Materi :
ARGENTOMETRI dan GRAVIMETRI
Oleh :
Kelompok : 3/Selasa Pagi
Ridwan Widya Adi Prasetyo
NIM : 21030114140197
NIM : 21030114140204
NIM : 21030114120083
Anggota
1. Nama Lengkap
NIM
: 21030114140204
Jurusan
: Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik
: Universitas Diponegoro
2. Nama Lengkap
NIM
: 21030114140197
Jurusan
: Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik
: Universitas Diponegoro
3. Nama Lengkap
NIM
: 21030114120083
Jurusan
: Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik
: Universitas Diponegoro
Udin Mabruro
NIM : 21030112140037
ii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I dengan materi Spektrofotometri Anorganik.
Dalam laporan ini penulis meyakini sepenuhnya bahwa tidaklah mungkin
menyelesaikan makalah ini tanpa doa, bantuan, dan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan rasa terima
kasih kepada:
1. Widayat, ST, MT selaku Dosen Praktikum Dasar Teknik Kimia I
2. Rizki Angga Anggita selaku koordinator asisten Laboratorium Dasar
Teknik Kimia I
3. Udin Mabruro selaku asisten laboratorium praktikum Argentometri dan
Gravimetri
4. Kedua orang tua atas doa, kesabaran, limpahan kasih sayang, dan
dukungan yang telah diberikan
5. Teman-teman Teknik Kimia Universitas Diponegoro angkatan 2014
Penulis meyakini bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Mohon maaf
apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak berkaitan dengan laporan ini. Akhir kata,
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat berguna sebagai
bahan penambah ilmu pengetahuan.
Penulis
iii
......................................................................................
ii
PRAKATA ......................................................................................
iii
DAFTAR ISI
iv
...............................................................................
DAFTAR TABEL
........................................................................
vii
viii
INTISARI ......................................................................................
ix
SUMMARY ......................................................................................
.................................................................
..........................................................
..........................................................
.................................................................
............................................
10
10
10
.................................................................
iv
..........................................................
12
.................................................................
12
14
..........................................................
14
.................................................................
14
...............
14
15
17
BAB V PENUTUP
.......................................................................
19
.................................................................
19
...............................................................................
19
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................
20
INTISARI ......................................................................................
21
SUMMARY
...............................................................................
22
23
.................................................................
..........................................................
23
23
..................................................
24
24
24
25
......................
25
....................................
26
26
....................................
27
27
27
................................................................
.........................................................
29
................................................................
29
30
.........................................................
30
.................................................................
30
31
...............................
32
.........................................................................
34
BAB V PENUTUP
V.1. Kesiumpulan
V.2. Saran
.................................................................
34
................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................
35
A1
LAPORAN SEMENTARA
.........................................................
B1
..............................................................................
C1
REFERENSI
vi
.......................... 30
vii
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga dalam memisahkan suatu
sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang dilibatkan adalah proses
dimana zat yang akan dipisahkan digunakan untuk membentuk suatu endapan padat.
Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analitis,
khususnya dalam metode argentometri dan gravimetri. Argentometri merupakan
analisa kuantitatif volumetrik dengan larutan standar AgNO3 berdasarkan
pengendapan. Argentometri digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur dalam
titrasi yang melibatkan garam perak dengan indikator yang sesuai. Kegunaan analisa
argentometri ini adalah menentukan kadar halogenida, misalnya Cl-, yang
terkandung dalam sampel sehingga berguna untuk oseanografi, pangan, dan industri.
= 1,0 x 10-10
[Ag+]
= [Cl-]
[Ag+]2
= 1,0 x 10-10
[Ag+]
= 1,0 x 10-5
= 2 x 10-12
= 2 x 10-12
[Ag+]
= 2 x 10-10
[Ag+]
= 1,4 x 10-5
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa banyaknya ion perak yang dibutuhkan
untuk mengendapkan ion kromat lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengendapkan ion klorida. Jadi pada saat TAT terjadi, ion klorida praktis telah
mengendap semua, sehingga perak kromat baru mengendap setelah semua ion
klorida mengendap membentuk perak klorida.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode Mohr :
1.
Baik untuk menentukan ion klorida dan bromida tetapi tidak cocok untuk ion
iodida dan tiosianida.
2.
3.
Tidak cocok untuk titrasi larutan yang berwarna, seperti CuCl2 (biru), CaCl2
(perak), NiCl (hijau) karena akan menyulitkan pengamatan saat TAT.
4.
5.
6.
Larutan harus bersifat asam, tujuannya untuk menghindari hidrolisa garam ferri
menjadi ferri hidroksida yang warnanya mengganggu pengamatan TAT.
HNO3 yang digunakan untuk memberikan suasana asam jangan terlalu pekat
sebab akan mengoksidasi NH4CNS menjadi NO dan CO2. Dimana CO2 yang
terbentuk dapat bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3 yang dapat bereaksi
dengan Ag+ dan menghasilkan Ag2CO3 yang berwarna putih sehingga
menyulitkan pengamatan saat TAT. Selain itu kadar Fe3+ akan berkurang,
sehingga kemungkinan TAT akan terjadi jauh.
3.
Endapan AgCl yang terbentuk harus disaring dulu, dicuci dengan air dan air
cucian dijadikan satu dengan filtrat baru dititrasi dengan NH4CNS
M+
Lapisan Primer
Lapisan Sekunder
Klorida Berlebih
Jika perak nitrat terus menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih,
ion-ion ini akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka
partikel-partikel menjadi bermuatan positif, dan anion dalam larutan ditarik untuk
membentuk lapisan sekunder.
(AgCl) . Ag+
X-
Lapisan Sekunder
Perak Berlebih
Fluoresein merupakan asam organik lemah yang dapat dilambang -kan dengan
HFI. Bila fluoresein ditambahkan ke dalam labu titrasi, anionnya, FI-, tidaklah
diserap oleh perak klorida koloidal selama ion-ion klorida masih berlebih. Tetapi bila
ion perak berlebih, ion FI- dapat ditarik ke permukaan partikel yang bermuatan
positif, seperti :
(AgCl) . Ag+
FI-
Agregat yang dihasilkan akan berwarna merah muda, dan warna itu cukup kuat
untuk digunakan sebagai indikator visual.
Macam-macam indikator yang biasa digunakan antara lain :
1.
2.
3.
1.
Larutan jangan terlalu encer agar perubahan warna dapat diamati dengan jelas.
2.
3.
4.
5.
Indikator yang terserap oleh endapan ikatannya tidak boleh terlalu kuat karena
ion indikator akan teradsorpsi oleh endapan sebelum TE tercapai.
6.
b. Chemist
Dengan AgNO3 terbentuk endapan yang tidak larut dalam air. Reaksi:
AgNO3 + NaCl NaNO3 + AgCl(s)
2. AgNO3
a. Fisis
b. Chemist
3. NH4CNS
a.
Fisis
b. Chemist
4. HNO3
a. Fisis
b. Chemist
b. Chemist
Dengan BaCl2 bereaksi membentuk endapan kuning muda yang tidak
larut dalam air tetapi larut dalam asam mineral encer.
Reaksi: CrO42- + Ba2+ BaCrO4(s)
Dengan AgNO3 membentuk endapan merah coklat yang larut dalam
asam nitrat.
Reaksi: CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4(s)
Dengan Pb asetat membentuk endapan kuning yang tidak larut dalam
asam asetat, tapi larut dalam HNO3.
Reaksi: Pb2+ + CrO42- PbCrO4(s)
II.6. Fungsi Reagen
a. NaCl
b. AgNO3
: untuk
Alat :
2. Larutan AgNO3
2. Corong
3. Indikator K2CrO4 5%
3. Erlenmeyer 250 mL
4.Indikator Fluoresein
5.Sampel
5. Gelas ukur 10 mL
6.Kompor listrik
7.Termometer
8.Pipet volume 10 mL
9.Pipet tetes
Buret, statif
dan klem
Corong
10
Gelas Ukur10mL
Pipet Volume
Termometer
11
Kompor Listrik
Pipet Tetes
3. Erlenmeyer
4. Beaker Glass
5. Gelas Ukur
6. Kompor Listrik
7.Termometer
8. Pipet Volume
9.Pipet Tetes
12
Perhitungan : N AgNO3 =
fp = faktor pengenceran
fp = faktor pengenceran
13
N.AgNO3
10,5 mL
0,043 N
Tabel 4.2 Penetapan Kadar Cl- dengan metode Mohr dan Fajans
Metode
Kadar praktis
Kadar teoritis
% Error
Mohr
739,7 ppm
800 ppm
7,5%
Fajans
1034,48 ppm
1000 ppm
0,34%
IV.2 Pembahasan
14
2. Efek pH
Kelarutan dari garam sebuah asam lemah bergantung pada pH larutan
tersebut. Penentuan kadar Cl- dilakukan dengan menitrasi sampel dengan
K2CrO4. Titrasi ini dilakukan dengan kondisi larutan berada pH kisaran 6,5-10.
Kisaran pH ini, sampel masih memiliki kelarutan yang cukup tinggi sehingga
sulit untuk mengendap. Pengendapan dapat terjadi bila menambahkan ion
perak untuk menghasilkan endapan.
(Underwood,1998)
3. Efek aktivitas
Banyak
endapan
menunjukkan
peningkatan
kelarutan
dalam
yang lebih
15
2. Temperatur
Kebanyakan peningkatan kelarutan sejalan dengan peningkatan temperatur.
Kelarutan akan semakin meningkat seiring kenaikan temperatur. Biasanya
merupakan suatu keuntungan untuk mempermudah proses pengendapan,
penyaringan, dan pencucian dengan larutan panas. Partikel-partikel berukuran
dapat dihasilkan, penyaringan akan lebih cepat dan kotoran-kotoran tersebut
lebih jauh. Pada percobaan yang dilakukan, sampel yang telah ditambah
fluoresein dipanaskan sampai 800C. Pada pemanasan ini, sampel telah
mengendap terlebih sehingga kadar Cl- yang didapatkan oleh praktikan lebih
besar daripada kadar yang sebenarnya.
(Underwood,1998)
16
pertama,yaitu
menetapkan
pembakuan
larutan
AgNO3.
Titrasi
17
18
V.2. Saran.
1. Lakukan pemanasan pada suhu 80oC agar tidak terjadi kerusakan sampel
2. Ulangi titrasi jika warna merah pada larutan masih hilang setelah didiamkan
sebentar.
3. Atur pH sesuai dengan skala pH indikator yang digunakan untuk
menghindari terjadinya galat.
4. Lakukan langkah kerja secara urut
5. Lakukan metode titrasi dengan benar agar tidak terjadi kelebihan volume
saat TAT
6. Bersihkan alat-alat praktikum yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
yang baik
19
20
21
SUMMARY
Precipitation is a method to separate a sample into its components. Precipitation
rections has been widely used on argentometric and gravimetrc analysis.
Gravimetric is a part of quantitative analysis which involves measuring and
separating the analyte from the other components so that the amount of the substance
can be found.
Gravimetric analysis is a measurement method by separating the analyte from
the other components so that the amount of substance can be measured by
gravimetric factor.gravimetry is actually quicker and more precise compared to
analysis using instrument. The use of H2SO4 is to precipitate Ba2+ into BaSO4
precipitate.
The way it works is, first weighed Whatman filter paper and take a 10 ml sample
containing Ba2 +. Add 0.1 N H2SO4 and stirred. BaSO4 white precipitate formed
was filtered with filter paper that had been placed in the funnel, the filtrate capacity
glass beaker. Wash the sediment with very dilute H2SO4 , wash water and filtrate
made one with 0.1 N H2SO4 was added again. Repeat these steps until the addition
of H2SO4 did not result anymore sediment. Dry the precipitate in a preheated oven at
100-110 C but not to scorch. Weigh the filter paper and its weight of dried sediment.
In the experiments conducted, Cl concentration in the samples obtained at
739.7 ppm, with Mohr method. While the method Fajans Cl concentration obtained
was 1028.9 ppm. Cl concentration obtained is smaller than the original levels
caused by several factors: temperature, pH effects, and the effects of the activity.
Instead Cl levels obtained using methods Fajans larger than the original level. It is
influenced by pH, temperature, and ionic effects allies.
As a suggestion, in doing practical argentometry practitioner should pay more
attention to practical tools or equipment. In analyzing the content of Cl pH adjusted
using Mohr method should not be too acidic because it will affect the current
titration. For Fajans method, the sample was heated titration should be done
immediately. Titration is done by dropwise to avoid miss TAT
22
a.
a.
Dapat mengetahui kadar Ba2+ dalam suatu sampel dengan prosedur gravimetri.
23
Pada pemisahan harus cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tidak
mengendap secara analit tidak ditentukan.
b. Zat yang ditimbang harus punya susunan tertentu dan harus murni. Jika
tidak hasil tidak dapat diperoleh.
24
25
= 98,08 gr/mol
Berat jenis
= 1,83 gr/cc
Titik didih
= 3400C
Titik leleh
= 10,440C
26
Alat :
1. Pengaduk
2. Corong
3. Aquadest secukupnya
4. Sampel
4. Gelas ukur 10 mL
5. Pipet tetes
6. Desikator
7. Oven
8. Cawan Porselin
Corong
Pengaduk
Beaker glass 250 mL
27
Oven
Gelas Ukur 10 mL
Desikator
Pipet Tetes
28
1. Pengaduk
2. Corong
3. Beaker glass
4. Gelas ukur
5. Pipet tetes
6. Desikator
7. Oven
2.
3.
4.
Endapan BaSO4 putih yang terbentuk disaring dengan kertas saring Whatman
yang diletakkan dalam corong. Tampung filtrat dalam beaker glass.
5.
Cuci endapan dengan H2SO4 sangat encer dan air cucian dijadikan satu dengan
filtrat untuk kemudian ditambahkan H2SO4 0,1 N lagi.
6.
7.
Keringkan endapan dalam oven bersuhu 100-110C tapi jangan sampai kertas
saring hangus.
8.
(W 2 W 1) xBM .Bax1000
BM .BaSO4 xV .Sampel
29
W1
0,803 gr
W2
Kadar Praktis
0,878 gr
4413 ppm
Kadar teoritis
%error
6800 ppm
35%
IV.2 Pembahasan
percobaan
yang
kami
lakukan
kadar
Ba2+
adalah
4413
30
2. Proses Pemanasan
Pada saat pemanasan seluruh air akan menghilang atau elektrolit-elektrolit
akan menguap ketika kertas penyaring diapakai, endapan yang dapat terbentuk
dapat berkurang adanya karbon. Endapan yang berkurang karena adsorpsi
kembali air atau karbon dioksida oleh suatu endapan yang terbakar saat
pendinginan. Hal inilah yang menyebabkan kadar Ba2+ yang kami temukan lebih
kecil.
(Underwood,1989)
3. Proses Pengendapan
Proses pengendapan berpengaruh pada besar kecilnya partikel. Besar
kecilnya partikel bergantung pada kejenuhan suatu larutan. Sampel yang kami
H2SO4 0,1 N dan terjadi endapan lalu dicuci dengan H2SO4 encer. Akhirnya,
larutan kami kejenuhannya rendah sehingga kada endapan yang kami dapatkan
lebih kecil dari kadar aslinya.
(Underwood,1989)
31
32
33
V.1. Kesimpulan.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar Ba2+
yang terdapat dalam sampel sebesar 4415 ppm. Kadar yangpraktikan peroleh lebih
kecil dari kadar asli yaitu 6800 ppm. Hal ini disebabkan karena adanya kopresipitasi,
pengaruh pada pemanasan dan pada proses penguapan sampel. Selain menggunakan
metode gravimetri, analisa Ba2+ juga dapat dilakukan dengan cara penguapan,
metode elektroanalis dan metode serapan atom.
V.2. Saran.
1. Pada penambahan H2SO4 0,1 N harus dilakukan sedikit demi sedikit dan
sambil terus diaduk.
2. Pisahkan zat pengotor dari sampel dengan pencuci sebelum endapan
terbentuk untuk menghindari kopresipitasi
3. Penyaringan dan pencucian dilakukan sampai jumlah endapan BaSO4
seminimal mungkin.
4. Penyaringan harus dilakukan pada suhu 100oC-110oC sehingga
kadar
34
35
ARGENTOMETRI
1.
N. Ag N O3
2.
V .N a C l x .N
N a c l 10 x0,05
=
0,047 N
10,5
V . Ag N O3
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000q
10
4,8.0,047.35,5.1000
800,88P P M
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
4,3.0,047.35,5.1000
717,45 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
4,2.0,0047.35,5.1000
700,77 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6.0,047.35,5.1000
1000,1 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
5,6.0,047.35,5.1000
934,36 p p m
10
A-1-
N. AgNO3
3.
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
5,7.0,047.35,5.1000
951,045 p p m
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6.0,047.35,5.1000
1001,1 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6,3.0,047.35,5.1000
1051,15 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6,2.0,047.35,5.1000
1034,47 p p m
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6.0,047.35,5.1000
1001,1 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
5,7.0,047.35,5.1000
951,045 p p m
10
A-2-
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6,9.0,047.35,5.1000
1151 ppm
10
Metode mohr
Sampel 1, kadar rata-rata = 739,7 ppm
Sampel 2, kadar rata-rata = 1039,38 ppm
Metode fajans
Sampel 1, kadar rata-rata = 1028,9 ppm
Sampel 2, kadar rata-rata = 1034,48 ppm
GRAVIMETRI
Penentuan kadar Ba2+ dalam sampel
W2 = 0,878 gram
W1 = 0,803 gram
4413 ppm
233,4
Ba = BM .BaSO4.V .sampel
2+
A-3-
% error
6800 4413
x100% 35,1%
6800
A-4-
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi :
Argentometri dan Gravimetri
Oleh :
Kelompok : III/Selasa Pagi
Mas Agung Laksana
21030114140197
21030114140204
21030114120083
B-1-
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan Yang Digunakan
1. Larutan NaCl 0,05 N
2.
Larutan AgNO3
3. Indikator K2CrO4 5%
4. Indikator Fluoresein
5. Sampel
2.2 Alat Yang Dipakai
1. Buret, Statif, dan Klem
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Beaker Glass
5. Gelas Ukur
6. Kompor listrik
7. Termometer.
8. Pipet volume 10 mL
B-2-
Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah pertama yang tak hilang
pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO3.
Perhitungan : N AgNO3 =
2.
(V .N ) NaCl
V . AgNO3
Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah pertama yang tak hilang
pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO3.
Perhitungan :
Cl- (ppm) =
fp = faktor pengenceran
3.
Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah muda pertama yang tak
hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran.
Perhitungan : Cl- (ppm) =
fp = faktor pengenceran
B-3-
N. AgNO3
4.
V .NaClxN.Nacl 10 x0,05
=
0,047 N
10,5
V . AgNO3
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000q
10
4,8.0,047.35,5.1000
800,88P P M
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
4,3.0,047.35,5.1000
717,45 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
4,2.0,0047.35,5.1000
700,77 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6.0,047.35,5.1000
1000,1 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
5,6.0,047.35,5.1000
934,36 p p m
10
B-4-
4.
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
5,7.0,047.35,5.1000
951,045 p p m
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6.0,047.35,5.1000
1001,1 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6,3.0,047.35,5.1000
1051,15 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6,2.0,047.35,5.1000
1034,47 p p m
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
6.0,047.35,5.1000
1001,1 ppm
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
5,7.0,047.35,5.1000
951,045 p p m
10
N. AgNO3
(V .N ) AgNO3..BM .Cl.1000
10
B-5-
6,9.0,047.35,5.1000
1151 ppm
10
Metode mohr
Sampel 1, kadar rata-rata = 739,7 ppm
Sampel 2, kadar rata-rata = 1039,38 ppm
Metode fajans
Sampel 1, kadar rata-rata = 1028,9 ppm
Sampel 2, kadar rata-rata = 1034,48 ppm
Materi : Gravimetri
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar Ba2+ dalam sampel
II. PERCOBAAN
2.1. Bahan yang digunakan
1. H2SO4 0,1 N secukupnya
2. H2SO4 sangat encer secukupnya
3. Aquadest secukupnya
B-6-
2.3.Cara Kerja
9.
10. Ambil 10 ml sampel yang mengandung Ba2+ (volume sampel yang diambil
untuk diendapkan tergantung konsentrasi sampel).
11. Tambahkan H2SO4 0,1 N dan diaduk.
12. Endapan BaSO4 putih yang terbentuk disaring dengan kertas saring Whatman
yang diletakkan dalam corong. Tampung filtrat dalam beaker glass.
13. Cuci endapan dengan H2SO4 sangat encer dan air cucian dijadikan satu dengan
filtrat untuk kemudian ditambahkan H2SO4 0,1 N lagi.
14. Ulangi langkah 4 dan 5 sampai penambahan H2SO4 tidak menimbulkan endapan
lagi.
15. Keringkan endapan dalam oven bersuhu 100-110C tapi jangan sampai kertas
saring hangus.
16. Timbanglah berat kertas saring bersama endapan yang telah kering.
Perhitungan :
B-7-
(W 2 W 1) xBM .Bax1000
BM .BaSO4 xV .Sampel
1.
4413 ppm
233,4
Ba = BM .BaSO4.V .sampel
2+
6800 4413
x100% 35,1%
6800
% error
Praktikan
Mengetahui,
Asisten
Udin Mabruro
B-8-
ARGENTOMETRI
KAJIAN KAPASITAS DAN EFEKTIVITAS RESIN PENUKAR ANION
UNTUK MENGIKAT KLOR DAN APLIKASINYA PADA AIR
I K. G. Antara, I W. Budiarsa Suyasa, dan A. A. Bawa Putra
Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran
ABSTRAK
Telah
resin
dilakukan
penukar
anion
penelitian
dengan
tentang
sistem
kapasitas
dan
efektivitas
Desa Sedang. Analisis kadar klor menggunakan metode titrasi argentometri. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa resin
mampu
dan
waktu
jenuh
bahwa
260
menit.
Sedangkan
beberapa sumber
sumber
mata
air
dengan
kadar antara
260,33
mampu
menurunkan
kadar
klor dalam
hingga
kadarnya
mata
air
tersebut
ppm
efektivitasnya
mata air di
tersebut
295,83
air
dibawah
Desa
antara
Sedang
telah tercemar
klor
Penggunaan
resin
ppm.
yang
0,6462
berasal
Baku
dari
Mutu
sumber
Air
250
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13905/1/09E02375.pdf
C-1-
C-2-
Gravimetri
ABSTRAK
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13924/1/09E00082.pdf
C-3-
www.env.gov.bc.ca/analytical_methods/pdf
C-4-
DIPERIKSA
TANDA
NO
TANGGAL
KETERANGAN
18
format
2014
Desember Perbaiki
laporan,
TANGAN
struktur
18
2014
19
2014