DAFTAR ISI..........................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Tujuan Umum........................................................................................1
B. Tujuan Khusus.......................................................................................1
BAB II. MENYIAPKAN ANALISIS..........................................................................2
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Menyiapkan Analisis.........................2
1. Alat Pelindung diri.............................................................................2
2. Metode dan peralatan uji proksimat.................................................12
3. Bahan dan sampel uji proksimat......................................................13
B. Keterampilan yang diperlukan dalam Menyiapkan Analisis Proksimat........14
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Menyiapkan Analisis Proksimat...........15
BAB III. MELAKSANAKAN ANALISIS PROKSIMAT.................................................16
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Melaksanakan Analisis Proksimat
...........................................................................................................16
1. Analisis Kadar Air............................................................................16
2. Analisis Kadar Abu..........................................................................26
3. Analisis Kadar Lemak......................................................................33
4. Analisis Kadar Protein......................................................................44
5. Analisis Kadar Karbohidrat...............................................................52
B. Keterampilan yang diperlukan dalam Melaksanakan Analisis Proksimat
...........................................................................................................63
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Melaksanakan Analisis Proksimat........64
BAB IV. MELAPORKAN HASIL ANALISIS.............................................................65
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Melaporkan Hasil Analisis................65
1. Pengolahan Data Hasil Analisis.........................................................65
2. Pelaporan Hasil Analisis...................................................................67
B. Keterampilan yang diperlukan dalam Melaporkan Hasil Analisis............71
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Melaporkan Hasil Analisis...................71
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Kegiatan analisis tidak akan berhasil dengan baik bila persiapan kegiatan analisis
tidak dilakukan dengan baik. Kesiapan analisis dapat diketahui dari ketersediaan
alat termasuk didalamnya adalah alat pelindung diri, bahan penunjang analisis
termasuk didalamnya sampel/contoh uji, dan metode uji/analisis. Kesiapan
analisis akan menunjang keselamatan diri analis dan
mempermudah/memperlancar pelaksanaan analisis.
d. Perlindungan Wajah
Alat pelindung wajah digunakan untuk melindungi wajah dari
kecelakaan kerja seperti terkena percikan bahan-bahan kimia atau
kecelakaan lainnya. Pelindung wajah hampir sama dengan pelindung
mata tetapi lebih spesial (goggle yang menyatu dengan masker khusus
untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser).
Pelindung wajah juga ada yang berbentuk seperti tameng yang biasa
dipakai para pekerja di bengkel ketika sedang mengelas. Alat ini biasa
digunakan saat mengambil alat laboratorium yang dipanaskan di tanur
suhu tinggi, melebur sampel tanah di alat peleburan skala lab, dan
mengambil peralatan yang dipanaskan dengan autoclave.
e. Perlindungan Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari basah,
electrostatic build-up, terpeleset, terpotong dan tertusuk, benda
berjatuhan, percikan zat kimia dan besi, abrasi. Beberapa alat
perlindungan pada kaki diantaranya adalah Sepatu dan bot safety
dengan pelindung jari kaki dan telapak sepatu yang anti tusuk, Celana
panjang. Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika Anda
bekerja di laboratorium. Mengapa? Karena keduanya tidak bisa
melindungi kaki Anda ketika larutan atau bahan kimia yang tumpah.
f. Perlindungan Tangan
Pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari memar,
temperatur yang ekstrim, terpotong dan tertusuk, terbentur atau
terpukul, zat kimia, tersetrum, infeksi kulit, sakit atau kontaminasi.
Beberapa pelindung tangan antara lain adalah: Gloves,Gauntlets, Mitts,
Wristcuffs, Armlets.
Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan kimia
yang bisa membuat kulit Anda gatal atau melepuh. Macam-macam
kaos tangan yang digunakan di lab biasanya terbuat dari karet alam,
nitril, dan neoprena. Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam,
ada yang dilengkapi dengan serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk
itu umumnya terbuat dari tepung kanji dan berfungsi untuk melumasi
kaos tangan agar mudah digunakan.
g. Perlindungan Pernafasan
Pelindung pernapasan digunakan hidung atau pernafasan dari
kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh,
baik berupa partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat
membahayakan pernafasan. Salah satu alat pelindung pernafasan
adalah masker atau respirator pakai buan, Full atau half respirator, dan
Breathing apparatus.
h. Perlindungan Pendengaran
Alat pelindung pendengaran digunakan untuk menjaga dan melindungi
telinga dari bahan-bahan kimia atau serpihan agar tidak masuk ke
dalam telinga pemakai. Selain itu menjaga gendang telinga pemakai
dari kebisingan agar tidak merusak gendang telinganya. Alat yang
digunakan adalah sejenis penutup telinga yang lumayan empuk, dalam
Metode uji proksimat untuk setiap jenis analisis terdiri dari beberapa
metode dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun
demikian dari pemilihan metode tersebut harus memperhatikan
karakteristik contoh. Sebagai contoh pada pelaksanaan analisis kadar
air gabah, analisis dapat dilakukan dengan metode thermogravimetri,
volumetri, metode kimia, dan metode fisika. Secara umum analisis
kadar air gabah di laboratorium dilakukan dengan metode
thermogravimeteri. Kadar air gabah dapat pula dilakukan dengan
menggunakan grain moisturemeter bila pengukuran dilakukan di dalam
gudang untuk dapat memperoleh data kadar air dengan cepat.
b. Peralatan
b. Sampel
Penanganan sampel (sample handling) merupakan tahap kritis dalam
proses analisis karena serangkaian metode analisis yang memiliki
presisi dan akurasi sangat tinggi tidak berarti apa–apa jika seorang
analis tidak cermat dalam penanganan sampelnya. Berkaitan dengan
sampel (contoh) bahan yang akan dilakukan pengukuran dan analisis
perlu diperhatikan masalah Metode Pengambilan Sampel, Tempat
Penyimpanan Sampel, Transportasi dari sumber pengambilan sampel
menuju laboratorium, Penyimpanan Sampel dalam Laboratorium,
Sikap kerja yang diperlukan dalam Menyiapkan Analisis Proksimat antara lain
adalah:
1. Cermat dan teliti dalam menentukan kesesuaian contoh uji dengan
metode analisis.
2. Tertib dan disiplin dalam menentukan dan menggunakan alat pelindung diri
dengan tepat.
3. Tertib dan taat asas dalam menyiapkan, menggunakan dan menyimpan
bahan, peralatan, dan contoh uji dalam analisis proksimat.
a. Pengertian Air
Air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan pangan,
meskipun bukan sumber nutrient namun keberadaannya sangat
esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup
(Anonim 2017). Air dalam bahan pangan terdapat dalam berbagai
bentuk, yaitu :
1) Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular
serta pori-pori yang terdapat pada bahan
2) Air terikat secara lemah karena teradsorpsi pada permukaan koloid
makromolekuler seperti protein, pectin pati,dan selulosa. Selain itu
air juga terdispersi diantara koloid tersebut dan merupakan pelarut
zat yang ada dalam sel. Air dalam bentuk ini masih memiliki sifat
air bebas dan dapat dikristalkan dalam proses pembekuan. Ikatan
antara air dengan koloid tersebut merupakan ikatan hidrogen
3) Air dalam keadaan terikat kuat yaitu air yang membentuk hidrat.
Ikatannya bersifat ionic sehingga relative sukar dihilangkan atau
Keterangan :
W = bobot sampel sebelum dikeringkan (gr)
W1 = bobot sampel dan cawan kering (gr)
W2 = bobot cawan kosong (gr)
Dengan :
F = daya tarik menarik antar dua ion yang berlawanan
e
1 e2 = muatan ion-ion
r = jarak antara dua ion
Secara umum abu terdiri dari garam material anorganik (misal garam
yang mengandung ion Na+, K+, dan lain-lain). Terkadang abu
mengandung mineral tertentu misal klorofil dan hemoglobin. Contoh
abu:
1) Oksida: Al2O3, CaO, , MgO, MnO,
Fe2O3 , K2O,
P2O5 .
SiO2
Kandungan abu dan komposisinya tergantung dari jenis bahan dan cara
pengabuannya. Kadar abu memiliki hubungan dengan mineral suatu
bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan dapat merupakan dua
macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Contoh
mineral yang termasuk garam organik yaitu garam-garam asam mallat,
oksalat, asetat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk
garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat dan nitrat (Selamet, dkk., 1989).
Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk
sebagai senyawa komplek yang bersifat organik, yaitu khlorofil dan
hemoglobin.
Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri, yaitu cara
untuk pendugaan kandungan mineral dalam bahan pangan secara
kasar. Bobot abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi
abu dan cawan kosong. Apabila suatu sampel di dalam cawan abu
porselen dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 650oC akan menjadi abu
berwarna putih.
Penentuan abu total dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu pengabuan
langsung/pengabuan kering dan pengabuan tidak langsung/pengabuan
basah.
Diketahui :
(Sumber : Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. 2004. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama)
a. Pengertian Lemak
Menurut Nurdiani (2017), lemak diartikan sebagai trigliserida dalam
kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat, sedangkan minyak
adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih
pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan
lemak. Pada umumnya trigliserida alam mengandung lebih dari satu
jenis asam lemak. Trigliserida jika dihidrolisis akan menghasilkan 3
molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol.
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar,
seperti kloroform dan eter (Rein 2012). Lipid secara umum dapat dibagi
ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks.
Yang termasuk lipid sederhana antara lain adalah:
1) trigliserida dari lemak atau minyak seperti ester asam lemak dan
gliserol, contohnya adalah lemak babi, minyak jagung, minyak biji
kapas, dan butter
2) lilin yang merupakan ester asam lemak dari rantai panjang alkohol,
contohnya adalah beeswax, spermaceti, dan carnauba wax, dan
Sifat-sifat minyak/lemak dibagi ke sifat fisik dan kimia. Sifat fisik dari
lemak dan minyak sangat penting bagi industri pangan ditinjau dari
seberapa mudah lemak/minyak mengkristal (sifat kristalisasi), seperti
minyak goreng yang baik yaitu tidak mudah membentuk kristal saat
disimpan pada suhu dingin dan seberapa mudah meleleh (titik leleh),
seperti produk cokelat mengandung lemak yang tidak cepat meleleh
pada suhu ruang.
b) Uji Akrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini
terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam
lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein.
Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan
untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak
dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4)
yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi
ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai
akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak
terbakar dan ditandai dengan asap putih (Scy Tech
Encyclopedia 2008).
a) Metode Babcock
Sebagai contoh sejumlah sampel susu dipipet secara akurat ke
dalam botol Babcock. Asam sulfat dicampur dengan susu,
yang akan mendigesti protein yang akan menghasilkan panas
dan merusak lapisan yang mengelilingi droplet lemak, sehingga
akan melepaskan lemak. Sampel kemudian disentrifuse saat
masih panas (55-60oC) dan akan menyebabkan lemak cair
naik ke leher botol. Leher botol dilengkapi skala yang
menunjukkan persen lemak. Metode ini membutuhkan waktu
45 menit, dengan presisi hingga 0,1%. Metode ini tidak
menentukan kadar fosfolipid dalam susu, karena berada di fase
air atau di antara fase lemak dan air.
b) Metode Gerber
Metode gerber mirip dengan metode Babcock, tapi
menggunakan asam sulfat dan isoamil alkohol, dengan bentuk
botol yang sedikit berbeda. Metode Gerber lebih cepat dan
sederhana dibanding metode Babcock.metode gerber tidak
menentukan posfolipid. Metode Gerber merupakan salah satu
dari dua metode ekstraksi basah tanpa pelarut.
c) Metode Deterjen
Sampel dicampur dengan kombinasi surfaktan dalam botol
Babcock. Surfaktan akanmenggantikan membran yang
menyelubungi droplet emulsi dalam sampel susu,
menyebabkan lemak terpisah. Sampel disentrifugasi sehingga
lemak akan berada di leher botol sehingga kadar lemak bisa
ditentukan.
3) Metode Instrumentasi
Banyak metode instrumen untuk penentuan kadar lemak total
dalam bahan atau sampel. Berdasarkan prinsip fisikokimianya,
metode-metode ini dikategorikan berdasarkan 3 prinsip yaitu :
a) penentuan sifat fisik,
b) pengukuran kemampuan absorpsi radiasi gelombang
elektromagnetik.
c) pengukuran kemampuan memantulkan radiasi gelombang
elektromagnetik.
a. Pengertian Protein
Protein merupakan polimer dari sekitar 21 asam amino berlainan yang
disambungkan dengan ikatan peptida (Deman 1997). Protein terdapat
dalam produk nabati maupun hewani. Protein biasanya terdapat dalam
bentuk ikatan fisis yang renggang atau dengan ikatan kimia yang lebih
erat dengan karbohidrat atau lemak. Pemanasan atau perlakuan yang
lebih dapat merusak protein sehingga mengubah nilai gizi.
1) Metode konvensional
Metode analisis kadar protein secara konsvensional adalah metode
Kjeldahl (yang terdiri dari tahap destruksi, destilasi, titrasi) dan
metode titrasi formol yang digunakan untuk protein yang tidak
terlarut.
a) Metode Kjeldahl
Penentuan protein berdasarkan jumlah N menunjukkan protein
kasar karena selain protein juga terikut senyawa N yang bukan
protein misalnya urea, nitrit, asam amino, amida, purin dan
pirimidin. Analisa protein cara Kjeldahl dibagi menjadi 3 tahap
yaitu Destruksi, Destilasi, dan Titrasi :
Sampel didestruksi dengan adanya asam kuat dengan
bantuan katalis yang akan mengubah nitrogen amin
menjadi ion ammonium.
Ion ammonium diubah menjadi gas ammonium yang
selanjutnya dipanaskan dan didestilasi.Gas ammonium
Tahap Destruksi
Sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon dan
hydrogen teroksidasi menjadi CO, CO2, dan HgO. sedangkan
nitrogen (N) dalam sampel akan diubah menjadi (NH4)2SO4.
Untuk mendestruksi 1 gram protein diperlukan 9 gram asam
sulfat, sedangkan untuk 1 gram lemak diperlukan 17,8 gram
asam sulfat. Untuk mempercepat proses destruksi sering
ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan H2O (20 :
1). Gunning menganjurkan penggunaan K2SO4 atau CuSO4dapat
mempercepat proses destruksi. Tiap 1 gram K2SO4 dapat
menaikkan titik didih 3°C. suhu destruksi 370 - 410°.
Tahap Destilasi
Dalam tahap destilasi, ammonium sulfat yang larut dalam air
diubah menjadi ammonia (NH3) yang berbentuk gas dengan
penambahan NaOH sampai alkalis (pH dinaikkan) dan
dipanaskan. Asam standar yang dapat dipakai adalah asam
klorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan.
Apabila asam klorida sebagai penangkap ammonia maka
reaksi yang terjadi selama destilasi adalah sebagai berikut
NH3 + HCl NH4Cl
Apabila asam borat sebagai penangkap ammonia maka
reaksi yang terjadi selama destilasi adalah sebagai
berikut :
NH3 + HBO2 NH4BO2
2) Metode modern
Metode modern, yaitu metode Lowry, metode spektrofotometri
visible, metode spektrofotometri UV, Elektroforesis. Metode-
metode tersebut digunakan untuk menentukan protein yang
terlarut.
a) Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret.
Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-
protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang
dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion
Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu,
kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat, menghasilkan
b) Metode Spektrofotometri
Sifat protein jika dilarutkan dengan asam klorida dan enzim
protease akan menghasilakan asam amino karboksilat. Disisi
lain protein dapat mengalami denaturasi yaitu perubahan
struktur protein yang menimbulkan perubahan sifat fisika,
kimia dan biologi. Spektrofotometri merupakan salah satu
metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
maupun kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan cahaya.Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel (400-750nm), UV (200-380nm) atau inframerah
(>750nm), sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul
namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Spektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis
instrumental yang mempelajari interaksi anatar atom atau
a. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat merupakan polimer alami yang dihasilkan oleh tumbuh-
tumbuhan dan sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan.
Karbohidrat juga merupakan sumber energi yang terdiri atas unsur-
1) Monosakarida
Monosakarida adalah golongan karbohidrat yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi molekul-molekul karbohidrat yang lebih
sederhana lagi. Misalnya: glukosa, fruktosa, ribosa,
galaktosa.Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana
karena molekulnya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain.
Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari
aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.
2) Disakarida
Disakarida adalah golongan karbohidrat yang terbentuk dari
kondensasi 2 molekul monosakarida. Misalnya: sukrosa (gula tebu),
laktosa (gula susu), dan maltosa (gula pati).Disakarida merupakan
karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang
berikatan melalui gugus –OH dengan melepaskan molekul air.
Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.
b. Analisis Karbohidrat
Menurut Sudarmadji (2003), analisis karbohidrat dalam suatu bahan
dapat dilakukan dengan cara:
1) Cara kimia
2) Cara enzimatik (biokimia)
3) Cara kromatografi
2) Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah cara yang dapat digunakan untuk
menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu
antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik, atau
biokimiawi, dan cara kromatografi (Sudarmadi 2003). Penentuan
karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida
memerlukan perlakuan pendahuluan sehingga diperoleh
monosakarida. Untuk keperluan ini maka bahan dihidrolisis dengan
asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu. Contoh
metode Analisis kuantitatif karbohidrat diantaranya : Metode Luff
Schoorl, Metode Nelson-Somogyi, Metode Anthrone, Metode Folin,
Metode Enzimatis, dan Metode Kromatografi.
Reaksinya :
b) Metode Nelson-Somogyi
Salah satu metode kimiawi yang dapat digunakan untuk
analisis karbohidrat adalah metode oksidasi dengan kupri.
Metode ini didasarkan pada peristiwa tereduksinya kupri
okisida menjadi kupro oksida karena adanya kandungan
senyawa gula reduksi pada bahan. Reagen yang digunakan
biasanya merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat,
natrium sulfat, dan K-Na-tartrat (reagen Nelson Somogy). Hasil
reduksi kuprooksida yang bereaksi dengan arsenomolybdat
c) Metode Anthrone
Penggunaan Metode Anthrone untuk analisis total karbohidrat
mulai berkembang sejak penggunaan pertama kali oleh
Dreywood pada tahun 1946 untuk uji kualitatif. Dasar dari
reaksi ini adalah kemampuan karbohidrat untuk membentuk
turunan furfural dengan keberadaan asam dan panas, yang
kemudian diikuti dengan reaksi dengan anthrone (9,10 dihidro-
9-oxoanthracene) yang menghasilkan warna biru kehijauan.
Uji Anthrone memiliki kelebihan dalam hal sensitifitas dan
kesederhanaan ujinya (Koehler, 1952). Kekurangan dari
Metode Anthrone adalah ketidakstabilan dari pereaksi
(anthrone yang dilarutkan dalam asam sulfat), sehingga perlu
dilakukan persiapan pereaksi (reagen) yang baru setiap hari.
d) Metode Folin
Prinsip analisis metode Folin adalah, filtrat darah bebas
protein dipanaskan dengan larutan CuSO 4 alkali. Endapan CuO
yang dibentuk oleh glukosa akan larut dengan penambahan
larutan fosfo molibdat. Larutan ini dibandingkan secara
kolorimetri dengan larutan standar glukosa.
e) Cara Enzimatis
f) Cara Kromatografi
Penentuan karbohidrat dengan cara kromatografi dilakukan
dengan cara isolasi dan identifikasi karbohidrat dalam suatu
campuran. Isolasi karbohidrat berdasarkan prinsip pemisahan
suatu campuran atas perbedaan distribusi rasio pada fasa
gerak dengan fasa diam.
Fasa gerak dapat berupa cairan atau gas, sedangkan fasa diam
dapat berupa padatan atau cairan. Dalam kromatografi,
ekstrak yang akan ditentukan harus bebas dari senyawa-
senyawa yang akan menjadi pengganggu. Kromatografi yang
dapat digunakan untuk penentuan karbohidrat adalah
kromatografi kertas atau kromatografi cair kinerja tinggi
(HPLC).
g) Cara Fisis
Berdasarkan Indek Bias
Penentuan karbohidrat dengan cara fisis dilakukan dengan
menentukan indeks bias karbohidrat dengan menggunakan
refraktometer. Setiap jenis gula mempunyai indeks bias
tertentu berdasarkan senyawa penyusunnya.
Sikap kerja yang diperlukan dalam Melaksanakan Analisis Proksimat antara lain
adalah:
1. Cermat dan teliti dalam mengidentifikasi kesesuaian sampel uji dan
metode analisis.
2. Taat asas dalam melaksanakan langkah-langkah proses pengujian.
3. Hati-hati, terampil, cermat dan bersih dalam melaksanakan analisis
proksimat.
a. Pengumpulan data
Tahap penting dalam pengumpuan data adalah memastikan bahwa
data hasil penelitian sesuai dengan metode dan sampel yang dianalisis.
Data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku catatan
(record book) perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika masih terdapat
hal-hal yang salah atau yang masih meragukan.
Data harus cukup jelas tulisannya untuk dapat dibaca artinya adalah
bahwa segala tulisan dalam buku catatan harus jelas baik kalimat
ataupun huruf serta angka. Kegiatan ini perlu sekali dikerjakan untuk
menghilangkan keragu-raguan terhadap data yang dituliskan. Kegiatan
ini juga dilakukan untuk memastikan kekonsistenan data hasil
penelitian. Bila ditemukan ketidakkonsistenan maka carilah penyebab
kesalahan tersebut, apakah ada kesalahan dalam mencatat, atau
kesalahan dalam proses analisis.
b. Tabulasi data
Tabulasi data merupakan proses mengorganisasi data agar lebih mudah
dalam proses pengolahan data. Proses tabulasi dapat juga dilakukan
sejak awal proses pengumpulan data hasil analisis untuk lebih
memudahkan dan memastikan kebutuhan data terpenuhi sesuai
metode yang ditentukan. Hal terpenting dalam proses tabulasi data
adalah membuat tabel sesuai dengan metode analisis yang ditentukan.
Tabel yang dibuat harus mampu memastikan bahwa tidak terjadi
kesalahan antar sampel maupun metode yang telah ditetapkan.
c. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan tahap penting dalam kegiatan analisis,
mengingat tanpa adanya pengolahan data, proses analisis yang
dilakukan menjadi tidak berguna. Pengolahan data sangat erat
hubungannya dengan jenis dan metode analisis yang digunakan.
Sebagai contoh pada saat analisis kadar air, metode apa yang
digunakan harus jelas. Jika analisis kadar air dilakukan dengan
menggunakan metode thermogravimetri maka proses pengolahan data
harus menggunakan rumus thermogravimetri. Faktor lain yang perlu
diperhatikan dalam pengolahan data adalah satuan yang digunakan,
misalnya penggunaan konsentrasi pereaksi dan penggunaan jumlah
bahan (dalam gram atau mili gram).
Sikap kerja yang diperlukan dalam melaporkan hasil analisis proksimat antara
lain adalah:
1. Cermat dan teliti dalam mengelola dan menganalisis data hasil
pengujian/analisis proksimat.
2. Tertib, disiplin, dan jujur dalam melaporkan hasil analisis proksimat.
A. Buku Referensi
I. Referensi Lainnya
A. Daftar Peralatan/Mesin
No
Nama Peralatan/Mesin Keterangan
.
1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Laptop Untuk setiap peserta
3. Perangkat uji kadar air Untuk setiap peserta
4. Perangkat uji kadar lemak Untuk setiap kelompok
5. Perangkat uji kadar protein Untuk setiap kelompok
6. Perangkat uji kadar karbohidrat Untuk setiap kelompok
7. Perangkat uji kadar abu Untuk setiap peserta
8. Perangkat uji kadar serat kasar Untuk setiap kelompok
J. Daftar Bahan
No
Nama Bahan Keterangan
.
1. Bahan dan pereaksi uji kadar air Setiap peserta/kelompok
2. Bahan dan pereaksi uji kadar lemak Setiap kelompok
3. Bahan dan pereaksi uji kadar protein Setiap kelompok
4. Bahan dan pereaksi uji kadar karbohidrat Setiap kelompok
5. Bahan dan pereaksi uji kadar abu Setiap kelompok
6. Bahan dan pereaksi uji kadar serat kasar Setiap kelompok