Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KIMIA KLINIK

“CAIRAN LAMBUNG”

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Tingkat 2a

Dede Saputra P07234016006

Devita Kumala Dewi P07234016007

Ermilian Hana Runtuwene P07234016010

Fenny Paradina Alydrus P07234016012

Mutmainnah P07234016018

Nanda Novita Putri P. P07234016021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR SEMESTER III JURUSAN ANALIS
KESEHATAN TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esaatas berkat
Rahmat dan Karunia-Nya kami telah menyelesaikan tugas Kimia Klinik dengan
materi “Macam-Macam Sampel Kimia Klinik, Sampel Kontrol, Blanko dan
Spektrofotometer ”.

Terimakasih kepada bapak Mustaming, M.Kes dan teman-teman yang


telah turut membantu, membimbing, kerjasama, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Semoga materi ini dapat bermanfaat menjadi sumbangan pemikiran bagi


pihak yang membutuhkan. Khususnya bagi penulis sehingga tujuannya yang
diharapkan dapat tercapai.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan


imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Aamiin.

Samarinda, 10 November 2016

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................5

A. Latar Belakang..................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.............................................................................................5

C. Tujuan...............................................................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

A. Definisi Cairan Lambung.................................................................................7

B. Tujuan Pemeriksaan Getah Lambung...............................................................7

C. Pengambilan Sampel........................................................................................8

D. Peranan Asam Hidrochlorida..........................................................................10

E. Pemeriksaan Secara Makroskopis..................................................................11

F. Pemeriksaan Secara Mikroskopis...................................................................14

G. Pemeriksaan Secara Kimiawi.........................................................................16

BAB III..................................................................................................................27

A. Kesimpulan.....................................................................................................27

B. Saran...............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Getah lambung adalah merupakan cairan yang ada di dalam lambung.
Komponen getah lambung terdari dari air, asam klorida dan enzim. Sekresi
dari getah lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls
parasimpatis yang terdapat pada medula dihantarkan melalui syaraf vagus dan
merangsang gastrik glands untuk mensekresikan pepsinogen, asam klorida,
mukus, dan hormon gastrin (An Nisa, 2010). Ada tiga faktor yang
merangsang sekresi lambung, yaitu : fase sefalik, fase gastrik, dan fase
intestinal.

Asam lambung mempunyai pH sekitar 1,00 sampai 2,00. Fungsi


utamanya adalah pemecahan molekul protein dengan mengaktivasi pepsin.
Fungsi lainnya adalah kerja pendahuluan terhadap protein sebelum dipecah
pepsin, yaitu berupa denaturasi dan hidrolisis, aktivasi pepsinogen menjadi
pepsin, mempermudah penyerapan Fe, sedikit menghidrolisis suatu
disakarida, merangsang pengeluaran sekretin, suatu hormon yang terdapat
dalam duodenum, dan mencegah terjadinya fermentasi dalam lambung oleh
mikroorganisme (Poedjiadi, 1994).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari cairan lambung


2. Apa kegunaan klinik dari pemeriksaan cairan lambung
3. Bagaimana cara pengambilan sampel cairan lambung
4. Bagaimana pemeriksaan motilitas cairan lambung
5. Apa saja pemeriksaan secara makroskopis cairan lambung
6. Bagaimana pemeriksaan mikroskopis cairan lambung
7. Apa saja pemeriksaan secara kimiawi cairan lambung

4
A. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari cairan lambung


2. Untuk mengetahui kegunaan klinik dari pemeriksaan cairan lambung
3. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel cairan lambung
4. Untuk mengetahui pemeriksaan motilitas cairan lambung
5. Untuk mengetahui pemeriksaan makroskopis cairan lambung
6. Untuk mengetahui cara pemeriksaan makroskopis cairan lambung
7. Untuk mengetahui pemeriksaan secara kimiawi cairan lambung

5
BAB II
ISI

A. Definisi Cairan Lambung

Cairan lambung (gastric juice) adalah hasil sekresi lambung mengandung


asam klorida (5 g per l), ion mineral dan kation kation Na, K, Ca, serta Mg.
Asam klorida di gunakan untuk mempertahan kan pH 1 – 2 tergantung pada
spesies hewan; pada anak hewan yang masih menyusui pH lebih tinggi, yaitu
3 – 4. Komponen utama cairan lambung yang lain adalah 3 macam
endopeptidase; pepsinogen (propepsin), yang diaktifkan oleh asam klorida
dan memecah ikatan peptida pada pada posisi asam amino aromatik, katepsin
(gastriksin) juga di keluarkan sebagai proenzim, rennin, yang hanya terbentuk
pada perut mamalia muda dan bekerja pada misel kasein dengan
menghidrolisis fraksi dan menyebabkan penggumpalan. Cairan lambung juga
mengandung sejumlah kecil lipase, mukopolisakarida sulfat, dan beberapa
macam glikoprotein, yang berperan pada proses pencernaan bermacam-
macam nutrient. Orang dewasa memproduksi 1-1,5 liter cairan lambung per
hari1.

B. Tujuan Pemeriksaan Getah Lambung

Tujuan pemeriksaan getah lambung itu bermacam - macam :

1. Menyelidiki motilitas lambung, yaitu kesanggupan lambung untuk


meneruskan isinya ke arah duodenum
2. Menyelidiki sekresi lambung :
a. HCl secara kualitatif dan kuantitatif
b. Enzim - enzim
3. Ada nya unsur - unsur abnormal : darah , pus ,fungsi , bakteri
4. Adanya racun racun untuk pemeriksaan forensik
1
Mafloed, Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta: Kanisius. Hal.
56

6
5. Penyelidikan sitologi terhadap sel - sel tumor

Agar memperoleh getah lambung, perlu diadakan sondage lambung


yang dipakai ialah sonde kecil menurut wangesteen atau menurut evine.2

B. Pengambilan Sampel

1. Alat dan bahan :

a) Selang NGT jenis Levin dengan bahan poliuretan yang terdapat


radio opaque atau bahan yang dapat terlihat dengan x-ray (biasanya
ukuran 12 Fr, 14 Fr, 16 Fr atau 18 Fr)
b) Perlak pelindung atau handuk
c) Tissue wajah
d) Wadah untuk tempat muntah
e) Penlight
f) Plester hipoalergik sebanyak 1 atau 2 buah
g) Handscoon
h) Lubrikan yang bersifat larut air
i) Gelas berisi air dan sedotan
j) Stetoskop
k) Spatel lidah
l) Kateter tip atau spuit 5cc
m) Peralatan suction jika diperlukan
2. Prosedur :
a) Jelaskan prosedur pada pasien. Informasikan bahwa pasien akan
mengalami tidak nyaman pada hidung, dan dapat menimbulkan reflek
muntah dan bahwa mungkn mata pasien akan berair. Jelaskan bahwa
gerakan menelan akan memudahkan masuknya selang. Bersama
pasien, sepakati adanya suatu signal yang dapat digunakan jika asien
2
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat.Hal 132

7
ingin perawat berhenti selama prosedur pemasangan NGT
berlangsung
b) Siapkan peralatan yang dibutuhkan, pilih NGT yang sesuai ukuran
yang dibutuhkan. Tidak ada teknik khusus dalam menentukan ukuran
NGT. Utuk menentukan ukuran NGT yang diprrlukan berdasarkan
pengalaman klinik peneliti dan cara mengkaji lubang hidung
menggunakan penlight untuk melihat perkiraan NGT yang bisa
masuk. Pada pasien dewasa biasanya digunakan NGT dengan ukuran
16 Fr
c) Bantu pasien tidur dengan posisi fowler tinggi, kecuali hal ini
merupakan kontraindikasi. Bantu agar posisi wajah dan leher pasien
dalam posisi anatomis. Perawat berdiri disebeah kanan pasien jika
tangan perawat yang dominan adalah tangan kanan / berdiri disebelah
kiri pasien jika tangan yang dominan adala tangan kiri
d) Letakkan handuk ata perlak pelindung diatas dada pasien. Letakkan
tissue wajah dan wadah muntah dalam jangkauan pasien
e) Ukur berapa panjang selang yang diperlukan untuk dapat mencapai
lambung, pegang bagian ujung selang dan ukur mulai dari ujung
hidung kemudian ke bagian bawah telinga dan turun ke Procesusu
xypoideus (Px)
f) Tandai jarak yang telah diukur pada selang dengan menggunakan
plester. (pengukuran rata-rata untuk dewasa berkisar antara 22 inchi
sampai 26 inchi [56-66 cm]). Mungkin perlu ditambahkan 2 inchi (5
cm) dari panjang selang yang telah diukur tadi khusus untuk pasien
yang tinggi (tinggi badannya)
g) Untuk menentukan hidung mana yang akan digunakan sebagai akses
NGT, gunakan penlight dan lakukan inspeksi untuk mengetahui
ukuran NGT yang diperlukan untuk mengetahui adanya devisiasi
septum atau abnormalitas lainnya. Tanyakan pasien apakah pernah
dilakukan operasi atau trauma pada hidung. Kaji aliran udara pada
kedua lubang hidung dengan cara menutup 1 hidung pada saat pasien

8
bernafas melalui hidung. Pilih lubang hidung dengan aliran udara
yang lebih baik. Jikia pasien dapat berespon, tanyakan apakah pasien
pernah dipasang NGT sebelumnya, dan tanyakan lubang hidung mana
yang lebih baik digunakan untuk insersi.
h) Berikan lubrikan sepanjang 3 inchi pertama dari selang (7,6 cm)
dengan jelli bersifat larut air
i) Pegang selang dengan bagian ujungnya mengarah ke bawah, dan
secara hati-hat- masukkan selang kedalam luang hidung secara
perlahan
j) Ketika selang mencapai nasofaring, perawat akan merasakan adanya
tahanan. Instruksikan pasien untuk menunduk secara perlahan
k) Jikia tidaka ada kontraindikasi, tawarkan pasien segelas air dengan
sedotannya. Instruksikan pasien untuk menghisap dan menelan sambil
perawat terus memasukkan selang. Jika perawat tidak menggunakan
air, minta pasien untuk melakukan gerakan menelan
l) Gunakan spatel lidah dan penlight untuk memeriksa mulut dan
kerongkongan pasien untuk mengetahui adanya tanda-tanda selang
tertekuk (terutama pada pasien yang tidak sadar).
m)Siapkan wadah muntah dan tissue wajah untuk pasien
n) Ketika perawat memasukkan selang lebih jauh dan mengamati
gerakan menelan pasien, waspadai tanda-tanda distress pernapasan
o) Hentikan memasukkan selang lebih jauh jika penanda jarak yang ada
pada selang telah mencapai ujung pasien.
p) Pasang spuit / kateter tip pada selang dan coba untuk mengaspirasi isi
lambung (cairan lambung). Jika perawat tidak mendapat isi atau cairan
lambung posisikan pasien miring ke arah kiri dan coba aspirasi
kembali.jika masih tetap tidak bisa mengaspirasi cairan lambung,
masukkan selang lebih ke dalam 1 – 2 inchi (2.5 – 5 cm). kemudian
masukkan 10cc udara ke dalam selang. Pada saat yang bersamaan,
auskultasi adanya suara udara dengan menggunakan stetoskop yang
ditempatkan di area epigastrik. Perawat seharusnya mendengar adanya

9
bunyi atau suara jika memang posisi selang paten dan tepat didalam
lambung. Jika tes-tes ini tidak berhasil mengkonfirmasi ketepatan
posisi NGT, perawat memerlukan verifikasi atau rontgen
q) Fiksasi NGT ke hidung pasien dengan plester hipoalergik jiia kulit
pasien berminyak, husap batang hidung pasien dengan alcohol dan
biarkan kering. Perawat mungkij memerlukan sekitar 4 inchi (10 cm)
plester. Pasang salah satu ujung plester pada hidung pasien, buat
gerakan melingkar pada selang dan pasang ujung plester diatas kedua
ujung plester yang sudah terpasang pada batang hidung untuk fiksasi
selang.
r) Berikan perawatan hidung dan mulut selama terpasang NGT3

Gambar 2.1 Pemasangan Sonde

C. Pemeriksaan Motilitas

3
Perry, A.G., dan Potter, P.A. 2003. Clinical Nursing Skills and Techniques. St
Louis: Mosby

10
Pemeriksaan motilitas dengan menggunakan sondage sangat primitif di
bandigkan dengan pemeriksaan radiologik, tetapi karena dengan sondage
kelebihan atau dapat pemeriksaan terhafap pemeriksaan getah lambung.
Penderita di minta datang dalam keadaan nuchter, makanan dan miuman
terakhir kira kira 10 jam sebelumnya. Setelah sonde dimasukkan, isi
lambung semuanya di keluarkan dan di ukur volumenya. Rata rata aka di
dapat 25 ml cairan, mungkin berbeda beda antara beberapa ml sampai 75
ml, tanpa ada sisa sisa makanan yang di makan pada malam hari.
Lihat selanjutnya apa yang di terangkan pada pemeriksaan makroskopis
dan pemeriksaan mikroskopis. Bila dalam cairan itu terlohat sisa makanan,
itu menunjuk kepada satu keadaan yang menghambat pengosongan
lambung. Volume cairan yang melebihi 75 ml mungkin berarti hipersekresi
lambung seperti yang di jumpai pada gastritis.

D. Pemeriksaan Secara Makroskopis

Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan porsi pertama, yaitu yang


pertama tama di dapat sebelum di adakan rangsangan.

Periksalah dan catatlah :

1. Volume
Dalam keadaan normal berbeda-beda dari beberapa ml sampai 75 ml,
rata rata di dapat 25 ml. Kalau jumlah itu mendekati atau melebihi 100 ml
hal itu pasti abnormal mungkin oleh hipersekresi, oleh kekurangan
motilitas lambung atau oleh obstruksi pylorus. Keadaan yang serupa di
temukan juga pada sindroma Zollinger-Ellison.
Normal      : 25 – 75 ml

Abnormal :  

 < 25 ml Hiposekresi / Hipoaddity


 > 75 ml Hiperseksi / Hiperaddity
 > 100 ml Terjadi pada keadaan patologis misal:

11
1) Sindrome zellinger ellision (vol meningkat)
2) Gastritis kronis
3) Obstruksi  pholorus (motilitas menurun) 

 
2. Warna

Warna normal getah lambung abu-abu mutiara dan agak keruh


(opalesent). Kelainan warna yang mungkin di dapat :

a) Kehijau-hijauan (Billiverdin) atau kuning (bilirubin) oleh terjadinya


regurgitasi isi duodenum ke dalam lambung. Keadaan ini berarti
bahwa hasil titrasi keasaman tidak mungkin benar (isi duodenum
reaksinya lindi), berarti juga bahwa jika ada persangkaan obstruksi
pada pylorus, obstruksi itu tidak mungkin obstruksi total.
b) Merah muda: darah segar. Mungkin oleh trauma pada waktu
memasukkan sonde, mungkin oleh perdarahan dalam lambung atau
esophagus ( ulcus, carcinoma, dsb )
c) Coklat : darah tua ; hemoglobin telah berubah menjadi hematin asam
d) Bermacam macam warna oleh obat obatan

3. Bau
Bau getah lambung normal agak asam asam.

Bau abnormal :

a) Bau asam keras disebabkan oleh statis dalam lambung yang disertai
peragian
b) Bau busuk disebabkan oleh adanya nekrosis dalam lambung.
c) Bau tinja mungkin disebabkan oleh obstruksi usus atau oleh adanya
fistel antara usus dan lambung

4. Lendir

12
Dalam keadaan normal tidak ada lendir dalam getah lambung; jumlah
kecil tidaklah abnormal. Untuk melihat adanya lender itu, tuanglah getah
lambung itu perlahan-lahan dari satu gelas kimia ke dalam yang lain.
Dalam keadaan abnormal jumlah lender itu bisa bertambah. Mungkin
asalnya dari mulut atau dari jalan pernapasan; dalam hal itu kelihatan
bahwa lendir itu tidak homogeny, nampak dari garis-garis halus dan
gelembung-gelembung hawa, dan lendir itu terapung di atas cairan. Kalau
diperiksa secara mikroskopik terlihat banyak sel epitel dan banyak kuman-
kuman. Lendir itu mengikat sebagian asam bebas, karena itu nilai titrasi
asam bebas akan direndahkan oleh adanya lender, sedangkan nilai untuk
banyaknya asam total tidak berubah.
Normal      : (-)

Abnormal : (+) mungkin berasal dari mulut /saluran pencernaan


Ciri lendir dari nafas :
a. Tidak homogen
b. Terapung di atas permukaaan air
c. Terdapat gelembung udara
d. Tampak garis-garis halus
e. Pada mikros sel ephel meningkat

Pengaruh lendir :

Lendir dalam getah lambung akan mengikat sebagian asam basa


sehingga hasil akan rendah palsu dan pada asam total tidak berubah.

5. Sisa – sisa Makanan


Dalam keadaan normal tidak ada sisa-sisa makanan. Jikalau ada,
mungkin karena motilitas lambung berkurang. Untuk menguji itu, berilah
kepada penderita, semalam sebelum akan diadakan sondage lambung
sejenis makanan yang mudah dapat dikenal kembali, seperti kismis. Selain
kekurangan motilitas retensi isi lambung mungkin berarti adanya obstruksi
pada pulorus (cicatrix, tumor, dsb).

13
Normal      : (-) karena sisa makanan telah dilanjutkan ke duodenum
Abrnormal : (+) karena:
 Motilitas lambung berkurang
 Adanya sumbatan pada pylorus

6. Pus
Tidak ada dalam keadaan normal. Adanya pus jarang sekali dilihat
pada pemeriksaan mikroskopik sebagai leukosit. Leukosit itu mungkin
akan berasal dari saluran makanan, tetapi mungkin juga dari saluran
pernapasan, yaitu sputum yang ditelan.
Normal      : (-) 
Abrnormal : (+) 
a. Berasal dari saluran makanan
b. Berasal dari saluran pernafasan dan adanya sputum yang
tertelan

Adanya pus dapat dibuktikan dengan px mikroskopis sehingga


didapatkan lekosit meningkat.

7. Potongan Jaringan
Pendapat ini menunjukkan kepada trauma atau tumor dan
mengharuskan pemeriksaan lebih jauh.4

Normal      : (-)

Abnormal : (+) Menunjukkan adanya proses tumor

E. Pemeriksaan Secara Mikroskopis

1. Pra-analitik
4
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta:Dian Rakyat, Hal 137-
138

14
Alat dan bahan :

a) Pipet tetes
b) Objek glass
c) Mikroskop
d) Deck glass

2. Analitik

Prosedur :

a) Satu tetes getah lambung diperiksa dalam keadaan natif, yaitu tanpa
diberi apa-apa kepadanya. Yang diperhatikan ialah adanya eritrosit,
leukosit, sel-sel epitel, sisa-sisa makanan, potongan jaringan, dsb.
b) Setetes lagi dicampur dengan larutan Sudan III dan dipakai untuk
mencari butir-butir lemak.
c) Setetes lagi dicampur dengan Lugol dan di pergunakan untuk mencari
adanya butir-butir amylum.
d) Setetes getah lambung yang tidak disaring dipulas secara Gram. Karena
cara memperoleh bahan tidak steril, biasanya dilihat bermacam-macam
bakteri. Di antara ada yang bermakna, yaitu:
1) Sarcinae: cocci besar yang gram positif, sering bersusun empat-
empat. Kalau jumlahnya cukup besar, pendapat itu menunjukkan
kepada adanya statis tanpa achlorhydria.
2) Bacillus Boas-Oppler (L. acidophilus): batang gram positif yang
besar, biasanyra terdapat berkelompok atau ujung-berujung
menyusun rantai berkelok-kelok. Terdapatnya jasad renik ini
menghasilkan asam laktat menunjuk kepada achlorhydria dengan
adanya stasis di sampingnya.

3. Post-analitik

15
Dalam getah lambung normal boleh didapat sejumlah kecil sel epitel,
leukosit, eritrosit (oleh trauma sondage) dan beberapa butir amylum. Sering
sukar untuk mengatakan bilamana jumlah unsure itu menjadi abnormal;
sukar juga untuk memastikan apakah unsure-unsur itu berasal dari lambung
atau dari tempat lain seperti bronchi atau paru-paru. Untuk pemeriksaan
terhadap M. tuberculosis diperlukan juga isi lambung nuchter. Bahan itu
dihomogenkan, kemudian dipusing dan sedimentnya dipakai untuk
bakterioskopi biasa, untuk biakan dan percobaan hewan.5

F. Pemeriksaan Secara Kimiawi

1. Keasaman Getah Lambung

Maksud pemeriksaan ini ialah untuk mengetahui apakah lambung


sanggup menyerekresikan asam hidroklorida atau untuk mengetahui
apakah jumlah asam yang di keluarkan itu normal atau abnormal , yaitu
terlalu sedikit atau terlalu banyak.

Pemeriksaan HCl bebas

a. Metode Toeffer
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya asam total dalam getah
lambung.
Prinsip : Asam total dalam getah lambung akan bereaksi dengan
indikator toeffer membentuk warna merah.
Pra Analitik
Alat dan Bahan
1. Tabung serologi
2. Sampel getah lambung

3. Indikator Toeffer

4. Gelas ukur
5
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat.Hal 138-
139

16
Analitik
Prosedur:
1. Masukkan 1 ml getah lambung ke dalam tabung serologi.
2. Tambahkan 1 tetes indikator toeffer,
3. Homogenkan

Post Analitik
(-) Tidak terjadi warna merah
(+)Terjadi warna merah
Nilai Normal : (+) Terjadi warna merah

b. Metode Gunzburg
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya HCl bebas dalam getah
lambung.
Prinsip : HCl bebas dalam getah lambung akan bereaksi dengan
indikator gunzburg memberikan warna merah.

Pra Analitik
Alat dan Bahan :
1. Cawan penguap
2. Beaker glass
3. Indikator gunzburg
4. Kaki tiga
5. Pembakar spiritus / lampu spiritus
6. Sampel getah lambung
Analitik
Prosedur :
1. Masukkan 5-10 tetes indikator gunzburg ke dalam cawan penguap.
2. Panaskan cawan penguap tersebut diatas air mendidih sampai
kering dan menimbulkan bercak warna kuning.
3. Tambahkan beberapa tetes getah lambung yang diperiksa diatas
bercak yang telah mengering.

17
Post Analitik

(-) tidak terjadi warna merah jambu


(+)terjadi warna merah jambu
Nilai Normal : (+) terjadi warna merah jambu 

c. Metode Kelling
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya asam laktat dalam getah
lambung.

Prinsip : Reaksi antara FeCl3 10% dengan asam laktat membentuk


ferri laktat yang berwarna kuning.

Pra Analitik
Alat dan Bahan :
1. Sampel getah lambung
2. FeCl3 10%
3. Tabung reaksi
4. Aquadest

Analitik
Prosedur:
1. Masukkan 20 ml aquadest ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 3-4 tetes FeCl3 10%,
3. Homogenkan. Bagi menjadi dua tabung, tabung 1 (tes) dan tabung
2 (kontrol) Pada tabung tes ditambahkan 1 ml getah lambung. Pada
tabung kontrol ditambahkan 1 ml aquadest. Bandingkan tabung tes
dengan tabung kontrol.

Post Analitik

(-) Tidak terjadi warna kuning lebih tua daripada tabung kontrol
(+) Terjadi warna kuning lebih tua daripada tabung kontrol
Nilai Normal : (-) tidak terjadi warna kuning lebih tua daripada tabung
kontrol 

18
2. Asam Laktat

Pada tes ini terjadi reaksi antara ferrichlorida dan asam laktat
menyusun ferrilaktat yang kuning. Indikasi untuk melakukan test ini
diberikan oleh hipochlorhydria yang kurang dari 20 satuan asam bebas.

Pra-analitik:
Alat dan bahan
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Ferriclotida 10%
4. Kertas saring

Analitik:
Prosedur :
1. 20 ml aquadest dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Bubuhilah 3-4 tetes larutan ferrichlorida 10%; campur. Cairan itu
harus berwarna kuning yang muda benar.
3. Setengah dari isi tabung itu dituang ke dalam tabung reaksi lain; yang
satu dipakai untuk tes sendiri, yang kedua digunakan sebagai control.
4. Kepada tabung satu diberikan 1 ml getah lambung yang terlebih
dahulu disaring.
5. Kepada tabung dua diberikan 1 ml aquadest
6. Bandingkanlah warna isi kedua tabung itu; kalau tabung satu jelas
lebih kuning dari tabung dua maka hasil test tehadap asam laktat
adalah positif.

Post Analitik:
(+) Teradi perubahan warna kuning
(-) Tidak terjadi warna kuning melebihi kontrol

19
Gambar 2.2 Pemeriksaan Darah Samar

3. Tes Darah Samar

Prinsipnya sama seperti yang telah diterangkan pada “Urinalisis” dengan


cara benzidine

Pra-analitik:
Alat dan bahan
1. Tabung Reaksi
2. Asam asetat glacial
3. Cairan lambung
4. hydrogen peroxide 3%;
Analitik:
Prosedur :
1. Masukkan sebanyak sepucuk pisau benzidine basa ke dalam satu
tabung reaksi yang bersih benar.
2. Tambahlah 3 ml asam asetat glacial, kocok sampai benzidine itu larut
dengan meninggalkan beberapa Kristal, tanda didapat larutan jenuh.
Jika perlu tambah sedikit benzidine basa lagi sehingga jenuh.

20
3. Bubuhilah 2 ml getah lambung yang tidak boleh disaring lebih dulu.
4. Berilah 1 ml larutan hydrogen peroxide 3%;
5. Homogenkan.
6. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama).

Post Analitik

Negative (-) Tidak ada perubahan warna atau warna yang


samar-samar
Positif (+) atau 1 + Hijau
Positif (++) atau 2 + Biru bercampur hijau
Positif (+++) atau 3 + Biru
Positif (++++) atau 4 + Biru tua

Selain benzidine basa. Benzidine dihidrochlorida, tetrametil benzidine,


atau guajac dapat dipakai juga seperti sudah diterangkan. Getah lambung normal
member reaksi negative. Adanya darah samar mungkin disebabkan oleh ulcus
ventriculi, carcinoma, papilomata, diathesis hemoragik, muntah-muntah hebat,
pembendungan vena, dll.6

Gambar 2.3 Pemeriksaan Darah Samar


4. Tes Pentagastrin

6
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta:Dian Rakyat, Hal 139-
140

21
Pentagastrin (peptavlon; ICI) merupakan suatu pentapeptida sintetik
yang mengandung kunci bagian minimal-C pada molekul gastrin
(bandingkan tetrakosakrin, hal.178).
Pra Analitik
Alat dan bahan
1. Sonde

Analitik
Prosedur
1. Tes ini didahului dengan berpuasa 12 jam diwaktu malam.
2. Masukkan sonde lambung berlubang besar (sonde Levin atau sonde
Ryle, yang berukuran 12-16 French) ke dalam lambungnya, dan
diperiksa kedudukan sonde ini dengan fluoroskopi.
3. Aspirasi keseluruhan getah lambung pada waktu istirahat. Ini dapat
diperiksa untuk volume dan penampilan umumnya.
4. Kumpulkan sekresi getah lambung basal dan spontan secara
kuantitatif dengan pengisapan yang terus menerus selama periode 60
menit, pada tekanan subatmosfir 30-50 mm Hg (4,0-6,5 kPa)
5. Suntik 6 ug pentagastrin/kg berat badan secara intramuscular.
6. Aspirasi secara terus menerus sekresi yang dirangsang selama 60
menit berikutnya, dan porsi ini dibagi dalam 4 contoh yang terpisah
mewakili contoh 0-15 menit, 15-30 menit, 30-45 menit dan 45-60
menit.
Lima porsi dari sekresi lambung ini (basal dan 4 yang dengan
perangsangan) dikirim ke laboratorium dalam tempat terpisah, dan
tiap-tiap porsi diberi label yang jelas disertai waktu pengumpulannya.

Post Analitik

Pada orang normal pengeluaran asam basal total (basal acid out-put:
BAO) kurang dari 5 mmol/jam, dan pengeluaran asam maksimum
(maximum acid out-put: MAO) dalam waktu 60 menit setelah penyuntikan

22
pentagastrin sekitar 300mmol pada seorang pria dan 10 mmol pada
seorang wanita.

Pengeluaran rata-rata pada pasien dengan tukak duodenum kira0kira


dua kali dari normal atau kira-kira sepertiga normal dari pasien-pasien
yang mempunyai diagnose hipertensi. Pengeluaran asam tertinggi (peak
acid out-put:PAO) dikalkulasi sebagai setengah sekresi pada 2 periode 15
menit berurutan yang tertinggi, dan normalnya kurang dari 45 mmol/jam
pada seorang pria dan 35 mmol/jam pada wanita.

BAO yang tinggi (lebih dari 5 mmol/jam) dan PAO yang tinggi
member kesan adanya suatu tukak duodenim, sebaiknya PAO yang kurang
dari 15 mmol/jam merupakan bukti yang berlawanan terhadap tukak
duodenim. Umumnya pasien-pasien dengan tukak lambung mempunyai
sekresi asam yang normal. Pasien-pasien yang mempunyai karsinoma
lambung dapat mempunyai aklorhidria atau dapat bersekresi secara
normal.

Aklorhidria absolute (tanpa keasaman) terjadu jika tak ada satupun


contoh-contoh itu mempunyai pH yang kurang dari 7. Ini selalu terdapat
anemia pernisiosa, kadang-kadang pada karsinoma lambung, dan jarang-
jarang dapat dikatakan; aklorhidria absolute menyingkirkan bentuk tukak
lambung apapun. Hiposekresi, tanpa ‘asam bebas’ (pH 3,5-6,5) dan
perubahan pH kurang dari 1 unit sesudah pemberian pentagastrin, adalah
penemuan yang tidak khas terlihat pada berbagai kondisi, missal:
anemiahipokromik atau gastritis.

5. Tes Insulin

Tes insulin ini digunakan untuk pemeriksaan kesempurnaan


vagotomi yang telah dilakukan untuk pengobatan tukak lambung. Insulin
peneyebab hipoglekemia, menyebabkan (melalui hipotalamus) simulas
vagus untuk selresi asam lambung jika nervusnya masih utuh.

23
Pra Analitik
Alat dan bahan :
1. Sonde
2. Spuit
3. Insulin
Analitik
Prosedur :

1. Masukkan sonde lambung dan kumpulkan sekresi basal selama 1 jam.


2. Suntikan insulin yang bisa larut (0,2 unit/kg) secara intravena dan
kumpulkan contoh-contoh getah lambung yang lengkap setiap 15 menit
selama 2 jam, dan contoh darah untuk penilaian glukosanya setiap 30
menit.
3. Pasien harus diobservasi secara cermat, dan dipersiapkan glukosa 50%,
karena resiko hipoglekemia yang hebat.
Post Analitik
Peningkatan sekresi asam yang kurang dari 20 mmol/l di atas
aktifitas basal diambil sebagai petunjuk bahwa vagotomi telah sempurna,
asalkan (i) telah dihasilkan hipoglikemia yang adekuat (kurang dari 2
mmol/l), (ii) lambung sanggup mengekskresi asam hidroklorida sebagai
respon terhadap rangsangan pentagastrin, yang dapat langsung dilakukan
sesudah tes insulin karena vagotomi jarang sempurna secara absolute,
maka respon asam terhadap insulin merupakan fungsi dari sisa persarafan.7

7
Baroon, D.N. 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC. Hal 258-260

24
6. Pepsin

Test terhadap adanya pepsin (atau pepsinogen) hanya berarti apabila telah
dinyatakan adanya achlorhydria.

Pra Analitik

Alat dan Bahan:

1. Tabung Reaksi

2. Inkubator

3. Putih telur

4. HCl 0,1 N

5. Toluene

Analitik

1. Buatlah substrat dari putih telur:

2. Rebuslah sebutir telur ayam perlahan-lahan; kemudian kupaslah dan buanglah


kuningnya.

3. Putih telur yang beku dipotong-potong menjadi lempeng-lempeng berukuran:


tebal 1 mm, lebar dan panjangnya 5 mm.

4. 7 – 8 ml getah lambung dicampur dengan sama banyaknya HCl 0,1 N;


kemudian campuran itu dibagi sama rata ke dalam 3 tabung reaksi, yaitu A, B
dan C.

5. Kepada tabung A diberi sedikit pepsin (control positif), tabung B dipanasi


hingga mendidih (enzim rusak, control negative); tabung C tidak di apa-
apakan (test sebenarnya).

6. Kepada tiap tabung diberikan 2 lempeng putih telur beku dan beberapa tetes
toluene; kemudian dimasukkan ke dalam lemari inkubator selama 24 jam pada
suhu 37ºC.

25
7. Bandingkan besarnya lempeng putih telur dalam ketiga tabung itu.

Post Analitik

Pendapat berikut adalah normal; lempeng putih telur dalam tabung A


harus hilang dan yang ada dalam tabung B harus utuh, sedangkan yang ada dalam
tabung C harus hilang juga. Kalau jumlah enzim dalam getah lambung kecil,
maka lempeng putih telur dalam tabung C hanya mengecil saja; hal itu paling
mudah dilihat dengan memperhatikan pinggir-pinggir lempeng.

Apabila lempeng dalam tabung A tidak hilang dan/ atau yang dalam
tabung B jelas mengecil atau menghilang, test ini batal.8

8
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian
Rakyat,Hal 141.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cairan lambung (gastric juice) adalah hasil sekresi lambung
mengandung asam klorida (5 g per l), ion mineral dan kation kation Na, K,
Ca, serta Mg. Komponen utama cairan lambung yang lain adalah 3 macam
endopeptidase; pepsinogen (propepsin). Mengambil cairan lambung
digunakan untuk pemeriksaan cairan ataupun mengeluarkan zat racun dari
lambung.

Pemeriksaan makroskopis cairan lambung, yaitu pemeriksaan


volume, warna, bau, lender, sisa – sisa makanan, pus, pathogen jaringan.
Permiksaan mikroskopis dalam getah lambung normal boleh didapat
sejumlah kecil sel epitel, leukosit, eritrosit (oleh trauma sondage) dan
beberapa butir amylum. Sering sukar untuk mengatakan bilamana jumlah
unsure itu menjadi abnormal; sukar juga untuk memastikan apakah
unsure-unsur itu berasal dari lambung atau dari tempat lain seperti bronchi
atau paru-paru. Pemeriksaan kimiawi meliputi keasaman getah lambung,
menentukan adanya HCl belaka, pemeriksaan HCl bertingkat, asam laktat,
tes darah samar, tes pentagastrin, tes insulin.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata


sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details
dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
- sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.

27
28
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat dipertanggungjawabkan.

29
DAFTAR PUSTAKA
Baroon, D.N. 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC.

Gandosoebrata, R.2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Mafloed, Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta: Kanisius.

Nurachmah, Elly dan Ratna S. Sudarsono. 2000. Buku Saku Prosedur


Keperawatan Medical Bedah. Jakarta:EGC.

Perry, A.G., dan Potter, P.A. 2003. Clinical Nursing Skills and Techniques. St
Louis: Mosby

Wildman, Francess K. 1988. Tinjauan Klinis atas Hasi Pemeriksaan


Laboratorium. Jakarta:EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai