Materi:
PROTEIN
Disusun Oleh :
RANIA CHAIRUNA TAFKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PROTEIN
LEMBAR PENGESAHAN
Materi : Protein
Kelompok : 4 Selasa Pagi
Anggota : 1. Alfathan Rizkya Ramadhan W. (21030119130092)
2. Fidelma Oktaviane (21030119120004)
3. Rania Chairuna Tafka (21030119130098)
ii
PROTEIN
RINGKASAN
Protein merupakan salah satu komponen utama yang terdapat pada bahan pangan
yang mengandung asam amino serta unsur- unsur C, H, O , N , S dan P dalam ikatan
kimianya.. Kandungan protein dalam bahan pangan tersebut pada umumnya diwakili oleh
dan atau dinyatakan sebagai unsur nitrogennya. Analisis protein dapat dilakukan antara
lain dengan metode Kjeldahl, Lowry, Biuret, Bradford, turbidimetri dan titrasi formol.
Analisis yang akan digunakan adalah metode Kjeldahl.
Metode Kjeldahl paling banyak digunakan karena penggunaannya mudah dan
kesalahannya tidak terlalu besar. Metode ini tidak dapat langsung digunakan untuk
mengetahui banyaknya protein atau asam amino suatu zat, karena hasilnya dinyatakan
sebagai nitrogen. Untuk mengetahui kadar proteinnya biasanya kadar nitrogen yang telah
diperoleh dari analisa Kjeldhal dikalikan faktor konversi.
Dalam praktikum ini ada dua kadar yang perlu dicari yaitu kadar air dan kadar
nitrogen atau protein dalam sampel paha ayam. Untuk mencari kadar air, maka intinya
adalah membandingkan massa cawan dengan sampel basah yang dengan massa cawan
yang berisi sampel yang telah dikeringkan. Untuk mencari kadar nitrogen dan protein,
harus dilakukan destruksi terlebih dahulu untuk mengurai unsur-unsur organik seperti
karbon, lalu didestilasi untuk mendapatkan uap nitrogen dalam bentuk ammonia dan
terakhir dititrasi untuk menentukan jumlah tepat nitrogen yang ada dalam sampel paha
ayam.
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan beberapa data hasil praktikum.
Yang pertama adalah kadar air praktis dari sampel paha ayam sebesar 63,10% yang lebih
rendah dari kadar teoritisnya sebesar 65,95%. Kadar praktis yang lebih rendah dapat
disebabkan waktu pengeringan yang kurang lama, penyerapan uap air, serta adanya
senyawa hidrat. Selanjutnya adalah kadar protein praktis sebesar 0,1659% yang juga lebih
rendah dari kadar teoritisnya sebesar 18,6%. Hal ini dapat dikarenakan oleh destruksi
yang tidak sempurna, sifat NaOH yang higroskopis, dan laju penguapan asam sulfat yang
tinggi.
Dapat disimpulkan dari praktikum ini didapatkan hasil kadar air praktis dari
sampel paha ayam sebesar 63,10% berbanding kadar teoritisnya sebesar 65,95%. Juga
diperoleh hasil kadar protein praktis sebesar 0,1659% berbanding kadar teoritisnya
sebesar 18,6%. Saran yang dapat diberikan untuk praktikum ini adalah sebaiknya proses
pendinginan pasca proses destruksi dilakukan dengan sangat berhati-hati dan berangsur-
angsur, praktikan harus selalu menutup erlenmeyer yang berisi asam borat dengan kapas,
penggunaan pendingin Leibig sebaiknya dipastikan sudah terpasang dengan kencang.
iii
PROTEIN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vii
BAB I ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................................... 2
2.1 Metode Kjeldahl ............................................................................................. 3
2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan .................................................................... 4
BAB III......................................................................................................................... 5
3.1 Bahan Yang Digunakan ................................................................................ 5
3.2 Alat Yang Digunakan .................................................................................... 5
3.3 Cara Kerja ...................................................................................................... 6
BAB IV ........................................................................................................................ 8
4.1 Perbandingan Kadar Protein Daging Ayam Paha Bawah Teoritis dengan
Kadar Praktis ............................................................................................................ 8
4.2 Perbandingan Kadar Air Data Acuan dengan Kadar Praktis Pembahasan .... 9
BAB V ........................................................................................................................ 11
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11
5.2 Saran ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12
iv
PROTEIN
DAFTAR TABEL
v
PROTEIN
DAFTAR GAMBAR
vi
PROTEIN
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PROTEIN
BAB I
PENDAHULUAN
1
PROTEIN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
PROTEIN
3
PROTEIN
2) Destilasi
Destilasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH kedalam
larutan hasil destruksi protein yang sudah dikonversi menjadi amonium
sulfat. Tujuan penambahan NaOH adalah agar nitrogennya terlepas
sebagai amoniak seperti pada reaksi berikut :
NH4HSO4 + 2NaOH → Na2SO4 + NH3 + 2H2O
Amoniak yang terbentuk didinginkan melalui pendingin leibig dan
dialirkan ke larutan asam borat agar terikat sebagai ammonium borat
seperti reaksi reaksi :
3NH3 + H3BO3 → (NH4)3BO3
3) Titrasi
Amonium borat yang terbentuk dititrasi dengan HCl. Kebutuhan
HCl setara dengan amonium borat dan setara dengan ammoniak yang ada
dalam larutan. Kandungan nitrogen dapat dihitung berdasar kesetaraan
ini. Untuk mengetahui kandungan proteinnya, maka nilai nitrogennya
dikalikan dengan faktornya dari jenis bahannya.
(NH4)3BO3 + 3HCl → 3NH4Cl + H3BO3
4
PROTEIN
BAB III
METODE PRAKTIKUM
5 Keterangan :
1. Klem
2. Statif
3. Labu Kjeldahl
4. Kompor listrik
5
PROTEIN
Keterangan :
1. Klem
2. Statif
3. Labu Destilasi
4. Kompor listrik
6. Pendingin Leibig
7. Adaptor
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Destilasi 8. Erlenmeyer
Keterangan :
1. Klem
2.Statif
3.Buret
4.Erlenmeyer
6
PROTEIN
4. Setelah selesai dioven, masukkan cawan berisi sampel paha ayam ke dalam
desikator untuk pendinginan sekaligus menghindari penyerapan uap air oleh
sampel paha ayam dengan suhu lingkungan.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 hingga berat cawan beserta isinya konstan.
1. Menimbang 1 gr sampel paha ayam tanpa kulit yang sudah dalam keadaan
halus dan kering oven, lalu masukkan dalam labu Kjeldahl.
2. Tambahkan 14 gr Na2SO4 anhidrid, 1,6 gr CuSO4.5.H2O dan 25 ml H2SO4
pekat
3. Rangkai labu Kjeldahl dengan memanfaatkan statif, klem dan pendingin
balik, tempatkan diatas kompor listrik.
4. Panaskan campuran tersebut pelan-pelan sampai tidak terbentuk percikan
lagi, kemudian pemanasan diteruskan dengan cepat sampai destruksi
sempurna yaitu larutan menjadi jernih. Biasanya destruksi atau digestion
membutuhkan waktu 2 jam dan selama prosesnya, labu Kjeldahl (digester)
sering diputar-putar agar tidak terjadi pemanasan setempat.
5. Dinginkan labu dan tambahkan air suling secukupnya, masukkan dalam labu
destilasi. Tambahkan 4 gr serbuk Zn untuk mencegah terjadinya bumping
serta percikan serta NaOH 5 N 100 ml.
6. Pasang rangkaian peralatan untuk destilasi lengkap dengan pendingin Leibig
serta adaptor yang tercelup dalam larutan asam borat. Tutup celah adaptor
dan erlenmeryer dengan kapas sampai cukup rapat.
7. Panaskan diatas kompor listrik. Destilat yang terbentuk dialirkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi asam borat jenuh 150 ml yang telah ditetesi MO 3
tetes. Lakukan destilasi selama 30-45 menit. Ukur volume destilat dan asam
borat dalam erlenmeyer (V larutan).
8. Ambil sejumlah volume tertentu destilat (V2).
9. Titrasi (V2) yang diperoleh dengan menggunakan HCl 0,02 N. Catat
kebutuhan titran (V1).
10. Hitung kadar nitrogen dan atau protein dalam bahan dengan mengalikan
kadar nitrogen yang diperoleh dengan faktor konversi.
(𝑉1. 𝑁) 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐴 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑥 𝑉𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛, % = × 100%
V2 titrasi x Berat sampel kering x 1000
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛, % = Kadar Nitrogen × Faktor Bahan Pangan
7
PROTEIN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
PROTEIN
9
PROTEIN
Berdasarkan tabel di atas dapt dilihat bahwa kadar praktis air yang
ditemukan pada paha ayam lebih kecil dibanding kadar acuannya. Dimana
pada praktikum kali ini didapatkan hasil kadar praktis 63,10% dari kadar
acuannya sebesar 65,95%. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1) Waktu Pengeringan Terlalu Lama
Penurunan kadar air sebanding dengan waktu pengeringan. Semakin
lama waktu pengeringan, kadar air dalam bahan makin berkurang, namun
dengan kecepatan penurunan kadar air yang semakin rendah. Oleh karena
itu, waktu yang diperlukan untuk penguapan ketika mendekati kadar air
minimum memerlukan waktu yang lebih lama. (Sumarno, 2011 dalam
Amanto dkk, 2015)
2) Penyerapan Uap Air
Kelembaban udara menentukan kadar air akhir bahan pangan setelah
dikeringkan. Bahan pangan yang telah dikeringkan dapat menyerap air dari
udara sekitarnya, udara di sekitar bahan pengering yang kering akan
menyebabkan penyerapan uap air oleh bahan pangan terjadi secara lambat.
Kadar air pada pangan dipengaruhi oleh kelembaban udara sekitarnya. Jika
kadar air pangan tinggi dan kelembaban sekitarnya rendah akan terjadi
penyerapan uap air hingga bahan pangan menjadi lembab dan kadarnya
tinggi. (Widyanti dkk, 2008 dalam Siti dkk, 2016)
3) Adanya Senyawa Hidrat
Adanya senyawa hidrat akan menyulitkan penguapan air dalam
sampel. Senyawa hidrat memiliki kemampuan untuk berikatan dengan air
(bersifat higroskopis). Hal ini akan menyebabkan air menjadi lebih sulit
untuk dikeluarkan dari sampel (Nuri et al, 2011 dalam Fernando. R, 2015).
Pembentukan hidrat antara air dengan molekul lainnya menyebabkan air
berubah sifatnya, yaitu tidak dapat membeku dan sulit hilang selama
selama proses pengeringan. (Feri, 2010 dalam Fernando. R, 2015)
10
PROTEIN
Bab V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari praktikum ini juga diperoleh kadar air praktis sebanyak 63,10% dalam
sampel daging ayam paha bawah yang berbanding dengan kadar air teoritisnya
sebesar 65,95%.
2. Merujuk pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil kadar nitrogen
praktis sebesar 1,9% berbanding dengan kadar nitrogen teoritisnya sebesar 3,36%.
3. Pada praktikum kali ini didapatkan hasil kadar protein praktis 10,507%
berbanding kadar protein teoritis sebesar 18,6% dari sampel daging ayam paha
bawah.
5.2 Saran
1. Sebaiknya proses pendinginan pasca proses destruksi dilakukan dengan sangat
berhati-hati dan berangsur-angsur karena labu Kjeldahl dalam posisi sangat panas.
2. Praktikan harus selalu menutup erlenmeyer yang berisi asam borat dengan kapas
agar ammonia yang masuk tidak menguap.
3. Penggunaan pendingin Leibig sebaiknya dipastikan sudah terpasang dengan
kencang agar tidak bergeser dan pecah, atau mendorong barang-barang di
sekitarnya dan pecah.
11
PROTEIN
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Fahmi. (2019). Perubahan Emisi Amonia pada Zona Berbeda dalam
Kandang Closed House di Musim Kemarau dan Pengaruhnya terhadap
Kualitas Daging Ayam Broiler. Semarang: Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro.
Amanro dkk. (2015), Kinetika Pengeringan Temu Giring ( Curcuma heyneana
valeton & van zijp) Menggunakan Cabinet Dryer Dengan Perlakuan
Pendahuluan Blanching. Surakarta : Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan Universitas Sebelas Maret.
Annisa, Primaningtyas. (2009). Denaturasi. http://id.scribd/doc/denaturasi//
Diakses pada tanggal 15 April 2016.
AOAC, (2000), (Association of Official Agricultural Chemist): Official Methods
of Analysis 17th ed. Gaithersburg, Maryland, USA.
Baldwin J. (1966), Experimental Organic Chemistry, 2nd ed., Kagakusha
Company, Ltd., Tokyo.
Ehret, David L. (2012). Effects of Drip Configuration and Rate on Yield and Fruit
Quality of Young Highbush Blueberry Plants. HortScience. 47(3): 414-
421
ERCO Worldwide. (2012). Sodium Hydroxide Solution WHMIS Controlled
Product. Material Safety Data Sheet. Toronto
Faizah, L., Kurnia, M., dan Sa’adah, S. N. (2018). Laporan Praktikum Kimia
Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang.
FAO. (2002). Food energy – methods of analysis and conversion factors. FAO
Food and Nutrition Paper. 77
Fernando T. (2015), Penetapan Kadar Air dan Penetapan Kadar Abu. Bogor:
Fakultas Ilmu Pangan Halal Universitas Djuanda Bogor.
Fessenden, R.J., dan J.S. Fessenden. (1986). Kimia Organik Edisi Ketiga: Alih
Bahasa Oleh A.H. Pudjaatmika. Jakarta: Penerbit Erlangga
Griffin, R.W., (1969), Modern Organic Chemistry, Mc Graw-Hill, Kogakusha,
Ltd., Tokyo
Haryati, Sri. (2010). Perbandingan Sifat Fisiko-Kimia dan Komposisi Asam
Lemak Penyusun Trigliserida Minyak Biji Jambu Mete yang Berasal dari
Sulawesi Tenggara dan Yogyakarta. Tesis. Depok: FMIPA Universitas
Indonesia
Lambert, Daphne. (2016). Living Food: A feast for soil and soul. Glasgow: Bell
and Bain Limited.
Lestari, Lily Ashanti, dkk. (2013). Modul Tutorial Analisis Zat Gizi.
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/139693/fc548e34c867b0d47
10f1d6e449370c3 . Diakses pada 15 april 2016.
12
PROTEIN
13
PROTEIN
LAPORAN SEMENTARA
Materi :
PROTEIN
A-1
PROTEIN
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kadar air dalam sampel paha ayam.
2. Menentukan kadar nitrogen dalam sampel paha ayam.
3. Menentukan kadar protein dalam sampel paha ayam.
II. PERCOBAAN
2.1. Bahan yang Digunakan
1. Sampel Paha Ayam + 11 gr
2. Serbuk Zn 4gr
3. HCl 0,02 N
4. NaOH 5 N 100 ml
5. H2SO4 25 ml
6. Indikator Metyl Oranye (MO) 3 tetes
7. CuSO4.5.H2O 1,6 gr
8. Asam Borat jenuh (7 gr/150 ml aquadest)
9. Na2SO4 anhidrid 14 gr
10. Air Suling secukupnya
2.2. Alat yang Digunakan
1. Labu Kjeldahl
2. Labu Destilasi
3. Pendingin Balik
4. Pendingin Liebig
5. Adaptor
6. Kompor listrik
7. Beaker glass
8. Gelas ukur
9. Erlenmeyer
10. Pipet tetes
11. Cawan porselen
12. Statif dan klem
13. Corong pemisah
A-2
PROTEIN
A-3
PROTEIN
A-4
PROTEIN
= 63,10%
A-5
PROTEIN
Praktikan Mengetahui
Asisten
A-6
PROTEIN
LEMBAR PERHITUNGAN
B-1
PROTEIN
C-1
PROTEIN
D-1
PROTEIN
12-3-2020
18-5-2020
27-5-2020 ACC Laporan Protein