Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT-KITOSAN DENGAN


METODE CROSSLINK SEBAGAI SISTEM PENGHANTAR OBAT

Disusun oleh:
Ratu Belgis Helmalia Hasanah 3335190003
Sheva Intania Meilan Putri 3335190097

JURUSAN TEKNIK KIMIA – FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
Lembar Pengesahan

Laporan Hasil Penelitian


PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT-KITOSAN DENGAN
METODE CROSSLINK SEBAGAI SISTEM PENGHANTAR OBAT

Diajukan oleh:
Ratu Belgis Helmalia Hasanah 3335190003
Sheva Intania Meilan Putri 3335190097

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing pada … September 2022

Dosen Pembimbing

Dr. Jayanudin, ST., M.Eng


NIP: 197808112005011003
ABSTRAK

Pembuatan cangkang kapsul yang secara umum menggunakan bahan baku


dari gelatin hewani, dikhawatirkan dapat menimbulkan beberapa penyakit hewan
kepada manusia. Gelatin sapi berisiko terkontaminasi dari beberapa virus
sedangkan penggunaan bahan baku dari gelatin babi menjadi masalah bagi
masyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama islam. Oleh karena itu, perlu
adanya alternatif bahan baku pembuat kapsul lain, yang dapat mengatasi
kekurangan tersebut. Bahan baku yang dapat digunakan sebagai alternatif pada
kapsul gelatin yaitu polisakarida, dimana salah satu polimer dari polisakarida
yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan gelatin pada drug delivery system
adalah
kitosan. Tujuan riset ini adalah mengetahui karakteristik kapsul alginat-kitosan
yang dibuat dengan metode crosslink dan mengetahui waktu hancur cangkang
kapsul alginat-kitosan pada cairan usus dan lambung buatan. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah persiapan bahan, pencetakan cangkang kapsul,
dan pengujian cangkang kapsul. Hasil dari riset ini adalah terbentuknya cangkang
kapsul variasi alginat-CaCl2.H2O, waktu hancur pada lambung buatan yaitu 12
menit dan pada usus buatan yaitu 15 menit, hasil dari pengukuran cangkang
kapsul
yaitu Panjang = 1,44 cm ; Diameter Luar = 0,43 cm ; Diameter Dalam = 0,36 cm ;
Ketebalan = 0,026 cm ; Berat kering = 0,117 gr ; dan Berat basah = 0,14 gr, untuk
hasil uji derajat swelling adalah 19,66%, hasil dari karakterisasi uji SEM
menunjukkan bahwa permukaan cangkang kapsul homogen dan berpori, analisis
FTIR ini menunjukkan bahwa terjadinya interaksi antara alginate dengan CaCl2,
dan hasil analisa XRD menunjukkan peak yang terjadi pada beberapa 2 pada
beberapa posisi yaitu 14.3, 21, 29, 30, dan 39 diamati sebagai alginate. Jadi,
cangkang kapsul yang dibuat dengan bahan alginat menggunakan metode
crosslink
memiliki karakteristik cangkang yang baik serta dapat melepas obat secara
perlahan
dalam waktu yang lama hingga ke dalam cairan usus dan lambung buatan.

Kata kunci: Alginat, Cangkang Kapsul, Crosslink, Gelatin

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Hasil Penelitian ini yang berjudul “Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-Kitosan
Dengan Metode Crosslink Sebagai Sistem Penghantar Obat’’. Penulis juga
mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan sampai
Laporan Hasil Penelitian ini terselesaikan kepada:
1. Keluarga penulis yang sudah memberikan doa serta dukungan baik secara moril
maupun materil.
2. Dr. Jayanudin, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan hasil
penelitian ini.
3. Ibu Dr. Rahmayetty, S.T., M.T sebagai Koordinator Penelitian Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Seluruh teman-teman yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini tidak
terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan
yang pernah dilakukan baik disengaja ataupun tidak. Penulis menerima kritik dan
saran yang membangung untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dengan baik.
Cilegon, … September 2022
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah zat yang dipergunakan untuk keperluan diagnosis,
pencegahan dan pengobatan suatu penyakit (Sumardjo, 2008). Menurut
Kementrian Kesehatan RI tahun 2013, kebutuhan obat di Indonesia selalu
meningkat tiap tahunnya sebesar 12-13% yang sepenuhnya telah terpenuhi
oleh perusahaan farmasi dalam negeri, namun 90% bahan bakunya
diimpor.
Salah satu bentuk sediaan obat atau bisa disebut dengan drug
delivery system adalah sediaan kapsul. Dalam pembuatannya, kapsul pada
umumnya menggunakan bahan dasar gelatin, dimana permintaan gelatin di
Indonesia selalu meningkat sehingga lebih banyak gelatin diperoleh dari
impor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu
penyediaan gelatin yaitu Eropa. Selain itu, gelatin yang diperoleh dari
hewan tersebut dikhawatirkan menimbulkan beberapa penyakit hewan
kepada manusia. Oleh sebab itu, perlu adanya alternatif bahan baku
pembuat kapsul lain, yang tidak memiliki kekurangan tersebut.
Salah satu bahan yang telah banyak digunakan sebagai alternatif
gelatin adalah polisakarida (Suryani, 2015) dimana polisakarida memiliki
sifat biodegradable dan biokompabilitas yang tinggi. Penggunaan polimer
dalam drug delivery system sedang banyak dilakukan oleh para peneliti.
(Wicita, 2017). Beberapa polimer dari polisakarida yang dapat digunakan
sebagai pengganti material gelatin dalam drug delivery system diantaranya
seperti carrageenan, xanthan gum, maltodekstrin, alginate, chitosan,
gellan gum, dan guar gum (Jana et al., 2011). Suatu kapsul harus memiliki
waktu realese terkontrol dan tidak mudah pecah ketika memasuki
pencernaan namum cepat hancur ketika obat selesai release.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Li et al, menyatakan bahwa
pada pembuatan kapsul alginate-kitosan yang dia lakukan diperoleh bahwa
jumlah kitosan-alginat dapat mempengaruhi waktu release obat, dimana
semakin banyak jumlah kitosan-alginat yang digunakan maka laju drug
release semakin lambat sehingga berpotensi sebagai material drug release
yang memiliki waktu release lama.
Penggunaan kitosan dalam cangkang kapsul yang akan dibuat yaitu
karena kitosan memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah sifat
biodegradable, tidak beracun, dan mempunyai kemampuan untuk
terhidrasi dan mengembang di lingkungan yang asam (Sakkinen, 2003).
Tetapi, pengembangan tersebut hanya terjadi di lingkungan yang asam
seperti lambung, sehingga kitosan tidak sesuai untuk digunakan sebagai
eksipien pada sediaan oral yang dikehendaki pelepasannya dalam
lingkungan yang basa.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Cut Intan Annisa Putri (2019)
menyatakan bahwa kapsul Alginat-Kitosan dengan Crosslinker
Tripolifosfat dapat digunakan sebagai sediaan sustained release pada obat
teofilin, karena memilki waktu pelepasan teofilin dari cangkang kapsul
yang cukup lama dan perlahan. Hal tersebut disebabkan oleh karena
modifikasi kitosan dengan reaksi taut silang dapat dilakukan untuk
menunda pengembangan kitosan dalam media asam. Senyawa penaut-
silang atau crosslinker yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium
tripolifosfat (Na-TPP).
Namun, pada penelitian tersebut terjadi kegagalan pembentukan
kapsul dikarenakan variasi konsentrasi kitosan-alginat yang digunakan
terlalu rendah, sehingga kapsul tidak dapat tercetak pada alat cetak kapsul.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengembangkan
penelitian tersebut dengan mengubah penambahan konsentrasi kitosan
alginat yang digunakan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian
Cut Intan Annisa Putri (2019) dengan mengganti obat teofilin menjadi
obat yang umum digunakan seperti paracetamol dan lainnya, serta
mengganti variasi yang berbeda. Dengan harapan pelepasan obat terjadi
secara lepas lambat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik kapsul alginat-kitosan yang dibuat dengan
metode crosslink?
2. Bagaimana pelepasan obat dari kapsul alginat-kitosan pada cairan usus
dan lambung buatan?
3. Bagaimana pengaruh variasi yang digunakan terhadap pembentukan
cangkang kapsul alginat-kitosan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengatahui karakteristik kapsul alginat-kitosan yang dibuat
dengan metode crosslink.
2. Untuk mengetahui pelepasan obat dari kapsul alginat-kitosan pada
cairan usus dan lambung buatan.
3. Untuk mengetahui pengaruh variasi yang digunakan terhadap
pembentukan cangkang kapsul alginat-kitosan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan
dengan grade medis.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode crosslink.
3. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitosan
Kitosan adalah polisakarida dengan jumlah yang cukup banyak di
alam, juga merupakan produk deasetilasi kitin. Kitosan telah banyak
digunakan dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu bidang biomedis
dan farmasetika karena mempunyai sifat yang biodegradable,
biokompatibel, dan tidak beracun (Elzatahry, et al., 2008). Sifat lain dari
kitosan yaitu mempunyai kemampuan untuk terhidrasi dan mengembang
dalam lingkungan yang asam. (Sakkinen, 2003)
Kitosan juga dapat didefinisikan sebagai polisakarida yang terdiri
dari monomer N-asetilglukosamin, atau dapat disebut juga bahwa kitosan
adalah biopolimer yang linear, tidak bercabang, dan yang terikat pada β-
(1,4) (Trisnawati et al, 2013; Pambudi et al, 2018).
Rumus molekul dari kitosan yaitu (C6H11NO4)n dan termasuk ke
dalam salah satu polimer alam yang berbentuk polielektrolit kationik
dalam
larutan asam organik. Kitosan mempunyai sifat yang tidak berbau,
berwarna putih, dan dapat larut pada pelarut organik, HCl encer, HNO 3
encer, CH3COOH encer, HCOOH encer dan H3PO4 0,5%, namun tidak
dapat larut dalam basa kuat dan H2SO4 (Irawan, 2014).
2.1.1 Manfaat dan Kelebihan Kitosan
Pada pengaplikasiannya, kitosan dapat dimanfaatkan ke dalam
berbagai bidang seperti pangan, pertanian, mikrobiologi, farmasi,
kesehatan, dan lain sebagainya (Kurniasih et al, 2018; Yanti et al,
2018; Jayanudin and Lestari, 2020). Dalam bidang kesehatan, kitosan
dimanfaatkan untuk penyembuhan luka, regenerasi jaringan, bahan
hemostatik, dan kapsul obat (Yanti et al, 2018). Selain itu, kitosan
banyak digunakan sebagai pengawet makanan yang aman,
antioksidan, penyerap lemak, anti mikroba (Rhoades, 2000). Dan pada
bidang kedokteran digunakan sebagai benang untuk operasi.
Kitosan memiliki beberapa kelebihan untuk dijadikan bahan baku
dalam pembuatan cangkang kapsul, jika dibandingkan dengan
menggunakan gelatin sapi atau babi. Kelebihan dari kitosan
diantaranya adalah mempunyai sifat anti mikroba, dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, termasuk bahan alami sehingga aman untuk
dikonsumsi, memiliki muatan positif yang cukup kuat sehingga dapat
mengikat muatan negatif yang terdapat pada senyawa lain, dapat
berperan dalam proses detoksifikasi, dan lain sebagainya.

2.2 Natrium Alginat


Natrium alginat adalah produk pemurnian karbohidrat yang
diekstraksi dari alga cokelat (Phaeophyceae) dan menggunakan basa
lemah. Alginat ini berasal dari spesies Macrocystis pyrifera, Laminaria,
Aschophyllum, dan Sargassum. Alginat merupakan polisakarida yang
mempunyai sifat biodegradabel, biokompatibel, dan tidak beracun. Asam
alginat tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu yang biasa digunakan
pada industri adalah natrium alginat (Kaban, et al., 2006).

2.3 Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat di dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut (Suptijah, 2012). Pada bidang
farmasi, kapsul digunakan untuk mendeskripsikan bentuk sediaan padat,
yang berisi satu bahan obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang
dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang secara umum
dibuat dari gelatin (Rabadiya, 2013; Ansel, 2008).
Kapsul digunakan untuk melindungi sediaan antibiotik, vitamin
dan mineral, suplemen, dan lain sebagainya. Selain digunakan sebagai
pelindung, kapsul juga berguna untuk menutupi atau meminimalisir dari
rasa dan bau yang tidak menyenangkan dari obat, memudahkan obat
masuk ke dalam tubuh karena mudah untuk ditelan dengan bantuan air,
dan cepat untuk dicerna oleh saluran gastrointestinal (Rabadiya, 2013).
Keuntungan yang didapatkan dari bentuk sediaan kapsul,
diantaranya adalah berdasarkan bentuknya yang menarik dan praktis, tidak
mempunyai rasa sehingga dapat menutupi rasa pahit dan bau dari obat di
dalamnya, bahan obat tunggal maupun campuran dapat dimasukkan ke
dalam kapsul, mudah untuk ditelan dan waktu untuk hancur dalam
perutnya cepat sehingga kapsul tersebut dapat segera diserap oleh usus.
Kapsul dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu kapsul cangkang
keras dan kapsul cangkang lunak.
2.3.1 Kapsul Cangkang Keras
Kapsul cangkang keras terdiri atas bagian wadah dan tutup yang
terbuat dari metilselulosa, gelatin, pati, atau bahan lain yang sesuai.
Biasanya cangkang kapsul ini diisi dengan bahan padat atau serbuk,
butiran atau granul (Syamsuni, 2006). Bahan dasar dalam pembuatan
cangkang kapsul keras yaitu dari campuran gelatin, gula, dan air.
Selain itu, titanium oksida juga dapat ditambahkan untuk membuat
cangkang kapsul keras agar tidak transparan dan tidak tembus
cahaya.
Proses pembuatan cangkang kapsul keras dapat dilakukan dengan
cara mencelupkan cetakan logam pada larutan gelatin panas dengan
suhu kamar, lalu gel akan membentuk sebuah film. Ia dibiarkan
kering, setelah itu dipotong secara memanjang dan dirapikan sesuai
dengan panjangnya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin (Rabadiya, 2013; Ansel, 2008).
2.3.2 Kapsul Cangkang Lunak
Sedangkan kapsul cangkang lunak berbentuk bulat atau silindris
atau bulat telur yang terbuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai.
Kapsul cangkang lunak biasanya mengandung air sekitar 6-13%,
umumnya diisi dengan bahan seperti PEG, mempunyai bobot
molekul rendah, dan dapat diisi dengan bahan padat atau serbuk.
Kapsul cangkang lunak memiliki beragam bentuk dan biasanya
dipakai untuk rute oral, vaginal, rektal atau topikal (Syamsuni,
2006).
Biasanya, kapsul lunak digunakan untuk mengenkapsulasi
formulasi higroskopis dan/atau obat yang sensitif terhadap air,
dimana formulasi gelatin standar tersebut dimodifikasi agar
mengandung sedikit air dan dapat kering secara cepat, sehingga
produk dapat stabil selama proses pembuatan berlangsung
(Rabadiya, 2013).
Cangkang kapsul gelatin lunak dibuat dengan proses lempeng
menggunakan seperangkat cetakan untuk membentuk kapsul atau
dengan cara die process yang lebih efisien dan produktif. Proses
lempeng adalah selembar gelatin hangat yang ditempatkan di
permukaan cetakan bagian bawah, dan obat yang cair dituangkan
kedalamnya. Lalu, selembar gelatin yang lainnya akan ditempatkan
diatasnya kemudian ditekan untuk penyegelan. Pembuatan dengan
die process adalah cairan gelatin yang dituangkan dari tangki yang
terletak diatas, lalu dibentuk menjadi dua buah pita yang berurutan
oleh mesin rotary die.

2.4 Mekanisme Pelepasan Obat


Pelepasan obat adalah proses obat yang terlarut berpindah dari
posisi awal pada sistem polimer ke permukaan luar polimer, lalu menuju
media pelepasan (Fu dan Kao, 2011). Teknologi untuk pelepasan obat
terdiri dari proses pengaturan senyawa obat untuk mencapai efek dari
pengobatan pada hewan dan manusia (Tiwari, et al., 2012). Untuk
mendapatkan efek pengobatan yang efektif ini yaitu diperoleh dengan
mengatur mekanisme pelepasan obat.
Mekanisme pelepasan obat terbagi menjadi tiga cara, yaitu difusi,
erosi, dan pelepasan dari permukaan partikel. Pelepasan obat secara erosi
diawali dengan pengembangan atau swelling matriks membentuk gel
sehingga obat dapat terdisolusi pada cairan medium. Pada saat matriks
mengalami kontak dengan cairan medium akan terbentuk lapisan matriks
terhidrasi yang berguna untuk mengontrol kecepatan pelepasan obat.
Lapisan matriks yang terhidrasi terus menerus akan mengalami pemutusan
ikatan polimer dan menyebabkan terjadinya erosi pada matriks.
Pelepasan obat secara difusi terjadi karena matriks gel mengalami
swelling ketika kontak dengan medium buffer, sehingga mengakibatkan
pori-pori membesar dan memungkinkan obat untuk berdifusi keluar dari
matriks ke medium buffer (Laksono dan Cahyaningrum, 2015).
Pelepasan obat dari permukaan partikel, terjadi jika obat yang
terabsorpsi larut dengan cepat dan menyebabkan material pecah ketika
kontak dengan media pelepasan. Cara untuk menghindari hal tersebut
yaitu dengan menambahkan crosslinker, seperti glutaraldehid dan
formaldehid (Bansal, et al., 2011).

2.5 Metode Crosslink


Enkapsulasi adalah sebuah proses perlindungan bahan aktif dari
pengaruh lingkungan agar tidak terjadi degradasi yang dapat
menghilangkan fungsi utama dari bioaktif tersebut. Tujuan lain dari
enkapsulasi yaitu mengontrol pelepasan bioaktif untuk mempertahankan
konsentrasi obat di dalam darah, sehingga mampu untuk mencapai
jaringan target yang diinginkan dengan waktu tertentu. Metode
enkapsulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu crosslink emulsi,
karena metode tersebut sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Metode crosslink emulsi berkaitan dengan interaksi antara gugus
fungsi polimer (biopolimer) sebagai bahan dinding mikrokapsul dengan
gugus fungsi cross-linker. Pengaruh dari crosslink tersebut yaitu
terbentuknya partikel-partikel dalam berbagai ukuran. Metode crosslink
emulsi adalah metode enkapsulasi yang serba guna, karena dapat
digunakan untuk melindungi bahan yang saling larut, bahan yang tidak
saling larut, cairan dan padatan, dan dapat menghasilkan partikel dengan
ukuran mikro hingga nanopartikel (Manjanna dkk, 2010). Penyalut yang
digunakan yaitu kitosan, karena mempunyai sifat yang biokompatibel,
biodegradabel, dan tidak beracun (Islam dkk, 2017).

2.6 Pengujian Pada Cangkang Kapsul


2.6.1 Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul cangkang keras
ataupun kapsul cangkang lunak. Waktu hancur ditentukan untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh kapsul untuk hancur menjadi
butiran butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk.
2.6.2 Uji XRD
X-Ray Diffraction (XRD) merupakan teknik analisis cepat non-
destruktif yang digunakan untuk mengidentifikasi fase bahan kristal,
serta dapat memberikan informasi tentang dimensi unit sel. Bahan
yang dianalisis dapat berupa bahan padat (terutama yang memiliki
struktur kristal) berbentuk powder ataupun tepung. Hasil dari
pengujian XRD adalah berupa pola difraksi atau disebut dengan
difraktogram yang dapat digunakan dalam menentukan fase kristalin
yang berada dalam sebuah campuran, jumlah fase kristalin yang ada
pada campuran, dan material amorf yang terdapat di dalam campuran.
2.6.3 Uji Derajat Swelling
Swelling adalah peningkatan volume sebuah material ketika kontak
dengan cairan, gas, ataupun uap. Uji derajat swelling dilakukan
dengan tujuan untuk memprediksi ukuran dari suatu zat yang terdifusi
melalui material-material tertentu.
Proses swelling dianalogikan dengan osmosis, dimana air
memasuki poilmer dengan cepat, sementara itu proses disolusi
melambat karena kecenderungan rantai polimer untuk terurai.
Kemampuan swelling polimer bergantung pada kompatibilitas air
dengan polimer, hidrofilitas polimer, dan massa jenis crosslinker
diantara rantai polimer (jika ada). Apabila swelling terjadi secara
cepat, maka difusi obat melalui polimer yang swelling merupakan
proses yang mengontrol drug release. Namun apabila laju swelling
rendah maka bisa jadi proses swelling mengontrol laju drug release
(Siegel and Rathbone, 2012).
2.6.4 Uji Scanning Electron Microscopy
SEM (Scanning Electron Microscopy) merupakan analisis yang
mempunyai tujuan untuk menggambarkan sampel dengan perbesaran
sampai puluhan ribu kali. Dengan analisis SEM, maka kita dapat
melihat ukuran partikel yang tersebar pada sampel tersebut. SEM
bekerja dengan memanfaatkan elektron sebagai sumber cahaya untuk
menembak sampel (Ige, et al., 2013).
2.6.5 Uji Analisa Gugus Fungsi
Analisis gugus fungsi dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometer Fourier Transform Infra Red.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, diantaranya adalah
sebagai berikut:
3.1.1 Pembuatan Larutan CaCl2.H2O

Memasukkan 2,2 gr CaCl2.H2O ke dalam 100 mL aquades

Mengaduk dengan magnetic stirrer hingga homogen

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Larutan CaCl2.H2O

3.1.2 Pembuatan Larutan Natrium Tripolifosfat

Memasukkan 2 gr NaTPP ke dalam 100 mL aquades


Mengaduk dengan magnetic stirrer hingga homogen

Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Larutan NaTPP

3.1.3 Pembuatan Larutan Alginat

Memasukkan 2 gr Natrium Alginat ke dalam 100 mL


aquades

Mengaduk dengan overhead stirrer hingga homogen

Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Larutan Alginat

3.1.4 Pembuatan Larutan Kitosan

Memasukkan 2 gr Kitosan ke dalam 100 mL aquades

Mengaduk dengan overhead stirrer hingga homogen

Gambar 3.4 Diagram Alir Pembuatan Larutan Kitosan


3.1.5 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-Kitosan Crosslink
Tripolifosfat
- Pembuatan Cangkang Kapsul Kitosan-NaTPP

Mencelupkan alat cetak kapsul ke dalam larutan kitosan


selama 1 jam

Mencelupkan kembali ke dalam larutan NaTPP selama 2


jam

Mengeringkan menggunakan tray dryer dengan suhu 50oC


selama 2 jam

Gambar 3.5 Diagram Alir Pembuatan Cangkang Kapsul Kitosan-


NaTPP

- Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-CaCl2.H2O

Mencelupkan alat cetak kapsul ke dalam larutan Natrium


Alginat selama 1 jam
Mencelupkan kembali ke dalam larutan CaCl2.H2O selama
2 jam

Mengeringkan menggunakan tray dryer dengan suhu 50oC


selama 2 jam

Gambar 3.6 Diagram Alir Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-


CaCl2.H2O
- Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-Kitosan

Mencelupkan alat cetak kapsul ke dalam larutan Natrium


Alginat selama 1 jam, lalu ke dalam larutan CaCl2.H2O
selama 2 jam

Mencuci alat cetakan kapsul setelah kapsul mengeras


dengan aquades

Mencelupkan kembali ke dalam larutan kitosan selama 1


jam, lalu ke dalam larutan NaTPP selama 2 jam
Mengeringkan cangkang kapsul dengan suhu ruang

Gambar 3.7 Diagram Alir Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-


Kitosan

3.1.6 Pengujian Cangkang Kapsul


- Pembuatan Medium Cairan Lambung Buatan

Memasukkan 1 gr NaCl dan 3,5 mL HCl pekat ke dalam


geles beker

Menambahkan aquades secukupnya hingga menghasilkan


larutan sebanyak 500 mL

Gambar 3.8 Diagram Alir Pembuatan Medium Cairan Lambung Buatan

- Pembuatan Medium Cairan Usus Buatan

Melarutkan 2,72 gr KH2PO4 dengan aquades secukupnya

Melarutkan 0,8 gr NaOH dengan aquades secukupnya


X

Mengambil larutan NaOH sebanyak 39,1 mL dan 50 mL


larutan KH2PO4

Mencampurkan 39,1 mL larutan NaOH dan 50 ml larutan


KH2PO4 ke dalam gelas beker

Mencelupkan cangkang kapsul ke dalam campuran NaOH dan


KH2PO4, lalu tunggu waktu hancurnya dengan stopwatch

Gambar 3.9 Diagram Alir Pembuatan Cairan Usus Buatan


- Uji Derajat Swelling

Menimbang berat kering dan berat basah cangkang kapsul

Menghitung derajat swelling dengan persamaan

Gambar 3.10 Diagram Alir Uji Derajat Swelling


- Pengukuran Panjang, Berat, Diameter, dan Ketebalan Cangkang

Mengukur panjang dan diameter cangkang kapsul dengan


jangka sorong

Mengukur ketebalan cangkang kapsul dengan mikrometer


sekrup

Mengukur berat cangkang kapsul dengan timbangan


Gambar 3.11 Diagram Alir Pengukuran Cangkang Kapsul

3.2 Prosedur Penelitian


3.2.1 Pembuatan Larutan CaCl2.H2O
Larutan CaCl2.H2O dibuat dengan cara melarutkan CaCl2.H2O ke
dalam gelas beker yang berisi 100 mL aquades, lalu mengaduknya
hingga homogen.
3.2.2 Pembuatan Larutan Natrium Tripolifosfat
Dibuat dengan melarutkan Natrium Tripolifosfat ke dalam aquades
100 mL, lalu mengaduknya hingga homogen.
3.2.3 Pembuatan Larutan Alginat
Dibuat dengan melarutkan alginat ke dalam 100 mL aquades dan
menambahkan 4 tetes gliserin. Kemudian mengaduknya hingga
homogen.
3.2.4 Pembuatan Larutan Kitosan
Larutan kitosan dibuat dengan kitosan yang dimasukkan ke dalam
larutan CH3COOH 1%. Lalu mengaduknya hingga homogen.
3.2.5 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-Kitosan Crosslink
Tripolifosfat
- Pembuatan Cangkang Kapsul Kitosan-NaTPP
Dicelupkan alat pencetak kapsul yang berbahan stainless steel ke
dalam larutan kitosan selama 1 jam lalu dicelupkan kembali ke dalam
larutan NaTPP selama 2 jam. Lalu, dikeringkan menggunakan tray
dryer dengan suhu 50oC selama 2 jam.
- Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-CaCl2.H2O
Dicelupkan alat pencetak kapsul yang berbahan stainless steel ke
dalam larutan alginat selama 1 jam lalu dicelupkan kembali ke dalam
larutan CaCl2.H2O selama 2 jam. Lalu, dikeringkan menggunakan
tray dryer dengan suhu 50oC selama 2 jam.
- Pembuatan Cangkang Kapsul Kitosan-Alginat
Dicelupkan alat pencetak kapsul yang berbahan stainless steel ke
dalam larutan alginat dan larutan 𝐶𝑎𝐶𝑙2 berturut-turut selama 1 jam
dan 2 jam. Setelah mengeras, kapsul dicuci dengan aquadest, lalu
dicelupkan kembali ke dalam larutan kitosan dan larutan Natrium
Tripolifosfat berturut-turut selama 1 jam dan 2 jam. Setelah itu
cangkang kapsul dikeringkan dengan suhu ruang.
3.2.6 Pembuatan Medium Cairan Lambung Buatan
Dibuat dengan Natrium Klorida (NaCl) sebanyak 1 gram lalu
dimasukan ke dalam gelas beker, lalu ditambahkan HCl pekat sebanyak
3,5 mL, kemudian ditambahkan aquades secukupnya hingga
menghasilkan larutan sebanyak 500 mL.
3.2.7 Pembuatan Medium Cairan Usus Buatan
Dibuat dengan KH2PO4 sebanyak 2,72 gr dan NaOH sebanyak 0,8
gr yang dilarutkan dengan aquadest secukupnya dan dimasukkan ke
dalam gelas beker. Lalu ambil larutan NaOH dengan pipet sebanyak 39,1
mL dan larutan KH2PO4 sebanyak 50 mL. Dicelupkan cangkang kapsul
ke dalam campuran NaOH dan KH2PO4 dan tunggu waktu hancurnya.
3.2.8 Uji Derajat Swelling
Cangkang kapsul yang sudah kering ditimbang dengan timbangan,
lalu direndam dengan aquadest hingga basah dan timbang berat
basahnya, setelah itu dilakukan perhitungan dengan rumus yang telah
ditentukan.
3.2.9 Pengukuran Panjang, Berat, Diameter, dan Ketebalan Cangkang
Kapsul
Untuk mengukur panjang dan diameter, cangkang kapsul diukur
menggunakan jangka sorong. Sedangkan, untuk mengukur ketebalannya
menggunakan mikrometer dan berat cangkang kapsul diukur dengan
timbangan.
3.3 Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini:
- Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencetak kapsul,
gelas beker, gelas ukur, cawan petri, overhead stirrer, magnetic stirrer,
cawan porselen, jangka sorong, tray dryer, pipet tetes, timbangan, dan
mikrometer.

- Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan grade medis,
alginat grade teknis, aquades, gliserin, Natrium Tripolifosfat, CaCl2.H2O,
CH3COOH, NaOH, HCl, KH2PO4, dan NaCl.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi kitosan, natrium
tripolifosfat, dan natrium alginat.
3.4.2 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakteristik dan waktu
hancur kapsul.

3.5 Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Metode dan analisa yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1. X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengidentifikasi fase bahan kristal, serta
dapat memberikan informasi tentang dimensi unit sel.
2. Scaning Electron Microscope (SEM) untuk menganalisa ukuran partikel
yang tersebar pada sampel.
3. Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui interaksi antara
struktur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut adalah hasil dari penelitian ini:
4.1.1 Terbentuknya lembaran variasi Kitosan-NaTPP dan Alginat-
CaCl2.H2O

(a) (b)
Gambar 4.1 Lembaran variasi Kitosan-NaTPP dan Alginat-CaCl2.H2O
4.1.2 Cangkang kapsul variasi Kitosan-NaTPP, Alginat-CaCl 2.H2O, dan
Alginat-Kitosan

(a) (b) (c)


Gambar 4.2 (a) Cangkang kapsul Kitosan-NaTPP (b) Cangkang kapsul
Alginat-CaCl2.H2O (c) Cangkang kapsul Alginat-Kitosan
4.1.3 Hasil Uji Scanning Electron Microscopy (SEM)

Gambar 4.3 Hasil uji SEM variasi Kitosan-NaTPP perbesaran 2500X

Gambar 4.4 Unsur-unsur yang terdapat pada lembaran Kitosan-NaTPP

Gambar 4.5 Hasil uji SEM variasi Alginat-CaCl2.H2O perbesaran 2500X


Gambar 4.6 Unsur-unsur yang terdapat pada lembaran Alginat-
CaCl2.H2O

4.1.4 Hasil Uji X-Ray Diffraction (XRD)

Gambar 4.7 Hasil uji XRD variasi Kitosan-NaTPP


4.1.5 Hasil Uji Analisa Waktu Hancur

(a) (b)
Gambar 4.8 Uji waktu hancur dengan medium lambung buatan
(a) (b)
Gambar 4.9 Uji wkatu hancur dengan medium usus buatan
4.1.6 Hasil Uji Analisa Gugus Fungsi

Gambar 4.10 Hasil uji analisa gugus fungsi Kitosan-NaTPP

Gambar 4.11 Hasil uji analisa gugus fungsi variasi Alginat-CaCl2.H2O


4.1.7 Hasil Uji Derajat Swelling
Persamaan yang digunakan dalam menghitung derajat swelling
adalah sebagai berikut:
( W basah ( gr )−W kering ( gr ) )
Derajat Swelling= ×100 %
W kering ( gr )

0,14−0,117
¿ × 100 %
0,117

0,023
¿ × 100 %
0,117

¿ 0,1966 ×100 %

¿ 19,66 %
4.1.8 Hasil Pengukuran Panjang, Diameter, Ketebalan, dan Berat
Cangkang Kapsul
Hasil dari pengukuran cangkang kapsul variasi Alginat-CaCl 2.H2O
yaitu sebagai berikut:
1. Panjang = 1,44 cm
2. Diameter Luar = 0,43 cm
3. Diameter Dalam = 0,36 cm
4. Ketebalan = 0,026 cm
5. Berat kering = 0,117 gr
6. Berat basah = 0,14 gr

4.2 Pembahasan
4.2.1 Terbentuknya lembaran variasi Kitosan-NaTPP dan Alginat
CaCl2.H2O
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa telah berhasil membentuk
lembaran baik untuk variasi Kitosan-NaTPP maupun variasi alginat-
CaC l 2 untuk dibuat dalam bentuk serbuk lalu akan dilakukan uji
morfologinya dengan SEM dan XRD.
4.2.2 Cangkang kapsul variasi Kitosan-NaTPP, Alginat-CaCl 2.H2O, dan
Alginat-Kitosan
Pada gambar (a) yaitu variasi Kitosan-NaTPP tidak dapat
membentuk cangkang kapsul, karena setelah larutan Kitosan-NaTPP
dicetak dengan cetakan kapsul hasilnya menjadi hancur dan
menggumpal, serta sedikit mengeluarkan cairan. Hal tersebut dapat
terjadi karena beberapa faktor kesalahan seperti kualitas bahan yang
digunakan kurang baik, waktu perendaman yang kurang sesuai, dan alat
cetak kapsul yang tidak dapat menempel dengan bahan kitosan-NaTPP.
Dengan demikian, variasi Kitosan-NaTPP tidak dapat membentuk
cangkang kapsul sebagai sistem penghantar obat. Sementara untuk
gambar (b) yaitu variasi alginat-CaC l 2 cangkang kapsul dapat terbentuk
karena variasi tersebut merupakan kombinasi yang pas antara alginat
sebagai senyawa yang ditaut silang dan CaCl 2 sebagai senyawa penaut
silangnya. Kualitas bahan yang digunakan cukup baik dan waktu
perendamannya sudah sesuai, sehingga dapat membentuk cangkang
kapsul sebagai sistem penghantar obat. Untuk gambar (c) yaitu pada
variasi Kitosan-Alginat ini tidak dapat membentuk cangkang kapsul,
karena larutannya menggumpal sehingga sulit untuk dibentuk menjadi
cangkang kapsul. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena beberapa
faktor seperti menggunakan 4 bahan sekaligus dan senyawa penaut
silang dengan senyawa yang ditaut silangnya bukan kombinasi yang
sesuai.

4.2.3 Hasil Uji Scanning Electron Microscopy (SEM)


Pada gambar (4.3) menunjukkan struktur morfologi permukaan
lembaran Kitosan-NaTPP yang dikarakterisasi dengan alat Scanning
Electron Microscopy (SEM). Hasil dari SEM tersebut menunjukkan
bahwa permukaan lembaran Kitosan-NaTPP mempunyai tekstur yang
homogen dan berpori, dengan unsur-unsur penyusunnya seperti pada
gambar (4.4) yaitu terdiri dari C, O, Na, Si, Au dan P. Hasil yang
homogen tersebut dapat mempengaruhi cangkang kapsul yang akan
dibuat, karena cangkang kapsulnya tidak mudah rapuh dan padat.
Pada gambar (4.5) menunjukkan struktur morfologi permukaan
lembaran Alginat-CaCl2 yang dikarakterisasi dengan alat Scanning
Electron Microscopy (SEM). Hasil dari SEM tersebut menunjukkan
bahwa permukaan lembaran Alginat-CaCl2 mempunyai tekstur yang
homogen dan berpori, namun pada lembaran tersebut terdapat beberapa
pengotor, yang diakibatkan adanya ketidak higienis-an alat atau bahan
yang digunakan saat melakukan percobaan. Lembaran ini terdiri dari
unsur-unsur penyusunnya seperti pada gambar (4.6) yaitu terdiri dari
Ca, O, F, Na, Ta, Au dan Cl. Hasil yang homogen tersebut dapat
mempengaruhi cangkang kapsul yang akan dibuat, karena cangkang
kapsulnya tidak mudah rapuh dan padat.
4.2.4 Hasil Uji XRD
Analisis XRD digunakan untuk mengetahui kada kristalinitas suatu
material. (Gambar 4.7) merupakan hasil analisis XRD dari cangkang
kapsul kitosan yang ditaut silang dengan NaTPP. Gambar di atas
menunjukkan peak yang terjadi pada beberapa 2 pada beberapa posisi
yaitu 14.3, 21, 29, 30, dan 39 diamati sebagai kitosan.
4.2.5 Hasil Uji Analisa Waktu Hancur
Analisa waktu hancur untuk variasi alginat-CaCl2
menggunakan medium lambung buatan yaitu larutan HCl dan NaCl
(gambar 4.8) dan usus buatan yaitu larutan KH2PO4 dan NaOH (gambar
4.9). Hasil pengujian yang menggunakan larutan HCl dan NaCl, pada
gambar 4.8 (a) awalnya cangkang kapsul mengambang di atas larutan,
setelah 12 menit cangkang kapsul seluruhnya tenggelam di dalam
larutan seperti terlihat pada gambar 4.8 (b). Menurut Sumaiyah (2006)
mekanisme pengembangan kapsul terjadi reaksi antara kalsium alginat
dengan asam klorida, sehingga membentuk asam alginat.
Sedangkan pada gambar 4.9 terlihat pada (a) bahwa cangkang
kapsul mengambang di atas larutan, setelah 15 menit cangkang kapsul
seluruhnya tenggelam dan mulai hancur di dalam larutan seperti pada
bagian (b). Lama dari hancurnya kapsul ini diakibatkan oleh morfologi
dari komposit dengan penambahan crosslinker sehingga memiliki
jaringan polimer yang terlihat lebih homogen sehingga strukturnya
lebih kaku, yang menyebabkan swelling dari kapsul tersebut lebih
rendah dan waktu hancur lebih lama. (Pascalau, et al., 2011).
4.2.6 Hasil Uji Analisa Gugus Fungsi
Gambar (4.10) menunjukan gugus fungsi pada Kitosan-NaTPP,
dimana pada hasil tersebut menunjukan bahwa adanya pita serapan
pada bilangan gelombang 3827c m−1 yang menunjukan serapan vibrasi
gugus O-H dan N-H. Sedangkan pada pita serapan 3372c m−1 dan 3255
−1
cm menunjukan adanya serapan vibrasi rentangan gugus C-H. Selain
itu, ada pula pita serapan yang menunjukan adanya serapan vibrasi C-
C, C-N, dan C-O yaitu pada bilangan gelombang 1209c m−1, 1123c m−1
, 879c m−1 , 706c m−1 dan 614c m−1 .
Analisis FTIR untuk mengetahui interaksi antara struktur dalam
alginate dengan CaCl2 seperti yang terlihat pada (Gambar 4.11)
menunjukkan pita serapan pada beberapa wavenumber. Serapan khas
dari alginate dan CaCl2 adalah C-O, C-C, C-O-C, C-C-H, C-C-O, dan
COO- asymmetric dengan wavenumber tertentu. Analisis FTIR ini
menunjukkan bahwa terjadinya interaksi antara alginate dengan CaCl2.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan dari penelitian ini:
1. Alginat dengan taut silang CaC l 2 dapat dijadikan sebagai bahan
baku alternatif pembuatan cangkang kapsul.
2. Kitosan dengan taut silang NaTPP tidak berhasil membentuk
cangkang kapsul dikarenakan ketidak cocokan alat cetak dengan
bahan baku yang digunakan.
3. Cangkang kapsul Alginat-CaC l 2 memiliki waktu hancur dalam
larutan lambung selama 12 menit, dan waktu hancur dalam larutan
usus selama 15 menit.

5.2 Saran
Berikut adalah saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya:
1. Peneliti harus lebih paham terkait karakteristik alginat, kitosan dan
masing-masing crosslinker-nya.
2. Peneliti harus lebih paham terkait konsentrasi yang sesuai untuk
membuat cangkang kapsul agar cangkang kapsul berhasil terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah et.al.. 2014. Poultry as an Alternative Source of Gelatin. Malaysia: Health


and The Environment Journal Vol 5 (1) : 27-49.
Ansel, Howard C..2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI
Press.
Elzatahry, A.A., Eldin, M.S.M., Soliman, E.A., dan Hassan, E.A. (2008).
Evaluation of Alginate-Chitosan Bioadhesive Beads as A Drug Delivery
System for The Controlled Release of Theophylline. Journal of Applied
Polymer Science. 1(11): 2452-2459.
Garud, A., dan Garud, N. (2010). Preparation and Evaluation of Chitosan
Microcapsules of Metronidazole Using Tripolyphosphate Cross-linking
Method. Dhaka Univ. J. Pharm. Sci. 9 (2) : 125-130.
Gelatin Manufacturers Institute of America. 2012. Gelatin Handbook.
Massachusetts: Atlantic Gelatin / Kraft Foods Global Inc.
Ige, P., Swami, B., Patil, T., Pradhan, J., Patil, P., Nerkar, P., dan Surana, S.J.
(2013). Design and Development of Sustained Release Swelling Matrix
Tablets of Glipizide for Type II Diabetes Mellitus. Farmacia. 61(5): 888-
889.
Irawan, D. (2014). Optimasi dan Karakterisasi Nanopartikel Kitosan-Naringenin
Dengan Variasi pH dan Konsentrasi Natrium Tripolifosfat. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Islam S., Rahman Bhuiyan, MA., Islam, MN., 2017. Chitin and Chitosan:
Structure, Properties and Applications in Biomedical Engineering. Journal
of Polymers and the Environment, Vol. 25 No. 3: 854-86.
Jayanudin, J., and Lestari, R.S.D., 2020. Enkapsulasi dan Karakterisasi
Pelepasan Terkendali Pupuk NPK Menggunakan Kitosan yang Ditaut
Silang Dengan Glutaraldehida. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia 16
(1), 110–125. doi: 10.20961/alchemy.16.1.34711.110-125.
Kaban, J., Bangun, H., Dawolo, A.K., dan Daniel. (2006). Pembuatan Membran
Kompleks Polielektrolit Alginat-Kitosan. Jurnal Sains Kimia. 10(1): 10-
16.
Katzung, B.G. (2010). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Halaman 327-329.
Ku MS, Lu Q, Chen Y. 2010. Performance qualification of a new hypromellose
capsule part II disintegation and dissolution comparison between two type
of hypromellose capsules. International Journal of Pharmaceutics 386: 30-
41.
Kurniasih, M., Purwati, Dewi, R.S., and Fatimah, S., 2018. Uji Aktivitas
Antioksidan N-Metil Kitosan Berkelarutan Tinggi. ALCHEMY Jurnal
Penelitian Kimia 14 (1), 107–118. doi: 10.20961/alchemy.14.1.15100.107-
118.
Manjanna KM, Shivakumar B, Kumar TMP, 2010. Microencapsulation: An
Acclaimed Novel DrugDelivery System for NSAIDs in Arthritis. Critical
Reviews™ in Therapeutic Drug Carrier Systems, Vol. 27, No. 6: 509-545.
Murthy, S.K., dan Ghebre-Selasie, I. (1993). Current Perspectives On The
Dissolution Stability of Solid Oral Dosage Forms. Journal of
Pharmaceutical Sciences. 82(2): 113-126.
Norazmi, M. N., L. S. Lim. 2015. Halal Pharmaceutical Industry: Opportunities
and Challenges. Trends in Pharmacological Sciences. 36(8): 496-497.
Pambudi, G.B.R., Ulfin, I., Harmami, Suprapto, Kurniawan, F., and Ni'mah, Y.L.,
2018. Synthesis of watersoluble chitosan from crab shells (Scylla serrata)
waste. AIP Conference Proceedings. The 3rd International Seminar on
Chemistry, 18-19 Juli, 2018, Surabaya, pp. 1–8. doi: 10.1063/1.5082491.
Pascalau, V., Popescu, V., Popescu, G., Dudescu, M., Borodi, G., Dinescu, A.,
Perhaita, I., dan Paul, M. (2011). The Alginate/k-Carrageenan Ratio’s
Influence On The Properties of The Cross-linked . Journal of Alloys and
Compounds. Halaman 65-67.
Putri, Annisa. 2019. Pembuatan dan Evaluasi Cangkang Kapsul Alginat-Kitosan
Mengandung Teofilin Menggunakan Metode Crosslink Tripolifosfat.
Medan. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Rabadiya, Bhavisha. 2013. A Review: Capsule Shell Material from Gelatin to Non
Animal Origin. IJPRBS Vol. 2(3) : 42 – 71.
Rhoades, J. and Roller. R, (2000). Antimicrobial action of degraded and native
chitosan against spoilage organism in laboratory media andfood. J. Appl.
Environment Microbiology, vol. 66 (1), January 2000, 80 - 86.
Sakkinen, M. (2003). Biopharmaceutical Evaluation of Microcrystalline Chitosan
as Release-Rate-Controlling Hydrophilic Polymer in Granules for
Gastroretentive Drug Delivery. Academic Dissertation Faculty of Science
of The University of Helsinky.
Sumardjo D., 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Suptijah, P., Suseno, H.S., dan Kurniawati. (2012). Aplikasi Karagenan Sebagai
Cangkang Kapsul Keras Alternatif Pengganti Kapsul Gelatin. JPHPI.
15(3).
Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Thanoo, BC, Sunny MC, Jayakrishnan, A. 1992. Crosslinked Chitosan
Microspheres: Preparation and Evaluation as a Matrix for the Controlled
Release of Pharmaceuticals. Journal of Pharmacy and Pharmacology, Vol.
44, No.4: 283-286.
Trisnawati, E., Andesti, D., and Saleh, A., 2013. Pembuatan Kitosan dari Limbah
Cangkang Kepiting sebagai Bahan Pengawet Buah Duku dengan Variasi
Lama Pengawetan. Jurnal Teknik Kimia 19(2), 17–2.
Wulandari, R. (2009). Profil Farmakokinetik Teofilin Yang Diberikan Secara
Bersamaan Dengan Jus Jambu Biji (Psidium guajava L.) Pada Kelinci
Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
12-14.
Yanti, R., Drastinawati, and Yusnimar, 2018. Sintesis Kitosan dari Limbah
Cangkang Kepiting dengan Variasi Suhu dan Waktu pada Proses
Deasetilasi. Jom FTEKNIK 5(2), 1–7.

LAMPIRAN

Pembuatan larutan kitosan

Pembuatan larutan alginat


Hasil cetak cangkang kapsul variasi Kitosan-NaTPP

Hasil cetak cangkang kapsul Alginat-CaCl2

Pengujian SEM cangkang kapsul

Pengujian XRD cangkang kapsul


Pengukuran Panjang, Berat, Diameter, dan Ketebalan Cangkang Kapsul

Anda mungkin juga menyukai