Anda di halaman 1dari 12

JURNAL AWAL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

PRAKTIKUM I
FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

Hari, Tanggal Praktikum :


Kelas : A6A
Nama Praktikan : Ida Ayu Putu Dwi Ari Sunariyasih
NIM : 211021023
Kelompok : 03

Nama Dosen Jaga :


Nama Asdos :

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2023
I. TUJUAN PRATIKUM
1. Mengetahui prinsip farmakokinetika IV kompartemen terbuka.
2. Mengetahui cara simulasi data klinis farmakokinetika IV kompartemen terbuka.
3. Mampu memberikan rekomendasi terapi terkait farmakokinetika obat yang
diberikan melalui rute IV kompartemen terbuka.

II. DASAR TEORI


Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuhterhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi(D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi
dan ekskresitermasuk sebagai proses eliminasi obat. Obat yang masuk ke dalam tubuh
melaluiberbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan
pengikatan untuksampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan
atau tanpabiotransformasi, obat dickskresi dari dalam tubuh (Gunawan, 2009).
Model kompartemen yang sering digunakan adalah model kompartemen satu
terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam
plasmamencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.
Tetapi modelini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan
tersebut adalah samadengan berbagai waktu. Disamping itu, obat didalam tubuh juga
tidak ditentukan secaralangsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan
menggunakan cuplikancairan tubuh (Shargel, 1988).
Pada model satu kompartemen terbuka, obat hanya dapat memasuki darah dan
mempunyai volume distribusi kecil, atau juga dapat memasuki cairan ekstra sel
ataubahkan menembus sehingga menghasilkan volume distribusi yang besar. Pada
Model kompartemen satu terbuka mempunyai anggapan bahwa perubahan kadar
obatdalam plasma sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Model ini obat
akandidistribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan
secara tepatberkeseimbangan di dalam tubuh. Tetapi, model ini tidak menganggap
bahwa konsentrasiobat dalam tiap jaringan adalah sama pada berbagai waktu. Di
samping itu DB juga tidakdapat ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan
konsentrasi obatnya denganmenggunakan darah. Volume distribusi, Vd adalah
volume dalam tubuh dimana obattersebut larut (Wirasuta & Niruri, 2007).
Model kompartemen satu terbuka memberikan cara paling sederhana untuk
menggambarkan proses distribusi dan eliminasi obat dalam tubuh. Model
satukompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan. Jadi obat masuk dan secara
cepatterdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapat keluar dari tubuh karena
merupakankompartemen terbuka. Selain itu model kompartemen satu terbuka tidak
menghitung kadarobat yang sebenarnya dalam jaringan, tapi menganggap bahwa
berbagai perubahan kadarobat dalam plasma mencerminkan perubahan yang
sebanding dengan kadar obat dalamjaringan (Holford, 1998).
Rute pemakaian obat yang paling sederhana dari pandangan pemodelan
adalahinjeksi intravena bolus (IV bolus). Model kinetik yang paling sederhana
menggambarkandisposisi obat dalam tubuh adalah dengan menganggap obat
diinjeksikan sekaligus dalamsuatu kotak, atau kompartemen. Eliminasi obat terjadi
dari kompartemen segera setelahinjeksi (Holford, 1998).
Model ini merupakan suatu penyederhanaan dari disposisi obat dalam tubuh,
yangmana pada kenyataannya lebih kompleks dari suatu kompartemen tunggal. Bila
obatdisuntikkan secara bolus ke dalam tubuh maka seluruh dosis obat masuk ke aliran
darahdengan segera, dan proses absorpsi dianggap terjadi seketika. Pada sebagian
besar kasus,distribusi obat ke semua jaringan dalam tubuh melalui sistem sirkulasi.
Ambilan obat olehberbagai jaringan organ terjadi pada laju yang berbeda, bergantung
pada aliran darah kejaringan, lipofilisitas obat, berat molekul obat, dan afinitas ikatan
obat terhadap masajaringan. Sebagian besar obat dieliminasi dari tubuh baik melalui
ginjal dan atau melaluimetabolisme dalam liver. Oleh karena kesetimbangan obat
antara darah dan jaringan terjadicepat, eliminasi obat terjadi jika semua dosis terlarut
dalam tangki cairan secara merata(kompartemen tunggal) dari mana obat dieliminasi.
Jadi saat kita analisis kadar obat dalamdarah, maka nilai yg kita dapat dianggap
sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.Tapikonsentrasi obat dalam berbagai
jaringan tidak sama pada berbagai waktu (Holford, 1998).
Pada model kompartemen dua terbuka, tubuh dianggap terdiri atas
kompartemensentral dan kompartemen perifer. Kompartemen sentral terdiri dari
darah dan berbagaijaringan yang banyak dialiri darah seperti jantung, paru, hati, ginjal
dan kelenjar – kelenjar endokrin. Kompartemen perifer adalah berbagai jaringan yang
kurang dialiri darah misalnya otot, kulit, dan jaringan lemak. Model 2 kompartemen
ini pada prinsipnya sama dengan model kompartemen 1, bedanya hanya dalam proses
distribusi karena adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen
sentral. Model ini ternyata cocokuntuk banyak obat (Ganiswarna, 2005).
Model kompartemen ganda dikembangkan untuk menjelaskan pengamatan
dimanasetelah suatu injeksi i.v. cepat, kurva kadar dalam plasma-waktu tidak
menurun secaralinier sebagai proses tunggal, laju orde kesatu. Kurva kadar plasma
waktu mencerminkaneliminasi obat orde kesatu dari tubuh hanya setelah
kesetimbangan distribusi ataukesetimbangan obat dalam plasma dengan jaringan
perifer terjadi. Suatu obat mengikuti farmakokinetika dari suatu model kompartemen
dua kesetimbangan dalam tubuh tidakterjadi secara cepat, sebagaimana yang terjadi
pada model kompartemen satu. Pada modelini, obat terdistribusi ke dalam dua
kompartemen, kompartemen sentral dan jaringan ataukompartemen perifer.
Kompartemen sentral mewakili darah, cairan ekstraseluler danjaringan dengan perfusi
tinggi. Kompartemen ke dua, dikenal sebagai kompartemenjaringan atau perifer,
terjadi jaringan-jaringan yang mana obat bersetimbangan denganlebih lambat.
Transpor obat antar dua kompartemen dianggap terjadi melalui proses ordeke satu
(Holford, 1998).
Farmakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatif dan
tergantung kepada waktu dari konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah total obat di
dalam tubuh yang terjadi setelah pemberian obat dengan cara yang bermacam-macam
(dua cara pemberian yang paling biasa adalah infusintravena dan regimen oral dengan
dosis interval yang tetap, misalnya suatu tablet setiap 4 jam. (Mycek, 2004).
Fase farmakokinetik berkaitan dengan masuknya zat aktif ke dalam tubuh.
Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan merupakan fenomena fisiko - kimia
yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fase farmakokinetik ini merupakan salah
satu unsur penting yang menentukan profil keadaan zat aktif pada tingkat biofase dan
yang selanjutnya menetukan aktivitas terapetik obat (Devissaguet, Aiache, 1993).
Farmakokinetika meneliti perjalanan obat, mulai dari saat pemberiannya,
bagaimana absorbsi dari usus, transport dalam darah, dan distribusinya ke tempat
Begitu pula bagaimana perombakannya akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya
(biotranformasi) dan farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang
dilakukan tubuh terhadap obat (Tan. H.T, 2002).
Faktor fisiopatologik yang berpengaruh pada fase farmakokinetik dan
farmakodinamik suatu obat di dalam tubuh (Devissaguet, Aiache, 1993).

Keturunan Posisi tubuh pH air kemih


Jenis kelamin Aktivitas relative Aliran air kemih
Umur Keadaan gizi Aliran darah
Morfologi Kehailan Lingkungan
Farmakogenetik Menopause Keadaan patologi
kronofarmakologo Suhu Efek non spesifik

Absorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran
darah. Kecepatan dan efisiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. Untuk intra
vena, absorbsi sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi sistemik.
Pemberian obat dengan sirkulasi lain hanya bisa menghasilkan absorbsi yang parsial
dan karena itu merendahkan ketersediaan hayati. Tergantung pada sifat-sifat
kimianya, obat-obat bisa diabsorbsi dari saluran cerna secara difusi pasif atau transpor
aktif (Mycek, 2004).
Jika obat diberikan secara suntikan intravena, maka obat masuk ke dalam
darah dan secara cepat terdistribusi ke jaringan. Penurunan konsentrasi obat dalam
plasma dari waktu ke waktu (yaitu kecepatan eliminasi obat) dapat diukur dengan
mengambil sampel darah secara berulang. Pada awalnya seringkali konsentrasi
menurun dengan cepat, namun kemudiankecepatan penurunan berkurang secara
progresif. Kuva tersebut disebut eksponensial, dan hal ini berarti pada waktu tertentu
terdapat eliminasi fraksi konstan obat dalam suatu satuan waktu. Banyak obat
menunjukkan suatu penurunan eksponensial dalam konsentrasi plasma karena
kecepatan kerja proses eliminasi obat biasanya proporsional terhadap konsentrasi obat
dalam plasma yang terlibat adalah (Michael, 2006):
1. Eliminasi melalui urin oleh filtrasi glomerulus
2. Metabolisme, biasanya oleh hati
3. Ambilan oleh hati dan selanjutnya dieliminasi memalui empedu.

Volume distribusi yang nyata. adalah hitungan nilai yang menggambarkan


sifat distribusi obat. Va adalah volume yang dibutuhkan untuk membuat dosis yang
diberikan jika dosis itu didistribusikan dengan merata pada konsentrasi yang diukur di
dalam plasma (Olson, 2002).

Kurva kadar plasma - waktu dihasilkan dengan mengukur konsentrasi obat


dalam cuplikan plasma yang diambil pada berbagai jarak waktu setelah pemeberian
suatu produk obat. Konsentrasi obat dalam tiap cuplikan plasma digambar pada
koodinat kertas grafik rektangular terhadap waktu pengambilan cuplikan plasma.
Selama obat mencapai sirkulasi umum sistemik, konsentrasi obat dalam plasma akan
naik sampai maksimum. Pada umumnya absorbsi suatu obat terjadi lebih cepat dari
pada eliminasi. Selama obat diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistemik, obat
didistribusikan ke semua jaringan dalam tubuh dan juga secara serentak dieliminasi.
Eliminasi suatu obat dapat tercapai melalui ekskresi atau biotransformasi atau
kombinasi dari keduanya (Shargel, 2012).

Waktu kerja obat sama dengan waktu yang diperlukan obat untuk mencapai
MEC (Minumum Effective Consentration). Intensitas efek farmakologik adalah
sebanding dengan jumlah reseptor obat yang ditempati, yang dicerminkan dalam
pengamatan, di mana konsentrasi obat salam plasma lebih tinggi menghasilkan
respons farmakologik yang lebih besar, sampai maksimum. Lama kerja obat adalah
selisih waktu antara waktu mula kerja obat dan waktu yang diperlukan obat turun lagi
ke MEC. Waktu yang kadar puncak dalam plasma adalah waktu yang diperlukan
untuk mencapai konsentarsi obat maksimum dalam plasma yang secara kasar
sebanding dengan laju absorbsi obat rata-rata. Kadar puncak dalam plasma atau
konsentrasi maksimum obat biasanya dikaitkan dengan dosis atau tetapan laju
absorbsi dan eliminasi obat. Sedangkan AUC dikaitkan dengan jumlah obat yang
terabsorbsi secara sistemik (Shargel, 2012).

Dengan infus intravena yang kontinue, kecepatan obat masuk ke dalam tubuh
adalah tetap. Dalam kebanyakan kasus eliminasi obat adalah first order artinya suatu
fraksi obat yang tetap dibersihkan persatuan waktu. Oleh karena itu, kecepatan
keluarnya obat dari tubuh meningkatkan secara proporsional bila konsentrasi plasma
meningkat dan pada setiap saat selalu proporsional terhadap konsentrasi obat dalam
plasma (Mycek, 2004).

Dengan model farmakokinetik yang kompleks dapat digunakan program


computer untuk menghitung semua parameter menjadi jumlah titik data, seharusnya
selalu melebihi jumlah parameter dalam model. Model farmakokinetik berguna untuk:

1. Memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan dan urin pada berbagai
pengaturan dosis.
2. Memperkirakan model kemungkinan akumulasi obat dan atau metabolit-
metabolit.
3. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara individual. 4.
Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktifitas farmakologik atau
toksikologik.
4. Menilai perbedaan laju atau tingkat availabilitas antara formulasi (bioekivalen).
5. Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi absorpsi atau
eliminasi obat.
6. Menjelaskan interaksi obat. (Syukri, 2002)

Tubuh kita dapat dianggap sebagai ruang yang besar yang terdiri dari beberapa
kompartimen (bagian) berisi cairan, dan antar kompartemen tersebut dipisahkan oleh
membrane sel. Kompartemen yang terpenting adalah antara lain saluran lambung
usus, system peredaran darah, ruang ekstra sel, ruang intra sel dan ruang cerebrospinal
dan sumsum tulang belakang. Resorbsi, distribusi dan ekskresi obat di dalam tubuh
pada hakikatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena semua proses ini
tergantung dari lintasan obat melalui serangkaian membrane sel tersebut (Tan. H. T,
2002).

Jenis - jenis model farmakokinetik tubuh manusia. Model 1 kompartemen.


Menurut model ini, tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen tempat obat menyebar
dengan seketika dan merata ke selruh cairan dan jaringan tubuh. Model ini terlalu
sederhana sehingga untuk kebanyakan obat kurang tepat (Ganiswarna, 1995).

Model 2 kompartemen. Tubuh dianggap terdiri atas kompartemen sentral dan


kompartemen perifer. Kompartemen sentral terdiri dari darah dan berbagai jaringan
yang banyak dialiri darah seperti jantung, paru, hati, ginjal dan kelenjar - kelenjar
endokrin. Kompartemen perifer adalah berbagai jaringan yang kurang dialiri darah
misalnya otot, kulit, dan jaringan lemak. Model 2 kompartemen ini pada prinsipnya
sama dengan model kompartemen 1, bedanya hanya dalam proses distribusi karena
adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen sentral. Model ini
ternyata cocok untuk banyak obat (Ganiswarna, 2005).

Model 3 kompartemen, Kompartemen perifer dibagi atas kompartemen perifer


yang dangkal dan kompartemen perifer yang dalam. Model mana yang cocok untuk
suatu obat dan dapat diperkirakan dari profil kurva kadar obat dalam plasma terhadap
waktu (Ganiswarna, 2005).
Respon biologis terhadap suatu obat, merupakan suatu hasil interaksi antara
obat dengan molekul-molekul yang penting secara fungsional dalam sistem hidup atau
reseptor. Respon disebabkan oleh suatu perubahan dalam suatu proses biologis yang
ada sebelum pemberian obat. Besar respon berhubungan dengan konsentrasi obat
yang dicapai pada tempat obat tersebut bekerja. Konsentrasi ini tergantung pada
banyaknya dosis obat yang diberikan, besarnya absorbsi dan distribusi ke tempat
tersebut dan laju serta besarnya obat yang dieliminasikan di dalam atau dari tubuh
(Ansel, 1989).

Selama obat mencapai sirkulasi umum (sistemik), konsentrasi obat dalam


plasma akan naik sampai maksimum. Pada umumnya absorbsi suatu obat terjadi lebih
cepat daripada eliminasi. Selama obat diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistrmik, obat
didistribusikan kesemua jaringan dalam tubuh dan juga secara serentak die liminasi.
Eliminasi sutu obat dapat terjadi melalui ekskresi biotransformasi atau kombinasi dari
keduanya (Shargel, 2012)

Fase distribusi adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk memasuki tapak
kerjadalam jaringan ekstravaskular dan mencapai kesetimbangan. Istilah
farmakokinetikanya adalah volume distribusi, yang dihitung dengan cara membagi
dosis obat yang diberikandengan konsentrasi obat yang tercapai dalam plasma.
Volume distribusi adalah volumeobat yang terlarut di dalam tubuh. Obat dengan Vd
yang besar lebih terpusat dalamjaringan ekstravaskular dan sedikit di dalam
intravaskular. Jika suatu obat terikat denganprotein plasma dalam jumlah besar atau
tinggal dalam vaskular, maka Vd menjadi lebihkecil. Oleh karena itu, ikatan obat
dengan protein plasma atau jaringan perifer secarabermakna akan mempengaruhi Vd
(Hasibuan, 2008).

Tiap obat mempunyai Vd yang konstan. Pada penyakit tertentu, Vd dapat


berubahjika distribusi obat berubah. Sebagai contoh dalam keadaan edema, jumlah
total cairantubuh dan cairan ekstravaskular meningkat. Keadaan ini dicerminkan
dengan harga Vd yang lebih besar untuk obat yang mempunyai kelarutan tinggi dalam
air. Begitu pula,perubahan berat badan dan massa tubuh yang kecil (secara normal
terjadi sehubungandengan umur) dapat mempengaruhi Vd (Hasibuan, 2008).

Terdapat tiga jenis parameter farmakokinetik yaitu parameter primer,


sekunder, danturunan. Parameter farmakokinetik primer meliputi kecepatan absorbsi,
Vd (volumedistribusi), Cl (klirens). Parameter farmakokinetik sekunder antara lain
adalah t1/2eliminasi (waktu paruh eliminasi), Ke (konstanta kecepatan eliminasi).
Sedangkanparameter farmakokinetik turunan harganya tergantung dari dosis dan
kecepatan pemberianobat (Donatus, 2008). Parameter farmakokinetik meliputi :

1. Parameter pokoka.
a. Tetapan kecepatan absorbsi (Ka) : Tetapan kecepatan absorbsi
menggambarkan kecepatan absorbsi, yaitu masuknyaobat ke dalam sirkulasi
sistemik dari absorbsinya (saluran cerna pada pemberianoral, jaringan otot
pada pemberian intramuskular).
b. Cl (Klirens) : Klirens adalah volume darah yang dibersihkan dari kandungan
obat per satuan waktu (Neal, 2006).
c. Volume distribusi (Vd) : Volume distribusi adalah volume yang menunjukkan
distribusi obat (Neal, 2006).
2. Parameter Sekundera.
a. Waktu paro eliminasi (t1/2) : Waktu paro adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengubah jumlah obat di dalamtubuh menjadi seperdua selama eliminasi
(atau selama infus yang konstan) (Katzung, 2001).
b. Tetapan kecepatan eliminasi (Kel) : Kecepatan eliminasi adalah fraksi obat
yang ada pada suatu waktu yang akantereliminasi dalam satu satuan. waktu.
Tetapan kecepatan eliminasi menunjukkanlaju penurunan kadar obat setelah
proses kinetik mencapai keseimbangan (Neal, 2006).
3. Parameter Turunana.
a. Waktu mencapai kadar puncak ( tmak) : Nilai ini menunjukkan kapan kadar
obat dalam sirkulasi sistemik mencapai puncak.
b. Kadar puncak (Cp mak) : Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur
dalam darah atau serum atauplasma. Nilai ini merupakan hasil dari proses
absorbsi, distribusi dan eliminasidengan pengertian bahwa pada saat kadar
mencapai puncak proses- proses tersebut berada dalam keadaan seimbang.
c. Luas daerah di bawah kurva kadar obat dalam sirkulasi sistemik vs
waktu(AUC)Nilai ini menggambarkan derajad absorbsi, yakni berapa banyak
obat diabsorbsidari sejumlah dosis yang diberikan. Area dibawah kurva
konsentrasi obat-waktu(AUC) berguna sebagai ukuran dari jumlah total obat
yang utuh tidak berubahyang mencapai sirkulasi sistemik (Shargel dan Yu,
2005)

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Kalkulator scientific
2. Laptop
3. Kertas semmilogaritmik
4. Alat tulis
5. penggaris
3.2 Bahan
1. Text book

IV. KASUS
Suatu antibiotika golongan beta lactam diberikan melalui rute I.V, dengan
dosis 1500 mg. profil konsentrasi obat yang dihasilkan pada setiap pengambilan
cuplikan darah dalam 24 jam adalah sebagai berikut :

t (jam) C (µg/mL)
0.5 19.30
1 17.57
1.8 15.11
4 9.99
5.8 7.13
8 4.71
12 2.22
18 0.719
24 0.23

Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut ?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut ?
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui ?

Pasien ini juga diberikan obat anti-nyeri dengan dosis 65 mg secara intravena.
Profil konsentrasi obat yang teramati dalam 1 jam adalah sebagai berikut :

t (jam) Cp (mg/L)
0 54.05
0.05 31.01
0.1 19.47
0.15 13.61
0.2 10.59
0.25 8.96
0.3 8.03
0.35 7.45
0.4 7.04
0.45 6.73
0.5 6.47
0.55 6.23
0.6 6.01
0.65 5.81
0.7 5.61
0.75 5.42
0.8 5.24
0.85 5.06
0.9 4.89
0.95 4.73
1 4.57

Tentukan :
1. Mengikuti model farmmakokinetika apakah data tersebut ?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut ?
3. Tentukan seluruh parameter farakokinetika yang anda ketahui ?
4. Bandingkan parameter farmakokinetika dua data tersebut dan buat
pembahasannya!

Anda mungkin juga menyukai