Anda di halaman 1dari 72

Pemeriksaan I Pemeriksaan II

Nama/Paraf Assisten & Stempel Lab. OTK

Terlambat : hari
(Paraf dan stempel pada saat laporan di kumpulkan)
FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

LEMBAR PENUGASAN
Program *) : - TK.404 Lab. Operasi Teknik Kimia I
- TK.405 Lab. Operasi Teknik Kimia II

Percobaan No. 14
Nama Percobaan : ALIRAN FLUIDA

DITUGASKAN KEPADA KELOMPOK NO: 13B


NIM : 3335190094 Nama : Berliana Tristati
NIM : 3335190095 Nama : Catur Tegar H
NIM : 3335190100 Nama : Chany Putri

Praktikum Tanggal : 29 Oktober 2021


Sifat Tugas : Biasa/ Ulangan/ Perbaikan

Keterangan Tugas:

Cilegon, ......................... 2021

(Dr. Indar Kustiningsih, S.T., M.T..)

NIP: 197607052002122002

Form. 01/Lab OTK/2021


LEMBAR PENGESAHAN PEMBICARAAN AWAL
MODUL : Aliran Fluida

Catatan:

Cilegon,17 September 2021 Cilegon, ......................... 2021


Asisten Dosen pembimbing

Ananda Rizki U Dr. Indar Kustiningsih, S.T., M.T.


3335180023 NIP. 197607052002122002
LEMBAR PENGESAHAN PEMBICARAAN AKHIR
MODUL : Aliran Fluida

Catatan:

Cilegon, ......................... 2021


Dosen pembimbing

Dr. Indar Kustiningsih, S.T., M.T.


NIP. 197607052002122002
RINGKASAN

Fluida merupakan suatu zat dapat berupa cairan ataupun gas yang mengalir
namun tidak dapat menaham bentuknya secara permanen, sehingga menyebabkan
fluida mengalami perubahan bentuk yang mengikuti ruang yang ditempatinya.
Dalam sistem atau instalasi perpipaan aliran fluida terbagi menjadi dua, yaitu aliran
laminar dan aliran turbulensi. Tujuan praktikum percobaan aliran fluida adalah
untuk dapat memahami sifat suatu fluida dalam sistem perpipaan serta menentukan
pressure drop dan friction loss di dalam aliran fluida yang dipengaruhi oleh
kelengkapan-kelengkapan seperti elbow, fitting, gate valve, globe valve dan
perubahan luas permukaan. Pengaplikasin dari aliran fluida yaitu pada industri
makanan dan minuman serta dalam chemical processing yang biasanya digunakan
untuk memodelkan proses kimia ke dalam aliran fluida mixing tank dan juga aliran
multiphase yang saling bereaksi. Prosedur percobaan ini dilakukan dengan tahapan
persiapan atau preparasi alat, selanjutnya melakukan kalibrasi alat. Setelah itu
melakukan percobaan dengan variasi panjang pipa, diameter pipa, kelengkapan
pipa dan bukaan valve.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBICARAAN AWAL .................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBICARAAN AKHIR..................................iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Percobaan ............................................................................ 2
1.4 Ruang Lingkup ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida ............................................................................................... 3


2.2 Tipe Aliran Fludia ........................................................................... 4
2.3 Bilangan Reynold............................................................................ 5
2.4 Sistem Perpipaan ............................................................................. 7
2.5 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida ......................................................... 8
2.6 Head Loss ...................................................................................... 11
2.7 Pressure Drop ................................................................................ 14
2.8 Review Jurnal ................................................................................ 15
2.8.1 Review Jurnal mengenai “Analisis Pengaruh………’ .......... 15
2.8.2 Review Jurnal mengenai “Pengaruh Laju Aliran….” .......... 17
2.8.3 Review Jurnal mengenai “Analisa Head Losses...…”...........18
2.8.4 Review Jurnal mengenai “Analisis Perbedaan….…” ........... 19
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir ................................................................................... 20
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 23
v
3.2.1 Alat ................................................................................... 23
3.2.2 Bahan ............................................................................... 24
3.3 Prosedur Percobaan ........................................................................ 24
3.4 Gambar Alat ................................................................................... 24
3.5 Variabel Percobaan ........................................................................ 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil……………………………………………………………….
4.2 Pembahasan……………………………………………………….
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Venturimeter ..................................................................................... 9


Gambar 2 Nozzle .............................................................................................11
Gambar 3 Pitot Tube ........................................................................................ 11
Gambar 4 Diagram Moody .............................................................................. 12
Gambar 5 Diagram Alir Kalibrasi ................................................................... 20
Gambar 6 Diagram Alir Variasi Panjang Pipa ................................................ 21
Gambar 7 Diagram Alir Variasi Diameter Pipa .............................................. 22
Gambar 8 Diagram Alir Variasi Kelengkapan Pipa.........................................23
Gambar 9 Rangkaian alat aliran fluida ............................................................ 26

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenomena mengenai aliran fluida banyak dan sering kita jumpai di
dalam kehidupan sehari-hari, dimana aliran fluida ini erat kaitannya dengan
fluida. Fluida merupakan suatu zat yang dapat mengalir namun tidak dapat
menaham bentuknya secara permanen, hal inilah yang menyebabkan fluida
mengalami perubahan bentuk yang mengikuti ruang yang ditempatinya. Sistem
transportasi fluida atau dikenal juga dengan mekanika fluida memiliki peranan
penting dalam sebuah indsutri.
Pengaplikasian dari mekanika fluida banyak ditemukan dalam industri-
industri dan bidang lainnya yang menggunakan fluida sebagai bahan baku
dalam prosesnya seperti pada industi kimia, industri makanan dan minuman,
juga dalam bidang pertanian, bidang kesehatan atau dalam kedokteran, dalam
bidang industri perminyakan (pengeboran dikilang minyak) serta berperan
penting dalam perancangan sebuah sistem perpipaan. Proses di dalam industri
kimia sering menggunakan pengaliran fluida menggunakan pipa sebagai
peralatan yang berfungsi untuk mengalirkan suatu fluida didalamnya. Dalam
penerapannya fluida yang mengalir pada pipa akan mengalami kehilangan
energi yang terjadi karena adannya gesekan antara fluida dengan fluida ataupun
dengan pipa yang menyebabkan aliran dari fluida tersebut akan terpengaruhi.
Peran seorang chemical engineering atau sarjana teknik kimia dalam hal ini
sangatlah penting yaitu untuk mengetahi dan juga mengetahui dan memodelkan
proses kimia dalam aliran fluida yang terjadi dari sebuah kasus tertentu yang
terjadi di lapangan atau industri seperti dalam sistem perpipaan, aliran fluida
pada mixing tank dan aliran fluida multiphase yang memperlihatkan beberapa
fase yang saling bereaksi didalamnya. Untuk dapat mengetahui mengenai aliran
fluida, mekanika fluida dan proses didalamnya maka dilakukanlah praktikum
percobaan aliran fluida ini untuk dapat memahami sifat suatu fluida yang
2

dipengaruhi tekanan, menghitung laju alir, menghitung energi pada sistem


perpipaan, kasus gesekan pada sistem perpipaan serta efisiensi pompa.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum percobaan aliran fluida ini adalah
memahami sifat suatu fluida atau aliran fluida dalam sistem perpipaan serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya, bagaimana perhitungan dalam laju alir
dan mengetahui penyebab gesekan pada sistem perpipaan.

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk dapat memahami sifat
suatu fluida dalam sistem perpipaan beserta kelengkapan-kelengkapan seperti
elbow, fitting, valve dan perubahan luas permukaan pipa serta menentukan
pressure drop.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada percobaan ini adalah menggunakan metode
pengaliran fluida pada sistem perpipaan. Bahan yang digunakan adalah air.
Percobaan ini dilakukan pada Laboraturium Operasi Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida merupakan sebuah zat yang mampu mengalir, baik berupa cairan
maupun gas. Fluida mengubah bentuknya dengan mudah dan pada kasus mengenai
gas, memiliki volume yang sama dengan volume aduk yang membatasi gas
tersebut. Penggunaan mekanika fluida pada sebuah medium kontinyu, baik benda
padat ataupun fluida, yaitu berdasarkan pada hukum gerak newton yang
digabungkan dengan hukum gaya yang sesuai. Chorlton (1967), mengartikan fluida
sebagai zat yang mengalami perubahan bentuk jika terkena tekanan, walaupun
tekanan tersebut sangat kecil. Fluida diartikan juga sebagai sebuah struktur molekul
pada media yang kontinyu dimana untuk memodelkan fluida secara matematis,
maka fluida tersebut diasumsikan sebagai media kontinyu.
Sebuah massa fluida yang mengalir dapat dipisahkan menjadi tabung aliran.
jika aliran tersebut tunak, waktu tabung-tabung tetap tidak berubah bentuknya dan
fluida yang ada di dalam suatu keadaan pada sebuah tatung akan tetap berada dalam
tabung ini seterusnya. Kecepatan suatu fluida di dalam tabung aliran akan sejajar
dengan tabung namun memiliki besar berbanding terbalik dengan luas
penampangnya. Konsep aliran fluida yang berkaitan dengan aliran fluida dalam
pipa yaitu sebagai berikut :
1. Hukum Kekekalan Massa
2. Hukum Kekekalan Energi
3. Hukum Kekekalan Momentum
4. Katup
5. Orifacemeter
6. Arcameter (rotarimeter)

Sistem perpipaan ditemukan pada setiap bidang industri dimulai dari


sistem pipa tunggal yang sederhana hingga dengan sistem pipa bercabang yang
kompleks. Contoh dari sistem perpipaan, diantaranya yaitu pada sistem
4

pengangkutan minyak dari sumur bor ke tandon atau tangki penyimpan, sistem
distribusi air minum pada gedung atau kota sistem penyaluran minyak, sistem
distribusi udara pendingin pada gedung, dan juga pada sistem distribusi uap pada
proses pengeringan serta lainnya. Sistem perpipaan dalam suatu insdustri meliputi
semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi akhir atau tujuan, yaitu
saringan (strainer), katup atau valve, sambungan nosel, dan lain-lain. Sambungan
nosel diantaranya sambungan penampang tetap, sambungan penampang
berubah, sambungan bentuk T ataupun belokan (elbow) .

2.2 Tipe Aliran Fluida


Terdapat tiga tipe aliran fluida pada pipa, yaitu sebagai berikut :
1. Aliran Laminer
Aliran ini adalah tipe aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel-
partikel fluida dapat mengalir secara beraturan dan mengalir sejajar dengan
sumbu pipa. Bilangan Reynold (NRe) menunjukkan besaran atau nilai apakah
fluida itu masuk kedalam laminar, transisi, atau turbulen. Pada aliran laminer
berlaku Bilangan Reynold, NRe< 2100. Dalam keadaan ini juga berlaku
hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida, atau H α
V. Aliran laminar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terjadi pada kecepatan rendah.
b. Fluida akan cenderung mengalir tanpa terjadi pencampuran lateral.
c. Berlapis-lapis seperti kartu.
d. Tidak terjadi arus tegak lurus arah aliran.
e. Tidak ada pusaran (arus Eddy)

2. Aliran Turbulen
Aliran ini adalah tipe aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-
partikel fluida mengalir secara tidak teratur atau acak pada pipa. Bilangan
Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran turbulen besar bilangan
reynoldnya,yaitu NRe> 4000. Dalam keadaan aliran turbulen berlaku hubungan
5

head loss yang nilainya berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat
n, atau H α Vn. Aliran turbulen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terbentuk arus Eddy
b. Terjadi lateral mixing
c. Secara keseluruhan arah aliran tetap sama
d. Distribusi kecepatan lebih uniformatau seragam

3. Aliran Transisi
Aliran Transisi merupakan jenis aliran fluida peralihan dengan besar
kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan turbulen. Aliran transisi
ini dapat berbentuk aliran laminar ataupun berupa aliran turbulen bergantung
dengan pipa dan perlengkapannya. Bilangan Reynold menunjukkan bahwa
besar NRe untuk aliran transisi berlaku hubungan bilangan Reynold, yaitu
2100< NRe< 4000. [1]

2.3 Bilangan Reynold


Bilangan Reynold merupakan bilangan tanpa dimensi yang nilainya
bergantung dengan kekasaran dan kehalusan pipa, sehingga dapat menentukan jenis
aliran pada pipa (Tim Penyusun, 2012). Menurut Profesor Osborne, Reynolds
menyatakan bahwa dalam fluida terdapat dua tipe aliran yang ada pada suatu pipa
yaitu sebagai berikut :
1. Aliran laminar terjadi pada kecepatan yang kecil dimana berlaku h
αv
2. Aliran Turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku h α vn
Reynolds mempelajari keadaan dimana satu jenis aliran berubah menjadi
aliran jenis lain, dan menyatakan juga besar kecepatan kritis dalam penelitiannya
yang dimana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen. Keadan tersebut
bergantung pada empat buah besaran, diantaranya yaitu: diameter tabung,
viskositas, densitas, dan kecepatan linear rata-rata zat cair. Lebih jauh beliau
menemukan bahwa ke empat faktor tersebut dapat digabungkan menjadi suatu
gugus, dan bahwa perubahan jenis aliran berlangsung pada sebuah nilai tertentu
6

pada gugus itu. Pengelompokan variabel menurut penemuannya adalah sebagai


berikut :

𝜌𝑉𝐷
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇

Dimana :
D =Diameter pipa (m)
V =Kecepatan rata-rata zat cair (m/s)
μ =Viskositas zat cair (kg/m.s)
ρ=Densitas zat cair (kg/m3)

Gugus variabel tak dimensi merupakan merupakan variable pada persamaan


di atas yang dikenal sebagai Angka Reynolds (Reynold’s Number). Aliran laminar
sering ditemukan pada angka Reynold di bawah 2.100, namun dapat pula pada
angka Reynold sampai beberapa ribu, yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang
masuk pipa sangat baik kebundarannya dan zat cair di dalamnya sangat tenang.
Pada kondisi aliran biasa, aliran termasuk turbulen pada angka Reynolds di atas
kira-kira 4.000. Terdapat sebuah daerah transisi yaitu pada angka Reynolds
antara 2100 sampai dengan 4000, dimana jenis aliran tersebut mungkin termasuk
laminar dan mungkin termasuk turbulen, bergantung dengan keadaan di lubang
masuk pipa dan jaraknya dari lubang masuk. Berdasarkan pengaruh tekanan
terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Fluida tak termampatkan (incompressible)
Fluida tak termampatkan atau incompressible merupakan kenis
fluida yang tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan
tekanan, sehingga fluida tak termampatkan. Contohnya yaitu Air.
2. Fluida termampatkan (compressible)
Dalam keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan
adanya perubahan tekanan. Adapun contoh dari fluida compressible
yaitu gas dan uap. Pada fluida incompressible, berlaku persamaan
7

umum Bernouli (Tim Penyusun, 2016), yang dapat diturunkan dari


persamaan neraca energi, yaitu:

𝑔 ∆𝑣 2 ∆𝐹
∆𝑍 + + + 𝐹 = −𝑊
𝑔𝑐 𝑧𝑔𝑐 𝜌
Dengan :
ΔZ : beda tinggi sistem perpipaan pada titik 1 dan titik 2, ft
g : gaya gravitasi, 32,2 ft/detik2
gc: konstanta gravitasi 32,2 lbm.ft/lbf.det2
ΔV: beda kecepatan linier fluida pada titik 1 dan titik 2, ft/det
ΔP: pressure drop atau beda tekanan dari pada titik 1 dan titik 2,
lbf/ft2
ρ : berat jenis fluida, fluida air, lbm/ft3
F: friction loss karena gesekan fluida pada dinding pipa, ft.lbf/lbm
W: kerjapada sistem, ft.lbf/lbm
M: viskositas, lbm/ft.detik [2]

2.4 Sistem Perpipaan


Dalam sebuah sistem perpipaan transportasi fluida, terdapat beberapa
komponen atau peralatan umum yang digunakan, seperti: pipa atau tabung, valve,
blower, pompa, dan lain sebagainya. Pipa merupakan tempat dimana mengalirnya
suatu fluida dan terdapat valve dipasang untuk mengatur laju alir atau bukaan
fluida. Dalam sebuah sistem perpipaan, dibutuhkan penambahan energi mekanik
dalam proses mempercepat laju alir fluida. Alat yang dapat digunakan, diantaranya
yaitu pompa, blower, kipas, dan kompresor. Cairan dengan rapat massa akan lebih
mudah mengalir dalam keadaan laminer. Aliran fluida perlu halnya untuk
ditentukan besaran atau arah vektor kecepatan aliran pada suatu titik ke titik yang
lainnya. Supaya mendapatkan penjelasan terkait medan fluida dan kondisi rata-rata
pada daerah atau volume yang kecil dapat ditentukan dengan instrument yang
sesuai. Pengukuran aliran fulida digunakan untuk mengukur kapasitas aliran, massa
laju aliran, dan volume aliran. Alat ukur pada aliran dipilih bergantung pada
8

beberapa faktor, yaitu ketelitian, kemudahan pembacaan, kemampuan pengukuran,


harga, kesederhanaan, dan keawetan alat ukur tersebut.
Proses pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit,
gradien, kecepatan, turbulensi, dan viskositas. Cara melaksanakan pengukuran-
terdapat banyak jenisnya, misalnya langsung, tak langsung, gravimetrik,
volumetrik, elektronik, elektromagnetik, dan optik. Pengukuran debit secara
langsung terdiri dari penentuan volume atau berat fluida yang melalui sebuah
penampang dalam sebuah suatu waktu tertentu. Metode tak langsung pada
pengukuran debit membutuhkan penentuan seperti tinggi tekanan, perbedaan
tekanan atau kecepatan di beberapa titik pada suatu penampang dan dengan besaran
perhitungan debit. Metode pengukuran aliran dengan tingkat ketelitian yang akurat
dan tinggi yaitu penentuan gravimerik atau penentuan volumetrik dengan berat atau
volume diukur atau penentuan dengan menggunakan tangki yang dikalibrasikan
untuk selang waktu yang telah diukur.

2.5 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida


Alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan yaitu alat ukur aliran
fluida jenis beda tekanan. Hal tersebut disebabkan oleh konstruksinya yang
sederhana dan pemasangannya yang cukup mudah. Alat ukur aliran beda tekanan,
terbagi menjadi empat jenis yaitu :
a) Venturi Meter
Tabung Venturi merupakan sebuah alat yang terdiri dari pipa dengan
penyempitan pada bagian tengah yang dipasang di dalam sebuah pipa aliran
untuk mengukur kecepatan aliran suatu zat cair. Fluida yang digunakan pada
venturimeter ini dapat berupa cairan, gas, maupun uap. Dalam venturi ini, fluida
masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian inlet cone. Bagian inlet
ditempatkan pada titik pengambilan tekanan awal. Sedangkan, pada bagian inlet
cone fluida mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet
cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Lalu,
fluida akan masuk kebagian throat, bagian throat inilah yang menjadi tempat-
tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Laju
9

fluida akan melewati bagian akhir dari tabung venturi yaitu outletcone. Outlet
cone ini berbentuk kerucut, dimana bagian kecil berada pada throat dan pada
outlet cone ini tekanan akan kembali menjadi normal. Ketika aliran melewati
tabung venturi tanpa gesekan maka tekanan fluida akan meninggalkan meteran
itu sama persis dengan tekanan fluida yang memasuki meteran dan keberadaan
meteran dalam jalur tersebut tidak akan membuat kehilangan tekanan yang
permanen dalam tekanan. Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan
dengan sempurna pada outlet cone. Gesekan tidak dapat dihilangkan dan juga
kehilangan tekanan yang permanen pada sebuah meteran yang dirancang
dengan tepat.

Gambar 1 Venturimeter

b) Plat Orifice
Plat orifice merupakan alat pengukur aliran yang paling murah,
pemasangannya cukup mudah namun kecil juga ketelitiannya di antara
pengukur-pengukur aliran jenis head flow meter. Plat orifice adalah plat yang
berlubang dengan piringan tajam. Pelat-pelat ini terbuat dari bahan-bahan yang
kuat, selain terbuat dari logam, ada juga yang orificenya terbuat dari plastik agar
tidak terpengaruh oleh fluida yang mengalir.

c) Nozzle
Flow nozzle, hampir sama dengan Plat Orifice yaitu terpasang diantara dua
flens. Flow nozzle digunakan untuk aliran fluida yang besar sedangkan plat
orifice digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow nozzle memilikii
10

lubang besar dan kehilangan tekanannya lebih kecil dibanding dengan plat
orifice, sehingga flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi seperti uap
tekanan tinggi pada temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel. Flow
nozzle ini adalah alat primer dari pengukuran aliran yang mempunyai fungsi
untuk memperoleh beda tekanannya. Sedangkan alat untuk menunjukkan
besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya yaitu berupa
manometer. Pada flow nozzle kecepatan semakin bertambah dan tekanan akan
semakin berkurang seperti pada venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar
secara bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti plat orifice. Flow
nozzle terdiri dari dua bagian utama dapat dilihat pada gambar di bawah, yaitu
bagian yang melengkung dan bagian yang silinder. Pada flow nozzle tap-up
stream atau tap awal diletakkan pada jarak yang sama dengan diameter pipa
yang digunakan, sedangkan untuk tap-down stream atau tap akhir diletakkan
pada jarak setengah dari diameter pipa yang digunakan.

Gambar 2 Nozzle

d) Pitot Tube
Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda
tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri, sama halnya dengan
plat orifice, pitot tubes juga memerlukan dua lubang pengukur tekanan untuk
mendapatkan suatu beda tekanan. Pada pitot tube, biasanya fluida yang
digunakan yaitu jenis cairan dan gas. Pitot tubes terbuat dari stainless steel dan
kuningan. Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat tersebut itu sama, yaitu jika
aliran fluida yang mengalir melalui alat ini maka terjadi perbedaan tekanan
11

sebelum dan sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi lebih besar jika laju arus
yang diberikan pada alat ini bertambah. [4]

Gambar 3 Pitot Tube

2. 6 Head Loss
Head loss terbagi menjadi head loss mayor dan head loss minor.
a. Head Loss Mayor
Head loss mayor merupakan gesekan antara aliran fluida yang mengalir dengan
suatu dinding permukaan dalam pipa. Head loss ini dipengaruhi oleh panjang pipa
dan untuk dapat menghitung head loss mayor harus diketahui jenis aliran fluida
yang mengalir. Dengan menggunakan persamaan bilangan Reynold Jenis aliran
tersebut dapat diketahui, berikut merupakan persamaannya

Keterangan:
𝑄 = Debit aliran fluida, m3 /s
𝜌 = massa jenis fluida, kg/m3
𝐷 = diameter pipa, m
𝜇 = viskositas fluida, kg/m.s

Menurut Darcy Weisbach Perhitungan head loss mayor dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus
12

Keterangan:
𝐻𝑓 = head loss mayor, m
f = faktor gesekan (dapat diketahui melalui diagram Moody)
L = panjang pipa, m
D = diameter pipa, m
𝑉 = kecepatan aliran, m/s
𝑔 = percepatan gravitasi, m/𝑠 2

Dalam persamaan Darcy Weisbach terdapat Faktor gesekan (f) yang digunakan.
Koefisien ini dapat diperkirakan dengan diagram dibawah ini:

Gambar 4 Diagram Moody

b. Head Loss Minor


13

Head loss minor merupakan gesekan yang terjadi pada sambungan pipa (fitting)
seperti valve, elbow, strainer, tee, losses pada bagian entrance, losses pada bagian
exit, expansion, contraction, dan lainnya.
1. Elbow
Elbow atau belokan adalah sambungan yang digunakan pada suatu sistem
perpipaan.
2. Percabangan (Tee)
Penggunaan Tee dilakukan untuk mengalirkan aliran fluida menuju dua arah
yang berbeda dalam satu siklus tertentu yang dipasang secara parallel
3. Entrance dan Exit
Entrance timbul pada saat perpindahan dari pipa menuju suatu reservoir.
Entrance dapat dibedakan menjadi 4 macam berdasarkan jenisnya yaitu
reentrant, square edge, slightly rounded dan well rounded. Exit merupakan
kebalikan dari entrance, Exit dapat timbul karena adanya perpindahan dari
reservoir menuju ke suatu pipa.
4. Pembesaran (Expansion)
Pembesaran dalam suatu perpipaan dapat dibagi menjadi 2 yaitu
pembesaran mendadak atau terjadi secara tiba-tiba yang dan disebut dengan
sudden ekspansion ataupun gradual ekspansion.
5. Pengecilan (Contraction)
Contraction juga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sudden contraction atau
pengecilan secara tiba-tiba dan gradual contraction atau pengecilan secara
bertahap.
6. Katup (Valve)
Valve atau katup adalah sebuah perangkat yang terpasang pada sistem
perpipaan, yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol dan mengarahkan
laju aliran fluida dengan cara membuka, menutup atau menutup sebagian
katup pada valve tersebut dengan cara diputar.

Head loss minor dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai


berikut:
14

Keterangan:
𝑉 = kecepatan fluida, m/s
k = koefisien minor losses
g = percepatan gravitasi, m/𝑠 2

“k” adalah koefisien kerugian minor, harga k sendiri bergantung pada jenis
komponen sistem perpipaan seperti katup, sambungan, belokan, sisi masuk,
sisi keluar, dan sebagainya.

2.7 Pressure Drop


Penurunan tekanan atau pressure drop adalah penurunan tekanan
dari satu titik dalam pipa atau tabung ke hilir titik. Penurunan tekanan
merupakan hasil dari gaya gesek pada fluida ketika mengalir melalui tabung
yang disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Penentu utama resistensi
terhadap aliran fluida adalah kecepatan fluida melalui pipa dan viskositas
fluida. Aliran cairan atau gas akan selalu mengalir dalam arah perlawanan
paling sedikit atau tekanan kurang. Penurunan tekanan meningkat
sebanding dengan gaya geser gesek dalam jaringan pipa. Penurunan tekanan
dipengaruhi oleh sebuah jaringan pipa yang berisi rating kekasaranrelatif
tinggi serta banyak pipa fitting dan sendi, konvergensi tabung, divergensi,
kekasaran permukaan dan sifat fisik lainnya. Selain itu Perubahan energi
kinetik dan perhitungan penurunan tekanan yang disebabkan oleh gesekan
dalam pipa melingkar juga berpengaruh terhadap pressure drop. Kecepatan
aliran tinggi dan / atau cairan viskositas tinggi dalam hasil penurunan
tekanan yang lebih besar di bagian pipa atau katup atau siku. Kecepatan
renda hakan mengakibatkan penurunan tekanan yang lebih rendah atau tidak
ada Penurunan tekanan dapat dihitung dengan 2 nilai: Reynolds Nomor
15

NRE (menentukan laminer atau aliran turbulen), dan kekasaran relatif pipa,ε
/ D. NRE =Dvρ /μ Dimana D adalah diameter pipa dalam meter, v adalah
kecepatan aliran dalam meter perdetik,ρ adalah densitas dalam kilogram per
meter kubik, dan μ adalah dalam kilogram permeter-detik. Ukuran dari
sebuah saluran pipa biasanya berdasarkan pada keseimbangan antara
pressure drop di satu pihak dan biaya serta berat di pihak lain.. Pressure drop
dalam sebuah pipa adalah fungsi dari kecepatan berat jenis dan kekentalan
/ viscositas dari cairan dan panjang serta diameter pipa. Selain itu pressure
drop juga berfungsi sebagai sifat aliran / arus termasuk jumlah dan jari–jari
serta tingkat turbulensi. Didalam penggunaanya dilaut , dimana saluran pipa
biasanya pendek , bagian terbesar dari jumlah pressure drop dalam sebuah
sistem akan terjadi didalam saluran keran .

2.8 Review Jurnal


2.8.1 Review Jurnal mengenai “Analisis Pengaruh Kekentalan Fluida Air Dan
Minyak Kelapa Pada Performansi Pompa Sentrifugal”
Dalam industri banyak peralatan yang digunakan dalam prosesnya dan
menjadi salah satu hal penting untuk memperhatikan kinerja peralatan yang efektif
dan efisien untuk mengurangi biaya operasi dalam industri tersebut. Salah satu alat
peralatan yang banyak ditemui dalam industri adalah pompa. Penggunaan sistem
pemompaan diindustri bertanggungjawab terhadap hampir 20% kebutuhan energi
listrik dunia dan penggunaan energi dalam operasi pabrik industri. Pompa adalah
peralatan atau mesin fluida yang biasa digunakan dalam memindahkan suatu fluida
cairan dari satu tempat ke tempat lain melalui sistem perpipaan dengan suatu
penambahan energi pada cairan atau gaya tekan pada cairan atau fluida secara
kontinyu. Salah satu jenis pompa yang banyak digunakan dalam industri adalah
pompa sentrifugal yaitu dalam industri minyak yang memiliki kinerja yang tinggi.
Namun salah satu permasalahan yang sering muncul adalah kekentalan atau
viskositas fluida. Viskositas suatu fluida pastinya akan mempengaruhi nilai head,
debit dan karakteristik kinerja dari pompa. Sehingga untuk dapat mengetahui
16

kinerja pompa atau peralatan industri perlu mengetahui nilai viskositas dari fluida
yang akan diuji.
Aliran fluida (cairan atau gas) dalam pipa mungkin dapat berupa aliran
laminar atau turbulen. Pada aliran laminer, partikel-partikel fluida seolah-olah
bergerak sepanjang satu lintasan yang halus dan lancar dengan kecepatan fluida
rendah dan viskositasnya tinggi. Sedangkan pada aliran turbulen, partikel-partikel
fluida bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan fluida tinggi dan
viskositasnya rendah. Dalam penelitian ini kita mencari nilai head pompa, daya
proses pompa dan efisiensi pompa. Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang
biasa digunakan untuk memompa minyak ata fluida dengan viskositas tinggi,
bilangan reynoldnya menjadi turbulen rendah atau laminar.
Penelitian ini menggunakan objek minyak kelapa dalam pengujian
performasi pompa sentrifugal yang bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh
viskositas terhadap debit aliran, head pompa dan efisiensi pompa untuk aliran
fluida air dan minyak kelapa. Massa jenis dari minyak kelapa sendiri yaitu 858
kg/m3 dan besar viskositas minyak kelapa 3,98 mPa. Dan dilakukan variasi bukaan
valve dalam pengujiannya yaitu bukaan 100%, 75%, 50% dan 25%. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh penulis diperoleh hasil pengujian fluida air
menunjukan debit maksimum pada 36 l/min sedangkan pada fluida minyak kelapa
sebesar 17 l/min. Besar head fluida air adalah 15,18 m, sedangkan head pada fluida
minyak kelapa didapat 9,18 m. Selai itu BHP fluida air adalah sebesar 130,04 W
dan pada fluida minyak kelapa yaitu sebesar 131,98 W. Lalu nilai efisiensi fluida
air yaitu sebesar 68,46%, sedangkan pada fluida minyak kelapa yaitu sebesar
16,59%. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh besar nilai debit fluida air lebih
tinggi dari fluida minyak kelapa, nilai head fluida air akan lebih tinggi dari fluida
minyak kelapa, lalu nilai efisiensi fluida air juga akan lebih tinggi dari minyak
kelapa, sedangkan nilai daya pompa dari fluida minyak kelapa lebih tinggi
dibandingkan dengan fluida air. [5]
17

2.8.2 Review Jurnal mengenai “Pengaruh Laju Aliran Fluida Pendingin


Terhadap Unjuk Kerja Alat Penukar Kalor Pipa Ganda Dengan Pengarah
Beralur Helix”

Pada dasarnya alat penukar kalor digunakan untuk memindahkan panas


yang berasal dari fluida panas ke fluida yang lebih dingin didalam suatu sistem.
Salah satu dari jenis alat penukar kalor yaitu penukar kalor pipa ganda (double pipe)
karena hanya terdiri dari satu selongsong dan satu pipa. Prinsip kerja dari alat
penukar kalor ini, yaitu suatu fluida mengalir dalam pipa dan fluida lainnya
mengalir melalui selongsong. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alat penukar
kalor pipa ganda dengan penambahan pengarah helix 40 dan tanpa pengarah, pada
arah aliran fluida berlawanan arah dengan variasi kecepatan fluida dingin yaitu
sebesar 0.67 m/s, 0.60 m/s dan 0.52 m/s. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa
kali pengujian untuk mendapatkan akurasi data yang diperoleh. Pengujian pertama
dilakukan pada alat penukar kalor tanpa pengarah dengan variasi kecepatan aliran
fluida pendingin yang akan masuk kedalam alat penukar kalor yaitu sebesar 0.67
m/s, 0.60 m/s, dan 0.52 m/s dengan diameter pipa yang akan memasuki alat penukar
kalor sebesar 0.023 m. pada pengujian kedua dilakukan dengan menggunakan alat
penukar kalor dengan sekat model helix 40o , dengan variasi kecepatan aliran yang
sama. Parameterparameter yang diukur dalam pengujian ini yaitu debit aliran fluida
dingin yang digunakan untuk mengetahui berapa kecepatan fluida yang akan
memasuki alat penukar kalor, temperature uap dan fluida pendingin, dan tekanan
pada fluida pendingin. Dari hasil pengujian yang dilakukan menggunakan alat
penukar kalor pipa ganda dapat diketahui bahwa, penurunan temperature panas
hasil kondensasi terjadi seiring dengan meningkatnya kecepatan fluida pendingin.
Penggunaan pengarah helix dengan kecepatan fluida dingin sebesar 0.67 m/s
mampu menurunkan temperature fluida panas hingga mencapai 34.27C dari titik
didihnya. dibandingkan penggunaan penukar kalor tanpa pengarah dengan
kecepatan sama yang hanya mampu menurunkan hingga temperature 38.65 C.
Ketika diberikan kecepatan rendah sebesar 0.52 m/s penukar kalor dengan pengarah
helix mampu menurunkan hingga temperature 35.75 C. Besarnya penurunan
18

temperatur pada alat penukar kalor dengan pengarah helix dipengaruhi oleh pola
aliran fluida dingin bergerak berputar mengitari pipa yang berisikan fluida panas.
Pergerakan aliran fluida menyebabkan terjadinya kontak thermal antara sisi-sisi
pengarah sehingga akan menambah area penyerapan kalor, Dengan penambahan
area penyerapan kalor maka akan mempercepat menurunnya temperature fluida
panas dari titik didihnya. kecepatan aliran akan meningkat seiring dengan
pengecilan penampang. Peningkatan kecepatan akan menyebabkan aliran fluida
pendingin menjadi turbulen sehingga mempengaruhi besar perpindahan kalor yang
terjadi. Dimana semakin besar kecepatan fluida pendingin maka akan
meningkatkan perpindahan kalor yang terjadi. [6]

2.8.3 Review Jurnal mengenai “Analisa Head Losses Akibat Perubahan Diameter
Penampang, Variasi Material Pipa Dan Debit Aliran Fluida Pada Sambungan
Elbow 90o”
Sistem perpipaan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan terutama
dalam kawasan yang berpenduduk padat. Terkadang aliran yang keluar di rumah
rumah tidak stabil ketika digunakan. Penyebab hal ini diantaranya adanya
perubahan pada penampang, material pipa, serta debit aliran ketika melewati elbow
atau belokan pipa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apa saja
pengaruh dari perubahan debit fluida, diameter penampang, jenis material terhadap
head losses dan mengetahui koefesien kerugian akibat Reynold number. Penelitian
ini menggunakan desain factorial orthogonal array L12 lalu Analisa data data yang
digunakan yaitu ANOVA (Analysis of Variance) dengan bantuan minitab 16 dan
tahap uji lanjut kontras dengan metode scheffe. Adapun hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai head loss paling tinggi terdapat pada diameter pipa 1 inci
menuju pipa 0,75 inci, jenis pipa PVC dan debit alir 20 l/min sebesar 42,33
milimeter. besar head loss paling rendah terdapat pada pipa berdiameter 0,75 inci
menuju pipa berdiameter 1 inci, jenis pipa PE dengan debit alir 10 l/min sebesar
5,33 milimeter. Koefisien kerugian paling besar terdapat pada pipa berdiamater
0,75 inci menuju 1 inci, jenis pipa PVC dan debit alir 10 l/min sebesar 1,4602
sedangkan untuk bilangan reynild sebesar 12325,3. sehingga dari hasil ANOVA
dan uji lanjut kontras disimpulkan bahwa diameter penampang, material pipa dan
debit aliran fluida berpengaruh terhadap head loss [7].
19

2.8.4 Review Jurnal mengenai “Analisis Perbedaan Tekanan Fluida pada Ball
Valve
Kondisi Full Closed dan Full Open dengan Computational Fluid Dynamics”

Valve atau katup sering dipergunakan dalam industri terutama pada sistem
perpipaan. Gunanya yaitu untuk mengendalikan laju alir fluida. Bagi produsen
valve merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui karakteristik di dalam
valve seperti tekanan dan temeratur. valve sanggup mengontrol aliran fluida dengan
baik ketika kondisi valve tertutup atau terbuka. Salah satu valve jenis tipe gerak
memutar adalah Ball Valve. Ball valve berfungsi sebagai pengendali aliran
berbentuk seperti bola. Ball valve sering dipergunakan sebab cukup mudah dalam
perbaikan dan kemampuan menahan suhu dan tekanan tinggi. Tekanan fluida saat
keadaan tertutup berbeda dengan kondisi terbuka. Tekanan yang terlalu besar atau
melebihi spesifikasi dapat mempengaruhi mekanisme kerja ball valve dan kekuatan
material ball valve.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis perbedaan
tekanan fluida pada ball valve 4 inci ANSI 300 pada keadaan tertutup dan terbuka
pada temperatur 425oC terhadap mekanisme kerja ball valve 4 inci ANSI 300.
Penelitian ini menggunakan metode Computational Fluid Dynamics dengan
bantuan perangkat lunak Flow Simulation Solidworks. Langkah awalnya yaitu
pembuatan model 3D ball valve, lalu analisis CFD pada ball valve diantaranya
penentuan kondisi batas, penentuan material fluida, dan penentuan pembebanan.
Setelah dilakukan percobaan analisis, dapat disimpulkan bahwa penurunana
tekanan fluida pada temperature 425oC yang terjadi tidak terlalu mempengaruhi
kondisi katup. Perbedaan tekanan fluid antara keadaan terbuka dan tertutup hanya
sebesar 0,01 psi saja [8].
20

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir

3.1.1 Diagram Alir Kalibrasi

Berikut ini merupakan diagram alir kalibrasi pada percobaan aliran fluida

Membuka Valve pada tangki

Menyalakan keran air dan mengisi tangki hingga penuh

Mencukupkan pengisian pada tangki jika dirasa telah penuh dengan melihat
tanda selang luaran tangki

Membuka valve yang ada pada pipa terjauh dan menutup valve pada pipa yang
tidak digunakan pada proses kalibrasi

Membuka valve utama yang menghubungkan air di dalam tangki dengan pipa-
pipa lainnnya sebanyak 1 kali putaran kearah kiri

Menyalakan pompa

Mengatur valve bypass agar laju alir fluida tidak terlalu kencang atau lambat

Memastikan air mengalir pada pipa kalibrasi

Menghitung aliran pompa dengan flowmeter

Gambar 5 Diagram Alir Kalibrasi

3.1.2 Diagram Alir Variasi Panjang Pipa

Berikut ini merupakan diagram alir Variasi Panjang Pipa


21

Mengisi air tangki, mengatur bukaan valve utama sesuai variasi

Memastikan valve dengan membuka (bila air mengalir maka akan keluar pada
valve)

Memasang selang manometer pada valve pipa sesuai panjang variasi 0,6 m;
0,8 m; dan 1,4 m

Memastikan selang terpasang dengan rapat dan kuat

Memasang milimeter blok

Menyalakan pompa kembali

Membuka valve pada titik dan panjang pipa sesuai variasi secara bersamaan

Mencari perbedaan tekanan air rakasa pada manometer bergerak naik turun

Menandai milimeter blok lalu ukur menggunakan penggaris

Melakukan pencatatan pada blangko percobaan untuk variasi lainnya

Gambar 6 Diagram Alir Variasi Panjang Pipa

3.1.3 Diagram Alir Variasi Diameter Pipa

Berikut ini merupakan diagram alir Variasi Diamater Pipa

Mengisi air tangki, mengatur bukaan valve utama sesuai variasi

Memastikan valve dengan membuka (bila air mengalir maka akan keluar pada
valve)
22

Memasang selang manometer pada valve pipa sesuai diameter variasi 0,5 inci ;
0,7 inci dan 2 inci

Memastikan selang terpasang dengan rapat dan kuat

Memasang milimeter blok

Menyalakan pompa kembali

Membuka valve pada titik dan panjang pipa sesuai variasi secara bersamaan

Mencari perbedaan tekanan air rakasa pada manometer bergerak naik turun

Menandai milimeter blok lalu ukur menggunakan penggaris

Melakukan pencatatan pada blangko percobaan untuk variasi lainnya

Gambar 7 Diagram Alir Variasi Diameter Pipa

3.1.4 Diagram Alir Variasi Kelengkapan Pipa

Berikut ini merupakan diagram alir Variasi Kelengkapan Pipa

Mengisi air tangki, mengatur bukaan valve utama sesuai variasi

Memastikan valve dengan membuka (bila air mengalir maka akan keluar pada
valve)

Memasang selang manometer pada valve pipa sesuai kelengkapan pipa seperti
elbow, pipa tee, globe valve, gate valve

Memastikan selang terpasang dengan rapat dan kuat


23

Memasang milimeter blok

Menyalakan pompa kembali

Membuka valve pada titik dan panjang pipa sesuai variasi secara bersamaan

Mencari perbedaan tekanan air rakasa pada manometer bergerak naik turun

Menandai milimeter blok lalu ukur menggunakan penggaris

Melakukan pencatatan pada blangko percobaan untuk variasi lainnya

Gambar 8 Diagram Alir Variasi Kelengkapan Pipa

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini diantaranya
1. Sistem perpipaan dan kelengkapannya seperti:
a. Valve
b. Elbow
c. Fitting
d. Pompa
e. Pipa dengan variasi diameter (0,5 inci, 0,75 inci, 2 inci)
f. Pipa dengan variasi Panjang (0,6 m; 0,8 m; dan 1,4 m)
2. Alat Ukur
a. Venturimeter
b. Flowmeter
c. Manometer
d. Penggaris
e. Milimeter blok
24

3.2.2 Bahan
Adapan bahan yang digunakan yaitu:
1. Air

3.3 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang pertama yaitu persiapan percobaan dengan
menentukan densitas air, menentukan densitas air, dan memastikan kondisi pipa
dan peralatan lainnya. Kemudian yang kedua yaitu kalibrasi, dengan stepnya
membuka valve pada tangki dengan melihat tanda open, dan usahakan selang pada
tangki terpasang kuat dan rapat agar waktu pengisian tangki lebih cepat, kemudian
nyalakan keran air dan isi tangki hingga penuh, perhatikan tanda pada selang luaran
tangki, jika tangki dirasa telah penuh, maka pengisian dicukupkan, kemudian
membuka valve yang ada pada pipa terjauh dan menutup valve pada pipa yang tidak
digunakan, lalu membuka valve utama yang menghubungkan air didalan tangki
dengan pipa lannya sebanyak satu kali putaran ke arah kiri, nyalakan pompa, atur
valve bypass agar laju alir fluida tidak terlalu kencang atau lambat. Pastikan air
mengalir dalam pipa kalibrasi, setelah itu menghitung aliran pompa dengan
flowmeter. Menghitung aliran fluida dengan venturimeter, setiap jarum pada
venturimeter berputar sebanyak lima kali putaran kemudian dicatat waktunya dan
melakukan perhitungan sebanyak 7 kali.

Percobaan pertama yaitu variasi panjang pipa. Data yang dicatat dalam
kalibrasi yaitu variasi panjang pipa, panjang pipa yang divariasikan yaitu 0,6 m; 0,8
m dan 1,4 m, langkah pertama yaitu mengatur bukaan valve sesuai variasi, lalu
melakukan pengecekan valve dengan membuka bila air mengalir maka air akan
keluar pada valve, memasang selang manometer pada valve pipa sesuai panjang
variasi 0,6 ; 0,8 dan 1,4 meter, pastikan selang terpasang dengan rapat dan kuat,
memasang milimeter blok, menyalakan kembali pompa, membuka valve pada titik
dan panjang pipa sesuai variasi secara bersamaan, air raksa yang ada pada
manometer U akan bergerak naik turun kemudian catat perbedaan tekanan, tandai
milimeter blok lalu ukur dengan penggaris, lakukan pencatatan pada blangko untuk
variasi lainnya.
25

Untuk prosedur kerja variasi diameter yaitu variasi diameter yang dipakai
0,5 inci ; 0,7 inci dan 2 inci, langkah pertama yaitu mengatur bukaan valve sesuai
variasi, lalu melakukan pengecekan valve dengan membuka bila air mengalir maka
air akan keluar pada valve, memasang selang manometer pada valve pipa sesuai
panjang variasi 0,5 inci ; 0,7 inci dan 2 inci, pastikan selang terpasang dengan rapat
dan kuat, memasang milimeter blok, menyalakan kembali pompa, membuka valve
pada titik dan panjang pipa sesuai variasi secara bersamaan, air raksa yang ada pada
manometer U akan bergerak naik turun kemudian catat perbedaan tekanan, tandai
milimeter blok lalu ukur dengan penggaris, lakukan pencatatan pada blangko untuk
variasi lainnya

Untuk prosedur kerja variasi kelengkapan pipa yaitu, langkah pertama yaitu
mengatur bukaan valve sesuai variasi, lalu melakukan pengecekan valve dengan
membuka bila air mengalir maka air akan keluar pada valve, memasang selang
manometer pada valve pipa sesuai kelengkapan variasi elbow, pipa tee, globe valve,
gate valve, pastikan selang terpasang dengan rapat dan kuat, memasang milimeter
blok, menyalakan kembali pompa, membuka valve pada titik dan panjang pipa
sesuai variasi secara bersamaan, air raksa yang ada pada manometer U akan
bergerak naik turun kemudian catat perbedaan tekanan, tandai milimeter blok lalu
ukur dengan penggaris, lakukan pencatatan pada blangko untuk variasi lainnya

Saat proses perpindahan variasi pastikan fluida mengaliri pipa, jika tidak,
maka atur dengan cara membuka valve agar fluida mengalir pada pipa, bila valve
sudah terbuka sepenuhnya, nyalakan kembali pompa, buka valve dan air akan
keluar (tanda pipa dialiri fluida). Kemudian catat data yang diperoleh dalam variasi
tinggi, diameter dan kelengkapan pipa.

3.4 Gambar Alat

Berikut ini merupakan gambar alat yang digunakan pada percobaan aliran fluida

a. Rangkaian alat aliran fluida


26

Gambar 9 Rangkaian alat aliran fluida

3.5 Variabel Percobaan

Variabel pada percobaan aliran fluida ini yaitu variabel terikatnya panjang
pipa, diameter pipa. Sedangkan variabel bebasnya yaitu tekanan fluida.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation,


3rdedition, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

[2] Giles, R.V.1986. Mekanika Fluida dan Hidraulika. Ed. 2., Jakarta:
Erlangga Diterjemahkan oleh: Ir. Herman Widodo Soemitro.

[3] Tim Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I.Program
Studi D-III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Pekanbaru

[4] Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia


Edisi 2. Program Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Riau. Pekanbaru

[5] Arijanto, Yohana1. E., dan Sinaga, F.T.H. 2015. Analisis Pengaruh
Kekentalan Fluida Air Dan Minyak Kelapa Pada Performansi
Pompa Sentrifugal. Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3 (2). 212-219.

[6] Putra, E.A.P., Kennedy, dan Mustofa. 2018. Pengaruh Laju Aliran
Fluida Pendingin Terhadap Unjuk Kerja Alat Penukar Kalor Pipa
Ganda Dengan Pengarah Beralur Helix. Jurnal Mekanikal. Vol. 9
(1). 808-813

[7] Silalahi, S.K. 2017. Analisa Head Losses Akibat Perubahan


Diameter Penampang, Variasi Material Pipa Dan Debit Aliran
Fluida Pada Sambungan Elbow 90O. Jurnal Simki-Techsain
Vol. 01 No. 02. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.
[8] Rahmi, M, dkk. 2018. Analisis Perbedaan Tekanan Pada Ball Valve
Kondisi Full Closed Dan Full Closed Dengan Computational Fluid
Dynamics. Jurnal Teknologi Terapan Vol. 4 No. 1.
Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 2, Tahun 2015
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
____________
ANALISIS PENGARUH KEKENTALAN FLUIDA AIR DAN MINYAK KELAPA PADA
PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL
*Arijanto1, Eflita Yohana1, Franklin T.H. Sinaga2
1
Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059
*E-mail: sinaga_franklin@yahoo.co.id

Abstrak

Dunia industri sekarang ini memerlukan peralatan kerja yang efektif dan efisien untuk mengurangi
biaya operasional .Salah satu alat yang sering dijumpai adalah pompa. Hal ini dikarenakan sistem
pemompaan bertanggungjawab terhadap hampir 20% kebutuhan energy listrik dunia dan penggunaan
energi dalam operasi pabrik industri. Salah satu masalah yang paling sering ditemui dalam proses
pemompaan adalah kekentalan atau viskositas fluida yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa pengaruh viskositas/kekentalan terhadap debit/kapasitas aliran, head pompa, daya pompa
dan efisiensi pompa untuk aliran fluida air dengan minyak kelapa. Massa jenis air 996 kg/m 3, massa
jenis minyak 858 kg/m3, viskositas air 0,82 mPa s, viskositas minyak kelapa 3,98 mPa s. Variasi yang
diberikan yaitu bukaan penuh atau 100%, bukaan 75%, bukaan 50% dan bukaan 25%. Data penilitian
dihitung dari nilai tekanan, rpm, arus, dan kecepatan aliran. Dari data hitungan penilitian kita mendapat
head, daya poros pompa dan efisiensi didapat dengan metode kurva performansi tak berdimensi. Hasil
pengujian fluida air menunjukkan nilai debit maksimum adalah 36 l/min, sedangkan pada fluida
minyak kelapa adalah 17 l/min. Nilai head fluida air adalah 15,18 m, sedangkan pada fluida minyak
kelapa didapat 9,18 m. Nilai BHP fluida air 130,04 W, sedangkan pada fluida minyak kelapa adalah
131,98 W. Dan untuk nilai efisiensi fluida air 68,46%, sedangkan pada fluida minyak kelapa adalah
16,59%. Kesimpulan yang didapat adalah nilai debit fluida air lebih tinggi dari fluida minyak kelapa,
nilai head fluida air air lebih tinggi dari fluida minyak kelapa, nilai efisiensi fluida air lebih tinggi dari
minyak kelapa, sedangkan nilai daya pompa dari fluida minyak kelapa lebih tinggi dari fluida air.

Kata kunci: viskositas, fluida, efisiensi.


Abstract

The current industrial world requires equipment, that working effectively and efficiently to reduce
operational costs. One tool that is often encountered is the pump. This is because the pumping system
is responsible for nearly 20% of the world's electrical energy demand and energy use in industrial
plants. One of the most frequent problems encountered in the process of pumping is the viscosity of the
fluid. This research aimed to analyze the effect of viscosity of the flow capacity, pump head, power and
efficiency of the pump for pump fluid flow of water and coconut oil. Water density 996 kg/m 3, oil
density of 858 kg/m3, water viscosity of 0.82 mPas, the viscosity of the coconut oil 3,98 mPas.
Variations that give the full aperture or100%, opening 75%, 50% and aperture openings 25%.
research data calculated from the pressure, rpm, flow, and flow velocity. From the data we receive a
pump head, the pump shaft and the efficiency of the performance curve obtained with the method of
dimensionless. The research results show the water fluid maximum flow rate is 36 l/min, while the fluid
coconut oil is 17 l/min. Value of water fluid head is 15.18 m, while the oil fluid obtained 9.18 m. The
value of BHP water fluid 130.04 W, where as the oil fluid is 131.98 W. And for the value of water fluid
efficiency 68.46%, while the oil fluid is 16,59%. The conclusion is the value of higher water discharge
fluid from the fluid coconut oil, water fluid water head value is higher than the fluid coconut oil, water
fluid efficiency values higher than coconut oil, while the value of fluid power pumps oil is higher than
the fluid water.

Keywords: viscosity, fluid, efficiency

1. PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi sangatlah pesat sehingga mengakibatkan perkembangan
dunia industri juga semakin cepat. Dunia industri memerlukan sejumlah peralatan kerja yang efektif dan efisien untuk
mengurangi biaya operasional. Berbagai alat bantu untuk memudahkan pekerjaan manusia banyak ditemukan. Salah
satunya adalah pompa yang mempunyai peranan penting untuk menyediakan air umpan boiler. Pompa banyak

212 JTM (S-1) – Vol. 3, No. 2, April 2015:212-219


Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 2, Tahun 2015
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
____________
digunakan pada industri-industri karena peranannya yang bermacam-macam tergantung dari penggunaan dan
instrumentasi pendukung.
Pompa adalah suatu mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat lain,
melalui suatu media pipa (saluran) dengan cara menambah energi pada cairan, yang dipindahkan dan berlangsung
kontinyu. Pompa merupakan mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida cair yang umumnya dari tempat
yang rendah ke tempat yang lebih tinggi melalui sistem perpipaan.Penggunaan pompa sentrifugal dalam industri
minyak menuntut karakteristik pompa yang digunakan untuk minyak mendapat nilai performansi pompa dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi.
Salah satu masalah yang paling sering sering ditemui dalam karakteristik pompa adalah kekentalan atau
viskositas fluida. Pengaruh viskositas fluida mempengaruhi nilai head, debit dan karakteristik daya dari pompa.
Perubahan nilai tersebut dapat ditunjukkan melalui grafik karaktristik performansi pompa. Kemudian dapat digunakan
secara sistematis terhadap berbagai nilai viskositas fluida yang berbeda dan variasi berbagai kecepatan poros pompa.
Sehingga dapat disimpulkan untuk mengetahui performansi pompa yang sesuai dengan fluida kerja yang digunakan,
kita perlu terlebih dahulu meninjau jenis pompa beserta bentuk rancangan sistem pompa yang digunakan dan nilai
viskositas dari fluida yang akan diuji [1].
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh viskositas terhadap head pompa, menganalisis
pengaruh viskositas terhadap debit pompa, menganalisis pengaruh viskositas terhadap efisiensi pompa, menganalisis
pengaruh viskositas terhadap daya poros pompa.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah
bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan
mudah mengikuti bentuk ruang. Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi dua yaitu: fluida cair dan fluida
gas. Untuk mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifat–sifat dasar fluida tersebut
yaitu; kekentalan, kerapatan, berat jenis, tekanan, temperatur.
Karakteristik struktur aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung dari kecepatan rata-rata aliran dalam pipa,
densitas, viskositas dan diameter pipa. Aliran fluida (cairan atau gas) dalam pipa mungkin merupakan aliran laminer
atau turbulen. Pada aliran laminer, partikel-partikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan yang halus dan
lancar dengan kecepatan fluida rendah dan viskositasnya tinggi. Sedangkan aliran turbulen, partikel-partikel fluida
bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan fluida tinggi dan viskositasnya rendah. Hal tersebut ditunjukkan
oleh percobaan Osborne Reynolds. Menurut hasil percobaan Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen
atau laminar dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan bilangan Reynold [2].
Pompa merupakan mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida cair yang umumnya dari tempat
yang rendah ke tempat yang lebih tinggi melalui sistem perpipaan. Proses pemindahan ini terjadi akibat perubahan
energi mekanik mekanik dari motor pompa menjadi energi potensial pada fluida. Pompa beroperasi dengan
mengadakan perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction) dan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain pompa
berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi tenaga cairan, dimana tenaga ini
berguna untuk mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran.

Gambar 1. Pompa Sentrifugal [3].

Secara umum pompa dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement
pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump). Salah satu jenis pompa kerja dinamis adalah pompa
sentrifugal yang prinsip kerjanya mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis)
melalui suatu impeller yang berputar dalam casing.
Komponen berputar terdiri dari poros dan impeler, sedangkan komponen yang tetap adalah rumah pompa
(casing), penutup casing, dan bantalan (bearing). Komponen lainnya dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 1.

JTM (S-1) – Vol. 3, No. 2, April 2015:212-219 213


Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 2, Tahun 2015
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
____________
Pada penelitian ini, kita harus mencari nilai head pompa, kerugian mayor dan kerugian minor, daya poros
pompa, dan efisiensi pompa.
Ketika pompa sentrifugal digunakan untuk memompa minyak atau cairan viskositas tinggi lainnya, bilangan
Reynold menjadi turbulen rendah atau bahkan laminer. Ini memiliki dampak yang signifikan pada performansinya.
Gambar 2 menunjukkan kurva uji yang khas dari head dan daya poros (BHP) terhadap debit aliran. Viskositas tinggi
menyebabkan penurunan dramatis pada head dan debit aliran dan meningkatkan kebutuhan daya.

H,(m)

BHP
(l/min)

Gambar 2. Pengaruh viskositas pada kinerja pompa sentrifugal[4].

3. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3. Instalasi Pengujian Pompa

Data hasil eksperimen diperoleh dengan melakukan percobaan yang menggunakan fasilitas eksperimental yang
dirancang. Diagram skematis instalasi pengujian pompa ditunjukkan dalam Gambar 3.

3.1. Peralatan proses penelitian


• Pompa sentrifugal, untuk memindahkan fluida cair dari satu tempat ke tempat lain.
• Motor listrik, untuk memutar poros pompa.
• Pipa PVC isap, diameter ¾ in dan pipa PVC tekan, diameter ¾ in.
• Vacuum gauge, untuk mengukur tekanan suction.
• Pressure gauge, untuk mengukur tekanan discharge
• Flowmeter, untuk mengukur debit aliran.
• Tangki penampung dari bahan acrylic dengan volume 45,4 liter.
• Katup isap dan katup tekan, untuk mengatur besar kecilnya kapasitas aliran fluida.
• Indikator beban pompa, untuk mengukur gaya pembebanan pada poros pompa.
• Penggaris, untuk mengukur ketinggian permukaan air antara sisi isap dan sisi tekan.

214 JTM (S-1) – Vol. 3, No. 2, April 2015:212-219


Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 2, Tahun 2015
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
____________
• Drain valve, sebagai komponen tambahan untuk mempermudah pembuangan fluida dari dalam tangki disaat
pengujian berakhir.

3.2. Flowchart Penelitian

Mulai

Penentuan Judul

Studi Literatur

kurang
Pembuatan Prototype Instlasi
Pencarian Minyak Kelapa
Uji

Hasil Pengujian Minyak


Instalasi Kelapa

baik

Pengujian Performasi Pompa Terhadap Fluida Air


dan Minyak Kelapa

Data Hasil

baik

Pengolahan Data, Analisa, dan


Pembahasan

Selesai

Gambar 4. Flowchart Penelitian

Sifat fisik air adalah Density (w) = 0,996 g/cm3, Dynamic Viscosity (w) = 0,82 mPa.s, Kinematic Viscosity
(w) = 0,823 cSt. Sedangkan sifat fisik minyak kelapa adalah Density (w) = 0,996 g/cm3, Dynamic Viscosity (w) =
0,82 mPa.s, Kinematic Viscosity (w) = 0,823 cSt.

3.3. Prosedur pengujiannya


Selama pengujian, temperatur laboratorium dijaga mendekati konstan yang berkisar antara 26 sampai 30oC.
Motor penggerak pompa juga dioperasikan pada putaran konstan. Prosedur pengujian ini adalah sebagai berikut:
• Memasukkan air ke dalam tangki penampung, kemudian memompanya dalam kondisi kedua katup terbuka 100%,
sehingga air mengalir melalui sistem aliran yang ditunjukkan dalam Gambar 3.

JTM (S-1) – Vol. 3, No. 2, April 2015:212-219 215


Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 2, Tahun 2015
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
____________
• Setelah aliran bersirkulasi selama 5 menit dimana katup tekan terbuka penuh, dilakukan pengukuran pada tekanan
suction dan tekanan discharge, debit aliran, ketinggian permukaan air antara sisi isap dan sisi keluar pompa,
kecepatan putaran pada poros pompa, besar gaya pembebanan pada poros pompa, besar voltase dan arus listrik
yang masuk pada motor.
• Mengulangi prosedur ke-2 untuk tiap variasi bukaan katup dengan cara mengatur bukaan katup tekan. Variasi
bukaan katup selanjutnya adalah 75%, 50%, 25%.
• Mengganti fluida dengan minyak kelapa, kemudian ulangi prosedur 1 sampai 3.

4. DATA, HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Data Percobaan

Tabel 1. Tabel data hasil percobaan air 220V


Fluida : Air

Q V1=V2 p1 p2 z1 z2 U I m n
Variasi
bukaan l/min m/s bar bar meter meter volt ampere kg rpm

100% 36 1.743 -0.120 1.153 0.210 0.250 220 2.320 0.303 2610
75% 35 1.695 -0.100 1.200 0.210 0.250 220 2.250 0.308 2607
50% 30 1.453 -0.090 1.229 0.213 0.250 220 2.230 0.316 2618
25% 21 1.017 -0.030 1.423 0.217 0.250 220 2.160 0.328 2663

Tabel 2. Tabel data hasil percobaan minyak kelapa 220V


Fluida : Air

Q V1=V2 p1 p2 z1 z2 U I m n
Variasi
bukaan l/min m/s bar bar meter meter volt ampere kg rpm

100% 17 0.823 -0.060 0.600 0.150 0.250 220 3.450 0.335 2396
75% 15 0.726 -0.043 0.617 0.152 0.250 220 2.950 0.348 2350
50% 13 0.629 -0.040 0.633 0.154 0.250 220 2.970 0.363 2310
25% 10 0.484 -0.037 0.767 0.157 0.250 220 2.960 0.367 2298

4.2. Hasil Perhitungan


Tabel 3. Tabel Hasil Perhitungan debit, head, daya poros dan efisiensi dari fluida air dan minyak kelapa
Minyak Kelapa Bukaan
Air
Q H BHP Q H BHP
100%
36 15.18 130.04 68.46 17 9.18 131.98 16.59
75%
35 15.53 132.03 67.06 15 9.52 134.47 14.89
50%
30 15.92 136.03 57.18 13 9.73 137.88 12.87
25%
21 18.60 143.63 44.28 10 11.20 138.68 11.33

4.2.1. Grafik Grafik perbandingan antara debit dengan head


Gambar 5 menunjukkan hubungan antara head dan debit pompa pada fluida air dan minyak kelapa. Dari
Gambar 5, dapat dilihat bahwa nilai head pada masing-masing kurva cenderung turun seiring bertambahnya nilai debit
(Q). Dan kurva head pada aliran air 220 V lebih tinggi daripada kurva head pada aliran air lainnya. Hal itu dikarenakan
perubahan tegangan arus membuat nilai rpm akan menurun mengakibatkan turnnya nilai debit aliran. Ketika pompa
beroperasi pada debit 21 l/min, head yang diperoleh di tiap kurva fluida air 220V sampai air 180V berturut-turut yaitu
18,60 m; 17,09 m; 15,16 m; 12,87 m dan 10,74 m. Selain itu, debit pun tampak semakin menurun seiring menurunnya

216 JTM (S-1) – Vol. 3, No. 2, April 2015:212-219


Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 2, Tahun 2015
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
____________
nilai tegangan arus. Debit maksimum di tiap kurva dari air 220V sampai air 180V berturut-turut adalah 36 l/min; 34
l/min; 32 l/min; 30 l/min; 28 l/min.
Gambar 6 menunjukkan hubungan antara head dan debit pompa pada fluida air dan minyak kelapa. Dari
Gambar 6, dapat dilihat bahwa nilai head pada masing-masing kurva cenderung turun seiring bertambahnya nilai debit
(Q). Ketika pompa beroperasi pada debit 10 l/min, head yang diperoleh di tiap kurva fluida air 220V sampai air 200V
berturut-turut yaitu 11,20 m; 9,51 m; dan 7,39 m, sedangkan pada kecepatan aliran 190V dan 180V tidak sampai 10
l/min sehingga nilai head pada kecepatan 10 l/min tidak ada.
Nilai debit akan semakin menurun seiring menurunnya nilai tegangan arus. Debit maksimum di tiap kurva dari
minyak kelapa 220V sampai minayak kelapa 180V berturut-turut adalah 17 l/min; 13 l/min; 10 l/min; 7 l/min; 4 l/min.
Dan kurva head pada aliran minyak kelapa 220 V lebih tinggi daripada kurva head pada aliran minyak kelapa lainnya.
Hal ini dikarenakan semakin turun nilai tegangan arus yang diberikan maka akan menyebabkan turunnya nilai rpm,
debit aliran sehingga nilai head akan semakin turun.

Gambar 5. Grafik perbandingan antara debit dengan head fluida air

Gambar 6. Grafik perbandingan antara debit dan head fluida minyak kelapa

4.2.2. Perbandingan debit dengan daya poros pompa antara fluida air dan minyak kelapa
Gambar 7 menunjukkan hubungan antara debit dengan daya poros pompa (BHP) pada fluida air dan minyak
kelapa. Pada Gambar 7 terlihat bahwa nilai BHP pada fluida air dari bukaan penuh menuju bukaan 25% adalah 130,04

JTM (S-1) – Vol. 3, No. 2, April 2015:212-219 217


Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 2, Tahun 2015
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
____________
W, 132,03 W, 136,05 W, 143,68 W. Nilai BHP pada fluida minyak kelapa adalah 131,99 W, 134,47 W, 137,88 W,
138,68 W.

Gambar 7. Grafik perbandingan antara debit dengan BHP antara fluida air dan fluida minyak kelapa.

Dari nilai BHP fluida air dan fluida minyak kelapa mengalami penurunan seiring meningkatnya nilai
kapasitasnya. hal isi disebabkan semakin kecil bukaan yang diatur maka nilai kapasitas aliran akan semakin kecil tetapi
nilai kecepatan rpm-nya meningkat. Meningkatnya nilai rpm membuat nilai BHP menjadi naik.

4.2.3. Perbandingan debit dengan daya efisiensi antara fluida air dan minyak kelapa

Gambar 8. Grafik perbandingan antara head dengan efisiensi pompa antara fluida air dan fluida minyak kelapa.

Dari Gambar 8, dapat dilihat bahwa efisiensi pompa cenderung naik sejalan dengan naiknya debit aliran.
Efisiensi pompa pada fluida air bukaan penuh menuju 25% adalah 68,46%; 67,06%; 57,18%; 44,28%. Sedangkan nilai
efisiensi yang ditunjukkan dari fluida minyak kelapa adalah 16,59%; 14,89%; 12,87%; 11,33%. Sehingga nilai efisiensi
dari fluida air lebih besar dari nilai efisiensi yang didapat oleh fluida minyak kelapa.
Nilai efisiensi dipengaruhi oleh debit aliran, head pompa yang merupakan variabel untuk menghitung daya air
dan daya poros pompa sebagai pembandingnya. Dapat dikatakan nilai efisiensi berbanding lurus dengan nilai debit
aliran dan nilai head pompa tetapi berbanding terbalik dengan nilai BHP. Sehingga semakin tinggi nilai kapasitas aliran
maka semakin tinggi nilai efisiensi pompa.

5. KESIMPULAN
Dari perolehan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
• Menganalisis pengaruh viskositas terhadap head pompa:

218 JTM (S-1) – Vol. 3, No. 2, April 2015:212-219


Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 2, Tahun 2015
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
____________
Semakin besar nilai viskositas suatu fluida, maka akan semakin kecil nilai head pompa. Hal ini dibuktikan dengan
nilai head maksimum pada fluida air adalah antara 18,60 m, sedangkan nilai head maksimum dari fluida minyak
kelapa adalah 11,20 m. Sehingga dapat dibuktikan bahwa head air lebih besar dari head minyak kelapa.
• Menganalisis pengaruh viskositas terhadap debit pompa.
Semakin besar nilai viskositas suatu fluida, maka akan semakin kecil nilai debit pompa. Hal ini dibuktikan dengan
nilai debit maksimum pada fluida air adalah 36 l/min, sedangkan nilai debit maksimum dari fluida minyak kelapa
adalah 17 l/min. Sehingga dapat dibuktikan bahwa debit air lebih besar dari debit minyak kelapa.
• Menganalisis pengaruh viskositas terhadap daya poros pompa.
Semakin besar nili viskositas suatu fluida, maka akan semakin besar pula nilai daya poros pompa. Hal ini
dibuktikan dengan nilai BHP dari fluida air pada kecepatan maksimum 36 l/min adalah 130,04 W. Nilai BHP fluida
minyak kelapa pada kecepatan maksimum 17 l/min adalah 131,98 W.
• Menganalisis pengaruh viskositas terhadap efisiensi pompa
Semakin besar nilai viskositas suatu fluida, maka akan semakin kecil nilai efisiensi pompa. Hal ini dibuktikan
dengan efisiensi terbaik pompa pada kecepatan maksimum 36 l/min dari fluida air adalah 68,46%. Sedangkan nilai
efisiensi yang ditunjukkan dari fluida minyak kelapa pada kecepatan maksum adalah 16,59. Nilai efisiensi fluida
air lebih besar dari nilai efisiensi fluida minyak kelapa.

6. SARAN
Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan pressure transducer ntuk mendapatkan hasil pengukuran
tekanan yang lebih teliti. Penelitian selanjutnya hendaknya membuat perangkat pompa yang lebih kemampuan dan
kepresisian hasilnya. Penelitian serupa menggunakan software diperlukan untuk kepentingan validasi atas pengujian
yang telah dilakukan ini.

7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Ippen, A.T.,2009,“The Influence of Viscosity on Centrifugal Pump Performance”, Trans ASME, pp.823.
[2]. Munson, B. R., 2006, Fundamental of Fluid Mechanics.Iowa-USA. John Wiley And Sons, Inc.
[3] Sahdev, M., Centrifugal Pumps: Basic concepts of operation, maintenance and trouble shooting, Part I. Presented
at The Chemical Engineers’ Resource Page.
[4] White, F. M., 1999, Fluid Mechanics, 4th Edition, McGraw-Hill International Edition.

JTM (S-1) – Vol. 3, No. 2, April 2015:212-219 219


Jurnal Mekanikal, Vol.9 No.1: Januari 2018: 808-813 e-ISSN 2502-700X p-
ISSN 2086-3403

PENGARUH LAJU ALIRAN FLUIDA PENDINGIN TERHADAP UNJUK KERJA ALAT


PENUKAR KALOR PIPA GANDA DENGAN PENGARAH BERALUR HELIX
Eriek Aristya Pradana Putra, Kennedy, Mustofa Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tadulako Palu Jl. Soekarno-
Hatta Km. 9 Tondo, Palu 94119
E-mail : erik.aristya@gmail.com

Abstract: The effect of the coolant fluid flow rate on the performance of a double pipe heat
exchanger with a helix grooved o
guide. The aim of this research is to study the double pipe heat
exchanger with the addition of 40 helix guide and without guide, at counterflow dirrection with variation
of cold fluid velocity of 0.67 m / s, 0.60 m / s and 0.52 m/s.
In this research we use double pipe type heat exchanger with acrylic material at shell side with an inner
diameter 74 mm and outer diameter 80 mm and stainless steel material at tube side with an inner diameter of
24 mm and an outer diameter of 26 mm with a length of 1500 mm.
The results obtained showed that the faster the flow of cooling fluid it will increase the value of effectiveness,
the rate of heat transfer and the reduction of heat fluid temperature. Temperature decrease obtained by helix
guide of each variation of velocity of 34.275 oC; 34.45 oC; 25.99 oC and heat transfer of 7262.8; 6560,8; 5530
Watt.
Keywords: 40o helix guide, Cold fluid velocity, heat transfer.

Abstrak: Pengaruh laju aliran fluida pendingin terhadap unjuk kerja alat penukar kalor pipa
ganda dengan pengarah beralur helix. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alat penukar kalor pipa
ganda dengan penambahan pengarah helix 40 dan tanpa pengarah, pada arah aliran fluida berlawanan
arah dengan variasi kecepatan fluida dingin yaitu sebesar 0.67 m/s,
0.60 m/s dan 0.52 m/s. Dalam penelitian ini digunakan kondensor tipe double pipe dan untuk bahan shell
digunakan akrilik dengan diameter dalam 74 mm dan diameter luar 80 mm. Pada tube menggunakan bahan
stainless steel dengan diameter dalam 24 mm dan diameter luar 26 mm dengan panjang 1500 mm. hasil
penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa semakin cepat aliran fluida pendingin yang diberikan maka akan
meningkatkan nilai efektifitas, laju perpindahan kalor dan penurunan temperature fluida panas. Penurunan
temperatur yang diperoleh dengan menggunakan pengarah helix tiap variasi kecepatan sebesar 34,275 oC;
34,45 oC; 25,99 oC dan perpindahan kalor sebesar 7262,8; 6560,8; 5530 Watt.
Kata Kunci : Pengarah helix 40ᵒ, kecepatan fluida dingin, perpindahan kalor.

PENDAHULUAN kerja dari alat penukar kalor ini, yaitu suatu


fluida mengalir dalam pipa dan fluida
Pada dasarnya alat penukar kalor lainnya mengalir melalui selongsong.
digunakan untuk memindahkan panas yang Keistimewaan dari alat penukar kalor jenis
berasal dari fluida panas ke fluida yang lebih ini ialah mampu beroperasi pada tekanan
dingin didalam suatu sistem. Berdasarkan hal yang tinggi dan dengan area yang tidak
tersebut maka diciptakan berbagai jenis terdapat sambungan maka resiko
teknologi alat penukar kalor dengan fungsi tercampurnya kedua fluida sangat kecil.
dan kegunanaan sesuai dengan kebutuhan.
Mengingat begitu pentingnya peranan
Salah satu dari jenis alat penukar kalor alat penukar kalor, maka penelitian-penelitian
yaitu penukar kalor pipa ganda (double dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi dan
pipe) karena hanya terdiri dari satu unjuk kerja dari alat penukar kalor. Beberapa
selongsong dan satu pipa. Prinsip

808
Jurnal Mekanikal, Vol.9 No.1: Januari 2018: 808-813 e-ISSN 2502-700X p-
ISSN 2086-3403

penelitian yang telah dilakukan Gambar 1. Skema Alat Pengujian


sebelumnya antara lain, penelitian yang
dilakukan (Prasetio , 2008) dengan Keterangan Gambar:
menggunakan baffle helix dengan A = Bejana penguap
kemiringan 10o. Hasil yang diperoleh B = Penampung fluida pendingin C
menunjukan bahwa koefisien perpindahan
panas konveksi sisi shell akan meningkat = Alat penukar kalor
secara polinomial seiring bertambahnya debit Fluida Panas
fluida dingin. Ditempat yang berbeda (Zang Fluida dingin
et al , 2008) melakukan perbandingan antara
segmental baffle dan helical baffle, hasil D = Penampung fluida yg didinginkan E
penelitian ini menunjukan bahwa performa = Pompa
terbaik diperoleh pada helical baffle dengan Dalam penelitian ini dilakukan beberapa kali
sudut helix 40o. Penelitian lain yang dilakukan pengujian untuk mendapatkan akurasi data
(Arifinto ,2009) dengan Penambahan Sirip, yang diperoleh. Pengujian pertama dilakukan
dimana pada penelitian ini dilakukan pada alat penukar kalor tanpa pengarah
pengamatan pengaruh variasi bilangan dengan variasi kecepatan aliran fluida
Reynolds pada alat penukar kalor. Penelitian pendingin yang akan masuk kedalam alat
tersebut dilakukan dengan arah aliran fluida penukar kalor yaitu sebesar
berlawanan arah, dimana fluida panas 0.67 m/s, 0.60 m/s, dan 0.52 m/s dengan
mengalir dalam berkas tabung dan fluida diameter pipa yang akan memasuki alat
panas mengalir diluar berkas tabung. Hasil penukar kalor sebesar 0.023 m. pada
yang diperoleh menunjukan bahwa besar pengujian kedua dilakukan dengan
kapasitas kondensat, daya pompa dan menggunakan alat penukar kalor dengan
koefisien perpindahan kalor menyeluruh sekat model helix 40o, dengan variasi
dipengaruhi oleh besarnya nilai bilangan kecepatan aliran yang sama. Parameter-
Reynolds fluida dingin dengan efektifitas sirip parameter yang diukur dalam pengujian ini
tetap konstan. yaitu debit aliran fluida dingin yang
digunakan untuk mengetahui berapa
Metode Penelitian kecepatan fluida yang akan memasuki alat
Dalam penelitian ini, alat yang digunakan penukar kalor, temperature uap dan fluida
merupakan unit penukar kalor dengan pendingin, dan tekanan pada fluida pendingin
penambahan pengarah beralur helix 40o,
skema alat penelitian adalah sebagai berikut Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengujian yang dilakukan
menggunakan alat penukar kalor pipa
ganda dapat diketahui bahwa, penurunan
temperature panas hasil kondensasi terjadi
seiring dengan meningkatnya kecepatan fluida
pendingin. Hal tesebut dapat terlihat pada
gambar dibawah ini

809
Jurnal Mekanikal, Vol.9 No.1: Januari 2018: 808-813 e-ISSN 2502-700X p-
ISSN 2086-3403

dapat terlihat dari visualisasi Gambar 4


dimana pada alat penukar kalor diberikan
pewarnaan tinta hitam untuk memperlihatkan
pergerakan aliran fluida dingin yang melewati
pengarah beralur helix.

Gambar 2. Grafik Hubungan Temperatur


Terhadap Jarak Alat Penukar Kalor

Pada gambar 2 terlihat bahwa penggunaan


pengarah helix dengan kecepatan fluida
dingin sebesar 0.67 m/s mampu menurunkan
temperature fluida panas hingga mencapai Gambar 4. Visualisasi Pergerakan Fluida
34.27 C dari titik didihnya. dibandingkan Dingin
penggunaan penukar kalor tanpa pengarah
dengan kecepatan sama yang hanya Dari Gambar 4 terlihat bahwa
mampu menurunkan hingga temperature dibandingkan penukar kalor tanpa pengarah,
38.65 penggunaan pengarah helix pada alat
C. Ketika diberikan kecepatan rendah penukar kalor pipa ganda dapat memperkecil
sebesar 0.52 m/s penukar kalor dengan luasan aliran bebas yang dilalui fluida dingin.
pengarah helix mampu menurunkan hingga Dengan memperhatikan hukum kontinuitas,
temperature 35.75 C dimana kecepatan aliran akan meningkat
seiring dengan pengecilan penampang.
Peningkatan kecepatan akan
menyebabkan aliran fluida pendingin menjadi
turbulen sehingga
mempengaruhi besar perpindahan kalor
yang terjadi. Dimana semakin besar
Gambar 3. Pola Aliran Pengarah Bentuk Helix kecepatan fluida pendingin maka akan
meningkatkan perpindahan kalor yang
terjadi, hal tersebut dapat terlihat pada
Besarnya penurunan temperatur pada alat Gambar 3
penukar kalor dengan pengarah helix
dipengaruhi oleh pola aliran fluida dingin
bergerak berputar mengitari pipa yang
berisikan fluida panas. Pergerakan aliran
fluida menyebabkan terjadinya kontak
thermal antara sisi-sisi pengarah sehingga
akan menambah area penyerapan kalor,
seperti terlihat dari gambar 3. Dengan
penambahan area penyerapan kalor maka
akan mempercepat menurunnya temperature
fluida panas dari titik didihnya. Kondisi
pergerakan fluida dingin

810
Jurnal Mekanikal, Vol.9 No.1: Januari 2018: 808-813 e-ISSN 2502-700X p-
ISSN 2086-3403

Pengaruh perpindahan kalor aktual terendahnya akan semakin meningkat pula.


terhadap kecepatan fluida dingin Hal ini dapat terlihat pada Gambar 5 dimana
penukar kalor dengan pengarah helix mampu
menurunkan temperature lebih baik
dibandingkan penukar kalor tanpa pengarah.
Efektifitas Alat penukar kalor

Gambar 5. Grafik Pengaruh Kecepatan Fluida


Dingin Terhadap Perpindahan Kalor Aktual
Pada gambar 5 terlihat bahwa nilai laju
perpindahan kalor actual (Qact) mengalami
peningkatan seiring bertambahnya kecepatan
fluida pendingin yang diberikan. Terlihat
bahwa penukar kalor dengan pengarah helix Gambar 6 Hubungan Efektifitas Terhadap Laju
menghasilkan penukaran kalor yang jauh Aliran Fluida Dingin
lebih baik dibanding penukar kalor tanpa
pengarah, dimana ketika kecepatan aliran Ditinjau dari sisi efektivitas alat
fluida pendingin sebesar 0,53 m/s besar Qact penukar kalor, dimana semakin besar
untuk pengarah helix 5530 W sedangkan kecepatan aliran fluida dingin yang
untuk penukar kalor tanpa pengarah nilai memasuki alat penukar kalor maka
Qact sebesar 5261 W. kondisi sama juga efektivitas ( ) alat penukar kalor akan
terlihat ketika kecepatan ditingkatkan hingga semakin meningkat. Pada alat penukar kalor
mencapai 0,67 m/s, penukar kalor dengan dengan pengarah helix, ketika kecepatan
pengarah helix memberikan nilai Qact sebesar fluida pendingin sebesar 0,67; 0,60 dan
7262 W jauh lebih tinggi dibandingkan 0,52 m/s evektifitas yang
penukar kalor tanpa menggunakan pengarah dihasilkan yaitu 90,1; 92,0 dan 92,4 % dan
yang hanya memberikan Qact sebesar 6963 W. pada alat penukar kalor tanpa pengarah
Tingginya dan rendahnya laju perpindahan ketika kecepatan fluida dingin sebesar 0,67;
kalor yang terjadi akan mempengaruhi 0,60 dan 0,52 m/s
kemampuan alat penukar kalor dalam evektifitas yang diperoleh yaitu 82,6; 83,5
menurunkan temperature fluida panas. dan 85,8%. Hal ini menunjukan bahwa
Dimana semakin besar laju perpidahan kalor penggunaan penukar kalor dengan
yang terjadi maka proses perpindahan kalor penambahan pengarah helix lebih efektif
akan semakin meningkat pula, sehingga dibandingkan penukar kalor tanpa pengarah.
kemampuan alat penukar kalor dalam kondisi ini terlihat pada gambar 6 dimana
menurunkan temperatur fluida panas dari penukar kalor dengan pengarah mampu
titik didih hingga mencapai temperature menurunkan panas hasil kondensasi jauh
lebih baik dibandingkan tanpa pengarah.
Nilai

811
Jurnal Mekanikal, Vol.9 No.1: Januari 2018: 808-813 e-ISSN 2502-700X p-
ISSN 2086-3403

efektivitas dari alat penukar kalor penelitian ini bermanfaat kepada kita
dipengaruhi oleh perpindahan kalor aktual semua terlebih kepada diri saya sendiri. Amin.
(Qact) dan perpindahan kalor maksimum
(Qmax) yang terjadi. Dimana ()
berbanding lurus terhadap terhadap Qact dan
berbanding terbalik terhadap Qmax.
DAFTAR RUJUKAN
SIMPULAN Arifianto, Deni Y. (2009). Rancang Bangun Dan
Pengujian Model Kondensor Tipe
Penurunan temperatur fluida panas Concentric Tube Counter Current
dengan penambahan pengarah helix 40ᵒ Ganda Dengan Penambahan Sirip.
lebih besar dibandingkan tanpa Tugas Akhir. Universitas
Muhammadiyah
pengarah. begitu pula dengan Surakarta.
penambahan kecepatan fluida
pendingin, dimana semakin besar Cengel, Y A. (2003). Heat Transfer A
kecepatan maka penurunan temperature Practical Approach. 2nd Ed. McGraw-
akan semakin besar pula. hal ini terlihat Hill. New York
untuk penggunaan pengarah helix pada Ektrom & Son. (2009). Save Energy With
saat kecepatan 0,67 m/s; 0,60 m/s; 0,52 HelixchangerTM Heat Exchangers.
m/s penurunan temperature yang terjadi Touch Breafing.
sebesar 34,28 oC; 34,45 oC dan 35,75 oC
Frank M White. (1997). Mekanika Fluida.
sedangkan pada penukar kalor tanpa Cetakan Ke-2. Penerbit Erlangga.
pengarah sebesar 38,65 oC; 40,08 oC; dan Jakarta
40,79 oC. Sedangkan Untuk perpindahan
kalor yang terjadi pengarah dengan Holman, J. P. (1986). Heat Transfer. 3th Ed.
helix 40ᵒ menghasilkan perpindahan McGraw-Hil. New York
kalor lebih besar dibandingkan tanpa Handoyo, Ekadewi Anggraini. (2001).
tanpa pengarah. Dimana perpindahan Pengaruh Penggunaan Baffle Pada
kalor yang terjadi akan meningkat sesuai Shell And Tube Heat Exchanger. Jurnal
dengan peningkatan debit fluida dingin Teknik Mesin. Universitas Kristen
Petra.
yang diberikan.
Kreith, Frank. (2000) Prinsip-Prinsip
UCAPAN TERIMA KASIH Perpindahan Panas. Edisi Ke-3.
Penerbit Erlangga. Jakarta
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-
pihak yang membantu dalam penyelesaian Prasetio, Sandi (2008) Study Komparasi
penelitian ini, terutama staf laboratorium Koefisien Konveksi Sisi Shell Dengan
teknik pendingin dan mesin perkakas jurusan Metode Kern Dan Eksperimen Dalam
teknik mesin universitas tadulako atas segala Penukar Panas Helix 10o. Tugas
fasilitas yang diberikan selama penelitian ini Akhir. Institut Teknologi Sepuluh
berlangsung. Mudah-mudahan hasil November.
Ramesh K. Shah dan Dusan P. Seculic (2003)
Fundamentals Of Heat Exchanger
Designe. Jhon Wiley & Son, INC. New
Jersey.

812
Jurnal Mekanikal, Vol.9 No.1: Januari 2018: 808-813 e-ISSN 2502-700X p-
ISSN 2086-3403

Sunil S. Shinde, Samir S. Joshi dan Dr. S.


Pavithran (2012). International
Journal of Engineering Research and
Applications (IJERA). Vol-2, terbitan
1 Jan-Feb 2012.
Zhang, Jian-Fei et al. (2008) Experimental
performance comparison of shell-
side heat transfer for shell-and- tube
heat exchangers with middle-
overlapped helical baffles and
segmental baffles. Chemical
Engineering Science journal.
Zhang. Jian-Fei, Ya-Ling He, dan Wen- Quan
Tao (2010). A Design and Rating
Method for Shell-and-Tube Heat
Exchangers With Helical Baffles.
School of Power and Energy
Engineering .journal Vol. 132, MAY
2010

813
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

JURNAL

Analisa Head Losses Akibat Perubahan Diameter Penampang, Variasi


Material Pipa Dan Debit Aliran Fluida Pada Sambungan Elbow 900

Analysis Of Head Losses Consequent Section Diameter, Pipe Material And


Fluid Flow Debit At 900 Elbow Joint

Oleh:
SAUT KASDIARDI SILALAHI
13.1.03.01.0012

Dibimbing oleh :
1. IRWAN SETYOWIDODO, M.Si.
2. AM. MUFARRIH, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2017
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

ANALISA HEAD LOSSES AKIBAT PERUBAHAN DIAMETER


PENAMPANG, VARIASI MATERIAL PIPA DAN DEBIT
ALIRAN FLUIDA PADA SAMBUNGAN ELBOW 900

SAUT KASDIARDI SILALAHI


13.1.03.01.0012
Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin
Email: sautkasdiardisilalahi17@gmail.com
Irwan Setyowidodo, M.Si1 dan Am. Mufarrih, M.T2

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

Abstrak

Sistem perpipaan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam kalangan penduduk
padat. Aliran air yang keluar di rumah masyarakat terkadang tidak stabil saat
dipergunakan. Hal ini disebabkan faktor perubahan penampang, material pipa, dan
debit aliran fluida saat melewati belokan (elbow) pipa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perubahan diameter penampang, variasi material, debit aliran
fluida terhadap head losses serta mengetahui koefisien kerugian akibat bilangan
reynold. Desain penelitian ini menggunakan faktorial orthogonal array L12 kemudian
analisa data yang digunakan Analysis Of Variance (ANOVA) dengan bantuan
software minitab 16 serta tahap uji lanjut kontras (metode scheffe). Hasil penelitian
menunjukkan nilai head losses tertinggi pada diameter pipa 1 inch menuju ¾ inch,
material pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) dan debit aliran fluida 20 liter/menit sebesar
42.33 mm. Nilai head losses terendah pada diameter pipa ¾ inch menuju 1 inch,
material pipa PE (Polyethylene) dengan debit aliran fluida 10 liter/menit sebesar 5.33
mm. Koefisien kerugian terbesar pada diamater ¾ inch menuju 1 inch, material pipa
PVC dan debit aliran fluida 10 liter/menit sebesar 1.4602 sedangkan untuk reynold
number sebesar 12325.3. sehingga dari hasil ANOVA dan uji lanjut kontras (metode
scheffe) dapat disimpulkan diameter penampang, material pipa dan debit aliran fluida
berpengaruh signifikan terhadap head losses.

Kata kunci : head losses, diameter elbow 900, material pipa, debit aliran

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 1||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

A. PENDAHULUAN Sehingga persamaan kontinuitas


Secara umum setiap hari kita semua dapat kita ketahui dengan rumus (White,
selalu berhubungan dengan fluida hampir 1988:38):
dimanapun dan kapanpun kita berada,
(1)
fluida selalu mempengaruhi berbagai
Dimana:
kegiatan kita dalam kehidupan sehari-hari
A = luas penampang (m2)
baik dalam bentuk liquid ataupun gas.
v = kecepatan aliran penampang (m/s)
Namun pada dasarnya fluida yang
Q = debit aliran (m3/s)
digunakan sering mengalami kerugian atau
Menurut Streeter (1987:29),
tidak stabil saat mengalir melalui sistem
persamaan bernoulli merupakan akibat dari
perpipaan.
gerakan fluida sehingga menimbulkan atau
Dalam penelitian ini memiliki tujuan
menghasilkan energi, terutama energi
masalah antara lain: (1) untuk mengetahui
mekanik yaitu sebagai akibat dari kecepatan
pangaruh perubahan diameter penampang,
fluida. Bentuk persamaan energi yang dapat
(2) variasi material pipa, (3) debit aliran
diketahui dengan persamaan:
fluida terhadap head losses serta (4)
mengetahui koefisien kerugian pada (2)
0
sambungan elbow 90 akibat bilangan
Dimana:
reynold.
P = tekanan pada cairan (N/m2)
Menurut Raswari (1987:2), fluida
ρ = massa jenis (kg/s2)
merupakan suatu zat/bahan yang dalam
g = gravitasi bumi (9.81 m/s2)
keadaan setimbang tidak dapat menahan
z = elevasi (m)
gaya atau tegangan geser (shear force).
Sedangkan untuk persamaan
Adapun sifat – sifat dasar fluida yaitu
momentum adalah sesuatu benda yang
kerapatan (density), berat jenis (specific
sebanding dengan gaya yang bekerja pada
gravity), tekanan (pressure), dan kekentalan
benda tersebut.
(viscosity) (Orianto, 1989:3).
Fluida yang bergerak dapat
Untuk persamaan – persamaan dasar
diklasifikasikan ke dalam beberapa katagori
aliran fluida ada 3 persamaan antara lain
aliran laminar dan aliran turbulen.
persamaan kontinuitas yang diperoleh dari
Perbedaan antara aliran laminar dan
hukum kekekalan massa.
turbulen secara eksperimen pertama sekali

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 3||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

dipaparkan oleh Osborne Reynolds pada Dimana:


tahun 1883. = koefisien kerugian actual
= kerugian head aktual (m)

Metode Scheffe merupakan salah satu


metode uji kontras yang digunakan untuk
membandingkan semua data yang
Gambar 1. Aliran laminar (atas) dan
kemungkinan bersifat kontras atau
aliran turbulen (bawah)
Teori Reynolds merumuskan bahwa menonjol di antara rata-rata perlakuan

untuk aliran internal (internal flow) atau (Montgomery, 2001: 95).

aliran yang mengalir dalam pipa, jenis Himpunan kontras menggunakan

aliran yang terjadi dapat diketahui dengan standar kesalahan (standard error) sebagai

mendapatkan bilangan Reynoldsnya dari berikut :


a
persamaan (White, 1986:33): Scu = MS E  (c12 u / ni ) (5)
i =1

(3)
Sedangkan nilai kritis yang akan
Dimana:
dibandingkan dengan Cu dapat ditentukan
Re = Bilangan Reynold (tak berdimensi)
melalui formulasi berikut:
D = diameter pipa (ft atau m)
S .u = Scu (a −1)F a−1 (6)
N −a
v = viskositas kinematik (m2/s)
Bila nilai Cu > S .u maka rata – rata
Sehingga jenis aliran berdasarkan
bilangan Reynolds untuk aliran internal. Re himpunan data tersebut berbeda secara

< 2300, aliran adalah laminar, Re > 4000, signifikan atau yang bisa disebut sebagai

aliran adalah turbulen dan 2300 < Re < kontras.

4000, aliran adalah transisi. B. METODE PENELITIAN


Untuk mencari koefisien kerugian Desain penelitian ini menggunakan
atau nilai “k” dapat menggunakan rancangan percobaan faktorial orthogonal
persamaan sebagai berikut: array L12 dengan penyimbolan m x n x o
sehingga dalam percobaan ini terdapat 12
(4)
perlakuan. Maka dapat dibuat tabel seperti
berikut.

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 4||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Tabel 1. Variabel dan Level Penelitian Di bawah ini adalah gambar 4. yang
Variabel Level Nilai Variabel merupakan skema pipa uji yang akan
Bebas
Diameter 2 1 inch ¾ Inch - diletakkan pada instalasi.
Penampang

Material
2 Pipa PVC Pipa PE -
Pipa
Debit Aliran 3 10 l/menit 15 l/menit 20 l/menit

Sehingga untuk tabel hasil percobaan


menggunakan 3 replikasi.
Untuk rancangan alat penelitian Head Gambar 4. Pengujian Pipa Elbow 900
Losses pada sambungan elbow 900 sebagai
Kemudian dipasang alat ukur
berikut:
manometer yang nantinya diamati dan
diambil data secara berkala.
Beberapa bahan seperti sambungan
Elbow 900 dari masing-masing material
pipa beserta pipa reduce untuk perubahan
penampang dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 2. Rancangan alat penelitian

Pada gambar 2. Lingkaran hitam


nomor 3 merupakan sesi uji perubahan
penampang pipa elbow 900 dengan diameter (a) (b)
1 inch menuju ¾ inch dan ¾ inch menuju 1 Gambar 5. Sambungan Elbow 900 (a) Pipa
inch serta penggantian material pipa sesuai PVC dan (b) Pipa PE

prosedur penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian diawali


dengan study literatur untuk mendapatkan
informasi, data, dan teori yang berkaitan
dengan obyek penelitian. Kemudian
dilanjutkan prosedur penelitian (1)
persiapan alat penelitian, (2) tahap
0
Gambar 3. Sesi Pengujian Elbow 90 Penelitian, (3) kemudian tahap pengambilan
data head losses pada alat ukur manometer.

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 5||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Metode statistik yang digunakan Tabel 2. Pengambilan data hasil pengujian


Head Losses
Analysis Of Variance (ANOVA) dengan
Pengambilan Data (mm)
persyaratan terlebih dahulu dilakukan uji Diameter ¾ Diameter 1
No Material Debit
Replikasi inch inch
asumsi IIND (Identik, Independen, dan Pipa Aliran menuju 1 menuju ¾
inch inch
h1 h2 h3 h4
Distribusi Normal). ANOVA menggunakan 1
10 295 304 299 279
1 2
taraf signifikan 0,05 atau 5% artinya l/mnt 291 298 293 275
3 288 294 289 272
hipotesis yang diterima sebesar 95%. Pipa 1 224 239 231 198
15 2 220 234 226 194
2
Software yang digunakan adalah Minitab PVC l/mnt 3 217 229 220 190
20 12 82 106 104 60
16, kemudian diuji kembali dengan uji 3
l/mnt 78 100 98 56
3 75 95 95 54
lanjut kontras metode Scheffe untuk 1 81 88 86 71
4 10 2 78 83 82 69
mengetahui kontras tidaknya setiap data l/mnt 3 76 80 76 64
1
Pipa 15 2 44 57 53 28
yang diujikan. 5 PE l/mnt 42 53 48 25
3 41 50 44 23
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1 21 40 29 -12
6 20 2 18 35 26 -10
Dari hasil eksperimen dapat diketahui l/mnt 3 15 30 23 -9

dengan beberapa uji sehingga sebelum


Untuk tabel hasil rata-rata data
masuk hasil uji perlu diketahui dulu
penelitian head losses dapat kita lihat tabel
deskripsi hasil data pada setiap variabel.
dibawah ini.
1. Deskripsi Hasil Data Variabel
Tabel 3. Data rata-rata Penelitian Head
Nilai head losses yang telah diukur Losses
pada manometer dari berbagai variasi. No. Diameter
Material Pipa
Debit Head Losses
(hL)
Penampang Aliran
1. 10 l/menit 7.33 mm
Pipa PVC
h4 2. (PolyVinyl 15 l/menit 13.67 mm
h1 Diameter Chloride) 20 l/menit 22 mm
3. Penampang ¾
h3
h2 4. menuju 1
inch 10 l/menit 5.33 mm
Pipa PE
5. 15 l/menit 11 mm
(Poliethilene)
20 l/menit 17 mm
Gambar 6. Pengambilan Data 6.

7. 10 l/menit 18.33 mm
Tabel dibawah ini merupakan hasil Pipa PVC
8. (PolyVinyl 15 l/menit 31.66 mm
Chloride)
pengambilan data dari alat ukur manometer Diameter
9. Penampang 1 20 l/menit 42.33 mm

untuk pengujian Head Losses dengan 3 10. menuju ¾ 10 l/menit 13.33 mm


inch
Pipa PE
replikasi. 11. 15 l/menit 23 mm
(Polyethylene)
12. 20 l/menit 36 mm

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 6||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Pada tabel 3. menunjukkan bahwa Untuk mempermudah mengetahui


rata-rata head losses yang dihasilkan hubungannya lihat gambar grafik hubungan
diameter penampang 1 inch menuju ¾ inch nilai koefisien kerugian dan bilangan
lebih tinggi serta semakin naiknya debit reynold di bawah ini.
aliran head losses yang dihasilkan juga
semakin tinggi, sedangkan untuk material
pipa PVC lebih tinggi dari pada Pipa PE.

Gambar 8. Grafik Rata-Rata Hubungan


Nilai Koefisien Kerugian
Dari gambar 8. dapat kita lihat bahwa
diamater penampang ¾ menuju 1 inch
Gambar 7. Grafik Rata - Rata Head Losses memiliki koefisien kerugian yang lebih
Sedangkan untuk hubungan nilai besar, tampak pipa PE memiliki koefisien
koefisien kerugian dan bilangan reynold kerugian yang lebih kecil dari pipa PVC
dapat kita ketahui sesuai tabel 4. serta perubahan debit aliran fluida
menyebabkan meningkatnya kecepatan
Tabel 4. Data Rata-Rata Hubungan Nilai
Koefisien Kerugian Dan aliran dan bilangan reynold. Dilihat dari
Bilangan Reynold. tabel 5. dapat dipastikan hasil bilangan
No. Diameter Material Debit Aliran Bilangan Koefisien
Penampang Pipa Reynold Kerugian reynold melebihi 4000 sehingga dapat
1. 10 l/menit 12325.3 1.46026
diartikan semua aliran turbulen.
2. Pipa PVC 15 l/menit 19258.4 1.11472

3. Diameter 20 l/menit 25412 1.02987


Penampang ¾
2. Analisa Data
4. menuju 1 inch 10 l/menit 12087.6 1.10418 Prosedur analisa data, perlu terlebih
5. Pipa PE 15 l/menit 18887.1 0.93277
dahulu diuji dengan asumsi IIDN (Identik,
6. 20 l/menit 24930.8 0.82733
Independen, dan Distribusi Normal).
7. 10 l/menit 9022.5 1.10046
8. Pipa PVC 15 l/menit 14097.7 0.77866 Pertama Uji kenormalan residual
20 l/menit 18608.8 0.59733
9. Diameter dilakukan dengan menggunakan Uji
Penampang 1
10. menuju ¾ inch 10 l/menit 8953.4 0.85855 Anderson-Darling yang terdapat pada
11. Pipa PE 15 l/menit 13989.8 0.6066
20 l/menit 18466.6 0.54996
program minitab 16.
12.

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 7||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Probability Plot of Head Losses


Normal
Yang terakhir pengujian independen,
99
Mean 20.08

95
StDev
N
11.51
12
penelitian ini dilakukan dengan
AD 0.320
90
P-Value 0.487
80
70
menggunakan auto coreelation function
Percent

60
50
40
30
20
(ACF).
10

5
Autocorrelation Function for Head Losses
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
1
-10 0 10 20 30 40 50
1.0
Head Losses
0.8
0.6
0.4

Autocorrelation
0.2

Gambar 9. Plot uji distribusi normal pada 0.0


-0.2

respon head losses -0.4


-0.6
-0.8

H0 ditolak jika p-value lebih kecil dari -1.0

1 2 3
Lag

pada α = 0.05. Gambar 9. menunjukan


bahwa dengan uji Anderson-Darling Gambar 11. Plot ACF pada respon head
losses
diperoleh P-Value sebesar 0.487 yang
Berdasarkan plot ACF yang
berarti lebih besar dari α = 0.05. oleh
ditunjukan pada gambar 11. Tidak ada nilai
karena itu dapat disimpulkan bahwa H0
AFC pada tiap lag yang keluar dari batas
merupakan residual berdistribusi normal.
interval. Hal ini membuktikan bahwa tidak
Kemudian uji identik untuk
ada kolerasi antar residual artinya bersifat
mengetahui apakah data penelitian yang
independen.
dihasilkan identik atau tidak
3. Hasil Analisa Data
Versus Fits
(response is Head Losses)

4
Analisa data menggunakan analysis
3

2
of varians (ANOVA).
Residual

0
Tabel 5. Analisa Varians Variabel Proses
-1

-2
Terhadap Head Losses
-3
0 10 20 30 40
Analysis of Variance for Head Losses, using
Fitted Value
Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
Gambar 10. Plot residual head losses
Diameter 1 650.04 650.04 650.04 68.36 0.000
versus fitted values
Material 1
Gambar 10. menunjukkan bahwa 73.31 73.31 73.31 7.71 0.027
Pipa

residual terbesar secara acak disekitar harga Debit 2 666.68 666.68 333.34 35.05 0.000
Aliran
minus dua dan tidak membentuk pola Error 7 66.56 66.56 9.51

tertentu. Dengan demikian asumsi Total 11 1456.59

residual identik terpenuhi. S = 3.08369 R-Sq = 95.43% R-Sq(adj) = 92.82%

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 8||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Sedangkan nilai persentase kontribusi ada pengaruh debit aliran fluida terhadap
pengaruh dari setiap faktor penelitian head losses.
(variabel bebas) terhadap head losses Pengaruh yang diberikan dari tiga
adalah sebagai berikut : variabel ini mampu terlihat dengan jelas

Tabel 6. Persentase Kontribusi Untuk melalui gambar main effect plot untuk head
Setiap Faktor Penelitian losses yang didapat dari uji ANOVA pada
Variabel %
DF Seq SS Adj MS SS' Software Minitab 16 sebagai berikut.
Bebas Kontribusi
Diameter 1 650.04 650.04 640.53 44.63
Penampang Main Effects Plot for Head Losses
Data Means

Material Pipa 1 73.31 73.31 63.8 5.03 Diameter Material Pipa


30

25
Debit Aliran 2 666.68 35.05 647.66 45.77
20

Error 7 66.56 9.51 4.57 15

10
Total 11 1456.59 100.00

Mean
1 inch - 3/4 inch 3/4 inch - 1 inch PE PVC
Debit Aliran
30

25
4. Pengujian Hipotesis 20

15

Dalam pengujian hipotesis untuk 10


10 15 20

menarik kesimpulan sesuai analisa data


Gambar 12. Plot efek yang diberikan
dapat menggunakan cara membandingkan
variabel bebas terhadap Head
nilai Fhitung yang dihasilkan dari analisis Losses
varian dan Ftabel dari tabel distribusi F,  5. Pengujian Lanjut Kontras (Metode
(signifikan) 0.05. Scheffe)

Untuk variabel bebas Diameter Pengujian lanjut dengan metode

Penampang. Kesimpulan: Fhitung = 68.36 > Scheffe ini digunakan oleh peneliti untuk

F(0.05;2,33) = 3.28, maka H0 ditolak, artinya membandingkan data hasil penelitian.

ada pengaruh diameter penampang terhadap Tabel 7. Hasil Pengujian Lanjut Kontras
head losses.  C S0,05 Hasil Uji

Untuk variabel bebas Material Pipa μ1-μ4 2.00 < 2.02 Tidak Kontras
μ2-μ5 2.67 > 2.02 Kontras
Kesimpulan: Fhitung = 7.71 > F(0.05;2,33) = μ3-μ6 5.00 > 2.02 Kontras
μ7-μ10 5.00 > 2.02 Kontras
3.28, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh μ8-μ11 8.66 > 2.02 Kontras
μ9-μ12 6.33 > 2.02 Kontras
material pipa terhadap head losses.
Untuk variabel bebas Debit Aliran Hasil uji kontras pada tabel 8 untuk
Fluida. Kesimpulan: Fhitung = 35.05 > rata – rata head losses perbandingan
F(0.05;2,33) = 3.28, maka H0 ditolak, artinya diameter 1 inch menuju ¾ inch (μ7, μ8, μ9,
μ10, μ11, μ12) memiliki hasil uji kontras yang

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 9||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

lebih tinggi. Kemudian diuji kontras halus dari pada pipa PVC. Hal ini diperkuat
kembali dapat dilihat tabel dibawah ini. penelitian Hendarwati Pamungkas (2011:6)

Tabel 8. Hasil Pengujian Lanjut Kontras “Analisi Pengaliran Dalam Pipa” yang
menjelaskan kekasaran permukaan pipa
 C S0,05 Hasil Uji

μ1-μ7 11 > 2.02 Kontras dapat mempengaruhi laju aliran.


μ2-μ8 17.66 > 2.02 Kontras
μ3-μ9 20.33 > 2.02 Kontras
Semakin besar debit aliran head
μ4-μ10 8 > 2.02 Kontras
losses juga semakin meningkat. Head
μ5-μ11 12 > 2.02 Kontras
μ6-μ12 19 > 2.02 Kontras losses tertinggi berada pada debit aliran
fluida 20 liter/menit. Sehingga sesuai
Berdasarkan hasil pengujian kontras
penelitian Sugi dan Irawan (2010:47)
pada tabel 8. menerangkan bahwa nilai
bahwa semakin besar laju aliran maka debit
head losses pada data μ3 dan μ9 dengan
aliran juga semakin meningkat.
diameter penampang 1 inch menuju ¾ inch
Koefisien kerugian terbesar pada
variasi material pipa PVC memiliki uji
diameter penampang ¾ inch menuju 1 inch
yang lebih kontras dengan debit aliran
dan debit aliran 10 liter/menit untuk pipa
tertinggi 20 liter/menit.
PVC sebesar 1.46026 serta pipa PE sebesar
6. Pembahasan
1.10418.
Beberapa kombinasi yang mampu
menghasilkan head losses yang optimal. D. PENUTUP
1. Simpulan
Dimana pengaruh diameter
Penelitian dapat diambil kesimpulan
penampang 1 inch menuju ¾ inch mampu
sebagai berikut :
menghasilkan head losses tertinggi. Sesuai
a. Diameter penampang pipa berpengaruh
teori Bernoulli “Handbook Fluid
terhadap head losses dengan hasil dari
Mechanics” ketika zat cair mengalir
analisa varians untuk nilai Fhitung lebih
melewati penampang besar menuju
besar dari Ftabel atau nilai P-value tidak
penampang kecil, tekanan zat cair pada
lebih besar dari nilai signifikan (0.05 =
penampang besar lebih besar dari tekanan
5%), untuk presentasi kontribusi
zat cair pada penampang kecil (White,
diperoleh sebesar 44.63%.
1988:183).
b. Material pipa memiliki pengaruh
Pipa PVC memiliki head losses yang
terhadap hasil head losses dengan
tinggi dibandingkan pipa PE. Karena
presentasi kontribusi hanya memperoleh
kontruksi pipa PE lebih baik atau lebih
Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id
Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 10||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 02 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

sebesar 5.03%. nilai head losses tertinggi Pamungkas, Hendarwati. 2011. Analisis
Pengaliran Air Dalam Pipa Dengan
ada pada material pipa PVC
Berbagai Perubahan Penampang
c. Debit aliran fluida juga mempengaruhi Pada Suatu Jaringan Pipa. (Skripsi).
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
hasil head losses hasil analisa varian
nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau Rahmat, Sugi dan Adhe Irawan. 2010.
Analisa Kerugian Head Perluasan
nilai P-value tidak lebih besar dari nilai dan Penyempitan Penampang Pada
signifikan (0.05 = 5%), untuk presentasi Sambungan 900. Skripsi. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
kontribusi hanya memperoleh sebesar
45.77%. Nilai head losses tertinggi ada Raswari. 1987. Teknologi dan Perencanaan
Sistem Perpipaan. Jakarta:
pada debit aliran 20 liter/menit. Universitas Indonesia.
d. Koefisien kerugian terbesar pada
Streeter, Victor L dan Prijono Arko. 1987.
diameter penampang ¾ inch menuju 1 Mekanika Fluida (Terjemahan).
inch dan debit aliran 10 liter/menit untuk Jakarta: Erlangga.

pipa PVC sebesar 1.46026 serta pipa PE White, Frank M dan Manahan Hariandja.
1986. Mekanika Fluida (Edisi
sebesar 1.10418.
Pertama). Terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
2. Saran
Cara mengurangi head losses pilihlah White, Frank M. 1988. Handook Fluid
Mechanics (Fifth Edition). Boston:
perubahan diameter penampang yang
McGraw-Hill Series in Mechanical
terkecil menuju diameter terbesar dengan Engineering.
material pipa yang kontruksinya baik.
Untuk debit aliran fluida yang mengalir,
aturlah hingga paling rendah sesuai
kebutuhan.

E. DAFTAR PUSTAKA
Montgomery, Douglas C. 2001. Design And
Analysis of Experiments (Fifth
Edition). New York: Jhon Wiley &
Sons, INC.

Orianto, M dan W.A Pratikto. 1989.


Mekanika Fluida I. (Edisi Pertama).
Yogyakarta: BPFE.

Saut Kasdiardi Silalahi | 13103010012 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 11||
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 p-ISSN 2477-3506
e-ISSN 2549-1938

Analisis Perbedaan Tekanan Fluida pada Ball Valve


Kondisi Full Closed dan Full Open dengan Computational Fluid Dynamics

Meri Rahmi1, Dellfika Canra2, Suliono3


1,2,3
Teknik Mesin-Politeknik Negeri Indramayu
1,2,3
Indramayu, Indonesia
E-mail : meri@polindra.ac.id , delffika.canra@polindra.ac.id2, suliono@polindra.ac.id3
1

Abstrak

Ball valve merupakan salah satu katup tipe gerak memutar. Ball valve berfungsi sebagai pengontrol aliran
berbentuk disc seperti bola. Ball valve banyak digunakan karena mudah dalam perbaikan dan
kemampuan menahan tekanan dan suhu tinggi. Aliran fluida dalam ball valve tidak selalu mengalir, ada
saatnya aliran ditutup. Tekanan fluida pada kondisi tertutup berbeda dengan kondisi terbuka. Hal ini akan
berdampak terhadap kekuatan ball valve sebagai katup. Tekanan yang besar atau melebihi spesifikasi
akan mempengaruhi mekanisme kerja ball valve dan kekuatan material ball valve. Pengaruh tekanan ini
menjadi sangat penting dalam ball valve karena tekanan fluida dengan temperatur, pada kondisi tertentu
bisa diluar batas spesifikasi khususnya ball valve 4 inch ANSI 300. Hal ini menjadi faktor penting,
terutama dalam faktor keamanan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis perbedaan
tekanan fluida yang terjadi pada ball valve 4 inch ANSI 300 saat kondisi tertutup (full closed) dan kondisi
terbuka (full open) pada temperatur fluida 425oC terhadap mekanisme kerja ball valve 4 inch ANSI 300.
Metode yang digunakan adalah Computational Fluid Dynamics dengan bantuan software Flow
Simulation Solidworks. Berdasarkan hasil analisis, penurunan tekanan fluida dengan temperature 425 oC
yang terjadi tidak signifikan mempengaruhi kondisi material ball valve 4 inch ANSI 300. Perbedaan
tekanan fluida antara kondisi full closed dengan full open hanya 0.01 psi.

Kata Kunci: CFD, Tekanan, Temperatur, Ball Valve

Abstract

Ball valve is one type of rotary motion valve. Ball valve serves as a disc-shaped flow controller such as
a ball. Ball valve is widely used because it is easy to repair and the ability to withstand high pressure
and temperature. The fluid flow in the ball valve does not always flow, there are times the flow is closed.
Fluid pressure in closed conditions is different from open conditions. This will affect the strength of the
ball valve as a valve. Pressure that large or exceed the specifications will affect the mechanism of work
ball valve and ball valve material strength. The effect of this pressure becomes very important in the ball
valve because of fluid pressure with temperature, under certain conditions can be beyond the
specification limits, especially 4-inch ball valve ANSI 300. This becomes an important factor, especially
in the safety factor. Therefore, this study aims to analyze the difference of fluid pressure occurring in 4
inch ANSI 300 ball valve during full closed condition and full open condition at 425oC fluid temperature
to 4 inch ANSI 300 ball valve mechanism. Method used is Computational Fluid Dynamics with the help
of Flow Simulation Solidworks software. Based on the analysis result, the decrease of fluid pressure with
425 oC temperature that happened did not significantly affect the condition of 4 inch ANSI 300 ball valve
material. The difference of fluid pressure between full closed condition and full open is only 0.01 psi.
Keywords: CFD, Pressure, Ball Valve

pengontrol aliran berbentuk disc seperti bola. Disc


I. PENDAHULUAN tersebut memiliki lubang yang berada tepat di tengahnya.
Katup (valve) banyak digunakan di berbagai industri Pada posisi terbuka (open), lubang menghadap searah
terutama dalam sistem perpipaan. Fungsinya adalah untuk dengan kedua ujung katup, dan terjadi aliran. Pada kondisi
mengendalikan laju alir. Bagi produsen katup, sangat tertutup, posisi lubang berada tegak lurus terhadap ujung
penting untuk mengetahui karakteristik temperatur dan katup, maka posisi katup dalam kondisi tutup (close) dan
tekanan di dalam katup. Katup mampu mengendalikan aliran akan terhalang.
aliran cairan maupun gas dengan baik pada saat kondisi Ball valve banyak digunakan karena mudah dalam
katup tertutup (full closed) atau terbuka (full open). perbaikan dan mampu untuk menahan tekanan dan suhu
Ball valve merupakan salah satu katup tipe gerak tinggi. Ball valve dapat menahan tekanan hingga 10.000
memutar. Ball valve adalah sebuah katup dengan

7
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 p-ISSN 2477-3506
e-ISSN 2549-1938

psi dan dengan temperatur sekitar 200oC. Hal ini II.2 Computational Fluid Dynamics (CFD)
dipengaruhi pada saat pemilihan material ball valve. Computational Fluid Dynamics (CFD) merupakan
Kemampuan ball valve menahan tekanan pada suhu perangkat lunak yang memungkinkan analisis aliran
tinggi, dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem fluida, termasuk perpindahan panas termal dan efek
perpipaan. Penelitian menyatakan bahwa bentuk aliran konduksi panas dalam cairan dan melalui batas-batas
dan kondisi aliran dalam ball valve pada kondisi full open padat dari domain aliran. Penerapan CFD cukup
dengan kecepatan inlet yang berbeda dapat meningkatkan kinerja mesin selama 20 tahun terakhir,
divisualisasikan dengan menggunakan metode visualisasi sekaligus mengurangi waktu siklus desain [3].
arus pelacak partikel (PTFV) [1]. CFD berkaitan dengan solusi numerik persamaan
Pengaruh penurunan bukaan katup mengakibatkan diferensial yang mengatur aliran massa, momentum, dan
panjang resirkulasi meningkat. Peningkatan resirkulasi energi dalam bergerak cairan. Kesulitan utama dalam
akan berpengaruh terhadap penurunan tekanan fluida [2]. informasi empiris yaitu terbatasnya rentang skala
Penelitian Zhang hanya melakukan analisis optimisasi kecepatan fluida, suhu, waktu, atau panjang yang
desain terhadap ball valve dengan menggunakan flow dihasilkan [4].
simulation dan menyatakan bahwa hasil simulais aliran
dapat membantu dan bisa dijadikan indikator metode yang II.3 Tekanan (Pressure)
lebih baik [7]. Dalam penelitian ini, akan melakukan Kekuatan fluida yang terjadi substansinya adalah gaya
analisis perbedaan tekanan terhadap ball valve pada saat geser, tegangan, dan kompresi. Menurut definisi, cairan
kondisi valve tertutup (full closed) dan terbuka (full open) dalam keadaan statis tidak dapat menahan gaya geser
dengan temperatur 425 oC. Tujuannya adalah untuk apapun tanpa mengalir. Fluida yang dapat menahan
mengetahui bagaimana perubahan tekanan akibat kompresi kekuatan disebut tekanan (pressure). Tekanan
temperatur tinggi terhadap kondisi dan mekanisme ball fluida akan dipengaruhi juga oleh tekanan atmosfer yaitu
valve 4 inch ANSI 300. Dengan metode Computational berat per satuan luas udara dan bervariasi dengan kondisi
Fluid Dynamics dengan software Solidworks. Penelitian cuaca. Biasanya diukur dengan barometer, disebut
ini disusun sebagai berikut. Pendahuluan diberikan barometric pressure [5]. Tekanan didefinisikan sebagai
Bagian I. Kajian literatur terkait penelitian ada pada gaya normal yang diberikan oleh cairan per satuan luas.
Bagian II. Bagian III menyajikan metode yang diusulkan. Tekanan dalam padatan adalah tegangan normal [6].
Hasil analisis dibahas pada Bagian IV. Bagian V
𝑊
menjelaskan tentang kesimpulan. 𝑃 = 𝜎𝑛 = 𝐴𝑓𝑒𝑒𝑡 (1)
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Ball Valve Tekanan fluida pada saat tidak mengalir, tidak
Ball valve merupakan katup putar yang dapat tergantung pada bentuk atau penampang wadah.
digunakan sebagai bagian kontrol atau blok pada sistem Perubahan terjadi karena jarak vertikal. Konsekuensi
atau dalam suatu proses aliran. Umumnya berutar 90◦ tekanan pada cairan, konstan ke arah horizontal sehingga
untuk memblokir aliran. Ball valve memiliki kemampuan meningkatkan tekanan dalam jumlah yang sama [6].
aliran yang baik pada saat tekanan rendah dan suhu tetap
pada kondisi baik. Pemilihan ukuran, desain dan material II.4 Suhu (Temperature)
tertentu memegang peranan penting dalam kehandalan Suhu merupakan hal penting dalam termodinamika
dan kinerja dari sistem pada saat bekerja., untuk dalam mempengaruhi aliran dalam sistem perpipaan. Pada
memproduksi katup bola yang andal. Ball valve memiliki suhu konstan, modulus bulk cairan mnegalami penurunan
karakteristik antara lain; resistansi terhadap cairan ringan, suhu. Air merupakan pengecualian karena terjadi
tidak mudah bocor dan daya kerja tinggi. Ball valve tidak peningkatan menjadi nilai maksimum pada 120°F (49°C)
hanya digunakan pada pipa industri umum, juga banyak dan penurunan suhu diatas tekanan atmosfer. Untuk
digunakan di berbagai jaringan pipa industri persamaan suhu cairan dapat didekati dengan persamaan
kedirgantaraan [7]. [5]:
𝜕𝑝 𝑝2− 𝑝1
𝐸
𝑛= − 𝑣 (𝜕𝑣) = 𝑣1 (𝑣 1−𝑣 )2 (2)
𝑛 𝑛

III. METODE
Bagian ini menjelaskan metode yang digunakan untuk
analisis perbedaan tekanan pada ball valve yang di ulas
dalam penelitian ini. Proses analisis tekanan terdiri dari
dua bagian, yaitu pembuatan model 3D ball valve dan
analisis CFD pada ball valve.

III.1 Pembuatan model 3D ball valve


Model ball valve yang akan dianalisis adalah ukuran
Gambar 1. Struktur Ball Valve [7] 4 inch ANSI 300. Model dan material pembentuknya
mengikuti standar ANSI 300. Material utama ball valve

8
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 p-ISSN 2477-3506
e-ISSN 2549-1938

yaitu ASTM A105 dan ASTM A182 GR. F6a. Sedangkan


untuk material gasket dan seal menggunakan material
PTFE. Pembuatan model 3D ball valve ini menggunakan
software Solidworks. Model 3D dibuat untuk dua kondisi, Batas 1
yaitu kondisi full closed dan kondisi full open. Model 3D
ball valve dapat dilihat pada Gambar 2.
Batas 2

Gambar 4. Kondisi batas ball valve full closed

2. Penentuan material fluida


Fluida yang digunakan untuk analisis CFD terhadap
ball valve yaitu fluida dengan spesifikasi, dinamic
viscosity 7.538x10-4 Pa.S dan specific heat ratio 4.188
J. Penentuan fluida sendiri berdasarkan data dari
industri yang sering menggunakan ball valve pada
sistem perpipaan. Material ini digunakan untuk kedua
Gambar 2. Model geometri ball valve 4 inch -300 kondisi valve pada saat analisis.

Sebelum analisis, model perakitan ball valve 3. Penentuan pembebanan


disederhanakan dengan tepat sehingga dapat Pembebanan pada saat analisis dengan menggunakan
meningkatkan keberhasilan dari analisis. Bagian dalam CFD adalah tekanan dan temperatur. Tekanan yang
valve yang penuh dengan fluida ditutup seluruhnya agar diinput yaitu, 1087.5 psi dengan temperatur atau suhu
mudah dalam menentukan kondisi batas saluran masuk untuk pada saat kondisi full closed dan full open adalah
dan saluran keluar. Kondisi ini bisa menggunakan fitur 425oC. Pemilihan temperatur ini untuk melihat
yang tersedia dalam flow simulation Solidworks. perubahan tekanan yang terjadi dalam ball valve yang
mampu bertahan pada kondisi suhu tinggi.
III.2 Analisis CFD pada Ball Valve IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Model 3D ball valve yang sudah didesain sesuai
dengan spesifikasi ANSI, selanjutnya dilakukan analisis IV. 1 Ball Valve Kondisi Full Closed
CFD dengan Solidwoks flow simulation. Beberapa Perubahan tekanan berdasarkan hasil analisis CFD
tahapan dalam analisis CFD antara lain; terhadap ball valve 4 inch ANSI 300 untuk kondisi full
1. Penentuan kondisi batas closed dapat dilihat pada Gambar 5.
Penentuan batas ini bertujuan untuk menentukan
posisi inlet dan outlet aliran fluida dalam ball valve.
Pada Gambar 3. kondisi full closed dapat dilihat batas
1 sebagai inlet sedanglan batas 2 sebagai oulet. Hal
yang sama juga berlaku untuk kondisi full open yang
dapat dilihat pada Gambar 4.

Batas 2
Gambar 5. Tekanan Fluida Kondisi Full Closed

Batas 1 Pada saat kondisi full closed, tekanan fluida tidak


Gambar 3. Kondisi batas ball valve full closed menunjukkan adanya peningkatan signifikan. Nilai
perubahan tekanan fluida menunjukkan penurunan
diantara 1087.42 psi sampai dengan nilai minimum
1087.27 psi. Grafik perubahan tekanan fluida dapat dilihat
pada Gambar 6.

9
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 p-ISSN 2477-3506
e-ISSN 2549-1938

Gambar 6. Grafik Perubahan Tekanan Fluida Kondisi


Full Closed Gambar 9. Grafik Perubahan Tekanan Fluida
Kondisi Full Open
Temperatur 425oC juga tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap tekanan pada fluida. Temperatur 425oC juga tidak menunjukkan
Pengaruh temperatur bisa dilihat pada Gambar 7. pengaruh yang signifikan terhadap tekanan pada fluida.
Pengaruh temperatur bisa dilihat pada Gambar 10.

Gambar 7. Temperatur Fluida Kondisi Full Closed

IV. 2 Ball Valve Kondisi Full Open Gambar 10. Temperatur Fluida Kondisi Full Open
Perubahan tekanan berdasarkan hasil analisis CFD
terhadap ball valve 4 inch ANSI 300 untuk kondisi full Berdasarkan analisis CFD terhadap ball valve 4 inch
open dapat dilihat pada Gambar 8. ANSI 300 didapatkan hasil perubahan tekanan yang
dipengaruhi oleh temperatur tinggi yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi hasil CFD
Ball Valve 4 inch ANSI 300
Kondisi
Full Closed Full Open
Tekanan
Input 1087.50 psi 1087.50 psi
Max. Output 1087.42 psi 1087.42 psi
Min. Output 1087.27 psi 1087.28 psi

Temperatur
Input 425oC 425oC
Gambar 8. Tekanan Fluida Kondisi Full Open Max. Output 425oC 425oC
Min. Output 425oC 425oC
Hal yang sama juga ditunjukkan pada aat kondisi full
a
open, tekanan fluida juga tidak menunjukkan adanya
peningkatan signifikan. Nilai perubahan tekanan fluida V. PENUTUP
menunjukkan penurunan diantara 1087.42 psi sampai
dengan nilai minimum 1087.28 psi. Grafik perubahan Kesimpulan
tekanan fluida dapat dilihat pada Gambar 9. Tekanan yang terjadi pada ball valve 4 inch ANSI 300,
tidak menunjukkan perubahan secara signifikan antara
kondisi full closed dan full open setelah dilakukan analisis
dengan CFD flow simulation Solidworks. Pada kondisi full
closed perubahan tekanan berkisar 0.15 psi, sedangkan
pada kondisi full open perubahan tekanan hanya sekitar

10
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 p-ISSN 2477-3506
e-ISSN 2549-1938

0.14 psi. Temperatur tinggi juga tidak mempengaruhi


tekanan yang terjadi pada aliran dalam ball valve. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ball valve merupakan
valve yang memiliki kemampuan dan kehandalan yang
sangat tinggi, terbukti dengan perbedaan tekaan yang
tidak signifikan pada kondisi full closed maupun full open.

Penggunaan metode Computational Fluid Dynamics,


merupakan metode yang baik digunakan untuk
memastikan bentuk tekanan pada katup setelah hasil
perancangan selesai dilakukan. Ini bertujuan untuk
meminimalisir kegagalan pada saat valve selesai
diproduksi.

Saran
Saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya adalah
bagaimana kekuatan ball valve berdasarkan pengaruh
aliran fluida yang sudah dianalisis dengan CFD. Analisis
lanjutan untuk mengetahui kekuatan komponen-
komponen penting dalam ball valve dengan metode Finite
Elemen Analysis (FEA).

VI. DAFTAR PUSTAKA


[1] J.-M. Chern, C.-C. Wang and C.-H. Ma,
"Performance Test And Flow Visualization Of Ball
Valve," Experimental Thermal and Fluid Science,
31, pp. 505-512, 2007.
[2] A. Tabrizi, M. Asadi, G. Xie, G. Lorenzini and C.
Biserni, "Computational Fluid-Dynamics-Based
Analysis of a Ball Valve Performance in the
Presence of Cavitation," Journal of Engineering
Thermophysics Vol. 23 No.1, pp. 27-38, 2014.
[3] C. Hirsch, Numerical Computation of Internal and
External Flows. Volume 1 Fundamentals of
Computational Fluid Dynamics, Oxford: JohnWiley
& Sons, Ltd, 2007.
[4] W. A. Date, Introduction to Computational Fluid
Dynamics, Bombay: United States of America by
Cambridge University Press, New York, 2005.
[5] W. J. Murdock, Fundamental Fluid Mechanics for
The Practicing Engineer, Pennsylvania: MARCEL
DEKKER, INC, 1993.
[6] A. Y. Cengel and M. J. Cimbala, Fluid Mechanics:
Fundamentals and Applications, New York, NY:
McGraw-Hill, a business unit of The McGraw-Hill
Companies, Inc.,, 2006.
[7] J. Zhang, "EFD Fluid Simulation Of Ball Valve on
Solidworks," Advanced Materials Research Vol. 82,
pp. 13-16, 2013.

11
He a lt h 0
0
Fire 0
0 0
Re a c t iv it y 0
Pe rs o n a l
Pro t e c t io n A

Material Safety Data Sheet


Water MSDS

Section 1: Chemical Product and Company Identification

Product Name: Water Contact Information:


Catalog Codes: SLW1063 Sciencelab.com, Inc.
14025 Smith Rd.
CAS#: 7732-18-5 Houston, Texas 77396
RTECS: ZC0110000 US Sales: 1-800-901-7247
International Sales: 1-281-441-4400
TSCA: TSCA 8(b) inventory: Water
Order Online: ScienceLab.com
CI#: Not available.
CHEMTREC (24HR Emergency Telephone), call:
Synonym: Dihydrogen oxide 1-800-424-9300
Chemical Name: Water International CHEMTREC, call: 1-703-527-3887
Chemical Formula: H2O For non-emergency assistance, call: 1-281-441-4400

Section 2: Composition and Information on Ingredients


Composition:

Name CAS # % by Weight


Water 7732-18-5 100

Toxicological Data on Ingredients: Not applicable.

Section 3: Hazards Identification

Potential Acute Health Effects:


Non-corrosive for skin. Non-irritant for skin. Non-sensitizer for skin. Non-permeator by skin. Non-irritating to the eyes. Non-
hazardous in case of ingestion. Non-hazardous in case of inhalation. Non-irritant for lungs. Non-sensitizer for lungs. Non-
corrosive to the eyes. Non-corrosive for lungs.
Potential Chronic Health Effects:
Non-corrosive for skin. Non-irritant for skin. Non-sensitizer for skin. Non-permeator by skin. Non-irritating to the eyes.
Non-hazardous in case of ingestion. Non-hazardous in case of inhalation. Non-irritant for lungs. Non-sensitizer for lungs.
CARCINOGENIC EFFECTS: Not available. MUTAGENIC EFFECTS: Not available. TERATOGENIC EFFECTS: Not available.
DEVELOPMENTAL TOXICITY: Not available.

Section 4: First Aid Measures

Eye Contact: Not applicable.

p. 1
Skin Contact: Not applicable.
Serious Skin Contact: Not available.
Inhalation: Not applicable.
Serious Inhalation: Not available.
Ingestion: Not Applicable
Serious Ingestion: Not available.

Section 5: Fire and Explosion Data

Flammability of the Product: Non-flammable.


Auto-Ignition Temperature: Not applicable.
Flash Points: Not applicable.
Flammable Limits: Not applicable.
Products of Combustion: Not available.
Fire Hazards in Presence of Various Substances: Not applicable.
Explosion Hazards in Presence of Various Substances: Not Applicable
Fire Fighting Media and Instructions: Not applicable.
Special Remarks on Fire Hazards: Not available.
Special Remarks on Explosion Hazards: Not available.

Section 6: Accidental Release Measures

Small Spill: Mop up, or absorb with an inert dry material and place in an appropriate waste disposal container.
Large Spill: Absorb with an inert material and put the spilled material in an appropriate waste disposal.

Section 7: Handling and Storage

Precautions: No specific safety phrase has been found applicable for this product.
Storage: Not applicable.

Section 8: Exposure Controls/Personal Protection

Engineering Controls: Not Applicable


Personal Protection: Safety glasses. Lab coat.
Personal Protection in Case of a Large Spill: Not Applicable
Exposure Limits: Not available.

Section 9: Physical and Chemical Properties

Physical state and appearance: Liquid.

p. 2
Odor: Odorless.
Taste: Not available.
Molecular Weight: 18.02 g/mole
Color: Colorless.
pH (1% soln/water): 7 [Neutral.]
Boiling Point: 100°C (212°F)
Melting Point: Not available.
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: 1 (Water = 1)
Vapor Pressure: 2.3 kPa (@ 20°C)
Vapor Density: 0.62 (Air = 1)
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not available.
Water/Oil Dist. Coeff.: Not available.
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: Not applicable
Solubility: Not Applicable

Section 10: Stability and Reactivity Data

Stability: The product is stable.


Instability Temperature: Not available.
Conditions of Instability: Not available.
Incompatibility with various substances: Not available.
Corrosivity: Not available.
Special Remarks on Reactivity: Not available.
Special Remarks on Corrosivity: Not available.
Polymerization: Will not occur.

Section 11: Toxicological Information

Routes of Entry: Absorbed through skin. Eye contact.


Toxicity to Animals:
LD50: [Rat] - Route: oral; Dose: > 90 ml/kg LC50: Not available.
Chronic Effects on Humans: Not available.
Other Toxic Effects on Humans:
Non-corrosive for skin. Non-irritant for skin. Non-sensitizer for skin. Non-permeator by skin. Non-hazardous in case of
ingestion. Non-hazardous in case of inhalation. Non-irritant for lungs. Non-sensitizer for lungs. Non-corrosive to the eyes. Non-
corrosive for lungs.
Special Remarks on Toxicity to Animals: Not available.

p. 3
Special Remarks on Chronic Effects on Humans: Not available.
Special Remarks on other Toxic Effects on Humans: Not available.

Section 12: Ecological Information

Ecotoxicity: Not available.


BOD5 and COD: Not available.
Products of Biodegradation:
Possibly hazardous short term degradation products are not likely. However, long term degradation products may arise.
Toxicity of the Products of Biodegradation: The product itself and its products of degradation are not toxic.
Special Remarks on the Products of Biodegradation: Not available.

Section 13: Disposal Considerations

Waste Disposal:
Waste must be disposed of in accordance with federal, state and local environmental control regulations.

Section 14: Transport Information

DOT Classification: Not a DOT controlled material (United States).


Identification: Not applicable.
Special Provisions for Transport: Not applicable.

Section 15: Other Regulatory Information

Federal and State Regulations: TSCA 8(b) inventory: Water


Other Regulations: EINECS: This product is on the European Inventory of Existing Commercial Chemical Substances.
Other Classifications:
WHMIS (Canada): Not controlled under WHMIS (Canada).
DSCL (EEC):
This product is not classified according to the EU regulations. Not applicable.
HMIS (U.S.A.):
Health Hazard: 0
Fire Hazard: 0
Reactivity: 0
Personal Protection: a
National Fire Protection Association (U.S.A.):
Health: 0
Flammability: 0
Reactivity: 0
Specific hazard:

p. 4
Protective Equipment:
Not applicable. Lab coat. Not applicable. Safety glasses.

Section 16: Other Information

References: Not available.


Other Special Considerations: Not available.
Created: 10/10/2005 08:33 PM
Last Updated: 05/21/2013 12:00 PM

The information above is believed to be accurate and represents the best information currently available to us. However, we
make no warranty of merchantability or any other warranty, express or implied, with respect to such information, and we assume
no liability resulting from its use. Users should make their own investigations to determine the suitability of the information for
their particular purposes. In no event shall ScienceLab.com be liable for any claims, losses, or damages of any third party or for
lost profits or any special, indirect, incidental, consequential or exemplary damages, howsoever arising, even if ScienceLab.com
has been advised of the possibility of such damages.

p. 5

Anda mungkin juga menyukai