Anda di halaman 1dari 6

FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui Prinsip Farmakokinetika IV Kompartemen Terbuka
2. Mengetahui Cara Simulasi data klinis farmakokinetika IV Kompartemen
Terbuka
3. Mampu Memberikan Rekomendasi terapi terkait farmakokinetika obat yang
diberikan melalui rute IV kompartemen terbuka
II. DASAR TEORI

Biofarmasetika adalah cabang ilmu farmasi yang mempelajari hubungan


antara sifat fisikokimia dari bahan baku obat dan bentuk sediaan obat serta efek
terapeutik sesudah pemberian obat tersebut setelah diberikan kepada pasien. Beberapa
factor yang mempengaruhi biofarmasetika adalah stabilitas obat dalam formulasi
obat, pelepasan obat, laju pelepasan obat selama proses penyerapan obat dan
penyerapan obat secara sistemik (Shargel ,2016).
Farmakokinetika merupakan suatu cabang ilmu yang masih relatif baru, yang
terutama mempelajari segi kuantitas dari obat di dalam tubuh. Untuk pertama kali
farmakokinetika didefinisikan sebagai analisis matematik dari kuantitas dan aktifitas
obat di dalam tubuh dalam hubungannya dengan waktu. Farmakokinetika
ditaknifkan sebagai analisis kuantitatif proses - proses absorpsi, distribusi,
biotransformasi, dan ekresi obat dalam kaitannya dengan respon farmakologi, terapi,
dan toksikologi. Kinetika sendiri berari gerak atau perpindahan dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Dengan demikian yang dipelajari dalam farmakokinetika adalah
proses perpindahan obat dari suatu tempat ke tempat yang lain di dalam tubuh, atau
nasib obat di dalam tubuh Nasib obat di dalam tubuh inilah yang dikenal meliputi
proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi(Donatus, 2014).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik adalah sebagai berikut.
a. Waktu Paruh.
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang
dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi metabolism
dan ekskresi.Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat
harus diberikan.
b. Onset, puncak, dan durasi kerja obat. Onset adalah waktu dari saat obat diberikan
hingga obat terasa kerjanya. Waktu onset ini sangat tergantung pada rute
pemberian dan farmakokinetik obat. Puncak, adalah waktu di mana obat mencapai
konsentrasi tertinggi dalam plasma. Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat
maka konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat sehingga mencapai
konsentrasi puncak respon. Durasikerjaobat adalah lama waktu obat menghasilkan
suatu efek terapi atau efek farmakologis (Aberg, 2013).
Obat yang diberi secara ekstravaskular, pertama-tama akan diabsorbai oleh
tubuh. Absorpsi merupakan proses masuknya molekul obst dari tcmpat pemberiaan
ke sirkulasi sistemik, atau suatu proses perpindahan dari tempat absorpsi ke dalam
darah. Untuk obat - obat yang bekerja di luar darah, selanjutnya obat tersebut harus
dipindahkan ke tempat sasarannya dari darah atau yang dikenal sebagai proses
distnbusi. Setelah memberikan aksi, obat kemudian dikeluarkan melalui organ
eliminasi. Proses ini dikenal sepagai proses eliminasi, yakni proses perpindahan obat
dari darah ke tempat eliminasinya (Donatus, 2014).
Pemberian intravaskular artinya obat langsung dimasukkan ke dalam
pembuluh darah vena atau arteri. Dalam hal ini tidak ada proses absorpsi obat, maka
semua obat (dosis yang diberikan) yang ada dalam sediaan masuk ke dalam tubuh.
obat yang diberikan secara intravena langsung memasuki sirkulasi sistemik dan tidak
mengalami peristiwa absorbsi. Jadi, seluruh obat yang diberikan masuk ke dalam
sirkulasi sistemik. Berbeda dengan pemberian obat secara intravaskular, obat yang
diberikan per oral, terlebih dahulu mengalami peristiwa absorpsi ke dalam sirkulasi
sistemik (Nasution, 2015).
Proses kerja obat yang dibahas dalam bidang Farmakokinetik ini secara
berurutan adalah absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Keterangan untuk
masing-masing proses tersebut akan diterangkan sebagai berikut:
1. Absorbsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah. Laju dan jumlah absorpsi obat dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: luas permukaan dinding usus, kecepatan pengosongan
lambung, pergerakan saluran cerna dan aliran darah ke tempat absorpsi (Shargel
dan Yu, 2015)
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan
dan cairan tubuh.Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa
faktor yaitu aliran darah, permebabilitas kapiler, dan ikatan protein. Konsentrasi
obat dalam darah atau plasma tergantung pada jumlah obat yang ada dalam
tubuh serta seberapa luas obat itu didistribusikan

3. Metabolisme
Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses tubuh mengubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat keluarkan dari
tubuh. Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi
sebagian dapat berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor- faktor yang mempengaruhi metabolism antara lain pengaruh gen,
pengaruh lingkungan, kondisi khusus seperti terkena penyakit tertentu, dan usia.
Reaksi metabolisme terjadi dari rekasi fase I dan rekasi fase II. Reaksi fase I
berfungsi untuk mengubah molekul lipofilik menjadi molekul yang lebih polar.
Sedangkan, pada rekasi fase II terjadi reaksi penggabungan (konjugasi) (Tjay
dan Rahardja, 2017).

4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi atau pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat
dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan
traktusintestinal. Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya.
Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat
melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 (tiga) proses, yakni filtrasi
glomerulus, sekresi aktif di tubulus, dan reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus.
Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa
menurun 1% per tahun. Organ ke dua yang berperan penting, setelah ginjal,
untuk ekskresi obat adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama
feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum
(Gunawan, 2016).

Kompartemen adalah unit yang dapat dijelaskan dengan volume dan


konsentrasi tertentu. Perilaku obat dalam sistem biologi dapat dijelaskan pada bagian
satu atau bagian dua. Terkadang perlu untuk menggunakan beberapa panel dengan
terlebih dahulu menentukan apakah data uji cocok dengan model kompartemen
tunggal dan, jika tidak, menguji model yang memuaskan. Faktanya, tubuh manusia
adalah model multi-kompartemen , yang memperhitungkan perbedaan konsentrasi
obat dalam organel individu (Hakim, 2014).

Model kompartemen yang paling umum digunakan adalah model


kompartemen tunggal terbuka. Model ini mengasumsikan bahwa perubahan
diferensial dalam konsentrasi obat plasma mencerminkan perubahan relative dalam
konsentrasi obat jaringan. Namun model ini tidak mengasumsikan bahwa konsentrasi
obat di setiap jaringan sama pada titik waktu yang berbeda. Selain itu, obat dalam
tubuh tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi konsentrasi obat dapat ditentukan
dari sampel cairan tubuh (Shargel, 2016).

Rute administrasi yang paling umum dan termurah adalah asupan oral sebagai
tablet, kapsul atau larutan oral. Ketika mengembangkan model farmakokinetik untuk
menggambarkan dan memprediksi distribusi kinetik suatu obat, model tersebut harus
mempertimbangkan rute pemberian dan perilaku kinetik obat dalam tubuh. Model
terbuka kompartemen tunggal menyediakan cara paling sederhana untuk
menggambarkan proses distribusi dan ekskresi obat dalam tubuh. Model tubuh satu
kompartemen dianggap sebagai satu kesatuan, yang memungkinkan obat mencapai
semua bagian dan menyebar disana dengan cepat dan kemudian obat juga dapat
keluar dari tubuh karena merupakan kompartemen terbuka. Selain itu, model terbuka
satu kompartemen tidak menghitungkan tingkat obat jaringan yang sebenarnya,
melainkan mengasumsikan bahwa perubahan kadar obat plasma mencerminkan
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan (Shargel, 2016).

Tetapan laju reaksi digunakan untuk menyatakan semua proses laju obat
masuk dan keluar dari kompartemen. Untuk menganalisis data yang diperoleh dari
percobaan, model kompartemen dapat dibedakan menjadi sistem satu dan dua
kompartemen terbuka (Shargel dan Yu, 2015).
Model kompartemen dibagi menjadi dua yaitu:
a. Model kompartemen satu terbuka
Model kompartemen satu terbuka mempunyai anggapan bahwa perubahan kadar obat
dalam plasma sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Model ini obat akan
didstribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan secara
tepat berkeseimbangan di dalam tubuh. Tetapi, model ini tidak menganggap bahwa
konsentrasi obat dalam tiap jaringan adalah sama pada berbagai waktu. Di samping
itu DB juga tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan
konsentrasi obatnya dengan menggunakan darah. Volume distribusi, Vd adalah
volume dalam tubuh dimana obat tersebut larut (Shargel dan Yu, 2015).

Volume
Obat masuk D V obat keluar

Gambar diatas diumpamakan obat disuntikkan secara langsung ke dalam


kompartemen ini (misalnya injeksi intravena) dan mendistribusikan ke seluruh
kompartemen. Konsentrasi obat pada waktu nol (Co) dapat dihitung dengan cara
besarnya dosis obat (D) dibagi dengan besarnya volume distribusi (Gibson dan Skett,
2013).

b. Model Kompertemen Dua Terbuka


Model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam dua
kompartemenKompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral, yaitu
darah, cairan ekstra-selular dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,
kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen kedua
merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan yang
berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini dieliminasi dari
kompartemen sentral (Shargel dkk, 2005). Model kompartemen dua ini pada
dasarnya mempunyai prinsip yang sama dengan model kompartemen satu namun
bedanya terdapat dalam proses distribusi karena adanya kompartemen perifer,
eliminasi tetap dari kompartemen sentral. Model ini sesuai untuk banyak obat
(Setiawati, 2014).
Kompartemen pusat Kompartemen
Obat masuk
Volume V1 perifer Volume V2

Obat keluar

Ada dua cara pemberian obat, yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Ketika
diberikan secara intravena, obat tidak langsung diserap ke dalam sirkulasi sistemik,
sedangkan ketika diberikan secara intravena, obat tersebut biasanya diserap (Zunilda
et al, 2015).

Parameter farmakokinetik adalah kuantitas yang secara matematis diturunkan


dari model berdasarkan konsentrasi terukur obat atau metabolitnya dalam cairan
fisiologis seperti plasma dan urin. Tingkat plasma biasanya dipantau, dan biopsi
tambahan dapat diambil dari hewan dan terkadang manusia. Parameter
farmakokinetik menunjukkan perilaku umum obat di dalam tubuh (Tillement, 2017).

Anda mungkin juga menyukai