Materi : REDOKS
Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi : Redoks
Kelompok : 7 / Rabu Siang
Anggota : David Berkat H. S.
Fadhlan Rasyid R
Guspa Fatma D. R. Sari
Aditya Affan H
21030116140169
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I. Oleh karena berkat dan rahmat-Nya
pula kami dapat menyelesaikan delapan materi praktikum dengan baik dan lancar
tanpa hambatan yang berarti.
Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I ini berisi materi iodo-
iodimetri dan permanganometri. Iodometri adalah analisa titrimetri tidak langsung
untuk zat-zat yang bersifat oksidator. Permanganometri adalah analisa kuantitatif
volumetrik yang menggunakan ion permanganat. Tujuan dari praktikum iodoiodimetri
adalah menentukan kadar Cu2+ di dalam sampel, mengetahui fenomena-fenomena
dalam praktikum, dan mengetahui aplikasi iodi-iodi dalam industri. Tujuan dari
praktikum permanganometri adalah menetapkan kadar Fe di dalam sampel dan
mengetahui fenomena-fenomena dalam praktikum.
Terselesaikannya laporan resmi ini tidak lepas dari beberapa pihak. Oleh karena
itu, praktikan mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu laboran yang
mendampingi kami di laboratorium, koordinator asisten PDTK, Cryspalina Dwiocta
Caroline , asisten laporan resmi redoks kami, Aditya Affan H, dan semua asisten yang
telah membimbing kami selama praktikum. Kepada teman-teman yang telah
membantu memberikan motivasi dan kerjasama yang baik.
Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca. Kami
memohon maaf apabila ada salah kata ataupun hal-hal yang kurang berkenan di hati
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
4.2 Alasan Mengapa Kadar Praktik Lebih Kecil dan Lebih Besar........... 28
4.2.1 Alasan Kadar Praktis Lebih Besar............................................ 28
4.2.2 Alasan Kadar Praktis Lebih Kecil ............................................ 29
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 31
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 31
5.2 Saran................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
DAFTAR TABEL
A. Iodo-Iodimetri
Tabel 3.1 Gambar dan Fungsi Alat ................................................................ 10
Tabel 4.1 Kadar Cu2+ dan Persentase Eror ..................................................... 13
B. Permanganometri
Tabel 3.1 Gambar dan Fungsi Alat ................................................................ 25
Tabel 4.1 Kadar Fe dan Persentase Eror ........................................................ 28
DAFTAR GAMBAR
A. Iodo-Iodimetri
Gambar 2.1 Amilum ................................................................................... 7
RINGKASAN
Pada praktikum ini, digunakan bahan berupa 2 sampel, Na2S2O3, K2Cr2O7 0.01
N, HCl pekat, KI 0.01 N, Amilum dan aquades. Serta mengggunakan alat yaitu buret,
statif, klem, Erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, indikator PH, pipet
volume, aspirator, pengaduk, kompor listrik, dan termometer. Dalam praktikum,
praktikan harus menstandarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 agar diketahui kadar
sebelum digunakan sebagai titrat.
Hasil percobaan yang didapat yaitu sampel 1 dan sampel 2 memiliki kadar
praktis pada sampel I sebesar 626.16 ppm yang lebih kecil daripada kadar teoritisnya
yaitu 1061 ppm dan pada sampel II kadar praktisnya 662.36 ppm yaitu lebih kecil dari
kadar teoritisnya yaitu 1310 ppm.
Kesimpulan dari hasil penetitian ini diperoleh adalah kadar Na2S2O3 adalah
0.0057 N dengan kebutuhan titran 10 ml. kadar praktis yang lebih kecil ini disebabkan
oleh beberapa hal yaitu penambahan indikator amilum terlalu cepat, terlalu lama
memberikan larutan setelah ditambahkan KI dan kecepatan reaksi pembentukan
kompleks triodida rendah. Saran kepada praktikan selanjutnya agar alat dan bahan
diperiksa kelengkapannya serta teliti dalam melakukan dan menggunakan amilum
secukupnya
SUMMARY
BAB I
PENDAHULUAN
a. Sebagai alat bantu dalam penentuan kadar Cu2+ secara aplikatif dalam
berbagai sampel yang di dalamnya mengandung ion Cu2+.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tidak ada elektron bebas dalam sistem kimia, dan pelepasan elektron
oleh suatu zat kimia selalu disertai dengan penangkapan elektron oleh bagian
yang lain, dengan kata lain reaksi oksidasi selalu diikuti reaksi reduksi. Dalam
reaksi oksidasi reduksi ( redoks ) terjadi perubahan valensi dari zat-zat yang
mengadakan reaksi. Disini terjadi transfer elektron dari pasangan pereduksi ke
pasangan pengoksidasi (Underwood, 1986, 248).
Kedua paro dari suatu rekasi redoks umumnya dapat ditulis sebagai
berikut:
Red Oks + n e-
2.3. Iodometri
Oksidator + KI I2 + 2e-
2.4. Iodimetri
Reduktor + I2 2I-
Setelah mencapai suhu 60oC, angkat beaker glass dan diamkan selama
5 menit
Setelah itu amilum yang sudah jadi akan tampak 2 lapisan, ambil
lapisan atas yang berwarna putih dengan menggunakan sampel.
I2 + I- I3-
Titrasi tidak dapat dilakukandalam medium asam kuat karena akan terjadi
hidrolisa amylum.
Titrasi tidak dapat dilakukan dalam medium alkali kuat karena I2 akan
mengoksidasi tiosulftat menjadi sulfat.
Fisis
Chemist
2. HCl
Fisis :
Klorin tidak baik bila berada diberas yang mengakibatkan zat tersebut dapat
mengganggu pernafasan dan dapat merusak beberapa sel atau jaringan tubuh.
Pada analisis ini, apabila terdapat zat klorin pada beras maka sampel akan
berubah warna menjadi biru tua (Wongkar,2014)
Dalam penetapan ini, Asam askorbat bertindak sebagai reduktor kuat dimana
ia akan teroksidasi yang mengakibatkan I2 bereaksi dengan indikator kanji yang
membentuk kompleks warna biru (Arifin,2016)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1.1 Bahan
2. KI 0,0.1 N 12 ml
3. Na2S2O3
4. Amilum
5. K2Cr2O7 0,01 N
7. Aquadest
3.1.2 Alat
2. Erlenmeyer
3. Gelas Ukur
4. Pipet
5. Beaker Glass
6. Pipet Tetes
7. Indikator pH
8. Pipet Volume
9. Aspirator
11. Termometer
Buret untuk
titrasi larutan
6 Indikator PH Menguji PH
8 Aspirator Memompa
larutan yang ada
pada pipet ukur
9 Pengaduk Mengaduk
larutan
10 Kompor Memanaskan
Listrik larutan
3. Tambahkan 12 ml KI 0,1 N
N Na2S2O3 =
1. Ambil 10 ml sampel
3. Masukkan 12 ml KI 0,1 N
4. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang
Atau
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Alasan Kadar yang Didapatkan Lebih Kecil dari Kadar Teoritisnya
1. Penambahan Indikator Amilum Terlalu Cepat
Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat mendekati
titik akhir tirtasi karena iod dengan kanji membentuk kompleks yang
berwarna biru yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan
mengganggu TAT. Membungkus iodin berarti menyebabkan iodin sukar
untuk dititrasi sehingga warna biru sukar lenyap dan titik akhir titrasi tidak
terlalu tajam (Graciez, 2002)
Cara mengatasinya yaitu dengan dilakukan pengurangan titrasi.
Dimana terjadinya ikatan I2 dengan Tiosulfat yang menyebabkan triodida
berkurang sehingga volume titran yang dibutuhkan lebih sedikit dari yang
seharusnya dan amilum menyerap iod menyebabkan iod sukar lepas kembali.
I2 yang bereaksi dengan tiosulfat dan membentuk komplek triodida jadi
berkurang
I2+ + 2S2O32 2I- + S4O62-
I2 + I- I3-
Dengan berkurangnya I2 menyebabkan kebutuhan Na2S2O3 pada saat
titrasi menjadi kecil, sehingga Cu2+ yang ditemukan lebih kecil dibandingkan
kadar teoritisnya (Underwood,1998)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kadar praktis sampel 1 adalah 626.17 ppm, kadar teoritisnya 1061 ppm
sehingga % erornya 40%
2. Kadar praktis sampel 2 adalah 662.36 ppm, kadar teoritisnya 1310 ppm
sehingga % erornya 49%
5.2 Saran
1. Dalam praktikum diperlukan untuk memeriksa kelengkapan alat dan
bahan
2. Tutup beaker glass yang berisi indikator umum, hindari cahaya karena
dapat merusak amilum
5. Lakukan praktikum dengan prosedur yang ada dengan tepat dan teliti
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A & A.L. Underwood. (1986). Analisa Kimia Kuantitatif (edisi 5). Jakarta:
Erlangga
Perry, Robert H. dan Dow W. Green. 1999. Chemical Engineering HandBook. 7th
Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
Vogel, A.I. (1989). The Textbook of Qualitative Chemical Analysis (5th ed). Longman
Wongkar, Yusuf Noer. 2016. Penetapan Kadar Asam Askorbat Vitamin C Metode
Titrasi Iodimetri.
RINGKASAN
Pada percobaan ini digunakan bahan yaitu 3 sampel, KMNO4 0.1 N, dan H2SO4
6 N. serta menggunakan alat salah satunya erlenmeyer, kompor listrik, corong, beaker
glass, buret, statif, klem dll. Pada percobaan ini, pertama praktikan harus mencari
kadar KMnO4 dengan standarisasi dengan H2C2O4 lalu dilanjutkan dengan pentitrasian
pada sampel untuk menentukan kadar Fe
Hasil yang diperoleh adalah sampel 1 5.328% dan sampel 2 7.89% memiliki
kadar praktis lebih besar daripada kadar teoritisnya masing masing 3.7% dan 3.84%.
sedangkan sampel ke 3 diperoleh 4.3% yang lebih kecil daripada kadar teoritisnya
yaitu 6.02%
Kesimpulan dari percobaan ini adalah bahwa kadar KMnO4 hasil standarisasi
adalah 0.1 N dengan penggunaan H2C2O4 10 ml. Kadar pada sampel 1 dan 2 lebih
besar dibandingkan kadar teoritisnya yang disebabkan oleh penambahan KMnO4
terlalu cepat dan sifat H2SO4 yang bersifat higroskopis. Sedangkan sampel 3 memiliki
kadar praktis yang lebih kecil dibandingkan kadar teoritisnya yang disebabkan oleh
tidak langsung dititrasi setelah dipanaskan dan kelarutan Fe dalah H2SO4 encer. Saran
untuk praktikan selanjutnya agar melakukan percobaan sesuai prosedur.
SUMMARY
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetrik dari zat-zat
anorganik maupun organik. Untuk menetapkan titik akhir pada titrasi redoks dapat
dilakukan secara potensiometri atau dengan bantuan indikator.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Tidak boleh disaring dengan kertas saring ( zat organik ) dengan glass
wool
5. Sebaiknya disimpan di dalam botol coklat
7. Zat standar primer yang biasa digunakan antara lain : As2O3, Na2C2O4,
H2C2O4, Fe(NH4)2(SO4)2, K4Fe(CN)6, logam Fe, KHC2O4H2C2O4.2H2O
Oksidasi ion permanganat dapat berlangsung dalam suasana asam, netral, dan
alkalis.
1. Dalam suasana asam, pH 1
netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, dan tiosulfat. Reaksi
dalam suasana netral yaitu :
MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2+ 2H2O
Kelebihan
1. KMnO4
2. H2SO4
Pada penentuan kadar ini, nanti sampel contohnya buah akan dititrasi oleh
kalium permanganat yang dimana saat terjadi TAT akan muncul warna biru
pucat yang akan bertahan selama 2 menit (Caleum, 2012)
Salah satu aplikasi dari titrasi permanganat yaitu penentuan besi dalam
bijih besi. Asam terbaik untuk melarutkan bijih besi yaitu HCl dan Timah (II)
Klorida sering ditambahkan untuk membantu proses pelarutan (Underwoo,
1998)
Timah (II) Klorida. Reduktor iones ini lebih disarankan jika asam yang tersedia
adalah sulfat, mengingat tidak ada ion klorida yang masuk (Underwood, 1998)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1.1 Bahan
1. Sampel 1,2,3
2. KMnO4 0,1 N
3. H2SO4 6 N
3.1.2 Alat
2. Erlenmeyer
3. Gelas Ukur
4. Pipet
5. Beaker Glass
6. Pipet Tetes
7. Indikator pH
8. Pipet Volume
9. Aspirator
11. Termometer
Buret untuk
titrasi larutan
6 Indikator PH Menguji PH
8 Aspirator Memompa
larutan yang ada
pada pipet ukur
9 Pengaduk Mengaduk
larutan
10 Kompor Memanaskan
Listrik larutan
3. 2 Cara Kerja
3.2.1 Standarisasi KMnO4 dengan H2C2O4
1. Ambil 10 ml larutan Na2C2O4 0,1 N kemudian masukkan ke dalam
erlenmeyer
N KMnO4 =
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
4.2.1 Alasan Kadar Praktis Lebih Besar
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kadar praktis sampe 1 5.38%, kadar teoritisnya 3.7%, sehingga % erornya
44%
2. Kadar praktis sampel 2 7.89 %, kadar teoritisnya 3.84%, sehingga % erornya
63%
3. Kadar praktis sampe 3 4.3 %, kadar teoritisnya 6.02%, sehingga % erornya
28%
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A & A.L. Underwood. (1986). Analisa Kimia Kuantitatif (edisi 5). Jakarta:
Erlangga
Perry, Robert H. (1973). Chemical Engineers Handbook (5th ed). New York:
McGraw-Hill
Vogel, A.I. (1989). The Textbook of Qualitative Chemical Analysis (5th ed). Longman
Sampel 1
1000
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 x BM Cu x ppm
10
1000
= 17.3 x 0.0057 x 63.5 x 10
= 626.17 ppm
Sampel 2
1000
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 x BM Cu x ppm
10
1000
= 18.3 x 0.0057 x 63.5 x
10
= 662.36 ppm
100.1
= = 0.1
10
Sampel 1
BE zat = 56 VKMnO4 = 11 ml
Mgzat = 11 x 0.1 x 56 = 61.6 mg
Kadar Fe = x 100 %
A-1
61.6
= 1156x 100 % = 5.328 %
Sampel 2
BE zat = 56 VKMnO4 = 8.2
Mgzat = 8.2 x 0.1 x 56 = 45.92 mg
Kadar Fe = x 100 %
45.92
= x 100 % = 7.89%
582
Sampel 1
BE zat = 56 VKMnO4 = 8.6 ml
Mgzat = 8.6x 0.1 x 56 = 48.16 mg
Kadar Fe = x 100 %
48.16
= x 100 % = 4.3 %
1126
Persen Eror = x 100 %
Iodo Iodimetri
1061626.17
Sampel 1 = x 100% = 40%
1061
1310662.36
Sampel 2 = x 100% = 49%
1310
Rata-Rata = 44.5%
Permanganometri
5.3283.7
Sampel 1 = x 100% = 44%
5.328
7.894.84
Sampel 2 = x 100% = 63%
7.89
6.024.3
Sampel 3 = x 100% = 28%
6.02
Rata-rata = 45%
A-2
LAMPIRAN
B
LAPORAN SEMENTARA
Materi:
REDOKS (IODO-IODIMETRI DAN PERMANGANOMETRI)
LABORATORIUM DASAR
TEKNIK KIMIA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
B-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1. Iodo-iodimetri
1.2 Permanganometri
II. PERCOBAAN
2.1.1. Iodo-iodimetri
2.NaS2O3
3.K2Cr2O7 0,01 N
2.1.2. Permanganometri
1. Sampel 1, 2 dan 3
2. KMnO4 0.1 N
3. H2SO4 6 N
B-2
2.2 Alat yang Dipakai
2. Erlenmeyer
3. Gelas Ukur
4. Beaker Glass
5. Pipet Tetes
6. Indikator pH
7. Pipet Volume
8. Aspirator
9. Pengaduk
11. Termometer
2.2.1 Permanganometri
2. Erlenmeyer
3. Gelas Ukur
4. Beaker Glass
5. Pipet Tetes
6. Indikator pH
7. Pipet Volume
8. Aspirator
9. Pengaduk
B-3
10. Kompor Listrik
11. Termometer
2.2.1 Iodo-Iodimetri
2.2.1.1 Standarisasi Na2S2O3 dengan K2CrO7 0,01 N
3. Tambahkan 12 ml KI 0,1 N
N Na2S2O3 =
1. Ambil 10 ml sampel
3. Masukkan 12 ml KI 0,1 N
4. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang
B-4
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 . BM Cu .
Atau
Percobaan 1 Percobaan 2
Volume Titran Sebelum
0.9 ml 1.0 ml
Diberi Amilum
Volume Titran Setelah
12.6 ml 11.9 ml
Diberi Amilum
Total Volume Titran yang
13.5 ml 12.9 ml
digunakan
Rata-Rata Volume Titran 13.2 ml
B-5
Table 2.3 Penepatan Kadar Cu2+ sampel 2
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
Volume Titran Sebelum
23.5 ml 16 ml 10.2 ml
Diberi Amilum
Volume Titran Setelah
5.5 ml 6 ml 5.3 ml
Diberi Amilum
Total Volume Titran yang
16.7 ml 17.4 ml 17.8 ml
digunakan
Rata-Rata Volume Titran 17.3 ml
Percobaan 1 Percobaan 2
Mula-mula (ml) 12.6 ml 22.7 ml
Setelah (ml) 22.6 ml 33 ml
Volume titran yang
10 ml 10.3 ml
digunakan
Rata-Rata Volume Titran 10.15 ml
B-6
LAMPIRAN
C
REFERENSI IODO-IODIMETRI
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302
2493
ABSTRACT
Rice is a staple food that is easily processed, easy to prepare, delicious and
contains a protein as source energy. Chlorine is not permitted to be used on rice
because it can harm the respiratory system. In the form gas chlorine can demage
mucous membrane and the form of liquid can damage the skin. The purpose of this
study is to identify and determine the levels of chlorine on rice in the markets of
Manado. The samples used in this research were nine rice samples taken from three
markets in Manado, namely Bersehati 45 market, Tuminting market and Karombasan
market. Chlorine was examined using a color reaction method and iodometric
titration. The results of this research shows that all nine samples of rice does not
contain chlorine, either by color reaction method and iodometric titration method.
Rice in the markets of Manado does not contain chlorine and safe for consumption.
ABSTRAK
Beras merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah
disajikan, enak dan mengandung protein sebagai sumber energi. Bahan pemutih
klorin dilarang digunakan dalam beras karena dapat membahayakan sistem
pernapasan. Dalam wujud gas klor merusak membran mucus dan dalam wujud cair
dapat merusak kulit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi dan
menentukan kadar klorin dalam beras yang beredar di pasar kota Manado. Sampel
beras berjumlah Sembilan sampel diambil pada tiga pasar yang ada di kota Manado
yaitu pasar Bersehati 45, pasar Tuminting dan pasar Karombasan. Klorin diuji
menggunakan metode Reaksi Warna dan Titrasi Iodometri. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sembilan sampel beras tidak mengandung klorin yang diuji
dengan metode Reaksi Warna maupun metode Titrasi Iodometri. Beras di pasar kota
Manado tidak mengandung klorin dan aman untuk dikonsumsi.
C-1
TITRASI IODO IODIMETRI
Graciez Pharmacy
2012
I. DASAR TEORI
C-2
IV. INDIKATOR
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja
sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau
merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon
tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk
mengetahui titik akhir titrasi. Penggunaan indikator pelarut organik ini
sangat penting terutama jika larutannya sangat asam sehingga kanji
terhidrolisa, titrasinya berjalan sangat lambat dan larutannya sangat encer.
Kerugian pemakaian pelarut organik sebagai indikator antara lain pada
saat titrasi harus digunakan labu bertutup gelas, selama titrasi harus
digojog kuat-kuat untuk menyari iodium dari air dan kadang-kadang harus
ditunggu pemisahannya. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan
kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk
suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kanji dengan adanya iod akan
memberikan kompleks berwarna biru kuat yang akan terlihat apabila
konsentrasi iodium 2x10-5 M dan konsentrasi iodida lebih besar dari 2x10-
4
M. Kepekaan warna berkurang dengan kenaikan suhu larutan dan adanya
pelarut-pelarut organik. Ada pendapat bahwa warna biru itu adalah
dikarenakan adsorpsi iod atau ion triiodida pada permukaan makromolekul
kanji. Dalam konsentrasi iodida 4x10-5 sudah memungkinkan iodium
dalam konsentrasi 2x10-5 atau lebih memberikan warna biru yang nyata.
Jika konsentrasi iodida dinaikkan tidak begitu berbeda intensitasnya, akan
tetapi bila konsentrasi iodida diturunkan maka penurunan intensitas warna
kelihatan. Tanpa iodida, iod-kanji tidak memberikan warna. Apabila
suhunya dinaikkan maka kepekaan warna menurun. Pada suhu 50
kepekaannya menjadi 10x lebih kurang daripada suhu 25. Penambahan
pelarut seperti etil alkohol menurunkan kepekaan juga. Jika mengandung
50% atau lebih etanol menyebabkan warna tidak timbul. Kanji tidak dapat
digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi hidrolisis
dari kanji itu.
C-3
Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa
memiliki rantai lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan
iodium. Amilopektin memiliki rantai bercabang dan memberikan warna
merah violet jika bereaksi dengan iodium.
Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah, sedangkan
kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada
suspensi dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu
dengan pemanasan.
Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati
titik akhir titrasi karena iod dengan kanji membentuk kompleks yang
berwarna biru yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan
mengganggu penetapan titik akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini,
dianjurkan pemakaian kanji natrium glukonat yang mana indikator ini
tidak higroskopis; cepat larut dan stabil dalam penyimpanan; tidak
membentuk kompleks yang tidak larut dengan iodium sehingga boleh
ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir jelas; reprodusibel dan tidak
tiba-tiba. Sayangnya indikator ini harganya mahal.
Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :
Amilum + I2 iod-amilum (biru)
Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak
berwarna)
C-4
ANALISIS PENURUNAN BILANGAN IOD TERHADAP
PENGULANGAN PENGGORENGAN MINYAK KELAPA
DENGAN METODE
TITRASI IODOMETRI
Oleh
DYANING TIYAS
NUGRAHENI NIM.
10617003633
C-5
Dyaning Tiyas Nugraheni (2010) : Analisis Penurunan Bilangan Iod
Terhadap
Pengulangan Penggorengan Minyak Kelapa dengan Metode Titrasi
Iodometri
C-6
REFERENSI PERMANGANOMETRI
C-7
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL