Disusun oleh:
Ratu Belgis Helmalia Hasanah 3335190003
Sheva Intania Meilan Putri 3335190097
Diajukan oleh:
Ratu Belgis Helmalia Hasanah 3335190003
Sheva Intania Meilan Putri 3335190097
Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing pada … September 2022
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Hasil Penelitian ini yang berjudul “Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat-Kitosan
Dengan Metode Crosslink Sebagai Sistem Penghantar Obat’’. Penulis juga
mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan sampai
Laporan Hasil Penelitian ini terselesaikan kepada:
1. Keluarga penulis yang sudah memberikan doa serta dukungan baik secara moril
maupun materil.
2. Dr. Jayanudin, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan hasil
penelitian ini.
3. Ibu Dr. Rahmayetty, S.T., M.T sebagai Koordinator Penelitian Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Seluruh teman-teman yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini tidak
terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan
yang pernah dilakukan baik disengaja ataupun tidak. Penulis menerima kritik dan
saran yang membangung untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dengan baik.
Cilegon, … September 2022
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kitosan
Kitosan adalah polisakarida dengan jumlah yang cukup banyak di
alam, juga merupakan produk deasetilasi kitin. Kitosan telah banyak
digunakan dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu bidang biomedis
dan farmasetika karena mempunyai sifat yang biodegradable,
biokompatibel, dan tidak beracun (Elzatahry, et al., 2008). Sifat lain dari
kitosan yaitu mempunyai kemampuan untuk terhidrasi dan mengembang
dalam lingkungan yang asam. (Sakkinen, 2003)
Kitosan juga dapat didefinisikan sebagai polisakarida yang terdiri
dari monomer N-asetilglukosamin, atau dapat disebut juga bahwa kitosan
adalah biopolimer yang linear, tidak bercabang, dan yang terikat pada β-
(1,4) (Trisnawati et al, 2013; Pambudi et al, 2018).
Rumus molekul dari kitosan yaitu (C6H11NO4)n dan termasuk ke
dalam salah satu polimer alam yang berbentuk polielektrolit kationik
dalam
larutan asam organik. Kitosan mempunyai sifat yang tidak berbau,
berwarna putih, dan dapat larut pada pelarut organik, HCl encer, HNO 3
encer, CH3COOH encer, HCOOH encer dan H3PO4 0,5%, namun tidak
dapat larut dalam basa kuat dan H2SO4 (Irawan, 2014).
2.1.1 Manfaat dan Kelebihan Kitosan
Pada pengaplikasiannya, kitosan dapat dimanfaatkan ke dalam
berbagai bidang seperti pangan, pertanian, mikrobiologi, farmasi,
kesehatan, dan lain sebagainya (Kurniasih et al, 2018; Yanti et al,
2018; Jayanudin and Lestari, 2020). Dalam bidang kesehatan, kitosan
dimanfaatkan untuk penyembuhan luka, regenerasi jaringan, bahan
hemostatik, dan kapsul obat (Yanti et al, 2018). Selain itu, kitosan
banyak digunakan sebagai pengawet makanan yang aman,
antioksidan, penyerap lemak, anti mikroba (Rhoades, 2000). Dan pada
bidang kedokteran digunakan sebagai benang untuk operasi.
Kitosan memiliki beberapa kelebihan untuk dijadikan bahan baku
dalam pembuatan cangkang kapsul, jika dibandingkan dengan
menggunakan gelatin sapi atau babi. Kelebihan dari kitosan
diantaranya adalah mempunyai sifat anti mikroba, dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, termasuk bahan alami sehingga aman untuk
dikonsumsi, memiliki muatan positif yang cukup kuat sehingga dapat
mengikat muatan negatif yang terdapat pada senyawa lain, dapat
berperan dalam proses detoksifikasi, dan lain sebagainya.
2.3 Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat di dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut (Suptijah, 2012). Pada bidang
farmasi, kapsul digunakan untuk mendeskripsikan bentuk sediaan padat,
yang berisi satu bahan obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang
dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang secara umum
dibuat dari gelatin (Rabadiya, 2013; Ansel, 2008).
Kapsul digunakan untuk melindungi sediaan antibiotik, vitamin
dan mineral, suplemen, dan lain sebagainya. Selain digunakan sebagai
pelindung, kapsul juga berguna untuk menutupi atau meminimalisir dari
rasa dan bau yang tidak menyenangkan dari obat, memudahkan obat
masuk ke dalam tubuh karena mudah untuk ditelan dengan bantuan air,
dan cepat untuk dicerna oleh saluran gastrointestinal (Rabadiya, 2013).
Keuntungan yang didapatkan dari bentuk sediaan kapsul,
diantaranya adalah berdasarkan bentuknya yang menarik dan praktis, tidak
mempunyai rasa sehingga dapat menutupi rasa pahit dan bau dari obat di
dalamnya, bahan obat tunggal maupun campuran dapat dimasukkan ke
dalam kapsul, mudah untuk ditelan dan waktu untuk hancur dalam
perutnya cepat sehingga kapsul tersebut dapat segera diserap oleh usus.
Kapsul dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu kapsul cangkang
keras dan kapsul cangkang lunak.
2.3.1 Kapsul Cangkang Keras
Kapsul cangkang keras terdiri atas bagian wadah dan tutup yang
terbuat dari metilselulosa, gelatin, pati, atau bahan lain yang sesuai.
Biasanya cangkang kapsul ini diisi dengan bahan padat atau serbuk,
butiran atau granul (Syamsuni, 2006). Bahan dasar dalam pembuatan
cangkang kapsul keras yaitu dari campuran gelatin, gula, dan air.
Selain itu, titanium oksida juga dapat ditambahkan untuk membuat
cangkang kapsul keras agar tidak transparan dan tidak tembus
cahaya.
Proses pembuatan cangkang kapsul keras dapat dilakukan dengan
cara mencelupkan cetakan logam pada larutan gelatin panas dengan
suhu kamar, lalu gel akan membentuk sebuah film. Ia dibiarkan
kering, setelah itu dipotong secara memanjang dan dirapikan sesuai
dengan panjangnya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin (Rabadiya, 2013; Ansel, 2008).
2.3.2 Kapsul Cangkang Lunak
Sedangkan kapsul cangkang lunak berbentuk bulat atau silindris
atau bulat telur yang terbuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai.
Kapsul cangkang lunak biasanya mengandung air sekitar 6-13%,
umumnya diisi dengan bahan seperti PEG, mempunyai bobot
molekul rendah, dan dapat diisi dengan bahan padat atau serbuk.
Kapsul cangkang lunak memiliki beragam bentuk dan biasanya
dipakai untuk rute oral, vaginal, rektal atau topikal (Syamsuni,
2006).
Biasanya, kapsul lunak digunakan untuk mengenkapsulasi
formulasi higroskopis dan/atau obat yang sensitif terhadap air,
dimana formulasi gelatin standar tersebut dimodifikasi agar
mengandung sedikit air dan dapat kering secara cepat, sehingga
produk dapat stabil selama proses pembuatan berlangsung
(Rabadiya, 2013).
Cangkang kapsul gelatin lunak dibuat dengan proses lempeng
menggunakan seperangkat cetakan untuk membentuk kapsul atau
dengan cara die process yang lebih efisien dan produktif. Proses
lempeng adalah selembar gelatin hangat yang ditempatkan di
permukaan cetakan bagian bawah, dan obat yang cair dituangkan
kedalamnya. Lalu, selembar gelatin yang lainnya akan ditempatkan
diatasnya kemudian ditekan untuk penyegelan. Pembuatan dengan
die process adalah cairan gelatin yang dituangkan dari tangki yang
terletak diatas, lalu dibentuk menjadi dua buah pita yang berurutan
oleh mesin rotary die.
- Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan grade medis,
alginat grade teknis, aquades, gliserin, Natrium Tripolifosfat, CaCl2.H2O,
CH3COOH, NaOH, HCl, KH2PO4, dan NaCl.
4.1 Hasil
Berikut adalah hasil dari penelitian ini:
4.1.1 Terbentuknya lembaran variasi Kitosan-NaTPP dan Alginat-
CaCl2.H2O
(a) (b)
Gambar 4.1 Lembaran variasi Kitosan-NaTPP dan Alginat-CaCl2.H2O
4.1.2 Cangkang kapsul variasi Kitosan-NaTPP, Alginat-CaCl 2.H2O, dan
Alginat-Kitosan
(a) (b)
Gambar 4.8 Uji waktu hancur dengan medium lambung buatan
(a) (b)
Gambar 4.9 Uji wkatu hancur dengan medium usus buatan
4.1.6 Hasil Uji Analisa Gugus Fungsi
0,14−0,117
¿ × 100 %
0,117
0,023
¿ × 100 %
0,117
¿ 0,1966 ×100 %
¿ 19,66 %
4.1.8 Hasil Pengukuran Panjang, Diameter, Ketebalan, dan Berat
Cangkang Kapsul
Hasil dari pengukuran cangkang kapsul variasi Alginat-CaCl 2.H2O
yaitu sebagai berikut:
1. Panjang = 1,44 cm
2. Diameter Luar = 0,43 cm
3. Diameter Dalam = 0,36 cm
4. Ketebalan = 0,026 cm
5. Berat kering = 0,117 gr
6. Berat basah = 0,14 gr
4.2 Pembahasan
4.2.1 Terbentuknya lembaran variasi Kitosan-NaTPP dan Alginat
CaCl2.H2O
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa telah berhasil membentuk
lembaran baik untuk variasi Kitosan-NaTPP maupun variasi alginat-
CaC l 2 untuk dibuat dalam bentuk serbuk lalu akan dilakukan uji
morfologinya dengan SEM dan XRD.
4.2.2 Cangkang kapsul variasi Kitosan-NaTPP, Alginat-CaCl 2.H2O, dan
Alginat-Kitosan
Pada gambar (a) yaitu variasi Kitosan-NaTPP tidak dapat
membentuk cangkang kapsul, karena setelah larutan Kitosan-NaTPP
dicetak dengan cetakan kapsul hasilnya menjadi hancur dan
menggumpal, serta sedikit mengeluarkan cairan. Hal tersebut dapat
terjadi karena beberapa faktor kesalahan seperti kualitas bahan yang
digunakan kurang baik, waktu perendaman yang kurang sesuai, dan alat
cetak kapsul yang tidak dapat menempel dengan bahan kitosan-NaTPP.
Dengan demikian, variasi Kitosan-NaTPP tidak dapat membentuk
cangkang kapsul sebagai sistem penghantar obat. Sementara untuk
gambar (b) yaitu variasi alginat-CaC l 2 cangkang kapsul dapat terbentuk
karena variasi tersebut merupakan kombinasi yang pas antara alginat
sebagai senyawa yang ditaut silang dan CaCl 2 sebagai senyawa penaut
silangnya. Kualitas bahan yang digunakan cukup baik dan waktu
perendamannya sudah sesuai, sehingga dapat membentuk cangkang
kapsul sebagai sistem penghantar obat. Untuk gambar (c) yaitu pada
variasi Kitosan-Alginat ini tidak dapat membentuk cangkang kapsul,
karena larutannya menggumpal sehingga sulit untuk dibentuk menjadi
cangkang kapsul. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena beberapa
faktor seperti menggunakan 4 bahan sekaligus dan senyawa penaut
silang dengan senyawa yang ditaut silangnya bukan kombinasi yang
sesuai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan dari penelitian ini:
1. Alginat dengan taut silang CaC l 2 dapat dijadikan sebagai bahan
baku alternatif pembuatan cangkang kapsul.
2. Kitosan dengan taut silang NaTPP tidak berhasil membentuk
cangkang kapsul dikarenakan ketidak cocokan alat cetak dengan
bahan baku yang digunakan.
3. Cangkang kapsul Alginat-CaC l 2 memiliki waktu hancur dalam
larutan lambung selama 12 menit, dan waktu hancur dalam larutan
usus selama 15 menit.
5.2 Saran
Berikut adalah saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya:
1. Peneliti harus lebih paham terkait karakteristik alginat, kitosan dan
masing-masing crosslinker-nya.
2. Peneliti harus lebih paham terkait konsentrasi yang sesuai untuk
membuat cangkang kapsul agar cangkang kapsul berhasil terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN