Kelemahan pemberian oral adalah lambat dan metode ini tidak dapat digunakan
dalam situasi darurat. Penyerapan obat oral biasanya memakan waktu 30- 5 menit, dan
efek maksimal terjadi setelah 1-1,5 jam. Metode oral tidak dapat digunakan pada pasien
dengan mual, muntah, setengah koma, aspirasi lambung dan pasien dengan gangguan
menelan (Yasmin, 2019).
Pemberian obat oral merupakan metode pemberian obat yang paling umum
digunakan. Namun, ada beberapa masalah dengan pemberian obat ini, seperti kecepatan
pengosongan lambung yang tidak dapat diprediksi, waktu tinggal yang singkat di saluran
cerna (8-12 jam), dan jendela penyerapan di lambung dan usus kecil bagian atas.
Beberapa pendekatan telah digunakan. bentuk sediaan di lambung. Ini termasuk sistem
mukoadhesif, sistem pembengkakan dan perluasan, sistem mengambang dan sistem
pengosongan lambung tertunda lainnya (Pandey dan Dahiya, 2016).
Dalam model ini, tubuh dipandang sebagai satu kompartemen, di mana obat
berdifusi secara tiba-tiba dan menyeluruh ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Prinsip
penerapan model kompartemen tunggal adalah tubuh adalah volume kompartemen = Vd,
konsentrasi obat setiap saat dinyatakan sebagai Cpo, fase distribusi cepat dan tidak
terlihat. Eliminasi obat dari tubuh diduga terjadi sebagai reaksi orde pertama dengan
tetapan laju eliminasi (Kel) yang meliputi tetapan laju metabolisme (kilometer) dan
tetapan laju eliminasi (Ke) (Hasibuan, 2008).
Laju eliminasi untuk sebagian besar obat merupakan suatu proses order kesatu.
Tetapan laju eliminasi, K adalah suatu tetapan laju eliminasi order kesatu dengan satuan
waktu. Pada umunya hanya obat induk atau obat yang aktif yang ditentukan dalam
kompartemen vaskular. Pemindahan atau eliminasi obat secara total dari kompartemen
ini dipengaruhi oleh proses metabolisme (biotransformasi) dan ekskresi (Hasibuan,
2008).
Volume distribusi menyatakan suatu faktor yang harus diperhitungkan dalam
memperkirakan jumlah obat dalam tubuh dari konsetrasi obat yang ditemukan dalam
kompartemen cuplikan. Volume distribusi juga dapat dianggap sebagai volume (Vd)
dimana obat terlarut. Untuk sebagian besar obat dianggap bahwa obat bersetimbangan
secara cepat dalam tubuh. Tiap jaringan dapat mengandung suatu konsentrasi obat yang
berbeda sehubungan dengan perbedaan afinitas obat terhadap jaringan tersebut. Jumlah
obat dalam tubuh tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi suatu cuplikan darah
dapat diambil pada jarak waktu secara berkala dan dianalisis konsentrasi obat tersebut
(Hasibuan, 2008).
Kompartemen II
Model dua kompartemen mengasumsikan bahwa obat dibagi menjadi dua
kompartemen. Kompartemen pertama, yang dikenal sebagai kompartemen sentral, berisi
darah, cairan ekstraseluler, dan jaringan dengan perfusi tinggi; obat dengan cepat
memecah bagian ini. Kompartemen kedua, kompartemen jaringan, berisi jaringan yang
menyeimbangkan lebih lambat dengan obat. Model ini mengasumsikan penghilangan
obat dari bagian tengah. Model dua kompartemen mengasumsikan bahwa tidak ada obat
dalam kompartemen jaringan pada t = 0 (Shargel dan Yu, 2005).
E. Farmakokinetika
Farmakokinetik, atau kinetika obat, adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Dalam arti yang lebih sempit, farmakokinetik secara khusus
menangani perubahan konsentrasi obat dalam darah dan jaringan serta metabolitnya
dari waktu ke waktu. Farmakokinetik melibatkan empat proses yaitu absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi (Setiawati, 2018).
Proses farmakokinetik obat dalam tubuh sebagai berikut : (Shargel dan Yu, 2005)
1. Absorpsi
Absorbsi adalah proses penyerapan ke dalam organ tertentu. secara
khusus absorpsi adalah penyerapan zat yang memasuki tubuh melalui mata,
kulit, perut, usus, atau paru-paru.
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke
jaringan dan cairan tubuh. Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung
beberapa faktor yaitu aliran darah, permeabilitas kapiler, ikatan protein.
3. Metabolisme
Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses tubuh mengubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar
tubuh. Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara yaitu: menjadi
metabolit inaktif kemudian diekskresikan; dan menjadi metabolit aktif,
memiliki kerja farmakologi tersendiri dan bisa dimetabolisme lanjutan.
4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi atau pembuangan obat dari tubuh.
Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat
jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara),
kulit dan traktusintestinal. Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal.
Tabel Parameter Farmakokinetika, Yang Meliputi
: