Terlambat : hari
LEMBAR PENUGASAN
Program *) : - TK.404 Lab. Operasi Teknik Kimia I
- TK.405 Lab. Operasi Teknik Kimia II
Percobaan No. : 5
Nama Percobaan : Drying
Keterangan Tugas:
MODUL : DRYING
Catatan:
Cilegon,...............2022
Dosen pembimbing
MODUL : DRYING
Catatan:
Cilegon,...............2022
Dosen pembimbing
Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air dari suatu bahan atau
pemisahan yang relatif sedikit dari bahan menggunakan energi panas. Hasilnya
adalah bahan kering yang memiliki kadar air yang lebih rendah. Pengeringan
merupakan metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari
suatu bahan dengan cara menguapkannya hingga kadar air keseimbangan dengan
kondisi udara normal atau kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air yang
aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi. Adapun tujuan dari
percobaan ini adalah memahami fenomena pengeringan dari data kinetika
pengeringan material, memahami parameter-parameter kerja dari suatu proses
pengeringan dan dapat melakukan simulasi proses pengeringan. Pengeringan
banyak diterapkan diberbagai industri, seperti pada proses pembuatan susu bubuk.
Proses pengeringan ini dilakukan dengan menggunakan teknik semprot (Spray
Drying) pada bahan hingga mencapai titik tertentu dan dihasilkan produk berupa
powder
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Percobaan ........................................................................................ 2
1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 3
2.1 Pengeringan ................................................................................................. 3
2.2 Prinsip Dasar Proses Pengeringan ............................................................... 4
2.2.1 Perpindahan Panas Pada Proses Pengeringan ....................................... 4
2.2.2 Perpindahan Massa Pada Pengeringan ................................................. 5
2.2.3 Tahapan Pengeringan............................................................................ 6
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Pengeringan ......................... 7
2.3 Kinetika Pengeringan .................................................................................. 8
2.3.1 Laju Pengeringan .................................................................................. 8
2.3.2 Kadar Air (Moisture Content)............................................................... 9
2.4 Jenis-Jenis alat pengering .......................................................................... 10
2.4.1 Pengeringan untuk zat padat ........................................................... 10
2.4.2 Pengeringan untuk larutan dan slurry ............................................. 11
v
2.5 Susu ........................................................................................................... 12
2.5.1 Susu Full Cream .............................................................................. 12
2.5.2 Komposisi Susu Full Cream............................................................ 13
2.5.3 Susu Bubuk ..................................................................................... 13
2.5.4 Syarat Mutu Susu Bubuk ................................................................ 13
BAB III.................................................................................................................. 15
METODELOGI PERCOBAAN ........................................................................... 15
3.1 Diagram Alir ............................................................................................. 15
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 16
3.2.1 Alat .................................................................................................. 16
3.2.2 Bahan............................................................................................... 16
3.3 Prosedur Percobaan ................................................................................... 16
3.4 Gambar Alat .............................................................................................. 17
3.5 Variabel Percobaan.................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN
1. MSDS
2. Jurnal
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat beberapa bahan yang memiliki atau mengandung kadar air. Seperti
bahan pangan. Sebagian besar bahan pangan memiliki dan mengandung air.
Namun, adanya kadar air dalam bahan pangan tersebut akan dapat mempengaruhi
kondisi fisik bahan pangan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu proses
penghilangan atau pengurangan kadar air yang terdapat dalam bahan pangan
tersebut, sehingga terhindar dari pembusukan ataupun penurunan kualitas bahan
pangan.
Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air dari suatu bahan atau
pemisahan yang relatif sedikit dari bahan menggunakan energi panas. Hasilnya
adalah bahan kering yang memiliki kadar air yang lebih rendah. Pengeringan
merupakan metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari
suatu bahan dengan cara menguapkannya hingga kadar air keseimbangan dengan
kondisi udara normal atau kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air yang
aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air dari suatu bahan atau
pemisahan yang relatif sedikit dari bahan menggunakan energi panas. Hasilnya
adalah bahan kering yang memiliki kadar air yang lebih rendah. Pada proses
pengeringan air akan diuapkan dengan menggunakan udara tidak jenuh yang
dihembuskan pada bahan yang akan dikeringkan. Air menguap pada suhu yang
lebih rendah dari titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap air pada
bidang antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada fasa gas. Gas
panas disebut medium pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk
penguapan air dan sekaligus membawa air keluar (Atuonwu dkk, 2011).
Perbedaan pengeringan dan peguapan ialah jumlah air yang diuapkan dari
material. Pada proses drying hanya mengurangi sedikit kadar air dari material
sementara evaporation mengurangi kadar air dari material dalam jumlah yang
besar. Kadar air dalam padatan pada kasus lain dapat juga dikurangi secara
mekanik yaitu dengan proses pemerasan, sentrifuging, dan berbagai cara lain
(Geankoplis, 1993).
1. Pengawetan bahan
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( )
Dimana:
Tv = Temperatur penguapan
λ = Panas penguapan
(McCabe, 1993)
Proses perpindahan massa yang terjadi adalah dimana keluarnya uap air
dari dalam bahan yang akan dikeringkan ke udara. Laju alir massa
penguapan (mv) dapat dihitung melalui hubungan persamaan :
( )( )
Keterangan :
Jika pada awalnya padatan sangat bersih maka permukaan akan ditutupi
lapisan cairan yang diasumsikan sepenuhnya ait terikat. Laju dimana air
menguap dapat digambarkan dalam koefisien perpindahan massa (ky) dan
perubahan kelembapan maksimum (y’) dan kadar air udara (y).
( )
(McCabe, 1993)
6
Pada priode ini air yang diuapkan sangat kecil dan membutuhkan
waktu pengeringan yang lama. Di priode ini air tidak cukup lagi untuk
7
1. Luas Permukaan
2. Suhu
3. Kecepatan udara
8
4. Kelembapan udara
Pada tekanan udara atmosfir 1 atm, air akan mendidih pada suhu
100oC, sedangkan pada tekanan udara yang lebih rendah dari 1 atm, maka
air akan mendidih pada suhu kurang dari 100oC –
6. Waktu Pengeringan
Dimana :
9
(Geankoplis, 1993)
Kadar air atau moisture content adalah jumlah air yang terkandung
dalam suatu bahan. Jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan
secara total biasanya dinyatakan dalam persen berat bahan pangan tersebut
dan disebut dengan kadar air. Kadar air dapat dinyatakan dalam berat
basah (wet basis) atau berat kering (dry basis) (Hariyadi, 2018). Kadar air
yang tekandung dalam bahan bisa dihitung dengan beberapa cara,
diantaranya basis basah dan basis kering (Treyball, 1983).
Dimana :
(Geankoplis, 1993)
b. Tunnel dryer
(Geankoplis, 1993)
11
c. Tray dryer
(Geankoplis, 1993)
a. Drum dryer
Terdiri dari satu atau dua drum yang permukaannya licin dan dipanasi
dengan steam didalamnya larutan yang cukup kental dikeringkan dengan
cara membentuk lapisan tipis pada permukaan drum yang panas dan
berputar perlahan.
(Geankoplis, 1993)
b. Spray dryer
12
(Geankoplis, 1993)
2.5 Susu
Susu lemak penuh (full cream) adalah produk susu cair yang diperoleh
dari susu segar yang tidak dikurangi lemaknya, dipasteurisasi atau
disterilisasi atau diproses secara UHT (Ultra High Temperature)
13
Syarat mutu susu bubuk sesuai SNI 01- 2970-2006 adalah sebagai
berikut.
Persyaratan
No. Kriteria Uji Satuan Susu bubuk Susu bubuk Susu bubuk
berlemak kurnag lemak bebas lemak
Keadaan
1 Bau - Normal Normal Normal
Rasa - Normal Normal Normal
2 Kadar air % b/b Maks. 5 Maks. 5 Maks. 5
Lebihdari 1,5 –
3 Lemak % b/b Min. 26 kurang dari Maks. 1,5
26,0
4 Protein % b/b Min. 23 Min. 23 Min. 30
Cemaran
logam**
Tembaga
mg/kg Maks. 20,0 Maks. 20,0 Maks. 20,0
Persyaratan
14
No. Kriteria Uji Satuan Susu bubuk Susu bubuk Susu bubuk
berlemak kurnag lemak bebas lemak
Keadaan
1 Bau - Normal Normal Normal
Rasa - Normal Normal Normal
2 Kadar air % b/b Maks. 5 Maks. 5 Maks. 5
Lebihdari 1,5 –
3 Lemak % b/b Min. 26 kurang dari Maks. 1,5
26,0
4 Protein % b/b Min. 23 Min. 23 Min. 30
Cemaran
logam**
Tembaga
mg/kg Maks. 20,0 Maks. 20,0 Maks. 20,0
(Cu)
5
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3 Maks. 0,3 Maks. 0,3
Maks. Maks. Maks.
Timah (Sn) mg/kg
40,0/250,0* 40,0/250,0* 40,0/250,0*
Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,3 Maks. 0,3 Maks. 0,3
Cemaran
6 arsen mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1
(As)**
Cemaran
mikroba
Bakteri
APM/g Maks. 5 104 Maks. 5 104 Maks. 5 104
coliform
Escherichia
APM/g Maks.10 Maks.10 Maks.10
coli
7
Staphyloco
Koloni/g <3 <3 <3
ccus aureus
Angka
lempeng Koloni/g Maks. 102 Maks. 102 Maks. 102
total
Salmonella Koloni/100g Negatif Negatif Negatif
*untuk kemasan kaleng
**dihitung terhadap makanan yang siap dikonsumsi
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan pengeringan ini yaitu sebagai
berikut
1. Spray Dryer
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan pengeringan adalah
1. Susu
2. Water
Berikut ini adalah gambar dari alat yang digunakan pada percobaan
pengeringan menggunakan aplikasi Aspen Plus
AIR-OUT
AIR-IN
McCabe, W. L., Smith, J. C., & Harriott, P. (1993). Unit operations of chemical
engineering. New York: McGraw-hill.
Srihari, E., Lingganingrum, F. S., Hervita, R., & Wijaya, H. (2010). Pengaruh
penambahan maltodekstrin pada pembuatan santan kelapa bubuk. In
Seminar rekayasa kimia dan proses (pp. 4-5). Semarang: Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Page 1 of 3
Product # (s)_7352
Page 2 of 3
Product # (s)_7352
When used and handled according to specifications and according to information provided for us, this product does not
have any harmful effects.
Page 3 of 3
p. 1
Skin Contact: Not applicable.
Serious Skin Contact: Not available.
Inhalation: Not applicable.
Serious Inhalation: Not available.
Ingestion: Not Applicable
Serious Ingestion: Not available.
Small Spill: Mop up, or absorb with an inert dry material and place in an appropriate waste disposal container.
Large Spill: Absorb with an inert material and put the spilled material in an appropriate waste disposal.
Precautions: No specific safety phrase has been found applicable for this product.
Storage: Not applicable.
p. 2
Odor: Odorless.
Taste: Not available.
Molecular Weight: 18.02 g/mole
Color: Colorless.
pH (1% soln/water): 7 [Neutral.]
Boiling Point: 100°C (212°F)
Melting Point: Not available.
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: 1 (Water = 1)
Vapor Pressure: 2.3 kPa (@ 20°C)
Vapor Density: 0.62 (Air = 1)
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not available.
Water/Oil Dist. Coeff.: Not available.
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: Not applicable
Solubility: Not Applicable
p. 3
Special Remarks on Chronic Effects on Humans: Not available.
Special Remarks on other Toxic Effects on Humans: Not available.
Waste Disposal:
Waste must be disposed of in accordance with federal, state and local environmental control regulations.
p. 4
Protective Equipment:
Not applicable. Lab coat. Not applicable. Safety glasses.
The information above is believed to be accurate and represents the best information currently available to us. However, we
make no warranty of merchantability or any other warranty, express or implied, with respect to such information, and we assume
no liability resulting from its use. Users should make their own investigations to determine the suitability of the information for
their particular purposes. In no event shall ScienceLab.com be liable for any claims, losses, or damages of any third party or for
lost profits or any special, indirect, incidental, consequential or exemplary damages, howsoever arising, even if ScienceLab.com
has been advised of the possibility of such damages.
p. 5
Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan
Vol. 9, No. 1, hal. 36- 44, 2012
ISSN 1412-5064
Abstract
Drying method is one of techniques used in food preservation. This method usually means
reducing water content which is the best contiditon for microorganism growth. Higher water
content also causes some enzyms needed for food decomposition cannot work well. This
research aims to produce corn milk powder and to study some variables effecting on quality of
corn milk powder. Hopefully the results can provide some information and produce good
quality of corn milk powder. The drying process was carried out with batch process where the
material was put into spray dryer and the process was allowed for the given period of time.
Heat was added by direct contact to the material. The pressures of the chamber were 2, 4, 6
and 8 bars and the temperatures were 100, 150, 200 and 250 0C. The best results of the
research of protein, fat and water contents were 25.86 %, 18.34%, and 6.14%, recpectively.
Tabel 1. Komposisi kimia jagung per 100 gram dioperasikan alat pengering semprot atau
Komponen Kadar spray dryer.
Air (%) 72,20
Protein (g) 1,92 Alat pengeringan spray dryer merupakan
Lemak (g) 1,00 salah satu jenis alat pengering yang
Karbohidrat 22,80 dioperasikan secara kontinyu. Pengeringan
Besi (mg) 0,70 semprot merupakan pengeringan yang dapat
Kalsium (mg) 3,00 mengubah umpan dari keadaan fluida
menjadi butiran–butiran dan kemudian
Vitamin C (mg) 12,00 diubah lagi menjadi partikel-partikel kering
Vitamin A (IU) 400,00 melalui penyemprotan secara terus menerus
Fosfor 111,00 dalam media pengering panas.
Niacin (mg) 1,70
Earle (1969) menyatakan bahwa alat
Riboflavin (mg) 0,12 pengering semprot dapat digunakan untuk
Thiamin (mg) 0,25 mengeringkan larutan kental. Larutan
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan disemprotkan dengan kecepatan tinggi
Republik Indonesia (2001) secara sentrifugal sehingga zat cair akan
menguap segera karena kontak permukaan
yang besar dengan udara kering bersuhu
Susu cair dapat diubah menjadi susu bubuk
tinggi. Di dalam sebuah pengering semprot,
melalui proses pengeringan. Winarno (1997)
bahan cair atau bahan padat disemprotkan
mengatakan bahwa pertumbuhan
dalam bentuk tebaran halus ke dalam aliran
mikroorganisme dapat dicegah jika bahan
panas, proses pengeringan terjadi dengan
pangan berada dalam bentuk kering atau
sangat cepat, sehingga proses ini sangat
kadar air dan aktifitas air sampai batas
berguna untuk berbagai bahan yang akan
tertentu, sehingga bahan pangan tersebut
mengalami kerusakan bila dipanasi selama
dapat disimpan dalam waktu lama. Untuk
waktu yang lama. Produk yang dihasilkan
mengubah susu cair menjadi susu bubuk
oleh pengering semprot dapat berupa bubuk,
diperlukan suatu teknologi untuk
butiran-butiran atau gumpalan. Hal ini
mengurangi kadar air dalam susu cair.
tergantung dari sifat fisik dan kimia bahan
Teknologi pengolahan bahan makanan yang
yang dikeringkan, kondisi dan desain dari
berhubungan dengan pengurangan kadar air
alat pengering semprot yang digunakan.
adalah teknologi pengeringan. Pengeringan
Gambar 1 menunjukkan sketsa umum dari
terhadap susu jagung akan menghasilkan
peralatan spray dryer.
susu jagung dalam bentuk bubuk (cornmilk
powder). Produk susu bubuk tersebut
Pada pengering semprot terdapat tiga
memiliki daya larut yang tinggi sehingga
elemen utama yang berperan penting dalam
akan cepat larut dalam air atau yang disebut
proses pengeringan susu yaitu atomizer,
instan. Produk instan memiliki ukuran
ruang pengering dan sistem pengumpul
partikel yang seragam, rongga antar partikel
partikel yang telah kering. Pengering
ini menyebabkan densitas curah (bulk
semprot terdiri empat tahap proses, yaitu:
density) lebih rendah dibandingkan produk-
(1) atomisasi bahan atau penyemprotan
produk bentuk tepung lainnya, sehingga
bahan melalui sebuah alat penyemprot, (2)
memiliki daya larut yang tinggi. Syarat mutu
kontak antara partikel basah dengan udara
untuk susu bubuk yang telah ditetapkan
panas, (3) penguapan air dari partikel basah
berdasarkan Standar Nasional Indonesia
dan (4) pemisah partikel kering dari udara.
(SNI) adalah kadar protein minimal 25%,
Keuntungan-keuntungan dari pengering
lemak 3%, karbohidrat 35%, abu maksimum
semprot adalah sebagai berikut:
6% dan kandungan air maksimum 4% (
1. Spesiasi produk tetap konstan
Tabel 2).
pada keseluruhan pengering saat
pengeringan berlangsung konstan.
Pengeringan susu jagung pada mulanya
2. Merupakan operasi yang kontinyu,
dilakukan dengan menggunakan alat
mudah serta dapat dikendalikan dengan
pengering yang disebut dengan drum dryer.
kontrol otomatis.
Seiring dengen perkembangan teknologi,
3. Rancangan pengering yang mempunyai
drum dryer sudah agak jarang digunakan
batasan penggunaan yang luas yaitu
sebagai alat pengering susu disebabkan oleh
dapat diaplikasi untuk material yang
kapasitas produksi yang rendah, kualitas
sensitif terhadap panas, material tak
susu bubuk yang dihasilkan kurang baik,
tahan panas, korosif, dan abrasi.
serta biaya operasi yang cukup tinggi.
Sebagai penggantinya, saat ini telah banyak
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat 2.2 Pembuatan Susu Bubuk Jagung
susu bubuk dari jagung dan mempelajari
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap Jagung yang telah disortasi, direndam dalam
karakteristik proses pembuatan, pemben- larutan NaHCO3 0,25-0,5%, dan perendaman
tukan dan kualitas produk susu jagung. Hasil dilakukan selama 30 menit kemudian
penelitian ini diharapkan dapat memberikan ditiriskan dan dididihkan selama 20 menit.
informasi dan menghasilkan produk susu Jagung dibilas, kemudian direbus selama 30
bubuk yang berkualitas baik dan dapat menit untuk melunakkan jagung. Jagung
diterapkan pada skala industri. digiling dengan blender dan ditambahkan air
panas yang temperaturnya 80-100°C dengan
2. Metodologi perbandingan 15:1. Bubur jagung yang telah
diencerkan, selanjutnya disaring dengan
2.1 Alat dan Bahan menggunakan kain kassa yang pori-porinya
halus agar diperoleh susu jagung yang
ukuran partikelnya kecil sehingga tidak ada
Peralatan yang digunakan adalah Spray
endapan. Filtrat yang dihasilkan berupa susu
Dryer, timbangan digital, gelas ukur, jagung mentah kemudian dipanaskan sampai
saringan kain, corong, oven listrik, cawan mendidih, setelah mendidih, api dikecilkan
porselin, blender, labu kjeldal. dan dibiarkan dalam api kecil selama 20
menit. Larutan ini ditambahkan CMC untuk
Bahan yang digunakan berupa jagung, mencegah terjadinya endapan pada susu
NaHCO3 (Natrium Hidrokarbonat), CMC jagung dengan kadar CMC yang
ditambahkan sebanyak 100 mg per liter susu
(Carbon Methyl Cellulosa), CuSO4, Na2SO4,
jagung atau 1 sendok teh CMC untuk 50 liter
H2SO4,aquades, NaOH, H3BO4. susu jagung.
Peralatan spray dryer dihidupkan, suhu dan dipanaskan pada suhu 100-1050C.
pemanas divariasikan 100, 150, 200, 250°C Setelah 8 jam, dikeluarkan dan didinginkan
dan tekanan atomizer diatur menjadi 2, 4, 6 di dalam desikator. Kemudian ditimbang
dan 8 bar. Suhu keluaran chamber ditunggu sampai beratnya konstan.
sampai konstan, kemudian suhu ini dicatat.
Perhitungan dengan rumus :
Selanjutnya sebanyak 500 ml dari cairan
susu jagung tersebut dimasukkan ke dalam
botol umpan pada spray dryer yang telah
diatur bukaannya sebesar 20%. Setelah a b c b
umpan habis, peralatan spray dryer
% Kadar air 100%
a
dimatikan. Produk yang terbentuk pada botol
pengumpul produk kemudian ditimbang. dimana:
Produk yang tersisa dalam chamber digerus a = berat cawan + sampel sebelum
dan ditimbang juga. Prosedur kerja di atas dipanaskan (g)
diulangi untuk setiap variabel percobaan. b = berat kertas kering
c = berat cawan + sampel setelah
2.3 Penentuan Kadar Air, Protein, dan pemanasan (g)
Lemak
Kandungan protein pada susu bubuk dapat
Kadar air yang terkandung dapat ditentukan ditentukan dengan menggunakan metode
dengan melihat selisih berat bahan sebelum Kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi,
dan sesudah pemanasan. Wadah berupa destilasi, dan titrasi. Susu bubuk sebanyak
cawan porselen dipanaskan dalam oven pada 0,5 gram dimasukkan dalam labu Kjeldahl
suhu 100-150C selama 1 jam. Kemudian kemudian ditambahkan 0,5 - 0,7 gram
cawan porselen diangkat dan didinginkan CuSO4 dan 1 gram Na2SO4 sebagai
dalam desikator, lalu ditimbang sampai katalisator dan ditambahkan 10 ml H2SO4
beratnya konstan. Susu bubuk yang pekat. Labu ini dipanaskan di dalam lemari
dihasilkan dimasukkan ke dalam cawan asam dan penambahan suhu dilakukan
porselen, lalu ditimbang. Kemudian bahan secara perlahan.
dan cawan porselin dimasukan dalam oven
Keterangan:
1. Tangki umpan 7. Dispenser udara
2. Penyaring umpan 8. Ruang Pengering
3. Pompa umpan 9. Cyclone
4. Atomizer 10. Pembuang udara
5. Pemanas udara 11. Penyaring udara
6. Pompa udara
Ditiriskan
Dididihkan ± 20 menit
Produk instant
Diblender
Ditimbang
Bubur jagung
bubuk dibungkus dengan kertas saring yang Tabel 3. Analisis awal kandungan air, protein dan
telah ditimbang beratnya sampai konstan. lemak pada susu jagung cair
Bungkusan susu bubuk ini dimasukkan ke
Susu Jagung Cair
dalam sokhlet. Labu diisikan dengan eter No Komposisi
(%)
dengan volume sekitar setengah bagian dari
volume labu. Proses ekstraksi berlangsung 1 Air 93,12
dalam jangkauan suhu 40-60C. Proses ini 2 Protein 2,90
dihentikan apabila eter di dalam sokhlet 3 Lemak 1,43
sudah jernih. Kertas saring yang berisi susu
bubuk diangkat dan dikeringkan di dalam
3.1 Jumlah Produk Susu Bubuk Jagung
oven pada suhu 100-110C selama satu jam.
Sampel kemudian dikeluarkan dan
didinginkan di dalam desikator kemudian Hubungan antara temperatur udara
ditimbang beratnya sampai konstan. pengering dan tekanan atomizer terhadap
jumlah produk susu bubuk jagung dapat
Perhitungan: dilihat pada Gambar 4. Semakin
meningkatnya temperatur udara pengering
B (C A) dan tekanan atomizer, maka produk susu
% Kadar Lemak = x100%
B bubuk jagung yang terbentuk semakin
banyak. Fenomena ini cukup beralasan
dimana: A = berat kertas saring (g) karena dengan meningkatnya temperatur
udara pengering dan tekanan atomizer akan
B = berat bahan awal (g)
mempercepat proses penguapan air dari
C = a + b setelah oven (g)
droplet basah, sehingga droplet mengering
sebelum mencapai dinding chamber spray
3. Hasil dan Pembahasan dryer.
Keberhasilan suatu spray dryer dapat dilihat 3.2 Kandungan Kadar Air, Protein dan
dari pengurangan kandungan air ke tingkat Lemak
butiran (droplet) tidak lengket sebelum
mencapai dinding chamber spray dryer atau Pengeringan susu bubuk jagung merupakan
dengan kata lain semua umpan (cair) dapat suatu proses yang melibatkan proses
diubah menjadi bubuk (Romeo, 1991). Tabel perpindahan panas dan perpindahan massa.
Perpindahan panas terjadi dari media
3 memperlihatkan nilai perhitungan awal
pemanas (udara) ke cairan susu. Seiring
kandungan air, protein dan lemak pada susu dengan berpindahnya panas tersebut terjadi
jagung cair . pula perpindahan massa cairan ke udara.
Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa
perpindahan massa tersebut adalah
berkurangnya kadar air dari susu jagung cair
sehingga akan menjadi susu jagung yang
berbentuk bubuk (cornmilk powder).
4 bar
12
6 bar lemak yang terdapat pada susu jagung
8 bar
10
adalah sebesar 1,91% (USDA,1998). Pada
penelitian ini, kadar lemak pada susu jagung
cair diperoleh sebesar 1,43%. Setelah susu
8
jagung cair tersebut mengalami proses
pengeringan, kadar lemak yang ada di
6
dalamnya mengalami perubahan. Perubahan
kadar lemak dalam susu jagung tersebut
4 diperlihatkan pada Gambar 6.
kecil sehingga kadar air paling sedikit, jagung cair diperoleh sebesar 2,90%.
namun hal ini mengakibatkan lemak mudah Gambar 7 menunjukkan kadar protein yang
terdekomposisi sebagai hasil dari pemanasan terdapat dalam susu jagung bubuk.
pada suhu tinggi, sehingga terlihat kadar
lemaknya lebih sedikit dibandingkan dengan Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
kadar lemak pada tekanan 6 bar. kadar protein yang diperoleh berkisar antara
20 19,2% - 25,6%. Kadar protein tersebut
meningkat seiring dengan meningkatnya
temperatur udara pengering dan tekanan
16 atomizer. Kadar protein yang terbanyak
Kadar Lemak (%)
25
produk susu jagung bubuk ditunjukkan pada
Tabel 4.
20
Tabel 4. Perbandingan kadar air, protein dan
lemak susu jagung penelitian dan susu
2 bar standar (dalam % berat)
15 4 bar
6 bar No. Komposisi Standar
8 bar (% berat) Susu Cair1 Susu Bubuk2
10 1. Air 93,27 5,00
50 100 150 200 250 300
O 2. Protein 2,75 27,8
Temperatur Udara Pengering ( C)
3. Lemak 1,91 26,5
Abstrak
Spray drying adalah teknologi pengolahan produk alami yang merupakan operasi pengolahan satu langkah
untuk mengubah bentuk cairan menjadi bentuk partikel kering dengan media semprot pengeringan panas.
Sementara mengurangi berat massal produk dan ukuran, pengeringan dengan metode spray-drying ini
meminimalkan penanganan dan juga mempertahankan produk dengan mengurangi aktivitas air ke tingkat yang
rendah sehingga menghentikan degradasi bakteri, menghasilkan produk bubuk ekatrak sari buah/sayur yang
menarik dengan harga jual lebih tinggi. Teknologi pengeringan spray-drying juga digunakan untuk mengubah
zat reaktif menjadi bahan yang lebih stabil sehingga produk lebih tahan lama.
Dalam proses pengeringan spray dryer, dengan penambahan pelarut tertentu semprotan cairan dibawa ke
dalam kontak dengan gas pemanas untuk menguapkan pelarutnya. Hasil produk pengering ini berbentuk partikel
berupa bubuk ekstrak sari buah/sayur. Dalam merancang mesin spray dryer, pengaturan waktu memasukkan
kedua larutan dan udara pemanas ke dalam tabung pengering adalah penting. Butiran partikel larutan harus tetap
dalam tabung pengering cukup lama untuk penguapan pelarut tapi tidak terlalu lama untuk menyebabkan
degradasi produk.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa proses pengeringan dengan teknologi spray-drying
membutuhkan perlakuan pengaturan suhu pengeringan, lama pengeringan, dan larutan tambahan yang berbeda
untuk setiap jenis buah maupun sayur. Dimana kontak sari buah/sayur dengan udara panas saat pengeringan
diupayakan sesingkat mungkin untuk menghindarkan kerusakan sifat fisik dan kimia dari sayur/buah itu sendiri.
ingin dikeringkan, diubah ke dalam bentuk butiran- cairan input memegang peranan penting dalam
butiran air dengan cara dikabutkan menggunakan proses pengeringan dengan metode spray-drying
atomizer. Cairan dari bahan yang telah berbentuk untuk mendapatkan bubuk ekstrak buah yang lebih
kabut tersebut kemudian di kontakkan dengan udara stabil karakteristik fisik dan kimianya. Bahan pelarut
panas. Peristiwa pengontakkan ini menyebabkan yang biasa ditambahkan berupa tepung jagung,
cairan dalam bentuk kabut tersebut mengering dan tepung beras, maltrodextrin, gum Arabic,
berubah menjadi tepung/serbuk. Selanjutnya proses cyclodextrin. Penelitian Mohhammer, Sauza, Quek,
pemisahan antara uap panas dengan tepung/serbuk dan beberapa hasil penelitian yang lain terkait bubuk
dilakukan dengan siklon atau penyaring. Setelah ekstrak sari buah dirangkum dalam Tabel 1.
dipisahkan, tepung/serbuk kemudian kembali
diturunkan suhunya sesuai dengan kebutuhan Tabel 1. Beberapa Penelitian Tentang Bubuk
produksi seperti tampak pada Gambar 1. Ekstrak Sari Buah dan Sayur dengan
Teknologi Spray-Drying
3. Metodologi Penelitian
Buah/Sayur Peneliti Kondisi Spray-Drying
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka Apel Boonyai Tin = 150ᵒC
yang bertujuan untuk dipakai sebagai landasan (2006) Tout = 65ᵒC
dalam merancang mesin spray dryer untuk Maltodextrin 6 DE
memproduksi tepung sayur dan buah. Durian Chin Tin = 160ᵒC
(2008) Tout = 85ᵒC
Tanpa tambahan
4. Hasil Penelitian Jambu Chopda Tin = 160ᵒC
(2001) Tout = 80ᵒC
Bubuk ekstrak sari buah biasa dikenal dengan Maltodextrin 9-12 DE
nama instant fruit drink sedangkan bubuk ekstrak Mangga Cano-Chauca Tin = 160ᵒC
sari sayuran disebut dengan instant vegetable drink. (2005 Tout = 70-75ᵒC
Bubuk ekstrak sari buah dan sayur herbal yang Maltodextrin 20 DE; Gum
alami banyak dipasarkan dengan model multi level Arabic; Starch waxy
marketing dengan harga yang mahal. Di pasar Naga Mohammer Tin = 200ᵒC
online bubuk ekstrak sari buah disebut sebagai (2006) Kecepatan atomizer 30.000rpm
extract fruit powder yang dijual dengan harga Kcepatan cairan 276g/menit
bervariasi, misalnya bubuk ekstrak wortel seharga Semangka Quek Tin = 145-175ᵒC
$80/kg, ekstrak semangka $90/kg, bubuk ekstrak (2007) Tfeed = 20ᵒC
mangga $55/kg, dan sebagainya. Maltodextrin 10 DE
Bubuk ekstrak sari buah/sayur hasil teknologi Tomat Sauza Tin = 110-140ᵒC
spray-drying tergantung dari beberapa variabel (2009) Tfeed = 32ᵒC
seperti kecepatan aliran cairan masuk, suhu udara Tidak menggunakan tambahan
panas yang masuk ke tangki pengering dan tipe
atomizer. Penelitian pengeringan buah naga dengan Dari Tabel 1 terlihat bahwa setiap buah yang
menggunakan mesin spray dryer telah dilakukan akan dibuat bubuk ekstrak sarinya memerlukan
oleh Mohhammer, dkk (2006) dimana warna buah perlakuan yang berbeda mulai dari suhu udara
naga tetap terjaga sehingga bubuk buah naga yang masuk Tin , suhu udara keluaran Tout , suhu cairan
dihasilkan dapat digunakan sebagai pewarna masuk Tfeed dan juga tambahan pelarut untuk
makanan yang alami. Sementara Souza dkk (2009) mendapatkan bentuk fisik maupun kimia bubuk
telah melakukan pengeringan buah tomat dengan ekstrak sari buah yang lebih baik. Hal ini dijadikan
mesin spray dryer dengan variabel penelitian berupa pertimbangan utama dalam merancang mesin spray-
suhu udara masuk, kecepatan penyemprotan larutan dryer.
masukan, kecepatan putar atomizer terhadap sifat Prinsip kerja mesin spray dryer adalah proses
fisik dari bubuk tomat yang dihasilkan. Hasil pengeringan yang diawali dengan tahapan persiapan
menunjukkan bahwa bubuk tomat yang paling baik buah atau sayur dibuat sari terlebih dahulu dimana
diproses pada suhu udara masuk 200ᵒC dengan semua kulit dan biji dipisahkan. Kemudian seluruh
kecepatan cairan 276g/menit dan kecepatan atomizer air dari sari buah/sayur yang ingin dikeringkan,
30.000RPM. diubah ke dalam bentuk cairan yang ditambahkan
Penelitian Quek (2007) mengenai pengeringan pelarut (bila dibutuhkan) dan dimasukkan ke dalam
buah semangka dengan mesin spray dryer tabung pengering setelah dikabutkan menggunakan
menambahkan Maltodextrin pada larutan inputnya atomizer. Cairan dari bahan yang telah berbentuk
menunjukkan bahwa pada suhu udara masuk yang kabut tersebut kemudian dikontakan dengan udara
menaik maka bubuk yang dihasilkan kelembabannya panas. Peristiwa pengontakkan ini menyebabkan
menurun tetapi waktu proses meningkat dan cairan dalam bentuk kabut tersebut mengering dan
kandungan gula menurun. Penambahan pelarut pada berubah menjadi bubuk. Selanjutnya proses
A-26
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347
pemisahan antara uap panas dengan bubuk - Wettability: kemampuan bubuk ekstrak untuk
dilakukan dengan siklon atau penyaring. Setelah menyerap air, tergantung ukuran partikel bubuk
dipisahkan, serbuk kemudian kembali diturunkan dan komposisi bubuk
suhunya sesuai dengan kebutuhan produksi. - Sinkability: kemampuan bubuk ekstrak untuk tetap
Rancangan mesin spray-dryer yang disusun berdasar mengendap di bawah saat dicampur air,
hasil penelusuran literatur dapat dilihat pada tergantung dari densitas bubuk
Gambar2. - Disperability: kemampuan bubuk ekstrak untuk
terdistribusi ke air tanpa pembentukan gumpalan.
- Solubility: kemampuan bubuk ekstrak untuk cepat
larut dalam air, tergantung dari sifat fisik dan
kimia dari bubuk ekstrak yang dihasilkan.
Dengan sifat bubuk ekstrak yang diharapkan
seperti tersebut di atas, maka dapat dibuat
pengontrolan pengeringan sehingga mesin pengering
menghasilkan produk bubuk ekstrak yang sesuai
sifat fisik dan sifat kimianya. Spray drying adalah
teknologi pengolahan produk alami yang merupakan
operasi pengolahan satu langkah untuk mengubah
bentuk cairan menjadi bentuk partikel kering dengan
media semprot pengeringan panas. Sementara
mengurangi berat massal produk dan ukuran,
pengeringan dengan metode spray-drying ini
meminimalkan penanganan dan juga
mempertahankan produk dengan mengurangi
aktivitas air ke tingkat yang rendah sehingga
menghentikan degradasi bakteri, menghasilkan
produk bubuk ekstrak sari buah/sayur yang menarik
dengan harga jual lebih tinggi. Teknologi
pengeringan spray-drying juga digunakan untuk
mengubah zat reaktif menjadi bahan yang lebih
stabil sehingga produk lebih tahan lama.
Proses pengeringan diawali dengan tahapan
Gambar 2. Rancangan Mesin Spray-Dryer persiapan buah atau sayur dibuat larutan sari terlebih
Pada Gambar 2 tampak bahwa mesin spray- dahulu dimana semua kulit dan biji dipisahkan.
dryer terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu: Kemudian seluruh air dari sari buah/sayur yang
1. Tabung pengering yang merupakan komponen ingin dikeringkan, diubah ke dalam bentuk butiran-
utama yang berfungsi untuk mengeringkan kabut butiran air (kabut) dengan cara diuapkan
larutan yang disemprotkan ke dalamnya melalui menggunakan atomizer. Air dari bahan yang telah
unit atomizer yang dihembus oleh udara panas berbentuk tetesan-tetesan tersebut kemudian di
yang juga dimasukkan ke dalam tabung pengering. kontakan dengan udara panas.
Tabung pengering berentuk silinder yang Peristiwa pengontakkan ini menyebabkan air
mengerucut ke bawah. dalam bentuk tetesan-tetesan tersebut mengering dan
2. Pompa penghembus dan saluran larutan sari berubah menjadi bubuk. Selanjutnya proses
buah/sayur berfungsi memasukkan larutan sari pemisahan antara uap panas dengan bubuk
buah/sayur ke dalam tabung pengering. dilakukan dengan siklon atau penyaring. Setelah
3. Heater berfungsi untuk memanaskan udara yang dipisahkan, serbuk kemudian kembali diturunkan
akan dihembuskan oleh pompa penghembus. suhunya sesuai dengan kebutuhan produksi. Proses
Udara yang bisa dihembuskan harus bisa dikontrol pengeringan dengan mesin spray dryer ini dirancang
suhunya agar mendapatkan variasi suhu yang untuk dapat dikontrol suhu tabung pengering, suhu
lebih luas. semburan cairan, kecepatan motor atomizer,
4. Siklon merupakan tempat untuk menyaring atau kekuatan pompa penghembus dan pompa penghisap.
memerangkap bubuk ekstrak hasil pengeringan, Kelembaban hasil produk mesin spray-dryer
dimana udara yang masuk ke dalam siklon dalam bisa dimonitor dengan mengukur suhu udara
keadaan berputar sehingga bubuk ekstrak akan keluaran dari tabung pengering. Kelembaban yang
jatuh sebagai produk mesin pengering. lebih kecil bisa diperoleh dengan meningkatkan
Sebagai produk yang berupa bubuk ekstrak sari suhu udara keluaran dan/atau dengan memperlama
buah, diharapkan bubuk yang dihasilkan mudah pemanasan di dalam tabung pengering. Kelembaban
dilarutkan dalam air. Setiap bubuk ekstrak harus produk bubuk ekstrak yang dihasilkan
mudah dibasahkan dan dilarutkan dalam air dan mempengaruhi kualitas dari produk dalam hal
memiliki sifat: kelarutannya dan massa jenisnya. Namun demikian
A-27
Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347
kontak yang lebih lama dengan suhu yang tinggi Quek, S. 2007. The Physicochemical Properties of
juga akan mempengaruhi sifat kimia maupun sifat Spray-dried Watermelon Powders. Chemical
fisik dari produk. Engineering and Processing 46(5): 386-392.
Daftar Pustaka
A-28
Kajian Pengaruh Temperatur Pengeringan Semprot (Spray Dryer) terhadap Waktu Pengeringan dan
Rendemen Bubuk Santan Kelapa (Coconut Milk Powder)
(Anisa Kemala Dewi, Loekman Satibi)
ABSTRAK. Salah satu bagian dari kelapa adalah daging buahnya dengan
penambahan air maupun tidak pada hasil ekstrak daging buah kelapa dapat
menghasilkan santan. Santan ini dapat dikeringkan menggunakan Pengering Semprot
(Spray Dryer) dan akan menghasilkan Bubuk Santan Kelapa (Coconut Milk Powder).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh temperatur pengeringan
terhadap rendemen dan kadar air bubuk santan kelapa. Metodologi pembuatan bubuk
santan kelapa dilakukan dengan cara memisahkan skim dan krim dari santan kelapa,
kemudian skim yang diperoleh ditambahkan maltodekstrin 10% dan natrium kaseinat
3%. Lalu, dilakukan pengeringan menggunakan Spray Dryer pada berbagai variasi
temperatur inlet. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh temperatur terhadap waktu
pengeringan mengikuti persamaan y = -0,0037x3 + 0,029x2 - 0,0628x + 0,1009, R2 =
0,9522. , Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen terbesar yang diperoleh dari
produk santan kelapa bubuk yaitu 7,66%.
Kata kunci: Santan kelapa bubuk, pengering semprot, temperatur, kadar air
25
KONVERSI Volume 4 No1 April 2015 ISSN 2252-7311
26
Kajian Pengaruh Temperatur Pengeringan Semprot (Spray Dryer) terhadap Waktu Pengeringan dan
Rendemen Bubuk Santan Kelapa (Coconut Milk Powder)
(Anisa Kemala Dewi, Loekman Satibi)
Spray Dryer
27
KONVERSI Volume 4 No1 April 2015 ISSN 2252-7311
28
Kajian Pengaruh Temperatur Pengeringan Semprot (Spray Dryer) terhadap Waktu Pengeringan dan
Rendemen Bubuk Santan Kelapa (Coconut Milk Powder)
(Anisa Kemala Dewi, Loekman Satibi)
DAFTAR PUSTAKA
30
Kajian Pengaruh Temperatur Pengeringan Semprot (Spray Dryer) terhadap Waktu Pengeringan dan
Rendemen Bubuk Santan Kelapa (Coconut Milk Powder)
(Anisa Kemala Dewi, Loekman Satibi)
31