.6 37.5725 1.0558
2772 38.4 37.4078 0.9844
2838 38.1 37.2494 0.7235
2904 38 37.0969 0.8156
2970 37.7 36.9501 0.5624
3036 37.5 36.8088 0.4777
3102 37.3 36.6728 0.3933
3168 37 36.5420 0.2098
3234 37 36.4160 0.3410
3300 37 36.9467 0.0028
3366 37.3 37.4575 0.0248
3432 37.7 37.9491 0.0621
3498 38.2 38.4223 0.0494
3564 38.6 38.8777 0.0771
3630 39 39.3160 0.0998
3696 39.5 39.7378 0.0565
3762 39.8 40.1438 0.1182
3828 40.1 40.5345 0.1888
3894 40.3 40.9106 0.3729
3960 40.1 40.6516 0.3042
4026 39.9 40.4022 0.2522
4092 39.7 40.1622 0.2136
37
4158 39.5 39.9312 0.1860
4224 39.2 39.7089 0.2590
4290 39 39.4950 0.2450
4356 38.8 39.2890 0.2391
4422 38.6 39.0908 0.2409
4488 38.4 38.9001 0.2501
4554 38.1 38.7165 0.3800
4620 37.9 38.5398 0.4093
4686 37.7 38.3697 0.4485
4752 37.6 38.2060 0.3672
4818 37.3 38.0485 0.5602
4884 37.2 37.8968 0.4856
MSE 0.7744
Tabel VII. Data Suhu Percobaan dan Perhitungan serta MSE Asumsi Q loss
fungsi suhu pada ∆T=5ᴼC
𝟐
Waktu, s T Percobaan, ᴼC T Hitungan, ᴼC (𝑻𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 − 𝑻𝒑𝒆𝒓𝒄𝒐𝒃𝒂𝒂𝒏)
0 37.0 37.0000 0.0000
66 36.8 37.4185 0.3825
132 37.0 37.8208 0.6738
198 37.1 38.2077 1.2271
264 37.6 38.5798 0.9599
330 37.9 38.9375 1.0764
396 38.3 39.2815 0.9632
462 38.7 39.6122 0.8321
528 39.2 39.9302 0.5332
594 39.6 40.2360 0.4045
660 40.0 40.5301 0.2810
726 40.4 40.8128 0.1704
792 40.7 41.0847 0.1480
858 41.2 41.3461 0.0214
924 41.5 41.5975 0.0095
990 41.9 41.8392 0.0037
1056 42.3 42.0716 0.0521
1122 42.1 41.7765 0.1047
1188 41.9 41.4927 0.1659
1254 41.7 41.2198 0.2306
38
1320 41.4 40.9574 0.1959
1386 41.2 40.7050 0.2450
1452 40.9 40.4624 0.1915
1518 40.7 40.2291 0.2217
1584 40.4 40.0048 0.1562
1650 40.2 39.7891 0.1688
1716 40.0 39.5817 0.1750
1782 39.9 39.3823 0.2681
1848 39.6 39.1905 0.1677
1914 39.4 39.0061 0.1552
1980 39.1 38.8288 0.0736
2046 38.9 38.6583 0.0584
2112 38.7 38.4944 0.0423
2178 38.6 38.3367 0.0693
2244 38.4 38.1852 0.0462
2310 38.1 38.0394 0.0037
2376 37.9 37.8993 0.0000
2442 37.7 37.7645 0.0042
2508 37.5 37.6349 0.0182
2574 37.3 37.5103 0.0442
2640 37.0 37.3905 0.1525
2706 36.8 37.2753 0.2259
2772 37.0 37.6880 0.4734
2838 37.4 38.0848 0.4690
2904 37.8 38.4664 0.4441
2970 38.2 38.8333 0.4011
3036 38.7 39.1861 0.2363
3102 38.9 39.5253 0.3910
3168 39.3 39.8515 0.3041
3234 39.8 40.1651 0.1333
3300 40.2 40.4667 0.0711
3366 40.5 40.7567 0.0659
3432 41.0 41.0356 0.0013
3498 41.3 41.3037 0.0000
3564 41.7 41.5615 0.0192
3630 42.1 41.8094 0.0845
3696 42.4 42.0478 0.1241
3762 42.1 41.7531 0.1203
3828 41.8 41.4698 0.1090
39
3894 41.5 41.1973 0.0916
3960 41.2 40.9354 0.0700
4026 40.9 40.6835 0.0469
4092 40.7 40.4413 0.0669
4158 40.5 40.2084 0.0850
4224 40.3 39.9844 0.0996
4290 40.0 39.7691 0.0533
4356 39.7 39.5620 0.0190
4422 39.5 39.3629 0.0188
4488 39.3 39.1715 0.0165
4554 39.1 38.9874 0.0127
4620 38.9 38.8104 0.0080
4686 38.8 38.6402 0.0255
4752 38.7 38.4766 0.0499
4818 38.3 38.3192 0.0004
4884 38.1 38.1679 0.0046
4950 37.9 38.0224 0.0150
5016 37.7 37.8825 0.0333
5082 37.4 37.7479 0.1211
5148 37.1 37.6186 0.2689
5214 37.0 37.4942 0.2442
MSE 0.1965
40