Disusun Oleh :
Bagus Heri Purnomo 121130186
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
I.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
I.3. Tujuan ............................................................................................... 3
I.4. Manfaat.............................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Perpindahan Panas............................................................................. 4
II.2. Alat Penukar Panas............................................................................ 5
II.3. Kegunaan Alat Penukar Panas .......................................................... 7
II.4. Arah Aliran Fluida pada Alat Penukar Panas.................................... 8
II.5. Shell and Tube Heat Exchanger ........................................................ 9
II.6. Heat Exchanger 15-E-105 ................................................................. 13
II.7. Permasalahan pada Heat Exchanger ................................................. 14
II.8. Fouling ............................................................................................. 15
II.9. Analisa Performance Heat Exchanger ............................................. 21
BAB III. METODOLOGI
III.1. Pengumpulan Data ............................................................................ 23
III.2. Pengolahan Data ................................................................................ 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Perhitungan .............................................................................. 34
IV.2. Pembahasan ....................................................................................... 36
BAB V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan........................................................................................ 42
V.2. Saran .................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Pressure Drop yang Diizinkan untuk Fluida Liquid (per shell) .......22
Tabel III.1 Data Desain Heat Exchanger 15-E-105 .........................................23
Tabel III.2 Data Aktual Kondisi Hot and Cold Fluid ........................................25
Tabel III.3 Data Aktual Heat Exchanger 15-E-105 ...........................................25
Tabel IV.1 Hasil Perhitungan Efisiensi Panas, Fouling Factor (Rd),Ps dan
Pt Pada Heat Exchanger 15-E-105 Berdasarkan Data Desain ......34
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Efisiensi Panas, Fouling Factor (Rd),Ps dan
Pt Pada Heat Exchanger 15-E-105 Berdasarkan Data Aktual
Tanggal 13 Maret 30 April 2017..................................................34
Daftar Gambar
Gambar II.5 Susunan Tube pada Shell and Tube Heat Exchanger ..................... 11
Gambar II.6 Tubes Layout pada Shell and Tube Heat Exchanger ...................... 11
Gambar IV.2 Grafik Fouling Factor (Rd) Heat Exchanger 15-E-105 ............... 39
Gambar IV.3 Grafik Pressure Drop ( Ps) Shell Heat Exchanger 15-E-105 ....... 40
Gambar IV.4 Grafik Pressure Drop ( Pt) Tube Heat Exchanger 15-E-105 ........ 40
BAB I
PENDAHULUAN
Feed yang masuk ke RCU berupa Atmospheric Residue (AR) yang berasal
dari CDU dan Demetallization Atmospheric Residue (DMAR) yang berasal dari
ARHDM. Terdapat dua jenis pada masing masing feed berdasarkan perbedaan
suhu, yakni hot dan cold feed. Adapun proses proses utama yang terjadi pada
unit RCU ini meliputi proses reaksi dan regenerasi, serta proses pemisahan. Pada
tahapan proses reaksi cracking terjadi di bagian riser reaktor. Sebelum masuk
riser reaktor, hot AR, hot DMAR, cold AR, dan cold DMAR dicampur dalam
vessel 15-V-105.
Liquid yang keluar dari vessel tersebut disebut dengan charge stock yang
kemudian dipanaskan terlebih dahulu di heat exchanger 15-E-101 agar umpan
tersebut lebih mudah teratomisasi sehingga kontak antara molekul umpan dan
katalis semakin baik karena berlangsung pada suhu tinggi. Selanjutnya dipanaskan
kembali dengan heat exchanger 15-E-105 sebelum masuk ke furnace. Hal ini
dilakukan agar kerja furnace tidak terlalu berat, sehingga penggunaan bahan bakar
bisa lebih hemat.
Jika heat exchanger memiliki efisiensi yang tinggi, maka kehilangan panas
dapat ditekan sekecil mungkin yang pada akhirnya akan mengurangi biaya untuk
penyediaan energi suatu pabrik. Oleh karena itu dilakukan evaluasi kinerja dari
heat exchanger 15-E-105 ini untuk mengetahui performa alat tersebut.
Rumusan masalah dari tugas khusus kerja praktik ini antara lain :
I.3 Tujuan
I.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Panas adalah salah satu bentuk energi yang tidak dapat diciptakan maupun
dimusnahkan, energi ini hanya dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat
lain. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya perubahan suhu,
perubahan tekanan, reaksi kimia, dan munculnya energi listrik.
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi
dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik di mana tenaga
elektromagnetik akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda lain.
Alat penukar panas atau yang biasa dikenal dengan sebutan heat
exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk mengakomodasi perpindahan
sejumlah panas dari fluida panas ke fluida dingin dengan adanya perbedaan
temperatur. Tujuan melakukan perpindahan panas pada industri proses antara lain
yaitu :
2. Luas bidang perpindahan panas tegak lurus terhadap arah perpindahan panas.
Luas perpindahan panas ini tidak konstan karena dinding pembatas yang
berupa dinding tube, sehingga dalam praktik dipilih luas perpindahan panas
berdasarkan luas dinding bagian luar.
1. Cooler
Penukar panas jenis ini digunakan untuk mendinginkan fluida panas sehingga
mencapai kondisi relative yang diinginkan dengan mengunakan suatu media
pendingin berupa air atau udara.
2. Condensor
Berfungsi untuk mengambil kalor laten fluida yang berbentuk uap sehingga
terjadi perubahan fasa dari uap menjadi cair. Pada umumnya condensor
bertipe shell and tube.
3. Reboiler
Berfungsi menguapkan liquid pada bagian dasar kolom distilasi sehingga
fraksi fraksi ringan yang terikut dalam hasil bawah dapat diuapkan kembali.
Media pemanas yang digunakan umumnya adalah steam atau fluida panas.
4. Pre heater
Penukar panas tipe pre heater berfungsi mentransfer panas dari produk
produk yang bersuhu tinggi ke umpan sebelum masuk ke furnance, agar kerja
furnance menjadi lebih ringan.
5. Chiller
Chiller digunakan mendinginkan fluida sampai suhu yang cukup rendah
sehingga terbentuk relative, media pendingin yang biasa digunakan adalah
freon, propane, dan ammonia.
6. Evaporator
Evaporator digunakan untuk menaikkan konsentrasi suatu zat dengan pelarut
air. Solvent yang berupa air diuapkan dengan menggunakan steam atau
pemanas lainnya.
7. VaporizerVaporizer digunakan untuk menaikkan konsentrasi suatu zat
dengan pelarut selain air. Solvent diuapkan dengan menggunakan steam atau
pemanas lainnya.
Pada tipe aliran ini fluida panas dan fluida dingin masuk pada ujung
penukar panas yang sama dan kedua fluida mengalir searah menuju ujung
penukar panas yang lain.
Pada tipe aliran ini fluida panas dan fluida dingin masuk melalui ujung
penukar panas yang berbeda. Masing-masing fluida mengalir dengan arah
berlawanan menuju ujung penukar panas keluar.
Gambar II.3 Profil Suhu Arah Aliran Co-Current Flow dan Counter
Current Flow
a) Shell
Merupakan bagian tengah alat penukar panas, merupakan tempat
untuk tube bundle. Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang
menerima atau melepaskan panas. Yang dimaksud dengan lintasan shell
adalah lintasan yang dilakukan oleh fluida yang mengalir ke dalam melalui
saluran masuk (inlet nozzle) melewati bagian dalam shell dan mengelilingi
tube kemudian keluar melalui saluran keluar (outlet nozzle).
b) Tube
Merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell yang merupakan
tempat fluida yang akan dipanaskan ataupun didinginkan. Tube tersedia
dalam berbagai bahan logam yang memiliki harga konduktivitas panas
besar sehingga hambatan perpindahan panasnya rendah, seperti tembaga-
nikel, aluminium-perunggu, aluminum, dan stainless steel, yang dapat
diperoleh dari berbagai ukuran yang didefinisikan sebagai birmingham wire
gauge (BWG). Aliran fluida dalam tube sering dibuat melintas lebih dari
satu kali dengan tujuan untuk memperbesar koefisien perpindahan panas
lapisan film sisi fluida dalam tube. Pengaturan ini terjadi dengan adanya
pass divider dalam channel yang berfungsi untuk membagi aliran fluida
dalam tube. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar II.5 Susunan Tube pada Shell and Tube Heat Exchanger
c) Tube sheet
Komponen ini adalah suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang
ujung-ujung tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell dan
tube.
d) Tube dise channels and nozzle
Berfungsi untuk mengatur aliran fluida pada sisi tube.
e) Tube pitch
Lubang yang tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena
jarak tube yang terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube.
Jarak terdekat antara dua tube yang berdekatan disebut clearance. Tube
diletakkan dengan susunan bujur sangkar atau segitiga seperti terlihat pada
gambar berikut.
Gambar II.6 Tubes Layout pada Shell and Tube Heat Exchanger
f) Channel cover
Merupakan bagian penutup paada konstruksi heat exchanger yang dapat
dibuka pada saat pemeriksaan dan pembersihan alat.
g) Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channels untuk
membagi aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tube pass lebih dari
satu.
h) Baffles
Pada umumnya tinggi segmen potongan dari baffle adalah seperempat
diameter dalam shell yang disebut 25% cut segmental baffle. Baffle tersebut
berlubang-lubang agar bisa dilalui oleh tube yang diletakkan pada rod-
baffle. Baffle digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga
turbulensi yang lebih tinggi akan diperoleh. Adanya baffle dalam shell
menyebabkan arah aliran fluida dalam shell akan memotong kumpulan
tubes secara tegak lurus, sehingga memungkinkan pengaturan arah aliran
dalam shell maka dapat meningkatkan kecepatan liniernya. Sehingga akan
meningkatkan harga koefisien perpindahan panas lapisan fluida di sisi shell.
Selain itu baffle juga berfungsi untuk menahan tube bundle untuk menhan
getaran pada tube untuk mengontrol serta mengarahkan aliran fluida yang
mengalir di luar tube sehingga turbulensi aliran maka koefisien perpindahan
panas akan meningkat sehingga laju perpindahan panas juga akan
meningkat. Penempatan baffle dan bentuknya dapat dilihat pada gambar
berikut.
1. Fluida yang lebih kotor selalu melalui bagian yang mudah dibersihkan, yaitu
tube terutama bila tube bundle bisa diambil, tetapi dapat juga melalui
bagian shell bila kotorannya banyak mengandung coke karena lebih mudah
dibersihkan.
2. Fluida yang lebih cepat memberikan kotoran, tekanan tinggi, dan korosif
selalu ditempatkan di tube karena tahan terhadap tekanan tinggi dan lebih
murah
3. Fluida yang berbentuk campuran non condensable gas melalui tube agar
tidak terjebak.
4. Fluida yang berpotensi menimbulkan korosi ditempatkan pada tube, dengan
tujuan dapat menekan biaya penggantian shell yang lebih mahal dari pada
tube jika terjadi kerusakan akibat korosi.
5. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube karena
adanya cukup ruangan dan fluida yang mempunyai volume kecil
dilewatkan melalui shell karena dapat dipasang baffle untuk menambah
transfer rate tanpa menghasilkan kelebihan pressure drop.
6. Fluida yang lebih viskos atau yang mempunyai low transfer rate
dilewatkan melalui shell karena dapat digunakan baffle.
7. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang
kecil menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi,
sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
1. Precipitation fouling
2. Particulate fouling
Pengotoran ini terjadi akibat pengumpulan partikel-partikel padat yang
terbawa oleh fluida di atas permukaan perpindahan panas seperti debu,
pasir dll.
4. Corrosion fouling
Pengotoran ini terjadi akibat reaksi kimia antara fluida kerja dengan
material bahan permukaan perpindahan panas.
5. Biological fouling
Pengotoran ini berhubungan dengan aktifitas organisme biologis yang
terdapat atau terbawa dalam aliran fluida seperti lumut, jamur dll.
Nilai fouling factor dijaga agar tidak melebihi nilai fouling factor desain
sehingga heat exchanger dapat mentransfer panas lebih optimal untuk
kebutuhan proses. Evaluasi fouling factor berguna untuk mengetahui apakah
terdapat kotoran di dalam alat dan kapan harus dilakukan pembersihan. Nilai
fouling factor yang makin besar akan berakibat pada efisiensi perpindahan
panas yang semakin menurun dan nilai pressure drop yang semakin tinggi. Hal
ini akan menyebabkan penurunan kinerja dari heat exchanger.
Keterangan :
Rd : Fouling factor
Uc : Clean Overall Coefficient
Ud : Dirt Overall Coefficient
1. Adanya pengotor berat (hard deposit) yaitu kerak keras yang berasal dari
hasil korosi atau coke keras.
2. Adanya pengotor berpori (porous deposit) yaitu kerak lunak yang berasal
dari dekomposisi kerak keras.
Kondisi yang mempengaruhi terjadinya fouling :
1. c
1. Chemical/Physical Cleaning
Chemical Cleaning adalah suatu metode pembersihan dengan
mensirkulasikan agent melalui peralatan, biasanya menggunakan HCl 5-
10%.
Keuntungan :
a. Pembersihan beberapa tipe deposit, dalam hal ini coke sukar dilakukan.
b. Tube yang tersumbat penuh disarankan dilakukan mechanical
cleaning terlebih dahulu, karena sirkulasi dari cleaning agent tidak
mungkin dilakukan.
c. Sangat sukar untuk meyakinkan bahwa peralatan benar-benar telah
bersih.
d. Deposit kemungkinan dapat terakumulasi di tempat dimana aliran relatif
lambat.
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA 19
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN VETERAN YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN
2. Mechanical Cleaning
Ada 3 tipe mechanical cleaning yang biasa dilakukan yaitu :
b. Hydro jeting
Pembersihan ini dilakukan dengan cara menginjeksikan air ke dalam tube
pada tekanan tinggi, untuk jenis deposit yang lunak.
c. Sand blasting
Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan campuran air
dengan pasir ke dalam tube pada tekanan tinggi.
Bila panas yang diterima fluida jauh lebih kecil dari pada panas
yang dilepas fluida panas berarti kehilangan panasnya besar dan ini
mengurangi performance suatu heatbexchanger.
Uc Ud
=
Uc x Ud
exchanger dapat disebabkan oleh dua hal yaitu karena adanya friksi yang
disebabkan oleh aliran dan pembelokan aliran. Pressure drop yang tinggi dapat
disebabkan oleh jarak antar baffle yang terlalu dekat dan tentu tidak diharapkan
karena meningkatnya biaya operasi. Kehilangan tekanan yang besar dapat
menyebabkan aliran fluida secara alamiah terhambat sehingga memerlukan
bantuan pompa. Namun jika pressure drop terlalu rendah dapat mengakibatkan
perpindahan panas tidak sempurna.
Tabel II.1 Pressure Drop yang Diizinkan untuk Fluida Liquid (per shell)
BAB III
METODOLOGI
DATA DESAIN
shell tube
parameter
in out in out
passes 1 4
no tube 1490
Tabel III.2 Data Aktual Kondisi Hot And Cold Fluid pada Tanggal 27 Juli 2011
result
analysis Unit AR & Dmar DCO
API Gravity at 60oF - 22.6 2.1
Density kg/m3 917.9 1058.4
Sepicific Gravity at 60/60oF - 0.9184 1.095
kinematic viscosity mm2/s 215.6 104.6
2 Pengolahan Data
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA 26
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN VETERAN YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN
Dari data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dapat dilakukan
pengolahan data dengan metode perhitungan Kern. Berikut ini adalah langkah
langkah perhitungan dengan menggunakan metode Kern :
1. Neraca Energi
Q= M x Cp x (T1-T2) = m x Cp x (t2-t1)
Keterangan:
Keterangan:
Koreksi LMTD:
12 21
R= 21 S=11
LMTDcorrect = Ft x LMTD
Keterangan :
R : Temperature efficiency
S : Temperature efficiency
c.Menentukan n ilia Fc dari fig 17kern berdasarkan nilai Kc dan tc/th yang
diperoleh(Appendix terlampir)
d. Menentukan Tc dan tc
4. Flow Area
as= 144 ; as= 144
Untuk at diperoleh dari tabel 10 kern berdasarkan OD dan BWG yang terdapat
pada data desain alat. (Appendiks terlampir)
Keterangan:
Gt=
Keterangan :
Pada perhitungan Res digunakan pada saat Tc, sedangkan untuk perhitungan
Ret digunakan pada saat tc. Nilai ini diperoleh dari hasil interpolasi pada
data desain. Untuk De diperoleh dari fig 28 Kern . Sementara nilai D diperoleh
dari tabel 10 kern berdasarkan OD tube dan BWG yang terdapat pada data
desain alat.) Appendiks terlampir)
jH= 0,36 (D x ) 0.55 (c x )0.5
Keterangan:
1
Ho=Jh x ( )3 s
1
Ho=Jh x ( )3 i
Keterangan:
Keterangan :
Tube: hio= s s
Ud=
A= Nt x L x a
Keterangan :
Nt:Jumlah tube
L: Length (ft)
Jika Rd diketahui pada data sheet , maka nilai bisa di tentukan Ud dengan
menggunakan persamaan :
1 1
= + eq.6.10 (Kern,1965)
Nilai f shell diperoleh dari figure 29 Kern dan nilai f tube diperoleh dari
figure 26 Kern. Pencarian kedua nilai f ini berdasarkan nilai Re yang telah
diketahui . Untuk nilai s diperoleh dari densitas pada temperature caloric.
Sedangkan V2/2g diperoleh dari figure 27 kern.
N+1 = 12 L/B
2
=
5,22 1010 i
2 ( + 1)
=
5,22 1010 s
Keterangan :
L :Length (ft)
B : Baffle space (in)
P : Pressure Drop (psi)
Gs : Mass velocity shell (lb/jam ft2)
Ds : Diameter shell (ft)
De :Diameter ekivalen shell (ft)
Gs :Mass velocity tube (lb/jam ft2)
D : Diameter ekivalen tube (ft)
Pr : Return pressure drop (psi)
V2/2g : One velocity head (psi)
F : friction factor
N : Tube pass
: Viscosity rasio
S : Specific gravity pada temperature kalorik
16. Menghitung efisiensi
Efisiensi = 100%
BAB IV
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Efisiens Panas, Fouling Factor( Rd), Ps, dan Pt pada Heat
Exchanger 15-E-105 Berdasarkan data actual tanggal 13 Maret 30 April 2017
26
IV.2 Pembahasan
Pada residue catalytic cracking unit terdapat dua feed yaitu atmospheric
residue (AR) dan demetallized atmospheric residue (DMAR). Di dalam reaktor
terjadi reaksi antara feed (cold& hot AR dan cold & hot DMAR) dengan katalis
yang berasal dari regenerator. Hot AR berasal dari crude distillation unit
sedangkan cold AR berasal dari tangki yang disediakan untuk menampung hot
AR. Sedangkan hot DMAR berasal dari atmospheric residue
hydrodemetallization unit dan cold DMAR berasal dari tangki yang disediakan
untuk menampung hot DMAR.
Heat exchanger yang dievaluasi pada tugas khusus ini adalah hot net
bottoms-raw oil exchanger (15-E-105) pada unit 15 - Residue Catalytic
Cracking Unit (RCU). Heat exchanger ini berfungsi sebagai pre heater raw oil
(AR dan DMAR) sebelum masuk ke reaktor, di mana fluida panas yang
digunakan pada heat exchanger 15-E-105 adalah MCBP (Main Column
Bottoms Product) atau DCO (Decant Crude Oil) yang berasal dari main
column 15-C-101. Parameter yang dievaluasi adalah efisiensi panas, fouling
factor (Rd) dan pressure drop baik pada shell maupun tube.
permukaan shear stress yang tinggi akibat adanya fluid velocity yang tinggi.
Selain itu velocity yang tinggi juga meningkatkan koefisien transfer panas.
Tetapi velocity yang tinggi ini juga meningkatkan pressure drop. Karena
eratnya hubungan antara fouling factor dengan efisiensi panas dan pressure
drop, maka perhitungan kinerja heat exchanger pada tugas khusus ini
dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan efisiensi panas, nilai Rd
dan pressure drop pada kondisi aktual dengan desain. Sehingga dari
perhitungan dapat diketahui tindakan apa yang perlu dilakukan untuk
mengoptimalkan kinerja heat exchanger 15-E-105. Dari hasil perhitungan
berdasarkan data desain dan data aktual tanggal 13 Maret 30 April 2017
diperoleh beberapa grafik, antara lain :
Efisiensi Panas
100.00%
90.00%
80.00%
Efisiensi (%)
70.00%
60.00% Efisiensi Aktual
50.00% Efisiensi Design
40.00%
30.00%
20.00%
Dari grafik di atas dapat dilihat terjadinya penurunan efisiensi panas pada heat
exchanger 15-E-105. Hal ini dimungkinkan karena adanya deposit kotoran pada
permukaan transfer panas. Materi yang terdeposit sebagai fouling ini biasanya
mempunyai konduktivitas termal yang rendah, sehingga mengurangi jumlah
perpindahan panas. Sebagaimana yang terdapat dalam literatur Chemical Process
Design and Integration oleh Robin Smith bahwa Q berbanding lurus dengan
konduktivitas termal.
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA 39
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN VETERAN YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN
Fouling Factor
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
6-Mar 16-Mar 26-Mar 5-Apr 15-Apr 25-Apr 5-May
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai Rd aktual selama 49 hari
pada tanggal 13 Maret 30 April 2017 masih berada di bawah nilai Rd desain.
Namun jika dilihat pada grafik tersebut, nilai Rd aktual selama 49 hari
mengalami fluktuasi. Kondisi ini menunjukan bahwa kinerja HE 15-E-105
periode ini memiliki performa yang baik, meringankan biaya perawat HE, dan
mengurangi waktu shut down yang relative lama. Akan tetapi nilai Rd yang kecil
ini tidak dapat dijadikan acuan untuk performa kerjanya,harus dilakukan cleaning
secar rutin. Fouling dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni temperatur fluida dan
viskositas. Semakin tinggi temperatur maka akan semakin kecil nilai
viskositasnya, sehingga fluida akan semakin encer. Raw oil atau charge stock
yang encer itu bisa berfungsi sebagai pembersih, dengan membawa atau
melarutkan kotoran kotoran yang menempel di dinding shell dan menurunkan
nilai Rd secara keseluruhan. Namun jika temperatur fluida rendah maka nilai
viskositas semakin besar. Charge stock yang kental tidak berfungsi sebagai
pembersih, kotoran yang terbawa oleh charge stock akan menempel pada dinding
shell maupun tube.
Gambar IV.3 Grafik Pressure Drop (Ps) Shell Heat Exchanger 15-E-105
10
6 P Tube Allowable
P Tube Actual
4
0
6-Mar 16-Mar 26-Mar 5-Apr 15-Apr 25-Apr 5-May
Gambar IV.4 Grafik Pressure Drop (Pt) Tube Heat Exchanger 15-E-105
Dari grafik IV.3 terlihat bahwa pressure drop pada shell masih di bawah
pressure drop desain meski ada kecenderungan meningkat pada tanggal 13
Meret 30 April 2017. Hal ini terjadi akibat adanya fouling atau deposit yang
menempel pada dinding shell. Fouling tidak hanya menurunkan overall heat
transfer coefficient secara signifikan tetapi juga mengakibatkan naiknya
pressure drop secara signifikan.
Grafik IV.4 menunjukkan bahwa pressure drop aktual pada tube masih
di bawah pressure drop desain. Sejak tanggal 13 Maret - 30 April 2017
pressure drop pada tube meningkat drastis. Hal ini terjadi karena tube memiliki
diameter yang kecil, sehingga jika terdapat kotoran yang menempel pada
dinding tube akan mempengaruhi aliran fluida. Adanya kotoran atau fouling
mengakibatkan berubahnya pola aliran fluida dan meningkatkan jumlah cross-
flow. Sehingga hal ini berdampak pada meningkatnya pressure drop.
Baik shell dan tube keduanya memiliki nilai pressure drop actual
dibawah pressure drop desain. Nilai pressure drop actual shell dan tube
memiliki kecenderungan naik dari tanggal 13 Maret 30 April 2017. Hal ini
menujukan bahwa HE masih bekerja dengan baik akan tetapi perlu dilakukan
pengamatan secara berkala agar pressure drop tetap terjaga dibawah pressure
drop desain.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
satu bulan dari tanggal 13 Maret 30 April 2017 dapat disimpulkan bahwa :
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kern, D., Q. 1965. Process Heat Transfer. International Student Edition. McGraw
Hill Book Co: Tokyo.