Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi :

ELEKTROKIMIA

Disusun Oleh :

RANIA CHAIRUNA TAFKA

Group : 4 SELASA PAGI


Rekan Kerja : ALFATHAN RIZKYA R. W.

FIDELMA OKTAVIANE

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi :

ELEKTROKIMIA

Disusun Oleh :

RANIA CHAIRUNA TAFKA

Group :4 SELASA PAGI


Rekan Kerja : ALFATHAN RIZKYA R. W.

FIDELMA OKTAVIANE
LEMBAR PENGESAHAN

Materi : Elektrokimia

Kelompok : 4 Selasa Pagi


Anggota : 1. Alfathan Rizkya R. W. (21030119130092)
2. Fidelma Oktaviane (21030119120004)
3. Rania Chairuna Tafka (21030119130098)

Telah disetujui dan disahkan oleh dosen pengampu pada :


Hari : Rabu

Tanggal : 27 Mei 2020

Semarang, 27 Mei 2020


Dosen Pengampu

Dr.Nita Aryanti,S.T,.M.T.
NIP. 197501172000032001
iii
ELEKTROKIMIA

RINGKASAN

Elektrokimia memiliki banyak kegunaan yang penting, diantaranya


membuat senyawa lain, seperti unsur logam, halogen, gas hidrogen, dan gas
oksigen. Mahasiswa teknik kimia harus memahami teori yang berkaitan dengan
proses elektrolisis. Dalam percobaan elektrokimia diharapkan mahasiswa dapat
menentukan berat Cu serta mampu menentukan kadar Cu 2+ dan mengetahui
pengaruh variabel terhadap konversi massa dan konversi volume.
Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu sel volta
dan sel elektrolisis. Pada sel elektrolisis terjadi proses pelucutan ion-ion
bermuatan. Ion positif bergerak ke elektroda negatif (katoda) dan ion negatif
bergerak ke elektroda positif (anoda). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
elektrokimia antara lain arus listrik, jarak antar elektroda, konsentrasi larutan,
suhu dan waktu. Pada katoda berlangsung reaksi reduksi dan pada anoda
berlangsung reaksi oksidasi Banyak aplikasi elektrolisis seperti elektroplating,
elektrorefining, dan juga electrowinning.
Dalam praktikum ini menggunakan CuSO4.5H2O, KI, Na2S2O3.5H2O,
amilum, aquadest. Alat-alat yang digunakan tangki elektrokimia, batang tembaga,
alumunium, voltmeter atau amperemeter, adaptor, magnetic stirrer, statif, klem,
buret dan erlenmeyer yang dirangkai sedemikian rupa. Mengikuti dari prosedur
percobaan, yang ada akan didapatkan konsentrasi larutan CuSO4.5H2O, volume
titran Na2S2O3 sebelum dan sesudah proses elektrolisa, dan berat katoda sebelum
dan sesudah proses elektrolisa. Dari data yang didapatkan dapat diperoleh nilai
konversi massa dan konversi volume.
Hasil praktikum yang diperoleh sebanyak 8 data dengan 4 variabel
berbeda Variabel 1 ( Katoda = Fe, Anoda = Cu, I = 0,2 A, x = 2 cm ), Variabel 2
( Katoda= Fe, Anoda = Cu, I = 0,3 A, x = 2 cm ), Variabel 3 ( Katoda = Cu,
Anoda = Cu, I = 0,2 A, x = 2 cm ), dan Variabel IV ( Katoda = Fe, Anoda = Cu, I
= 0,2 A, x= 4 cm). Masing-masing variabel menghasilkan data konversi massa
dan konversi volume yang berbeda.
Dapat disimpulkan berat Cu pada setiap variabel berbeda-beda, kadar
Cu2+ pada setiap variabel juga berbeda-beda. Perbedaan jenis katoda, kuat arus,
dan jarak antar elektroda sangat berpengaruh terhadap konversi massa maupun
konversi volume. Saran untuk praktikum ini diharapkan elektroda yang sudah
tidak steril dapat diganti, kawat pengait diganti dengan yang permanen, dilakukan
percobaan dengan variabel suhu, dan memperbaharui power supply agar arus
listrik yang mengalir konstan dan tidak mempengaruhi hasil praktikum.

iv
ELEKTROKIMIA

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Percobaan
1.3 Manfaat Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Elektrokimia
2.2 Reaksi pada proses Elektrolisis
2.3 Faktor - faktor yang mempengaruhi proses elektrokimia
2.4 Deret Volta
2.5 Aplikasi Proses Elektrokimia
2.6 Hukum Faraday
2.7 Mekanisme Proses Elektroplating
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan
3.2 Gambar Rangkaian Alat
3.3 Prosedur Percobaan
3.4 Analisa Hasil
3.5 Cara Perhitungan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
4.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

v
ELEKTROKIMIA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Percobaan Variabel 1


Tabel 4.2 Hasil Percobaan Variabel 2
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Variabel 3
Tabel 4.4 Hasil Percobaan Variabel 4

vi
ELEKTROKIMIA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Deret Volta


Gambar 3.1 Rangkaian Alat Elektrolisis
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Titrasi
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Jenis Katoda Terhadap Konversi Massa
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Jenis Katoda Terhadap Konversi Volume
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Kuat Arus terhadap Konversi Massa
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kuat Arus terhadap Konversi Volume
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Jarak Elektroda terhadap Konversi Massa
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Jarak Elektroda terhadap Konversi Volume

vii
DAFTAR LAMPIRAN
ELEKTROKIMIA

LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR PERHITUNGAN
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
LEMBAR ASISTENSI

viii
ELEKTROKIMIA

BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Elektrokimia memiliki banyak kegunaan yang penting untuk
kehidupan sehari-hari. Diantaranya membuat senyawa lain, seperti unsur
logam, halogen, gas hidrogen, dan gas oksigen. Contohnya pada
elektrolisa larutan NaCl. Cara itu untuk mengetahui konsentrasi ion logam
dalam larutan. Kegunaan lainnya yaitu melapisi permukaan suatu logam
dengan logam yang lain.
Mahasiswa teknik kimia harus memahami teori yang berkaitan
dengan proses elektrolisis. Banyak aplikasi elektrolisis seperti
elektroplating, elektrorefining, dan juga elektrowinning. Oleh karena itu,
mahasiswa teknik kimia perlu melakukan percobaan elektrolisis, seperti
menentukan berat Cu yang menempel pada katoda setelah proses
elektrolisis.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menentukan berat Cu yang menempel pada katoda setelah proses
elektrolisis.
2. Menentukan kadar Cu2+ dalam larutan sisa elektrolisis dengan
menggunakan metode titrasi iodometri.
3. Mengetahui pengaruh kuat arus listrik, jenis katoda, dan jarak antar
elektroda terhadap konversi massa dan konversi volume.

1.3 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa mampu menentukan berat Cu yang menempel pada katoda
setelah proses elektrolisis.
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar Cu2+ dalam larutan sisa
elektrolisis dengan menggunakan metode titrasi iodometri.
3. Mahasiswa mengetahui pengaruh kuat arus listrik, jenis katoda, dan
jarak antar elektroda terhadap konversi massa dan konversi volume.

1
ELEKTROKIMIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Elektrokimia


Elektrokimia mempelajari reaksi-reaksi yang disertai perpindahan
elektron. Pada proses ini energi kimia diubah menjadi energi listrik atau
sebaliknya. Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu
sel galvani dan sel elektrolisis. Sel Galvani atau disebut juga sel volta
merupakan sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik yang
disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan. Sedangkan
elektrolisa adalah proses peruraian suatu elektrolit yang disebabkan oleh
adanya arus listrik searah. Dalam percobaan ini digunakan larutan
CuSO4.5H2O sebagai elektrolitnya. Pada larutan CuSO4.5H2O tidak
terbentuk endapan tembaga sulfit sehingga proses ini menunjukan proses
pengolahan yang bersih, sederhana dan sangat baik untukmengambil
kembali tembaga yang mempunyai kemurnian tinggi yaitu sekitar 99%.
Pada sel elektrolisa terjadi proses pelucutan ion-ion bermuatan.
Selama proses berlangsung, arus listrik mengalir melalui elektrolit,
memberikan energi yang cukup untuk menjalankan reaksi oksidasi dan
reduksi. Ion-ion yang bermuatan bergerak, setelah arus listrik mengalir
dalam elektrolit. Ion positif bergerak ke elektroda negatif (katoda) dan ion
negatif bergerak ke elektroda positif (anoda). Saat ion-ion bermuatan
saling bersinggungan dengan elektroda akan terjadi reaksi elektrokimia.
Pada elektroda positif, ion negatif melepaskan elektron dan teroksidasi.
Pada elektroda negatif, ion positif menangkap elektron dan tereduksi.

2.2 Reaksi pada proses Elektrolisis


Reaksi reaksi pada proses elektrolisis merupakan reaksi reversibel
dan merupakan reaksi redoks. Pada katoda berlangsung reaksi reduksi dan
pada anoda berlangsung reaksi oksidasi. Sebagai contoh, pada suatu
percobaan, sebagai katoda digunakan batang tembaga dan sebagai anoda
digunakan grafit. Elektrolitnya adalah larutan CuSO4.5H2O.
Reaksi yang terjadi:
CuSO4 ↔ Cu2+ + SO42- (1)
2H2O ↔ 2H+ + 2OH- (2)
Anoda 2OH- ↔ H2O + ½ O2 +2e- (3)
Katoda Cu2+ + 2e- ↔ Cu (4)
+ 2-
CuSO 4 +H2O ↔ persamaan
Berdasarkan Cu + 2H + SO
reaksi + ½ O2CuSO
elektrolisis
4
(5) 4, pada l

2
ELEKTROKIMIA

Berdasarkan persamaan reaksi elektrolisis CuSO4, pada larutan akan


tersisa asam sulfat, pada anoda akan terbentuk gas O 2 dan logam Cu akan
menempel pada katoda.
Untuk analisa larutan sisa elektrokimia digunakan metode titrasi
iodometri. Metode ini dilakukan untuk mengetahui kadar Cu2+ yang masih
tersisa dalam larutan.
Reaksi :
2 Cu2+ + 4I- → 2 CuI +I2 (6)
I2 + S2 O3 2- → 2 I- + S 4O6 2-
(7)
I2 + I- → I3- (8)
Amilum (A) + I3- → AI3- (Biru) (9)

2.3 Faktor - faktor yang mempengaruhi proses elektrokimia


 Arus listrik
Semakin besar arus listrik maka elektrokimia akan berlangsung lebih
cepat karena proses penghantaran ion-ion dalam larutan ke katoda lebih
cepat.
 Jarak antar elektroda
Jarak antara elektroda mempengaruhi kecepatan transfer elektron antara
anoda yang menerima elektron dengan katoda sebagai tempat terjadinya
proses reduksi. Semakin dekat jarak antar elektroda maka besar
hambatan pergerakan elektron bernilai kecil begitu pula sebaliknya.
 Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan akan mempengaruhi jumlah ion-ion yang terdapat
dalam larutan, sehingga konsentrasi yang semakin tinggi akan
mempercepat proses elektrokimia.
 Suhu
Semakin tinggi suhu menyebabkan konduktivitas larutan semakin besar
sehingga dapat mempercepat hantaran arus listrik dari anoda menuju
katoda sehingga akan mempercepat proses elektrokimia.
 Waktu
Semakin lama waktu untuk melakukan proses elektrokimia maka
semakin banyak pula kation yang akan tereduksi dan menempel pada
katoda.

2.4 Deret Volta


Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektroda
standarnya disebut deret elektrokimia atau deret volta.

3
ELEKTROKIMIA

Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb (H) Cu Ag Hg Pt Au
Mudah mengalami oksidasi (Reduktor) Mudah mengalami reduksi
(oksidator)
Gambar 2.1 Deret Volta
Semakin ke kiri sifat reduktor semakin kuat artinya logam mampu
mereduksi ion-ion di sebelah kanannya tetapi tidak mampu mereduksi ion
di sebelah kirinya dan logam semakin reaktif (semakin mudah melepas
elektron).

2.5 Aplikasi Proses Elektrokimia


 Elektroplating
Yaitu proses pelapisan suatu logam dengan logam lain dengan caram
elektrolisis
Prinsipnya:
1. Katoda sebagai logam yang dilapisi
2. Anoda sebagai logam pelapis
3. Menggunakan elektrolit garam dari logam anoda
Contohnya :
- Pelapisan Tembaga-Nikel-Khrom
 Elektrorefining
Yaitu cara mendapatkan logam dengan kemurnian yang tinggidari bijih
logam dengan kemurnian yang sudah cukup tinggi.
 Elektrowinning
Yaitu untuk mendapatkan logam dengan kemurnian yang tinggi dari
logam yang kadarnya rendah.

2.6 Hukum Faraday


Dalam sel volta maupun sel elektrolisis terdapat hubungan
kuantitatif antara jumlah zat yang bereaksi dan muatan listrik yang terlibat
dalam reaksi redoks.
Hukum Faraday menyatakan bahwa massa yang dihasilkan dalam
suatu sistem sel elektrolisis berbanding lurus dengan muatan listrik yang
mengalir dalam sel tersebut. Besarnya muatan listrik yang terjadi dalam sel
merupakan hasil antara kuat arus yang dialirkan dengan lamanya waktu
elektrolisis (Seran, 2012). Pernyataan ini merupakan prinsip dasar Hukum
Faraday yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

4
ELEKTROKIMIA

1. Massa zat yang dihasilkan atau melarut selama elektrolisis berbanding


lurus dengan jumlah muatan listrik yang melalui sel elektrolisis.
2. Massa zat yang dihasilkan berbanding lurus dengan massa
ekuivalennya untuk jumlah listrik yang sama.
Secara aljabar Hukum Faraday dapat diformulasikan sesuai dengan
persamaan 2.1:
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
𝑊= (2.1)
𝐹
W = massa zat (gram)
e = massa ekuivalen
i = kuat arus (ampere)
t = waktu (sekon)

2.7. Mekanisme Proses Elektroplating


Proses electroplating asalah proses yang melibatkan reaksi
reduksi dari logam terlarut di dalam larutan elektrolit yang berlangsung di
permukaan elektroda (katoda). Elektroda dihubungkan ke power supply
kemudian dimasukkan ke dalam elektrolit di dalam sel elektrokimia.
Pengendepan logam pada permukaan katoda dipicu oleh pergeseran
potensial elektroda dari kondisi setimbangnya. Perbedaan potensial ini
dikenal sebagai over potential. Sebagai contoh, jika muatan listrik negative
diaplikasikan ke elektroda kerja (katoda), arus listrik akan mengalir dari
katoda ke anoda. Sehingga reaksi reduksi akan terjadi pada ion-ion logam
misalnya Mn+menjadi padatan logam yang menyerap pada permukaan
katoda. Adapun reaksi reduksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
−¿ →M ° lattice ¿

M n+¿ solution+ n e ¿

(Widayatno, dkk., 2015)

5
ELEKTROKIMIA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3. 1 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.1.1. Bahan
1. CuSO4.5H2O 0,5 N (250ml)
2. KI 10,5%
3. Na2S2O3 .5H2O 0,4N (250ml)
4. Amilum
5. Aquadest
3.1.2. Alat:
1. Tangki elektrokimia
2. Batang tembaga
3. Alumunium
4. Voltmeter/ Amperemeter
5. Adaptor
6. Magnetic stirrer

3.2 Gambar Rangkaian Alat

2 3

Gambar 3.1. Rangkaian Alat Elektrolisis

Keterangan: 1. Tangki elektrolisis


2. Katoda
3. Anoda
4. Adaptor, Amperemeter, Voltmeter

6
ELEKTROKIMIA

Gambar Rangkaian Alat Titrasi

Keterangan :

1. Klem
2. Statif
3. Buret
4. Erlenmeyer

Gambar 3.2. Rangkaian Alat Titrasi

Data Yang Diperlukan


1. Konsentrasi larutan CuSO4.5H2O
2. Volume titran Na2S2O3 sebelum dan sesudah proses elektrolisa
3. Berat katoda sebelum dan sesudah proses elektrolisa

3.3 Prosedur Percobaan


1. Tangki elektrolisis diisi dengan 250 ml larutan CuSO4.5H2O 0,5 N.
2. Sebelum melakukan proses elektrolisis, keringkan katoda dalam oven
110°C selama 10 menit.
3. Posisi katoda dan anoda diletakkan secara permanen pada tangki dengan
jarak 2 cm pada variabel 1, 2, 3 dan jarak 4 cm pada variabel 4. Anoda
dihubungkan dengan kutub positif dan katoda dengan kutub negatif
penyearah arus.
4. Arus bertegangan 0,2 A pada variabel 1, 3, 4 dan 0,3 A pada variabel 3
dialirkan dan pengadukan dijalankan dengan perlahan-lahan.
5. Ketika mencapai waktu yang telah ditentukan (t = 0, 4, 8, 12 menit)
pengadukan dan arus listrik dihentikan, katoda diambil. Selanjutnya
katoda dicuci, dikeringkan dan ditimbang. Analisa cairan sisa elektrolisa
dengan metode titrasi iodometri untuk mengetahui kandungan Cu 2+ yang
masih tersisa.
Keterangan
Variabel berubah : waktu elektrolisis, jenis katoda, jarak antar elektroda.

7
ELEKTROKIMIA

3.4 Analisa Hasil


Sejumlah 5 ml cairan sisa hasil elektrolisis diambil, dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan selanjutnya ditambahkan 3 ml larutan KI 10,5%
berat. Mulut labu erlenmeyer ditutup dengan gelas arloji kecil dan dibiarkan
selama 5 menit di tempat yang gelap agar reaksi berlangsung dengan
sempurna. Selanjutnya tutup gelas arloji dicuci dengan aquadest dan air
cucian dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian larutan tersebut dititrasi
dengan larutan Na2S2O3 sampai warna larutan berubah menjadi kuning.
Selanjutnya 3 tetes indikator amilum ditambahkan ke dalam campuran dan
dititrasi lagi dengan Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang (putih susu)

3.5 Cara Perhitungan


Konversi massa (Xm) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.1)
𝑀−𝑀
X1 = 𝑀 0
𝐶𝑢 (3.1)

Keterangan :
Xm = konversi massa
M = berat katoda setelah proses elektrolisa
M0 = berat katoda sebelum proses elektrolisa
MCu = berat tembaga dalam cairan mula mula

Sedangkan konversi volume (Xv) dapat dihitung dengan persamaan (3.2)


V 0. N−V.N 𝑉0 −𝑉
X2 = = (3.2)
𝑉0 .𝑁 𝑉0

Keterangan :
Xv = konversi volume
V0 = volume larutan Na2S2O3 sebelum dielektrolisis
V = volume larutan Na2S2O3 setelah dielektrolisis N
= normalitas larutan Na2S2O3

8
ELEKTROKIMIA

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Percobaan


Pada percobaan ini, kelompok kami memakai empat variabel. Variabel
pertama memakai katoda Fe, anoda Cu, kuat arus 0,2 A, dan jarak elektroda 2
cm. Pada variabel ke-2 memakai katoda Fe, anoda Cu, kuat arus 0,3 A, dan
jarak elektroda 2 cm. Pada variabel ke-3 memakai katoda Cu, anoda Cu, kuat
arus 0,2 A, dan jarak elektroda 2 cm. Pada variabel ke-4 memakai katoda Fe,
anoda Cu, kuat arus 0,2 A, jarak elektroda 4 cm.

4.1.1 Variabel 1 (Katoda = Fe, Anoda = Cu, I = 0,2 A, x(jarak) = 2 cm)


Tabel 4.1. Hasil Percobaan variabel 1
t (menit) M0 (gram) M (gram) V1 (ml) V2 (ml) Vt (ml)
0 3,763 3,763 5,3 5,2 10,5
4 3,763 4,025 5,5 6,4 11,9
8 3,763 3,665 2,2 6,9 9,1
12 3,763 3,606 2,5 7,1 9,6

4.1.2 Variabel 2 (Katoda = Fe, Anoda = Cu, I = 0,3 A, x(jarak) = 2 cm)


Tabel 4.2. Hasil Percobaan variabel 2
t (menit) M0 (gram) M (gram) V1 (ml) V2 (ml) Vt (ml)
0 3,427 3,427 2,5 7,1 9,6
4 3,427 3,463 2,2 7,4 9,6
8 3,427 3,484 2,1 6,5 8,6
12 3,427 3,363 2,1 6,4 8,5

4.1.3 Variabel 3 (Katoda = Cu, Anoda = Cu, I = 0,2 A, x(jarak) = 2 cm)


Tabel 4.3. Hasil Percobaan variabel 3
t (menit) M0 (gram) M (gram) V1 (ml) V2 (ml) Vt (ml)
0 5,566 5,566 2,1 6,4 8,4
4 5,566 5,628 2,4 6,5 8,9
8 5,566 5,732 2,4 6,3 8,7
12 5,566 5,523 2,1 6,2 8,3

9
ELEKTROKIMIA

4.1.4 Variabel 4 (Katoda = Fe, Anoda = Cu, I = 0,2 A, x(jarak) = 4 cm)


Tabel 4.4. Hasil Percobaan variabel 4
t (menit) M0 (gram) M (gram) V1 (ml) V2 (ml) Vt (ml)
0 5,278 5,278 2,1 6,2 8,3
4 5,278 5,339 2,0 6,1 8,1
8 5,278 5,421 1,9 6,0 7,9
12 5,278 5,370 2,4 6,4 8,8

4.2. Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Jenis Katoda terhadap Konversi Massa
Dari data percobaan yang telah didapatkan saat praktikum dapat
diperoleh grafik sebagai berikut:

Gambar 4.1. Hubungan Jenis Katoda terhadap Konversi Massa


Gambar 4.1 menjelaskan grafik hubungan jenis katoda yang
digunakan dengan konversi massanya. Jenis katoda pada variabel 1
adalah Fe dan pada variabel 3 adalah Cu. Pada menit ke-0, nilai
konversi massa variabel 1 dan 3 adalah 0. Pada menit ke-4, nilai
konversi massa variabel 1 dan 3 nail menjadi 0,033 dan 0,00781. Pada
menit ke-8, nilai konversi massa variabel 1 mengalami penurunan
menjadi -0,01209 dan variabel 3 naik menjadi 0,02091. Pada menit
ke-12, variabel 1 dan 3 mengalami penurunan menjadi -0,01978 dan
-0,00542. Dapat dilihat bahwa konversi massa variabel 1 lebih besar
daripada variabel 3.
Dari table potensial elektroda, jika diurutkan dari kiri ke kanan,
dimana semakin ke kanan nilai Eᵒ reduksi semakin besar (oksidator
kuat) maka akan terbentuk sebuah deret volta. Berikut deretnya:
Li – K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd –
Ni – Sn – Pb – H – Sb – Bi – Cu – Hg – Ag – Pt – Au

10
ELEKTROKIMIA

Logam yang berada di sebelah kiri dapat mendesak logam yang


berada di sebelah kanan. Pada contohnya bahwa Al dapat mendesak
Fe sehingga reaksi bisa berlangsung. Semakin ke kiri kedudukan
logam dalam deret volta maka akan semakin reaktif dan memiliki sifat
reduktor yang kuat. Semakin kanan suatu logam maka sifat
reduktornya semakin berkurang dan logam menjadi kurang reaktif.
Oleh karena itu, logam yang terletak lebih kiri dapat mendesak logam
yang lebih kanan dari senyawanya (Nasution, 2019).
Berdasarkan teori yang ada, letak Fe berada di kiri Cu pada deret
volta sehingga Fe mudah mengalami oksidasi dan akan mereduksi ion-
ion Cu. Dengan begitu, lebih banyak endapan Cu yang melapisi
katoda Fe disbanding katoda Cu. Inilah yang menyebabkan massa
katoda Fe lebih besar dan konversi massanya lebih besar dibandingkan
katoda Cu. Namun pada percobaan kali ini, konversi massa Cu lebih
besar dibandingkan konversi massa Fe sehingga tidak sesuai teori. Hal
ini mungkin terjadi karena Fe2+ dapat bereaksi lebih dulu dengan SO42-
membuat massa Fe berkurang dan Cu bisa saja tidak menempel pada
Fe melainkan mengendap pada larutan.
4.2.2 Pengaruh Jenis Katoda terhadap Konversi Volume
Dari data percobaan yang telah didapatkan saat praktikum dapat
diperoleh grafik sebagai berikut:

Gambar 4.2. Hubungan Jenis Katoda terhadap Konversi Volume


Pada gambar diatas, menunjukan grafik hubungan waktu dengan
konversi volume terhadap jenis katoda. Pada menit ke-4, konversi
volume yang dihasilkan oleh Fe lebih kecil daripada konversi volume
oleh Cu. Pada menit ke-8 sampai ke-12, konversi volume yang
dihasilkan oleh Fe lebih besar daripada konversi volume Cu.
Dilihat dari nilai Eᵒ sel saat katoda Fe dan anoda Cu (variabel 1)
akan menghasilkan nilai negatif

11
ELEKTROKIMIA

E ° sel=E° katoda−E ° anoda


E ° sel=E° Fe−E° Cu
E ° sel=−0,44−( +0,34 )
E ° sel=−0,78 volt
Nilai Eᵒ sel yang negative berarti terjadi formasi reaktan yang
membutuhan arus listrik untuk menjadi produk reaksi (tidak spontan).
Sedangkan nilai Eᵒ sel saat katoda Cu dan anoda Cu akan
menghasilkan nilai Eᵒ sel yang bernilai nol.
E ° sel=E° katoda−E ° anoda
E ° sel=0,34−0,34
E ° sel=0
Nilai Eᵒ sel = 0 bermakna terjadi kesetimbangan antara produk
dan reaktan. Sehingga tidak ada reaksi dan tidak menghasilkan listrik.
Begitu juga sebaliknya (Raymond, 2010).
Berdasarkan Eᵒ sel yang dihasilkan Eᵒ sel dengan katoda Fe dan
anoda Cu (variabel 1) lebih kecil daripada Eᵒ sel dari katoda dan
anoda Cu. Oleh karena itu, Fe lebih mudah memberikan elektron dan
mereduksi ion dalam larutan, karena ion Cu2+ lebih banyak tereduksi
oleh Fe dan menempel pada Fe. Konsentrasi Cu 2+ akan semakin kecil
sehingga konversi volumenya akan lebih kecil. Hal tersebut tidak
sesuai dengan hasil percobaan, yang mana konversi volume Fe lebih
kecil daripada konversi volume Cu dimenit ke-4. Hal ini disebabkan
oleh perubahan voltase pada saat arus listrik mengalir. Sebab
perubahan potensial akan mempengaruhi laju redoks logam Fe
sehingga terjadi perubahan kesetimbangan Nerst (Buyang, 2015).
Pada saat praktikum, tidak ada penentuan voltase sehingga voltase
yang digunakan saat reaksi dapat berubah-ubah menyebabkan adanya
penyimpangan konversi volume seperti pada grafik 4.2 diatas.
4.2.3 Pengaruh Kuat Arus terhadap Konversi Massa

