Materi : Kromatografi
Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi : Kromatografi
Kelompok : 5 / Kamis Siang
Anggota : Adelia TR Hutapea
Jovita Cahyonugroho
Muhammad Miftahur Rahman
Zaky Faisal Uqbah
Naufarrel Kaviandhika
21030114120036
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I. Oleh karena berkat dan rahmat-Nya
pula kami dapat menyelesaikan delapan materi praktikum dengan baik dan lancar
tanpa hambatan yang berarti.
Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I ini berisi materi
Kromatografi. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang berdasarkan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,
komponen komponen yang akan dipisahkan berada dalam dua fase diam (stationary)
dan fase gerak (mobile). Fase diam adalah fase yang akan menahan komponen Commented [NK1]: Italic.
campuran sedangkan fase gerak adalah fase yang akan melarutkan zat komponen Cek seluruh laporan, yang bahsa asing italic
campuran. Tujuan dari praktikum ini adalah mampu mengisolasi pigmen klorofil serta
mampu melakukan pemisahan campuran menjadi komponen komponennya.
Terselesaikannya laporan resmi ini tidak lepas dari beberapa pihak. Oleh karena
itu, praktikan mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu laboran yang
mendampingi kami di laboratorium, koordinator asisten PDTK, Cryspalina Dwiocta
Caroline , asisten laporan resmi kromatografi kami, Naufarrel Kaviandhika, dan semua
asisten yang telah membimbing kami selama praktikum. Kepada teman-teman yang
telah membantu memberikan motivasi dan kerjasama yang baik.
Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca. Kami
memohon maaf apabila ada salah kata ataupun hal-hal yang kurang berkenan di hati
pembaca.
Semarang, November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
RINGKASAN
SUMMARY
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE PERCOBAAN
1 Slide Meletakkan
Mikroskop preparat
2 Botol Tempat
mulur lebar meletakkan
larutan
3 Corong Memisahkan
pisah ekstrak
4 Pipa Untuk
kapiler mengalirkan
gas ke
tempat
tertentu
6 Corong Memisahkan
Gelas larutan satu
tempat ke
tempat lain
7 Gelas Wadah
beaker untuk
larutan
8 Erlenmeyer Wadah
untuk
larutan
9 Kurs Tempat
porselin untuk
menggerus
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Plat KLT Percobaan I Gambar 4.2. Plat KLT Percobaan II
Percobaan Bercak yang Timbul Waktu Jarak Bercak dari titik awal
I Hijau 3 menit 2 cm
Kuning 3 menit 1,8 cm
Hijau Biru 3 menit 2,5 cm
Jingga 3 menit 3 cm
II Hijau Biru 3 menit 5 detik 2,5 cm
Hijau 3 menit 5 detik 2 cm Commented [NK2]:
dimana senyawa polar akan melekat lebih kuat pada plat lapis tipis dari pada senyawa
non polar yaitu pigmen pigmen dalam daun kersen. Sehingga pada saat sampel
senyawa organic dimasukkan dalam bejana, molekul molekul lain yang bersifat
polar semakin ketahan silica gel pada plat lapis tipis karena eluen yang bersifat semi
polar. Senyawa yang non polar (pigmen)pun kurang melekat pada plat lapis tipis
sehingga memiliki laju air yang besar ke atas plat (Mangidi, 2015).
Senyawa hanya dapat bergerak ketas pada plat lapis tipis selama waktu terlarut
dalam pelarut. DAlam percobaan KLT II membutuhkan waktu tersebut sebesar 3
menit 5 detik ketika senyawa bergerak lalu terjerap oleh silica, menandakan bahwa
semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas plat.
Dalam percobaan KLT I didapatkan bercak hijau yang berjarak 2cm dari titik awal
penotolan, bercak kuning yang berjarak 1,8 cm dari titik awal, hijau biru yang
berjarak 2,5 cm da jingga yang ditandai dengan warna jingga bersifat sangat non-
polar. Dalam percobaan KLT II didapatkan bercak hijau biru yang berjarak 2,5 cm,
hijau yang berjarak 2 cm dan kuning yang berjarak 1,8 cm dari titik awal penotolan.
Sebenarnya bercak jingga muncul namun karena terlalu lama dibiarkan dalam beaker
glass, bercak menjadi hilnag. Hal ini dikarenakan penjerapan bersifat tidak peranen.
Sehingga terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada
permukaan siliga gel dan yang kembali pada larutan dalam pelarut (Haqiqi, 2008).
Percobaan yang dilakukan terdapat perbedaan dengan jurnal hasil percobaan
oleh Maryari Gafur, Ishak Isa, Nurhayati Bialngi dalam mengidentifikasi senyawa
dari daun jomblang. Pada percobaan yang terdapat dalam jurnal, maserasi dilakukan
selama 4 x 24 jam dengan pelarut methanol. Pemilihan teknik ekstraksi tersebut
dipilih berdasarkan beberapa factor seperti daya penyesuaian dengan bahan yang
diekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel,
1989). Proses maserasi dilakukan selama 4 x 24 jam dengan maksud untuk
mendapatkan ekstrak dari daun yang mampu terekstraksi sebesar 50% dan untuk
mengedapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi larut dalam cairan penyari (Sarwi,
2010). Jika ekstraksi dilakukan pada waktu lama, maka semakin banyak cairan
penyari/ pelarut yang menembus dinding sel daun dan masuk dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam dan luar sel, maka larutan pekat dari zat aktif akan
keluar.
Hasil percobaan jurnal berbeda dengan percobaan yang kami lakukan selain
karena zat aktif lebih terekstraksi banyak pada waktu ekstraksi lebih lama, yaitu pada
percobaan jurnal dilakukan beberapa uji fitokimia untuk menganalisa kandungan
basa dan lemak pada daun jomblang. Contohnya uji flavonoid dimana ekstrak yang
telah dimaserasi ditambahkan NaOH, H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-HCl pekat.
Setelah itu, ekstrak ditotolka pada kromatografi kolamdap dan menghasilkan bercak.
Untuk lebih mengidentifikasi, isolasi diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-
Vcs dan IR. Berdasarkan analisis spektron infremerah, nantinya aka nada beberapa
gugus fungsi yang mengindikasi senyawa yang ingin diidentifikasi.
4.3. Hikloheksana Sebagai Fase Gerak KLT
Fase gerak dalam KLT tidak hanya n-heksana, etil asetat, tetapi ada pelarut
lainnya yang dapat dijadikan sebagai fase gerak KLT. Karena fase gerak
mempengaruhi keberhasilan pemisahan komponen dalam KLT, maka ada petunjuk
dalam memilih fase gerak, diantaranya yaitu fase gerak harus mempunyai kemurnian
yang tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitive, daya elusi fase gerak harus
diarus sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2 0,8 untuk
memaksimalkan pemisahan, dan untuk menentukan kecepatan migrasi salut yang
berarti juga menentukan nilai pH. Penambahan pelarut yang bersifat sedkit polar
seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar, seperti metal benzene akan meningkatkan
harga Rf secara signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
Sebagai contoh fase gerak selain n-heksana adalah sikloheksana. Sikloheksana
merupakan pelarut organik bersifat non-polar. Sikloheksana dapat dicampur dengan
etil asetat yang merupakan pelarut organik yang bersifat polar dengan perbandingan
sikloheksana : etil asetat 4 : 1. Perbandingan yang digunakan 4 :1 karena dengan
perbandingan ini pernah didapat hasil pemisahan. Komposisi ekstrak daun purwoceng
yang optimal yaitu 12 komponen dengan fase diamnya silica gel.
Fase gerak sikloheksana digunakan ketika senyawa yang akan dielusi bersifat
non polar karena sikloheksana bersifat non polar. Sehingga senyawa non polar akan
lebih cepat dielusi ketika fase geraknya juga non polar (Anonim, 2007).
dengan kemampuan elusi yang rendah. Sehingga sikloheksana ketika digunakan dalam
kromatografi adsorp tidak menghasilkan pemisahan yang optimum.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada KLT I zat yang terisolasi adalah klorofil-a (hijau-biru), klorofil-b
(hijau), xantofil (kuning), dan karoten (jingga).
2. Pada KLT II zat yang terisolasi adalah klorofil-a (hijau-biru), klorofil-b
(hijau), dan xantofil (kuning).
5.2 Saran
1. Disarankan untuk menggunakan daun yang masih segar agar tidak banyak
klorofil yang mati.
2. Disarankan untuk menumbuk daun dengan lebih halus agara klorofil
mudah larut dalam etanol.
3. Disarankan untuk melakukan ekstraksi dengan waktu lebih lama dengan
mengganti etanol beberapa kali agar klorofil terekstrak seluruhnya.
4. Disarankan ketika setelah menotolkan ekstrak ke KLT, menunggu sampai
kering dahulu baru dimasukkan dalam pelarut agar hasil leih optimal.
5. Disarankan untuk memilih pelarut dengan kebolaran yang sesuai dengan
zat yang akan dielusi agar hasil lebih optimal dan proses elusi dapat
berlangsung dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Materi:
KROMATOGRAFI
GROUP : V / KAMISSIANG
A-1
LABORATORIUM DASAR
TEKNIKKIMIA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
I. TUJUAN PERCOBAAN
a. Maampu mengisolasi pigmen klorofil
b. Mampu melakukan pemisahan campuran menjadi komponennya dengan
kromatografi lapis tipis
II. PERCOBAAN
5. Pipa tetes
A-2
96% lalu tunggu 1 jam. Pipet larutan tersebut dan saring. Ekstrak filtrate dengan
pelarut kloroform dalam corong pisah. Kocok sampai terbentuk emulsi.Pisahkan dua
fase yang diperoleh, ambil fase kloroform (lapisan bawah). Tambahkan aquades pada
lapisan kloroform (jika tidak terbentuk dua lapisan tambahkan dengan natrium sulfat
anhidrat).
Totolkan larutan zat hijau daun hasil isolasi diatas ke plat KLT yang telah disediakan.
Penotolan dilakukan pada jarak 1 cm dari tepi bawah plat KLT. Biarkan hingga
kering, kemudian dielusi dengan campuran pelarut n-heksana : etil asetat (7 : 3).
Setelah mencapai 0,5 cm dari batas atas, ambil platnya, keringkan dan amati bercak-
bercak yang Nampak di bawah sinar ultraviolet dan sinar tampak. Pada umumnya
akan terlihat bercak-bercak berwarna, seperti jingga (karatenoid), hijau biru (klorofil-
a), hijau (klorofil-b), dan kuning (xantofil).
2.4 Hasil Percobaan
Percobaan Bercak yang Timbul Waktu Jarak Bercak dari titik awal
I Hijau 3 menit 2 cm
Jingga 3 menit 3 cm
A-3
LAMPIRAN
B-16
B-13
REFERENSI KROMATOGRAFI
2. Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-
coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah
diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut
adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak
antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel,
polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga
menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter
ke dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
B-13
LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA
oleh
kelompok 6
1. MeynaSulistyaningrum M3511037
2. NinaAnindyawati M3511040
4. PebriAndriyanto M3511043
5. PratiwiHeningP M3511044
D3 FARMASI
Curcuma aerugenusa
I. TUJUAN
II. DASARTEORI
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhibaku yang telah ditetapkan (Anonim,1995).
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan
dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan.Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak,
dan lain-lain.Maserasi dilakukan dengan merendam
B-13
serbuksimplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol,
air-etanol, atau pelarut lain. (Sidik dan Mudahar, 2000).
Cairan penyari akanmenembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat
kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan
penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung daricahaya, sambil berulang-ulang
diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas.Pada ampas ditambahkan cairan penyari
secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian.Bejana
ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian
endapandipisahkan.
Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan konsentrasi bahan yang
diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu
dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak
diperlukan tetapi ikut terlarutdalam cairan penyari, seperti: malam dan lain-lain.
(Sarwi. 2010) Modifikasi maserasi
antara lain:
1. Remaserasi.
Cairan penyari dibagi menjadi dua.Seluruh serbuk dimaserasi dengan cairan pertama.
Kemudian filtrat yang didapat dituang dan diperas.Kemudian dimaserasi lagi dengan cairan
penyarikedua.
2. Digesti.
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400-
500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan.Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain:
B-13
Chapter6
Simon Gibbons
Abstract
Thin-layerchromatography(TLC)isaneasy,inexpensive,rapid,andthemostwidelyusedmethodforthe
analysisandisolationofsmallorganicnaturalandsyntheticproducts.Italsohasuseinthebiologicalevalu-
ationoforganiccompounds,particularlyintheareasofantimicrobialandantioxidantmetabolitesandfor the
evaluation of acetylcholinesterase inhibitors which have utility in the treatment of Alzheimers disease.
Theeaseandinexpensivenessofuseofthistechnique,coupledwiththeabilitytorapidlydevelopsepara-
tionandbioassayprotocolswillensurethatTLCwillbeusedforsomeconsiderabletimealongsidecon-
ventionalinstrumentalmethods.ThischapterdealswiththebasicprinciplesofTLCanddescribesmethods
fortheanalysisandisolationofnaturalproducts.Examplesofmethodsforisolationofseveralclassesof natural
product are detailed and protocols for TLC bioassays aregiven.
Key words: Thin-layer chromatography, TLC, HPTLC, Bioassays, Natural product isolation
1. Introduction
Table 1
stationaryphase,willmovecomparativelyquicklyuptheplate,and
willhaverelativelylargerRfvalues.Asaconsequenceofdevelop- ment, compounds of a mixture will
separate according to their relative polarities. Polarity is related to the type and number of functional
groups present on a molecule capable of hydrogen- bondin.
Artemisininisarelativelynonpolarcompoundwhencompared with psilocybin (Fig. 2), but it should be noted
that this relative polarity willvary according to the type of stationary and mobilephaseuse
B-13
Table 3
Petrol:diethyl ether (Et2O) Silica gel A universal system for relatively nonpolar
metabo-
lites.Excellentforterpenesandfattyacid
s.Care
shouldbetakenwithEt2Oasexplosivem
ixtures are formed inair
B-13
glycosides
B-13
Table 3
Hexane:ethyl acetate (EtOAc) Silica gel Universal systemcan substitute hexane for light
petroleum spirit or pentane
Petrol:diethyl ether (Et2O) Silica gel A universal system for relatively nonpolar metabo-
lites.Excellentforterpenesandfattyacids.Care
shouldbetakenwithEt2Oasexplosivemixtures
Petrol:chloroform (CHCl3) Silica gel Considerably useful for the separation of cinnamic
acid derivatives, in particular the coumarins
Butanol:acetic acid:water Silica gel A polar system for flavonoids and glycosides
B-13
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK
PERCOBAAN IV DAN V
(KROMATOGRAFI KERTAS DAN LAPIS TIPIS)
OLEH :
B-13
yang digoreskan pada kertas dengan sampel. Setelah itu, ketiga cuplikan sampel yang
mengandung karbohidrat yaitu laktosa dan sukrosa ditotolkan pada plat KLT kemudian dikeringkan agar
sampel teradsorbsi dengan baik oleh fasa diam serta untuk mencegah terjadinya rekasi antara sampel
dengan pelarut. selajutnya dimasukkan ke dalam chamber untuk mengembangkan kromatogram (elusi).
Proses elusi sampel bergerak naik dengan adanya gaya kapiler. Senyawa polar akan melekat lebih
kuat pada lempengan dari pada senyawa non polar akibat interaksi dipol-dipol. Senyawa non polar kurang
melekat erat pada fasa diam sehingga memiliki laju alir yang lebih besar ke atas lempeng begitu sebaliknya
dengan senyawa non polar, dimana jarak tempuh ke atas lempeng merupakan cermin polaritas senyawa
(like dissolved like).
Untuk percobaan kali ini, hanya dilakukan pengamatan pada pemisahan cuplikan yang
mengandung karbohidrat, yakni laktosa dan sukrosa. Eluen yang digunakan adalah campuran aseton dan
air 9:1.Setelah eluen mencapai garis batas atas yang telah ditentukan, plat KLT kemudian dikeringkan.
Proses pengeringan ini bertujuan agar sampel teradsorbsi dengan baik oleh fasa diam (KLT) serta untuk
mencegah terjadinya rekasi antara sampel dengan eluen (fase gerak) / pelarut. Setelah proses mengeringkan
kromatogram selesai langkah selanjutnya adalah mendeteksi noda-noda. Tidak munculnya noda dalam
percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktor faktor yang mempengaruhi nilai Rf, akan tetapi ada juga
kemungkinan lain misalnya noda yang tidak nampak, sehingga untuk menampakkan noda tersebut harus
direaksikan dengan reagen penampak warna berupa ion logam transisi untuk membentuk kompleks, karena
salah satu ciri senyawa kompleks adalah berwarna akibat adanya bilangan koordinasi dari atom pusatnya.
Adapun reagen yang digunakan sebagai penampak noda yaitu asam sulfat 10%.
Berdasarkan pengamatan setelah dilakukan pengukuran pada pemisahan ion logam jarak gerak
pelarut adalah 6,0 cm dan untuk jarak noda pada ion Pb2+adalah 0 cm, jarak noda
B-13
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI
B-13
Pureisolatesshowedpositive resultson thetestand thenanalyzedthe presence
offlavonoidgroupfunctionswithan infraredspectrophotometerandUV-Vis
spectrophotometer. InfraredanalysisshowedspectrophotometerOHfunctional group,
C=C, C=O, CO, andCHaliphaticand supportedbytheUV-Vis absorptionat a
wavelength of290.0nmin transitionof
elektronsbyagroupC=Oand216,0nmelektrontransitionbyagroupO-H.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman obat di dunia.Wilayah
hutan tropika Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazili.
Sebanyak 40.000 jenis flora yang ada di dunia, terdapat 30.000 jenis dapat dijumpai di Indonesia
dan 940 jenis diantaranya diketahui berkhasiat sebagai obat dan telah dipergunakan dalam
pengobatan tradisional secara turun-temurun oleh berbagai etnis di Indonesia. Jumlah tumbuhan
obat tersebut sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang terdapat dikawasan Asia
(Masyhud,2010).
Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah
tumbuhan jamblang (Eugenia cumini Merr merupakan nama dulu dari Syzygium cumini).
Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai macam nama seperti di India dan Malaysia dikenal dengan
nama jaman, jambul, jambu, jamelong, di Indonesia dikenal sebagai jambulan, jamblang (Jawa
Barat), juwet atau duwet (Jawa Timur), dan jambu kaliang (Sumatra Barat) (Arifin, 2006).
Tumbuhan jamblang ini dilaporkan mengandung senyawa kimia antara lain suatu
alkaloid, flavonoid, resin, tannin, dan minyak atsiri (Arifin, 2006). Tumbuhan ini memiliki
banyak khasiat tidak lain karena memiliki kandungan kimia yang fungsinya dapat mengobati
suatu penyakit. Salah satunya adalah senyawa flavonoid. Flavonoid meru- pakan salah satu
metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan. Senyawa ini dapat digunakan sebagai anti
mikroba, obat infeksi pada luka, anti jamur, anti virus, anti kanker, dan anti tumor. Selain itu
flavonoid juga dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti alergi, sitotoksik, dan anti hipertensi
B-13
(Sriningsih, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa
Flavonoid dari daun Jamblang (Syzygium cumini).
Syzygium cumini termasuk kedalam keluarga suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Jenis ini
termasuk jenis asli kawasan Indo-Malaysiana, termasuk Indonesia. Masyarakat di kawasan ini
telah lama mengenalnya sebagai tanaman buah yang dapat di konsumsi. Informasi terakhir
menge- nai tumbuhan jenis ini adalah kegunaannya sebagai bahan baku obat diabetes militus
(Mudiana, 2007).Menurut Mahmoud et. al (2001) bahwa secara umum genus Syzygium
mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid, tannin, terpenoid, yang digunakan
di dalam dunia pengobatan antara lain untuk antiradang, penahan rasa sakit, dan anti jamur.
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat warna
kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mem- punyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu
rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat
menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau neoflavonoid.Senyawa-senyawa
flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari
sistem 1,3-diarilpropana.Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan
dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini
disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur
tersebut.Penggolongan flavonoid berdasarkan penambahan rantai oksigen dan perbedaan
B-13
Kromatografi Lapis Tipis
FASE DIAM
B-17
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau
campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan
adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini
dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif
polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina
(jel silika).(Kantasubrata,1993).
Anggaplah bercak awal pada alumina mengandung dua senyawa, yang satu dapat
membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanyadapat mengambil tiap-tiap
bagian interaksi van der Waals yang lemah.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekatpada jel silika
lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakanbahwa senyawa ini terjerap
lebih kuat dari senyawa yang lainnya.Penjerapan merupakan pembentukan suatu
ikatan dari satu substansipada permukaan.
Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari
molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada
larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama
waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap padajelsilika-
untuksementarawaktuprosespenjerapanberhenti-dimana
pelarutbergeraktanpasenyawa.Ituberartibahwasemakinkuatsenyawa
dijerap,semakinkurangjarakyangditempuhkeataslempengan.
B-16
Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan
hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi
van der Waals, dan karenanyabergerak lebih jauh padalempengan.
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan
dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan
atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi
antarasenyawadanpelarutjugamerupakanhalyangpenting-haliniakan
B-17
BAB
III
Fase diam
Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda
karena strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai
pengikat dll. Fasa diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang
digunakan untuk kromatografi kolom, terutama karena ukuran dan zat
yang ditambahkan. Fase diam dijual dengan spesifikasi tertentu, iaitu
ukuran (diameter) dalam mesh atau j^m dan untuk kegunaannya (mis:
untuk TLC atau kromatografi kolom). Beberapa fase diam yang
banyak dijualdipasaran:
Silika gel
B-18
geraknya dengan demikian mempengaruhi kualitas pemisahan. Luas
permukaan silica gel bervariasi dari 300-1000 m2/g. Bersifat
higroskopis, pada kelembaban relatif 45-75% dapat mengikat air 7-
20%. Macam-macam silka gel yang dijual dipasaran:
Silika gel dengan pengikat.Pada umumnya digunakan pengikat gypsum,
(CaSO4 5-15%). Jenis ini diberi nama Silika gel G. Ada juga menggunakan
pengikat pati (starch) dan dikenal Silika gel S, penggunaan pati sebagai
pengikat mengganggu penggunaan asam sulfat sebagai pereaksi penentuan
B-19
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
C-1