OLEH
KELOMPOK 2 / A5D
1. Ni Putu Laras Ayu Ningrat (201021099)
2. Ni Putu Meysa Yanti (201021100)
3. Ni Putu Noviana Dewi (201021101)
4. Ni Putu Ratih Wulandari (201021102)
Dosen Pengampu : I Gusti Ngurah Agung Windra W. P, S. Farm., M.Sc., Apt
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2022
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur dihaturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...7
3.1.Kesimpulan………………………………………………………………………...20
3.2.Saran……………………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
4
aplikasi metode-metode mutakhir bioteknologi (current methods of biotecnology)
seperti : (Nurcahyo, 2011)
3. Kloning adalah suatu metode untuk menghasilkan keturunan yang dikehendaki sama
persis dengan induknya.
4. Polymerase chains reaction (PCR) merupakan metode yang sangat sensitif untuk
mendeteksi dan menganalisis sekuen asam nukleat. RT-PCR untuk memperbanyak
(amplifikasi) rantai RNA menjadi DNA; tissue/cells → extracted → RNA/mRNA →
rT-PCR → copy DNA (cDNA).
5. Hibridisasi DNA adalah metode untuk menyeleksi sekuen DNA dengan menggunakan
probes DNA untuk hibridisasi (pencangkokan) rantai DNA Pita ganda.
Terapi hormon adalah metode terapi pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi
kondisi medis yang berhubungan dengan gangguan hormonal. Biasanya, terapi ini
digunakan untuk menjaga kadar hormon tetap terkendali dan membantu pengobatan
penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon dalam tubuh
(Berenson,2012).
Insulin adalah hormone alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin dibutuhkan
oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula darah), dari
glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pasien
diabetes mellitus tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dan menggunakan
5
gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat. Insulin diberikan dengan cara
disuntikan di bawah kulit (subkutan). Jaringan subkutan perut adalah yang terbaik
karena penyerapan insulin lebih konsisten dibanding tempat lainnya. Terdapat banyak
bentuk insulin. Insulin diklasifikasikan berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai
bekerja dan berapa lama insulin bekerja (Berenson,2012).
1.4.3. Agar mahasiswa dapat mengetahui down stream process dari insulin
1.4.4. Agar mahasiswa dapat mengetahui analisis kemurnian protein dari insulin
6
BAB II
PEMBAHASAN
Insulin berasal dari bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-pulau
langerhans di pankreas adalah sebuah hormon polipeptida yang mengatur
metabolisme karbohidrat. Insulin merupakan suatu protein berukuran kecil dengan
berat molekul 5808 pada manusia. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan
luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel sel β
pankreas akan langsung di infusikan kedalam hati melalui vena porta, yang kemudian
akan didistribusikan keseluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek kerja insulin yang
sudah sangat dikenal adalah membantu transport glukosa dari darah kedalam sel
(Katzung, 2000).
Insulin adalah hormone alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin dibutuhkan
oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula darah), dari
glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pasien
diabetes mellitus tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dan menggunakan
gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat. Pada diabetes tipe I, pancreas tidak
dapat memproduksi insulin. Sehingga pemberian insulin diperlukan pada diabetes tipe
2, pasien memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak merespon insulin dengan
normal. Namun demikian, insulin juga digunakan pada diabetes tipe 2 unmk
mengatasi resistensi sel terhadap insulin. Dengan peningkatan pengambilan glukosa
oleh sel dan menurunnya kadar gula darah, akan mencegah dan mengurangi
komplikasi lebih lanjut dari diabetes, seperti kerusakan pembuluh darah, mata, ginjal,
dan saraf. Insulin diberikan dengan cara disuntikan di bawah kulit (subkutan).
Jaringan subkutan perut adalah yang terbaik karena penyerapan insulin lebih
konsisten dibanding tempat lainnya. Terdapat banyak bentuk insulin. Insulin
diklasifikasikan berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai bekerja dan berapa lama
insulin bekerja (Berenson,2012).
7
2.2. Struktur Insulin
Insulin merupakan hormone peptide yang disekresikan oleh sel β dari Langerhans
pancreas. Fungsi insulin adalah untuk mengatur kadar normal glukosa darah. Insulin
bekerja melalui memperantarai uptake glukosa seluler, regulasi metabolism karbohidrat,
lemak, dan protein, serta mendorong pemisahan dan pertumbuhan sel melalui efek
motigenik pada insulin (Wilcox, 2005).
Dosis insulin disesuaikan untuk setiap individu, dengan cara meningkatkan dosis
secara bertahap tetapi dengan tetap menghindarkan terjadinya hipoglikemia. Ada 3
macam sediaan insulin:
1. Insulin kerja singkat (short-acting): mula kerja relatif cepat, yaitu insulin soluble,
insulin lispro dan insulin aspart;
2. Insulin kerja sedang (intermediate-acting): misalnya insulin isophane dan suspensi
insulin seng;
3. Insulin kerja panjang dengan mula kerja lebih lambat: misalnya suspensi insulin seng.
8
Lama kerja untuk tiap tipe insulin bervariasi pada tiap individu sehingga perlu
dinilai secara individual.
Insulin kerja singkat dikombinasi dengan insulin kerja sedang: dua kali sehari
(sebelum makan);
Insulin kerja singkat dikombinasi dengan insulin kerja sedang: sebelum makan pagi
Insulin kerja singkat: sebelum makan malam Insulin kerja sedang: malam sebelum
tidur;
Insulin kerja singkat: 3 kali sehari (sebelum makan pagi, makan siang dan makan
malam) dikombinasi dengan insulin kerja sedang: pada waktu sebelum tidur malam;
Insulin kerja sedang dengan atau tanpa insulin kerja singkat: cukup sekali sehari
sebelum makan pagi atau sebelum tidur malam untuk beberapa pasien dengan
diabetes tipe 2 yang memerlukan insulin, kadang-kadang dikombinasi dengan obat
hipoglikemik oral.
2.4.1 Host
Sistem insulin dapat dipengaruhi oleh perubahan sintesis pada tingkat transkripsi
gen, translasi, dan modifikasi pasca-translasi di Golgi serta oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi pelepasan insulin dari butiran sekretori. Modifikasi jangka panjang dapat
terjadi melalui pengaruh pada massa dan diferensiasi sel β.11 Mengingat peran penting
9
insulin dalam pemanfaatan dan metabolisme glukosa, tidak mengherankan bahwa glukosa
memiliki banyak pengaruh pada biosintesis dan sekresi insulin. Namun, faktor lain seperti
asam amino, asam lemak, asetilkolin, polipeptida pengaktif adenilat siklase hipofisis
(PACAP), polipeptida insulinotropik yang bergantung pada glukosa (GIP), glukagon-like
peptide-1 (GLP-1), dan beberapa agonis lainnya, bersama-sama dalam kombinasi, juga
mempengaruhi proses ini.
10
Kloning adalah suatu teknik reproduksi secara aseksual yang menggunakan sel
tubuh (sel somatis) makhluk hidup. Kloning didasarkan pada konsep bahwa sel makhluk
hidup bersifat totipotensi, yaitu kemampuan setiap sel yang darimana saja sel tersebut
diambil apabila diletakkan dilingkungan yang sesuai akan tumbuh menjadi individu baru
yang sempurna. Kloning berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu Clone yang artinya
ranting atau cangkokan. Istilah Clone atau klona pertama kali diusulkan pada tahun 1903
oleh Herbert Webber.
Kloning gen atau molekuler adalah sekelompok salinan gen, bersifat identik yang
direplikasi dari satu gen dan dimasukkan kedalam sel inang. Kloning gen merupakan
suatu terobosan baru, dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah gen yang mungkin
dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Kloning gen meliputi serangkaian proses isolasi
fragmen DNA spesifik dari genom suatu organisme, penentuan sekuen atau fragmen
DNA, pembentukan molekul DNA rekombinan, dan ekspresi gen target dalam sel inang.
Langkah – Langkah Kloning Gen adalah sebagai berikut:
1. Penentuan sekuen atau fragmen DNA untuk memastikan fragmen DNA yang diisolasi
adalah gen target sesuai dengan kehendak kita.
2. Pemotongan DNA sumber gen dan vektor kloning menggunakan enzim restriksi
3. Menyisipkan potongan DNA sumber gen ke dalam vektor kloning yang telah dipotong
dan disambung dengan bantuan enzim DNA ligase
4. Hasil DNA rekombinan kemudian ditransformasi ke dalam sel inang (biasanya sel
bakteri, misalnya strain E.coli walaupun sel jenis lain dapat di gunakan) untuk diproduksi
lebih banyak.
5. Selanjutnya dilakukan proses pra Inkubasi, dimana sel E.coli calon penerima plasmid
dipaparkan kepada ion positif kalsium klorida (CaCl2). Perlakuan ini dilakukan agar
membran sel dan dinding sel bakteri E.coli menjadi permeable terhadap plasmid donor.
Sehingga sel bakteri E.coli akan menjadi “kompeten” untuk dapat menerima plasmid.
6. Pada proses inkubasi plasmid ditambahkan ke dalam suspensi sel E.coli kompeten.
Suspensi sel E.coli kompeten lainnya yang tidak ditambah plasmid sebagai kontrol.
7. Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun sebagai kontrol) dipaparkan sejenak
selama 90 detik pada suhu 42oC. Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat
memaksimumkan masuknya plasmid menembus membran dan dinding sel.
11
8. Selanjutnya adalah proses penyembuhan (Recovery). Sel-sel kompeten (baik yang diberi
plasmid maupun sebagai kontrol) ditumbuhkan dalam sebuah medium kaya nutrisi untuk
memberi kesempatan proses penyembuhan pada sel bakteri setelah mengalami cekaman
dan kejutan. Masa penyembuhan berlangsung satu waktu generasi (untuk E. coli berkisar
antara 30 hingga 45 menit)
9. Di dalam sel inang, vektor melakukan replikasi yang dapat menghasilkan banyak turunan
identik, baik vektornya sendiri maupun gen yang dibawanya (gen target).
10. Ketika sel inang melakukan pembelahan, salinan molekul DNA rekombinan diwariskan
pada progeni dan terjadi proses replikasi vektor selanjutnya.
11. Setelah terjadi sejumlah besar pembelahan sel, maka akan dihasilkan koloni atau klon sel
inang yang identik.
12. Setiap sel dalam klon mengandung satu salinan atau lebih molekul DNA rekombinan;
sehingga dapat dikatakan bahwa gen yang dibawa oleh molekul DNA rekombinan telah
diklon.
13. Gen target yang ada di dalam sel inang jika diekspresikan akan menghasilkan produk gen
yang kita inginkan
12
2.5. Down Stream Process Insulin
13
3. Dialisis
Dialisis adalah metode tradisional untuk menghilangkan garam atau pertukaran
buffer, menggunakan tekanan osmotik untuk mendorong zat terlarut melintasi
membran (Merck Millipore 2021). Kerugian utama dari dialisis adalah waktu yang
lama untuk menyelesaikan pertukaran dan membutuhkan area membran permukaan
yang besar untuk pertukaran. Namun cocok untuk protein sensitif yang mudah
mengendap. Dalam skala laboratorium, larutan yang mengandung badan inklusi yang
mengandung proinsulin terlarut dapat didialisis untuk menghilangkan urea (Nilsson et
al. 1996).
4. Diafiltrasi
Diafiltrasi mencapai penghilangan garam atau pertukaran buffer melalui
penggunaan gaya sentrifugal atau tekanan eksternal lainnya untuk mendorong zat
terlarut mikro kecil melalui membran berpori (Merck Millipore 2021). Membran
tidak memungkinkan zat terlarut makro yang lebih besar dari ukuran pori untuk
melewatinya. Keuntungan utama diafiltrasi terletak pada kemampuannya untuk
memekatkan sampel protein. Dalam industri, diafiltrasi diterapkan setelah langkah-
langkah reaksi utama untuk menghilangkan reagen yang mengganggu. Misalnya,
diafiltrasi diterapkan setelah pelarutan tubuh inklusi dan reaksi sulfitolisis untuk
menghilangkan konsentrasi tinggi reagen urea dan sulfitolisis (Petrides et al. 1995).
Selain itu, sampel yang direnaturasi dapat dipekatkan dan buffer ditukar dengan
diafiltrasi menjadi buffer yang sesuai untuk terjadinya konversi enzimatik (Astolfi et
al. 2004).
5. Kromatografi pengecualian ukuran (SEC)
Metode ketiga untuk menghilangkan garam dan pertukaran buffer adalah untuk:
menggunakan kromatografi eksklusi ukuran (SEC), juga dikenal sebagai
kromatografi filtrasi gel. SEC memisahkan molekul menurut ukuran relatifnya
(Pharmacia Biotech 2021). Menggunakan teknik pemisahan kelompok, molekul
kecil, seperti garam, dapat dipisahkan dari peptida yang lebih besar. SEC adalah
alternatif yang lebih cepat untuk dialisis, dan membutuhkan faktor pengenceran yang
rendah. Untuk produksi insulin/analog manusia, resin Sephadex G-25 telah banyak
digunakan dalam desalting. Ini berguna untuk menghilangkan garam dan kotoran
14
kecil lainnya dari molekul dengan massa molekul di atas 5000 Da (Cytiva 2021).
Penggunaan Sephadex G-25 untuk pertukaran buffer telah dilaporkan setelah reaksi
sulfitolisis (Cowley dan Mackin 1997) dan sebelum renaturasi proinsulin (Astolfi et
al. 2004; Cowley dan Mackin 1997). Ada juga laporan yang menggunakan Sephadex
G-25 setelah lisis, tetapi media filtrasi gel menjadi sangat terkontaminasi dengan
bahan yang tidak dapat dikromatografi sehingga dibuang setelah setiap percobaan
(Mackin 1999). Dimungkinkan juga untuk menggunakan Sephadex G-25 setelah
langkah pemolesan RP-HPLC untuk menukar buffer sampel dan untuk
menghilangkan sisa asetonitril (Zieliński et al. 2019). Bio-Gel P2 digunakan untuk
menghilangkan asam format dan sisa sianogen bromida setelah pembelahan protein
fusi (Mackin dan Choquette 2003).
6. Kromatografi afinitas (AC)
AC adalah teknik pemisahan berdasarkan interaksi pengikatan spesifik antara
ligan yang tidak bergerak dan pasangan pengikatnya. Tergantung pada spesifisitas
interaksi, tingkat pemurnian bisa sangat tinggi. Beberapa penggunaan AC yang
dilaporkan dalam pemurnian proinsulin disajikan pada Tabel 6. Agar AC dapat
bekerja, tag fusi yang sesuai harus menyatu dengan molekul proinsulin. Tabel 7
memberikan daftar tag fusi yang diadopsi dalam berbagai skema pemurnian insulin
dan kelebihannya. Polyhistidine tag adalah tag fusi yang paling sering diadopsi
dalam produksi insulin. Untuk penangkapan afinitas dari proinsulin bertanda-Nya,
biasanya digunakan kolom nikel dengan elusi imidazole. Pemuatan sampel di
hadapan rendah konsentrasi imidazol dan konsentrasi sedang tion garam secara
signifikan mengurangi pengikatan nonspesifik mengkontaminasi protein (Mackin
1999). Sebagai konsentrasi tinggi- tras urea kompatibel dengan logam amobil
kromatografi afinitas ion (IMAC), berguna untuk memurnikan proinsulin
terdenaturasi dari badan inklusi. Tag fusi yang dirancang dengan baik diinginkan
untuk proses hulu dan hilir. Selain fungsi yang jelas untuk pemurnian, tag fusi dapat
meningkatkan stabilitas insulin/analog manusia rekombinan. Hal ini sangat berguna
mengingat bahwa proinsulin adalah peptida panjang pendek dan rentan terhadap
degradasi (Min et al. 2011).
15
7. Kromatografi penukar-lon (lon-exchange chromatography (IEX))
IEX melibatkan pemisahan molekul terionisasi berdasarkan muatan totalnya.
Karena insulin/analog manusia dan prekursornya memiliki gugus anionik dan
kationik, dimungkinkan untuk menggunakan kromatografi penukar anion (AEX)
dan/atau kromatografi penukar kation (CEX) untuk pemurnian. Muatan negatif yang
signifikan dari protein fusi tersulfonasi S dapat mengikat kuat ke AEX. Namun,
pengotor non-protein bermuatan negatif seperti asam nukleat juga dapat bersaing
untuk mengikat. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus, penggunaan CEX
menguntungkan. Tabel 8 memberikan daftar aplikasi yang telah dilaporkan
menggunakan IEX dalam pemurnian insulin/analog manusia dan prekursornya. IEX
adalah teknik serbaguna yang dapat memurnikan prekursor insulin/insulin terlipat
atau proinsulin tersulfonasi dalam kondisi denaturasi. Umumnya, IEX diadopsi
sebagai langkah penangkapan prekursor insulin atau sebagai langkah pertama setelah
pembelahan enzimatik. Kapasitas pengikatannya yang tinggi dan kemungkinan
menyertakan beberapa langkah pencucian memungkinkan penghilangan sejumlah
besar kontaminan yang dapat mempersulit pemurnian selanjutnya. Kontaminan ini
terdiri dari pengotor sel inang (protein, DNA, endotoksin), enzim proteolitik, dan
pengotor produk yang dihasilkan selama pencernaan enzimatik. ini sebuah saya t
saya 1 tmsebuah saya t (fragmen dan miscleavage yang dipotong).
8. Kromatografi fase terbalik (RP)
RP melibatkan pemisahan molekul berdasarkan interaksi hidrofobik antara ligan
yang melekat pada fase diam dan molekul terlarut dalam fase gerak. Ada perbedaan
mekanisme dimana polipeptida berinteraksi dengan permukaan RP, dibandingkan
dengan molekul kecil (Carr 2016). Dalam pemisahan molekul-molekul kecil, terjadi
pembagian molekul-molekul secara terus-menerus antara fase gerak dan fase diam
hidrofobik. Di sisi lain, polipeptida terlalu besar untuk dipartisi menjadi fase diam.
"Kaki" hidrofobik dari polipeptida tetap teradsorpsi ke permukaan hidrofobik fase
diam hingga titik konsentrasi pengubah organik tertentu tercapai, dan ini akan
mendesorpsi polipeptida. Tabel 9 menyajikan aplikasi RP yang dilaporkan dalam
skema pemurnian insulin/analog manusia. RP biasanya ditempatkan setelah konversi
enzimatik dari proinsulin menjadi insulin. Setelah pencernaan enzimatik, pemurnian
16
insulin atau analog insulin biasanya memerlukan dua sampai tiga langkah pemurnian
kromatografi ortogonal. Pemurnian dengan RP melengkapi IEX dan SEC dengan
memberikan selektivitas berdasarkan perbedaan hidrofobisitas. RP biasanya
ditempatkan di akhir skema pemurnian keseluruhan (misalnya, setelah IEX) untuk
memungkinkan langkah sebelumnya menghilangkan sebagian besar pengotor terkait
sel inang. Ini akan bermanfaat dalam memperpanjang umur efektif fase diam RP
karena rentan terhadap pengotoran akibat pengikatan yang tidak dapat diubah atau
kelarutan kontaminan yang rendah (Kroeff et al. 1989). Hal ini penting karena
kemasan berbasis silika memiliki batasan pH yang mencegah penggunaan pH
ekstrem untuk pembersihan dan regenerasi kromatografi.
9. Kromatografi mode campuran (MMC)
Dalam beberapa tahun terakhir, MMC menjadi semakin populer dalam
pemurnian insulin/analog manusia. MMC menggunakan lebih dari satu bentuk
interaksi antara fase diam dan analit untuk mencapai pemisahannya (Zhang dan Liu
2016). Beberapa mode interaksi termasuk afinitas, pertukaran ion, pengecualian
ukuran, hidroksiapatit, dan interaksi hidrofobik. Penukar ion mode campuran
memberikan selektivitas yang berbeda dibandingkan dengan penukar ion
konvensional. Ini juga memungkinkan kemungkinan pengikatan protein pada kondisi
garam tinggi, yang menghilangkan kebutuhan untuk menghilangkan garam atau
pengenceran sebelum melakukan MMC. Tabel 12 menyajikan contoh aplikasi MMC
yang dilaporkan dalam pemurnian proinsulin dan insulin/analog manusia.
10. Presipitasi pH
Metode presipitasi telah diadopsi dalam pemrosesan hilir insulin/analog manusia
untuk pemisahan yang kasar dan cepat dari insulin/analog manusia dari pengotor
lainnya. Metode ini juga dapat digunakan untuk memekatkan protein untuk tahap
pemurnian lebih lanjut. Pemurnian dan konsentrasi protein terlarut dari badan inklusi
dapat dicapai dengan presipitasi pH. Karena protein memiliki kelarutan terendah
pada titik isoelektriknya (pl), ia akan mengendap keluar dari larutan pada titik plnya.
Setelah itu, sentrifugasi dapat dilakukan untuk memulihkan protein yang diinginkan.
Misalnya, protein fusi terlarut dapat diendapkan dengan menurunkan pH menjadi
17
5,0, disentrifugasi, dan kemudian dilarutkan kembali dalam buffer basa pada pH 8,5
untuk meningkatkan kemurnian protein terlarut (Astolfi et al. 2004).
11. Kristalisasi seng
Dengan adanya ion seng, insulin mampu berasosiasi sendiri untuk
membentuk heksamer, di-heksamer, atau kompleks peptida insulin yang lebih besar
(Mollerup dan Frederiksen 2016). Heksamer terdiri dari tiga dimer yang terkait erat
melalui interaksi dengan dua ion seng pada intinya yang diposisikan pada sumbu tiga
kali lipat. Kemampuan insulin untuk membentuk kristal dapat digunakan dalam
skema pemurnian untuk mengisolasi insulin dari pengotor yang tidak ikut
mengkristal (Mollerup et al. 2010). Kristalisasi seng adalah metode yang nyaman dan
efisien untuk mengkonsentrasikan dan menahan insulin sementara sebelum diproses
lebih lanjut (Kroeff et al. 1989). Bentuk heksamerik juga melindungi insulin dari
degradasi fisik dan kimia selama penyimpanan (Mollerup dan Frederiksen 2016).
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari tugas RTM (Rancangan Tugas Mahasiswa) yang kami buat mengenai
pembahasan Insulin ini diharapkan bisa dikembangkan lagi untuk menambah lebih
banyak manfaatnya khususnya bagi kesehatan dan diharapkan dapat menjadi sumber
bacaan dan referensi bagi mahasiswa, penelitian dan masyarakat untuk menambah
pengetahuan di bidang kesehatan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Astolf Filho S, De Lima BD, Thiemann JE, de Sousa HR, Vilela L (2004) Vector for
expression of heterologous protein and methods for extracting recombi-nant
protein and for purifying isolated recombinant insulin. United States patent
6,699,692, 2 Mar 2004.
Brange J (1994) Stability of insulin: studies on the physical and chemical stabil-ity of
insulin in pharmaceutical formulation. Kluwer Academic, Boston
Brange J (2012) Galenics of insulin: the physico-chemical and pharmaceutical
aspects of insulin and insulin preparations. Springer, Berlin
Brange J, Langkjœr L (1993) Insulin structure and stability. Stability and charac-\
terization of protein and peptide drugs. Springer, Boston, pp 315–350
Berenson DF, Weiss AR, Wan ZL dan Weiss MA. 2012. Insulin analogs for the
treatment of diabetes mellitus: therapeutic applications of protein engineering.
Ann N Y Aad Sci.
Cowley DJ, Mackin RB (1997) Expression, purifcation and characterization of
recombinant human proinsulin. FEBS Lett 402(2–3):124–130
Cytiva (2021) Sephadex G-25 Medium. https://www.cytivalifesciences.com/en/
us/shop/chromatography/resins/size-exclusion/sephadex-g-25-medium-
p-05608#tech-spec-table. Accessed 14 Apr 2021.
Katzung, B,G. 2000. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi ke VI. Jakarta : Salemba
Medika.
Laursen BS, Sørensen HP, Mortensen KK, Sperling-Petersen HU (2005) Initiation
of protein synthesis in bacteria. Microbiol Mol Biol Rev 69(1):101–123
Leng C, Li Q, Wu F, Chen L, Su P (2013) Detection of the single-chain precursor
in the production and purifcation process of recombinant human insu-
lin. Monocl Antibodies Immunodiagn Immunother 32(4):255–261
Mackin RB (1999) Streamlined procedure for the production of normal and
altered versions of recombinant human proinsulin. Protein Expr Purif
15(3):308–313
21
Mackin RB (2014) Alternative preparation of inclusion bodies excludes interfer-
ing non-protein contaminants and improves the yield of recombinant
proinsulin. MethodsX 1:108–117
Mackin RB, Choquette MH (2003) Expression, purifcation, and PC1-mediated
processing of (H10D, P28K, and K29P)-human proinsulin. Protein Expr
Purif 27(2):210–219
Nurcahyo, H. 2011. Diktat Bioteknologi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.
Nilsson J, Jonasson P, Samuelsson E, Stahl S, Uhlén M (1996) Integrated pro-
duction of human insulin and its C-peptide. J Biotechnol 48(3):241–250
Sutarno. 2016. Rekayasa Genetika dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang
Peternakan. Proceeding Biology Education Conference. Universitas sebelas
Maret. Volume 13 (1)
Wilcox, Gisela. 2005. Insulin and Insulin Resistance. Clin Biochem Rev. 2005 May;
26(2): 19– 39.
Zhang K, Liu X (2016) Mixed-mode chromatography in pharmaceutical and
biopharmaceutical applications. J Pharm Biomed Anal 128:73–88
Zieliński M, Romanik-Chruścielewska A, Mikiewicz D, Łukasiewicz N,
Sokołowska I, Antosik J, Sobolewska-Ruta A, Bierczyńska-Krzysik A, Zaleski P,
Płucienniczak A (2019) Expression and purifcation of recombinant human insulin
from E. coli 20 strain. Protein Expr Purif 157:63–69
Zimmerman RE, Stokell DJ (2010) Insulin production methods and pro-insulin
constructs. United States patent US 7
22