Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL I TEKNIK KIMIA

MODUL :
DINAMKA PENGOSONGAN TANGKI

Oleh :
Kelompok 11
1. Afifah Hasna (119280095)
2. Wisnu Widya Utama (119280042)
3. Yosi Anugrah S.M Tampubolon(119280036)

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


2021
ABSTRAK
Tujuan dari percobaan kali ini yaitu untuk mempelajari dinamika (perilaku) proses
tidak tunak (unsteady state) melalui sistem fisik sederhana. Praktikan diharapkan
mampu mengenali dan mendefinisikan keadaan tunak dan tidak tunak untuk sistem-
sistem fisik sederhana, membangun model matematika untuk sistem-sistem fisik
sederhana yang berada dalam keadaan tidak tunak dan menentukan parameter-
parameter model ma tematika yang telah dibangun dari rangkaian data percobaan.
pada percobaan di perlukan alat-alat dan bahan berupa stopwatch,teko ukur,air dan
rangkaian alat percobaan.Praktikum kali ini dilakukan dengan 4 percobaan yaitu
kalibrasi luas penampang tangki,penentuan laju alir input,penentuan laju alir output
dengan parameter k dan n serta simulasi gangguan. Pada percobaan kalibrasi luas
penampang tangki didapatkan data hasil perhitungan berupa A sebesar 1092 cm 2.
Pada percobaan laju alir input didapatkan nilai laju alir pada bukaan 50%, 75% serta
100% sebesar 93.589 m3/s, 197.6 m3/s, dan 360.38 m3/s. Pada percobaan simulasi
gangguan keadaan steady state dimulai pada saat ketinggian 24.5 cm pada waktu
3890.1 s dan saat diberikan gangguan keadaan steady state dimulai pada ketinggian
56.3 cm dan pada waktu 39.15 menit. Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah
semakin besar bukaan valve maka laju alir yang dihasilkan akan semakin besar, pada
percobaan simulasi gangguan, keadaan awal lebih cepat mencapai keadaan steady
state dibandingkan dengan yang diberikan gangguan, hal ini dikarenakan jumlah
volume air yang diberikan pada setiap percobaan. Saran pada praktikum kali ini
adalah praktikum dapat dilakukan oleh semua anggota kelompok agar semua
mahasiswa dapat memahami dengan baik praktikum dinamika pengosongan tangki
ini, diharapkan praktikan dapat lebih teliti dan berhati – hati dalam pengambilan data
seta pembacaan skala ketinggian praktikum ini karena pada bukaan 100% kenaikan
ketinggian terjadi sangat cepat dan lebih teliti dan cermat lagi dalam mengatur valve
bukaan

DAFTAR ISI

i
ABSTRAK...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iv
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Tinjauan Pustaka...................................................................................................2
TUJUAN DAN SASARAN....................................................................................................4
2.1 Tujuan.....................................................................................................................4
2.2 Sasaran....................................................................................................................4
BAB III...................................................................................................................................5
METODELOGI PERCOBAAN...........................................................................................5
3.1 Alat dan Bahan.......................................................................................................5
3.2 Diagram Alir...........................................................................................................5
BAB IV....................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................8
4.1 Hasil.........................................................................................................................8
4.2 Pembahasan..........................................................................................................13
BAB V...................................................................................................................................19
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
LAMPIRAN PERHITUNGAN...........................................................................................21
Lembar Keselamatan.............................................................................................................40

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Kalibrasi Luas Penampang Tangki..........................................................8


Tabel 4.1.2 Penentuan Laju Alir Input.......................................................................8
Tabel 4.1.3 Penentuan Laju Alir Output.....................................................................9
Tabel 4.1.4 Penentuan Parameter n dan k ...............................................................10
Tabel 4.1.5 Simulasi Gangguan Keadaan Awal.......................................................11
Tabel 4.1.6 Simulasi Gangguan Keadaan Akhir......................................................12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2.1. Diagram Alir Kalibrasi Luas Penampang Tangki..............................5


Gambar 3.2.2. Diagram Alir Laju Alir Input..............................................................6
Gambar 3.2.3. Diagram Alir Laju Alir Output...........................................................6
Gambar 3.2.4. Diagram Alir Simulasi Gangguan......................................................7
Gambar 4.1. Kalibrasi Luas Penampang Tangki......................................................13
Gambar 4.2. Penentuan Laju Alir Input...................................................................14
Gambar 4.3. Penentuan Laju Alir Output.................................................................15
Gambar 4.4. Penentuan Parameter n dan k...............................................................16
Gambar 4.5. Simulasi Gangguan Keadaan Awal.....................................................17
Gambar 4.6. Simulasi Gangguan Keadaan Akhir.....................................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan perindustrian, dibutuhkan tempat dimana faktor-faktor
manusia, mesin dan peralatan, material, energi, modal, informasi sumber daya alam
dan lain lain dikelola secara bersama dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan
suatu produk secara efektif, efisien dan aman atau biasa disebut dengan pabrik. Untuk
melaksanakan suatu proses di pabrik, diperlukan dinamika proses yang merupakan
variasi dari kinerja proses sepanjang waktu setelah setiap gangguan yang diberikan
ke dalam proses. Dinamika proses dapat ditentukan dengan metode pengosongan
tangki dan metode pengukuran suhu. Metode pengosongan tangki menggunakan
sistem permodelan.

Dalam proses kimia pada sistem pengoperasiannya suatu waktu akan


mengalami gangguan, salah satunya adalah dinamika proses. Dinamika proses
merupakan variasi unjuk kerja dari waktu ke waktu sebagai suatu respon terhadap
adanya perubahan beban proses atau karena adanya gangguan yang masuk
kedalam sistem proses. Dinamika proses selalu terjadi selama proses belum mencapai
kondisi tunak. Dinamika proses menunjukkan unjuk kerja proses yang profilnya
selalu berubah terhadap waktu. Dinamika proses selalu terjadi selama sistem proses
belum mencapai kondisi tunak. Keadaan tidak tunak terjadi karena adanya
gangguan terhadap kondisi proses yang tunak.

Pada percobaan kali ini dilakukan tiga percobaan yakni pengosongan tangka
dan simulasi gangguan pada tangki . Pada percobaan ke-1 dilakukan proses
pengosongan tangki yang diatur dengan valve keluaran sehingga debit keluaran dapat
ditentukan oleh parameter k ( konstanta laju alir ) dan n (orde proses ). Pada
percobaan ke-2 dilakukan simulasi gangguan pada sistem tangki yang telah tunak
dengan kondisi yang harus dipenuhi adalah menentukan tinggi arus air didalam tangki
sebelum dan sesudah keadaan tunak.

1
1.2 Tinjauan Pustaka
Dinamika proses merupakan variasi dari kinerja proses sepanjang waktu setelah
setiap gangguan yang diberikan ke dalam proses. Dinamika proses dapat ditentukan
dengan metode pengosongan tangki dan metode pengukuran suhu. Metode
pengosongan tangki menggunakan sistem permodelan. Sedangkan penentuan
dinamika proses dengan menggunakan metode pengaturan suhu digunakan sistem
berorde 1 dan berorde 2.
Tahap awal dari pembuatan model suatu proses adalah dengan melakukan
analisa dari proses tersebut. Tujuan analisa adalah mendapat gambaran dari kejadian
secara fisik, memprediksi kelakuan proses, membandingkan dengan kelakuan
sebenarnya mengevaluasi terhadap keterbatasan dari model yang ada dan dilanjutkan
dengan perancangan unit proses.

Dalam dinamika proses ada 2 keadaan yang ditinjau yaitu :


1. Keadaan Tunak ( Steady State)
Keadaan tunak (steady state) adalah keadaan di mana suatu sistem berada
dalam kesetimbangan atau tidak berubah lagi seiring waktu, atau tunak.
Ada banyak fenomena di dunia ini yang bisa dianggap sebagai keadaan
tunak. Contoh sistem yang tunak (steady state) adalah potensial listrik
pada daerah yang bebas muatan (daerah tanpa muatan listrik), sistem
dengan temperatur yang tidak berubah seiring waktu pada daerah yang
bebas sumber panas, potensial kecepatan pada aliran takmampumapat
yang bebas pusaran dan bebas sumber kecepatan. Suatu sistem berada
dalam kondisi tunak (steady state) apabila tidak ada satu pun sifatnya
yang mengalami perubahan terhadap waktu tertentu, atau mengalami
perubahan terhadap waktu namun sangatlah kecil, sehingga dapat
diabaikan. Untuk suatu volume atur dalam keadaan tunak, identitas dari
zat di dalam volume atur terus menerus mengalami perubahan.
2. Keadaan Tidak Tunak (Unsteady State)
Suatu sistem berada dalam keadaan tak tunak apabila keadaannya
mengalami perubahan terhadap waktu tertentu. Contohnya adalah saat

2
menghidupkan (startup) atau mematikan (shutdown) turbin, kompresor,
dan motor. Selain itu bejana yang sedang diisi atau dikosongkan
juga termasuk dalam keadaan tak tunak
Untuk mempermudah penyelesaiaan bentuk kompleks dan non linier I ubah
menjadi bentuk linier disekitar kondisi tunak. Untuk mempelajari karakeristik sistem
proses dan kelakuannya diperlukan variabel bebas dan variabel tidak bebas dari
sistem. Persamaan-persamaan hubungan antara variabel proses yang dapat
menggambarkan kelakuan dinamik proses terhadap perubahan waktu. Persamaan
hubungan anatara variabel-variabel bebas dan tidak bebas dapat ditentukan dengan
menggunakan prinsip kekekalan yang disebut persamaan keadaan (equation of state).
Perubahan volume dapat dihitung dengan persamaan :
∆ v= A x ∆ h dan ∆ v=Q x ∆t
Keterangan :
∆ v = perubahan volume (ml)
A = luas penampang tangki (cm2)
∆ h = perubahan ketinggian air (cm)
Q = laju alir (m/s)
∆ t = perubahan waktu (s)
Hubungan antara laju perubahan ketinggian air dengan ketinggian air ditulis dengan
persamaan :
−dh
=k . hn
dt

¿ ( −dh
dt )
=n .∈h+¿ k (metode linearisasi)

Keterangan :
h = ketinggian air (cm)
t = waktu (s)
k = parameter
n = parameter

3
BAB II

TUJUAN DAN SASARAN


2.1 Tujuan
Tujuan praktikum mengenai dinamika pengosongan tangki yaitu praktikan
mampu mempelajari dinamika (perilaku) proses tidak tunak (unsteady state) melalui
sistem fisik sederhana.
2.2 Sasaran
Sasaran dari praktikum dinamika pengosongan tangka antara lain :
1. Praktikan dapat mengenali dan mendefinisikan keadaan tunak dan tidak
tunak untuk sistem – sistem fisik sederhana
2. Membangun model matematika untuk system – system fisik sederhana
yang berada dalam keadaan tidak tunak
3. Menentukan parameter-parameter model matematika yang telah dibangun
dari rangkaian data percobaan

4
BAB III

METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain :
1. Teko ukur air
2. Stopwatch
3. Tangki penampung air
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Air

3.2 Diagram Alir


3.2.1 Kalibrasi Luas Penampang Tangki

Mulai

Air dengan volume tertentu dimasukkan


ke dalam tangki

Ya Ketinggian air dalam tangki dicatat

6 Volume air
berbeda

Tidak

Selesai

Gambar 3.2.1 Diagram Alir Kalibrasi Luas Penampang Tangki

5
3.2.2 Laju Alir Input

Mulai

Tangki dikosongkan, valve output ditutup, valve input dibuka

Ya Waktu untuk setiap penambahan ketinggin tangki dicatat

4 variasi
valve input

Tidak

Selesai

Gambar 3.2.2 Diagram Alir Laju Alir Input


3.2.3 Penentuan Laju Alir Output

Mulai

Tangki diisi dengan air

Valve output dibuka dengan bukaan tertentu


Ya
Waktu setiap penurunan ketinggian air tangka dicatat

4 variasi
Valve
output
Tidak

Selesai

Gambar 3.2.3 Diagram Alir Laju Alir 6


Output
3.2.4 Simulasi Gangguan

Mulai

Tangki dikosongkan

Valve input dan valve


output dibuka bersamaan
dengan bukaan tertentu

Ketinggian air dalam tangki


dicatat setiap rentang waktu
tertentu hingga kondisi tunak

Diberikan gangguan
pada sistem yang
sudah tunak

Ketinggian air dalam tangki


dicatat setiap rentang waktu
tertentu hingg kondisi tunak
tercapai kembali

Selesai

Gambar 3.2.4 Diagram Alir Simulasi Gangguan

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Kalibrasi Luas Penampang

No V (ml) h (cm)
1 2000 3,7
2 4000 5,2
3 6000 6,7
4 8000 8,2
5 10000 9,7
6 12000 11,2
7 14000 12,6
8 16000 14,3
9 18000 15,8
10 20000 17,2
Tabel 4.1.2 Penentuan Laju Alir Input
Bukaan 100 % Bukaan 75 % Bukaan 50 %
No h (cm)
t (s) ΔV t (s) ΔV t (s) ΔV
1 10 0 0 0 0 0 0
2 12 7 2184 11 2184 20 2184
3 14 11 4368 23 4368 52 4368
4 16 17 6552 34 6552 80 6552
5 18 24 8736 45 8736 113 8736
6 20 30 10920 56 10920 145 10920
7 22 36 13104 69 13104 165 13104
8 24 43 15288 79 15288 187 15288
9 26 49 17472 91 17472 206 17472
10 28 55 19656 102 19656 246 19656
11 30 60 21840 113 21840 266 21840
12 32 66 24024 123 24024 287 24024
13 34 73 26208 135 26208 307 26208
14 36 79 28392 145 28392 328 28392
15 38 85 30576 156 30576 350 30576
16 40 91 32760 167 32760 367 32760
17 42 97 34944 177 34944 390 34944
18 44 103 37128 189 37128 409 37128
19 46 109 39312 200 39312 429 39312
20 48 115 41496 211 41496 450 41496
21 50 120 43680 222 43680 469 43680
Tabel 4.1.3 Penentuan Laju Alir Output

8
bukaan 100% bukaan 75% bukaan 50%
No h (cm)
t (s) ∆V t (s) ∆V t (s) ∆V
1 50 0 0 0 0 0 0
2 48 58 2184 62 2184 95 2184
3 46 89 4368 124 4368 222 4368
4 44 161 6552 180 6552 344 6552
5 42 232 8736 239 8736 467 8736
6 40 268 10920 305 10920 605 10920
7 38 313 13104 363 13104 743 13104
8 36 368 15288 426 15288 879 15288
9 34 426 17472 498 17472 1015 17472
10 32 486 19656 562 19656 1151 19656
11 30 549 21840 643 21840 1303 21840
12 28 609 24024 706 24024 1455 24024
13 26 681 26208 777 26208 1604 26208
14 24 741 28392 858 28392 1773 28392
15 22 817 30576 939 30576 1939 30576
16 20 886 32760 1016 32760 2101 32760
17 18 960 34944 1104 34944 2297 34944
18 16 1043 37128 1188 37128 2488 37128
19 14 1133 39312 1291 39312 2684 39312
20 12 1158 41496 1390 41496 2894 41496
21 10 1229 43680 1494 43680 3119 43680

9
Tabel 4.1.4 Penentuan Parameter n dan k
bukaan 100% bukaan 75% bukaan 50%
h(cm
No ln h −dh −dh −dh
) In ( ) In ( ) In ( )
t(s) dt t(s) dt t(s) dt
1 50 0 0 0 0 0 0 0
2 48 3,871 58 3,85308 48 3,849 95 3,86018
3 46 3,828 89 3,81635 92 3,816 222 3,82373
4 44 3,784 161 3,77711 145 3,776 344 3,78088
5 42 3,737 232 3,73253 239 3,732 467 3,73512
6 40 3,688 268 3,6842 305 3,684 605 3,68681
7 38 3,637 313 3,63337 363 3,633 743 3,63581
8 36 3,583 368 3,57974 426 3,580 879 3,58194
9 34 3,526 426 3,5229 498 3,523 1015 3,52491
10 32 3,465 486 3,46252 562 3,462 1151 3,46438
11 30 3,401 549 3,39816 643 3,398 1303 3,39992
12 28 3,332 609 3,32927 706 3,329 1455 3,33098
13 26 3,258 681 3,25527 777 3,255 1604 3,2569
14 24 3,178 741 3,17524 858 3,175 1773 3,17688
15 22 3,091 817 3,08826 939 3,088 1939 3,08987
101
16 20 2,995 886 2,99291 6 2,993 2101 2,99454
110
17 18 2,890 960 2,88747 4 2,887 2297 2,88916
118
18 16 2,772 1043 2,76959 8 2,769 2488 2,77133
129
19 14 2,639 1133 2,6359 1 2,636 2684 2,63773
139
20 12 2,484 1158 2,4813 0 2,481 2894 2,48347
149
21 10 2,302 1229 2,29851 4 2,299 3119 2,30098

10
Tabel 4.1.5 Simulasi Gangguan Keadaan Awal
h
No (cm) t (s)
1 2 106
2 4 250
3 6 423
4 8 641
5 10 872
6 12 1117
7 14 1436
8 16 1794
9 18 2280
10 20 2773
11 22 3420
12 24.5 3890
3890.
13 24.5 1
3890.
14 24.5 5
3890.
15 24.5 7

11
Tabel 4.1.6 Simulasi Gangguan Keadaan Akhir

No h (cm) t (s)
1 2 40
2 4 81
3 6 130
4 8 206
5 10 237
6 12 293
7 14 413
8 16 468
9 18 615
10 20 756
11 22 823
12 24 916
13 26 1040
14 28 1131
15 30 1195
16 32 1293
17 34 1384
18 36 1454
19 38 1553
20 40 1642
21 42 1723
22 44 1867
23 46 1965
24 48 1995
25 50 2047
26 52 2105
27 54 2169
28 56,3 2227
29 56,3 2267
30 56,3 2308
31 56,3 2349

12
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kalibrasi Luas Penampang Tangki

Kalibrasi Luas Penampang


25000

20000
f(x) = 1328.31 x − 2894.16
R² = 1 Kalibrasi Luas
15000 Penampang
Linear (Kalibrasi Luas
Penampang)
10000

5000

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18

Gambar 4.1. Grafik Kalibrasi Luas Penampang


Pada praktikum ini dilakukan kalibrasi luas penampang dengan
mengisi tangki kosong dengan sejumlah air pada volume tertentu yang di
variasikan, sehingga diperoleh tinggi air (h) dalam tangki. Hubungan
antara volume air yang ditambahkan dengan tinggi air dalam tangki di
tunjukkan pada tabel 4.1.1, dimana semakin banyak volume air yang
ditambahkan ke dalam tangki, maka tinggi air akan semakin naik. Hal ini
dikarenakan setiap variabel volume yang ditambahkan, akan
menyebabkan air di dalam tangki semakin banyak yang mengakibatkan
ketinggian air meningkat. Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa
luas penampang tangki adalah 1092 cm2. Hal ini dapat dilihat dari
gradient grafik kalibrasi luas penampang. Hal ini juga dapat dinyatakan
kedalam bentuk persamaan umum garis lurus yaitu, y=ax+b. Dimana y
dinyatakan dalam volume dan x dinyatakan sebagai ketinggian. Lalu
dimasukkan kepersamaan V=A*h, jadi dapat disimpulkan bahwa luas
penampangnya dinyatakan dalam a atau dapat disebut juga sebagai
gradient.

13
4.2.2 Penentuan Laju Alir Input
f(x) = 0
R² = 0
Grafik Penentuan Laju Alir Input

50000 Bukaan 50%

45000 Linear
197.28 x +− 39.53
f(x) = 360.48 218.05 (Bukaan
40000 50%)
R² = 1
35000
Bukaan 75%
30000
Linear
25000 (Bukaan
75%)
20000
15000 Bukaan 100%
10000 Linear
(Bukaan
5000 100%)
0
0 50 100 150 200 250

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang
diberikan pada aliran input, maka ΔV akan semakin besar. Hal itu
dikarenakan ketika valve dibuka, sistem akan terus mengalirkan air ke
dalam tangki, sehingga volume akan bertambah seiring berjalannya
waktu.

Dari pembandingan antar grafik penentuan laju alir input di atas,


pada bukaan 100% waktu (t) yang dibutuhkan untuk mendapatkan
volume tertentu lebih kecil atau lebih cepat dibandingkan pada bukaan
75% dan bukaan 50%. Kemudian pada bukaan 75% waktu (t) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan volume tertentu lebih kecil atau lebih
cepat dibandingkan pada bukaan 50% dan lebih besar atau lebih lama dari
bukaan 100%. Hal ini dapat terjadi karena ketika valve dibuka pada
bukaan yang relatif kecil, laju alir yang keluar melalui valve tersebut
menjadi kecil sehingga lebih lama untuk mencapai volume tertentu. Dan
sebaliknya, ketika valve dibuka pada bukaan yang relatif besar, laju alir

14
air yang keluar melalui valve tersebut akan menjadi besar sehingga lebih
cepat mencapai volume tertentu.

Laju alir dapat diperoleh dari derajat kemiringan (slope) dimana luas
penampang (A)= slop. Sehingga didapat kesimpulan bahwa laju alir pada
bukaan 50% adalah 88.433 mL/s, laju alir pada bukaan 75% adalah
195.85 mL/s, dan laju alir pada bukaan 100% adalah 360.96 mL/s.
4.2.3 Penentuan Laju Alir Output
f(x) = 0
R² = 0
Grafik Penentuan Laju Alir output
Bukaan
50%
50000
Linear
45000 (Bukaan
f(x)
f(x) == 29.64
34.9 x x++1554.23
1848.35
40000 R² 50%)
R² == 0.99
0.99
35000 Bukaan
30000 75%
25000 Linear
20000 (Bukaan
75%)
15000
10000 Bukaan
100%
5000
0 Linear
(Bukaan
100%)

Gambar 4.3. Grafik Penentuan Laju Alir Output


Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang
diberikan pada aliran input, maka ΔV akan semakin besar. Hal itu
dikarenakan ketika valve dibuka, sistem akan terus mengalirkan air dari
dalam tangki ke luar, sehingga volume yang dialirkan akan bertambah
seiring berjalannya waktu.

Dari pembandingan antar grafik penentuan laju alir input di atas,


pada bukaan 100% waktu (t) yang dibutuhkan untuk mengalirkan volume
tertentu lebih kecil atau lebih cepat dibandingkan pada bukaan 75% dan
bukaan 50%. Kemudian pada bukaan 75% waktu (t) yang dibutuhkan

15
untuk mengalirkan volume tertentu lebih kecil atau lebih cepat
dibandingkan pada bukaan 50% dan lebih besar atau lebih lama dari
bukaan 100%. Hal ini dapat terjadi karena ketika valve dibuka pada
bukaan yang relatif kecil, laju alir yang keluar melalui valve tersebut
menjadi kecil sehingga lebih lama untuk mengalirkan volume tertentu.
Dan sebaliknya, ketika valve dibuka pada bukaan yang relatif besar, laju
alir air yang keluar melalui valve tersebut akan menjadi besar sehingga
lebih cepat mengalirkan volume tertentu.

Laju alir dapat diperoleh dari derajat kemiringan (slope)


dimana luas penampang (A)= slop. Sehingga didapat kesimpulan bahwa
laju alir pada bukaan 50% adalah 15.208 mL/s, laju alir pada bukaan
75% adalah 31.548 mL/s, dan laju alir pada bukaan 100% adalah 36.777
mL/s.

4.2.4 Penentuan Parameter n dan k

Penentuan Parameter n dan k


-3
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
f(x)
f(x) == 0.13
0.25 xx −− 3.75
4.25 Bukaan 100%
-3.5 R²
R² == 0.56
0.73 Linear (Bukaan 100%)
Bukaan 75%
-4 Linear (Bukaan 75%)
f(x) = 0.24 x − 4.95 Bukaan 50%
R² = 0.84 Linear (Bukaan 50%)
-4.5

-5

Gambar 4.4. Penentuan Parameter n dan k

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai ln(h) berbanding lurus
dengan ln(-dh/dt) dimana pada setiap bukaan valve yaitu 100%, 75%, dan

16
50% tidak berpengaruh terhadap nilai ln(h) dan ln(-dh/dt). Penentuan

dh
parameter dapat ditentukan dengan rumus ln( )=n ×ln ( h )+ ln ⁡(k )
dt
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai parameter n pada bukaan 100%
adalah 0.1268 dan nilai parameter k adalah 0.0234, pada bukaan 75%
nilai n adalah 0.2473 dan nilai k adalah 0.0142, dan pada bukaan 50%
nilai n adalah 0.2359 dan nilai k adalah 0.0071.
4.2.5 Simulasi Gangguan Keadaan Awal

Simulasi Gangguan Keadaan Awal


30

25

20
Simulasi Gangguan
15 Keadaan Awal

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 4.5. Simulasi Gangguan Keadaan Awal

Simulasi gangguan keadaan awal adalah pengamatan hubungan


antara waktu (t) dengan ketinggian (h) pada sistem dinamika
pengosongan tangki sebelum diberikan gangguan. Grafik hubungan
antara t dengan h menunnjukkan bahwa semakin lama waktu yang
diberikan, maka ketinggian air akan semakin tinggi. Dan belum
menunjukkan adanya ketinggian yang konstan terhadap waktu, sehingga
sistem dalam keadaan tidak tunak. Hal ini dikarenakan laju alir keluar
lebih kecil daripada laju alir masuk. Pada simulasi gangguan awal,

17
keadaan steady state berada pada ketinggian 24.5 cm dengan waktu
3980.1 detik.
4.2.6 Simulasi Gangguan Keadaan Akhir

Simulasi Gangguan Keadaan Akhir

60

57

54 Simulasin Gangguan
Keadaan Akhir
51

48

45
30 33 36 39 42 45

Gambar 4.6. Simulasi Gangguan Keadaan Akhir


Setelah pada simulasi gangguan keadaan awal sistem belum
mencapai keadaan tunak, maka diberikan gangguan berupa penambahan
pembukaan valve output atau pembukan valve gangguan (Q2). Hingga
sistem mencapai kondisi tunak, dimana ketinggian air tidak dipengaruhi
oleh waktu. Pada simulasi gangguan akhir, keadaan steady state berada
pada ketinggian 56.3 cm dengan waktu 39.15 menit.

18
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
1. Pada percobaan laju alir input didapatkan nilai laju alir pada bukaan 50%,
75% serta 100% sebesar 93.589 m3/s, 197.6 m3/s, dan 360.38 m3/s.
Semakin besar bukaan valve maka laju alir yang dihasilkan akan semakin
besar.
2. Pada percobaan laju alir input didapatkan nilai laju alir serta parameter n
dan k pada bukaan 50%, 75% serta 100% sebesar
3. Pada praktikum didapatkan hasil bahwa pada simulasi gangguan awal
didapatkan air berada di titik steady state pada ketinggian 24.5 cm dengan
waktu 3980.1 sekon sedaangkan pada simulasi gangguan akhir didapati
hasil berada dititik steady state ketika ketinggian 56.3 cm dengan waktu
38.15 menit. Pada percobaan ini keadaan awal lebih cepat mencapai
keadaan steady state dibandingkan dengan yang diberikan gangguan, hal
ini dikarenakan jumlah volume air yang diberikan pada setiap percobaan
5.2. Saran
1. Praktikum dapat dilakukan oleh semua anggota kelompok agar semua
mahasiswa dapat memahami dengan baik praktikum dinamika
pengosongan tangki ini
2. Diharapkan praktikan dapat lebih teliti dan berhati – hati dalam
pengambilan data seta pembacaan skala ketinggian praktikum ini karena
pada bukaan 100% kenaikan ketinggian terjadi sangat cepat
3. Lebih teliti dan cermat lagi dalam mengatur valve bukaan

19
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan. (2012). Dinamika Proses. Kalimantan: Universitas Tanjung Pura.


Harriot, P. (1992). Process Control. New York : McGraw Hill Book Inc.
Stephanopoulus, G. (1984). Chemical Process Control : An Introduction to Theory
and Practice. New Jersey: Prebtice Hall Inc.

20
LAMPIRAN PERHITUNGAN
A. Perhitungan Lengkap
1. Kalibrasi Luas Penampang Tangki

V=A*h
Keterangan :
A = Luas Penampang tangka (cm2)
V = Volume air (ml)
H = (Tinggi air dalam tangki (cm)

Cara mencari luas penampang adalah dari gradien hubungan antara volume
dengan tinggi air
y = ax + b
y = 1328,3x + 2894,2
A=a
A = 1328,3 cm2

B. Penentuan Laju Alir Input


1. Perubahan volume
∆V = A * ∆h
Keterangan :
∆V = Perubahan Volume (ml)
A = Luas Permukaan tangki (cm2)
∆h = Perubahan Ketinggian Air (cm)

A = 1092 cm2

Saat h = 10 cm

- Bukaan 100 %, t = 0 s
∆V = A * ∆h
= 1092*0
=0

- Bukaan 75 %, t = 0 s
∆V = A * ∆h
= 1092*0

21
=0
- Bukaan 50 %, t = 0 s
∆V = A * ∆h
= 1092*0
=0

Saat h = 12 cm
- Bukaan 100 %, t = 7 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(12-10)

= 2184 ml

- Bukaan 75 %, t = 11 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(12-10)
= 2184 ml

- Bukaan 50 %, t = 20 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(12-10)
= 2184 ml

Saat h = 14 cm
- Bukaan 100 %, t = 11 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(14-10)

= 4368 ml

- Bukaan 75 %, t = 23 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(14-10)
= 4368 ml

- Bukaan 50 %, t = 52 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(14-10)

22
= 4368 ml

Saat h = 16 cm
- Bukaan 100 %, t = 17 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(16-10)

= 6552 ml
- Bukaan 75 %, t = 34 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(16-10)
= 6552 ml

- Bukaan 50 %, t = 80 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(16-10)
= 6552 ml

Saat h = 18 cm
- Bukaan 100 %, t = 24 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(18-10)
= 8736 ml

- Bukaan 75 %, t = 45 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(18-10)
= 8736 ml

- Bukaan 50 %, t = 113 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(18-10)
= 8736 ml

Saat h = 20 cm
- Bukaan 100 %, t = 30 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(20-10)

23
=10920 ml

- Bukaan 75 %, t = 56 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(20-10)
= 10920 ml

- Bukaan 50 %, t = 145 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(20-10)
= 10920 ml

Saat h = 22 cm
- Bukaan 100 %, t = 36 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(22-10)
= 13104 ml

- Bukaan 75 %, t = 69 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(22-10)
=13104 ml

- Bukaan 50 %, t = 165 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(22-10)
= 13104 ml

Saat h = 24 cm
- Bukaan 100 %, t = 43 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(24-10)
= 15288 ml

- Bukaan 75 %, t = 79 s
∆V = A * ∆h

24
= 1092*(24-10)
=15288 ml

- Bukaan 50 %, t = 187 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(24-10)
= 15288 ml

Saat h = 26 cm
- Bukaan 100 %, t = 49 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(26-10)
= 17472 ml

- Bukaan 75 %, t = 91 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(26-10)
=17472 ml

- Bukaan 50 %, t = 206 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(26-10)
= 17472 ml

Saat h = 28 cm
- Bukaan 100 %, t = 55 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(28-10)
= 19656 ml

- Bukaan 75 %, t = 102 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(28-10)
= 19656 ml
- Bukaan 50 %, t = 246 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(28-10)

25
= 19656 ml

Saat h = 30 cm
- Bukaan 100 %, t = 60 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(30-10)
= 21840 ml

- Bukaan 75 %, t = 113 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(30-10)
= 21840 ml

- Bukaan 50 %, t = 266 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(30-10)
= 21840 ml

Saat h = 32 cm
- Bukaan 100 %, t = 66 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(32-10)
= 24024 ml

- Bukaan 75 %, t = 123 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(32-10)
= 24024 ml

- Bukaan 50 %, t = 287 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(32-10)
= 24024 ml

Saat h = 34 cm
- Bukaan 100 %, t = 73 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(34-10)
= 26208 ml

26
- Bukaan 75 %, t = 135 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(34-10)
= 26208 ml

- Bukaan 50 %, t = 307 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(34-10)
= 26208 ml

Saat h = 36 cm
- Bukaan 100 %, t = 79 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(36 -10)
= 47818,8 ml

- Bukaan 75 %, t = 145 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(36 -10)
= 28392 ml

- Bukaan 50 %, t = 328 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(36 -10)
= 28392 ml

Saat h = 38 cm
- Bukaan 100 %, t = 85 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(38 -10)
= 30576 ml

- Bukaan 75 %, t = 156 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(38 -10)
= 30576 ml

- Bukaan 50 %, t = 350 s

27
∆V = A * ∆h
= 1092*(38 -10)
= 30576 ml

Saat h = 40 cm
- Bukaan 100 %, t = 91 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(40 -10)
= 32760 ml

- Bukaan 75 %, t = 167 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(40 -10)
= 32760 ml

- Bukaan 50 %, t = 367 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(40 -10)
= 32760 ml

Saat h = 42 cm
- Bukaan 100 %, t = 97 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(42 -10)
= 34944 ml

- Bukaan 75 %, t = 177 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(42 -10)
= 34944 ml

- Bukaan 50 %, t = 390 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(42 -10)
= 34944 ml

Saat h = 44 cm
- Bukaan 100 %, t = 103 s
∆V = A * ∆h

28
= 1092*(44 -10)
= 37128 ml

- Bukaan 75 %, t = 189 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(44 -10)
= 37128 ml

- Bukaan 50 %, t = 409 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(44 -10)
= 37128 ml

Saat h = 46 cm
- Bukaan 100 %, t = 109 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(46 -10)
= 39312 ml

- Bukaan 75 %, t = 200 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(46 -10)
= 39312 ml

- Bukaan 50 %, t = 429 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(46 -10)
= 39312 ml

Saat h = 48 cm
- Bukaan 100 %, t = 115 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(48 -10)
= 41496 ml

- Bukaan 75 %, t = 211 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(48 -10)

29
= 41496 ml

- Bukaan 50 %, t = 450 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(48 -10)
= 41496 ml

Saat h = 50 cm
- Bukaan 100 %, t = 120 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(50 -10)
= 43680 ml

- Bukaan 75 %, t = 222 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(50 -10)
= 43680 ml

- Bukaan 50 %, t = 469 s
∆V = A * ∆h
= 1092*(50 -10)
= 43680 ml
2. Penentuan Laju Alir
∆V = Q * ∆t
Keterangan :
∆V = Perubahan Volume (ml)
Q = Laju Alir (ml/s)
∆t = selang waktu (s)
Laju alir dicari dari gradien hubungan antara perubahan volume terhadap
waktu:

y = ax + b
Q=a
1. Saat bukaan 100 % y = 360,96x
Laju alir = 360,96 ml/s
2. Saat bukaan 75 % y = 195,85x
Laju alir = 195,85 ml/s
3. Saat bukaan 50 % y = 88,433x
Laju alir =88,433 ml/s

30
C. Penentuan Laju Alir output
1. Perubahan volume
∆V = A * ∆h
Keterangan :
∆V = Perubahan Volume (ml)
A = Luas Permukaan tangki (cm2)
∆h = Perubahan Ketinggian Air (cm)

A = 1092 cm2

Saat h = 50 cm
- Bukaan 100 %, t = 0 s
ΔV = A * Δh
=1092* 0
= 0 ml
- Bukaan 75 %, t = 0 s
ΔV = A * Δh
=1092* 0
= 0 ml
- Bukaan 50 %, t = 0 s
ΔV = A *Δh
=1092 * 0
= 0 ml

Saat h = 48 cm
- Bukaan 100 %, t = 95 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-48)
= 2184 ml
- Bukaan 75 %, t = 62 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-48)
= 2184 ml
- Bukaan 50 %, t = 58 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-48)
= 2184 ml

31
Saat h = 46 cm
- Bukaan 100 %, t = 89 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-46)
= 4368 ml
- Bukaan 75 %, t = 124 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-46)
= 4368 ml
- Bukaan 50 %, t = 222 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-46)
= 4368 ml

Saat h = 44 cm
- Bukaan 100 %, t = 161 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-44)
= 6552 ml
- Bukaan 75 %, t = 180 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-44)
= 6552 ml
- Bukaan 50 %, t = 344 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-44)
= 6552 ml

Saat h = 42 cm
- Bukaan 100 %, t = 232 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-42)
= 8736 ml
- Bukaan 75 %, t = 239 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-42)
= 8736 ml
- Bukaan 50 %, t = 467 s
ΔV = A * Δh

32
=1092 * (50-42)
= 8736 ml

Saat h = 40 cm
- Bukaan 100 %, t = 268 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-40)
= 10920 ml
- Bukaan 75 %, t = 305 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-40)
= 10920 ml
- Bukaan 50 %, t = 605 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-40)
= 10920 ml

Saat h = 38 cm
- Bukaan 100 %, t = 313 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-38)
= 13104 ml
- Bukaan 75 %, t = 363 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-38)
= 13104 ml
- Bukaan 50 %, t = 743 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-38)
=13104 ml

Saat h = 36 cm
- Bukaan 100 %, t = 368 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-36)
= 15288 ml
- Bukaan 75 %, t = 426 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-36)

33
= 15288 ml
- Bukaan 50 %, t = 879 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-36)
=15288 ml

Saat h = 34 cm
- Bukaan 100 %, t = 426 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-34)
= 17472 ml
- Bukaan 75 %, t = 498 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-34)
= 17472 ml
- Bukaan 50 %, t = 1015 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-34)
=17472 ml

Saat h = 32 cm
- Bukaan 100 %, t = 486 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-32)
= 19656 ml
- Bukaan 75 %, t = 562 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-32)
= 19656 ml
- Bukaan 50 %, t = 1151 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-32)
=19656 m
Saat h = 30 cm
- Bukaan 100 %, t = 549 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-30)
= 21840 ml
- Bukaan 75 %, t = 643 s

34
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-30)
= 21840 ml
- Bukaan 50 %, t = 1303 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-30)
=21840 ml

Saat h = 28 cm
- Bukaan 100 %, t = 609 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-28)
= 24024 ml
- Bukaan 75 %, t = 706 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-28)
= 24024 ml
- Bukaan 50 %, t = 1455 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-28)
= 24024 ml

Saat h = 26 cm
- Bukaan 100 %, t = 681 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-26)
= 26208 ml
- Bukaan 75 %, t = 777 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-26)
= 26208 ml
- Bukaan 50 %, t = 1604 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-26)
= 26208 ml

Saat h = 24 cm
- Bukaan 100 %, t = 741 s
ΔV = A * Δh

35
=1092 * (50-24)
= 28392 ml
- Bukaan 75 %, t = 858 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-24)
= 28392 ml
- Bukaan 50 %, t = 1773 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-24)
= 28392 ml

Saat h = 22 cm
- Bukaan 100 %, t = 817 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-22)
= 30576 ml
- Bukaan 75 %, t = 939 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-22)
= 30576 ml
- Bukaan 50 %, t = 1939 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-22)
= 30576 ml

Saat h = 20 cm
- Bukaan 100 %, t = 886 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-20)
= 32760 ml
- Bukaan 75 %, t = 1016 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-20)
= 32760 ml
- Bukaan 50 %, t = 2101 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-20)
= 32760 ml

36
Saat h = 18 cm
- Bukaan 100 %, t = 960 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-18)
= 34944 ml
- Bukaan 75 %, t = 1104 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-18)
= 34944 ml
- Bukaan 50 %, t = 2297 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-18)
= 34944 ml

Saat h = 16 cm
- Bukaan 100 %, t = 1043 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-16)
= 37128 ml
- Bukaan 75 %, t = 1188 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-16)
= 37128 ml
- Bukaan 50 %, t = 2488 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-16)
= 37128 ml

Saat h = 14 cm
- Bukaan 100 %, t = 1133 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-14)
= 39312 ml
- Bukaan 75 %, t = 1291 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-14)
= 39312 ml
- Bukaan 50 %, t = 2684 s
ΔV = A * Δh

37
=1092 * (50-14)
= 39312 ml
Saat h = 12 cm
- Bukaan 100 %, t = 1158 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-12)
= 41496 ml
- Bukaan 75 %, t = 1390 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-12)
= 41496 ml
- Bukaan 50 %, t = 2894 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-12)
= 41496 ml

Saat h = 10 cm
- Bukaan 100 %, t = 1229 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-10)
= 43680 ml
- Bukaan 75 %, t = 1494 s
ΔV = A * Δh
=1092 *(50-10)
= 43680 ml
- Bukaan 50 %, t = 3119 s
ΔV = A * Δh
=1092 * (50-10)
= 43680 ml

2. Penentuan Laju Alir


∆V = Q * ∆t
Keterangan :
∆V = Perubahan Volume (ml)
Q = Laju Alir (ml/s)
∆t = selang waktu (s)
Laju alir dicari dari gradien hubungan antara perubahan volume terhadap
waktu:

38
y = ax + b
Q=a
4. Saat bukaan 100 % y = 36,777x
Laju alir = 36,777 ml/s
5. Saat bukaan 75 % y = 31,548x
Laju alir = 31,548 ml/s
6. Saat bukaan 50 % y = 15,208x
Laju alir =15,208 ml/s

39
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telpon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: Pusat@itera.ac.id
www.itera.ac.id

Lembar Kendali Keselamatan Kerja


No Bahan Sifat Bahan Tindakan
Penanggulangan
1. Air - Tidak - Titik didih 100 °C - Tidak perlu
berwarna - Titik leleh 0°C penanganan
- Tidak berbau - Penghantar listrik khusus karena
- Tidak beracun tidak berbahaya
untuk tubu
- Hindari kontak
langsung dengan
arus listrik

Kecelakaan yang mungkin terjadi Penanggulangan


Kontak pendek arus listrik Padamkan listrik agar tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan
Kebocoran pipa atau pompa Berhenti mengisi air, agar tidak terjadi
kebocoran yang lebih parah

Perlengkapan Keselamatan Kerja


1. Jas lab
2. Sepatu
3. Masker

40

Anda mungkin juga menyukai