Oleh :
Kelompok 28
Ayu Pratiwi 118280093
Desi Surya Fitri 118280065
Devi Monika Sitompul 118280037
Distilasi adalah suatu operasi untuk memisahkan larutan yang relatif volatil
menjadi komponen-komponen penyusunnya atas dasar perbedaan titik didih
dengan jalan menambahkan panas ke dalam campuran yang akan dipisahkan.
Praktikum destilasi ini bertujuan untuk menentukan nilai Height Equivalent of
Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang
memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan komposisi yang
dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah metanol teknis kadar sekitar 99,8% dan
aquades. Tahapan-tahapan percobaan destilasi ini antara lain yaitu persiapan
bahan, kemudian percobaan inti yaitu penentuan produk destilat dan produk
bottom. Hal yang dilakukan yaitu dengan mengukur dan menghitung kurva
kalibrasi konsentrasi air terhadap indeks biasnya. Regresi kurva kalibrasi dari
indeks bias yang didapatkan dalam percobaan ini adalah 𝑦 = 492,89𝑥 6 −
1368,1𝑥 5 + 1424,4𝑥 4 − 761,05𝑥 3 + 171,45𝑥 2 − 4,7141𝑥 + 0,0292 dengan
nilai R2 yang diperoleh, yaitu sebesar 0.9905. Indeks bias yang didapatkan pada
destilat di percobaan destilasi ini adalah 0% brix sedangkan pada bottom, yaitu
0% brix, dan refluks total percobaan sebanyak 6 dan HETP yang didapat sebesar
0.25 m. Nilai 𝛼𝑎𝑣𝑔 sebesar 3.806 sehingga diperoleh hasil refluks total perhitungan
sebesar 5.21 ≈ 6 dan HETP nya sebesar 0.287. Hasil refluks total dan nilai HETP
antara hasil percobaan dengan perhitungan memiliki nilai yang berbeda, nilai
metanol yang dihasilkan pada destilat belum mencapai kemurnian yang diinginkan
karena waktu yang digunakan untuk detilasi terlalu cepat.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tijauan Pustaka ........................................................................................ 2
BAB II TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN ............................................ 10
2.1. Tujuan Percobaan ................................................................................... 10
2.2. Sasaran Percobaan .................................................................................. 10
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ............................................................. 11
3.1. Alat dan Bahan ....................................................................................... 11
3.2. Rangkaian Alat ....................................................................................... 11
3.3. Kondisi Percobaan .................................................................................. 12
3.4. Prosedur Percobaan ................................................................................ 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 15
4.1. Data Hasil Pengamatan .......................................................................... 15
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 19
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 19
5.2. Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
LAMPIRAN A ...................................................................................................... 21
LAMPIRAN B ...................................................................................................... 28
LAMPIRAN C ...................................................................................................... 30
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tijauan Pustaka
1.2.1. Destilasi
Distilasi adalah suatu operasi untuk memisahkan larutan yang relatif volatil
menjadi komponen-komponen penyusunnya atas dasar perbedaan titik didih
dengan jalan menambahkan panas ke dalam campuran yang akan dipisahkan. Pada
operasi distilasi fase cair berada pada titik didihnya, sedangkan fase uap berada
dalam kesetimbangan pada titik embunnya. Perpindahan massa dari fasa cair terjadi
dengan penguapan dan dari fasa uap terjadi dengan pengembunan yang berlangsung
secara simultan. Masing-masing komponen campuran umpan terdapat di dalam
kedua fase itu, hanya berbeda jumlah relatifnya. Pada larutan ideal volatilitas dapat
dikaitkan langsung dengan tekanan uap murni masing-masing.
Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap
senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan
molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu
dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat
tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan
yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan
mempunyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah
pada suhu kamar.
Secara umum, Distilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu
Distilasisederhana, Distilasi bertingkat (fraksional), Distilasi vakum, Distilasi uap,
danlain sebagainya.
a. Distilasi Sederhana
Adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih komponen
zatcair yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik
didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah zat untuk
menjadi gas.
b. Distilasi Bertingkat/Fraksionas
Adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari
suatularutan berdasarkan perbedaan titik didihnya yang berdekatan.
2
c. Distilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponenyang sulit dipisahkan) biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa
lain yangdapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan
menggunakan tekanan tinggi.
d. Distilasi Uap
Adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air dan titik
didihnya cukup tinggi. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa
inidengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih.
e. Distilasi Vakum
(Anonim, 2015)
3
Hasil
atas
D, Xo
Refluks
Umpan
Lo, Xo
F, XF
Pemanas
Hasil bawah
B, XB
Gambar 1.1. Fasilitas Destilasi Secara Kontinyu
4
diinginkan berupa uap, hanya sebagian dari uap yang diembunkan sebagai reflux.
Oleh karena itu, digunakan kondenser parsial. Dalam kondenser parsial, terjadi
kesetimbangan fase antara cairan dan uap sehingga dapat dianggap sebagai satu
stage seimbang. (Ayudwi, 2009)
Stage dapat didefinisikan sebagai suatu unit di mana dua fase yang berbeda
dikontakkan sehingga terjadi pemisahan (transfer massa). Dalam suatu stage ideal,
dua fase tersebut dikontakkan dengan baik dan dalam waktu cukup lama sehingga
kedua fase tersebut meninggalkan stage dalam kesetimbangan. Akan tetapi,
dibutuhkan waktu lama untuk terjadinya kesetimbangan sehingga pada
kenyataannya, kedua fase keluar dari suatu stage belum pada kesetimbangannya.
Karena satu stage setimbang menggambarkan terjadinya transfer massa maksimum
yang mungkin diperoleh untuk suatu kondisi operasi, maka dapat juga disebut
sebagai theoretical plate (plate teoritis) atau plate ideal.Jenis bahan isian yang baik
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus memiliki luas permukaan per volume yang besar sehingga dapat
menyediakan luas kontak yang besar.
2. Harus memiliki porositas yang besar sehingga pressure drop tidak tinggi.
3. Harus dapat memiliki “wetting characteristic” yang baik.
4. Tahan korosi.
5. Memiliki bulk density yang rendah.
6. Tidak mahal.
Suatu kolom dengan bahan isian dibagi-bagi dalam unit-unit atau satuan-
satuan tinggi bahan isian, dimana setiap satuan tinggi bahan isian mampu
menghasilkan uap dan cairan keluar dari satuan ini dalam keadaan setimbang.
Menurut definisi, pada satu plat ideal, uap dan cairan yang meninggalkan plat ideal
juga pada keadaan kesetimbangan fase atau kesetimbangan termodinamik. Berarti
satu satuan unit kolom tersebut ekivalen dengan satu plat ideal. Inilah konsep
HETP. Karena itu dapat dinyatakan bahwa :
Tinggi bahan isian (Z) = jumlah plat ideal atau teoritis (N) x HETP
Tentu saja pernyataan ini berlaku untuk sesuatu operasi pemisahan tertentu, seperti
kolom isian pada operasi penyulingan, absorpsi, dan ekstraksi.
5
Penggunaan pernyataan HETP diperlukan, karena dapat menggantikan proses
bertingkat berlawanan arah, meskipun dari segi teoritis dipandang kurang
fundamental. HETP harus dievaluasi secara eksperimen, karena HETP berubah
oleh tipe, jenis, ukuran bahan isian, sangat dipengaruhi pula oleh kecepatan aliran
kedua fluida (uap, cairan) maupun kisaran konsentrasi. Karena itu diperlukan
banyak data eksperimen.
𝐿𝑂
Jika R = = perbandingan refluks, eksternal diketahui garis operasi atas
𝐷
6
2. q line
𝐻𝑣 − ℎ𝑓 𝐻𝑣 − ℎ𝑓
𝑞= +
𝐻𝑣 − ℎ𝑙 𝜆
Keterangan :
hf = entalpi umpan, cairan
hL = entalpi cairan
Hv = entalpi uap
q = panas untuk menguapkan 1 mol umpan semula menjadi uap, dibagi
panas laten penguapannya.
Garis q adalah panas untuk menguapkan 1 mol umpan semula menjadi uap
dibagi panas laten penguapannya. Beberapa harga q untuk berbagai kondisi
umpan dapat diketahui sebagai berikut:
q > 1, umpan dingin
q = 1, umpan pada titik gelembung (zat cair jenuh) 0 < q< 1, umpan sebagian
berwujud uap
q = 0, umpan pada titik embun (uap jenuh) q < 0, umpan uap panas lanjut
7
3. Garis operasi bawah
𝐿𝑚 𝐵𝑋𝐵
𝑌𝑚+1 = 𝑋𝑚 +
𝑉𝑚 − 1 𝑉𝑚 − 1
Untuk menggunakan rumus diatas, carilah titik potong antara garis operasi
atas dan garis q misalnya titik P. Kemudian hubungkan titik P dengan titik
XB. Jika ketiga garis tersebut sudah dapat dilukis, maka jumlah plat teoritis
dapat dievaluasi.
8
B. Analitis yaitu Fenske Underwood
Metoda Fenske Underwood untuk operasi refluks total berlaku rumus:
1 − XW
Log [ XD 1 − X X ]
D W
NP =
Log αavr
Po Po
αavr = [αD αW ]0,5 αW = (PAW
o ) αD = (PAD
o )
BW BD
Dengan :
HETP = (Tinggi bahan isian / NP)
NP = jumlah plat teoritis minimum
D = Distilat
W = Residu
α = Sifat terbang relatif
α avr = sifat terbang relatif rerata
αD = sifat terbang relatif distilat
PºAD = tekanan uap murni A distilat
PºBD = tekanan uap murni B distilat
9
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN
10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah ethanol teknis kadar
sekitar 95% atau asam asetat teknis dan aquades.
Keterangan:
3 1. Pemanas listrik
5 2. Labu leher tiga
3. Thermometer
4. Kolom isian
6
5. Kran refluks
6. Penampung
4 destilat
7. Pendingin tegak
11
Gambar 3.1. Rangkaian Alat
3.3. Kondisi Percobaan
3.3.1 Kondisi Operasi/Parameter Percobaan
Kondisi operasi dan parameter percobaan yang dibuat tetap adalah sebagai
berikut:
1. Tekanan dan suhu ruangan
2. Refluk total
3. Steady state
4. Volum larutan: 300 Ml
b. Variabel Terikat
Dengan menggunakan parameter percobaan dan variabel bebas yang
ditentukan, variabel terikat yang harus diamati di dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Densitas larutan standar
b. Densitas bottom dan top product (komposisi destilat dan bottom)
12
3.4. Prosedur Percobaan
a. Persiapan
b. Percobaan Inti
❖ Perangkaian Alat
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
indeks bias
0
0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200
konsentrasi
15
4.1.2. Penentuan Nilai Fraksi Mol Metanol
Dari percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil fraksi
mol metanol sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Fraksi Mol Metanol
Fraksi Mol Metanol
Feed Destilat Bottom
0.193 0.956 0.02
Tabel diatas menunjukkan nilai dari fraksi mol metanol. Hasil destilat
memiliki komposisi metanol dengan konsentrasi 0.956 dan pada bottom memiliki
komposisi metanol dengan konsentrasi 0.02. setelah diperoleh hasil XD dan XB,
maka refluks total dapat diketahui dengan menggunakan grafik kesetimbangan uap-
cair antara metanol dan air seperti gambar dibawah ini :
Pada grafik di atas, terdapat garis yang berwarna ungu yang merupakan nilai
XD sebesar 0.956 dan garis yang berwarna hijau, yaitu XB sebesar 0.02. untuk garis
yang berwarna hitam, yaitu garis untuk menentukan refluks total.
Jumlah tahap (plat) percobaan =6
Jumlah tahap (plat) perhitungan = 5.21 ≈ 6
Perhitungan dapat dilihat pada lampiran A.
16
4.1.3. Penentuan nilai HETP
Nilai HETP percobaan = 0.25
Nilai HETP perhitungan = 0.287
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan nilai Height Equivalent
of Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang
memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan komposisi yang dicapai
oleh satu plate teoritis atau ekuivalen dengan satu plat teoritis. Metode yang
digunakan adalah metode destilasi, dimana destilasi merupakan proses pemisahan
antara dua komponen atau lebih berdasarkan perbedaan titik didihnya atau
volatilitas. Pemisahan tepat terjadi pada saat kondisinya sudah mencapai
kesetimbangan atau equilibrium.
Larutan yang digunakan dalam praktikum destilasi ini adalah metanol 99.98%
dan air, dengan konsentrasi metanol sebesar 35% dan volume larutan 300 ml.
percobaan pertama yang harus dilakukan adalah membuat larutan sampel yang akan
digunakan untuk membuat kurva kalibrasi antara metanol dan indeks biasnya. Dari
grafik kurva kalibrasi diperoleh persamaan, yaitu 𝑦 = 492,89𝑥 6 − 1368,1𝑥 5 +
1424,4𝑥 4 − 761,05𝑥 3 + 171,45𝑥 2 − 4,7141𝑥 + 0,0292 dengan nilai R2 sebesar
0.9905. karena nilai R2 yang diperoleh mendekati 1, maka ketelitian dari kurva
tersebut dapat dikatakan sudah bagus. Dari persamaan 𝑦 = 492,89𝑥 6 − 1368,1𝑥 5 +
1424,4𝑥 4 − 761,05𝑥 3 + 171,45𝑥 2 − 4,7141𝑥 + 0,0292 kita juga dapat menghitung
nilai konsentrasi fasa uap metanol, dimana konsentrasi fasa uap pada destilat
sebesar 95.6% dan pada bottom sebesar 2%.
Percobaan kedua, yaitu membuat larutan sampel 300 ml dengan
konsentrasimetanol sebesar 35%. Kemudian larutan tersebut diletakkan di alat
destilasi. Titik didih dari metanol dan air berbeda dimana titik didih metanol sebesar
64.7C dan titik didih air sebesar 100C, sehingga diperoleh fasa uap yang naik ke
destilat yaitu selama 60 menit. Sampel destilat kemudian diambil untuk dihitung
indeks biasnya dengan menggunakan refractometer. Indeks bias pada destilat
diperoleh nilai 0% brix, sedangkan nilai indeks bias pada bottom sebesar 0% brix.
17
Dari nilai XD dan XB yang telah diperoleh, maka nilai refluks total dapat
ditentukan dengan menggunakan grafik kesetimbangan uap-cair metanol dan air
yang diperoleh dari literatur. Sehingga diperoleh jumlah tahap (plat) percobaan
sebanyak 6 dan HETP yang didapat sebesar 0.25 m. Pada praktikum ini kita perlu
membandingkan nilai HETP hasil percobaan dengan hasil perhitungan. Untuk hasil
perhitungan, sebelum menentukan jumlah tahap (plat) dan HETP hal yang harus
dilakukan adalah menghitung P pada destilat dan bottom dengan menggunakan
persamaan Antonie. Setelah itu didapatkan nilai ɑavg sebesar 3.806, hasil dari nilai
ɑavg digunakan untuk menentukan jumlah tahap (plat) perhitungan sehingga
diperoleh jumlah tahap (plat) perhitungan sebesar 5.21 ≈ 6 dan HETP nya sebesar
0.287 m. Jumlah tahap (plat) dan HETP antara percobaan dan perhitungan
menunjukkan nilai yang berbeda, dikarenakan plat teoritis percobaan dipengaruhi
oleh besarnya nilai indeks bias yang diperoleh pada destilat dan bottom. Jumlah plat
yang baik digunakan adalah jumlah plat hasil perhitungan (analitis) yang berjumlah
6 plat, karena plat analitis memiliki perhitungan yang lebih teliti sehingga kinerja
destilasi lebih efektif serta menghemat biaya karena mengurangi penggunaan plat
yang terlalu banyak. Nilai metanol yang dihasilkan pada destilat belum mencapai
kemurniaan yang diinginkan (99.999%), hal ini dikarenakan waktu yang digunakan
untuk destilasi terlalu cepat sehingga belum menghasilkan destilat dengan kadar
kemurnian yang tinggi.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Regresi kurva kalibrasi dari indeks bias yang didapatkan dalam percobaan ini
adalah 𝑦 = 492,89𝑥 6 − 1368,1𝑥 5 + 1424,4𝑥 4 − 761,05𝑥 3 + 171,45𝑥 2 −
4,7141𝑥 + 0,0292 dengan nilai R2 yang diperoleh, yaitu sebesar 0.9905.
2. Indeks bias yang didapatkan pada destilat di percobaan destilasi ini adalah
0% bris sedangkan pada bottom, yaitu 0% brix
3. Jumlah tahap (plat) percobaan, yaitu sebanyak 6 dan HETP yang didapat
sebesar 0.25 m, nilai ɑavg sebesar 3.806 sehingga diperoleh jumlah tahap (plat)
perhitungan sebesar 5.21 ≈ 6 dan HETP nya sebesar 0.287.
4. Jumlah tahap (plat) dan nilai HETP antara hasil percobaan dengan
perhitungan memiliki nilai yang berbeda, nilai metanol yang dihasilkan pada
destilat belum mencapai kemurnian yang diinginkan karena waktu yang
digunakan untuk detilasi terlalu cepat.
5.2. Saran
1. Sebaiknya praktikum destilasi dilakukan dengan waktu yang lebih lama agar
mendapatkan hasil yang maksimal
2. Sebaiknya praktikan lebih hati-hati dalam praktikum atau pengambilan data
dan perhitungan agar didapat hasil data percobaan yang lebih teliti dan akurat.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
2. Larutan Kalibrasi
• Larutan Methanol murni
M1 = 0.998
V1 = 10 ml
• Larutan 90% Methanol dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.998. V1 = 0.9 x 10 ml
V1 = 9.01 ml
• Larutan 80% Methanol l dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.9. V1 = 0.8 x 10 ml
V1 = 8.89 ml
• Larutan 70% methanol dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.8. V1 = 0.7 x 10 ml
V1 = 8.75 ml
• Larutan 60% methanol dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.7. V1 = 0.6 x 10 ml
V1 = 8.57 ml
• Larutan 50% Methanol dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.6V1 = 0.5 x 10 ml
21
V1 = 8.33 ml
• Larutan 40% Methanol dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.5V1 = 0.4 x 10 ml
V1 = 8 ml
• Larutan 30% Methanol dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.4V1 = 0.3 x 10 ml
V1 = 7.5 ml
• Larutan 20% Methanol dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.3V1 = 0.2 x 10 ml
V1 = 6.66 ml
• Larutan 10% Methanol dengan volume 10 ml
M1 V1 = M2 V2
0.2V1 = 0.1 x 10 ml
V1 = 5 ml
Tabel A.1 Penentuan indeks bias
Konsentrasi (%) indek bias (%brix)
99.8 0
90 1.1
80 4.1
70 5.1
60 5.2
50 5.1
40 4.5
30 3.1
20 2
10 0.8
0 0
22
5
indeks bias 4
0
0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200
konsentrasi
23
Tabel A.2 Data Kesetimbangan Methanol-Water pada 1 atm
Temperatur (℃) Fraksi cair Fraksi uap
100 0 0
96.4 0.02 0.134
93.5 0.04 0.23
91.2 0.06 0.304
89.3 0.08 0.365
87.7 0.1 0.418
84.4 0.15 0.517
81.7 0.2 0.579
78 0.3 0.665
75.3 0.4 0.729
73.1 0.5 0.779
71.2 0.6 0.825
69.3 0.7 0.87
67.6 0.8 0.915
66 0.9 0.958
65 0.95 0.979
64.5 1 1
Sumber : Perry et al. (1963), p.13-5
0.35 𝑥 300 𝑥 0.792
mol metanol 32
Fraksi mol umpan (Xf)= = 0.35 𝑥 300 𝑥 0.792 0.65 𝑥 300 𝑥 0.997 = 0.193
mol total +
32 18
24
• Indeks bias pada bottom = 0.1
y = 5492.89X 6 − 1368.1X 5 + 1424.4X 4 − 716.05X 3 + 171.45X 2
− 4.7141X + 0.0292
0.1 = 5492.89X 6 − 1368.1X 5 + 1424.4X 4 − 716.05X 3
+ 171.45X 2 − 4.7141X + 0.0292
Dengan goal seek
X ≅0.045
0.045 𝑥 20 𝑥 0.792
mol metanol 32
Fraksi mol bottom (Xb) = = 0.045 𝑥 20 𝑥 0.792 0.955 𝑥 20 𝑥 0.997 = 0.02
mol total +
32 18
25
• Menghitung αW(bottom/residu)
T Bottom = 95 oC
B
P o W = exp A −
ToC +C
3638,27
PMetanol o W = exp(16,5785 − = 299,39 kpa
95 + 239,5
3885,7
PWater o W = exp(16,3872 − = 84,559 kpa
95 + 230,17
PMetanol o W 299,39 kpa
αW = o = = 3,5406
PWater W 84,559 kpa
• Menghitung αD(destilat)
T Destilat = 64,7oC
B
P o D = exp A −
ToC + C
3638,27
PMetanol o D = exp(16,5785 − = 101,33 kpa
64,7 + 239,5
3885,7
PWater o D = exp(16,3872 − = 24,767 kpa
64,7 + 230,17
PMetanol o D 101,33 kpa
αD = o = = 4,0912
PWater D 24,767 kpa
• Menghitung αavg
αavg = √αW. αD
• Menghitung HETP
Tinggi bahan isian
HETP =
jumlah tahapan kesetimbangan
1,5 m
HETP =
5.21
HETP = 0,287 m
27
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telpon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: Pusat@itera.ac.id
www.itera.ac.id
LAMPIRAN B
LEMBAR KENDALI KESELAMATAN KERJA
No Bahan Sifat Bahan Tindakan
Penanggulangan
1. Metanol • Titik didih Jangan hirup
64,7℃ uapnya, selalu
• Viscositas gunakan masker
0,544-0,59 hindari kontak
mPa.s langsung dengan
(25℃) tubuh wadahnya
harus selalu
tertutup, gunakan
ventilasi yang
cukup gunakan
sarung tangan,
cuci tangan
setelah selesai
menangani bahan.
2. Aquadest • Tidak beracun • Titik didih Tidak perlu
(H2 O) • Berbentuk 100℃ penaggulangan
cairan • Viscositas 1cp khusus.
• Tidak berbau (20 ℃)
• Tidak memiliki • pH 6-8 pada
rasa 25℃
• Tidak • Titik beku 0℃
berwarna
• Tidak
berbahaya
28
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telpon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: Pusat@itera.ac.id
www.itera.ac.id
29
LAMPIRAN C
30
31
32
33
2. Metanol
34
35
36
37