Gambar 4.3. Hubungan Kuat Arus terhadap Konversi Massa

12
ELEKTROKIMIA

Pada grafik 4.3 menunjukan nilai konversi massa pada I = 0,2 A


pada t = 0 menit sebesar 0, t = 4 menit mengalami kenaikan menjadi
0,33, pada t = 8 menit dan t = 12 menit mengalami penurunan menjadi
-0,01209 dan -0,1978. Sedangkan nilai konversi massa pada I = 0,3 A
mengalami kenaikan pada t = 4 menit sebesar 0,00453 kemudian
mengalami penurunan menjadi -0,03515 pada t = 8 menit, dan
mengalami kenaikan Kembali menjadi -0,00781 pada t = 12 menit.
Hukum Faraday menyatakan bahwa:
e . i. t
M=
F
(Topayung, 2011)
Dimana massa zat yang terjadi akibat reaksi kimia pada
elektroda berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang
mengalir pada larutan elektrolit selama elektrolisis (Topayung, 2011).
Sehingga semakin besar kuat arus dan lama waktu elektrolisis, maka
semakin banyak Cu yang menempel pada katoda.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa konversi massa
pada arus listrik 0,2 A dan 0,3 A tidak sesuai dengan teori Hukum
Faraday karena pada t = 8 menit keduanya mengalami penurunan dan
pada t = 12 menit, I = 0,2 A mengalami penurunan lagi. Hal tersebut
dapat terjadi karena ketidakstabilan kedudukan kedua elektroda yang
mempengaruhi penyaluran arus listrik atau lose contact (Topayung,
2011).
4.2.4 Pengaruh Kuat Arus terhadap Konversi Volume

Gambar 4.4 Hubungan Kuat Arus terhadap Konversi Volume


Pada grafik 4.4 menunjukan nilai konversi volume pada I = 0,2 A
mengalami penurunan pada t = 4 menit menjadi -0,13 kemudian
mengalami kenaikan pada t = 8 menit menjadi 0,13 dan Kembali
mengalami penurunan pada t = 12 menit menjadi 0,11458.

13
ELEKTROKIMIA

Hukum Faraday menyatakan bahwa:


e . i. t
M=
F
(Topayung, 2011)
Dimana jumlah logam atau massa yang terbentuk pada elektroda suatu
sel, sebanding dengan arus yang mengalir (Kurniasih, 2018).
Sehingga semakin besar kuat arus, semakin banyak massa yang
mengendap di katoda membuat kadar Cu berkurang dan volume titran
yang dibutuhkan sedikit sehingga konversi volume naik.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa konversi
volume pada arus listrik 0,3 A susah sesuai dengan teori dan konversi
volume pada arus listrik 0,2 A tidak sesuai dengan teori karena
mengalami penurunan pada menit ke-4 dan menit ke-12. Hal tersebut
dapat terjadi karena ketidakstabilan kedudukan kedua elektroda
sehingga mempengaruhi penyaluran arus listrik atau terjadi lose
contact (Topayung, 2011). Lose contact membuat proses reduksi Cu 2+
menjadi Cu berlangsung lambat sehingga endapan tembaha di katoda
tidak terlalu banyak yang berakibat volume titran yang dibutuhkan
banyak karena kadar Cu2+ dalam larutan CuSO4.5H2O banyak dan
konversi volume mengalami penurunan pada I = 0,2 A di menit ke-4
dan ke-12.
4.2.5 Pengaruh Jarak Elektroda terhadap Konversi Massa

Gambar 4.5 Hubungan Jarak Elektroda terhadap Konversi Massa


Pada grafik 4.5 menunjukan nilai konversi massa pada jarak
elektroda 2 cm mengalami kenaikan pada menit ke-4 dan ke-8
menjadi 0,00781 dan 0,02091. Namun, pada menit ke-12, mengalami
penurunan menjadi -0,00542. Nilai konversi massa pada jarak katoda
4 cm mengalami kenaikan pada menit ke-4 dan ke-8 menjadi 0,00768
dan 0,01802 kemudian mengalami penurunan pada menit ke-12
menjadi 0,01159.

14
ELEKTROKIMIA

Secara teoritis, Secara teoritis, semakin panjang jarak elektroda


maka semakin kecil arus yang digunakan. Hal tersebut mengakibatkan
mobilitas ion didalam larutan kecil sehingga tidak cukup untuk
mengangkut rekata menuju atau dari permukaan pada laju yang
dibutuhkan oleh arus secara kontinu. Akibatnya endapan terbentuk
semakin sedikit (Haris, 2015).
Berdasarkan data percobaan, pada menit ke-12 konversi massa
pada jarak elektroda 2 cm lebih kecil dari konversi massa pada jarak
elektroda 4 cm. Hal tersebut berbanding terbalik dengan teori yang
menyatakan bahwa semakin dekat jarak antar elektroda, maka
semakin baik proses perpindahan muatan sehingga rapat arus yang
mengalir menjadi meningkat yang menyebabkan meningkat proses
penghilangan atau penurunan konsentrasi zat dalam larutan.
Ketidaksesuasian ini dapat terjadi karena adanya difusivitas larutan.
Apabila jarak antar elektroda terlalu sempit dan pada suatu kondisi
dimana antara elektroda terbentuk endapan yang kemudian jenuh dan
terjebak diantaranya, maka difusivitas ion akan terganggu, luas
permukaan elektroda yang efektif menjadi berkurang, ion-ion sulit
menagkap electron, dan permukaan katoda yang berhadapan terlalu
dekat dengan anoda (Pribadi, 2009).
4.2.6 Pengaruh Jarak Elektroda terhadap Konversi Volume

Gambar 4.6 Hubungan Jarak Elektroda terhadap Komversi Volume


Pada grafik 4.6, menunjukan nilai konversi volume saat jarak
elektroda 2 cm (variabel 3) dan 4 cm (variabel 4). Pada menit ke-0,
konversi volume pada jarak elektroda 2 cm dan 4 cm sama-sama 0.
Pada menit ke-4 dan ke-8, konversi volume pada jarak elektroda 2 cm
lebih kecil daripada jarak elektroda 4 cm. Pada menit ke-12, konversi
volume elektroda 2 cm lebih besar daripada jarak elektroda 4 cm.

15
ELEKTROKIMIA

Menurut teori, semakin besar jarak antar elektroda menyebabkan


jarak perpindahan menjadi lambat dan membutuhkan waktu yang
lama. Semakin kecil jarak antar elektroda semakin kecil flowrate yang
dihasilkan. Hal ini disebebkan karena perpindahan electron dari
elektroda ke elektrodanya lambat karena jarak yang besar sehingga
hasil proses elektrolisa sedikit. Jika jarak antar elektroda berdekatan,
memudahkan electron untuk segera berpindah elektroda dan waktu
yang dibutuhkan sediki (Gamayel dkk, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa pada menit ke-4 dan ke-8 terjadi
ketidaksesuaian dengan teori karena konversi volume jarak elektroda
2 cm lebih kecil daripada konversi volume jarak elektroda 4 cm
sehingga berbanding terbalik dengan teori. Hal tersebut dapat terjadi
karena banyaknya partikel yang terbentuk dan ada yang terflotasi ke
atas (Hamid dkk, 2017). Proses flotasi adalah metoda pemisahan
bahan dengan pengapungan oleh gelemnung gas sebagai diffuser
(Karamah dkk, 2008). Partikel-partikel yang belum terbentuk
sempurna mengalami pengendapan sehingga hanya sebagian ion Cu 2+
yang terduksi sempurna menjadi Cu dan menempel pada katoda.
Karena masih banyak ion Cu2+ yang belum tereduksi mengakibatkan
konversi volume kecil. Oleh Karena itu, konversi volume pada jarak
elektroda 4 cm dimenit ke-12 lebih tinggi daripada jarak elektroda 2
cm.

16
ELEKTROKIMIA

BAB V
PENUTU
P

5.1. Kesimpulan
1. Berat Cu (dalam gram) yang di dapat untuk variabel I pada menit
0,4,8,12 adalah 3,763; 4,025; 3,667; 3,606, lalu untuk variabel II pada
menit 0,4,8,12 adalah 3,427; 3,463; 3,484; 3,363, kemudian untuk
variabel III pada menit 0,4,8,12 adalah 5,566; 5,628; 5,732; 5,523, dan
untuk variabel IV adalah 5,278; 5,339; 5,421; 5,370.
2. Kadar Cu2+ yang tersisa dalam larutan elektolit sisa elektrolisis dapat
ditentukan dari jumlah volume titran yang digunakan selama titrasi
iodometri. Adapun jumlah total volume titran (dalam mL) yang
digunakan untuk variabel 1 pada menit 0,4,8,12 adalah 10,5; 11,9; 9,1;
9,6, lalu untuk variabel II pada menit 0,4,8,12 adalah 9,6; 9,6; 8,6; 8,5,
kemudian untuk variabel III pada menit 0,4,8,12 adalah 8,5; 8,9; 8,7;
8,3, dan untuk variabel IV adalah 8,3; 8,1; 7,9; 8,8.
3. Perbedaan jenis katoda, kuat arus dan jarak antar elektroda sangat
berpengaruh terhadap konversi massa maupun konversi volume.
Semakin besar kuat arus listrik maka konversi massa dan konversi
volumenya semakin besar. Lalu, perbedaan jenis katoda mengacu
pada daya reduksi logam tersebut pada deret volta. Adapun semakin
jauh jarak antar elektroda maka semakin kecil kuat arus yang mengalir
sehingga jumlah logam yang terendapkan kecil dengan kata lain
konversinya semakin kecil.

5.2. Saran
1. Sebaiknya dilakukan pembaharuan terhadap elektroda, karena
elektroda sudah tidak steril.
2. Sebaiknya kabel penghubung elektroda dibuat permanen supaya
kedudukannya stabil.
3. Sebaiknya dilakukan percobaan dengan variabel suhu.
4. Sebaiknya power supply yang digunakan diperbaharui karena arus listrik
yang mengalir tidak konstan dan dapat mempengaruhi hasil praktikum.

17
ELEKTROKIMIA

DAFTAR PUSTAKA

Badger, W.Z. dan Bachero, J.F. Introduction to Chemical Engineering, International


student edition. Mc Graw Hill Book Co.
Buyang, R. & Asmaningrum, H. P. 2015. Pengaruh Voltase dan Waktu terhadap
Pengendapan Logam Mangan dan Seng pada Lempeng Tembaga
Menggunakan Metode Elektroplating. Universitas Musamus.
Chang, R. 2010. Chemistry 10th Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Daniels, F. 1961. Experimental Physical Chemistry,6thed. Mc Graw Hill book
Kogakusha, Tokyo.
Gamayel, A., Hanun, Y., & Andono, Y. 2017. Pengaruh Jarak antar Cell Elektroda
terhadap Performa Generator HHO Tipe Dry Cell. Sekolah Tinggi Teknologi
Jakarta.
Hamid, R. A., Purwono, & Oktiawan, W. 2017. Penggunaan Metode Elektrolisis
Menggunakan Elektroda Karbon dengan Variasi Tegangan Listrik dan Waktu
Elektrolisis dalam Penurunan Konsentrasi TSS dan COD pada Pengolahan
Air Limbah Domestik. Universitas Diponegoro.
Haris, A., Riyanti, A. D., & Gunawan. 2005. Pengendapan Logam Tembaga dengan
Metoda Elektrolisis Internal. Universitas Diponegoro.
Karamah, E. F., Bismo, S., & Widyaningrum, D. 2008. Pengaruh Waktu Flotasi dan
Konsentrasi Logam Awal terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair
yang Mengandung Logam Besi, Tembaga, dan Nikel dengan Flotasi Ozon.
Universitas Indonesia.
Kurniasih, Y., Nufida, B. A., & Ahmadi. 2018. Pengembangan Metode
Elektrodeposisi untuk Pengambilan Kembali Perak dari Limbah Fotorontgen.
IKIP Mataram.
Nasution, M. 2019. Kajian tentang Hubungan Deret Volta dan Korosi serta
Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-Hari. Universitas ISU.
Pribadi, F. A. Y. 2009. Optimasi Jarak Elektroda dan Voltase pada Deklorofilasi
secara Elektrokoagulasi pada Ekstrak Daun Stevia. Universitas Sanata
Dharma.
Topayung, D. 2011. Pengaruh Arus Listrik dan Waktu Proses terhadap Ketebalan
dan Massa Lapisan yang Terbentuk pada Proses Elektroplating Pelat Baja.
Politeknik Negeri Manado.
Widayatno, T., Swasemba, I. A., & Zufron, M. K. 2015. Karakterisasi Elektrokimia
Larutan Elektrolit Rendah Sianida untuk Elektroplating Perak Dekoratif
Ramah Lingkungan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

18
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi

Elektrokimia

NAMA : Rania Chairuna Tafka


NIM 21030119130098
GROUP : 4 Selasa Pagi

REKAN KERJA : 1. Alfathan Rizkya Ramadhan Wibowo

2. Fidelma Oktaviane

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan berat Cu yang menempel pada katoda setelah proses elektrolisis.
2. Menentukan kadar Cu2+ dalam larutan sisa elektrolisis dengan menggunakan metode titrasi iodometri.
3. Mengetahui pengaruh kuat arus listrik, jenis katoda, dan jarak antar elektroda terhadap konversi massa
dan konversi volume.

II. PERCOBAAN

2.1 Bahan Yang Digunakan


1. CuSO4.5H2O 0,5 N (250ml)
2. KI 10,5%W
3. Na2S2O3 .5H2O 0,4N (250ml)
4. Amilum
5. Aquadest

2.2 Alat Yang Dipakai


1. Tangki elektrokimia
2. Batang tembaga
3. Alumunium
4. Voltmeter/ Amperemeter
5. Adaptor
6. Magnetic stirrer

Rangkaian Alat Elektrolisis


Keterangan: 1. Tangki elektrolisis
2. Katoda Rangkaian Alat Titrasi
3. Anoda Keterangan :
4. Adaptor, Amperemeter, Voltmeter 1. Klem
2. Statif
3. Buret
4. Erlenmeyer
2.3 Cara Kerja
1. Tangki elektrolisis diisi dengan 250 ml larutan CuSO4.5H2O 0,5 N.
2. Sebelum melakukan proses elektrolisis, keringkan katoda dalam oven 110°C selama 10 menit.
3. Posisi katoda dan anoda diletakkan secara permanen pada tangki dengan jarak 2 cm pada variabel 1, 2, 3 dan jarak 4 cm
pada variabel 4. Anoda dihubungkan dengan kutub positif dan katoda dengan kutub negatif penyearah arus.
4. Arus bertegangan 0,2 A pada variabel 1, 3, 4 dan 0,3 A pada variabel 3 dialirkan dan pengadukan dijalankan dengan
perlahan-lahan.
5. Ketika mencapai waktu yang telah ditentukan (t = 0, 4, 8, 12 menit) pengadukan dan arus listrik dihentikan, katoda
diambil. Selanjutnya katoda dicuci, dikeringkan dan ditimbang. Analisa cairan sisa elektrolisa dengan metode titrasi
iodometri untuk mengetahui kandungan Cu2+ yang masih tersisa.

Keterangan
Variabel berubah : waktu elektrolisis, jenis katoda, jarak antar elektroda

A-2
 · Analisa Hasil

Sejumlah 5 ml cairan sisa hasil elektrolisis diambil, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan selanjutnya
ditambahkan 3 ml larutan KI 10,5% berat. Mulut labu erlenmeyer ditutup dengan gelas arloji kecil
dan dibiarkan selama 5 menit di tempat yang gelap agar reaksi berlangsung dengan sempurna.
Selanjutnya tutup gelas arloji dicuci dengan aquadest dan air cucian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna larutan
berubah menjadi kuning. Selanjutnya 3 tetes indikator amilum ditambahkan ke dalam campuran
dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang (putih susu)

 Cara Perhitungan
Konversi massa (Xm) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.1)

Keterangan :
Xm = konversi massa
M = berat katoda setelah proses elektrolisa
M0 = berat katoda sebelum proses elektrolisa
MCu = berat tembaga dalam cairan mula mula
Sedangkan konversi volume (Xv) dapat dihitung dengan persamaan (3.2)

Keterangan :
Xv = konversi volume
V0 = volume larutan Na2S2O3 sebelum dielektrolisis
V = volume larutan Na2S2O3 setelah dielektrolisis
N = normalitas larutan Na2S2O3

2.4 Hasil Percobaan

A-3
PRAKTIKAN MENGETAHUI
ASISTEN

Rania Chairuna Tafka Fa’ireza Rafli Arfiansyah


21030119130098 21030118120045
LEMBAR PERHITUNGAN

A-4
 Massa Cu Massa Cu =
× Massa CuSO4. 5H2O
O
BM Cu BM
CuSO4. 5H2
63,5 gram/mol
= × 31,25 gram
250 gram/mol
= 7,9375 gram

m
Xmm0 =
− V0 − V
mCu Xv = V0

 Variabel 1 (K= Fe, A=Cu, I= 0,2A, x= 2cm)


Pada saat t= 0 menit
3,763− 10,5– 10,5
3,763
Xm = Xv =
7,9375 10,5
= 0 =0
Pada saat t= 4 menit
4,025 – 10,5 -11,9
3,763
Xm = Xv =
7,9375 10,5
= −0,13
= 0,033
Pada saat t= 8 menit 10,5 -9,1
3,667 – 3,763 Xv =

Xm = 7,9375 28

= -0,01209 = 0,13
Pada saat t= 12 menit
3,606 – 3,763 10,5 –9,6
Xv =
Xm = 28
7,9375
= = 0,5
-0,01978

 Variabel 2 (K= Fe, A=Cu, I= 0,3A, x= 2cm)


Pada saat t= 0 menit
3,427− 3,427 9,6 – 9,6
Xm = Xv =
7,9375 9,6
=0 =0
Pada saat t= 4 menit
ELEKTROKIMIA

3,463−3,4 9,6 – 9,6


Xm = 27 Xv =
9,6
7,9375 = =0
0,00453
Pada
saat t= 9,6 –
8,6
8 menit Xv
3,484 =
3,427
Xm = 9,6
=
7,937 0,10416
5
9,6 –
= -0,035 8,5
Pada Xv
saat t= =
12
menit
3,365
3,427
Xm 7,9375
=
= -0,0078 =
0,11
458

 Va s
ria a
be a
l3 t
(K
= t
Cu =
,A
= 0

Cu
, m

I= e

0, n

2 i

A, t
5,566
x= –
5,566
2c
m)
Pa
da
ELEKTROKIMIA

– 8,
8 3– 8, 3
, 8,
5 3 Pada saat t=
8,5 Xm = Xv = 4 menit
Xm = 7 5,339 –
7 8,5 = 0,0241
= = X = 0,00768
= 0 m 8
0
0 =7 ,
, 3
Pada saat t=
4 menit 9
3
5,628 – 5,566 7
Xm
= 8 5
7 ,
5
8,3
= 0,00781 =
Pada saat t= -0,04706
8 menit
5,732 – 5,566
8,5
Xm
= 8
7 , B-2
5
Pada saat t=
= 0,02091 = 8 menit
Pada saat t= -0,02353 5,421 – 5,278
12 menit X
m 8
5,523 – =7 , B-3
8,5
Xm 3
8
= = 0,01802
7 , = L
5 Pada saat t= 0 E
= -0,00542 12 menit M
=
5,370– B
X A
m 8 R
 V 0, ,
=7 P
ar 2A 3 E
ia , = 0,01159= R
-0,06024 H
be x= I
l 4c T
U
4 m) N
( Pa G
A
K da N
= sa G
R
Fe at
A
, t= FI
K
A 0
= me
nit A. Konversi
C
Massa
u,
 Variabel 1
I= (Katoda=Fe,
ELEKTROKIMIA

( 0,
Anod = 03
48
a=Cu, mx )− 0,0001
I=0,2 +c c 24
×( 4
-
A, = 0,
x(jara y= 03
84
2
k)=2 0,0 2 3)
4 4×22
cm) 026 × 4−(24  Variabel 3
( )
1x - (Katoda=Cu
+ m ,
0,0 Anoda=Cu,
159 = I=0,2A,
47 x(jarak)=2
− cm)
0
 Va , t (x) Xm (y)
ria 0 0 0
bel 0 4 0,0078
m
xy− c 2
n 1 8 -0,0209
= (K 5 C-1
12 -0,0054
∑x 2 ato 8
m
0, = ∑x ∑y
0,0 ∑ da
4×224−(24)
𝑦𝑦− =F =24 =0,023
∑ 𝑥𝑥
∑ e, c
𝑥𝑥𝑦𝑦 An
n
x od =
− a=
(
𝑥 Cu −
, 0
c I=0 ,
=
224 ,3 0
×0,
011 A, 0
3−
24 x(j 0
×(-
0.0 ara 1
202
) k)= 4
4×2
24− 2
(24)
2 cm y
)
m =

= m
x
0
, +
0
0 c
2 y
6
1 m
xy− c =
n
=
= m = ∑ −
0,3568)
0,0384)
x 0
4×224−(24)
2
0 ,
, ∑ 0
0 𝑦 0
𝑦
1 − 1

5 5
𝑥
9 𝑥 8

4 x
7 𝑥
𝑥
𝑦 –
y 𝑦
n ∑ x2 −
ELEKTROKIMIA

n ∑ xy−∑ x ∑ y ∑ x2 ∑ 𝑦𝑦−∑ 𝑥𝑥 ∑ 𝑥𝑥𝑦𝑦


m = n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2 c= n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2

224×0,0233−24×0,13348
m =
4×0,13348−24×0,0233 c= 4×224−(24)2
4×224−(24)2
m = −0,000079 c=
0,0063
y = mx + c
y = −0,000079x + 0,0063

 Variabel 4 (Katoda=Fe, Anoda=Cu,


I=0,2A, x(jarak)=4 cm)

t (x) Xm (y) x2 xy
0 0 0 0
4 0,00768 16 0,03
8 0,001802 64 0,14
12 0,01159 144 0,13
∑x ∑y ∑ x2 ∑x
=24 =0,03729 =224 =0,31
∑ x2 ∑ 𝑦−∑ 𝑥𝑥 ∑ 𝑥𝑥𝑦𝑦
mn c= n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2
=

xy−
∑x
∑y
c =
224×0,03729−24×0,313
96
n 4×224−(24)2

x
2

(

𝑥
)
2

m
=
4×0,
3139
6−24
×0,0
3729

224
−(2
4)

m = 0,00112775 c=
0,002556
y = mx + c
y = 0,00112775x +
0,002556

B. Konversi Volume
 Variabel 1 (Katoda=Fe, Anoda=Cu,
I=0,2A, x(jarak)=2 cm)

t (x) Xv (y) x2 xy
0 0 0 0
4 -0,13 16 -0,5
8 0,13 64 1,0
12 0,0857 144 1,02
∑x ∑y ∑ x2 ∑x
ELEKTROKIMIA

=24 =0,
∑ x2 ∑ 𝑦𝑦−∑
m c=
𝑥𝑥 ∑ 𝑥𝑥𝑦𝑦
n ∑ x2 −(∑
𝑥𝑥)2
=
n

c =
224×0,0857−24
×1,5484
x 4×224
y
− −(24)2

x

y
n
(

m
=
4
×
1,
5
4
8
4

2
4
×
0,
0
8
5
7
4×224−(2
4)

m = 0,01293
−0,05614
y = mx + c
y = 0,01293x −
0,05614
ELEKTROKIMIA

 Variabel 2 (Katoda=Fe, Anoda=Cu, I=0,3A, x(jarak)=2 cm)

t (x) Xv (y) x2 xy
0 0 0 0
4 0 16 0
8 0,10416 64 0,83328
12 0,11458 144 1,37496
∑x ∑y ∑ x2 ∑ xy
=24 =0,21874 =224 =2,20824
n ∑ xy−∑ x ∑ y ∑ x2 ∑ 𝑦𝑦−∑ 𝑥𝑥 ∑ 𝑥𝑥𝑦𝑦
m = n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2 c= n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2

224×0,21874−24×2,20824
m =
4×2,20824−24×0,21874 c= 4×224−(24)2
4×224−(24)2

m = 0,0111975 c = −0,0125
y = mx + c
y = 0,0111975x −0,0125

 Variabel 3 (Katoda=Cu, Anoda=Cu, I=0,2A, x(jarak)=2 cm)

t (x) Xv (y) x2 xy
0 0 0 0
4 -0,04706 16 -0,18224
8 -0,02353 64 -0,18824
12 0,02353 144 0,28236
∑x ∑ y =- ∑ x2 ∑ xy =-
=24 0,04706 =224 0,0941
n ∑ xy−∑ x ∑ y ∑ x2 ∑ 𝑦𝑦−∑ 𝑥𝑥 ∑ 𝑥𝑥𝑦𝑦
m = n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2 c= n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2

4×(-0,0941)−24×(- 224×(-0,471)−24×(-0,094)
m=
0,047) c= 4×224−(24)2
4×224−(24)2

m = 0,002353 c = −0,025883
y = mx + c
y = 0,002353x − 0,025883

 Variabel 4 (Katoda=Fe, Anoda=Cu, I=0,2A, x(jarak)=4 cm)

t (x) Xv (y) x2 xy
0 0 0 0
4 0,0241 16 0,0964
8 0,04819 64 0,38552
12 -0,06024 144 -0,72288
∑x ∑y ∑ x2 ∑ xy =-
=24 =0,01205 =224 0,241

C-3
ELEKTROKIMIA

n ∑ xy−∑ x ∑ y ∑ x2 ∑ 𝑦𝑦−∑ 𝑥𝑥 ∑ 𝑥𝑥𝑦𝑦


m = n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2 c= n ∑ x2 −(∑ 𝑥𝑥)2

4×(- 224×0,01205−24×(-0,241)
m =
0,241)−24×0,01205 c= 4×224−(24)2
4×224−(24)2
m = −0,003916 c=
0,026507
y = mx + c
y = 0,0392x + 0,026507

C-4
LEMBAR KUANTITAS REAGEN LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II DEPARTEMEN T

LEMBAR KUANTITAS REAGEN

MATERI
: Elektrokimia
HARI/TANGGAL
: Selasa, 21 April 2020
KELOMPOK
: 4 Selasa Pagi
NAMA
: 1. Alfathan Rizkya Ramadhan Wibowo
2. Fidelma Oktaviane
3. Rania Chairuna Tafka

ASISTEN
: Fa’ireza Rafli Arfiansyah

KUANTITAS REAGEN

NO JENIS REAGEN KUANTITAS


1 CuSO4.5H2O 0,5 N 250 ml
2 Na2S2O3.5H2O 0,3 N 250 ml
3 KI 12%W 50 ml
4 Amilum secukupnya
5 Aquadest secukupnya

TUGAS TAMBAHAN

Cari jurnal mengenai mekanisme proses electroplating (individu, dibawa saat


acc data, tiap orang berbeda)

CATATAN

K= Fe, A= Cu, I= 0,2A, x=


2cm K= Fe, A= Cu, I= 0,3A, SEMARANG, 17 April 2020
x= 2cm K=Cu, A= Cu, I= 0,2A,
ASISTEN
x= 2cm K=Cu, A= Cu, I= 0,2A,
x= 4cm
t= 0, 4, 8, 12 menit
Bawa lap, amplas

Fa’ireza Rafli Arfiansyah


NIM. 21030118120045

D-1
ELEKTROKIMIA

LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

1. Menghitung CuSO4.5H2O 0,5 N, 250 ml


massa 1000
M = × × Valensi
BM V (ml)
massa 1000
0,5 N × ×2
250 gram/mol 250 ml
= 0,5 × 250 × 250
gram
1000 × 2
massa =
= 15,594 gram

2. Menghitung Na2S2O3.5H2O 0,4 N, 250 ml


massa 1000
M = × × Valensi
BM V (ml)
massa 1000
M = × ×2
248 gram/mol 250 ml
0,4 × 248 × 250
massa gram
= 1000 × 2
= 12,41 gram

3. Menghitung KI 10,5% W, 50 mL
m
V=
ρ
Vtotal = VKI +
VH2O
89,5%W
10,5%W
50 ml
= ρKI ρH2O
+

0,105 W 0,895 W
50 ml +
= 3,13 gram/ml 1 gram/ml
0,1205W + 2,801
50 ml W
= 3,13 gram/ml
156,5 = 2,905W
W = 53,87 gram
massa KI = 10,5% W
massa KI = 5,656 gram

E-2
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL

1 26-05-2020 P0 Laporan Elektrokimia

2 27-05-2020 ACC Laporan Elektrokimia

Anda mungkin juga menyukai