Materi:
Disusun Oleh:
Kelompok 41
2023
ABSTRAK
Kesetimbangan uap cair merupakankondisi dimana liquid dan gas berada pada
kesetimbangan satu sama lain. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari
kesetimbangan uap cair sistem biner. Untuk larutan yang digunakan adalah air dan
etanol. Kesetimbangan uap cair dapat ditentukan ketika ada variabel yang tetap atau
konstan pada suatu waktu tertentu. Praktikum mengenai kesetimbangan uap air
bertujuan untuk mempelajari kesetimbangan fase uap cair pada sistem biner.
Larutan yang digunakan pada praktikum ini ialah larutan etanol dengan variasi
konsentrasi 34%,44%,54%, dan 64%. Adapun variabel bebas yang divariasikan
dalam percobaan ini adalah jenis pelarut dan konsentrasi pelarut deangan variasi
suhu yaitu 90, 87, 85, 80 °C. Alat-alat yang digunakan diantaranya kondensor, labu
leher 3, heater, gelas ukur, gelas kimia, refraktometer,dan pipet volume serta pipet
tetes. Hasil percobaan yang didapat antara lain kurva kalibrasi yang menunjukkan
hubungan antara fraksi mol dengan indeks bias, kemudian ada kalibrasi dimana
nilai untuk operasi cair regresi dan fraksi uap regresi berdasarkan kurva T-xy. Pada
percobaan vs literatur pada percobaan kesetimbangan uap air sistem biner etanol
dengan air dari data literatur dan hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin
besar fraksi mol umpan etanol, maka temperatur pada dew point dan Bubble Point
semakin menurun. Kurva kesetimbangan yang diperoleh berbeda dengan kurva
keseimbangan pada literatur hasil yang dapat disimpulkan dari praktikum ini yaitu
fraksi mol berbanding lurus dengan indeks bias, nilai temperatur dengan faksi mol
berbanding terbalik dimana semakin besar temperaturnya maka jumlahnya semakin
sedikit dan data yang diperoleh dari percobaan berbeda dengan data yang
didapatkan dari literatur dan metode Wilson. Adapun saran untuk praktikum kali ini
adalah praktikan harus memperhatikan dan teliti dalam pengambilan data dan
berhati-hati dalam melakukan setiap percobaan dan agar pralatan yang digunakan
saat praktikum lebih memadai lagi dan baik lagi agar data yang didapatkan oleh
praktikan memiliki nilai error yang tidak terlalu tinggi.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................................................... 2
1.3 Sasaran Praktikum .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Pengertian Kesetimbangan Uap Cair ....................................................................... 3
2.2 Rumus-rumus yang Digunakan ............................................................................... 4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN .......................................................................... 6
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 6
3.1.1 Alat .................................................................................................................... 6
3.1.2 Bahan ................................................................................................................ 6
3.2 Variabel Percobaan .................................................................................................. 6
3.3 Diagram Alir Percobaan .......................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 8
4.1 Hasil ........................................................................................................................ 8
4.2 Pembahasan............................................................................................................. 9
4.2.1 Hubungan Konsentrasi Etanol terhadap °𝐵𝑟𝑖𝑥 .................................................. 9
4.2.2 Kesetimbangan Uap-Cair Etanol ..................................................................... 11
4.2.3 Perbandingan Tekanan Percobaan dan Literatur .............................................. 12
4.2.4 Perbandingan Data Kesetimbangan Uap Cair Etanol Percobaan dengan
Literatur ................................................................................................................... 13
4.2.5 Perbandingan Konstanta Kesetimbangan Uap-Cair Etanol Percobaan dan
Literatur ................................................................................................................... 15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 17
5.2 Saran ..................................................................................................................... 17
LAMPIRAN A PERHITUNGAN ....................................................................................... 18
LAMPIRAN B DATA MENTAH........................................................................................... 26
LAMPIRAN C DOKUMENTASI ................................................................................... 27
LAMPIRAN D MSDS ..................................................................................................... 30
LAMPIRAN E RISK ASSESSMENT.............................................................................. 48
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.3 Hubungan komposisi etanol fasa cair (XD) dengan etanol fasa uap (YD)
percobaan dalam mol ............................................................................................. 13
Gambar 4.4 Hubungan komposisi etanol fasa cair (XA) dengan etanol fasa uap (YA)
literatur dalam mol ................................................................................................ 14
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Komposisi Fraksi Uap dan Cair Etanol Percobaan (°Brix) dan Persen
Volume .................................................................................................................... 8
v
BAB I
PENDAHULUAN
Kesetimbangan uap cair dapat ditentukan pada fasa gas dan liquid beberapa hal
yang mempengaruhi kesetimbangan yaitu (P) tekanan dan suhu (T) secara teoritis
dan dalam waktu yang tidak terhingga, Kesetimbangan dapat dicapai sehingga
menjadi waktu yang tak terhingga. Larutan yang mendidih bilamana tekanan uap
cairan sama dengan tekanan uap di luar. Suatu zat cair bila dipanaskan dalam wadah
yang dipanaskan dalam wadah tertutup akan lebih cepat mendidih apabila
disbanding dengan zat cair yang dipanaskan akan naik ketika tekanan sama dengan
tekanan luar. Penguapan dapat terjadi diseluruh bagian cairan dan uap memuai
dibagiananjanya, temperature dimana pada saat mendidih disebut temperature
mendidih.
Percobaan pada perancangan kolom destilasi packed coloumn dan tray coloumn,
yaitu contoh nyata penggunaan termodinamika kesetimbangan uap cair. Semua
factor pengubah saat setimbang sehingga dapat dikatakan tidak setimbang dalam
sistem.
1
1.2 Tujuan Praktikum
Dengan melakukan praktikum Modul Kesetimbangan Uap Cair praktikan
mempelajari kesetimbangan fasa uap cair sistem biner.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesetimbangan uap cair dapat ditentukan ketika ada variable yang tetap
(konstan) pada suatu waktu tertentu. Saat kesetimbangan model ini, kecepatam
antara molekul-molekul campurean yang membentuk fase uap sama dengan
kecepatan molekul-molekulnya membentuk cairan Kembali. Sistem kesetimbangan
uap cair bergantung dari komponen campurannya, apabila campuran terdiri dari dua
komponen atau lebih maka dinamakan sistem multikomponen.
Seluruh larutan biner jika diuapkan secara parsial, komponen yang mempunyai
tekanan uap lebih tinggi akan terkonsentrasi pada fase uapnya, sehingga terjadi
perbedaan komposisi antara cairan dengan uap yang setimbang. Uap tersebut dapat
diembunkan sebagai kondensat. Uap yang diperoleh dengan menguapkan secara
parsial kondensat, maka akan mempunyai komposisi yang lebih kaya lagi akan
komponen yang mudah menguap. Tekanan satu rated adalah kondisi dimana uap
atau gas setimbang dengan zat cair (jenuh). (Yusuf, 2017). Tekanan kritikal
merupakan tekanan pada titik kritis dimana fase cair dan fase uap/gas tidak dapat
dibedakan lagi. (Retieved, 2016).
3
atau terlarut terhadap larutan. Uap adalah wujud benda yang mendekati titik didih,
sedangkan gas adalah wujud benda yang sangat jauh melewati titik didih.
Keterangan:
Keterangan:
A, B, C = Konstanta Antoine
C. Dew Point
Dew point adalah temperature dimana tetesan cair pertama kali terbentuk
dari dalam uap/gas yang diinginkan dengan tekanan yang diberikan. Untuk
dapat menentukan terbentuknya dew point, maka diperlukan perhitungan:
4
..........................................................
∑ 𝑥𝑖 = Ʃ 𝑦𝑖 (3)
𝑘𝑖
Keterangan:
D. Buble Point
E. Kalibrasi Refraktometer
• Perhitungan Massa:
• Perhitungan Mol:
.........................................................
Mol = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (6)
𝑀𝑟
• Menghitung y Hitung:
5
G. Hukum Termodinamika Termodifikasi Wilson
Hukum termodinamika Wilson ini memiliki dua parameter, suatu
parameter dapat dikatakan yang paling sesuai adalah parameter yang
menjadikan hasil perkiraan model sesuai dengan hasil percobaan.
Dengan cara meminimumkan suatu fungsi objektif tertentu
bergantung pada data percobaan yang telah tersedia seperti data atau
yang lainnya (Smith, 2018).
Pada sistem bertekanan rendah persamaan perhitungan
kesetimbangan uap cair akan lebih akurat menggunakan hukum
Raoult termodifikasi dibandingkan hukum Raoult dasar (anggapan
kedua fase ideal). Koefisien aktivitas dihitung dengan persamaan
Wilson yang merupakan persamaan yang kompleks. Dalam
penggunaannya hukum ini memiliki dua buah parameter sistem biner
yaitu A12 dan A21, yang dapat ditulis sebagai berikut:
𝐴12 𝐴21
𝐿𝑛𝑌1 = − ln(𝑥1 + 𝑥2. 𝐴12) + 𝑥2(𝑥1+𝑥2.𝐴12 − 𝑥2+𝑥1.𝐴21)……....(10)
𝐴12 𝐴21
𝐿𝑛𝑌1 = − ln(𝑥2 + 𝑥1. 𝐴21) + 𝑥1(𝑥1+𝑥2.𝐴12 − 𝑥2+𝑥1.𝐴21)…...… (11)
𝑉2 (λ12−λ11)
𝐴12 = 𝑉1 𝑒𝑥𝑝 ………………...…….(12)
𝑅𝑇
𝑉2 (λ21−λ22)
𝐴21 = 𝑉1 𝑒𝑥𝑝 ……………………....(13)
𝑅𝑇
Keterangan:
T = Temperatur (K)
6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini, yaitu :
1. Aquadest
2. Ethanol
7
3.3 Diagram Alir Percobaan
Mulai
t
Amati dan catat indeks ebias hasil menggunakan
refraktomter yang t telah dikalibrasi
e
s
l
Ulangi
a Ya
percobaan
r
untuk
u
komposisi
t
a
n
Tidak
k
e
Selesai
r
Gambar 3.3 Diagram AlireKesetimbangan Uap Cair
f
r
8
a
k
t
o
m
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkanlah data-data hasil
percobaan serta pengolahan data tersebut dengan menggunakan Ms. Excel sebagai
berikut.
Tabel 4.2 Komposisi Fraksi Uap dan Cair Etanol Percobaan (°Brix) dan
PersenVolume
Konsentrasi Temperatur Komposisi Fraksi Uap dan Cair
Etanol Xi (℃) Etanol (°𝑩𝒓𝒊𝒙)
(%Volume) XD XW YD
34 90 0.145005678 0.178712717 0.225146478
9
Tabel 4.3 Perbandingan Data P sat Air dan Etanol
Psat Etanol
Xi Psat Air
T (°C) (mmHg)
(Volume) (mmHg)
0.34 90 522,9144333 1180,031885
0.44 87 466,0525418 1055,451669
0.54 85 431,0920528 978,6426548
0.64 80 353,1641657 806,7594383
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Konsentrasi Etanol terhadap °𝐵𝑟𝑖𝑥
Kesetimbangan adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan sifat
makroskopis dari sistem terhadapa waktu. Saat kesetimbangan ini, kecepatan
antara molekul-molekul membentuk cairan kembali. Berdasaarkan analisa
praktikum keceptan penguapan sama dengan kecepatan kondensasi. Saat itulah
10
keadaan bisa dinyatakan dengan setimbang, karena sudah tidak ada lagi
perubahan yang terjadi, seperti temperatur (Nasution, Putra, & Ulfa, 2021).
Pada percobaan ini menggunakan variasi konsentrasi etanol 34%, 44%, 54%,
64%, volume. Masing-masing diukur konsentrasinya dengan satuan °𝐵𝑟𝑖𝑥
menggunakan hand refractometer. °𝐵𝑟𝑖𝑥 merupakan satuan etanol dalam
campuran. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kosentrasi
volume dengan °𝐵𝑟𝑖𝑥 dengan hasil yang diperoleh sesuai dengan Tabel 4.1 dan
dapat dihubungkan dalam kurva berikut.
Brix Vs %Volume
6
5
y = 8.7862x - 1.4252
R² = 0.8952
4
Brix Vs %Volume
° Brix
3
Linear (Brix Vs
2 %Volume)
Linear (Brix Vs
1 %Volume)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
% volume
10
mengukur secara tepat dan sederhana karena hanya memerlukan zat yang sedikit
yaitu 0,1 ml dan ketelitiannya cukup tinggi.
Pada gambar dapat dibuat kurva standardisasi konsentrasi saat pada keadaan
setimbang dan dari grafik dapat diambil hubungan dala bentuk persamaan linear y
= 8,7862x - 1,4252. Persamaan ini juga digunakan untuk melihat volume kalibrasi
atau fraksi etanol hasil dalam labu didih (XW) yang kemudian bisa dicari nilai fraksi
etanol yang terkondensasi (XD). Pada kurva tersebut juga didapatkan nilai R² =
0,8952. R2 disebut juga sebagai koefisien determinasi yang menjelaskan seberapa
jauh data dependen dapat dijelaskan oleh data independen. R2 bernilai antar 0 – 1
dengan ketentuan semakin mendekati angka satu berarti semakin baik. (Ghozali,
2016).
11
besarnya fraksi masing-masing zat individual. Oleh karena itu, dari percobaan ini
dapat dilihat seiring dengan peningkatan konsentrasi etanol, maka akan terjadi
penurunan titik didih larutan campuran. Karena sifatnya yang memiliki titik didih
juga inilah yang menurut (Schoffstal, 1999), membuat etanol menjadi volatil
sehingga untuk mendapatkan data yang lebih akurat harus dijaga atau dalam hal ini
setelah dibuat larutan campuran perlu ditutup oleh alumunium foil supaya tidak
menguap dan memperbesar error pada data.
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4
C adalah konstanta. Jika temperatur kesetimbangan semakin kecil maka nilai Psat
juga akan semakin kecil atau menurun, sehingga dapat disimpulkan bahwa
12
temperatur kesetimbangan berbanding lurus dengan nilai Psat yang artinya semakin
tinggi nilai temperatur kesetimbangan maka nilai Psat juga akan semakin besar.
Pada percobaan ini menggunakan sistem dengan tekanan tetap. Tekanan
literatur yakni sebesar 1 atm untuk tekanan percobaan dicari dengan rumus sistem
bubble point, yakni sebesar 0,866675094077260 atm. Disini didapatkan bahwa
nilai tekanan percobaan lebih kecil dibandingkan tekanan literatur. Terjadi ikatan
hidrogen antara air dan etanol sehingga tekanan uap larutan lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan yang dihitung dengan Hukum Raoult. Selain itu,
karena nilai tekanan total percobaan yang terukur berbanding lurus dan sangat
dipengaruhi oleh fraksi mol cair dari kedua zat campuran yaitu air dan etanol.
Berdasarkan sifat etanol yang volatile atau mudah menguap, dan praktikum
dilakukan dengan adanya udara yang terbuka membuat sebagian fraksi mol cair dari
etanol ada sebagian yang menguap sehingga berpengaruh terhadap adanya
penurunan tekanan percobaan dibanding literatur.
0,4
Nilai XW
0,3
0,2
0,1
0
0,175 0,18 0,185 0,19 0,195 0,2 0,205 0,21
Nilai XD
Gambar 4.3 Hubungan komposisi etanol fasa cair (XD) dengan etanol fasa
uap (YD) percobaan dalam mol.
13
Hubungan komposisi etanol fasa cair (XA) dengan etanol fasa uap (YA) literatur
dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini.
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Nilai XA
Gambar 4.4 Hubungan komposisi etanol fasa cair (XA) dengan etanol fasa
uap (YA) literatur dalam mol
Pada percobaan ini, dilakukan perbandingan juga antara nilai XD dan YD dengan
XA dan YA yang didapat dari interpolasi literatur terhadap temperatur
kesetimbangan sehingga didapat grafik pada gambar 4.5
90
88
86
84
82
80
78
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Komposisi Uap dan Air
14
XD terjadi kenaikan komposisi jika dibandingkan dengan grafik YD etanol
percobaan, yaitu sebesar 0,145005678 ke 0,218054679. Sedangkan grafik lainnya
selalu mengalami penurunan. Hal ini bisa jadi disebabkan karena kurangnya
ketelitian dalam mengukur °𝐵𝑟𝑖𝑥 pada percobaan kedua.
Berdasarkan tabel 4.4, terlihat pada percobaan 1, 2, dimana konsentrasi fasa
cair pada percobaan lebih besar dari pada literatur, lalu berubah pada percobaan 3
dan 4, konsentrasi fasa cair pada percobaan lebih kecil dari pada literatur. Pada
fasa uap, konsentrasi fasa uapnya percobaan 1 lebih besar dari pada literatur, lalu
berubah pada percobaan 2, 3, 4, konsentrasi fasa uap pada percobaan lebih kecil
dari pada literatur. Hal ini dikarenakan titik didih etanol yang lebih rendah dari
air, sehingga konsentrasi etanol pada fasa uap akan lebih besar dari pada fasa cair
karena pada suhu campuran sebagian besar etanol menguap. Namun adanya
ketidakkonstanan atau ketidakstabilan pada grafik dikarenakan kurangnya
ketelitian pada pengukuran °𝐵𝑟𝑖𝑥.
5
4
3
2
1
0
78 80 82 84 86 88 90 92
Temperature (⁰C)
Percobaan literatur
15
Pada gambar 4.6 terlihat bahwa nilai konstanta kesetimbangan (K)
berbanding lurus dengan temperatur kesetimbangan. Dimana seiring dengan
peningkatan temperatur maka akan terjadi peningkatan nilai konstanta
kesetimbangan semakin tinggi suhu kesetimbangan, maka semakin tinggi pula nilai
konstanta kesetimbangan yang dihasilkan. Begitu juga sebaliknya apabila semakin
rendah suhu kesetimbangan, maka semakin rendah juga nilai konstanta
kesetimbangan yang dihasilkan. Nilai K merupakan perbandingan antara fraksi uap
dengan fraksi cair.
Pada tabel 4.5 dan gambar 4.6 juga terlihat bahwa ada perbedaan nilai K
yang cukup signifikan antara percobaan dan literatur. Hal ini diakibatkan oleh
volatilitas etanol sehingga mempengaruhi nilai °Brix saat pengukuran dimana ada
jeda waktu dalam pengambilan sampel di hand refractometer. Hal ini berpengaruh
pada nilai di kurva kalibrasi. Pada literatur nilai fraksi uap jauh lebih besar daripada
nilai fraksi cair sehingga konstanta kesetimbangan cukup besar, sedangkan pada
percobaan nilai fraksi uap tidak konstan dari pada nilai fraksi cair sehingga grafik
konstanta kesetimbangannya juga tidak kontstan. Hal ini dikarenakan pada saat
pengukuran °Brix kondensat etanol dengan alat hand refractometer dilakukan agak
lama sehingga, sebagian kondensat etanol menguap ke lingkungan karena titik didih
etanol yang lebih rendah dari pada temperatur kesetimbangan dan juga bisa terjadi
karena adanya kesalahan dalam pembulatan dalam perhitungan sehingga
mengalami ketidakkonstanan. Korelasi data kesetimbangan uap-cair sistem-sistem
tersebut bisa dikorelasikan dengan persamaan sederhana yaitu Hukum Raoult. Akan
tetapi, parameter interaksi biner model Wilson, NRTL dan UNIQUAC tetap
dibutuhkan untuk pengembangan model kesetimbangan uap-cair campuran multi
komponen antara alkohol dengan komponen lain. (Wiguno, 2016).
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini, yaitu:
1. Pada percobaan ini dapat dibuat kurva standardisasi konsentrasi saat pada
keadaan setimbang dan dari grafik dapat diambil hubungan dalam bentuk
persamaan linear 𝑦 = 8,7862𝑥 − 1,4252
2. Komposisi umpan berbanding lurus dengan °Brix.
3. Pada konsentrasi etanol cair (Xd) dengan konsentrasi etanol uap (Yd) memiliki
perbedaan yang terdapat pada percobaan pertama yaitu °𝐵𝑟𝑖𝑥 XW bernilai
0.821287283dan °𝐵𝑟𝑖𝑥 XD bernilai 0.812973222.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum Kesetimbangan Uap-Cair kali ini, yaitu :
1. Praktikan diharapkan lebih hati-hati dalam melakukan percobaan karena
perlatan yang digunakan berbahan kaca dan menggunakan temperatur yang
cukup tinggi.
2. Memakai sarung tangan dan masker dimana pada praktikum ini kita
menggunakan bahan aseton yang berbahaya jika terhirup dalam jumlah yang
banyak.
3. Teliti dalam pengambilan data dan mengamati refraktrometer.
17
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
18
Mencari massa etanol:
𝑔𝑟
ρ𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 × 𝑉 (𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖) = 0,789 × 17,8712 𝑚𝑙 = 27,93849
𝑐𝑚3
Mencari massa air
𝑔𝑟
ρ𝑎𝑖𝑟 × 𝑉 (𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖) = 0,998 × (100 − 17,8712 𝑚𝑙) = 64,46082
𝑐𝑚3
19
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 44,38125
𝑋𝐷 = = = 0,2362
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 44,38125 + 56,1375
𝐵 3803,98
ln 𝑃𝑠𝑎𝑡 =𝐴− = 18,9119 −
𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝐶+𝑇 𝑇 − 41,68
3803,98
𝑃𝑠𝑎𝑡 = 𝐸𝑋𝑃(18,9119 − )
𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑇 − 41,68
20
• Komposisi umpan (Xf) 44%
𝑇 = 85 + 273 = 358 𝐾
3816,44
𝑃𝑠𝑎𝑡 = 𝐸𝑋𝑃 (18,3036 − ) = 466,0525418 mmHg
𝑎𝑖𝑟
360 − 46,13
3803,98
𝑃𝑠𝑎𝑡 = 𝐸𝑋𝑃 (18,9119 − ) = 1055,451669 mmHg
𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
360 − 41,68
• Komposisi umpan (Xf) 54%
𝑇 = 80 + 273 = 355 𝐾
3816,44
𝑃𝑠𝑎𝑡 = 𝐸𝑋𝑃 (18,3036 − ) = 431,0920528 mmHg
𝑎𝑖𝑟
358 − 46,13
3803,98
𝑃𝑠𝑎𝑡 = 𝐸𝑋𝑃 (18,9119 − ) = 978,6426548 mmHg
𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
358 − 41,68
• Komposisi umpan (Xf) 64%
𝑇 = 78 + 273 = 352.5 𝐾
3816,44
𝑃𝑠𝑎𝑡 = 𝐸𝑋𝑃 (18,3036 − ) = 353,1641657 mmHg
𝑎𝑖𝑟
353 − 46,13
3803,98
𝑃𝑠𝑎𝑡 = 𝐸𝑋𝑃 (18,9119 − ) = 806,7594383 mmHg
𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
353 − 41,68
A.4 Perhitungan Tekanan Percobaan
• Percobaan 1
Tekanan etanol:
𝑃1 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋1𝑊 × 𝑃𝑠𝑎𝑡
1 = 0,17871 × 11180,031885 = 210,8867049 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 0,27748 𝑎𝑡𝑚
Tekanan air:
𝑋𝑊 𝑎𝑖𝑟 = 1 − 𝑋𝑊 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 1 − 0,17871 = 0,82128
𝑃1 𝑎𝑖𝑟 = 𝑋1𝑊 × 𝑃1𝑠𝑎𝑡 = 0,82118 × 522,9144333 = 429,462974 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 0,565081299 𝑎𝑡𝑚
𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 1 = 𝑃 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑃 𝑎𝑖𝑟 = 0,27748 + 0,565081299 = 0,8425 𝑎𝑡𝑚
• Percobaan 2
Tekanan etanol:
21
𝑃2 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋2𝑊 × 𝑃𝑠𝑎𝑡
2 = 0,187026 × 1055,451669 = 197,3977252 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 0,259733 𝑎𝑡𝑚
Tekanan air:
𝑋𝑊 𝑎𝑖𝑟 = 1 − 𝑋𝑊 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 1 − 0,187026 = 0,812973222
𝑃2 𝑎𝑖𝑟 = 𝑋2𝑊 × 𝑃2𝑠𝑎𝑡 = 0,812973222 × 466,0525418 = 378,8882364 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 0,498535 𝑎𝑡𝑚
𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 2 = 𝑃 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑃 𝑎𝑖𝑟 = 0,259733 + 0,498535 = 0,758268 𝑎𝑡𝑚
• Percobaan 3
Tekanan etanol:
𝑃3 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋3𝑊 × 𝑃𝑠𝑎𝑡
3 = 0,189099 × 978,6426548 = 185,0609277 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 0,2435005 𝑎𝑡𝑚
Tekanan air:
𝑋𝑊 𝑎𝑖𝑟 = 1 − 𝑋𝑊 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 1 − 0,189099 = 0,8109004
𝑃3 𝑎𝑖𝑟 = 𝑋3𝑊 × 𝑃3𝑠𝑎𝑡 = 0,8109004 × 431,0920528 = 349,5727211 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 0,459962 𝑎𝑡𝑚
𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 3 = 𝑃 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑃 𝑎𝑖𝑟 = 0,2435005 + 0,459962 = 0,703463 𝑎𝑡𝑚
• Percobaan 4
Tekanan etanol:
𝑃4 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋4𝑊 × 𝑃𝑠𝑎𝑡
4 = 0,205679 × 806,7594383 = 165,9340517 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 0,218333675 𝑎𝑡𝑚
Tekanan air:
𝑋𝑊 𝑎𝑖𝑟 = 1 − 𝑋𝑊 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 1 − 0,205679 = 0,794320285
𝑃4 𝑎𝑖𝑟 = 𝑋4𝑊 × 𝑃4𝑠𝑎𝑡 = 0,794320285 × 353,1642657 = 280,5254606 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 0,369111428 𝑎𝑡𝑚
A.5 Perhitungan YD
Dengan menggunakan hukum Raoult didapat nilai YD dari:
• (Fraksi etanol) pada 34% volume
𝑃𝑠𝑎𝑡 1180,031885
𝑌𝐷 = 𝑋𝐷 × = 52,59474 × ( ) = 81,66246078
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 760
• (Fraksi etanol) pada 44% volume
𝑃𝑠𝑎𝑡 1055,451669
𝑌𝐷 = 𝑋𝐷 × = 0,218054679 × ( ) = 0,302823914
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 760
22
• (Fraksi etanol) pada 54% volume
𝑃𝑠𝑎𝑡 987,64265485
𝑌𝐷 = 𝑋𝐷 × = 0,236266844 × ( ) = 0,30423791
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 760
• (Fraksi etanol) pada 64% volume
𝑃𝑠𝑎𝑡 806,7594383
𝑌𝐷 = 𝑋𝐷 × = 0,381943116 × ( ) = 0,405442386
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 760
23
Tabel A.1 Data Literatur Fraksi Kesetimbangan Etanol-Air
T XA YA
99,997 0 0
95.5 0,019 0,17
89 0,0721 0,3891
/86,7 0,0966 0,4375
85,3 0,1238 0,4704
84,1 0,1661 0,5089
82,7 0,2337 0,5445
82,3 0,2608 0,558
81,5 0,3273 0,5826
80,7 0,3965 0,6122
79,8 0,5079 0,6564
79,7 0,5198 0,6599
79,3 0,5732 0,6841
78,74 0,6763 0,7385
78,41 0,7472 0,7815
78,15 0,8943 0,8943
24
95,5 − 𝑋 0,3891 − 𝑋
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑌𝐴 = =
95,5 − 89 0,3891 − 0,17
Dari excel didapat nilai 𝑌𝐴 = 0,355539 (𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟)
0,355539
Jadi bisa didapat nilai K literatur adalah 𝑌𝐴 = = 5,55901
𝑋𝐴 0,0639
25
LAMPIRAN B
DATA MENTAH
26
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
27
Gambar C.3 Proses Kesetimbangan Uap Cair
28
Gambar C.5 Pengambilan Buttom Produk
29
LAMPIRAN D
MSDA
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
LAMPIRAN E
RISK ASSESSMENT
48
49
50
51
52
53
54