Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA


PRAKTIKUM II FARMAKOKINETIKA ORAL KOMPARTEMEN TERBUKA
(PEMBERIAN PARASETAMOL TUNGGAL DAN KOMBINASI DENGAN
FENILPROPANOLAMIN

Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 13 April 2020

Kelompok II/A3D

Oleh :

Kadek Wahyuning Kristina Dewi Andika (18021112)

Dewa Gd Agung Yogastha M.Y (18021113)

Ni Made Swariyani (18021114)

Ni Putu Intan Sarasmitha Dewi (18021115)

Alma Lystia Savitri Mahayasa (18021116)

Made Floreta Asri Sanjiwati (18021117)

Dosen Koordinator :

Asisten Dosen :

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2020
PRAKTIKUM II
FARMAKOKINETIKA ORAL KOMPARTEMEN TERBUKA
(PEMBERIAN PARASETAMOL TUNGGAL DAN KOMBINASI DENGAN
FENILPROPANOLAMIN

I. TUJUAN
1. Mengetahui Prinsip Farmakokinetika oral kompartemen terbuka
2. Mengetahui cara simulasi data klinis farmakokinetika oral kompartemen
terbuka
3. Mampu memberikan rekomendasi terapi terkait farmakokinetika obat yang
diberikan melalui rute oral kompartemen terbuka

II. DASAR TEORI

Ilmu biofarmasetik dan farmakokinetik obat dan produk  obat bermanfaat untuk
memahami hubungan antara sifat – sifat fisiko kimia dari produk obat dan efek
farmakologik atau efek klinik (Shargel, 2012).
Farmakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatif dan
tergantung kepada waktu dari konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah total obat di
dalam tubuh yang terjadi setelah pemberian obat dengan cara yang bermacam-macam
(dua cara pemberian yang paling biasa adalah infusintravena dan regimen oral dengan
dosis interval yang tetap, misalnya suatu tablet setiap 4 jam. Kemaknaan identifikasi
farmakokinetik suatu obat tidak hanya terletak dalam menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar dan keberadaannya dalam tubuh, tetapi juga dalam menentukan
kegunaan terapeuti obat-obat yang mempunyai potensi toksik yang tinggi (Mycek,
2001).
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang menggambarkan
hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap individu. Parameter dari model
menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya penting dalam penentuan observasi dari
konsentrasi atau efek obat. Parameter tersebut antara lain terdiri dari beberapa parameter
antara lain parameter primer yang terdiri dari volume distribusi (Vd); klerens (Cl); dan
kecepatan absorbsi (Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (K); dan
waktu paruh (T1/2), serta parameter-parameter turunan. Model farmakokinetik tersebut
mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat berkenaan dengan menentukan aturan
dosis yang sesuai (Aiache, 1993).
Kompartemen adalah suatu kesatuan yang dapat digambarkan dengan suatu
volume tertentu dan suatu konsentrasi. Perilaku obat dalam sistem biologi dapat
digambarkan dengan kompartemen satu atau kompartemen dua. Kadang-kadang perlu
untuk menggunakan multikompartemen, dimulai dengan determinasi apakah data
eksperimen cocok atau pas untuk model kompartemen satu dan jika tidak pas coba
dapat mencoba model yang memuaskan. Sebenarnya tubuh manusia adalah model
kompartemen multimillion (multikompartemen), mengingat konsentrasi obat tiap
organel berbeda-beda. (Hakim, L., 2014).
Jenis – jenis model farmakokinetik tubuh manusia. Model 1 kompartemen.
Menurut model ini, tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen tempat obat menyebar
dengan seketika dan merata ke selruh cairan dan jaringan tubuh. Model ini terlalu
sederhana sehingga untuk kebanyakan obat kurang tepat (Ganiswarna, 1995) .
Model 2 kompartemen. Tubuh dianggap terdiri atas kompartemen sentral dan
kompartemen perifer. Kompartemen sentral terdiri dari darah dan berbagai jaringan
yang banyak dialiri darah seperti jantung, paru, hati, ginjal dan kelenjar – kelenjar
endokrin. Kompartemen perifer adalah berbagai jaringan yang kurang dialiri darah
misalnya otot, kulit, dan jaringan lemak. Model 2 kompartemen ini pada prinsipnya
sama dengan model kompartemen 1, bedanya hanya dalam proses distribusi karena
adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen sentral. Model ini
ternyata cocok untuk banyak obat (Ganiswarna, 2005).
Model 3 kompartemen, Kompartemen perifer dibagi atas kompartemen perifer
yang dangkal dan kompartemen perifer yang dalam. Model mana yang cocok untuk
suatu obat dan dapat diperkirakan dari profil kurva kadar obat dalam plasma terhadap
waktu (Ganiswarna, 2005).
Model kompartemen yang sering digunakan adalah model kompartemen satu
terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Tetapi
model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah
sama dengan berbagai waktu. Di samping itu, obat di dalam tubuh juga tidak ditentukan
secara langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan
cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Jika tubuh diasumsikan sebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwa kadar obat
sama di dalam setiap jaringan atau organ, namun asumsi yang berlaku pada model
tersebut ialah bahwa perubahan kadar obat di dalam darah mencerminkan perubahan kadar
obat di jaringan. Lalu eliminasi (metabolism dan ekskresi) obat dari tubuh setiap saat
sebanding dengan jumlah atau kadar obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu
(Ritschel, 1992).
Oral, pemberian obat melalui mulut member banyak keuntungan bagi pasien.
Beberapa obat yang diabsorbsi mulai dari lambung, usus duodenum. Sebagian besar
obat diabsorbsi dari daluran mengalami metabolism lintasan pertama di dalam hati,
sebelum memasuki sirkulasi sistemik melalui proses ADME (Harvey, 2013).
Dalam model farmakokinetika peroral terdapat dua macam model absorpsi yaitu
a. Model Absorpsi orde kesatu.
Pada model ini obat dalam saluran cerna DGI diabsorpsi secara sistemik pada
suatu tetapan laju reaksi, K0. Obat dieliminasi dari tubuh oleh suatu proses orde kesatu
dengan suatu tetapan laju orde kesatu, K. model ini analog dengan pemberian obat
secara infuse intravena. Model farmakokinetik yang mengangga absorpsi orde nol
digambarkan dalam Gambar 1 (Shargel and Yu, 2005).

Gambar 1. Model farmakokinetik kompartemen-satu untuk absorpsi obat


orde nol dan eliminasi obat orde kesatu.
Laju eliminasi pada setiap waktu, dengan proses orde kesatu adalah sama
dengan DBK. laju masukan adalah K0. Oleh karena itu, perubahan per satuan waktu
dalam tubuh dapat dinyatakan sebagai berikut :

Integrasi dari persamaan ini dengan substitusi VdCp untuk DB :


Laju absorpsi obat adalah konstan dan berlanjut sampai jumlah obat dalam
dinding usus, DGI habis. Waktu dimana absorpsi obat berlangsung sama dengan
DGI/K0. Setelah waktu ini obat tidak, tersedia lagi untuk absorpsi dari dinding usus dan
persamaan 7.7 tidak, lagi berlaku. Konsentrasi obat dalam plasma akan menurun
menurut suatu proses laju eliminasi orde kesatu (Gambar 2) (Shargel and Yu, 2005).
b. Model Absorpsi Orde Kesatu.
Model ini menganggap bahwa masukan adalah orde kesatu dan suatu eliminasi
juga orde kesatu (Gambar 3). Persamaan diferensial yang menggambarkan laju
perubahan obat dalam tubuh:

F adalah fraksi obat terabsopsi secara sistemik. Oleh karena obat dalam saluran
cerna juga mengikuti suatu proses penurunan orde kesatu (yakni absorpsi melintasi
dinding saluran cerna), jumlah obat dalam saluran cerna sama dengan D0e -Kat

Persamaan ini dapat diintegrasikan untuk memberikan persamaan absorpsi oral


secara umum, untuk perhitungan konsentrasi obat (Cp) dalam plasma pada setiap
waktu(t):

Gambar yang khas dari konsentrasi obat dalam tubuh setelah dosis oral
disajikan dalam Gambar 4

Gambar 3. Model farmakokinetik kompartemen-satu untuk absorpsi obat


orde kesatu dan eliminasi obat orde kesatu.
Gambar 4 Jenis kurva kadar dalam plasma-waktu untuk obat yang diberikan
secara oral dosis tunggal (Shargel and Yu, 2005).
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan
cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP).
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Darsono, 2002).
Menurut Depkes RI 1995, sifat-sifat Parasetamol adalah sebagai berikut:
a. Sinonim : 4-Hidroksiasetanilida
b. Berat Molekul : 151.16
c. Rumus Empiris : C8H9NO2.
d. Sifat Fisika (Depkes RI, 1995)
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N;
mudah larut dalam etanol.
Jarak lebur : Antara 168⁰ dan 172⁰ .
e. Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum
puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruhkira-kira 2 jam. Metabolisme
dihati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-
90% dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi
melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya.
III. ALAT DAN BAHAN

IV. KASUS

V. JAWABAN KASUS

VI. PEMBAHASAN

VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Lusiana. 2002. “Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan


Parasetamol” Jurnal KimiaVol. 2, No. 1.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Devissaguet., Aiache. 1993. Farmaseutika 2 Biofarmasi Edisi ke-2. Surabaya : Air
langga University Press
Ganiswarna. 1995. Farmakologi Dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ganiswarna. 2005. Farmakologi Dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hakim, Lukman. 2012. Farmakokinetika. Yogyakarta: Bursa Ilmu
Harvey, dkk. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 4, Jakarta : EGC

Mycek, mary J, 2001. Farmakologi Ulasan bergambar edisi 2. Jakarta: Widya Medika:
Ritschel, W. A .1992. Handbook of Basic Pharmacokinetic Second Edition. Hamilton :
Drug Intelligence Publication. Inc : page 125-241
Shargel. 1988. Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Jakarta : Air Langga
University .
ShargeL and Yu. 2005. Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Jakarta: Air
Langga University

Anda mungkin juga menyukai