Disusun Oleh :
Elan Patria Nusadi
Group : 1/Rabu
Rekan Kerja : Narindra Putri Cendekia
Rizky Kurniawan Tanjung
Semarang, …………….2021
Mengesahkan,
Dosen Pengampu
ii
RINGKASAN
Aliran fluida merupakan salah satu pengetahuan dalam teknik kimia yang
membahas mengenai perilaku fluida pada kondisi yang dinamis, karena teknik
kimia erat kaitannya dengan proses, dan proses secara tersirat menjelaskan
perubahan dan pada dasarnya bersifat dinamis. Fluida / zat alir adalah zat yang
bisa mengalir. Fluida dapat berupa zat cair ataupun gas. Berdasarkan pengaruh
bila mendapatkan perubahan tekanan fluida diklaisfikasikan menjadi 2 jenis, yaitu
fluida tak mampat dan mampat. Berdasarkan kekentalan terdiri dari fluida Newton
dan non-Newton. Berdasarkan olakan terdiri dari aliran laminar dan turbulen.
Pada percobaan ini dirancang sistem pengaliran fluida cair (air) secara
tertutup, melalui sistem perpipaan yang terdiri dari pipa lurus, fitting dan pompa.
Sistem perpipaan dilengkapi dengan sistem recycle dan dilengkapi dengan kran-
kran. Dipasang juga manometer untuk mengetahui besarnya hilang tekan pada
pipa lurus maupun fitting pada setiap harga bilangan Reynold yang divariasi.
Kemudian menghitung faktor friksi pada pipa lurus dan panjang ekivalensi pada
fitting. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air. Alat utama yang
digunakan meliputi bak air, pompa, dan sistem perpipaan. Prosedur percobaannya
meliputi tahap persiapan dan operasi..
Setelah dilakukan percobaan didapatkan kesimpulan bahwa semakin kecil
bilangan Reynold maka semakin kecil faktor friksinya, fouling factor yang akan
menyebabkan adanya perbedaan panjang apda panjang ekivalen praktis dan
teoritis, peningkatan laju alir yang menyebabkan peningkatan nilai bilangan
Reynold dan perubahan sifat aliran yang mengalir dalam pipa serta semakin tinggi
laju alir, maka pressure drop akan meningkat. Adapula saran pada praktikum ini
yakni penjelasan lembar perhitungan excel dapat lebih diperinci lagi, pelaksanaan
pretest online menggunakan sarana jamboard agar lebih interaktif dan diadakan
penjelasan lembar perhitungan tersendiri berupa video.
iii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat
– Nya, laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia dengan judul “Aliran Fluida”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat memenuhi mata
kuliah wajib pada jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Dalam penyusunan laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia ini, penyusun
mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga
penyusun mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada :
1. Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.T. selaku penanggungjawab
Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
2. Prof. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng., Ph.D. selaku dosen pengampu
materi Aliran Fluida.
3. Marissa Widiyanti, S.T., M. T. dan Murdiyono selaku Laboran
Laboratorium Operasi Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
4. Nadya Chairunnisa selaku koordinator asisten Laboratorium Operasi
Teknik Kimia.
5. Nadya Chairunnisa dan Asri Anggitya Hanifan selaku asisten pengampu
materi Aliran Fluida.
6. Seluruh asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
7. Teman – teman dan pihak lain yang telah membantu secara langsung
maupun tidak langsung.
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang membangun akan sangat bermanfaat bagi penyusun.
Terlepas dari ketidaksempurnaan laporan ini, penyusun berharap laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhir kata, semoga ini dapat menambah
ilmu serta berguna bagi banyak orang.
Semarang, November 2021
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB V PENUTUP ................................................................................................21
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 21
5.2 Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hubungan bilangan Reynold (Re) terhadap faktor friksi (f) pada pipa
besar .......................................................................................................12
Tabel 4.2 Hubungan bilangan Reynold (Re) terhadpa faktor friksi (f) pada pipa
kecil........................................................................................................13
Tabel 4.3 Perbandingan Le/D praktis dan Le/D teoritis.........................................15
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR PERHITUNGAN
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI
ix
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1
2. Dapat menghitung bilangan Reynold pada setiap perubahan debit aliran.
3. Dapat menghitung hilang tekan (pressure drop) dari aliran dengan
membaca beda tinggi manometer.
4. Dapat menganalisa dan mengumpulkan hasil percobaan, dengan
menghitung friksi dan faktor friksi pipa.
5. Dapat menghitung panjang ekuivalen dari fitting yang berupa kran (valve),
pembesaran (sudden enlargement), pengecilan (sudden contraction),
bengkokan (elbow) dan sambungan (flange).
6. Mampu menjelaskan hubungan antara laju alir dengan bilangan Reynold
dan hilang tekan.
7. Mampu membuat laporan praktikum aliran fluida.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Fluida Newton (Newtonian Fluid)
Yaitu zat cair yang dalam keadaan mengalir, antara tegangan geser (shear
stress) yang terjadi memberikan hubungan linier/garis lurus dengan
deformasi kecepatan/gradien kecepatan dari pola alirannya, yang
termasuk fluida newton adalah fluida yang kekentalannya rendah/encer.
2. Fluida Non Newton (Non Newtonian Fluid)
Yaitu jika suatu zat cair yang mengalir memberikan hubungan yang tidak
linier (kurva lengkung), yang termasuk fluida non newton adalah fluida
kental (pekat).
Aliran fluida cair dalam pipa, apabila ditinjau dari kestabilan kapasita s
atau debitnya, dibagi 2 jenis, yaitu :
1. Aliran dalam keadaan stabil (steady state), apabila debitnya selama
waktu yang ditinjau adalah tetap.
2. Aliran dalam keadaan tak stabil (unsteady state), apabila debitnya tidak
tetap/berubah.
Sedangkan tipe aliran apabila ditinjau dari olakan yang terjadi dibagi 2 jenis,
yaitu :
1. Aliran laminar; bila partikel fluida bergerak dalam lintasan lintasan yang
paralel, dengan kecepatan rendah sehingga tidak terjadi arus olakan.
2. Aliran turbulen; bila partikel fluida bergerak dalam lintasan lintasan tak
teratur dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi arus olakan.
Untuk mengetahui tipe aliran fluida dalam pipa, cara yang paling
mudah adalah dengan menghitung bilangan Reynold (Re) menurut Giles
(1997) dalam buku Fluid Mechanics and Hydraullic. 2nd ed. New York: Mc
Graw Hill Book. Co.
𝜌𝐷𝑉
𝑅𝑒 = (2.1)
𝜇
(Giles, 1997)
Dimana : Di = diameter dalam pipa
ρ = rapat massa fluida
V = laju alir fluida
µ = viskositas fluida
Ketentuan aliran fluida dalam pipa :
4
Re < 2000 tipe aliran laminar
Re 2000-3000 tipe aliran transisi
Re > 3000 tipe aliran turbulen
Sistem pemipaan untuk aliran fluida terdiri dari pipa lurus dan juga
dilengkapi dengan fitting, antara lain : sambungan pipa, bengkokan,
pembesaran, pengecilan, kran dan sebagainya. Pada fluida yang mengalir
dalam pipa. Dari neraca massa diperoleh persamaan kontinuitas yang intinya
kapasitas massa atau debit tetap, sedang dari neraca energi diperoleh
persamaan energi yang sering disebut sebagai persamaan Bernoulli, yaitu :
𝑔 ∆𝑉2 ∆𝑃
∆𝐸 + ∆𝑍 + + + 𝑄 + ∑ 𝐹 = −𝑊𝑓 (2.2)
𝑔𝑐 2𝛼𝑔𝑐 𝜌
Keterangan :
∆𝐸 = beda tenaga dakhil
𝑔
∆𝑍 𝑔𝑐 = beda tenaga potensial
∆𝑉2
= beda tenaga kinetis
2𝛼𝑔𝑐
∆𝑃
= beda tenaga tekan
𝜌
(Giles, 1997)
Dimana :
∆𝑃 = hilang tekan (pressure drop)
𝑅 = manometer reading (beda tinggi permukaan) fluida pengukur, misal air
raksa
𝜌𝐻 = rapat massa fluida pengukur, misal air raksa
𝜌𝐿 = rapat fluida yang mengalir dalam percobaan, misal air
5
g = gravitasi bumi
(Giles, 1997)
Dimana :
𝐹 = friksi
𝑓 = faktor friksi D’Arcy
𝐿 = panjang pipa
𝑉 = laju alir
𝐷 = diameter dalam pipa
Besarnya nilai faktor friksi (𝑓) bisa dihitung dengan menggunak a n
rumus persaman D’Arcy :
𝐹 2 𝑔𝑐 𝐷
𝑓= (2.6)
𝐿 𝑉2
(Giles, 1997)
Dimana :
𝑓 = faktor friksi D’Arcy
∆𝑃
𝐹 = friksi = 𝜌
6
Friksi fitting dihitung, dengan menyatakan panjang ekuivalen fitting
terhadap pipa lurus. Panjang ekuivalen fitting (Le) adalah ekuivalensinya
terhadap panjang pipa lurus yang diameternya tertentu yang memiliki besar
faktor friksi yang sama. Dengan demikian perhitungan friksi fitting bisa
menggunakan persamaan D’Arcy:
𝐹 2 𝑔𝑐 𝐷
𝐿𝑒 = (2.7)
𝑓 𝑉2
(Giles, 1997)
Dimana :
𝑓 = faktor friksi D’Arcy
∆𝑃
𝐹 = friksi = 𝜌
7
BAB III METODE PERCOBAAN
METODE PERCOBAAN
Pembukaan valve
8
3.1.2. Penetapan Variabel
Variabel berubah : Debit aliran
9
Keterangan :
A : bak air
B : pompa
C : sistem perpipaan
D : kran recycle sering disebut bypass
Keterangan alat ukur/manometer :
1.Kran
2.Pembesaran pipa
3.Bengkokan pipa
4.Pipa lurus datar
5.Sambungan pipa
6.Pengecilan pipa
7.Pipa lurus datar
8.Pipa lurus vertikal
9.Pipa lurus datar
10
6. Catat pembacaan manometer 1 - 9.
7. Ulangi langkah nomor 5 dengan bukaan kran (1) yang berbeda (bila
perlu kran bypass dikecilkan untuk memperbesar debit air) hingga
mendapatkan variasi Reynold aliran laminar, transisi, turbulen.
8. Buat tabel hasil percobaan (debit, R1 s/d R9).
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
0.0045
0.0040
0.0035
0.0030
Faktor Friksi 0.0025
0.0020
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000
Bilangan Reynold
Gambar 4.1 Hubungan bilangan Reynold (Re) terhadap faktor friksi (f) pada
pipa besar
Tabel 4.2 Hubungan bilangan Reynold (Re) terhadpa faktor friksi (f) pada
pipa kecil
No Bilangan Reynold (Re) Faktor friksi rata-rata (f)
1 448,9067391 0,65994
2 857,0037747 0,24321
3 1673,197846 0,08010
4 2081,294881 0,06231
5 2897,488953 0,05389
6 3754,492727 0,05152
7 4162,589763 0,04455
8 5346,071166 0,03020
9 6978,459308 0,01772
10 7794,653379 0,01796
11 8202,750415 0,01893
12 9835,138557 0,01506
13 11100,23937 0,01293
14 12324,53047 0,01139
15 13548,82158 0,01017
13
0.00001
0.00001
0.00001
Faktor Friksi 0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0 5000 10000 15000
Bilangan Reynold
Gambar 4.2 Hubungan bilangan Reynold (Re) terhadap faktor friksi (f) pada
pipa kecil
Grafik dan tabel di atas merupakan hubungan antara bilangan Reynold
dengan faktor friksi pada pipa besar dan pipa kecil. Faktor friksi pipa besar
merupakan faktor friksi pada pipa lurus horizontal dan terhubung pada
manometer 4, sedangkan pada pipa kecil merupakan faktor friksi rata- rata
pipa kecil yang terhubung pada manometer 7, 8, dan 9. Bilangan Reynold
dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝜌 𝐷𝑖 𝑣 (4.1)
𝑅𝑒 =
µ
Dimana :
Di : diameter dalam pipa
ρ : rapat massa fluida
V : laju alir fluida
µ : viskositas fluida
Untuk mengetahui besarnya faktor friksi pada pipa, digunakan persamaan
D’Arcy :
𝑓 𝐿 𝑉2
𝐹= (4.2)
2 𝑔𝑐 𝐷
Dimana :
F : friksi
f : faktor friksi D’arcy
14
D: diameter dalam pipa
L : panjang pipa
(Giles, 1997)
Pada kedua persamaan tersebut menunjukkan hubungan dengan laju alir.
Pada persamaan D’Arcy, laju alir berbanding terbalik dengan nilai faktor
friksi, sedangkan pada persamaan bilangan Reynold, laju alir berbanding lurus
dengan nilai bilangan Reynold. Dapat disimpulkan bahwa faktor friksi
berbanding terbalik dengan bilangan Reynold, semakin besar bilanga n
Reynold maka semakin kecil faktor friksinya (Wibowo, dkk., 2010)
Berdasarkan teori yang telah disampaikan, hasil percobaan telah
menunjukkan kesesuaian dengan teori. Semakin besar bilangan Reynold
maka semakin kecil faktor friksinya (Wibowo, dkk., 2010).
15
dan teoritis pada pembesaran berturut – turut sebesar 25,7360 dan 25. Dapat
dilihat bahwa pada valve dan bengkokan, nilai Le/D praktis lebih kecil
daripada nilai Le/D teoritis, sementara pada sambungan, pengecilan dan
pembesaran, nilai Le/D praktis lebih besar daripada nilai Le/D teoritis.
Berdasarkan teori yang ada, fenomena yang menyebabkan adanya
perbedaan antara panjang ekivalen fitting teori dan praktis adalah karena
adanya efek fouling. Fouling factor adalah konstanta yang menunjukka n
akumulasi dari suatu substansi yang tidak diinginkan pada permukaan pipa
dan dapat menyebabkan turunnya nilai effectiveness pada suatu heat
exchanger (Dharma, 2018). Fouling merupakan fenomena menempel dan
menumpuknya abu pada dinding penghantar panas (super heater maupun
re-heater) yang dipasang di lingkungan (Sumarno dkk., 2014 dalam Hendri
dkk., 2018). Fouling factor dapat disebabkan karena adanya hambatan
dalam heat exchanger yang dipengaruhi oleh jenis fluida, temperatur, jenis
material tube and shell, kecepatan aliran, lamanya operasi (Sebayang, 2019)
dan pengendapan zat padat dalam larutan, pengendapan partikel padat
dalam fluida, adanya reaksi kimia, korosi dan aktivitas biologi (Hendri dkk.,
2018). Berdasarkan persamaan yang ada, panjaang ekivalen fitting (Le)
adalah ekivalensinya terhadap panjang pipa lurus yang diameternya tertentu
dan memiliki besar faktor friksi yang sama. Dengan demikian perhitunga n
friksi fitting bisa menggunakan persamaan D’Arcy :
𝐹 2 𝑔𝑐 𝐷
𝐿𝑒 = (4.3)
𝑓 𝑉2
Keterangan :
Le : panjang diameter ekivalen fitting
f : faktor friksi
D : diameter dalam pipa
V : laju alir
F : friksi
(Giles, 1997)
Sehingga berdasarkan persamaan tersebut, fouling factor sebanding
dengan nilai Le/D dimana semakin besar fouling factor maka panjang
diameter ekivalen fitting juga akan semakin besar.
16
Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan telah sesuai dengan
teori dimana fouling factor akan menyebabkan perbedaan panjang pada
panjang ekivalen praktis dan teoritis.
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 10 20 30 40
Laju Alir (V)
Gambar 4.3 Hubungan laju alir terhadap bilangan Reynold (Re) pada pipa
besar
16000
14000
Bilangan Reynold (Re)
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
0 50 100 150 200
Laju Alir (V)
Gambar 4.4 Hubungan laju alir terhadap bilangan Reynold (Re) pada pipa
kecil
17
Berdasarkan grafik yang disajikan di atas, bisa dilihat bahwa bilanga n
Reynold pada kedua pipa mengalami peningkatan seiring meningkatnya laju
alir. Hubungan keduanya adalah berbanding lurus dan peningkatan laju alir
juga menyebabkan perubahan sifat aliran dalam kedua pipa.
Bilangan Reynold dapat ditentukan dengan persamaan matematis yang
ditulis sebagai berikut.
𝜌𝑣𝐷 (4.4)
𝑅𝑒 =
𝜇
18
50000
45000 Valve (R1)
40000
Pressure Drop 35000 Pembesaran
30000 (R2)
25000
Bengkokan
20000 (R3)
15000
10000 Pipa Lurus
5000 Horizontal
Besar (R4)
0 Sambungan
0 10 20 30 40
Laju Alir
Gambar 4.5 Hubungan laju alir fluida terhadap pressure drop pada pipa
besar
Pengecilan
40000 (R6)
35000
30000 Pipa Lurus
Horizontal
Pressure Drop
Gambar 4.6 Hubungan laju alir fluida terhadap pressure drop pada pipa
kecil
Grafik dan tabel di atas menunjukkan hubungan laju alir dengan
pressure drop pada pipa besar dan pipa kecil. Kedua grafik menunjukka n
peningkatan pressure drop pada masing- masing fitting seiring meningkatnya
laju alir. Nilai pressure drop dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
∆𝑃 𝑠 2 . 𝐾. 𝑣. 𝜇
= 𝑔𝑐 = (4.5)
𝐿 𝑎3
19
Persamaan di atas menunjukkan nilai berbanding lurus antara laju alir
dengan pressure drop. Hal ini berhubungan pula dengan nilai konstanta L, gc,
K, s, dan µ yang akan meningkat seiring dengan meningkatnya pressure drop.
Semakin tinggi kecepatan alir, maka nilai gaya gesek yang terjadi akan
meningkat. Hal ini menyebabkan pressure drop akan meningkat. Sehingga
saat gesekan (friksi) semakin besar maka penurunan tekanan yang terjadi juga
semakin besar (Wibowo, dkk., 2010).
Berdasarkan teori yang telah disampaikan, hasil percobaan telah
menunjukkan kesesuaian dengan teori. Semakin tinggi laju alir, maka
pressure drop akan meningkat.
20
BAB V PENUTUP
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar bilangan Reynold maka semakin kecil faktor friksinya.
2. Fouling factor akan menyebabkan adanya perbedaan panjang pada
panjang ekivalen praktis dan teoritis.
3. Peningkatan laju alir menyebabkan peningkatan nilai bilangan Reynold
dan perubahan sifat aliran yang mengalir dalam pipa.
4. Semakin tinggi laju alir, maka pressure drop akan meningkat.
5.2 Saran
1. Penjelasan lembar perhitungan Excel bisa diperinci lagi seperti cara
bagaimana plotting grafik diameter pipa dengan Le/D
2. Pelaksanaan pretest online menggunakan sarana jamboard atau aplikasi
sejenis agar lebih interaktif
3. Sebaiknya penjelasan lembar perhitungan dibuat video tersendiri.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Materi :
Kristalisasi
Disusun Oleh :
Narindra Putri Cendekia
Group : 1 / Rabu
Rekan Kerja : Elan Patria Nusadi
Rizky Kurniawan Tanjung
R (cm)
Q (ml/s)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2,2 0,6 0,02 0,02 0,2 0,02 0,02 0,2 0,2 0,2
4,2 0,6 0,02 0,02 0,2 0,02 0,02 0,2 0,4 0,2
8,2 0,6 0,02 0,04 0,2 0,04 0,02 0,2 0,6 0,2
10,2 0,8 0,04 0,04 0,2 0,04 0,04 0,4 0,6 0,2
14,2 0,8 0,04 0,06 0,2 0,04 0,04 0,6 0,6 0,8
18,4 1,2 0,06 0,06 0,4 0,06 0,06 1,2 1 1
20,4 1,2 0,08 0,08 0,4 0,06 0,08 1,2 1 1,2
26,2 1,4 0,1 0,1 0,4 0,08 0,08 1,4 1,2 1,2
34,2 1,6 0,1 0,1 0,6 0,08 0,1 1,4 1,2 1,2
38,2 1,8 0,2 0,2 0,6 0,1 0,1 1,6 1,6 1,6
40,2 2 0,2 0,2 0,8 0,2 0,2 2 1,6 2
48,2 2,4 0,4 0,4 0,8 0,2 0,2 2,2 2 2,2
54,4 2,8 0,4 0,4 1,2 0,4 0,2 2,4 2,2 2,4
60,4 3,2 0,6 0,6 1,2 0,4 0,4 2,6 2,4 2,6
66,4 3,8 0,6 0,6 1,4 0,4 0,4 3 2,6 2,6
LEMBAR PERHITUNGAN
R (cm)
Q (ml/s)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2,2 0,60 0,02 0,02 0,20 0,02 0,02 0,20 0,20 0,20
4,2 0,60 0,02 0,02 0,20 0,02 0,02 0,20 0,40 0,20
8,2 0,60 0,02 0,04 0,20 0,04 0,02 0,20 0,60 0,20
10,2 0,80 0,04 0,04 0,20 0,04 0,04 0,40 0,60 0,20
14,2 0,80 0,04 0,06 0,20 0,04 0,04 0,60 0,60 0,80
18,4 1,20 0,06 0,06 0,40 0,06 0,06 1,20 1,00 1,00
20,4 1,20 0,08 0,08 0,40 0,06 0,08 1,20 1,00 1,20
26,2 1,40 0,10 0,10 0,40 0,08 0,08 1,40 1,20 1,20
34,2 1,60 0,10 0,10 0,60 0,08 0,10 1,40 1,20 1,20
38,2 1,80 0,20 0,20 0,60 0,10 0,10 1,60 1,60 1,60
40,2 2,00 0,20 0,20 0,80 0,20 0,20 2,00 1,60 2,00
48,2 2,40 0,40 0,40 0,80 0,20 0,20 2,20 2,00 2,20
54,4 2,80 0,40 0,40 1,20 0,40 0,20 2,40 2,20 2,40
60,4 3,20 0,60 0,60 1,20 0,40 0,40 2,60 2,40 2,60
66,4 3,80 0,60 0,60 1,40 0,40 0,40 3,00 2,60 2,60
Q R(7)
Variabel V (cms) Re ΔP F f(7)
(ml/s) (cm)
2. Pembesaran (R2)
Q
Re R(2) ΔP F f(4) Le Le/D
(m/s)
2,2 193,9054 0,02 247,2932 251,5698881 39,433 16 10,1272
4,2 370,1831 0,02 247,2932 251,5698881 10,82 16 10,1272
8,2 722,7385 0,02 247,2932 251,5698881 2,8385 16 10,1272
10,2 899,0162 0,04 494,5864 503,1397762 1,8345 32 20,2544
14,2 1251,5715 0,04 494,5864 503,1397762 0,9465 32 20,2544
18,4 1621,7547 0,06 741,8796 754,7096643 1,1275 24 15,1908
20,4 1798,0324 0,08 989,1728 1006,279552 0,9172 32 20,2544
26,2 2309,2377 0,1 1236,466 1257,84944 0,5561 40 25,3181
34,2 3014,3484 0,1 1236,466 1257,84944 0,4895 26,6666667 16,8787
38,2 3366,9038 0,2 2472,932 2515,698881 0,3924 53,3333333 33,7574
40,2 3543,1815 0,2 2472,932 2515,698881 0,4724 40 25,3181
48,2 4248,2923 0,4 4945,864 5031,397762 0,3286 80 50,6461
54,4 4794,7531 0,4 4945,864 5031,397762 0,387 53,3333333 33,7574
60,4 5323,5862 0,6 7418,796 7547,096643 0,3139 80 50,6361
66,4 5852,4192 0,6 7418,796 7547,096643 0,303 68,5714286 43,4024
Le/D rata - rata 25,7360
𝐷12
Le/D teoritis :K : (1 − (𝐷22 ))2
0,6832
: (1 − (1,57992 ))2
: 0,965
ID pipa kecil (D1) : 0,683 cm
ID pipa besar (D2) :1,5799 cm
K : 0,965
Le/D teoritis : didapat dari grafik
3. Bengkokan (R3)
Q Re R (3) ΔP F f(4) Le Le/D
2,2 193,91 0,02 247,293 251,570 39,4335 16,00 10,1272
4,2 370,18 0,02 247,293 251,570 10,8196 16,00 10,1272
8,2 722,74 0,04 494,586 503,140 2,8385 32,00 20,2544
10,2 899,02 0,04 494,586 503,140 1,8345 32,00 20,2544
14,2 1251,57 0,06 741,880 754,710 0,9465 48,00 30,3817
18,4 1621,75 0,06 741,880 754,710 1,1275 24,00 15,1908
20,4 1798,03 0,08 989,173 1006,280 0,9172 32,00 20,2544
26,2 2309,24 0,1 1236,466 1257,849 0,5561 40,00 25,3181
34,2 3014,35 0,1 1236,466 1257,849 0,4895 26,67 16,8787
38,2 3366,90 0,2 2472,932 2515,699 0,3924 53,33 33,7574
40,2 3543,18 0,2 2472,932 2515,699 0,4724 40,00 25,3181
48,2 4248,29 0,4 4945,864 5031,398 0,3286 80,00 50,6361
54,4 4794,75 0,4 4945,864 5031,398 0,3870 53,33 33,7574
60,4 5323,59 0,6 7418,796 7547,097 0,3139 80,00 50,6361
66,4 5852,42 0,6 7418,796 7547,097 0,3030 68,57 43,4024
Le/D rata - rata 27,086
4. Sambungan (R5)
Q Re R(5) ΔP F f(4) Le Le/D
2,2 193,91 0,02 247,293 251,570 39,4335 16 10,1272
4,2 370,18 0,02 247,293 251,570 10,8196 16,00 10,1272
8,2 722,74 0,04 494,586 503,140 2,8385 32,00 20,2544
10,2 899,02 0,04 494,586 503,140 1,8345 32,00 20,2544
14,2 1251,57 0,04 494,586 503,140 0,9465 32,00 20,2544
18,4 1621,75 0,06 741,880 754,710 1,1275 24,00 15,1908
20,4 1798,03 0,06 741,880 754,710 0,9172 24,00 15,1908
26,2 2309,24 0,08 989,173 1006,280 0,5561 32,00 20,2544
34,2 3014,35 0,08 989,173 1006,280 0,4895 21,33 13,5030
38,2 3366,90 0,1 1236,466 1257,849 0,3924 26,67 16,8787
40,2 3543,18 0,2 2472,932 2515,699 0,4724 40,00 25,3181
48,2 4248,29 0,2 2472,932 2515,699 0,3286 40,00 25,3181
54,4 4794,75 0,4 4945,864 5031,398 0,3870 53,33 33,7574
60,4 5323,59 0,4 4945,864 5031,398 0,3139 53,33 33,7574
66,4 5852,42 0,4 4945,864 5031,398 0,3030 45,71 28,9349
Le/D rata- rata 20,6081
5. Pengecilan (R6)
Q Re R(6) ΔP F f Avg Le Le/D
2,2 448,91 0,02 247,293 143,737 0,6599 8,234 12,0561
4,2 857,00 0,02 247,293 143,737 0,2432 6,131 8,9761
8,2 1673,20 0,02 247,293 143,737 0,0801 4,883 7,1495
10,2 2081,29 0,04 494,586 395,307 0,0623 11,159 16,3381
14,2 2897,49 0,04 494,586 395,307 0,0539 6,657 9,7464
18,4 3754,49 0,06 741,880 646,877 0,0515 6,786 9,9358
20,4 4162,59 0,08 989,173 898,446 0,0445 8,868 12,9840
26,2 5346,07 0,08 989,173 898,446 0,0302 7,930 11,6111
34,2 6978,46 0,1 1236,466 1150,016 0,0177 10,151 14,8622
38,2 7794,65 0,1 1236,466 1150,016 0,0180 8,029 11,7548
40,2 8202,75 0,2 2472,932 2407,866 0,0189 14,401 21,0851
48,2 9835,14 0,2 2472,932 2407,866 0,0151 12,596 18,4424
54,4 11100,24 0,2 2472,932 2407,866 0,0129 11,514 16,8577
60,4 12324,53 0,4 4945,864 4923,565 0,0114 21,680 31,7429
66,4 13548,82 0,4 4945,864 4923,565 0,0102 20,091 29,4154
Le/D rata-rata 15,5305
D22
Le/D Teoritis = K = 0,4 × (1 − )
D21
6. Persen error
Le/D
Fitting Le/D teoritis %Error
praktis
Valve 306,389 340 9,885679275
Bengkokan 27,0863 30 9,71232189
Sambungan 20,6081 20 3,040477748
Pengecilan 15,5305 13 19,46555311
Pembesaran 25,7360 25 2,944028003
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN