Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Disusun Oleh :
Prameswari Citradhitya

Group : IV/Kamis Pagi


Rekan Kerja : 1. Ahmad Alvinal Azmi NIM : 21030119130103
2. Fadlillah Fani NIM : 21030119130119

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Disusun Oleh :
Prameswari Citradhitya

Group : IV/Kamis Pagi


Rekan Kerja : 1. Ahmad Alvinal Azmi NIM : 21030119130103
2. Fadlillah Fani NIM : 21030119130119

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

LEMBAR PENGESAHAN

Materi : Viskositas dan Tegangan Muka


Kelompok : IV / Kamis Pagi
Anggota : Ahmad Alvinal Azmi NIM : 21030119130103
Fadlillah Fani NIM : 21030119130119
Prameswari Citradhitya NIM : 21030119130077
Telah disetujui dan disahkan oleh dosen pengampu materi Viskositas dan Tegangan
Muka pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 28 Mei 2020

Semarang,
Dosen Pengampu

Aji Prasetyaningrum,S.T.,M.T.
NIP. 19610021994032003

ii
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

RINGKASAN

Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat yang dimiliki tiap fluida
baik yang gas maupun cairan. Viskositas sendiri dibagi menjadi dua,
viskositas dinamis dan viskositas kinematis. Pada praktikum ini
bertujuan untuk menentukan viskositas dinamis dengan menggunakan
metode Ostwald dari Poiseulle. mahasiswa diharapkan mampu
menentukan viskositas dinamis suatu zat dan membuat grafik serta
memahami hubungan antara viskositas dengan % volume, densitas,
dan suhu suatu zat.
Viskositas adalah suatu gesekan antara lapisan zat cair atau gas yang
mengalir. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan
setimbang. Maka sebelum lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul
lainnya diperlukan suatu energi tertentu sehingga suatu lapisan zat cair
dapat meluncur diatas lapisan lainny.Metode Ostwald, yaitu metode untuk
mengetahui viskositas dengan perbedaan suhu, jenis larutan dan waktu
yang dibutuhkan oleh cairan pada viskosimeter Ostwald . Faktor-faktor
yang mempengaruhi viskositas yaitu densitas, suhu, tekanan, dan
gaya gesek.
Dalam praktikum ini digunakan metode Ostwald dengan
menghitung waktu alir cairan dari titik batas atas “S1” ke titik batas bawah
“S2” dengan viskosimeter Ostwald. Viskositas dapat diketahui dengan
membandingkan cairan dengan zat pembanding yang telah dicari terlebih
dahulu viskositasnya. Sampel yang digunakan antara lain Bearbrand 30%V
pada suhu 35ºC, 45ºC, 55ºC dan 65ºC. Juga ada Hilo dengan 10,20,30 dan
40%V. Yang terakhir adalah Sprite dengan 15,25,35 dan 45 %V.
Dari hasil praktikum, didapatkan hasil viskositas dinamis. Viskosita
dinamis sprite pada kadar 15%V;25%V;35%V;45%V berturut-turut ialah 0.89563
Cpoise;1.07689 Cpoise;1.25299 Cpoise;1.35064 Cpoise. Viskositas diniamis Hilo
pada kadar 10%V;20%V;30%V;40%V berturut-turut ialah 1.2925 Cpoise;1.3937
Cpoise;1.5875 Cpoise;1.6381 Cpoise. Viskositas dinamis Berabrand 30%V pada
suhu 35oC;40oC;50oC;55oC berturut-turut ialah 0.7894 Cpoise;0.7612
Cpoise;0.7851 Cpoise;0.8811 Cpoise.
Saran untuk praktikum selanjutnya amati laju alir lebih teliti dan sebaiknya
saat penetapan S1 dan S2 harus benar-benar dicermati dan kondisi kontsan.

iii
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
RINGKASAN.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................... 1
1.3 Manfaat Praktikum ................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Pengertian ............................................................................... 3
2.2 Macam-Macam Viskositas ...................................................... 3
2.3 Viskositas Suatu Larutan ......................................................... 4
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas......................... 5
2.5 Cara-Cara Penentuan Visksitas ................................................ 6
2.6 Kegunaan Viskositas .............................................................. 7
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................. 8
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan............................................... 8
3.2 Gambar Rangkaian Alat ........................................................... 8
3.3 Prosedur Praktikum .................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 10
4.1 Data Hasil Aquadest .............................................................. 10
4.2 Hubungan %Volume dengan Viskositas................................ 10
4.2.1 Hubungan %Volume dengan Viskositas pada Sprite ............. 10
4.2.2 Hubungan %Volume dengan Viskositas pada Hilo................ 11
4.3 Hubungan Densitas dengan Viskositas .................................. 12
4.4 Hubungan Suhu dengan Viskositas pada Bearbrand................ 13
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 14
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 14
5.2 Saran ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15
LAMPIRAN

iv
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Percobaan Aquadest ............................................................... 10


Tabel 4.2.1 Hasil Percobaan Sprite .................................................................... 10
Tabel 4.2.2 Hasil Percobaan Hilo ....................................................................... 11
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Sprite .................................................................... 12
Tabel 4.4 Hasil Percobaan Bearbrand ............................................................. 13

v
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Viskometer Ostwald ....................................................................... 6


Gambar 3.1 Viskometer Ostwald ....................................................................... 8
Gambar 4.2.1 Grafik Hubungan %V dengan Viskositas pada sprite ................... 10
Gambar 4.2.2 Grafik Hubungan Antara %V dengan Viskositas pada Hilo.......... 11
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Densitas dengan Viskositas pada Sprite ............ 12
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Suhu dengan Viskositas pada Hilo ................... 13

vi
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR DATA HASIL PRAKTIKUM ....................................................... A-1


LEMBAR PERHITUNGAN VISKOSITAS ................................................... B-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN................................................................ C-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN VISKOSITAS ................................... D-1
LEMBAR ASISTENSI

vii
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam setiap fluida, baik gas maupun cairan, masing-masing memiliki
suatu sifat yang dikenal dengan viskositas. Viskositas adalah gesekan antara
lapisan zat cair atau gas yang mengalir. Viskositas sendiri banyak digunakan
dalam dunia industri untuk mengetahui koefisien kekentalan zat cair. Dari
perhitungan itu dapat dihitung berapa seharusnya kekentalan yang dapat
digunakan dalam mengomposisikan zat fluida itu dalam sebuah larutan
(Daniels, 1961). Salah satu penerapannya yaitu pada industri oli. Oli memiliki
kekentalan yang lebih besar daripada zat cair lainnya. Dengan mengetahui
komposisi dari oli tersebut, penerapan viskositas sangat berpengaruh dalam
menjaga kekentalan oli agar tetap terjaga selama proses produksi (Febrianto
dan Sunarno, 2013).
Viskositas dibagi menjadi viskositas dinamis dan viskositas kinematis.
Viskositas dinamis adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair
yang saling bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan
dengan banyaknya 1 kg zat cair yang mengalir sejauh 1 m/s. Viskositas
kinematis adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair yang
saling bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan dengan
banyaknya zat cair yang mengalir per satuan luas tiap detik (Perry, 2008). Salah
satu cara untuk menentukan nilai viskositas adalah Metode Ostwald,
dimana prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan suhu, jenis larutan, dan waktu
yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan untuk dapat mengalir melalui pipa
kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri (Daniels,
1961).
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan viskositas dinamis
dengan menggunakan metode Ostwald dari Poiseulle. Percobaan tentang
viskositas perlu dilakukan agar mahasiswa mampu memahami viskositas dan
pengaruhnya serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan viskositas dinamis suatu zat.
2. Membuat grafik antara %V vs ηx, ρx vs ηx, dan Tx vs ηx.
3. Menentukan hubungan antara viskositas dengan %volume, densitas larutan,
dan suhu suatu zat.

1
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

1.3 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa mampu menentukan viskositas dinamis suatu zat.
2. Mahasiswa mampu membuat grafik antara %V vs ηx, ρx vs ηx, dan Tx vs ηx.
3. Mahasiswa mampu menentukan hubungan antara viskositas dengan
%volume, densitas larutan, dan suhu suatu zat.

2
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Viskositas adalah suatu gesekan antara lapisan zat cair atau gas yang
mengalir. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang.
Maka sebelum lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya
diperlukan suatu energi tertentu sehingga suatu lapisan zat cair dapat meluncur
diatas lapisan lainnya. Karena adanya gaya gesekan antara lapisan zat cair,
maka suatu zat akan bersifat menahan aliran. Besar kecilnya gaya gesekan
tersebut tergantung dari sifat zat cair yang dikenal dengan nama viskositas
(Daniels, 1961).
𝐹
Dirumuskan: 𝜂 = 𝑑𝑣 (Perry, 2008)
𝐴
𝑑𝑦

Dengan: η = viskositas
F = gaya gesek
A = luas permukaan zat cair
dv = perbedaan kecepatan antara dua lapisan zat cair yang berjarak
dy
Jadi viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas (N/m2)
yang diperlukan untuk mendapatkan beda kecepatan sebesar 1 m/s antara dua
lapisan zat cair yang sejajar dan berjarak 1 m (Perry, 2008).
Dalam satuan SI, viskositas sebesar 1 N.s/m2 disebut 10 poise. Untuk
kekentalan yang kecil dapat digunakan centipoise (10-2 poise) (Perry, 2008).

2.2 Macam-Macam Viskositas


Ada dua macam viskositas, antara lain (Perry, 2008):
1. Viskositas Dinamis
Adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair yan
gsaling bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan
dengan banyaknya 1 kg zat cair yang mengalir sejauh 1 m/s, satuannya
dalam satuan SI adalah N.s/m2 atau 10 poise.
2. Viskositas Kinematis
Adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair saling
bergesekan sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan dengan

3
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

banyaknya zat cair yang mengalir per satuan luas tiap detik, satuannya
adalah m2/s atau 104 stokes.
Hubungan antara viskositas dinamis (𝜇) dengan viskositas
kinematis (𝜐) adalah (Perry, 2008):
𝜇
𝜐=
𝜌
Dengan,
𝜐 = viskositas kinematis (m2/s)
𝜇 = viskositas dinamis (N.s/m2)
𝜌 = densitas (kg/m3)

2.3 Viskositas Suatu Larutan


Dalam suatu larutan, η0 merupakan viskositas dari pelarut murni dan η
merupakan viskositas dari larutan yang menggunakan pelarut tersebut. Ada
beberapa cara untuk menghitung pengaruh penambahan zat terlarut terhadap
viskositas larutan. Perhitungan viskositas suatu larutan sering dihubungkan
dengan penentuan berat molekul suatu polimer yang terdapat dalam suatu
pelarut. Beberapa perhitungan viskositas suatu larutan yang paling umum yaitu
(Stuart, 2002):
1. Viskositas Relatif
Adalah rasio antara viskositas larutan dengan viskositas dari pelarut
yang digunakan. Dinyatakan dengan rumus:
𝜂
𝜂𝑟 =
𝜂0
2. Viskositas Spesifik
Adalah rasio antara perubahan viskositas yang terjadi setelah
penambahan zat terlarut dengan viskositas pelarut murni. Dinyatakan
dengan rumus:
𝜂 − 𝜂0
𝜂𝑠𝑝 = = 𝜂𝑟 − 1
𝜂0
3. Viskositas Inheren
Adalah rasio antara logaritma natural dari viskositas relatif dengan
konsentrasi dari zat terlarut (biasanya berupa polimer). Viskositas inheren
dinyatakan dengan rumus:
ln 𝜂𝑟
𝜂𝑖 =
𝑐

4
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

4. Viskositas Intrinsik
Adalah rasio antara viskositas spesifik dengan konsentrasi zat
terlarut yang diekstrapolasi sampai konsentrasi mendekati nol (saat
pengenceran tak terhingga). Viskositas intrinsik menunjukkan kemampuan
suatu polimer dalam larutan untuk menambah viskositas larutan tersebut.
Nilai viskositas dari suatu senyawa makromolekul di dalam larutan adalah
salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam karakterisasi senyawa
tersebut.Secara umum, viskositas intrinsik dari makromolekul linear
berkaitan dengan berat molekul atau derajat polimerisasinya. Viskositas
intrinsik dinyatakan dengan rumus:
𝜂𝑠𝑝
[𝜂] = lim
𝑐→0 𝑐

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas:


Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh tekanan (Perry, 2008).
2. Suhu
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik
dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-
molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga
gaya antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun
dengan kenaikan temperatur (Perry, 2008).
3. Berat Molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol
cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta
laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi (Perry, 2008).
4. Gaya Gesek
Semakin besar gaya gesek antar lapisan maka viskositasnya semakin besar
(Perry, 2008).
5. Densitas
Pengaruh densitas terhadap viskositas dapat dilihat dari rumus (Daniels,
1961):
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ

5
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

2.5 Cara-Cara PenentuanViskositas


1. Cara Ostwald
Dasarnya adalah hukum Poiseuille II yang menyatakan
bahwa viskositas cairan yang mengalir dengan
volume v dalam waktu t keluar dari pipa dengan
radius r, panjang L dan beda tekanan p
dirumuskan sebagai:
𝜋𝑟⁴𝑝
𝜂= 𝑡
8𝑣𝐿
(Daniels, 1961)
Viskometer Ostwald terdiri dari dua
Gambar 2.1: labu pengukur dengan tanda s1 dan s2, pipa
Viskometer Ostwald kapiler dan labu contoh. Dengan alat ini
viskositas tidak diukur secara langsung tapi menggunakan cairan
pembanding misalnya aquadest atau cairan lain yang telah diketahui
viskositas dan densitasnya. Cairan dihisap melalui labu pengukur dari
viskosimeter sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas s1.
Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun
melewati batas s1, stopwatch dinyalakan dan ketika cairan melewati batas
s2, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang diperlukan untuk melewati jarak
antara s1 dan s2 dapat ditentukan (Daniels, 1961). Perlakuan yang sama
juga dilakukan terhadap zat x yang akan dicari harga viskositasnya.
2. Cara Hoppler
Dalam viskometer bola jatuh, benda padat dibiarkan jatuh di bawah
gravitasi melalui media kental. Setelah periode akselerasi awal, solid tubuh
mencapai kecepatan terminal yang seragam ketika gaya gravitasi diimbangi
dengan resistensi viskos cairan. Dengan mengukur terminal kecepatan
tubuh yang jatuh, viskositas dapat ditentukan. Besarnya viskositas
didasarkan pada Hukum Stokes (Viswanath, 2006):
4
6𝜋𝑟𝜂𝑣 = 𝜋𝑟³ (𝜎 − 𝜌)𝑔
3
Dengan:
𝜂 : Viskositas fluida
𝜌 : Densitas fluida
𝜎 : Densitas Bola
𝑟 : Jari-Jari Bola

6
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

𝑔 : Percepatan Gravitasi
Persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi:
2 𝑟²𝑔
𝜂= (𝜎 − 𝜌)
9 𝑣

2.6 Kegunaan Viskositas


Pada umumnya viskositas sering digunakan untuk menentukan jenis pompa
(Perry, 2008).

7
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat yang digunakan


3.1.1. Bahan yang digunakan
1. Bearbrand 30%V (35oC,45oC,55oC,65oC)
2. Hilo 10%V,20%V,30%V,40%V
3. Sprite 15%V ,25%V,35%V,45%V
4. Aquadest
3.1.2. Alat yang digunakan
1. Viskometer Ostwald 5. Stopwatch
2. Beaker glass 6. Neraca analitik
3. Picnometer 7. Gelas ukur
4. Corong 8. Erlenmeyer

3.2 Gambar Alat Utama

Gambar 3.1 Viskometer Ostwald


Data yang diperlukan:
1. Massa jenis larutan
2. Waktu alir

3.3 Cara Kerja


1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Tentukan batas atas ”s1” dan batas bawah ”s2” pada viskometer ostwald.
3. Isi viskometer ostwald dengan menggunakan 15 ml cairan pembanding
(aquadest).
4. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih tinggi dari
batas atas ”s1” yang telah ditentukan. Kemudian biarkan cairan mengalir
secara bebas.
5. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas atas ”s1”
dan matikan stopwatch saat cairan tepat berada pada garis batas bawah ”s2”.

8
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

6. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas atas ”s1”
ke batas bawah ”s2”.
7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk sampel yang akan dicari viskositasnya.
𝜌ₓ𝑡ₓ
8. Tentukan harga viskositas dengan rumus 𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ

9
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan Aquadest
Tabel 4.1 Hasil percobaan Aquadest
T(oC) Densitas(gr/ml) t(s) Viskositas(cp)
30oC 0.99567 1,4 0,9

4.2 Hubungan %Volume dengan Viskositas


4.2.1 Hubungan %Volume dengan Viskositas pada Sprite
Tabel 4.2.1 Hasil percobaan sprite
%Volume Desnsitas t(s) Viskositas
15% 32.233 1.38 0.89563
25% 32.336 1.66 1.07689
35% 32.360 1.93 1.25299
45% 32.523 2.07 1.35064

Grafik 4.2.1 Grafik Hubungan %V dengan Viskositas pada sprite


Pada grafik 4.2.1 pada sumbu x menunjukan %volume yang
menandakan besarnya konsentrasi larutan sedangkan pada sumbu y
menunjukan besarnya viskositas. Terlihat adanya hubungan antara
konsentrasi larutan dengan viskositas pada sprite. Semakin besar
konsentrasi larutan pada sprite yang ada maka viskositas juga semakin
besar.
Konsentrasi larutan ialah viskositas berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan
memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin

10
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula (Lumbantoruan dan


Yuliante,2016).
Hubungan yang terjadi antara konsentrasi larutan dengan viskositas
yang terjadi pada praktikum sudah sesuai dengan teori. Hubungan
tersebut ialah konsentrasi larutan berbanding lurus dengan
viskositas,sehingga saat konsentrasi larutan semakin besar maka
viskositas juga semakin besar.
4.2.2 Hubungan %Volume dengan Viskositas pada Hilo
Tabel 4.2.2 Hasil Percobaan Hilo
%Volume Densitas(gr/ml) t(s) Viskositas
10% 1.00090 2.00 1.2925
20% 1.00403 2.15 1.3937
30% 1.00770 1.44 1.5875
40% 1.01080 2.51 1.6381

Grafik 4.2.2 Hubungan antara %V dengan Viskositas pada hilo


Pada grafik 4.2.2 pada sumbu x menunjukan besarnya konsentrasi
larutan sedangkan pada sumbu y menunjukan besarnya viskositas.
Terlihat adanya hubungan antara konsentrasi larutan dengan viskositas
pada hilo. Semakin besar konsentrasi larutan pada hilo yang ada maka
viskositas juga semakin besar.
Konsentrasi larutan ialah viskositas berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan
memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin
tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula (Lumbantoruan dan
Yuliante,2016).

11
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Hubungan yang terjadi antara konsentrasi larutan dengan viskositas


yang terjadi pada praktikum sudah sesuai dengan teori. Hubungan
tersebut ialah konsentrasi larutan berbanding lurus dengan
viskositas,sehingga saat konsentrasi larutan semakin besar maka
viskositas juga semakin besar.
4.3 Hubungan Densitas dengan Viskositas
Tabel 4.3 Hasil percobaan sprite
%V Densitas t(s) Viskositas
15% 32.233 1.38 0.89563
25% 32.336 1.66 1.07689
35% 32.360 1.93 1.25299
45% 32.523 2.07 1.35064

Grafik 4.3 Hubungan densitas denga viskositas pada sprite


Pada grafik diatas menunjukan hubungan antara denistas dengan viskositas
pada sprite. Pada sumbu x menunjukan densitas sedangkan pada sumbu y
menunjukan viskositas. Grafik diatas menunjukan semakin besar denistas maka
viskosita juga semakin besar.
Hubungan antara densitas dengan viskositas ialah berbanding lurus. Hal
tersbut dapat dilihat dari persamaan :

(Sutiah,2018)
Dari persamaan tersebut dapat diartikan, semakin besar densitas maka
viskositas juga semakin besar.
Hubungan yang terjadi antara desnitas dengsn viskositas dalam praktikum
sudah sesuai dengan teori. Yaitu densitas berbanding lurus dengan viskositas.
Semakin besar densitas maka viskositas juuga semakin besar

12
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

4.4 Hubungan Suhu dengan Viskositas pada Bearbrand


Tabel 4.4 Hasil Percobaan Bearbrand
T(oC) Densitas (gr/ml) t(s) Viskositas
35 1.05402 1.16 0.7894
40 0.99918 1.18 0.7612
50 0.99670 1.22 0.7851
55 0.99607 1.37 0.8811

Grafik 4.4 Hubungan antara suhu dengan viskositas


Pada grafik diatas menunjukan hubungan antara suhu dengan
viskositas. Sumbu x menunjukan suhu sedangkan sumbu y menunjukan
viskositas. Grafik diatas menunjukan terjadi fluktuaktif (naik-turun). Terjadi
penurunan dari suhu 35oC ke 40oC. Lalu mengalami naik sampai sushu 55oC.
Pada zat cair,jarak antar molekul jauh lebih kecil diabndingkan pada
gas, sehingga kohesi molekuler disitu kuat sekali. Peningkatan temperatur
mengurangi kohesi molekuler dan ini diwujudkan berupa berkurangnya
viskositas fluida (Olso,1993:21 dalam Maulida, 2010). Kenaikan viskositas
pada suhu 40oc sampai 55oC karena grafik tersebut memiliki R2= 0.5149 yang
juah dari anka 1 sehingga memiliki error yang besar karena saat pengukuran
yang terlalu lama menyebabkan suhu turun dari suhu yang telah ditetapkan.
Pada suhu 35oC sampai 40oC sudah sesuai dengan teori yaitu
peningkatan suhu menyebabkan berkurnagnya viskositas. Sedangkan pada
suhu 40oc sampai 55oC terjadi penyimpangan karena pengukuran yang terlalu
lama menyebabkan suhu turun dari suhu yang telah ditetapkan.

13
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil praktikum,didapatkan hasil viskositas dinamis. Viskosita
dinamis sprite pada kadar 15%V;25%V;35%V;45%V ialah 0.89563
Cpoise;1.07689 Cpoise;1.25299 Cpoise;1.35064 Cpoise. Viskositas
diniamis Hilo pada kadar 10%V;20%V;30%V;40%V ialah 1.2925
Cpoise;1.3937 Cpoise;1.5875 Cpoise;1.6381 Cpoise. Viskositas dinamis
Berabrand 30%V pada suhu 35oC;40oC;50oC;55oC ialah 0.7894
Cpoise;0.7612 Cpoise;0.7851 Cpoise;0.8811 Cpoise.
2. Grafik hubungan antara %Volume dengan viskositas selalu naik. Grafik
hubungan antara densitas dengan viskositas selalu naik. Grafik hubungan
antara suhu dengan viskositas terjadi naik-turun hal tersbut menyimpang
karena seharusnya semakin besar suhunya maka viskositas semakin
turun,tetapi pada praktikum terjadi naiknya viskositas karena pengukuran
yang terlalu lama.
3. Hubungan antara viskositas dengan %volume ialah berbanding lurus.
Hubungan viskositas dengan densitas juga berbanding lurus. Sedangkan
hubungan viskositas dengan suhu ada yang berbanding lurus ada yang
berbanding terbalik
5.2 Saran
1. Panaskan sampel 3-4oC diatas suhu yang diharapkan agar saat pengujian
tidak terjadi penurunan yang drastis
2. Amati laju alir lebih teliti
3. Sebaiknya saat penetapan S1 dan S2 harus benar-benar dicermati dan
kondisi kontsan

14
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR PUSTAKA

Badger, W.Z. and Bachero, J.F., ”Introduction to Chemical Engineering”,


International student edition, McGraw Hill Book Co.,Kogakusha,Tokyo.
Chandler, David. 2012. Density vs Concentration.
http://www.ehow.com/facts_5779387_density-vs_-concentration.html.
Diakses tanggal 8 April 2015.
Daniels, F. 1961. “Experimental Physical Chemistry”,6th ed., McGraw Hill book.,
Kogakusha, Tokyo.
Febrianto, Teguh dan Sunarno, Sukiswo Supeni Edi. 2013. Rancang Bangun Alat
Uji Kelayakan Pelumas Kendaraan Bermotor Berbasis Mikrokontroler.
Unnes Physics Journal 2 (1). Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Indian Academy of Sciences. “Chapter 6: Viscosity
www.ias.ac.in/initiat/sci_ed/resources/chemistry/Viscosity.
J.P. Prismas, Antonius, dkk. 2012. Pengaruh Konsentrasi dan Viskositas Larutan
Polistiren Terhadap Morfologi Permukaandan Ketebalan Lapisan Zn
Pcpada Permukaan QCM.
http://physics.studentjournal.ub.ac.id/index.php/psj/article/download/142/77
. Diakses tanggal 8 April 2015.
Perry, R. H. 2008. Chemical Engineering Hand Book 8th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Kogakusha Co. Ltd. Tokyo.
Stuart, Barbara. 2002. Polymer Analysis. University of Technology: Sydney,
Australia. John Wiley & Sons, Ltd. USA.
Viswanath, Dabir S. 2006. Viscosity of Liquids. University of Missouri: Columbia,
USA.
Lumbantoruan, P., & Erislah, E. 2016. Pengaruh Suhu terhadap Viskositas Minyak
Pelumas (Oli). Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, 13(2).Universitas PGRI Palembang.
Firdausi, K. S., Setia Budi, W., & Sutiah, S. 2008. Studi kualitas minyak goreng
dengan parameter viskositas dan indeks bias. Berkala Fisika, 11(2), 53-58.
FMIPA Undip

15
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

RINGKASAN

Tegangan muka merupakan gaya atau tarikan yang arahnya ke


dalam cairan yang menyebabkan permukaan zat cair tersebut
berkontraksi. Mahasiswa teknik kimia harus mengetahui proses
tegangan muka dengan praktikum yang bertujuan menentukan nilai
tegangan muka berdasarkan metode kenaikan pipa kapiler dan metode tetes
serta mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan volume tetesan
terhadap tegangan muka.
Tegangan muka dapat ditentukan dengan cara menguji suatu
larutan dengan metode kenaikan pipa kapiler, metode tetes, metode Cincin,
dan metode tekanan maksimum gelembung . Beberapa faktor yang
mempengaruhi tegangan muka yaitu densitas, konsentrasi, suhu, dan
viskositas
Pada praktikum metode yang digunakan yaitu metode pipa kapiler
dan metode tetes. Metode pipa kapiler dilakukan berdasarkan kenaikan cairan
pada pipa kapiler kemudian mengukur ketinggiannya, sedangkan metode
tetes berdasarkan pada jumlah tetesan pada 9 ml larutan dan volume tetes
cairan pada tetesan konstan 35 tetes. Sampel yang digunakan adalah Hilo
20% V pada suhu 35ºC, 45ºC, 55ºC dan 65ºC serta Shampoo pada 5, 10, 15
dan 20 %V. Alat-alat yang digunakan antara lain pipa kapiler, alat metode
tetes, pycnometer, corong, neraca analitik, mistar dan erlenmeyer
Nilai tegangan muka metode pipa kapiler pada shampoo dengan kadar
5%V;10%V;15%V;20%V yaitu 0.387863; 0.467984;0.391403 ;0.471572. Nilai
tegangan muka metode pipa kapiler pada Hilo 20% dengan suhu
35oc;45oc;55oC;65oC ialah 0.472374;0.391796;0.311864; 0.314192. Tegangan
muka pada metode tetes (volume konstan) pada shampoo dengan kadar
5%V;10%V;15%V;20%V ialah 0.348417;0.344705;0.334824;0.307269.
Tegangan muka metode tetes (volume konstan) pada hilo 20% dengan suhu
35oc;45oc;55oC;65oC ialah 0.791567;0.903243;0.963211;0.714521. Tegangan
muka pada metode tetes (tetes konstan) pada shampoo dengan kadar
5%V;10%V;15%V;20%V ialah 0.087331;0.084822;0.082195;0.067788. .
Tegangan muka metode tetes (tetes konstan) pada hilo 20% dengan suhu
35oc;45oc;55oC;65oC ialah 0.112895;0.141132;0.147366;0.141486.
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu disediakan alat hitung tetes agar lebih
akurat, asisten laboratorium dapat memantau praktikan agar tidak salah prosedur,
serta diharapkan praktikan dapat memahami konsep secara menyeluruh.

i
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR ISI

RINGKASAN...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ...................................................................... 1
1.3 Manfaat Praktikum .................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Pengertian.................................................................................. 3
2.2 Metode Penentuan Tegangan Muka ........................................... 3
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Muka .................. 4
2.4 Kegunaan Tegangan Muka ........................................................ 4
2.5 Pengaruh Kohesi dan Adhesi Terhadap Tegangan Muka ........... 4
BAB III METODE PRAKTIKUM ................................................................... 6
3.1. Bahan dan Alat yang Digunakan ................................................ 6
3.2. Gambar Rangkaian Alat ............................................................. 6
3.3. Prosedur Praktikum ................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 8
4.1. Data Hasil Aquadest .................................................................. 8
4.2. Hubungan %Volume dengan Viskositas .................................... 8
4.2.1 Metode Kenaikan Pipa Kapiler .................................................. 8
4.2.2 Metode Tetes (Volume Konstan) ............................................... 9
4.2.3 Metode Tetes (Tetes Konstan) ................................................. 10
4.3. Hubungan Densitas dengan Viskositas .................................... 11
4.3.1 Metode Kenaikan Pipa Kapiler ................................................ 11
4.3.2 Metode Tetes (Volume Konstan) ............................................. 13
4.3.3 Metode Tetes (Tetes Konstan) ................................................. 14
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 16
5.2 Saran ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17
LAMPIRAN

ii
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Aquadest .......................................................... 8


Tabel 4.2.1 Hasil Percobaan Shampoo metode Pipa Kapiler................................. 8
Tabel 4.2.2 Hasil Percobaan Shampoo Metode Tetes(Volume Konstan) .............. 9
Tabel 4.2.3 Hasil Percobaan Shampoo Metode Tetes (Tetes Konstan) ............... 10
Tabel 4.3.1 Hasil Percobaan Hilo Metode Pipa Kapiler ...................................... 11
Tabel 4.3.2 Hasil Percobaan Hilo Metode Tetes (Volume Konstan) ................... 13
Tabel 4.3.3 Hasil Percobaan Hilo Metode Tetes (Tetes Konstan) ....................... 14

iii
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.2.1 Grafik Hubungan antara %V dengan Tegangan Muka pada


Shampoo Metode Pipa Kapiler ....................................................... 8
Gambar 4.2.2 Grafik Hubungan antara %V dengan Tegangan Muka pada
Shampoo Metode Volume Konstan ................................................ 9
Gambar 4.2.3 Grafik Hubungan antara %V dengan Tegangan Muka pada
Shampoo Metode Tetes Konstan .................................................. 11
Gambar 4.3.1 Grafik Hubungan antara %V dengan Tegangan Muka pada Hilo
Metode Pipa Kapiler .................................................................... 12
Gambar 4.3.2 Grafik Hubungan antara %V dengan Tegangan Muka pada Hilo
Metode Volume Konstan.............................................................. 13
Gambar 4.3.3 Grafik Hubungan antara %V dengan Tegangan Muka pada Hilo
Metode Tetes Konstan .................................................................. 14

iv
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR DATA HASIL PRAKTIKUM ........................................................ A-1


LEMBAR PERHITUNGAN TEGANGAN MUKA ......................................... B-4
LEMBAR KUANTITAS REAGEN................................................................. C-1
LEMBAR PRHITUNGAN REAGEN TEGANGAN MUKA........................... D-3
LEMBAR ASISTENSI

v
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tegangan muka merupakan gaya atau tarikan yang arahnya ke dalam
cairan yang menyebabkan permukaan zat cair tersebut berkontraksi. Tegangan
permukaan suatu zat cair terjadi karena adanya resultan gaya tarik-menarik
molekul yang berada di permukaan zat cair tersebut. Gaya tarik-menarik antar
molekul dalam cairan bernilai sama ke segala arah, akan tetapi molekul-
molekul pada permukaan cairan akan lebih tertarik ke dalam cairan. Hal inilah
yang menyebabkan cairan akan cenderung mempunyai luas yang sekecil-
kecilnya bila keadaan memungkinkan, sehingga tetesan zat cair akan
cenderung berbentuk bulat (Daniels, 1961).
Dalam menentukan nilai tegangan muka suatu zat dapat menggunakan
metode kenaikan pipa kapiler dan metode tetes. Penentuan tegangan muka
dengan metode pipa kapileryaitu berdasarkan pada tinggi kenaikan cairan
dalam pipa kapiler tersebut. Sedangkan penentuan tegangan muka dengan
metode tetes yaitu berdasarkan pada jumlah tetesan dan volume tetesan yang
didapat (Daniels, 1961).
Fenomena tegangan muka dapat diaplikasikan dalam berbagai industri,
seperti dalam industri barang-barang ekstrak plastik untuk melepaskan hasil
cetakan dari cetakannya (Antonius, 2008:24-25 dalam Salam, 2017). Selain itu
masih banyak lagi aplikasi mengenai fenomena tegangan muka baik dalam
bidang industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, tegangan
muka penting untuk dipelajari.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode kenaikan pipa kapiler
dan metode tetes
2. Menentukan pengaruh %V terhadap tegangan muka.
3. Mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan volume tetesan terhadap
tegangan muka.

1.3 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa mampu menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode
kenaikan pipa kapiler dan metode tetes
2. Mahasiswa mampu menentukan pengaruh %V terhadap tegangan muka.

1
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan


volume terhadap tegangan muka.

2
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Molekul-molekul yang terletak didalam cairan dikelilingi oleh
molekul-molekul lain sehingga mempunyai resultan gaya sama dengan nol.
Sedangkan untuk molekul yang berada di permukaan cairan, gaya tarik ke
bawah tidak diimbangi oleh gaya tarik ke atas. Akibat dari gaya tarik ke bawah
ini, maka bila keadaan memungkinkan cairan akan cenderung mempunyai luas
permukaan yang sekecil-kecilnya. Misalnya tetesan cairan akan berbentuk
bola, karena untuk suatu volume tertentu bentuk bola akan mempunyai luas
permukaan yang sekecil-kecilnya, maka ada tegangan pada permukaan cairan
yang disebut tegangan permukaan (Daniels, 1961).
Sehingga tegangan permukaan dapat didefinisikan sebagai gaya yang
bekerja sepanjang permukaan cairan dengan sudut yang tegak lurus pada garis
yang panjangnya 1 cm yang mengarah ke dalam cairan. Satuan tegangan
permukaan dalam cgs yaitu dyne/cm sedangkan dalam SI yaitu N/m (Daniels,
1961).

2.2 Metode Penentuan Tegangan Muka


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan muka,
antara lain (Daniels, 1961):
1. Metode Kenaikan Pipa Kapiler
1
Berdasarkan rumus: γ = 2 hρgr
Dengan: γ = tegangan muka
h = tinggi kenaikan zat cair
ρ = densitas zat cair
g = tetapan gravirasi
r = jari-jari pipa kapiler
Karena kadang-kadang penentuan jari-jari pipa kapiler sulit maka
digunakan cairan pembanding (biasanya air) yang sudah diketahui nilai
tegangan mukanya.

2. Metode Tetes
Jika cairan tepat akan menetes maka gaya tegangnan permukaan
sama dengan gaya yang disebabkan oleh gaya berat itu sendiri, maka:
mg = 2πγr

3
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Dengan : m = massa zat cair


Harus diusahakan agar jatuhnya tetesan hanya disebabkan oleh berat
tetesannyasendiri dan bukan oleh sebab yang lain. Selain itu juga digunakan
metode pembanding dengan jumlah tetesan untuk volume (V) tertentu.
Berat satu tetesan = v. ρ/n
3. Metode Cincin
Dengan metode ini, tegangan permukaan dapat ditentukan dengan
cepat dengan hanya menggunakan sedikit cairan. Alatnya dikenal dengan
nama tensiometer Duitog, yang berupa cincin kawat Pt yang dipasang pada
salah satu lengan timbangan. Cincin ini dimasukan ke dalam cairan yang
akan diselidiki tegangan mukanya dengan menggunakan kawat. Lengan lain
dari timbangan diberi gaya sehingga cincin terangkat di permukaan cairan.
4. Metode Tekanan Maksimum Gelembung
Dasarnya adalah bahwa tegangan muka sama dengan tegangan
maksimum dikurangi gaya yang menekan gas keluar

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan muka:


Beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan muka, antara lain (Perry, 2008):
1. Suhu
2. Tekanan
3. Viskositas
4. Densitas

2.4 Kegunaan Tegangan Muka


1. Mengetahui kelembaban tanah seperti yang ditunjukan tumbuhan dengan
proses kapilaritas (Giancoli, 2014 dalam Wahyuni, 2015).
2. Digunakan pada industri barang-barang ekstrak plastik untuk melepaskan
hasil cetakan dari cetakannya (Antonius, 2008:24-25 dalam Salam, 2017).
3. Mengetahui konsentrasi suatu larutan dengan membuat kurva kalibrasi γ vs
konsentrasi (Salam, 2017).
2.5 Pengaruh Kohesi dan Adhesi terhadap Tegangan Muka
Tegangan permukaan diartikan sebagai suatu kemampuan atau
kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas
permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola. Banyak
metode yang digunakan untuk menentukan tegangan permukaan. Salah satunya
ialah konsep kapilaritas. konsep kapilaritas yaitu peristiwa naik atau turunnya
zat cair di dalam pipa kapiler (pipa sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya

4
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

gaya kohesi dan adhesi antara zat cair dengan dinding kapiler. Tegangan
permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya tegang yang dimiliki
permukaan cairan tersebut. (Juliyanto dkk.,2016).
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung
untuk menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang
adesiv berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya
dan pada zat yang nonadesiv berlaku sebaliknya. Salah satu besaran yang
berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang
dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini
timbul akibat gaya tarik menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya
tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi) (Juliyanto dkk.,2016).
Salah satu aspek yang mempengaruhi daya kohesi adalah kerapatan dan
jarak antarmolekul dalam suatu benda. Kohesi berbanding lurus dengan
kerapatan suatu benda. Jika kerapatan semakin besar maka gaya kohesi akan
didapatkan semakin besar. Adhesi menyebabkan air untuk bergerak
naik(Heriyani dan Mugisidi,2016).Dalam pipa kapiler, gaya adhesi antara
partikel air dan kaca lebih besar daripada gaya kohesi antara partikel partikel
air, maka air akan naik dalam pipa kapiler. Sebaliknya raksa cenderung turun
dalam pipa kapiler, jika gaya kohesinya lebih besar daripada gaya adhesinya.
Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler disebabkan oleh adanya
tegangan permukaan ( γ ) yang bekerja pada keliling persentuhan zat cair
dengan pipa (Juliyanto dkk.,2016).

5
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat yang digunakan


3.1.1. Bahan yang digunakan
1. Hilo 20%V (35oC,45oC,55oC,65oC)
2. Shampoo 5%V,10%V,15%V,20%V
3. Aquadest secukupnya.
3.1.2. Alat yang digunakan
1. Pipa Kapiler
2. Alat Metode Tetes
3. Picnometer
4. Corong
5. Beaker glass
6. Neraca analitik
7. Gelas ukur
8. Mistar
9. Erlenmeyer

3.2 Gambar Alat Utama

Keterangan:
1. Alat untuk metode tetes
2. Alat untuk metode pipa kapiler
Data yang diperlukan:
- Densitas - Jumlah tetesan
- Tinggi cairan - Volume tetesan

3.3 Cara Kerja


3.3.1. Metode Kenaikan pipa kapiler
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.

6
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (aquadest) ke dalam beaker


glass 100 ml.
3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat
agar aquadest naik ke pipa.
4. Setelah tinggi aquadest konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler
dengan ibu jari lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan
mistar .
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya .
𝜌ₓℎₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus 𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₐ

3.3.2. Metode Tetes


A . Volume Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan aquadest
sebagai cairan pembanding.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebanyak X
ml sebagai cairan pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan,
biarkan aquadest menetes sampai habis.
4. Hitung jumlah tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari
tegangan mukanya.
𝜌ₓ𝑛ₐ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus 𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ

B. Tetes Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebagai
cairan pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan,
biarkan aquadest menetes sejumlah tetesan yang telah
ditentukan (Y tetesan).
4. Hitung volume tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari
tegangan mukanya.
𝜌ₓ𝑣ₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus 𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ

7
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan Aquadest


Tabel 4.1 Data hasil percobaan Aquadest
T(oC) Densitas h(cm) Tegangan n(tetes) V(ml)
(gr/ml) Muka
(dyne/cm)
30 0.99567 0.9 0.705 192 12

4.2 Hubungan %Volume dengan Tegangan Muka pada Shampoo


4.2.1 Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Tabel 4.2 Hasil percobaan shampoo
%v Densitas (gr/ml) h(cm) Tegangan Muka
(dyne/cm)
5 0.986 0.5 0.38786
10 0.9914 0.6 0.46798
15 0.995 0.5 0.39140
20 0.999 0.6 0.471572

Grafik 4.2.1 Hubungan antara %V dengan Tegangan Muka


pada shampoo metode pipa kapiler
Grafik diatas ialah hubungan antara %V dengan tegangan uka pada
shampoo dengan metode kanikan pipa kapiler. Sumbu x mennjukan
%Volume yang menandakan konsentrasi larutan dari
shampoo,sedangkan sumbu y menunjukan Tegangan muka. Pada grafik

8
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

tersebut terjadi fluktiaktif( naik-turun). Naik dari 5%V ke 10%V lalu


turun pada 15%V,naik lagi pada 20%V.
Berdasarkan teori, Semakin besar konsentrasi maka nilai tegangan
permukaan juga semakin besar, demikian pula sebaliknya bila
konsentrasi menurun maka tegangan permukaan cairan juga
menurun(wati,2012). Terjadi pemyimpangan antara praktikum yang
dilakukan dengan teroi yang ada. Tegangan muka seharusnya selalu
naik seiring dengan bertambahnya %V. terjadi penurunan tegangan
muka karena shampoo mengandung zat surfaktan. Surfaktan dapat
menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan
hidrogen pada permukaan (Furi dan Coniwanti,2012).
Hubungan %V dengan tegangan muka pada shampoo dalam metode
pipa kapiler sudah sesuai teori pada 10%v dan 20%V karena semakin
besar %V maka tegangan muka juga meningkat. pada 15%V terjadi
penyimpangan karena kandungan surfaktan pada shampoo yang dapat
menurunkan tegangan muka.
4.2.2 Metode Tetes (Volume Konstan)
Tabel 4.2.2 Hasil percobaan Shampoo metode tetea(volume konstan)
%V Densitas n(tetes) Tegangan Muka
(gr/ml) (dyne/cm)
5 0.9867 385 0.348417
10 0.9914 391 0.344705
15 0.995 404 0.334824
20 0.999 442 0.307269

Grafik 4.2.3 hubungan antara %V dan tegangan muka pada shampoo


metode tetes (volume konstan)

9
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Pada grafik diatas menunjukan hubungan antara %V dengan


tegangan muka pada shampoo dengan metode tetes. Pada sumbu x
menunjukan %Volume sedangkan sumbu y menunjukan tegangan
muka. Grafik diatas menunjukan semkain besar %Volume,tegangan
muka semakin kecil. Jumlah tetesan berbanding lurus dengan %V yang
menunjukan konsentrasi larutan shampoo. Semakin besar %V maka
jumlah tetesan juga semakin besar.
Berdasarkan teori, Semakin besar konsentrasi maka nilai tegangan
permukaan juga semakin besar, demikian pula sebaliknya bila
konsentrasi menurun maka tegangan permukaan cairan juga
menurun(wati,2012). Terjadi pemyimpangan antara praktikum yang
dilakukan dengan teroi yang ada. Tegangan muka seharusnya selalu
naik seiring dengan bertambahnya %V. terjadi penurunan tegangan
muka karena shampoo mendangung zat surfaktan. Surfaktan dapat
menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan
hidrogen pada permukaan (Furi dan Coniwanti,2012).
Dalam praktikum ini terjadi penyimpangan dengsn teori. Semakin
besar %V maka seharusnya semakin besar viskositasnya. Sedangkan
pada praktikum, viskositas semakin mengecil. Hal tersebut dikarenakan
zat surfuktan yang ada dalam shampoo.
4.2.3 Metode Tetes (Tetes Konstan)
Tabel 4.2.3 Hasil percobaan shampoo
%V Densitas(gr/ml) V (ml) Tegangan Muka
(dyne/cm)
5 0.9867 1.5 0.087331
10 0.9914 1.45 0.084822
15 0.995 1.4 0.082195
20 0.999 1.15 0.067788

10
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Grafik 4.2.3 Hubungan antara %V dengan Tegangan Muka pada


shampoo dengan metode tetes (tetes konstan)
Grafik diatas ialah hubungan antara %V dengan Tegangan muka
pada shampoo dengan metode volume (tetes konstan). Pada sumbu x
menunjukan %V yang menandakan kosnentrasi dari larutan shampoo,
sedangkan sumbu y menunjukan tegangan muka. Grafik diatas
menunjukan semakin besar %V maka semakin kecil tegangan muka.
Berdasarkan teori, Semakin besar konsentrasi maka nilai
tegangan permukaan juga semakin besar, demikian pula sebaliknya
bila konsentrasi menurun maka tegangan permukaan cairan juga
menurun(wati,2012). terjadi penurunan tegangan muka karena
shampoo mendangung zat surfaktan. Surfaktan dapat menurunkan
tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hidrogen
pada permukaan (Furi dan Coniwanti,2012).
Terjadi pemyimpangan antara praktikum yang dilakukan dengan
teroi yang ada. Tegangan muka seharusnya selalu naik seiring dengan
bertambahnya %V. hal tersebut karena kandungan zat surfaktan pada
shampoo

4.3 Hubungan Suhu dengan Tegangan Muka pada Hilo


4.3.1 Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Tabel 4.3.1 Hasil Percobaan Hilo metode pipa kapiler
T(oC) Densitas h(cm) Tegangan Muka
(gr/ml) (dyne/cm)
35 1.0007 0.6 0.472374
45 0.996 0.5 0.391796

11
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

55 0.991 0.4 0.311864


65 0.9984 0.4 0.314192

Grafik 4.3.1 Hubungan Suhu dengan tegangan Muka


Grafik diatas menunjukan hubungan antara suhu dengan teganagan
muka. Pada sumbu x menunjukan suhu sedangkan pada sumbu y
menunjukan tegangan muka. Grafik diats menunjukan turunnya
teganagn muka dari suhu 35oC sampai 55oC. sedangkan terjadi kenaikan
tegangan muka dari suhu 55oC ke 65oC.
Suhu pengukuran atau suhu sistem dinaikkan, maka energi kinetik
molekul-molekulnya juga meningkat yang menyebabkan meningkatnya
getaran molekul. Getaran atau gerak vibrasional dari molekul-molekul
air tersebut akan melemahkan interaksi antar molekul, seperti ikatan
hidrogen atau gaya van der Waals. Hal ini berakibat langsung pada
penurunan tegangan permukaan suatu cairan dengan meningkatnya
suhu system (Tang dan Suendo,2011).hilo tidak mengandung surfaktan.
Surfaktan (Surface Active Agent) adalah zat seperti deterjen yang
ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran atau
pembasahan dengan menurunkan tegangan permukaan cairan
khususnya air (Furi dan coniwanti,2012).
Hubungan yang terjadi antara suhu dengan tegangan muka dalam
metode pipa kapiler terjadi pnyimpanga. Hal tersebut ditandai dengan
adanya grafik yang naik padahal seharusnya turun. Penyimpangan
tersebut karena hilo tidak mengandung surfakta sehingga dapat
meningkkatkan tegangan muka.

12
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

4.3.2 Metode Tetes (Volume Konstan)


Tabel 4.3.2 Hasil percobaan Hilo metode tetes (volume konstan)
T(oC) Densitas(gr/ml) n(tetes) Tegangan Muka
(dyne/cm)
35 1.0073 173 0.791567
45 0.9966 150 0.903243
55 0.999 141 0.963211
65 0.678 129 0.714521

Grafik 4.3.2 Hubungan antara Suhu dengan tegangan muka pada hilo
dengan metode tetes (volume konstan)
Grafik diatas menunjukan hubungan antara suhu dengan tegangan
muka. Grafik diatas menunjukan naik-turun. Grafik naik pada suhu
35oC sampai 55oC. lalu turun pada suhu 65oC.
Suhu pengukuran atau suhu sistem dinaikkan, maka energi kinetik
molekul-molekulnya juga meningkat yang menyebabkan meningkatnya
getaran molekul. Getaran atau gerak vibrasional dari molekul-molekul
air tersebut akan melemahkan interaksi antar molekul, seperti ikatan
hidrogen atau gaya van der Waals. Hal ini berakibat langsung pada
penurunan tegangan permukaan suatu cairan dengan meningkatnya
suhu system (Tang dan Suendo,2011).hilo tidak mengandung surfaktan.
Surfaktan (Surface Active Agent) adalah zat seperti deterjen yang
ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran atau
pembasahan dengan menurunkan tegangan permukaan cairan
khususnya air (Furi dan coniwanti,2012).
Hubungan yang terjadi antara suhu dengan tegangan muka dalam
metode tetes (volume konstan) terjadi pnyimpangan. Hal tersebut
ditandai dengan adanya grafik yang naik padahal seharusnya turun.

13
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Penyimpangan tersebut karena hilo tidak mengandung surfakta


sehingga dapat meningkkatkan tegangan muka.
4.3.3 Metode Tetes (Tetes Konstan)
Tabel 4.3.3 Hasil percobaan Hilo metode tetes (tetes konstan)
T(oC) Densitas v(ml) Tegangan Muka
(gr/ml) (dyne/cm)
35 1.007 1.9 0.1129
45 0.9966 2.4 0.14113
55 0.999 2.5 0.14737
65 0.9991 2.4 0.14149

Grafik 4.3.3 Hubungan suhu dengan tegangan muka pada hilo dengan
metode tetes (tetes konstan)
Grafik diatas menunjukan hubungan suhu dengan teegangan muka.
Grafik tersebut terjadi naik-turun. Tegangan muka naik pada suhu 35oC
sampai 55oC. lalu tegangan muka turun saat suhu 65oC.
Suhu pengukuran atau suhu sistem dinaikkan, maka energi kinetik
molekul-molekulnya juga meningkat yang menyebabkan meningkatnya
getaran molekul. Getaran atau gerak vibrasional dari molekul-molekul
air tersebut akan melemahkan interaksi antar molekul, seperti ikatan
hidrogen atau gaya van der Waals. Hal ini berakibat langsung pada
penurunan tegangan permukaan suatu cairan dengan meningkatnya
suhu system (Tang dan Suendo,2011).hilo tidak mengandung surfaktan.
Surfaktan (Surface Active Agent) adalah zat seperti deterjen yang
ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran atau
pembasahan dengan menurunkan tegangan permukaan cairan
khususnya air (Furi dan coniwanti,2012).

14
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Hubungan yang terjadi antara suhu dengan tegangan muka dalam


metode tetes (tetes konstan) terjadi pnyimpanga. Hal tersebut ditandai
dengan adanya grafik yang naik padahal seharusnya turun.
Penyimpangan tersebut karena hilo tidak mengandung surfakta
sehingga dapat meningkkatkan tegangan muka.

15
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Nilai tegangan muka metode pipa kapiler pada shampoo dengan kadar
5%V;10%V;15%V;20%V yaitu 0.387863; 0.467984;0.391403 ;0.471572.
Nilai tegangan muka metode pipa kapiler pada Hilo 20% dengan suhu
35oc;45oc;55oC;65oC ialah 0.472374;0.391796;0.311864; 0.314192.
Tegangan muka pada metode tetes pada shampoo dengan kadar
5%V;10%V;15%V;20%V ialah 0.348417;0.344705;0.334824;0.307269.
Tegangan muka metode tetes pada hilo 20% dengan suhu
35oc;45oc;55oC;65oC ialah 0.791567;0.903243;0.963211;0.714521
2. Hubungan %V dengan tegangan muka ialah berbanding lurrus. Yaitu
semakin besar %V maka semakin besar juga tegangan mukanya. Terdapat
beberapa grafik yang tidak sesuai dengan teroi karena adanya kandungan
zat surfuktan pada shampoo yang dapat menurunkan tegangan muka
3. Dari ketiga metode tersebut terjadi penyimpangan karena masing-masing
metode memengaruhi nilai tegangan muka. nilai tegangan muka tersebut
ada yang sesuai teori ada yang menyimpang. terjadi penyimpangan karena
kandungan zat surfuktan yang terdapat pada shampoo sehingga mampu
menurunkan tegangan muka serta ketidak adaannya zat surfuktan pada hilo
yang menyebabkan naiknya tegangan muka.

5.2 Saran
1. Sediakan alat hitung tetes agar lebih akurat
2. Asisten laboratorium dapat memantau praktikan agar tidak salah prosedur
3. Untuk praktikum kedepannya,semua praktikan diharapkan dapat
memahami konsep secara menyeluruh.

16
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR PUSTAKA

Badger, W.Z. and Bachero, J.F., ”Introduction to Chemical


Engineering”,International student edition, McGraw Hill Book
Co.,Kogakusha,Tokyo.
Daniels, F. 1961. “Experimental Physical Chemistry”,6th ed., McGraw Hill book.,
Kogakusha, Tokyo.
Perry, R. H. 2008. Chemical Engineering Hand Book 8th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Kogakusha Co. Ltd. Tokyo.
Salam, Rezky. 2017. Uji Kerapatan, Viskositas dan Tegangan Permukaan pada
Tinta Print dengan Bahan Dasar Arang Sabut Kelapa. Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar: Makassar.
Wahyuni, Hari Sri. 2015. Pengukuran Tegangan Permukaan Larutan Detergen
Menggunakan Apitan Kaca dengan Bantuan Analisa Foto. Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
Heriyani, O., & Mugisidi, D. 2016. Pengaruh Karbon Aktif dan Zeolit pada pH
Hasil Filtrasi Air Banjir. In Prosiding Seminar Nasional Teknoka (Vol. 1, pp.
M199-M202).
Yulianto, E., Rofingah, J., Finda, A., & Hakim, F. N. 2016. Menentukan Tegangan
Permukaan Zat Cair. SPEKTRA: Jurnal Kajian Pendidikan Sains, 2(2), 176-
186. Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains AlQuran
Wati, S. M. 2012. Pengaruh Konsentrasi Surfaktan Linear Alkyl benzene
Sulphonate Terhadap Tegangan Antarmuka dan Viskositas Sistem Air-
Minyak Tanah. FMIPA Universitas Sumatra Utara.
Furi, T. A., & Coniwanti, P. 2012. Pengaruh Perbedaan Ukuran Partikel dari Ampas
Tebu dan Konsentrasi Natrium Bisulfit (NaHSO3) pada Proses Pembuatan
Surfaktan. Jurnal Teknik Kimia, 18(4). Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya,
Tang, M., & Suendo, V. 2011. Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap
Tegangan Permukaan Larutan Sabun. In Conference Proceedings in Science.
Bandung.

17
LEMBAR DATA HASIL PRAKTIKUM

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi :
Viskositas dan Tegangan Muka

NAMA : Prameswari Citradhitya NIM : 21030119130077


GRUP : 4 / Kamis Pagi
REKAN KERJA : Ahmad Alvinal Azmi NIM : 21030119130103
Fadlillah Fani NIM : 21030119130119

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
Viskositas:
1. Menentukan viskositas dinamis suatu zat.
2. Membuat grafik antara %V vs ηx, ρx vs ηx, dan Tx vs ηx.
3. Menentukan hubungan antara viskositas dengan %volume, densitas larutan,
dan suhu suatu zat.
Tegangan Muka:
1. Menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode kenaikan pipa kapiler
dan metode tetes
2. Menentukan pengaruh %V terhadap tegangan muka.
3. Mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan volume tetesan terhadap
tegangan muka.

II. PERCOBAAN
2.1. Bahan Yang Digunakan
Viskositas:
1. Bearbrand 30%V (35oC,45oC,55oC,65oC)
2. Hilo 10%V,20%V,30%V,40%V
3. Sprite 15%V ,25%V,35%V,45%V
4. Aquadest
Tegangan Muka:
1. Hilo 20%V (35oC,45oC,55oC,65oC)
2. Shampoo 5%V,10%V,15%V,20%V
3. Aquadest secukupnya.
2.2. Alat Yang Dipakai
Viskositas :
1. Viskometer Ostwald 5. Stopwatch
2. Beaker glass 6. Neraca analitik
3. Picnometer 7. Gelas ukur
4. Corong 8. Erlenmeyer
Tegangan Muka :
1. Pipa Kapiler
2. Alat Metode Tetes
3. Picnometer
4. Corong
5. Beaker glass
6. Neraca analitik

A-2
7. Gelas ukur
8. Mistar
9. Erlenmeyer

Keterangan:
1. Alat untuk metode tetes
2. Alat untuk metode pipa kapiler
Data yang diperlukan:
- Densitas - Jumlah tetesan
- Tinggi cairan - Volume tetesan
2.3 Cara kerja
Viskositas :
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Tentukan batas atas ”s1” dan batas bawah ”s2” pada viskometer
ostwald.
3. Isi viskometer ostwald dengan menggunakan 15 ml cairan
pembanding (aquadest).
4. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih
tinggi dari batas atas ”s1” yang telah ditentukan. Kemudian biarkan
cairan mengalir secara bebas.
5. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas atas
”s1” dan matikan stopwatch saat cairan tepat berada pada garis batas
bawah ”s2”.
6. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas
atas ”s1” ke batas bawah ”s2”.
7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk sampel yang akan dicari viskositasnya.
8. Tentukan harga viskositas dengan rumus
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
Tegangan Muka :
Metode Kenaikan pipa kapiler
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.

A-3
2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (aquadest) ke dalam beaker
glass 100 ml.
3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat
agar aquadest naik ke pipa.
4. Setelah tinggi aquadest konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler
dengan ibu jari lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan
mistar .
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya .
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus
𝜌ₓℎₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₐ
Metode Tetes
A . Volume Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan aquadest
sebagai cairan pembanding.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebanyak X
ml sebagai cairan pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan,
biarkan aquadest menetes sampai habis.
4. Hitung jumlah tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari
tegangan mukanya.
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
B. Tetes Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebagai
cairan pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan,
biarkan aquadest menetes sejumlah tetesan yang telah
ditentukan (Y tetesan).
4. Hitung volume tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari
tegangan mukanya.

A-4
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
2.4 Hasil Percobaan
Viskositas :
Taq = 30oC
Mpicno = 11,247 gram
Mpicno+aq = 43,29 gram
Maq =32,044 gram
𝜌 aq =0,99567 gr/ml
Vaq = 32,1823
a. Sprite
%V Msampel+picno(gr) 𝜌(gr/ml) t(s)
15% 32,233 1,00157 1,38
25% 32,336 1,00477 1,66
35% 32,360 1,00552 1,93
45% 32,523 1,01058 2,07
b. Hilo
%V Msampel+picno(gr) 𝜌(gr/ml) t(s)
10% 32,213 1,0090 2,00
20% 32,313 1,00403 2,15
30% 32,433 1,00770 2,44
40% 32,533 1,01080 2,51
c. Bearbrand 30%
T(oC) Msampel+picno(gr) 𝜌(gr/ml) t(s)
35 27,10 1,05402 1,16
40 25,69 0,99918 1,18
50 25,65 0,99670 1,22
55 25,61 0,99607 1,37

Tegangan Muka
Aquadest
𝜌 = 0,99567 gr/ml
haq = 0,9 cm
vaq =12 ml
n = 192 tetes

A-5
1. Kenaikan Pipa kapiler
a. Shampoo
%V Msampel+picno(gr) h(cm) 𝜌(gr/ml)
5% 25,37 0,5 0,9867
10% 25,49 0,6 0,9914
15% 25,60 0,5 0,9950
20% 25,69 0,6 0,9990
b. Hilo 20%
T(oC) Msampel+picno(gr) h(cm) 𝜌(gr/ml)
35 25,73 0,6 1,0007
45 25,62 0,5 0,9960
55 25,69 0,4 0,9910
65 25,67 0,4 0,9984
2. Metode Tetes
a. Tetes Konstan
i. Shampoo
%V Msampel+picno(gr) V(ml) 𝜌(gr/ml)
5% 25,37 1,50 0,9867
10% 25,49 1,45 0.9914
15% 25,60 1,40 0,9950
20% 25,69 1,15 0,9990
ii. Hilo 20%
%V Msampel+picno(gr) V(ml) 𝜌(gr/ml)
35 25,73 1,9 1,0070
45 25,62 2,4 0,9966
55 25,69 2,5 0,9990
65 25,69 2,4 0,9991
b. Volume Konstan
i. Shampo
%V Msampel+picno(gr) V(ml) 𝜌(gr/ml)
5% 25,37 385 0,9867
10% 25,49 391 0,9914
15% 25,60 404 0,9950
ii. Hilo 20%
T(oC) Msampel+picno(gr) V(ml) 𝜌(gr/ml)
35 25,73 173 1,0073

A-6
45 25,62 150 0,9966
55 25,69 141 0,9990
65 25,69 129 0,6780

Semarang, 7 Mei 2020


Mengetahui

Praktikan Asisten

Prameswari Citradhitya Anissa Ardanti W.


NIM.21030119130077 NIM 21030116140099

A-7
LEMBAR PERHITUNGAN VISKOSITAS

Taq = 30oC
Mpicno = 11.247 gram
Mpicno+aq = 43.29 gram
Maq = 32.044 gr
𝜌 aq = 0.99567 gr/ml
Vaq = 32.1823 ml
a. Sprite
• Kadar 15%
ρₓ= 1.00157 gr/ml
tx= 1.38 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.00157 ×1.38
= 0.99567×1.4 × 0.9

= 0.89563 c poise
• Kadar 25%
ρₓ= 1.00477 gr/ml
tx= 1.66 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.00477×1.66
= × 0.9
0.99567×1.4

= 1.07689 c poise
• Kadar 35%
ρₓ= 1.00552 gr/ml
tx= 1.93 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.00552×1.93
= × 0.9
0.99567×1.4

= 1.25299 c poise
• Kadar 45%
ρₓ= 1.01058 gr/ml
tx= 2.07 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.01058×2.07
= 0.99567×1.4 × 0.9

= 1.35064 cpoise

B-1
b. Hilo
• Kadar 10%
ρₓ= 1.0090 gr/ml
tx= 2.00 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.00090×2
= 0.99567×1.4

= 1.2925 c poise
• Kadar 20%
ρₓ= 1.00403 gr/ml
tx= 2.151 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.00403×2.15
= 0.99567×1.4

= 1.3937 c poise
• Kadar 30%
ρₓ= 1.00770 gr/ml
tx= 2.44 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.00770×2.44
= × 0.9
0.99567×1.4

= 1.5875 c poise
• Kadar 40%
ρₓ= 1.01080 gr/ml
tx= 2.51 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.01080×2.51
= × 0.9
0.99567×1.4

= 1.6381 c poise

c. Bearbrand suhu berbeda


• T =35oC
ρₓ= 1.05402 gr/ml
tx= 1.16 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
1.05402×1.16
= × 0.9
0.99567×1.4

= 0.7894 c poise

B-2
• T=40oC
ρₓ= 0.9918 gr/ml
tx= 1.18 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
0.9918×1.18
= 0.99567×1.4 × 0.9

= 0.7612 c poise
• T=50oC
ρₓ= 0.99670 gr/ml
tx= 1.22 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
0.99670×1.22
= 0.99567×1.4 ×0.9

=0.7851 c poise
• T=55oC
ρₓ= 0.99607 gr/ml
tx= 1.37 s
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ
𝜌ₐ𝑡ₐ
0.99607×1.37
= × 0.9
0.99567×1.4

= 0.811 c poise

B-3
LEMBAR PERHITUNGAN TEGANGAN MUKA

Massa picno = 11.247 gram


Massa picno+aq = 43.29 gram
Massa aquadest = 32.044 gram
ρ aq = 0.99567 gr/ml
h aq = 0.9 cm
V aq = 12 ml
n aq = 192 tetes
Teganagn muka aquadest = 0.705 dyne/cm
1. Kenaikan pipa kapiler
a. Shampoo
• 5%
ρₓ= 0.9867 gr/ml
hx=0.5 cm
𝜌ₓℎₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₓ
0.9867×0.5
=0.99567×0.9 × 0.705

=0.3881 dyne/cm
• 10%
ρₓ= 0.9914 gr/ml
hx=0.6 cm
𝜌ₓℎₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₓ
0.9914×0.6
= 0.99567×0.9 × 0.705

= 0.4680 dyne/cm
• 15%
ρₓ= 0.9950 gr/ml
hx=0.5 cm
𝜌ₓℎₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₓ
0.9950×0.5
= 0.99567×0.9 × 0.705

= 0.3914 dyne/cm
• 20%
ρₓ= 0.9990 gr/ml
hx=0.6 cm
𝜌ₓℎₐ
𝛾ₓ = 𝜌ₐℎₓ
𝛾ₐ

B-4
0.9990×0.6
= 0.99567×0.9 × 0.705

= 0.4716 dyne/cm
b. Hilo 20%V
• T =35oC
ρₓ= 1.0007 gr/ml
hx=0.6 cm
𝜌ₓℎₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₓ
1.0007×0.6
= 0.99567×0.9 × 0.705

= 0.4724 dyne/cm
• T = 45oC
ρₓ= 0.9960 gr/ml
hx=0.5 cm
𝜌ₓℎₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₓ
0.9960×0.5
= 0.99567×0.9 × 0.705

= 0.5557 dyne/cm
• T = 55oC
ρₓ= 0.9910 gr/ml
hx=0.4 cm
𝜌ₓℎₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₓ
0.9910×0.4
= 0.99567×0.9 × 0.705

= 0.3119 dyne/cm
• T = 65oC
ρₓ= 0.99814 gr/ml
hx=0.4 cm
𝜌ₓℎₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐℎₓ
0.99814×0.4
= 0.99567×0.9 × 0.705

= 0.3141 dyne/cm
2. Metode Tetes
a. Tetes Konstan
1) Shampoo
• 5%
ρₓ= 0.9867 gr/ml
vx=1.5 ml

B-5
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
0.9867×1.5
= × 0.705
0.99567×12

= 0.0873 dyne/cm
• 10%
ρₓ= 0.9914 gr/ml
vx=1.45 ml
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
0.9914×1.45
= 0.99567×12 × 0.705

= 0.0848 dyne/cm
• 15%
ρₓ= 0.9950 gr/ml
vx=1.4 ml
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
0.9950×1.4
= 0.99567×12 × 0.705

= 0.0822 dyne/cm
• 20%
ρₓ= 0.9990 gr/ml
vx=1.15 ml
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
0.9990×1.15
= × 0.705
0.99567×12

= 0.0670 dyne/cm
2) Hilo 20%
• T=35oC
ρₓ= 1,0070 gr/ml
vx= 1.9 ml
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
1.0070×1.9
= 0.99567×12 × 0.705

= 0.1129 dyne/cm
• T = 45oC
ρₓ= 0.9966 gr/ml
vx= 2.4 ml
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
0.9966×2.4
= 0.99567×12 × 0.705

B-6
= 0.1411 dyne/cm
• T = 55oC
ρₓ= 0.9990 gr/ml
vx= 2.5 ml
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
0.9990×2.5
= 0.99567×12 × 0.705

= 0.1474 dyne/cm
• T = 65oC
ρₓ= 0.991 gr/ml
vx= 2.4 ml
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑣ₐ
0.991×2.4
= 0.99567×12 × 0.705

= 0.1415 dyne/cm
b. Volume Konstan
1. Shampoo
• 5%
ρₓ= 0.9867 gr/ml
nx= 385 tetes
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
0.9867×192
= 0.99567×385 × 0.705

= 0.34842 dyne/cm
• 10%
ρₓ= 0.9914 gr/ml
nx= 391 tetes
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
0.9914×192
= × 0.705
0.99567×391

= 0.34470 dyne/cm
• 15%
ρₓ= 0.9950 gr/ml
nx= 404 tetes
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
0.9950×192
= 0.99567×404 × 0.705

= 0.33482 dyne/cm

B-7
• 20%
ρₓ= 0.9990 gr/ml
nx= 442 tetes
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
0.9990×192
= 0.99567×442 × 0.705

= 0.30727 dyne/cm
2. Hilo 20% suhu berbeda
• T = 35oC
ρₓ= 1.0073 gr/ml
nx= 173 tetes
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
1.0073×192
= 0.99567×173 × 0.705

= 0.79157 dyne/cm
• T = 45oC
ρₓ= 0.9966 gr/ml
nx= 150 tetes
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
0.9966×192
= × 0.705
0.99567×150

= 0.90324 dyne/cm
• T = 55oC
ρₓ= 0.9990 gr/ml
nx= 141 tetes
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
0.9990×192
= 0.99567×141 × 0.705

= 0.96321 dyne/cm
• T = 65oC
ρₓ= 0.6780 gr/ml
nx= 129 tetes
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ
𝜌ₐ𝑛ₓ
0.6780×192
= 0.99567×129 × 0.705

= 0.71452 dyne/cm

B-8
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR KUANTITAS REAGEN

MATERI : Viskositas dan Tegangan Muka


HARI / TANGGAL : Kamis/7 Mei 2020
KELOMPOK : IV / Kamis Pagi
NAMA : Ahmad Alvinal Azmi
Fadlillah Fani
Prameswari Citradhitya

ASISTEN : Anissa Ardanti Wulandari

KUANTITAS REAGEN

NO JENIS REAGEN KUANTITAS


Viskositas
-Bearbrand30%V(35oC.45oC,55oC,65oC)
-Hilo (10,20,30,40%V)
Sprite (15,25,35,45%V) Basis 100 ml
Tegangan Muka
-Hilo 20%V (35oC,45oC,55oC,65oC)
-Shampoo (5,10,15,20%V

TUGAS TAMBAHAN:

Cari dan ringkas pengaruh gaya kohesi dan adhesi pada tegangan muka (ditaruh
di bab 2)

CATATAN: SEMARANG, 2 Mei 2020


n konstan = 33 tetes ASISTEN
v konstan = 12 ml
suhu 3-4oC
Anissa Ardanti Wulandari
NIM. 21030116140099

C-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN VISKOSITAS

Basis 100ml
a. bearbrand
• 30%V
𝑉𝐵𝑏
= 30%
𝑉𝑡𝑜𝑡
30
VBb = 100 × 100𝑚𝑙

VBb = 30 ml
Vaq = 70 ml
b. Hilo
• 10%V
𝑉𝐻𝑖
= 10%
𝑉𝑡𝑜𝑡
10
VHi = 100 × 100𝑚𝑙

VHi = 10 ml
Vaq = 90 ml
• 20%V
𝑉𝐻𝑖
= 20%
𝑉𝑡𝑜𝑡
20
VHi = × 100𝑚𝑙
100

VHi = 20 ml
Vaq = 80 ml
• 30%V
𝑉𝐻𝑖
= 30%
𝑉𝑡𝑜𝑡
30
VHi = 100 × 100𝑚𝑙

VHi = 30 ml
Vaq = 70 ml
• 40%V
𝑉𝐻𝑖
= 40%
𝑉𝑡𝑜𝑡
40
VHi = 100 × 100𝑚𝑙

VHi = 40 ml
Vaq = 60 ml
c. Sprite
• 15%V
𝑉𝑆𝑝
= 15%
𝑉𝑡𝑜𝑡

D-1
15
VSp = 100 × 100𝑚𝑙

VSp = 15 ml
Vaq = 85 ml
• 25%V
𝑉𝑆𝑝
= 25%
𝑉𝑡𝑜𝑡
25
VSp = × 100𝑚𝑙
100

VSp = 25 ml
Vaq = 75 ml
• 35%V
𝑉𝑆𝑝
= 40%
𝑉𝑡𝑜𝑡
35
VSp = 100 × 100𝑚𝑙

VSp = 35 ml
Vaq = 65 ml
• 45%V
𝑉𝑆𝑝
= 45%
𝑉𝑡𝑜𝑡
45
VSp = 100 × 100𝑚𝑙

VSp = 45 ml
Vaq = 55 ml

D-2
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN TEGANGAN MUKA

Basis 100ml
a. Hilo 20%V
𝑉𝐻𝑖
= 20%
𝑉𝑡𝑜𝑡
20
VHi = 100 × 100𝑚𝑙

VHi = 20 ml
Vaq = 80 ml
b. Shampoo
• 5%V
𝑉𝑆ℎ
= 5%
𝑉𝑡𝑜𝑡
5
VSh = 100 × 100𝑚𝑙

VSh = 5 ml
Vaq = 95 ml
• 10%V
𝑉𝑆ℎ
= 10%
𝑉𝑡𝑜𝑡
10
Vsh = 100 × 100𝑚𝑙

Vsh = 10 ml
Vaq = 90 ml
• 15%V
𝑉𝑠ℎ
= 15%
𝑉𝑡𝑜𝑡
15
Vsh = 100 × 100𝑚𝑙

Vsh = 15 ml
Vaq = 85 ml
• 20%V
𝑉𝑠ℎ
= 20%
𝑉𝑡𝑜𝑡
20
VHi = 100 × 100𝑚𝑙

VHi = 20 ml
Vaq = 80 ml

D-3
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1. 14-5-2020 P0 oleh asisten.
2. 16-5-2020 P1 oleh asiten.
3. 28-5-2020 ACC oleh dosen

Anda mungkin juga menyukai