Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA 1

Modul :

Sedimentasi

Disusun Oleh:

KELOMPOK 25

Dimas Anggoro (121280104)

Bertha Nofitriana (121280105)

Adinda Putri (121280106)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

SUB-JURUSAN TEKNIK PROSES HAYATI

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2022
ABSTRAK
Sedimentasi dikenal dengan sebutan proses pemisahan antara campuran padatan
dan cairan menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi tinggi. Pada
praktikum sedimentasi ini, bertujuan untuk mencari hubungan antara tinggi
interface dengan waktu sedimentasi dan konsentrasi, mencari hubungan antara
waktu dengan kecepatan pengendapan, mencari hubungan antara Vhs eksperimen
dengan xrs hitung. Pada percobaan kali ini menggunakan sampel berupa kapur sirih
dengan konsentrasi 20%, 20%, dan 30% yaitu 100 gram, 100 gram, dan 150 gram.
Pada konsentrasi 20%, terdapat perbedaan, salah satu diantaranya ada yang
menggunakan koagulan berupa tawas. Pada konsentrasi pertama yaitu 20% dengan
koagulan, didapatkan hasil zt mula-mula 17,5 cm dan Zt akhirnya adalah 11,6 cm
dalam selang waktu 60 menit. Untuk konsentrasi kedua yaitu 20% tanpa koagulan,
didapatkan hasil Zt mula-mula 16 cm dan Zt akhirnya yaitu 6,8 cm dalam selang
waktu 60 menit. Pada konsentrasi ketiga yaitu 30%, didapatkan Zt mula-mula 15,5
cm dan Zt akhirnya yaitu 9,2 cm dalam selang waktu 60 menit. Metode yang
digunakan dalam praktikum sedimentasi ini yaitu proses pemisahan dengan cara
pengendapan (sedimentasi) serta menggunakan Microsoft excel dengan solver
untuk mecari nilai Vo dan rv. Dari hasil yang didapat maka dapat disimpulkan
bahwa semakin lama waktu proses sedimentasi, maka tinggi interface yang
didapatkan juga akan semakin rendah Pada grafik hubungan antara tinggi interface
dengan waktu yaitu semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin tinggi pula
interface yang didapatkan, begitupun sebaliknya. Dan pada grafik hubungan antara
kecepatan sedimentasi dengan waktu yaitu semakin besar konsentrasi slurry maka
kecepatan pengendapannya akan lama, hal tersebut ditunjukkan karena besarnya
waktu yang dibutuhkan untuk pengendapan semakin banyak dan jika konsentrasi
yang digunakan semakin kecil maka akan terlihat perbedaan tinggi interface yang
cukup signifikan. Saran yang dapat dikembangkan dari praktikum ini yaitu
praktikan diharapkan dapat lebih teliti saat melakukan percobaan dan melakukan
perhitungan dengan detail.

Kata kunci : Interface, Koagulan, Sedimentasi, Slurry.

ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2
1.4 Sasaran ................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
2.1 Sedimentasi.......................................................................................................... 3
2.2 Tahapan Sedimentasi ........................................................................................... 4
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi ................................................ 4
2.4 Klasifikasi Sedimentasi ....................................................................................... 5
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ....................................................................... 8
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................... 8
3.1.1 Alat .............................................................................................................. 8
3.1.2 Bahan ........................................................................................................... 8
3.2 Variabel Percobaan .............................................................................................. 8
3.3 Diagram Alir Percobaan ...................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 10
4.1 Hasil ................................................................................................................... 10
4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 12
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 16
5.2 Saran .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17
LAMPIRAN A ................................................................................................................. 18
LAMPIRAN B.................................................................................................................. 20
LAMPIRAN C ................................................................................................................. 28
LAMPIRAN D ................................................................................................................. 30
LAMPIRAN E.................................................................................................................. 32

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Tahapan Proses Sedimentasi ...............................................................4


Gambar 3. 1 Diagram Alir Percobaan ......................................................................9
Gambar 4. 1 Grafik Hubungan Antara Tinggi Interface dan Waktu Sedimentasi .13
Gambar 4. 2 Grafik Hubungan Antara Waktu Sedimentasi dan Laju Sedimentasi
................................................................................................................................13
Gambar 4. 3 Grafik Hubungan Antara Vhs Eksperimen dan Vhs Hitung .............15
Gambar C. 1 Penimbangan Kapur Sirih yang Disesuaikan dengan Konsentrasinya
................................................................................................................................28
Gambar C. 2 Penimbangan Koagulan berupa Tawas.............................................28
Gambar C. 3 Slurry dengan Konsentrasi 20%, 20%, dan 30% ..............................29
Gambar C. 4 Hasil Akhir Pengamatan Proses Sedimentasi ...................................29

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Hasil Pengamatan Slurry Konsentrasi 20% dengan Koagulan ....10
Tabel 4. 2 Data Hasil Pengamatan Slurry Konsentrasi 20% tanpa Koagulan .......10
Tabel 4. 3 Data Hasil Pengamatan Slurry Konsentrasi 30% tanpa Koagulan .......11
Tabel 4. 4 Perhitungan Vhs Eksperimen dan Vhs Hitung .....................................12
Tabel 4. 5 Perhitungan Xrs Eksperimen dan Xrs Hitung .......................................12

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada industri terutama industri kimia proses pemisahan sangatlah
diperlukan, baik dalam menyimpan umpan atau produk. Umumnya
memisahkan dari campuran produk yang keluar dari reaktor, sebagai contoh
proses pemisahan cairan dengan padatan yang disebut juga dengan proses
sedimentasi. Berbagai cara pemisahan dapat digunakan.Teknik pemisahan
yang umumnya banyak digunakan adalah sedimentasi, kristalisasi, destilasi,
ekstraksi, absorpsi, filtrasi dan penukaran ion. Sedimentasi banyak digunakan
pada proses pemisahan kimia,metalurgi, maupun pada proses-proses
pengurangan polusi air limbah industri.Terdapat dua bagian dalam proses
sedimentasi, yaitu slurry atau bagian dengan konsentrasi partikel terbesar, dan
supernatant atau cairan bening Aplikasi dari proses sedimentasi dalam dunia
industri meliputi pemisahan padatan pengotor dalam air limbah, pengendapan
kristal dari larutan induk, pengendapan slurry pada proses pencucian kedelai,
dan masih banyak lainnya.
Dalam sedimentasi terjadi proses pemisahan campuran padatan dan cairan
menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi tinggi. Proses
sedimentasi dapat dilakukan secara batch, sering dilakukan dalam proses
komersial dengan mempertimbangkan kecepatan pengedapan terminal dan
partikel-partikelnya dan kontinyu, digunakan pada industri dengan kapasitas
yang besar menggunakan tangki besar serta air sebagai pensuspensinya dan
mempertimbangkan kecepatan pengendapan serta partikel-partikelnya. Proses
sedimentasi dilakukan dengan cara mengendapkan partikel zat padat yang
tersebar atau tersuspensi dalam cairan dengan waktu tertentu sehinga cairan
jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang meumpuk didasarnya.teknik
pemisahan dengan ini selain lebih mudah dalam pengoperasiannya.dilihat dari
segi ekonomi juga lebih murah.

1
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang terjadi pada modul ini :
1. Bagaimana mencari hubungan antara tinggi interface dengan waktu
sedimentasi dan konsentrasi?
2. Pristiwa apa yang berkaitan dengan sedimentasi di dunia industri?
3. Bagaimana mencari hubungan antara Vhs dan Xrs hitung dan eksperimen?
4. Bagaimana membandingan nilai SSE teoritis dengan nilai SSE yang
dihitung?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Mencari hubungan antara tinggi interface dengan waktu sedimentasi dan
konsentrasi.
2. Mencari hubungan antara waktu dan kecepatan pengendapan.
3. Mencari hubungan antara Vhs dan Xrs hitung dan eksperimen.
4. Membandingan nilai SSE teoritis dengan nilai SSE yang dihitung.

1.4 Sasaran
Adapun sasaran dari praktikum ini yaitu:
1. Praktikan dapat menentukan tinggi interface terhadap waktu pengendapan
2. Praktikan dapat menentukan hubungan tinggi interface terhadap
konsentrasi.
3. Praktikan dapat mencari hubungan antara kecepatan sedimentasi partikel
padatan dengan konsentrasi slurry berdasar data percobaan serta membuat
grafiknya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentasi
Operasi pemisahan yang melibatkan antara campuran padatan dan cairan
(slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya) biasa disebut dengan proses sedimentasi. Dalam berbagai
industri, rangkaian proses sedimentasi dapat ditemukan dalam proses
pengolahan dan pengelolaan air sungai, pengendapan partikel padatan pada
bahan makanan cair, pengendapan kristal dari larutan induk, pengendapan
partikel terendap pada industri minuman beralkohol, pengendapan bubur kertas
atau pulp pada industri kertas, hingga proses pemurnian air limbah yang ada
pada suatu industri itu sendiri. Metode sedimentasi ini terjadi antara padatan
dan cairan dengan melibatkan gaya gravitasi (Setiyadi et al, 2017).
Sedimentasi merupakan pemisahan antara padatan dengan cairan yang
berasal dari slurry encer, di mana pemisahan ini akan menghasilkan cairan
jernih dan padatan dengan konsentrasi tinggi. Pada umumnya, dalam skala
laboratorium sedimentasi dilakukan secara batch dengan observasi pada tes
batch setting, yaitu ketika partikel-partikel padatan dalam suatu slurry
mengalami pengendapan dalam silinder kaca (Setiyadi et al, 2017).
Apabila suatu partikel padatan berada pada jarak yang cukup jauh dari
dinding partikel padatan lainnya kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi oleh
gesekan dinding maupun dengan partikel lainnya, disebut dengan peristiwa
free settling. Ketika partikel padatan berada pada keadaan saling berdesakan
maka partikel akan mengendap pada kecepatan rendah, disebut dengan
peristiwa hindered settling. Hal ini berakibat pada proses sedimentasi
kecepatan endapan yang turun ke bawah semakin lama semakin lambat,
sehingga untuk memperoleh hasil sedimentasi sampai proses pengendapan
berhenti memerlukan waktu yang cukup lama.

3
2.2 Tahapan Sedimentasi
Proses sedimentasi dalam dunia industri dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan alat yang dikenal dengan nama
thickener, sedangkan untuk skala laboratorium berupa metode batch.

Gambar 2. 1 Tahapan Proses Sedimentasi


Dapat dilihat dari Gambar 2.1, di mana terdapat pembagian zona antara A
(cairan bening), B (zona konsentrasi seragam), C (zona ukuran butir tidak seragam),
dan D (zona partikel padat terendapkan). Pada zona A menunjukkan suspensi dalam
silinder dengan konsentrasi padatan yang seragam. Lambat laun, partikel-partikel
padatan tersebut mulai mengendap dengan laju pengendapan partikel yang
diasumsikan dengan terminal velocity pada kondisi hindered settling. Pada zona B,
terdapat partikel-partikel yang memiliki konsentrasi yang seragam dan hampir sama
dengan Zona D didominasi oleh endapan partikel-partikel padatan yang lebih cepat
mengendap, sedangkan zona C terdapat partikel dengan ukuran yang berbeda-beda
dan konsentrasi yang tidak seragam dan hampir sama dengan keadaan mula-mula.
Apabila proses sedimentasi dilanjutkan, tinggi dari tiap zona dapat bervariasi. Zona
D akan berisi partikel yang paling berat, zona C akan menjadi tempat terjadinya
transisi sehingga cairan akan naik, fluida akan naik karena adanya desakan di zona
D yang mengalami pemampatan (Yusuf & Kezia, 2020).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi


Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan proses sedimentasi,
antara lain:
1. Konsentrasi

4
Apabila semakin besar konsentrasi maka semakin banyak jumlah partikel
dalam suatu suspensi yang menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara
suatu partikel dengan partikel yang lain dan drag force akan semakin besar.
2. Diameter wadah
Diameter wadah sedimentasi sangat berpengaruh terhadap kecepatan
sedimentasi, Hal ini karena semakin kecil diameter wadah maka akan
semakin kecil luas permukaan dari partikel tersebut yang mengakibatkan
gaya gesek antar partikel akan semakin kecil dan mempercepat kecepatan
sedimentasi begitupun dengan sebaliknya.
3. Jenis Partikel
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi
kecepatan pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis.

2.4 Klasifikasi Sedimentasi


Berdasarkan ukuran partikel, sedimentasi dibedakan menjadi, yaitu:
1. Discreate particle, artinya selama pengendapan bentuk, ukuran, dan
densitas partikel tidak berubah.
2. Flocentate particle, artinya selama pengendapan bentuk, ukuran, dan
densitas partikel berubah.
3. Free Setting, artinya partikel tidak dipengaruhi oleh partikel lain dapat di
peroleh jika konsentrasinya rendah
4. Hidder setting, artinya proses sedimentasi akan mendapatkan pengaruh dari
partikel lainnya.
Berdasarkan proses pengendapannya batuan sedimentasi dibedakan,
sebagai berikut:
1. Sedimen klasik (dari pecahan-pecahan batuan sebelumnya)
2. Batuan sedimen kimiawi (dari proses kimia)
3. Batuan sedimen organik (pengendapan dari bahan organik)
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut batuan sedimentasi juga
dibedakan sebagai berikut:
1. Batuan sedimen air (udara)

5
2. Batuan sedimen akuatik (air)
3. Sungai batuan sedimen marine (laut)
4. Batuan sedimen glastik (gletser)
Berdasarkan tempat pengendapannya batuan sedimentasi juga dibedakan
sebagai berikut:
1. Batuan sedimen limnik (rawa)
2. Batuan sedimen fluvial (sungai)
3. Batuan sedimen marine (laut)
4. Batuan sedimen teistrik (darat)

Selain itu, adapun rumus-rumus yang digunakan dalam praktikum sedimentasi


ini, yaitu rumus untuk menghitung ketinggian interface antara lain:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑧=
𝜋𝑟 2
Keterangan :
V= volume cairan (mL)
r= jari-jari tabung (cm)
Π=3,14
Sedangkan dalam penentuan kecepatan pengendapan sedimentasi nilai z
menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡
𝑣=
𝑡
Keterangan :
zi= tinggi interface garis singgung (cm)
zt = tinggi interface (cm)
t = waktu (menit)
Untuk menentukan Keterangan :
x = nilai aktual
y = nilai yang tercapai

6
Sum of Square Errors (SSE) merupakan perhitungan statistik awal yang
digunakan untuk menghitung selisih antara nilai observasi dan nilai prediksi. Nilai
dari SSE (Sum of Square Errors) nya yaitu :
𝑛

𝑆𝑆𝐸 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑦𝑖)2


𝑖=1

Untuk menentukan nilai v0 dan rv ditentukan meggunakan:


Vhs (x) = V0 exp-rv.xrs

Keterangan :
Xrs = konsentrasi slurry (g/L)

7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain:
1. Tabung gelas berskala
2. Gelas ukur
3. Kaca pengaduk
4. Stopwach
5. Neraca analitik
6. Alat gelas lainnya
3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara
lain:
1. Kapur Sirih
2. Aquadest

3.2 Variabel Percobaan


Variabel yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
1. Konsentrasi kapur sirih sebesar 20%, dan 30%
2. Waktu pengendapan dengan variasi menit ke-0, menit ke-2, menit
ke-4, menit ke-6, menit ke-11, menit ke-16, menit ke-21, menit ke-
26, menit ke-31, menit ke-36, menit ke-41, menit ke-46, menit ke-
51, menit ke-56, dan menit ke-60.
3. Massa koagulan berupa tawas sebesar 5 gram.

8
3.3 Diagram Alir Percobaan

Mulai

Alat dan bahan disiapkan

Dibuat larutan slurry dengan konsentrasi sesuai variabel

Larutan slurry dimasukkan ke dalam tabung gelas berskala

Catat tinggi interface dan waktu setiap terjadi penurunan


slurry

Buat grafik hubungan waktu dan tinggi interface

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alir Percobaan

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun data-data yang didapatkan dari percobaan, antara lain sebagai berikut
Tabel 4. 1 Data Hasil Pengamatan Slurry Konsentrasi 20% dengan Koagulan

Konsentrasi 20% dengan Koagulan


Waktu Zt Zi V
0 17,5 17,5 0
2 17,2 17,5 0,15
4 17,2 17,5 0,075
6 17 17,8 0,133333
11 16,4 19 0,236364
16 15,5 17,2 0,10625
21 14,8 18,5 0,17619
26 14 20 0,230769
31 13 16,8 0,122581
36 12,4 15,8 0,094444
41 12 12,1 0,002439
46 11,8 12,5 0,015217
51 11,6 13 0,027451
56 11,4 13,4 0,035714
60 11,6 13 0,023333

Tabel 4. 2 Data Hasil Pengamatan Slurry Konsentrasi 20% tanpa Koagulan

Konsentrasi 20 tanpa Koagulan


Waktu Zt Zi V
0 16 16 0
2 15,4 16 0,3
4 14,9 15,8 0,225
6 14,2 16,4 0,366667
8 12,6 18,3 0,7125

10
10 10,9 18,4 0,75
16 9,5 13 0,21875
22 8,4 9,2 0,036364
28 8 10,8 0,1
34 7,6 9,5 0,055882
40 7,4 9,2 0,045
46 7,2 9,5 0,05
52 7 8,2 0,023077
58 6,9 8,2 0,022414
60 6,8 8,2 0,023333

Tabel 4. 3 Data Hasil Pengamatan Slurry Konsentrasi 30% tanpa Koagulan

Konsentrasi 30 tanpa Koagulan


Waktu Zt Zi V
0 15,5 15,5 0
2 15,3 15,4 0,05
4 15,1 15,4 0,075
6 14,9 15,6 0,116667
11 14,2 16 0,163636
16 13,4 16,4 0,1875
21 12,6 15,8 0,152381
26 11,8 18,5 0,257692
31 10,5 12,4 0,06129
36 10,1 11,2 0,030556
41 9,9 14,1 0,102439
46 9,5 10,3 0,017391
51 9,4 10,3 0,017647
56 9,3 10,3 0,017857
60 9,2 10,3 0,018333

11
Tabel 4. 4 Perhitungan hs Eksperimen dan hs Hitung

Vhs
Eksperimen Hitung
a 0,1 0,0997
b 0,15862069 0,095659
c 0,10862069 0,108303

Vo 0,10830
Rv 0,41383

Tabel 4. 5 Perhitungan rs Eksperimen dan rs Hitung


Xrs Keterangan SSE %SSE
8,97E-
0,00002%
0,2 koagulan 08
1,01E-
0,00001%
0,3 koagulan 07
1,9E-07 0,00002%
Xrs 0,2 0,3
Eksperimen 0,1 0,10862069
Hitung 0,10862069 0,108303456

4.2 Pembahasan
Pada praktikum sedimentasi, terdapat bahan-bahan yang digunakan untuk
mengamati proses sedimentasi, yaitu kapur sirih dengan konsentrasi 20% dan
30%. Dalam percobaan ini, terdapat 3 slurry yang menjadi objek pengamatan
proses sedimentasi, yaitu slurry dengan konsentrasi 20% dengan koagulan
berupa tawas, slurry dengan konsentrasi 20% tanpa koagulan, dan slurry dengan
konsentrasi 30% tanpa koagulan. Dalam percobaan ini, akan didapatkan
hubungan antara tinggi interface dengan waktu sedimentasi, hubungan antara
waktu dan kecepatan sedimentasi, hubungan antara Vhs dan Xrs hitung dan
eksperimen, serta membandingkan hubungan nilai SSE teoritis dan hitung.

12
4.2.1 Hubungan Antara Tinggi Interface dan Waktu
20

15

Zt
10

0
0 10 20 30 40 50 60
t (waktu)

Gambar 4. 1 Grafik Hubungan Antara Tinggi Interface dan Waktu Sedimentasi


Dapat dilihat pada Gambar 4.1, selang waktu selama proses sedimentasi sangat
beragam dan ditunjukkan dengan adanya penurunan pada grafik tersebut. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa pada gambar di atas, konsentrasi slurry 20% dengan
koagulan saat waktu 0 menit berada pada ketinggian 17,4 cm dan ketika di menit
ke 60 berada pada ketinggian 11,6 cm. Pada konsentrasi slurry 20% dengan tanpa
koagulan saat waktu 0 menit berada pada ketinggian 16 cm dan ketika di menit ke
60 berada pada ketinggian 6,8 cm. Sedangkan pada konsentrasi slurry 30% dengan
tanpa koagulan saat waktu 0 menit berada pada ketinggian 15,5 cm dan ketika di
menit 60 berada pada ketinggian 9,2 cm. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa hubungan antara tinggi interface dan waktu berbanding terbalik,
artinya semakin lama waktu berlangsungnya proses sedimentasi, maka tinggi
interface yang akan dihasilkan dari masing-masing slurry semakin rendah,

4.2.2 Hubungan Antara Waktu dan Laju Sedimentasi


0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1 0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4. 2 Grafik Hubungan Antara Waktu Sedimentasi dan Laju Sedimentasi

13
Berdasarkan Gambar 4.2, didapatkan bahwa pada slurry dengan konsentrasi
slurry sebesar 20% tanpa koagulan memiliki laju 0 m/s yang kemudiaan diikuti
sebesar 0,3 m/s.hingga pada menit ke 60, laju sedimentasi mencapai 0,023 m/s.
Pada konsentrasi 20% dengan koagulan memiliki laju 0 m/s yang kemudian
diikuti sebesar 0,15 m/s hingga pada menit ke 60, laju sedimentasi mencapai
0,023 m/s. Sedangkan pada konsentrasi 30% tanpa koagulan memiliki laju 0
m/s yang kemudian diikuti sebesar 0,05 m/s hingga pada menit ke 60, laju
sedimentasi mencapai 0,0183 m/s. Dapat dilihat pada gambar tersebut bahwa di
menit ke-4 dan menit ke-11, grafik menunjukkan kenaikan yang cukup
signifikan, hal ini dapat terjadi karena pada menit-menit awal, slurry berupa
kapur sirih dalam suspensi mempunyai konsentrasi seragam dan jarak antar
partikelnya masih cukup besar, sehingga tidak ada desakan antar partikel pada
menit tersebut, yang menyebabkan partikel dapat jatuh mengendap dengan
bebas, di mana tahap ini disebut dengan free settling. Namun, seiring
berjalannya waktu, partikel-partikel yang mengendap akan semakin banyak,
menghasilkan ‘gaya baru’ berupa gaya dorong ke atas yang menghambat
partikel-partikel kapur sirih yang belum mengendap di atasnya, sehingga
memperlambat laju pengendapan, dan pada saat itulah terjadi hindered settling
yang ditandai dengan penurunan laju sedimentasi. Berdasarkan apa yang sudah
diperoleh dari grafik dan data, dapat disimpulkan bahwa laju sedimentasi
ditunjukkan dengan adanya penurunan ketinggian daerah yang menjadi tempat
endapan dengan supernatant (liquid).

14
4.2.3 Hubungan Antara Vhs Eksperimen dan Vhs Hitung

Vhs Eksperimen vs Vhs Hitung


0.18
0.16
0.14
0.12
Eksperimen

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.094 0.096 0.098 0.1 0.102 0.104 0.106 0.108 0.11
Hitung

Gambar 4. 3 Grafik Hubungan Antara Vhs Eksperimen dan Vhs Hitung


Berdasarkan Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa Vhs (Kecepatan Hindered
Settling) eksperimen dan Vhs (Kecepatan Hindered Settling) hitung tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dengan menggunakan asumsi a (20%
dengan Koagulan), b (20% tanpa Koagulan), dan c (30% tanpa Koagulan) diperoleh
hasil perhitungan dengan a sebesar 0,0997 dengan Vhs eksperimen sebesar 0,1, b
sebesar 0,0956 dengan Vhs eksperimen sebesar 0,1586, dan c sebesar 0,1083
dengan Vhs eksperimen sebesar 0,1086.

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum sedimentasi ini,
antara lain:
1. Semakin lama waktu proses sedimentasi, maka tinggi interface yang
didapatkan juga akan semakin rendah.
2. Hubungan antara waktu dengan tinggi interface merupakan hubungan yang
berbanding terbalik.
3. Semakin lama waktu proses sedimentasi, maka laju sedimentasi akan
semakin lambat.
4. Ada dan tidaknya koagulan sangat berpengaruh terhadap laju dan tinggi
interface. Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka tinggi interface yang
diperoleh juga akan semakin tinggi.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat dijadikan pengembangan dari praktikum
sedimentasi ke berbagai praktikum setelahnya, antara lain:
1. Praktikan diharapkan untuk dapat lebih teliti dalam mengamati hasil
percobaan dan menuliskannya dengan jelas pada tabel data.
2. Praktikan diharapkan dapat mengetahui tata tertib di laboratorium dan
menaati dengan sebaik-baiknya.
3. Praktikan diharapkan dapat mengetahui bahaya dari bahan-bahan yang
digunakan serta mengetahui cara menanggulanginya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Roessiana, Setiyadi, & BH, S. (2014, Juni). Model Persamaan Faktor Koreksi

pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling. Jurnal Sains dan

Teknologi Lingkungan, 6.

Rumbino, Y., & Abigael, K. (2020, Mei). Penentuan Laju Pengendapan Partikel di

Kolam Penampungan Air Hasil Pencucian Bijih Mangan. Jurnal Ilmiah

Teknologi FST Undana, 14.

Setiyadi, Lorentius, S., Ariella, E., & M. S., G. P. (2017). Menentukan Persamaan

Kecepatan Pengendapan pada Sedimentasi

17
LAMPIRAN A

1. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Tinggi Interface dengan


Konsentrasi Kapur Sirih 20% dan Koagulan

2. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Tinggi Interface dengan


Konsentrasi Kapur Sirih 20% tanpa Koagulan

18
3. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Tinggi Interface dengan
Konsentrasi Kapur Sirih 30% tanpa Koagulan

4. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Tinggi Interface pada Kapur Sirih
dengan Koagulan dan tanpa Koagulan

Koagulan vs Non Koagulan


19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
Zt

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60
t

19
LAMPIRAN B
Perhitungan

1. Preparasi Larutan

Vair = 500 ml

Mair = Vair x air

Mair = 500 ml x 1 gram/ml

Mair = 500 gram

a. Membuat kapur sirih konsentrasi 20%

20
× 500 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

b. Membuat kapur sirih konsentrasi 20%

20
× 500 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

c. Membuat kapur sirih konsentrasi 30%

30
× 500 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 150 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

2. Mencari Nilai Vhs Eksperimen

𝑍𝑏 − 𝑍𝑎
𝑉ℎ𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 =
𝑡𝑏 − 𝑡𝑎

a. Pada Konsentrasi 20% + koagulan

17,2 − 11,6
𝑉ℎ𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = = 0,0965517
60 − 2

b. Pada Konsentrasi 20%

15,4 − 6,8
𝑉ℎ𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = = 0,148276
60 − 2

c. Pada Konsentrasi 30%

15,3 − 9,2
𝑉ℎ𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = = 0,105172
60 − 2

20
3. Mencari Nilai Vhs Hitung
𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑉𝑜 × 𝑒𝑥𝑝−𝑟𝑣.𝑋𝑟𝑠

a. Pada Konsentrasi 20% + koagulan

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑉𝑜 × 𝑒𝑥𝑝−𝑟𝑣.𝑋𝑟𝑠

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,10830 × 𝑒𝑥𝑝−0,41383.0,2

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,0996974

b. Pada Konsentrasi 20%

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑉𝑜 × 𝑒𝑥𝑝−𝑟𝑣.𝑋𝑟𝑠

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,10830 × 𝑒𝑥𝑝−0,41383.0,2

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,0996974

c. Pada Konsentrasi 30%

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑉𝑜 × 𝑒𝑥𝑝−𝑟𝑣.𝑋𝑟𝑠

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,10830 × 𝑒𝑥𝑝−0,41383.0,3

𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,0956558

4. Mencari Nilai SSE

𝑆𝑆𝐸 = (𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑉ℎ𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛)2

a. Pada Konsentrasi 20% + koagulan

𝑆𝑆𝐸 = (𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑉ℎ𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛)2

𝑆𝑆𝐸 = (0,0996974 − 0,0965517)2

𝑆𝑆𝐸 = 0,00000989

b. Pada Konsentrasi 20%

𝑆𝑆𝐸 = (𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑉ℎ𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛)2

𝑆𝑆𝐸 = (0,0996974 − 0,148276)2

21
𝑆𝑆𝐸 = 0,00235988

c. Pada Konsentrasi 30%

𝑆𝑆𝐸 = (𝑉ℎ𝑠 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑉ℎ𝑠 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛)2

𝑆𝑆𝐸 = (0,0956558 − 0,105172)2

𝑆𝑆𝐸 = 0,00009055

5. Mencari kecepatan

v = 𝑍𝑖 − 𝑍𝑡t

a. Pada Konsentrasi 20% + koagulan

• t = 0 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 17,5 − 17,5
𝑉= = = 0 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 0

• t = 2 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 17,5 − 17,2
𝑉= = = 0,15 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 2

• t = 4 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 17,5 − 17,2
𝑉= = = 0,075 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 4

• t = 6 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 17,8 − 17
𝑉= = = 0,133333 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 6

• t = 11 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 19 − 16,4
𝑉= = = 0,236364 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 11

• t = 16 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 17,2 − 15,5
𝑉= = = 0,1065 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 16

22
• t = 21 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 18,5 − 14,8
𝑉= = = 0,17619 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 21

• t = 26 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 20 − 14
𝑉= = = 0,230769 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 26

• t = 31 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 16,8 − 13
𝑉= = = 0,122581 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 31

• t = 36 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 15,8 − 12,4
𝑉= = = 0,94444 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 36

• t = 41 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 12,1 − 12
𝑉= = = 0,002439 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 41

• t = 46 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 12,5 − 11,8
𝑉= = = 0,015217 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 46

• t = 51 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 13 − 11,6
𝑉= = = 0,027451 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 51

• t = 56 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 13,4 − 11,4
𝑉= = = 0,035714 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 56

• t = 60 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 13 − 11,6
𝑉= = = 0,023333 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 60

b. Pada Konsentrasi 20%

• t = 0 menit

23
𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 16 − 16
𝑉= = = 0 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 0

• t = 2 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 16 − 15,4
𝑉= = = 0,3 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 2

• t = 4 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 15,8 − 14,9
𝑉= = = 0,225 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 4

• t = 6 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 16,4 − 14,2
𝑉= = = 0,36667 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 6

• t = 11 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 18,3 − 12,6
𝑉= = = 0,7125 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 11

• t = 16 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 18,4 − 10,9
𝑉= = = 0,75 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 16

• t = 21 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 13 − 9,5
𝑉= = = 0,21875 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 21

• t = 26 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 9,2 − 8,4
𝑉= = = 0,03636 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 26

• t = 31 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 10,8 − 8
𝑉= = = 0,1 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 31

• t = 36 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 9,5 − 7,6
𝑉= = = 0,05588 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 36

24
• t = 41 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 9,7 − 7,4
𝑉= = = 0,045 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 41

• t = 46 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 9,5 − 7,2
𝑉= = = 0,05 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 46

• t = 51 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 8,2 − 7
𝑉= = = 0 02308 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 51

• t = 56 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 8,2 − 6,9
𝑉= = = 0,02241 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 56

• t = 60 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 8,2 − 6,8
𝑉= = = 0,02333 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 60

c. Pada Konsentrasi 30%

• t = 0 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 15,5 − 15,5
𝑉= = = 0 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 0

• t = 2 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 15,4 − 15,3
𝑉= = = 0,05 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 2

• t = 4 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 15,4 − 15,1
𝑉= = = 0,075 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 4

• t = 6 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 15,1 − 14,9
𝑉= = = 0,116667 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 16

• t = 11 menit

25
𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 16 − 14,2
𝑉= = = 0,163636 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 11

• t = 16 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 16,4 − 13,4
𝑉= = = 0,1875 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 16

• t = 21 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 15,8 − 12,6
𝑉= = = 0,152381 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 21

• t = 26 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 18,5 − 11,8
𝑉= = = 0,257692 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 26

• t = 31 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 12,4 − 10,5
𝑉= = = 0,06129 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 31

• t = 36 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 11,2 − 10,5
𝑉= = = 0,0,030556 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 36

• t = 41 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 14,1 − 9,9
𝑉= = = 0, 𝑜10439 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 41

• t = 46 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 10,3 − 9,5
𝑉= = = 0,017391 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 46

• t = 51 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 10,3 − 9,4
𝑉= = = 0,017647 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 51

• t = 56 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 10,3 − 9,3
𝑉= = = 0,017857 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 56

26
• t = 60 menit

𝑍𝑖 − 𝑍𝑡 10,3 − 9,2
𝑉= = = 0,018333 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡 60

27
LAMPIRAN C
Dokumentasi

Gambar C. 1 Penimbangan Kapur Sirih yang Disesuaikan dengan Konsentrasinya

Gambar C. 2 Penimbangan Koagulan berupa Tawas

28
Gambar C. 3 Slurry dengan Konsentrasi 20%, 20%, dan 30%

Gambar C. 4 Hasil Akhir Pengamatan Proses Sedimentasi

29
LAMPIRAN D
RANGKUMAN MSDS
Informasi Bahan Nama : Kalsium Karbonat

CAS-No : 471-84-1

Kode Produk : LC 12690

Sifat Fisik Formula : CaCO3


Bentuk : Padat
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Sifat Kimia Titik lebur : 825°C
Relative Density : 2,93 g/cm3
Penanggulangan yang Terhirup : segera keluar ruangan untuk menghirup
udara segar
dilakukan ketika terjadi
Terkena kulit : bilas kulit yang terkena bahan
kontak fisik
dengan air mengalir
Terkena mata : bilas mata dengan air mengalir
Tertelan : netralkan, lalu muntahkan.
Penanggulangan yang Terbakar : Tidak mudah terbakar
Tumpah : Ambil bahan dalam keadaan kering dan
dilakukan ketika
buang ke tempat pembuangan
tumpah/terbakar

Penjelasan level bahan Explosive : 0


Flammable : 0
Toxic : 0
Corrosive : 0
Irritant : 0
Oxidizing : 0
Health Hazard : 1
Reactivity : 0

30
Informasi Bahan Nama : Air/Aquadest

CAS-No : 7732-18-5

Kode Produk : LC 26750

Rumus : H2O

Sifat Fisik Bentuk : Cair

Warna : Tidak berwarma

Bau : Tidak berbau

Sifat Kimia Ph : 7
Titik lebur : 0°C
Titik didih : 100°C
Relative Density : 1 g/cm3
Mr : 18 g/mol
Penanggulangan yang Terhirup : segera keluar ruangan untuk menghirup
udara segar
dilakukan ketika terjadi
Terkena kulit : tidak ada penanganan khusus
kontak fisik
Terkena mata : tidak ada efek samping
Tertelan : muntahkan.
Penanggulangan yang Terbakar : Tidak mudah terbakar
dilakukan ketika Tumpah : Bersihkan noda.
tumpah/terbakar
Penjelasan level bahan Explosive : 0
Flammable : 0
Toxic : 0
Corrosive : 0
Irritant : 0
Oxidizing : 0
Health Hazard : 0
Reactivity : 0

31
LAMPIRAN E
RISK ASSESSMENT

32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai