“CAIRAN LAMBUNG”
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Tingkat 2a
Mutmainnah P07234016018
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................5
A. Latar Belakang..................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
C. Pengambilan Sampel........................................................................................8
BAB III..................................................................................................................27
A. Kesimpulan.....................................................................................................27
B. Saran...............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Getah lambung adalah merupakan cairan yang ada di dalam lambung.
Komponen getah lambung terdari dari air, asam klorida dan enzim. Sekresi
dari getah lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls
parasimpatis yang terdapat pada medula dihantarkan melalui syaraf vagus dan
merangsang gastrik glands untuk mensekresikan pepsinogen, asam klorida,
mukus, dan hormon gastrin (An Nisa, 2010). Ada tiga faktor yang
merangsang sekresi lambung, yaitu : fase sefalik, fase gastrik, dan fase
intestinal.
B. Rumusan Masalah
4
A. Tujuan
5
BAB II
ISI
6
5. Penyelidikan sitologi terhadap sel - sel tumor
B. Pengambilan Sampel
7
ingin perawat berhenti selama prosedur pemasangan NGT
berlangsung
b) Siapkan peralatan yang dibutuhkan, pilih NGT yang sesuai ukuran
yang dibutuhkan. Tidak ada teknik khusus dalam menentukan ukuran
NGT. Utuk menentukan ukuran NGT yang diprrlukan berdasarkan
pengalaman klinik peneliti dan cara mengkaji lubang hidung
menggunakan penlight untuk melihat perkiraan NGT yang bisa
masuk. Pada pasien dewasa biasanya digunakan NGT dengan ukuran
16 Fr
c) Bantu pasien tidur dengan posisi fowler tinggi, kecuali hal ini
merupakan kontraindikasi. Bantu agar posisi wajah dan leher pasien
dalam posisi anatomis. Perawat berdiri disebeah kanan pasien jika
tangan perawat yang dominan adalah tangan kanan / berdiri disebelah
kiri pasien jika tangan yang dominan adala tangan kiri
d) Letakkan handuk ata perlak pelindung diatas dada pasien. Letakkan
tissue wajah dan wadah muntah dalam jangkauan pasien
e) Ukur berapa panjang selang yang diperlukan untuk dapat mencapai
lambung, pegang bagian ujung selang dan ukur mulai dari ujung
hidung kemudian ke bagian bawah telinga dan turun ke Procesusu
xypoideus (Px)
f) Tandai jarak yang telah diukur pada selang dengan menggunakan
plester. (pengukuran rata-rata untuk dewasa berkisar antara 22 inchi
sampai 26 inchi [56-66 cm]). Mungkin perlu ditambahkan 2 inchi (5
cm) dari panjang selang yang telah diukur tadi khusus untuk pasien
yang tinggi (tinggi badannya)
g) Untuk menentukan hidung mana yang akan digunakan sebagai akses
NGT, gunakan penlight dan lakukan inspeksi untuk mengetahui
ukuran NGT yang diperlukan untuk mengetahui adanya devisiasi
septum atau abnormalitas lainnya. Tanyakan pasien apakah pernah
dilakukan operasi atau trauma pada hidung. Kaji aliran udara pada
kedua lubang hidung dengan cara menutup 1 hidung pada saat pasien
8
bernafas melalui hidung. Pilih lubang hidung dengan aliran udara
yang lebih baik. Jikia pasien dapat berespon, tanyakan apakah pasien
pernah dipasang NGT sebelumnya, dan tanyakan lubang hidung mana
yang lebih baik digunakan untuk insersi.
h) Berikan lubrikan sepanjang 3 inchi pertama dari selang (7,6 cm)
dengan jelli bersifat larut air
i) Pegang selang dengan bagian ujungnya mengarah ke bawah, dan
secara hati-hat- masukkan selang kedalam luang hidung secara
perlahan
j) Ketika selang mencapai nasofaring, perawat akan merasakan adanya
tahanan. Instruksikan pasien untuk menunduk secara perlahan
k) Jikia tidaka ada kontraindikasi, tawarkan pasien segelas air dengan
sedotannya. Instruksikan pasien untuk menghisap dan menelan sambil
perawat terus memasukkan selang. Jika perawat tidak menggunakan
air, minta pasien untuk melakukan gerakan menelan
l) Gunakan spatel lidah dan penlight untuk memeriksa mulut dan
kerongkongan pasien untuk mengetahui adanya tanda-tanda selang
tertekuk (terutama pada pasien yang tidak sadar).
m)Siapkan wadah muntah dan tissue wajah untuk pasien
n) Ketika perawat memasukkan selang lebih jauh dan mengamati
gerakan menelan pasien, waspadai tanda-tanda distress pernapasan
o) Hentikan memasukkan selang lebih jauh jika penanda jarak yang ada
pada selang telah mencapai ujung pasien.
p) Pasang spuit / kateter tip pada selang dan coba untuk mengaspirasi isi
lambung (cairan lambung). Jika perawat tidak mendapat isi atau cairan
lambung posisikan pasien miring ke arah kiri dan coba aspirasi
kembali.jika masih tetap tidak bisa mengaspirasi cairan lambung,
masukkan selang lebih ke dalam 1 – 2 inchi (2.5 – 5 cm). kemudian
masukkan 10cc udara ke dalam selang. Pada saat yang bersamaan,
auskultasi adanya suara udara dengan menggunakan stetoskop yang
ditempatkan di area epigastrik. Perawat seharusnya mendengar adanya
9
bunyi atau suara jika memang posisi selang paten dan tepat didalam
lambung. Jika tes-tes ini tidak berhasil mengkonfirmasi ketepatan
posisi NGT, perawat memerlukan verifikasi atau rontgen
q) Fiksasi NGT ke hidung pasien dengan plester hipoalergik jiia kulit
pasien berminyak, husap batang hidung pasien dengan alcohol dan
biarkan kering. Perawat mungkij memerlukan sekitar 4 inchi (10 cm)
plester. Pasang salah satu ujung plester pada hidung pasien, buat
gerakan melingkar pada selang dan pasang ujung plester diatas kedua
ujung plester yang sudah terpasang pada batang hidung untuk fiksasi
selang.
r) Berikan perawatan hidung dan mulut selama terpasang NGT3
C. Pemeriksaan Motilitas
3
Perry, A.G., dan Potter, P.A. 2003. Clinical Nursing Skills and Techniques. St
Louis: Mosby
10
Pemeriksaan motilitas dengan menggunakan sondage sangat primitif di
bandigkan dengan pemeriksaan radiologik, tetapi karena dengan sondage
kelebihan atau dapat pemeriksaan terhafap pemeriksaan getah lambung.
Penderita di minta datang dalam keadaan nuchter, makanan dan miuman
terakhir kira kira 10 jam sebelumnya. Setelah sonde dimasukkan, isi
lambung semuanya di keluarkan dan di ukur volumenya. Rata rata aka di
dapat 25 ml cairan, mungkin berbeda beda antara beberapa ml sampai 75
ml, tanpa ada sisa sisa makanan yang di makan pada malam hari.
Lihat selanjutnya apa yang di terangkan pada pemeriksaan makroskopis
dan pemeriksaan mikroskopis. Bila dalam cairan itu terlohat sisa makanan,
itu menunjuk kepada satu keadaan yang menghambat pengosongan
lambung. Volume cairan yang melebihi 75 ml mungkin berarti hipersekresi
lambung seperti yang di jumpai pada gastritis.
1. Volume
Dalam keadaan normal berbeda-beda dari beberapa ml sampai 75 ml,
rata rata di dapat 25 ml. Kalau jumlah itu mendekati atau melebihi 100 ml
hal itu pasti abnormal mungkin oleh hipersekresi, oleh kekurangan
motilitas lambung atau oleh obstruksi pylorus. Keadaan yang serupa di
temukan juga pada sindroma Zollinger-Ellison.
Normal : 25 – 75 ml
Abnormal :
11
1) Sindrome zellinger ellision (vol meningkat)
2) Gastritis kronis
3) Obstruksi pholorus (motilitas menurun)
2. Warna
3. Bau
Bau getah lambung normal agak asam asam.
Bau abnormal :
a) Bau asam keras disebabkan oleh statis dalam lambung yang disertai
peragian
b) Bau busuk disebabkan oleh adanya nekrosis dalam lambung.
c) Bau tinja mungkin disebabkan oleh obstruksi usus atau oleh adanya
fistel antara usus dan lambung
4. Lendir
12
Dalam keadaan normal tidak ada lendir dalam getah lambung; jumlah
kecil tidaklah abnormal. Untuk melihat adanya lender itu, tuanglah getah
lambung itu perlahan-lahan dari satu gelas kimia ke dalam yang lain.
Dalam keadaan abnormal jumlah lender itu bisa bertambah. Mungkin
asalnya dari mulut atau dari jalan pernapasan; dalam hal itu kelihatan
bahwa lendir itu tidak homogeny, nampak dari garis-garis halus dan
gelembung-gelembung hawa, dan lendir itu terapung di atas cairan. Kalau
diperiksa secara mikroskopik terlihat banyak sel epitel dan banyak kuman-
kuman. Lendir itu mengikat sebagian asam bebas, karena itu nilai titrasi
asam bebas akan direndahkan oleh adanya lender, sedangkan nilai untuk
banyaknya asam total tidak berubah.
Normal : (-)
Pengaruh lendir :
13
Normal : (-) karena sisa makanan telah dilanjutkan ke duodenum
Abrnormal : (+) karena:
Motilitas lambung berkurang
Adanya sumbatan pada pylorus
6. Pus
Tidak ada dalam keadaan normal. Adanya pus jarang sekali dilihat
pada pemeriksaan mikroskopik sebagai leukosit. Leukosit itu mungkin
akan berasal dari saluran makanan, tetapi mungkin juga dari saluran
pernapasan, yaitu sputum yang ditelan.
Normal : (-)
Abrnormal : (+)
a. Berasal dari saluran makanan
b. Berasal dari saluran pernafasan dan adanya sputum yang
tertelan
7. Potongan Jaringan
Pendapat ini menunjukkan kepada trauma atau tumor dan
mengharuskan pemeriksaan lebih jauh.4
1. Pra-analitik
4
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta:Dian Rakyat, Hal 137-
138
14
Alat dan bahan :
a) Pipet tetes
b) Objek glass
c) Mikroskop
d) Deck glass
2. Analitik
Prosedur :
a) Satu tetes getah lambung diperiksa dalam keadaan natif, yaitu tanpa
diberi apa-apa kepadanya. Yang diperhatikan ialah adanya eritrosit,
leukosit, sel-sel epitel, sisa-sisa makanan, potongan jaringan, dsb.
b) Setetes lagi dicampur dengan larutan Sudan III dan dipakai untuk
mencari butir-butir lemak.
c) Setetes lagi dicampur dengan Lugol dan di pergunakan untuk mencari
adanya butir-butir amylum.
d) Setetes getah lambung yang tidak disaring dipulas secara Gram. Karena
cara memperoleh bahan tidak steril, biasanya dilihat bermacam-macam
bakteri. Di antara ada yang bermakna, yaitu:
1) Sarcinae: cocci besar yang gram positif, sering bersusun empat-
empat. Kalau jumlahnya cukup besar, pendapat itu menunjukkan
kepada adanya statis tanpa achlorhydria.
2) Bacillus Boas-Oppler (L. acidophilus): batang gram positif yang
besar, biasanyra terdapat berkelompok atau ujung-berujung
menyusun rantai berkelok-kelok. Terdapatnya jasad renik ini
menghasilkan asam laktat menunjuk kepada achlorhydria dengan
adanya stasis di sampingnya.
3. Post-analitik
15
Dalam getah lambung normal boleh didapat sejumlah kecil sel epitel,
leukosit, eritrosit (oleh trauma sondage) dan beberapa butir amylum. Sering
sukar untuk mengatakan bilamana jumlah unsure itu menjadi abnormal;
sukar juga untuk memastikan apakah unsure-unsur itu berasal dari lambung
atau dari tempat lain seperti bronchi atau paru-paru. Untuk pemeriksaan
terhadap M. tuberculosis diperlukan juga isi lambung nuchter. Bahan itu
dihomogenkan, kemudian dipusing dan sedimentnya dipakai untuk
bakterioskopi biasa, untuk biakan dan percobaan hewan.5
a. Metode Toeffer
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya asam total dalam getah
lambung.
Prinsip : Asam total dalam getah lambung akan bereaksi dengan
indikator toeffer membentuk warna merah.
Pra Analitik
Alat dan Bahan
1. Tabung serologi
2. Sampel getah lambung
3. Indikator Toeffer
4. Gelas ukur
5
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat.Hal 138-
139
16
Analitik
Prosedur:
1. Masukkan 1 ml getah lambung ke dalam tabung serologi.
2. Tambahkan 1 tetes indikator toeffer,
3. Homogenkan
Post Analitik
(-) Tidak terjadi warna merah
(+)Terjadi warna merah
Nilai Normal : (+) Terjadi warna merah
b. Metode Gunzburg
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya HCl bebas dalam getah
lambung.
Prinsip : HCl bebas dalam getah lambung akan bereaksi dengan
indikator gunzburg memberikan warna merah.
Pra Analitik
Alat dan Bahan :
1. Cawan penguap
2. Beaker glass
3. Indikator gunzburg
4. Kaki tiga
5. Pembakar spiritus / lampu spiritus
6. Sampel getah lambung
Analitik
Prosedur :
1. Masukkan 5-10 tetes indikator gunzburg ke dalam cawan penguap.
2. Panaskan cawan penguap tersebut diatas air mendidih sampai
kering dan menimbulkan bercak warna kuning.
3. Tambahkan beberapa tetes getah lambung yang diperiksa diatas
bercak yang telah mengering.
17
Post Analitik
c. Metode Kelling
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya asam laktat dalam getah
lambung.
Pra Analitik
Alat dan Bahan :
1. Sampel getah lambung
2. FeCl3 10%
3. Tabung reaksi
4. Aquadest
Analitik
Prosedur:
1. Masukkan 20 ml aquadest ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 3-4 tetes FeCl3 10%,
3. Homogenkan. Bagi menjadi dua tabung, tabung 1 (tes) dan tabung
2 (kontrol) Pada tabung tes ditambahkan 1 ml getah lambung. Pada
tabung kontrol ditambahkan 1 ml aquadest. Bandingkan tabung tes
dengan tabung kontrol.
Post Analitik
(-) Tidak terjadi warna kuning lebih tua daripada tabung kontrol
(+) Terjadi warna kuning lebih tua daripada tabung kontrol
Nilai Normal : (-) tidak terjadi warna kuning lebih tua daripada tabung
kontrol
18
2. Asam Laktat
Pada tes ini terjadi reaksi antara ferrichlorida dan asam laktat
menyusun ferrilaktat yang kuning. Indikasi untuk melakukan test ini
diberikan oleh hipochlorhydria yang kurang dari 20 satuan asam bebas.
Pra-analitik:
Alat dan bahan
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Ferriclotida 10%
4. Kertas saring
Analitik:
Prosedur :
1. 20 ml aquadest dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Bubuhilah 3-4 tetes larutan ferrichlorida 10%; campur. Cairan itu
harus berwarna kuning yang muda benar.
3. Setengah dari isi tabung itu dituang ke dalam tabung reaksi lain; yang
satu dipakai untuk tes sendiri, yang kedua digunakan sebagai control.
4. Kepada tabung satu diberikan 1 ml getah lambung yang terlebih
dahulu disaring.
5. Kepada tabung dua diberikan 1 ml aquadest
6. Bandingkanlah warna isi kedua tabung itu; kalau tabung satu jelas
lebih kuning dari tabung dua maka hasil test tehadap asam laktat
adalah positif.
Post Analitik:
(+) Teradi perubahan warna kuning
(-) Tidak terjadi warna kuning melebihi kontrol
19
Gambar 2.2 Pemeriksaan Darah Samar
Pra-analitik:
Alat dan bahan
1. Tabung Reaksi
2. Asam asetat glacial
3. Cairan lambung
4. hydrogen peroxide 3%;
Analitik:
Prosedur :
1. Masukkan sebanyak sepucuk pisau benzidine basa ke dalam satu
tabung reaksi yang bersih benar.
2. Tambahlah 3 ml asam asetat glacial, kocok sampai benzidine itu larut
dengan meninggalkan beberapa Kristal, tanda didapat larutan jenuh.
Jika perlu tambah sedikit benzidine basa lagi sehingga jenuh.
20
3. Bubuhilah 2 ml getah lambung yang tidak boleh disaring lebih dulu.
4. Berilah 1 ml larutan hydrogen peroxide 3%;
5. Homogenkan.
6. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama).
Post Analitik
6
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta:Dian Rakyat, Hal 139-
140
21
Pentagastrin (peptavlon; ICI) merupakan suatu pentapeptida sintetik
yang mengandung kunci bagian minimal-C pada molekul gastrin
(bandingkan tetrakosakrin, hal.178).
Pra Analitik
Alat dan bahan
1. Sonde
Analitik
Prosedur
1. Tes ini didahului dengan berpuasa 12 jam diwaktu malam.
2. Masukkan sonde lambung berlubang besar (sonde Levin atau sonde
Ryle, yang berukuran 12-16 French) ke dalam lambungnya, dan
diperiksa kedudukan sonde ini dengan fluoroskopi.
3. Aspirasi keseluruhan getah lambung pada waktu istirahat. Ini dapat
diperiksa untuk volume dan penampilan umumnya.
4. Kumpulkan sekresi getah lambung basal dan spontan secara
kuantitatif dengan pengisapan yang terus menerus selama periode 60
menit, pada tekanan subatmosfir 30-50 mm Hg (4,0-6,5 kPa)
5. Suntik 6 ug pentagastrin/kg berat badan secara intramuscular.
6. Aspirasi secara terus menerus sekresi yang dirangsang selama 60
menit berikutnya, dan porsi ini dibagi dalam 4 contoh yang terpisah
mewakili contoh 0-15 menit, 15-30 menit, 30-45 menit dan 45-60
menit.
Lima porsi dari sekresi lambung ini (basal dan 4 yang dengan
perangsangan) dikirim ke laboratorium dalam tempat terpisah, dan
tiap-tiap porsi diberi label yang jelas disertai waktu pengumpulannya.
Post Analitik
Pada orang normal pengeluaran asam basal total (basal acid out-put:
BAO) kurang dari 5 mmol/jam, dan pengeluaran asam maksimum
(maximum acid out-put: MAO) dalam waktu 60 menit setelah penyuntikan
22
pentagastrin sekitar 300mmol pada seorang pria dan 10 mmol pada
seorang wanita.
BAO yang tinggi (lebih dari 5 mmol/jam) dan PAO yang tinggi
member kesan adanya suatu tukak duodenim, sebaiknya PAO yang kurang
dari 15 mmol/jam merupakan bukti yang berlawanan terhadap tukak
duodenim. Umumnya pasien-pasien dengan tukak lambung mempunyai
sekresi asam yang normal. Pasien-pasien yang mempunyai karsinoma
lambung dapat mempunyai aklorhidria atau dapat bersekresi secara
normal.
5. Tes Insulin
23
Pra Analitik
Alat dan bahan :
1. Sonde
2. Spuit
3. Insulin
Analitik
Prosedur :
7
Baroon, D.N. 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC. Hal 258-260
24
6. Pepsin
Test terhadap adanya pepsin (atau pepsinogen) hanya berarti apabila telah
dinyatakan adanya achlorhydria.
Pra Analitik
1. Tabung Reaksi
2. Inkubator
3. Putih telur
4. HCl 0,1 N
5. Toluene
Analitik
6. Kepada tiap tabung diberikan 2 lempeng putih telur beku dan beberapa tetes
toluene; kemudian dimasukkan ke dalam lemari inkubator selama 24 jam pada
suhu 37ºC.
25
7. Bandingkan besarnya lempeng putih telur dalam ketiga tabung itu.
Post Analitik
Apabila lempeng dalam tabung A tidak hilang dan/ atau yang dalam
tabung B jelas mengecil atau menghilang, test ini batal.8
8
Gandosoebrata, R.2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian
Rakyat,Hal 141.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cairan lambung (gastric juice) adalah hasil sekresi lambung
mengandung asam klorida (5 g per l), ion mineral dan kation kation Na, K,
Ca, serta Mg. Komponen utama cairan lambung yang lain adalah 3 macam
endopeptidase; pepsinogen (propepsin). Mengambil cairan lambung
digunakan untuk pemeriksaan cairan ataupun mengeluarkan zat racun dari
lambung.
B. Saran
27
28
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat dipertanggungjawabkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Baroon, D.N. 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC.
Mafloed, Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta: Kanisius.
Perry, A.G., dan Potter, P.A. 2003. Clinical Nursing Skills and Techniques. St
Louis: Mosby
30