Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA

MODUL
SEDIMENTASI

Disusun Oleh :
Riska Riswana (05221036)
Rizki Andi Pratama (05221039)
Muhammad Syarif (05221043)

Asisten Praktikum :
Muhammad Rahman (05211055)

Dosen Pengampu :
Rizka Lestari S. T., M. Eng
Rizka Ayu Yuniar S. T., M. T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
2023/2024
HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


1. Setiap individu dalam kelompok memberikan kontribusi dalam penyelesaian
praktikum dan laporan
2. Hasil karya ini merupakan hasil pemikiran kelompok dan tidak melakukan plagiasi
hasil karya kelompok lain.
3. Teori atau hasil pemikiran orang lain yang menjadi referensi telah disitasi dalam
laporan.
4. Jika ditemukan plagiasi dalam laporan ini, kami siap menerima sanksi

No Nama Anggota NIM Tanda Tangan


1 Riska Riswana 05221036
2 Rizki Andi Pratama 05221039
3 Muhammad Syarif 05221043

PERSETUJUAN ASISTEN

Data yang dicantumkan dalam laporan ini sesuai dengan data selama praktikum dan
laporan yang disusun telah sesuai dengan ketentuan yang diberikan.

Nama Asisten NIM Tanda Tangan


Muhammad Rahman 05211055
ABSTRAK

Salah satu cara pemisahan antara padatan dengan cairan dari suatu slurry dapat
dilakukan dengan cara sedimentasi. Sedimentasi merupakan suatu proses
pengendapan padatan dalam cairan yang terjadi karena adanya gaya gravitasi.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah dapat menentukan koagulan yang paling
efektif serta menentukan settling velocity dan settling time dari slurry. Sasaran dari
praktikum ini untuk dapat menghitung kecepatan terminal (terminal velocity) partikel
dalam fenomena settling, menghitung laju pengendapan (sedimentation rate), serta
menganalisis hubungan laju pengendapan (sedimentation rate) dengan konsentrasi padatan
pada proses sedimentasi. Pada praktikum ini akan menggunakan bahan kapur, tawas, dan
kaporit. Semakin bertambahnya waktu pengendapan maka slurry yang diendapkan
semakin banyak dan tinggi suspensi akan semakin berkurang. Sedangkan semakin
tinggi konsentrasi larutan maka kecepatan pengendapannya semakin rendah.
Didapatkan juga pada variabel kapur tanpa adanya campuran tawas waktu endapan
yang terbentuk membutuhkan waktu relatif tidak terlalu lama dengan interface (z) slurry
terendap lebih cepat, pada saat memakai tawas berbanding terbalik dengan kapur yang
slurry terendap jauh lebih lambat, dan untuk campuran kaporit slurry terendap dengan
range waktu yang tidak selama tawas namun tidak secepat kapur. Untuk pengaruh
konsentrasi terhadap laju pengendapan (sedimentation rate) semakin pekat konsentrasi
maka laju pengendapan akan semakin melambat hal ini dibuktikan pada data yang telah
diambil dari sampel percobaan.

Kata kunci : Slurry, Pengendapan, Koagulan

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................................ 1
BAB II DASAR TEORI ..................................................................................................2
2.1 Pengertian Sedimentasi… ............................................................................... 2
2.2 Faktor yang Mempengaruhi… ........................................................................ 2
2.3 Koagulan ......................................................................................................... 3
2.4 Mekanisme Sedimentasi .................................................................................. 4
2.5 Settling Velocity dan Settling Time ................................................................ 5
2.6 Free settling dan Hard Settling........................................................................ 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 6
3.1 Alat yang digunakan….;… ............................................................................. 6
3.2 Bahan yang digunakan.................................................................................... 6
3.3 Variabel percobaan ......................................................................................... 6
3.4 Langkah percobaan......................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 8
4.1 Hasil Percobaan… .......................................................................................... 8
4.1.1 Media Gelas Ukur 1000 ml ............................................................. 8
4.1.2 Media Set Alat Sedimentasi…........................................................ 10
4.2 Pembahasan....................................................................................................10
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15
LAMPIRAN ...................................................................................................................16

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada Koagulan A (Tawas). ............... 12
Tabel 4.1.2 Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada Koagulan B (Kaporit). ............ 12
Tabel 4.1.3 Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada Koagulan C (Kapur)............... 13
Tabel 4.1.4 Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada Koagulan A (Kapur). .............. 13
Tabel 4.2.1 Data Koagulan pada Media Gelas Ukur ........................................................14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4 Mekanisme Sedimentasi… .......................................................................... 7


Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Jenis Koagulan Terhadap Settling Velocity Percobaan
Kelompok 6 .................................................................................................................... 14
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Jenis Koagulan Terhadap Settling Velocity Percobaan
Kelompok 7 .................................................................................................................... 16
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Jenis Koagulan Terhadap Settling Time Percobaan
Kelompok 6 .................................................................................................................... 16
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Jenis Koagulan Terhadap Settling Time Percobaan
Kelompok 7 .................................................................................................................... 17

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sedimentasi didefinisikan sebagai salah satu proses pemisahan campuran padatan
dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (Rumbini & Kezia, 2020). Pada
sedimentasi, terjadi proses pengendapan secara alami partikel-partikel padat yang
tersuspensi di dalam zat cair karena dipengaruhi gaya gravitasi. Proses pengendapan
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, konsentrasi, ukuran butir, jenis partikel,
densitas dan sebagainya. Proses ini terjadi karena gravitasi menarik partikel-partikel
tersebut ke arah bawah. Slurry didefinisikan sebagai bagian yang memiliki konsentrasi
partikel terbesar dan supernatant yaitu bagian cairan yang bening. Proses sedimentasi
memanfaatkan gaya gravitasi, yakni dengan mendiamkan suspensi hingga membentuk
endapan yang terpisah dari beningnya. Ketika suatu partikel padatan berada pada jarak
yang cukup jauh dari dinding atau partikel padatan lainnya kecepatan jatuhnya tidak
dipengaruhi oleh gesekan dinding atau partikel lainnya, peristiwa ini disebut free
settling. Ketika partikel padatan berada pada keadaan saling berdesakan maka partikel
akan mengendap pada kecepatan rendah peristiwa ini disebut hindered settling titik
guna menghasilkan proses sedimentasi yang optimum maka perlu menentukan waktu
pengendapan yang efektif, waktu pengendapan yang efektif dapat diasumsikan sebagai
batas saat terjadi perubahan pengendapan dari free settling ke hindered sealing
(Suryani & Guskarnali, 2020).
Proses sedimentasi dapat dilakukan secara batch atau kontinyu. Proses sedimentasi
berperan penting dalam berbagai proses industri, misalnya pada proses pengolahan air
limbah, pengolahan air sungai pengendapan kristal dan lain sebagainya. Guna
menghasilkan proses sedimentasi yang optimal dalam skala pabrik, maka perlu
dilakukan percobaan sedimentasi dalam skala laboratorium untuk mendapatkan data-
data waktu pengendapan saat proses sedimentasi.
Pada sedimentasi terdapat beberapa tahapan dan mekanisme yang perlu
diperhatikan dan diamati (mulai dari waktu dan kecepatannya) yang nantinya dapat
dijadikan bahan perbandingan antara sedimentasi menggunakan variabel 1 dengan
lainnya.
Dalam sedimentasi terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan
sedimentasi. Salah satunya adalah dengan penambahan koagulan. Pada praktikum ini
akan menggunakan beberapa jenis koagulan dan membandingkan keefektifan dari
masing masing koagulan dengan memperhatikan settling time dan settling velocity
yang diperoleh selama praktikum.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari modul sedimentasi ini yaitu :
1. Mampu menentukan settling time dan settling velocity pada sedimentasi
2. Mampu membandingkan koagulan yang efektif

1
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Sedimentasi


Sedimentasi didefinisikan sebagai salah satu proses pemisahan campuran padatan
dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (Rumbini & Kezia, 2020). Pada
sedimentasi, terjadi proses pengendapan secara alami partikel partikel padat yang
tersuspensi di dalam zat cair karena dipengaruhi gaya gravitasi. Proses pengendapan
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, konsentrasi, ukuran butir, jenis partikel,
densitas dan sebagainya (Suryani & Guskarnali, 2020). Hasil dari proses sedimentasi
terbagi menjadi dua bagian, yakni slurry dan supernatant. Slurry didefinisikan sebagai
bagian yang memiliki konsentrasi partikel terbesar dan supernatant yaitu bagian cairan
yang bening. Proses sedimentasi memanfaatkan gaya gravitasi, yakni dengan
mendiamkan suspensi hingga membentuk endapan yang terpisah dari beningnya.Salah
satu faktor yang ikut menentukan waktu yang diperlukan untuk pengendapan adalah
menghitung kecepatan partikel padatan yang turun ke bawah, dengan mengetahui
kecepatan pengendapan dapat memperkirakan waktu pengendapan yang efektif.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi


Faktor-faktor penting yang mempengaruhi proses sedimentasi antara lain adalah
ukuran partikel padat, densitas partikel padat, kekentalan fluida bentuk partikel padat
dan orientasinya. Faktor-faktor lain yang pengaruhinya proses sedimentasi diantaranya.
1. Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi berarti semakin banyak jumlah partikel dalam suatu
suspensi yang menyebabkan bertambah gaya gesek antara suatu partikel dengan
partikel yang lain.
2. Drag force atau gaya seret
Dengan adanya drag force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini akan
menyebabkan gaya total untuk mengendapkan partikel gerakan partikel menjadi
lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah sehingga kecepatan
pengendapan semakin turun.
3. Waktu
Semakin lama waktu pengendapan, maka kecepatan pengendapannya semakin
turun yang terlihat dari interfacenya semakin kecil dengan tinggi suspense serta
tinggi slurry dan supernatant.
4. Settling
Pada proses free settling, laju pengendapannya semakin cepat dibandingkan pada
proses hindered settling yang mana laju pengendapannya semakin lambat.
5. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika ukuran
partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan volumenya. Luas
permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya ya dan volume partikelnya
berbanding lurus dengan gaya apung. Hal ini disebabkan oleh gaya ke atas (gaya

2
drag dan drag apung) semakin besar sehingga gaya total untuk mengendapkan
partikel maka semakin kecil sehingga kecepatan pengendapan semakin menurun.
6. Jenis partikel
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh terhadap
gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan
suatu partikel dalam suatu fluida yang statis.
7. Densitas
Partikel yang mempunyai densitas lebih besar daripada densitas medium apabila
dimasukkan ke dalam medium tersebut,partikel akan jatuh mengendap di percepat
oleh gaya gravitasi.
8. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya
gesekan di dalam fluida makin besar viskositas suatu fluida. Maka makin sulit fluida
mengalir Dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut sesuai.

2.3 Koagulan
Koagulan merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan mendestabilisasi
koloid dengan cara menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid sehingga koloid
dapat bergabung satu sama lain membentuk flok dengan ukuran yang lebih besar dan
mudah mengendap (Asmiyarna,2021). pada praktikum digunakan jenis koagulan
diantaranya
1. Kapur
Kapur adalah bahan mudah larut dalam air dan menghasilkan gugus
hidroksil yaitu Ca(OH)2 Kapur (lime) secara umum terdapat dalam dua
bentuk yaitu CaO dan Ca(OH)2 yang bersifat basa dan disertai keluarnya
panas yang tinggi. Penggunaan dari kapur antara lain dibidang kesehatan
lingkungan untuk pengolahan air kotor, air limbah maupun industri lainnya.
Pada pengolahan air kotor, kapur dapat mengurangi kandungan bahan-
bahan organik. Cara kerjanya adalah kapur ditambahkan untuk mereaksikan
alkalibikarbonat serta mengatur pH airsehingga menyebabkan pengendapan.
Proses pengendapan ini akan berjalansecara efektif apabila pH air antara 6 ±
8 (Considine) (Zikri, 2016).
2. Kaporit
Kaporit, atau natrium hipoklorit (NaClO), adalah senyawa kimia yang
sering digunakan sebagai agen disinfektan dan pemutih dalam berbagai
aplikasi, seperti pengolahan air minum, kolam renang, dan pemurnian air
limbah. Kaporit, di sisi lain, digunakan untuk membunuh mikroorganisme,
seperti bakteri, virus, dan alga, di udara. Ini bekerja dengan melepaskan ion-
ion hipoklorit ke dalam udara, yang kemudian bereaksi dengan
mikroorganisme dan bahan organik lainnya untuk mengoksidasi dan
menghilangkannya. (Dheasy, 2017)
3. Tawas
Tawas dapat mengikat partikel dengan cepat dan dapat membentuk flok
lebih- hanyak. Tawas berbentuk kristal jika ditambahkan dengan air akan

3
mudah larut Tawas memiliki muatan elektron positif sedangkan padatan
tersuspensi memiliki muatan elektron negatif, jika kedua zat ini bertemu
maka akan terjadi reaksi. Hasil dari reaksi ini padatan tersuspensi dapat
terikat oleh zat koagulan tawas sehingga akan membentuk flok-flok dalam
air limbah cair. Pada koagulan tawas mampu menbenbtuk flok- flok yang
mengendap membentuk sludge yang dapat disaring dengan mudah. Tawas
tidak keruh apabila ditambah secara berlebihan. (Salsabila, 2018)

2.4 Mekanisme Sedimentasi


Mekanisme Sedimentasi, pemisahan ini menghasilkan cairan jernih dan padatan
dengan konsentrasi tinggi. Mekanisme dari sedimentasi dideskripsikan dengan
observasi pada tes batch settling yaitu ketika partikel-partikel padatan dalam suatu
slurry mengalami proses pengendapan dalam silinder kaca.

Gambar 2.1 Mekanisme Sedimentasi

Gambar 1(a) menunjukkan suspensi dalam silinder dengan konsentrasi padatan


yang seragam. Seiring dengan berjalannya waktu, partikel-partikel padatan mulai
mengendap dimana laju pengendapan partikel tersebut diasumsikan sebagai terminal
velocity pada kondisi hindered-settling. Pada Gambar 1(b) terdapat beberapa zona
konsentrasi. Daerah D didominasi endapan partikel-partikel padatan yang lebih berat
dan lebih cepat mengendap.Pada zona C terdapat partikel dengan ukuran yang berbeda-
beda dan konsentrasi yang tidak seragam. Gambar 1 menunjukkan slurry awal yang
memiliki konsentrasi seragam dengan partikel padatan yang seragam di dalam tabung
(zona B). Partikel mulai mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum
dengan cepat. Zona D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih
cepat mengendap. Pada zona transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona
D. Zona C adalah daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi
tidak seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan konsentrasi dan
distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang merupakan
cairan bening.
Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah (gambar 1b,
1c, 1d). Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan
transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical settling point,
yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan endapan. Pada proses

4
kontinyu, terdapat slurry yang masuk dan cairan bening yang keluar pada saat yang
bersamaan. Saat kondisi steady state, maka ketinggian cairan akan selalu tetap
(Setiyadi 2019).

2.5 Settling Velocity dan Settling Time


Kecepatan sedimentasi (Settling Velocity) didefinisikan sebagai laju pengurangan
atau penurunan ketinggian daerah batas antara slurry (endapan) dan supernatant (liquid
jernih) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida karena konveksi
(Setiyadi 2019)
adapun pada praktikum dalam menentukan kecepatan sedimentasi dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:

𝑧i−𝑧1 .............................................................................................................................................
𝑣1 = (1.1)
𝑡i−0
Keterangan:
𝑣1 = Kecepatan pengendapan (𝑚/𝑠)
𝑧i = Ketinggian pada titik i (𝑚)
𝑧1 = Ketinggian pada titik 1 (𝑚)
𝑡1 = Waktu pada titik 1 (s)

Settling time merupakan waktu mencapai steady state ialah waktu untuk respon
mencapai suatu nilai dan menetap pada fraksi harga akhir (kestabilan), ts adalah waktu
diperlukan kurva respons agar dapat mencapai dan tetap berada dalam jangkauan nilai
akhir yang rentang nilainya steady state (Setiyadi ,2020)

2.6 Free settling dan Hindered Settling


Dalam sedimentasi kecepatan partikel jatuh atau naik melalui medium alir dapat
diperkirakan dengan menggunakan pendekatan matematis, tergantung kondisi partikel
tersebut baik dalam keadaan jatuh bebas atau free settling atau dalam keadaan
Hindered settling. ( Gould,1996)
Ketika suatu partikel padatan berada pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau
partikel padatan lainnya kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan dinding
maupun dengan partikel lainnya, peristiwa ini disebut free settling. Ketika partikel
padatan berada pada keadaan saling berdesakan maka partikel akan mengendap pada
kecepatan rendah, peristiwa ini disebut hindered settling. Akibat dari hal ini, pada
proses sedimentasi kecepatan endapan yang turun ke bawah semakin lama semakin
lambat, sehingga untuk memperoleh hasil sedimentasi sampai proses pengendapan
berhenti memerlukan waktu yang cukup lama. Guna Volume menghasilkan proses
sedimentasi yang optimum perlu menentukan waktu pengendapan yang
efektif.(Geankoplis, 2003).

5
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Alat yang Digunakan


Adapun alat - alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Satu set alat sedimentasi
2. Gelas ukur 1000 ml
3. Pipet ukur 5 ml
4. Karet penghisap
5. Stopwatch
6. Piknometer 5 ml
7. Gelas beaker 250 ml
8. Neraca Analitik
9. Turbiditymeter
10. Botol pencuci
11. Wadah
12. Ember
13. Meteran

3.2 Bahan yang Digunakan


Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Air [H2O]
2. Tawas [Al2(SO4).12H2O]
3. Kapur [ CaCO3]
4. Kaporit [Ca(ClO)2]

3.3 Variabel Percobaan


Pada praktikum ini akan mengamati beberapa variabel percobaan
1. Variabel Waktu
Dilakukan pengamatan variabel waktu terhadap ketinggian yang dihasilkan selama
proses sedimentasi berlangsung.
2. Variabel Ketinggian (m)
Dilakukan pengamatan variabel ketinggian sedimen yang dihasilkan selama proses
sedimentasi dilakukan.
3. Variabel Volume
Variabel volume pada percobaan ini untuk menyatakan volume yang digunakan
antara percobaan satu dengan lainnya.
4. Variabel Massa
Pada percobaan kali ini variabel massa (gr) digunakan untuk menentukan
konsentrasi dari koagulan yang akan digunakan.

6
3.4 Langkah Percobaan
Adapun langkah percobaan yang dilalui pada praktikum kali ini yaitu :
1. Sampel yang berisi partikel disiapkan sejumlah tertentu di dalam tangki
umpan.
2. Salah satu jenis koagulan yang telah disiapkan ditimbang sejumlah tertentu
3. Sampel air dalam jumlah banyak diambil menggunakan gelas beaker 250 ml, dan
ditambahkan dengan koagulan yang telah ditimbang, sambal diaduk
hingga butir koagulan larut keseluruhan.
4. Campuran koagulan dituangkan Kembali ke dalam sampel yang berada di dalam
tangki umpan, diaduk kembali agar tercampur seragam.
5. Campuran sampel dan koagulan yang ada di tangki diumpankan ke dalam kolom
sedimentasi menggunakan pompa sampai ketinggian yang diinginkan
6. Campuran dibiarkan tenang dan dilakukan perhitungan waktu
7. Amati ketinggian antarmuka antara cairan jernih dan keruh pada interval waktu
tertentu
8. Prosedur yang sama diulangi dengan jenis koagulan yang berbeda.

7
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


4.1.1 Media Gelas Ukur 1000 ml
1. Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada koagulan A (Tawas)

Tabel 4.1 Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada koagulan A (Tawas)
Tawas Pada gelas ukur
t (menit ) z (cm) t (detik) z( m)
1 30 60 0,3
2 30 120 0,3
3 30 180 0,3
4 30 240 0,3
5 30 300 0,3
6 29 360 0,29
7 29 420 0,29
8 28 480 0,28
9 26 540 0,26
10 24 600 0,24
11 24 660 0,24
12 24 720 0,24
13 20 780 0,2
14 20 840 0,2
15 15 900 0,15
16 8 960 0,08
17 8 1020 0,08
18 6 1080 0,06
19 6 1140 0,06
20 2 1200 0,02
21 2 1260 0,02
22 2 1320 0,02

8
2. Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada koagulan B (Kaporit)

Tabel 4.2 Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada koagulan B (Kaporit)
Kaporit
t (menit) z (cm) t (detik) z (m)
1 28 60 0,28
2 26 120 0,26
3 19 180 0,19
4 9 240 0,09
5 6 300 0,06
6 4 360 0,04
7 4 420 0,04
8 4 480 0,04

3. Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada Koagulan C (Kapur)

Tabel 4.3 Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada koagulan C (Kapur)
Kapur
t (menit ) z (cm) t ( detik) z (m)
1 20 60 0,2
2 12 120 0,12
3 4 180 0,04
4 4 240 0,04
5 4 300 0,04

9
4.1.2 Media Set Alat Sedimentasi
Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada koagulan A (Tawas)

Tabel 4.4 Data ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada koagulan A (Tawas)

Tawas Pada Pompa Sedimentasi


t( menit ) t (detik ) z (cm) z(meter)
1 3 180 69 0,69
2 6 360 68 0,68
3 9 540 68 0,68
4 12 720 64 0,64
5 15 900 62 0,62
6 18 1080 58 0,58
7 21 1260 40 0,4
8 24 1440 31 0,31
9 27 1620 23 0,23
10 30 1800 15 0,15
11 33 1980 10 0,1
12 36 2160 5 0,05
13 39 2340 1 0,01
14 42 2520 1 0,01
15 45 2700 1 0,01

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan dua media percobaan , pada
percobaan pertama, menggunakan Media Set Alat Sedimentasi dengan jenis koagulan
yang yaitu tawas [Al2(SO4).12H2]. Dan pada percobaan yang pertama menggunakan
media Gelas Ukur 1000 ml dengan jenis koagulan yang berbeda dengan konsentrasi
yang sama, jenis koagulan yang digunakan yaitu Tawas Al2(SO4).12H2], Kapur
[CaCO3], Kaporit [Ca(ClO)2].

Pada percobaan sedimentasi dengan media set alat sedimentasi konsentrasi koagulan
yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜ƒ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 (𝑔)


%𝑤/𝑣 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑜ƒ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡i𝑜𝑛 (𝑚𝑙)

Sehingga diperoleh %w/v pada percobaan ini sebesar 0,02 gr/ml atau sebesar 2% w/v.
Pada percobaan sedimentasi pada set alat sedimentasi menggunakan 1 jenis koagulan
yakni tawas dengan massa 200 gram dan volume air yang digunakan sebesar 10.000
ml.
Pada percobaan sedimentasi dengan media gelas ukur 1000 ml konsentrasi
koagulan yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

10
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜ƒ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 (𝑔)
%𝑤/𝑣 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑜ƒ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡i𝑜𝑛 (𝑚𝑙)

Sehingga diperoleh %w/v pada percobaan ini sebesar 0,01 gr/ml atau sebesar 1% w/v.
Pada percobaan sedimentasi pada gelas beaker akan digunakan 3 jenis koagulan:

Tabel 4.5 Data Koagulan pada Media Gelas Ukur


Jenis Koagulan Massa Koagulan (gr) Volume larutan (ml)

Tanpa koagulan 0 1000

Koagulan A (Tawas) 10 1000

Koagulan B (Kapur) 10 1000

Koagulan C (Kaporit) 10 1000

Setelah dilakukan percobaan sedimentasi dan mengamati pengaruh waktu terhadap


ketinggian permukaan sedimen tiap waktunya terhadap ketiga jenis koagulan
diperoleh data seperti yang tertera di hasil percobaan. data yang diperoleh kemudian di
masukkan kedalam grafik berdasarkan settling time dan settling velocity untuk
membandingkan keefektifan dari ketiga koagulan.

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Jenis Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Jenis
Koagulan Terhadap Settling Velocity Koagulan Terhadap Settling Velocity
Percobaan Kelompok 6 Percobaan Kelompok 7

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa di antara koagulan jenis kapur, tawas
(percobaan dalam kolom sedimentasi dan gelas ukur) dan kaporit, koagulan jenis
kapur lah yang memiliki settling time paling cepat yaitu dengan waktu 5 menit (300
detik) dilanjutkan dengan kaporit yaitu selama 8 menit (480 detik), dan terakhir
koagulan jenis tawas yaitu 22 menit pada gelas ukur dan 45 menit pada kolom
sedimentasi. Perbedaan settling time pada gelas ukur dan kolom sedimentasi.
disebabkan karena beberapa faktor seperti, faktor ketinggian wadah yang berbeda

11
antara keduanya dan banyaknya koagulan yang terlarut beserta volume air kotor yang
juga berbeda.
Sedangkan pada percobaan yang sama dilakukan oleh kelompok 7 dengan variable
dan konsentrasi yang berbeda diperoleh settling time yang berbeda. Berdasrkan hasil
percobaan kelompok 7 setlling time tercepat ada di kapur sebesar 8 menit (480 detik)
diikuti dengan settling time kaporit sebesar 10 menit ( 600 detik), settling time terlama
pada tawas yakni 15 menit (900 detik) pada percobaan di gelas ukur dan 63 menit
(3780 detik) pada set alat kolom sedimentasi. Dapat dilihat urutan koagulan dengan
settling time tercepat hingga terlambat memiliki kesamaan antara percobaan yang
dilakukan oleh kelompok 7 dan kelompok kami (kelompok 6). Namun dari hasil
percobaan masing masing memiliki nilai settling time yang berbeda. Hal ini dapat
terjadi karena konsterasi dan variable antara percobaan yang berbeda. Dimana pada
kelompak kami menggunakan massa koagulan yang lebih besar dibandingkan dengan
massa koagulan yang digunakan pada kelompok 7 dimana hal ini berpengaruh pada
konsentrasi dan nilai settling time yang dihasilkan. Sehingga, nilai settling time yang
di peroleh kelompok kami lebih tinggi dibanding dengan nilai yang dihasilkan
kelompok 7. Fenomena pada gambar menunjukan semakin tinggi konsentrasi dari
suatu slurry, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengendap. Perbedaan laju
penurunan tinggi suspensi terhadap waktu membuktikan bahwa konsentrasi
berpengaruh terhadap kecepatan daripada sedimentasi. Semakin pekat atau semakin
banyak konsentrasinya, maka interaksi antar partikel akan semakin banyak, sehingga
proses pengendapan menjadi semakin lambat. Tingginya konsentrasi akan
menyebabkan partikel berdesakan agar terpisah. Pada proses pengendapan dengan
jenis koagulan yang berbeda akan bergerak sesuai dengan konsentrasi partikelnya.
Saat konsentrasi partikel tinggi, interaksi antarpartikel akan semakin kuat sehigga akan
menghambat proses pengendapan.

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Jenis Gambar 4.4 Grafik Pengaruh


Koagulan Terhadap Settling Time JenisKoagulan Terhadap Settling
Percobaan Kelompok 6 Time Percobaan Kelompok 7

12
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan
mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya gravitasi,
setelah terjadi kesetimbangan partikel akan terus mengendap pada kecepatan konstan
yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau kecepatan pengndapan bebas Pada keadaan
awal, konsentrasi slurry adalah seragam di seluruh bagian tabung. Kecepatan
sedimentasi konstan pada periode awal disebut free settling, dimana padatan bergerak
turun karena gaya gravitasi. Partikel yang berukuran besar akan turun lebih cepat,
menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi kecepatan
turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini membuat kecepatan penurunan semua
partikel (baik yang kecil maupun yang besar) relatif sama atau konstan. Semakin
banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak seragam diikuti bagian
bawah slurry menjadi lebih pekat. Konsentrasi pada bagian batas bertambah. gerak
partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel berkurang Pada grafik di atas
dapat dilihat bahwa di antara koagulan jenis kapur, tawas (percobaan dalam kolom
sedimentasi dan gelas ukur), dan kaporit, koagulan jenis kapur memiliki settling
velocity tercepat yakni 0.000833 m/s. Data koagulan kapur tersebut merupakan yang
paling cepat dibandingkan koagulan jenis lain seperti kaporit dengan nilai 0.000625
m/s lalu diikuti tawas dengan nilai 0.000128 m/s pada media yang sama (gelas ukur).
Sementara pada media kolom sedimentasi dengan jenis koagulan tawas, dengan faktor
yang sama seperti settling time menyebabkan nilai settling velocity 0.00025 m/s,
perbedaan settling velocity pada gelas ukur dan kolom sedimentasi disebabkan karena
beberapa faktor seperti, faktor ketinggian wadah yang berbeda antara keduanya dan
banyaknya koagulan yang terlarut beserta volume air kotor yang juga berbeda,
kemudian settling velocity pada kolom sedimentasi lebih cepat dibandingkan
dengan gelas ukur disebabkan oleh luasan kolom sedimentasi yang lebih besar, jadi
lebih lama mengalami free settling.
Sedangkan pada percobaan yang sama dilakukan oleh kelompok 7 dengan variable
dan konsentrasi yang berbeda diperoleh settling velocity yang berbeda. Berdasarkan
hasil percobaan kelompok 7 setlling velocity tercepat ada di kaporit sebesar 0.000633
m/s diikuti dengan settling velocity kapur 0.000542 m/s dan settling velocity terlama
pada tawas yakni 0.000208 m/s pada percobaan di gelas ukur, serta 0.000101 m/s pada
set alat kolom sedimentasi. Dapat dilihat urutan koagulan dengan settling velocity
tercepat hingga terlambat dari hasil data kami berbeda dengan kelompok 7. Dimana
urutan nya tertukar antara kapur dan kaporit, perbedaan ini dapat disebabkan dari
beberapa factor seperti, perbedaan variable dan konstentrasi, kesalahan atau error
dalam perhitungan settling velocity atau salah dalam penetapan ketinggian konstan.
Jadi grafik tersebut menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi slurry maka
kecepatan pengendapannya akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan fenomena
hindered settling yaitu saat partikel-partikel mulai bergesekan yang menyebabkan
waktu sedimentasi lama sehingga untuk mencapai dasar dari tabung sedimentasi.
Akibatnya, kecepatan pada proses sedimentasi endapan yang turun ke bawah semakin
lambat, dan untuk memperoleh hasil sedimentasi sampai proses pengendapan berhenti
memerlukan waktu yang cukup lama (Yunita Fahni, 2023).

13
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :


1. Praktikan mampu menentukan settling time dan settling velocity pada sedimentasi,
dimana ketika pada kolom sedimentasi, settling time ada pada menit 39, dan pada
gelas beaker, settling time untuk tawas ada pada menit 22, kapur 5 menit, dan
kaporit pada menit 8.
2. Praktikan mampu membandingkan koagulan yang efektif, jika dilihat dari
perbandingan waktu koagulan yang lebih cepat bersedimen, maka kapur adalah
koagulan yang paling efektif dibandingkan dengan tawas maupun kaporit.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rumbini, Y., & Kezia, A. (2020). Penentuan laju pengendapan partikel di kolam
penampungan air hail pencucian bijih mangan. Jurnal Ilmiah Teknologi FSH
Undaran, 14(1), 1-9.

Suryani, S., & Guskarnali, G. (2020). Pengaruh Penggunaan Tawas Terhadap


KecepatanPengendapandan Kualitas Brigthness pada Kaolin. Pertambangan,
Jurusan Teknik Teknik, Fakultas Belitung.Universitas Bangka Terpadu. Kampus
Bangka, Universitas Balumijuk, Desa Merawang.Kecamatan Bangka,
Kabupaten Kepulauan, Provinsi Belitung, Bangka, 8-9.
Asmiyarna, L., Daud2, S., & Darmayanti, L. (2021). Pengaruh Dosis Koagulan
Belimbing Wuluh serta Pengaruh pH dalam Menyisihkan . Jom FTEKNIK,
Fakultas Teknik Universitas Riau, 1-3.

Setiyadi, Lourentius, S., W, E. A., & M.S., G. P. (2019). Menentukan Persamaan


Kecepatan Pengendapan Pada Sedimentasi. Widyaa Teknik , 10-13

Setiyadi. (2020). Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan. Jurusan Teknik


Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya,
Indonesia., 5-10.

Salsabila, U., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2018). Perbedaan Penurunan Chemical
Oxygen Demand (Cod) Melalui Pemberian Tawas Dan Poly Aluminium
Chloride (Pac) Pada Limbah Cair Rumah Pemotongan Hewan Penggaron
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(4), 525-531.

Zikri Rahimah & Heliyanur Heldawati (2016) Pengolahan limbah detergen dengan
metode koagulasi Flokulasi menggunakan Koagulan Menggunakan Koagulan
Kapur Dan PAC, Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat

Dheasy Herawati & Anton Yuntarso, (2017) , Penentuan dosis Kaporit sebagai
desinfektan dalam menyisikan konsentrasi Ammonium pada air kolam renang ,
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo.

Gould, WA 1996. Unit Operasi Industri Makanan . AS: Publikasi LT I, INC

Geankoplis,J.C. 2003.Transport Processes and Unit Operating. Second Edition, New


York: Allyn and Bacon, inc. Hal 123,245,850-856.

Yunita Fahni, (2023). Pengaruh penambahan koagulan terhadap laju sedimentasi pada
proses sedimentasi larutan tepung maizena. HEXATECH, Jurnal Ilmiah Teknik.

15
LAMPIRAN

Pembagian Jobdesk Praktikum dan Laporan:

Nama Job Desk

Riska Riswana (05221036) Praktikum:


1. Melakukan Percobaan Tawas
PadaGelas Ukur.
2. Melakukan Penimbangan
Piknometer
3. Melakukan Pengukuran
turbiditymeter
4. Melakukan Pembuatan Campuran
larutan Tawas Pada set alat
Sedimentasi dan Campuran
LarutanTawas, Kaporit dan Kapur
Pada Gelas Ukur
Laporan
1. Membuat Grafik dan Perhitungan
2. Mencari Dasar teori
3. Membuat Pembahasan
4. Membuat Daftar pustaka

Rizki Andi Pratama (05221039) Praktikum:


1. Menjalankan alat set sedimentasi
2. menimbang bahan (tawas,
kapur, kaporit)
3. Melakukan
penimbanganpiknometer
4. Melakukan pengukuran
turbiditymeter
5. Membuat campuran larutan tawas
pada percobaan alat set
sedimentasi
Laporan:
1. Membuat dasar teori
2. Membuat latar belakang
3. Membuat pembahasan
4. Membantu dalam pembuatan grafik
5. Melakukan penyempurnaan laporan
(membuat dapus, membuat daftar
isi, merapikan laporan)

16
Muhammad Syarif (05221043) Praktikum:
1. Menjalankan alat sedimentasi
(pompa dan tabung)
2. Menimbang bahan (tawas, kaporit)
3. Menimbang Piknometer
4. Melakukan Pengukuran Turbidity
Meter
5. Membuat campuran tawas, kapur,
dan kaporit
Laporan:
1. Membuat Bab Metodologi
2. Membuat Abstrak
3. Membuat Pembahasan
4. Membuat Kesimpulan

17
Lampiran Grafik

Grafik 1.1 Hubungan ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada


koagulan A (Tawas pada Gelas Ukur)

Grafik 1.2 Hubungan ketinggian (z) terhadap


waktu (t) Pada koagulan B (Kaporit pada
Gelas Ukur)

18
Grafik 1.1 Hubungan ketinggian (z) terhadap waktu (t)
Pada koagulan C (Kapur pada Gelas Ukur)

Grafik 1.4 Hubungan ketinggian (z) terhadap waktu (t) Pada koagulan
A (Tawas pada set Media Sedimentasi)

19
Perhitungan

a. Perhitungan Kecepatan Pengendapan b. Perhitungan Kecepatan Pengendapan


tawas pada gelas ukur kaporit pada gelas ukur

Diketahui: Diketahui :
Zi = 0,3 m Zi = 0,24 m
Z1 = 0,2 m Z1 = 0,09 m
t1 = 780 s t1 = 240 s

Zi − Z1 Zi − Z1
𝑉1 = 𝑉1 =
𝑡1 − 0 𝑡1 − 0

𝑉1 = 0,00013 𝑚/𝑠 𝑉1 = 0,000625 𝑚/𝑠

c. Perhitungan Kecepatan Pengendapan d. Perhitungan Kecepatan Pengendapan


kapur pada gelas ukur tawas pada media set alat sedimentasi

Diketahui : Diketahui :
Zi = 0,19 m Zi = 0,67 m
Z1 = 0,04 m Z1 = 0,31 m
t1 = 180 s t1 = 1440 s

Zi − Z1 Zi − Z1
𝑉1 = 𝑉1 =
𝑡1 − 0 𝑡1 − 0

𝑉1 = 0,00083 𝑚/𝑠 𝑉1 = 0,00025 𝑚/𝑠

20

Anda mungkin juga menyukai