NRP : 6813040020
ABSTRAK
Kata Kunci: Desain, Perhitungan Ekonomis Material, Daya Pompa, Pipe Flow
Expert, Iterasi, Hydrant.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... v
DAFTAR SIMBOL ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Sistem Hydrant .......................................................................................... 5
2.2 Proses Terjadinya Api ............................................................................ 11
2.3 Proses kebakaran ..................................................................................... 13
2.4 Proses terjadinya kebakaran ................................................................... 15
2.5 Komponen Sistem Hydrant Pillar............................................................ 16
2.6 Support .................................................................................................... 17
2.7 Ammonia ................................................................................................. 18
2.8 Urea ......................................................................................................... 19
2.9 Galian (Trenching) dan Pengurukan (back Filling) ................................ 19
2.10 Pompa Sentrifugal ................................................................................. 21
2.11 Komponen Sistem Perpipaan ................................................................ 25
2.12 Jenis- jenis Material Pipa .................................................................... 30
2.13 Iterasi .................................................................................................... 30
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 37
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN ........................................................... 43
4.1 Perhitungan Jumlah Pillar Hydrant............................................................. 43
4.2 Penentuan Data Sistem Hydrant .................................................................. 43
4.2.1 Penentuan Jumlah Pillar Hydrant dan Cover Area ................................... 43
ii
4.3 Perhitungan Material Pipa ........................................................................... 44
4.4 Perhitungan Head Pompa ............................................................................ 45
4.4.1 Data Operasi ............................................................................................. 45
4.4.2 Perhitungan Manual Head Pompa............................................................ 45
4.5 Perhitungan Daya Pompa ........................................................................... 49
4.5.1 Perhitungan Putaran Spesifik (ns) ............................................................ 49
4.5.2 Efisiensi Pompa........................................................................................ 50
4.5.3 Daya Fluida (Pw) ...................................................................................... 51
4.5.4 Daya Pompa ............................................................................................. 51
4.6 Perhitungan Iterasi pipa ............................................................................. 52
4.6.1 Data Jaringan Pipa ................................................................................... 52
4.6.2 Perhitungan Menggunakan Metode Hardy-Cross .................................... 54
4.6.3 Perhitungan Iterasi Menggunakan Metode Hardy-Cross.................... 56
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................ 96
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 96
5.2 Saran............................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SIMBOL
ΔHp = Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m)
Ha = Head static total (m)
hf = Head karena kerugian gesekan friction (m)
σ = kooefisien kafitasi
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN
Sistem hydrant sangat dibutuhkan di setiap plant, hal ini diperlukan pada
setiap plant yang bertujuan untuk media pemadam pada saat terjadi kebakaran
pada plant tersebut. Kebakaran bisa terjadi karena hal yang sangat sederhana
seperti halnya human error (kelalaian manusia), konsleting listik, dan lain-
lain. Kebakaran dapat merugikan secara material dan non material. Sehingga
dalam hal ini hydrant sangat diperlukan dalam setiap plant. Hydrant bisa
terletak diluar bangunan dan didalam bangunan yang desain dari sitem
hydrant tersebut harus dapat menjangkau segala sisi dari plant dan yang
paling utama yaitu menjangkau titik api atau lokasi kebakaran. Hydrant bila
memungkinkan terletak pada lokasi yang kemungkinan dapat terjadinya
kebakaran. Hydrant pada umumnya berwarna mencolok (merah atau kuning)
hal itu dikarenakan untuk memudahkan pemadam kebakaran dan orang-orang
sekitarnya apabila petugas pemadam kebakaran belum datang. Sedangkan di
Indonesia sendiri hydrant umumnya berwarna merah. Hydrant dibedakan
menjadi dua tipe yaitu kebutuhan perkotaan (municipal system) dan
kebutuhan pribadi (private system). Hydrant sendiri harus sesuai standard
NFPA (National Fire Protection Association).
1
Karena dari pihak owner meminta sistem pemadam yang menggunakan air
dikarenakan factor biaya yang lebih murah dan dianggap cukup efektif maka
kita membuat desain sistem hydrant yang mampu mengatasi jika terjadi
kebakaran. Sehingga keberadaan sistem hydrant sangat penting agar dapat
meminimalisir efek dari ammonia tersebut. Standard dapat digunakan sebagai
acuan pemasangan sistem hydrant, penentuan diameter. Standard yang dapat
digunakan sebagai acuan adalah standard NFPA (National Fire Protection
Association) yang harus dapat dipertanggung jawabkan. Peraturan-peraturan
tersebut yaitu :
• NFPA – 24 : standard for the installation of private fire service mains and
their of appurtenances.
2
2. Bagaimana menentukan pemilihan material berdasarkan perhitungan
ekonomis?
1. Mengetahui desain yang tepat menurut NFPA untuk system hydrant pada
proyek amurea II.
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi perusahaan, laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan acuan
dan referensi dalam penentuan desain sistem hydrant.
2. Manfaat bagi institusi, laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai
referensi dan dipelajari oleh rekan-rekan mahasiswa.
3
2. Sistem hydrant pillar.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Hydrant adalah sebuah alat perlindungan api aktif yang disediakan di sebagian
wilayah perkotaan, pinggiran kota, dan perdesaan yang memiliki ketersediaan
(pasokan) air yang cukup yang memungkinkan petugas pemadam kebakaran
untuk menggunakan pasokan air tersebut untuk membantu memadamkan
kebakaran.
Hydrant merupakan koneksi yang berupa alat yang terdapat di atas tanah yang
menyediakan akses pasokan air untuk tujuan pemadaman kebakaran. Air yang
digunakan untuk hydrant ini dapat bertekanan, seperti dalam kasus dimana hdran
tersambung dengan pompa dalam menghasilkan tekanan, atau unpressurized
(tidak bertekanan) dimana hydrant tersambung secara langsung ke sumber air
seperti kolam atau tangki air dengan menggunakan pompa tersendiri. Tiap
hydrant memiliki satu atau lebih penghubung (connector) selang kebakaran. Jika
suplai air bertekanan, maka hydrant juga dilengkapi dengan satu atau lebih katup
untuk mengatur aliran air. Dalam rangka menyediakan air yang cukup untuk
pemadaman kebakaran, hydrant dianjurkan untuk dapat memberikan debit air
minimum 250 galon per menit (945 liter per menit). Untuk menentukan
kebutuhan pasokan air kebakaran menggunakan perhitungan SNI 03-1735-2000.
Dan saluran pipa hydrant tidak boleh melewati bawah bangunan seperti yang
disebutkan pada NFPA 10.6.1 yang tertulis Pipe shall not be run under buildings.
Kebutuhan akan hydrant yang semakin tinggi diiringi dengan munculnya sistem
air bawah tanah. Sebelumnya,air diperoleh dari sumur terdekat atau kolam yang
mudah di akses. Hal ini mempersulit dalam proses pemadaman kebakaran
karena akses terhadap suplai air yang kemungkinan sulit didapat di sekitar lokasi
kebakaran ada beberapa jenis hydrant, yaitu: a) Hydrant gedung
Adalah system pencegahan kebakaran yang menggunakan pasokan air dan
dipasang di dalam bangunan atau gedung.
5
b) Hydrant pillar
Sering disebut dengan hydrant halaman atau hydrant kota, suatu system
pemadam yang membutuhkan pasokan air yang terletak diluar bangunan.
Biasanya air didapat dari mobil PMK atau sumber air terdekat. Jika sumber
air terlalu jauh maka air dibuatkan saluran bawah tanah untuk
memudahkan pasokan air yang dibutuhkan saat melakukan pemadaman.
Untuk menentukan jumlah pillar Hydrant yang dibutuhkan dapat
menggunakan persamaan berikut:
Dimana :
A = Area (𝑚2)
6
bangunan hunian lain atau bangunan kelas lain selain tempat garasi
pribadi
2. Kelas 2: Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang
masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah
3. Kelas 3: Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum
digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah
orang yang tidak berhubungan, termasuk
8, atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan tersebut
5. Kelas 5: Bangunan kantor
• ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu
hotel atau motel
7
• tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum
10. Kelas 10: Adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian:
8
2.1.2 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Jumlah Dan Luas Lantai
Berdasarkan KEPMEN PU NO.10/KPTS/2000 dijelaskan bahwa tipe
bangunan kelas 1 dan 10 tidak dipersyaratkan harus memasang hydrant.
Kompartemen Kompartemen
Kelas 2,3, 4, dan 9a 1 buah per 1000 m2 2 buah per 1000 m2*)
Kelas 5,6,7,8 dan 9b 1 buah per 800 m2 2 buah per 800 m2*)
*)
penempatan hidran harus pada posisi yang berjauhan
9
e) Pipa yang menembus beton bangunan harus disediakan selongsong dari
besi/tulang pipa baja dengan kelonggaran minimum 25mm diluar pipa.
• Hydrant pillar harus dipasang pada jarak tidak kurang dari enam meter
dari tepi bangunan.
10
2.1.4 Klasifikasi Bahaya Hunian
a) Bahaya kebakaran ringan ialah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan
panas rendah sehingga menjalarnya lambat.
c) Bahaya kebakaran sedang II, ialah jenis huian yang mempunyai jumlah
dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi lebih dari 4m dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas ssedang sehingga menjalarnya api sedang.
e) Bahaya kebakaran berat ialah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan
panas tinggi sehingga menjalarnya api cepat.
Api tumbuh secara bertahap, dari mulai nyala, membesar, menghasilkan gas
dan asap dari bahan yang terbakar, dan bila tidak dikontrol, api akan mencapai
11
tahap maksimal yang menghanguskan serta membahayakan keselamatan jiwa.
Secara teknis, perkembangan api dapat di bagi menjadi lima tahap, yaitu :
1. Tahap penyalaan
2. Tahap pertumbuhan
3. Tahap puncak
5. Tahap surut
Merupakan reaksi antara bahan bakar udara dan sumber panas yang
bergabung pada level yang dibutuhkan untuk dapat terbakar dengan ketentuan
Apabila salah satu unsur tersebut diambil maka api padam dan inilah prinsip
dari pemadaman api. Prinsip dari segitiga api ini dipakai dasar untuk
mencegah kebarakan dan penanggulangan api.
12
2.2.2 Bidang empat api
Bidang empat api merupakan perkembangan dari teori segitiga api dimana
proses terjadinya api yang dipengaruhi oleh hasil pembakaran bersisa yang
mengalami reaksi kimia dengan partikel bebas. Akibatnya, api yang mulanya
kecil akan menjadi cepat besar dan terjadi proses kebakaran berantai.
Kebakaran terjadi karena timbulnya api yang tidak terkendali, maka peril
diketahui bagaimana proses terjadinya api sehingga paham cara
13
memadamkannya. Proses pembentukan api dapat dijelaskan dalam bentuk
segitiga api dan juga bidang empat api.
(sumber:http://www.pemadamapionline.com/detail_artikel/klasifikasi_
dan_aplikasi_media_pemadam_keba karan)
14
2.4 Proses terjadinya kebakaran
1. Faktor manusia
a) Pekerja
b) Pengelola
• Tidak adanya standar atau aturan yang proses penerapannya kurang tegas
dalam hal yang menyangkut bagian kritis peralatan.
2. Factor teknis
a) Proses mekanis
Timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat
gesekan benda maupun adanya api terbuka.
b) Proses kimia
c) Tegangan listrik
15
komponen lain. Gangguan listrik merupakan penyebab utama kebakaran
dalam industri.
3. Factor alam
Salah satu factor penyebab adanya kebakaran dan ledakan akibat factor alam
adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang
luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain-lain.
b) Stand Hydrant
• Automatic wet
16
Merupakan sistem stand hydrant otomatis yang mampu memenuhi
kebutuhan air secara otomatis.
• Automatic dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara
bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve,
untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dan
dapat menghemat kerja pompa.
• Semi-automatic dry
• Manual wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang
sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun
tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem.
• Manual dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang
permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department
pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire
department connection.
2.6 Support
Pada buried pipe untuk sistem hydrant peletakan support diletakkan di daerah
sambungan jika memungkinkan. (NFPA 24)
17
1. Concrete
Terbuat dari adukan semen, batu, dan pasir. Jenis penumpu ini hanya dapat
menahan ke satu sumbu saja, yaitu sumbu x. Dan hanya digunakan jika kondisi
tanah stabil,pada sistem hydrant pemilihan support di tentukan pada NFPA 24
10.6.1 dan untuk penentuan jumlah campuran tertulis pada NFPA 24 10.6.2.
2.7 Ammonia
Ammonia (NH3) adalah gas tidak berwarna dan berbau tajam dan sangat larut
terhadap air. Ammonia didalam industry bermanfaat sebagai campuran untuk
pembuatan pupuk urea (CO(NH2)2) dan ZA (zwvelamonia) atau
((NH4)2SO4), Ammonia cair memiliki titik beku pada -78’C dan titik didih
pada suhu 33’C. Sifat ammonia sendiri korosif terhadap tembaga dan timah.
Bahaya-bahaya yang terjadi jika terkena paparan ammonia, yaitu:
• 25 mg/m3 : Indonesia
18
• 40 mg/m3 : Republic Ceko
2.8 Urea
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari karbon, hydrogen, oksigen dan
nitogen dengan rumus kimia (NH2)2CO. Urea ditemukan pertama kali oleh
Hilaire Roulle pada tahun 1773. Kegunaan urea antara lain untuk pembuatan
pupuk urea, urea yang digunakan berbentuk kristal putih tidak berbau. Di tanah
urea akan melepas senyawa ammonium yang baik untuk tanaman. Urea adalah
produk samping dari pengolahan gas alam atau pembakaran batu bara. karbon
dioksida dari hasil pembakaran tersebut di campur oleh ammonia dalam suhu
rendah kemuadian di campur dengan es kering (karbon dioksida) menghasilkan
ammonium karbamat. Selanjutnya, di beri tekanan dan ditambahkan air maka
akan menghasilkan urea dan air yang kemudian dipisahkan.
2.9.1 NFPA 24
19
Sehingga mencakup nilai minimal kedalaman penguburan pipa, berikut
adalah persyaratan yang di tentukan oleh NFPA 24. Yaitu:
Menurut API PR 1102 tabel 5.7.2 Pipa yang terpendam melintasi jalan
harus dipasang menggunakan penutup minimum yang diukur dari
ujung permukaan pipa hingga keatas permukaan sebagai berikut:
Location
Under highway sureface proper 4 ft(1.2m)
Under all other surfaces within the 3 ft(0.9m)
right-of-way.
For pipelines transporting HVL, 4 ft(1.2m)
from the bottom of ditches.
20
cakupan minimum yang tertuang pada 5.7.2 tidak dapat terpenuhi
maka harus digunakan perlindungan mekanis.
Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang paling sering digunakan dalam
dunia kontraktor, karena cara penggunaanya yang mudah, biaya perbaikannya
yang murah dan tidak berisik. Pompa sentrifugal adalah pompa yang
mempunyai elemen utama berupa motor penggerak dengan sudu impeller
yang berputar dengan kecepatan tinggi. Prinsip kerjanya yakni merubah
energi mekanis menjadi energi kinetis fluida. Kemudian fluida tersebut
diarahkan ke saluran buang dengan menggunakan tekanan (energi kinetis
diubah menjadi energi tekan) dengan menggunakan impeller yang berputar
didalam casing. Casing tersebut dihubungkan oleh saluran hisap (suction) dan
saluran tekan (discharge), untuk menjaga saluran hisap tetep terisi air maka
21
harus diberi katup kaki (foot valve). Daya dari motor diberikan kepada poros
tersebut. Zat cair yang ada di dalam impeller akan ikut berputar karena ada
dorongan dari sudu-sudu. Karena timbul gaya sentrifugal maka zat cair akan
mengalir dari tengah impeller dan meninggalkan impeller dengan kecepatan
tinggi kemudian keluar melalui saluran yang penampungnya lebih lebar,
sehingga terjadi perubahan dari head kecepatan menjadi head tekanan. Oleh
karena itu zat cair yang keluar dari pompa memiliki head total yang lebih
besar. Pada system hydrant memiliki 3 jenis pompa dengan fungsi yang
berbeda pula, yaitu :
b) Diesel pump : pompa diesel pada sistem hydrant berfungsi sebagai back
up atau menggantikan kerja pompa elektrik ketika terjadi pemadaman
listrik di area kebakaran. Pada saat listrik meyala pompa ini berfungsi
22
sebagai penstabil tekanan dalam jaringan fire hydrant yang turun seiring
dengan keluarnya air dari output jaringan sistem hydrant seperti hydrant
pillar yang berada diluar bangunan maupun hydrant box yang berada
didalam gedung.
23
Gambar 2. 7 Jockey Pump
2.10.1.1 Head
24
H = Ha + ΔHp + H1 + 𝐿𝑉2 …………………(2.2)
Keterangan:
Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar
dan sisi isap, tanda positif dipakai apabila muka air disisi keluar
lebih tinggi dari pada sisi isap.
2. Head kerugian
a) Kerugian Gesekan dalam Pipa (Major Losses)
hf =f 𝐿 𝑉2 ……………………………….(2.3)
Keterangan:
25
(sumber: Sularso, Tahara. 2004 Pompa dan Kompresor
Pemilihan, Pemakaian dan pemeliharaan Jakarta. PT. Pradanya
Paramita)
hf =k
hf =f 𝑉2………………………………(2.4)
hf =f ………………………………….(2.5)
Keterangan:
26
d) Kerugian Head pada Selang
hf= ……………………………….(2.6)
Keterangan:
e) Head Tersedia
27
memperkirakan keamanan pompa terhadap terjadinya kavitasi,
yaitu tekanan hisap positif Netto (Nett Positif Suction Head –
NPSH). Ada dua jenis NPSH yang harus dipertimbangkan, yaitu
NPSH yang dibutuhkan dalam NPSH yang tersedia. NPSH yang
tersedia adalah Head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap
pompa equivalent dengan tekanan tekanan mutlak pada sisi isap
pompa, dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat ditempat
tersebut. NPSH yang tersedia dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Hsv = ( + Hs – HLT……………(2.7)
Hsvn = σ x Hn………………………..(2.8)
28
Hn = Head total (m)
29
Tabel 2. 3 Diameter pipa hisap tekanan positif
(mm)
Bahaya kebakaran ringan 65
Bahaya kebakaran sedang 150
kelompok 1 dan 2
Bahaya kelompok 3 200
• Jarak tegak antara muka air terendah dan poros pompa tidak
boleh lebih dari 3,7 m.
(mm)
Bahaya kebakaran ringan 65
Bahaya kebakaran sedang 150
kelompok 1 dan 2
Bahaya kelompok 3 200
Komponen pada sistem perpipaan atau lebih dikenal fittings, terdiri dari
elbow, flanges, tee, reducer dan komponen-komponen lainnya. Terbuat dari
material yang sama dengan material pipa dimana fittings tersebut akan
25
disambungkan. Standard yang digunakan untuk pembuatan fittings antara
lain:
a) ASTM A234 : standard untuk fitting dari bahan carbon steel dan
alloy steel untuk penggunaan pada temperature sedang dan tinggi.
b) ASTM A420 : standard untuk fitting dari bahan carbon steel dan
alloy steel untuk penggunaan pada temperature rendah.
1. Elbow adalah jenis fitting yang dipasangkan pada pipa pada saat
aliran pada pipa akan dibelokkan. Perubahan arah tersebut bisa
dalam bentuk sudut 45 deg atau 90 deg. Tersedia dua tipe yaitu tipe
short radius yaitu dimana jarak dari pusat elbow ke ujung sama
dengan NPSnya dan tipe long radius, jaraknya adalah 1,5 kali NPS.
26
Gambar 2. 9 Elbow 45 deg
Gambar 2. 10 Tee
27
3. Reducer adalah komponen pipa dimana ada perubahan diameter dari
diameter kecil ke besar ataupun sebaliknya. Ada dua jenis yang umum
dikenali yaitu tipe yang mempunyai perbedaan garis tengah (center line)
antara pipa dengan reducer.
Tipe ini disebut eccentric reducer. Pola peletakanya ada dua cara yaitu
flat-bottom yang bagian ratanya berada dibawah serta bagian ratanya
diatas yang disebut dengan flat-top. Pola yang dipakai bergantung dari
dimana eccentric reducer akan ditempatkan. Flat-bottom reducer biasanya
ditempatkan di piperack sedangkan flat-top banyak diaplikasikan didekat
nozzle pump.
Jenis yang ke dua adalah concentric reducer. Jenis ini mempunyai garis
tengah (center line) yang sama baik antara garis tengah pipa maupun garis
tengah reducer. Pemakaiannya bisa dimana saja sesuai dengan keinginan
piping designer yang tentu sudah memperhitungkan aspek konstruksi dan
persyaratannya.
28
Gambar 2. 12 center line
• Flat face menggunakan material besi tuang (cast iron) dengan class 125
dan 250. Berguna untuk mendistribusikan compressive stress ke arah
yang lebih luas dan menghindari terjadinya momen lentur yang bisa
meretakkan besi tuang tersebut.
• Raised face tipe yang umum digunakan. Permukaan flange akan naik
0,06 inchi untuk class 150 dan 300, sedangkan untuk class 400 naik
0,25 inchi. Karena ada permukaan yang naik, maka gasket-nya pun
lebih kecil dari lingkaran baut.
• Lap joint mempunyai muka seperti raised face tapi didapat dengan
menggunakan pipa.
• Ring face cincin metal akan diselipkan dimuka flange dengan tujuan
menghindari terjadinya kebocoran.
Desain dari flange sendiri seperti welding neck, slip-on, lap joint, socket
weld, threaded dan satu lagi blind flange.
29
2.12 Jenis- jenis Material Pipa
Pipa ini banyak digunakan karna mudah dipasang, tapi untuk melindungi
karat dari luar, biasanya dilapisi dengan bahan anti karat. Bahan anti karat
ini lebih baik menggunakan plastic seperti scotch coat atau plicoflex, karna
lebih tahan dari pada pelapis ari aspal atau residu.
Pipa ini kemampuan kekuatannya diatas pipa tanah liat dan boleh dipasang
dibawah bangunan serta concrete yang tebal. Pipa ini dapat pula
mengalirkan cairan yang cukup panas.
Pipa ini digunakan untuk pembuangan kotoran cair dengan tingkat korosif
serta mempunyai tekanan diatas kemempuan pipa besi tuang.
6. Duriron Pipe
2.13 Iterasi
30
Persamaan-persamaan dasar yang digunakan untuk menganalisa
aliran fluida dalam pipa, diantaranya sebagai berikut :
Persamaan bilangan Reynold,
𝑉𝑑
Re = 𝑣
31
dimana n adalah konstanta, berdasar persamaan Darcy-Weisbach n = 2,
dan Hazen-Williams n = 1.85. Sementara K adalah konstanta koreksi
pipa, berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach,
8𝑓𝐿
K= 𝜋2 𝑔𝑑5
Dimana :
C = Koefisien Hazen-William berdasar jenis pipa
L = Panjang pipa
D = Diameter pipa
Karena metode Hardy-Cross adalah metode penyelesaian dengan
iterasi matematik, maka untukpersoalan jaringan pipa tersebut,
langkah prosedur penyelesaiannya adalah:
1. Perkirakan secara bebas debit dan arah aliran masing-masing
pipa.
2. Hitung nilai K
3. Hitung Σloop i (±) Ki𝑄𝑖 𝑛 = 0, dimana n = 0 karena menggunakan
persamaan Darcy-Weisbach. Dan arah aliran pada loop
tertutup mengikuti arah jarum jam, tanda (+) untuk aliran
searah jarum jam dan tanda (-) untuk aliran berlawanan arah
jarum jam.
4. Jika hasil perhitungan nomor 3 tidak = 0, maka hitung
koreksi 𝛥𝐿 untuk volume laju aliran menggunakan
persamaan berikut :
Σloop i (±) Ki𝑄 𝑛
𝑖
𝛥𝐿 = -𝛴𝑙𝑜𝑜𝑝 𝑖 |𝑛𝐾𝑖𝑄 𝑛−1
𝑖
32
33
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
MULAI
Studi Literatur
Studi lapangan
Rooting line
Menentukan jumlah
hydrant pillar
Penentuan material
pipa
NO
Bill material
termurah
YES
37
A
Penentuan pompa
Perbandingan
perhitungan manual
dengan software
SELESAI
38
Penelitian yang dilakukan dengan meninjau letak objek
Data yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut.
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari data yang sudah ada.
Data sekunder pada penelitian ini adalah berupa gambar site
plant.
39
3.1.5 Tahap Pengolahan Data
3.1.6 Analisa
Tahap ini dilakukan tahap analisis terhadap data yang diolah dan
membandingkan variable yang ditentukan
40
a. Kesimpulan
b. Saran
41
42
Tabel 3. 1 Rencana pengerjaan
42
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
Untuk menentukan jumlah pillar hydrant pada proyek Amurea II, maka
digunakan persamaan sebagai berikut :
= 120 buah
43
4.3 Perhitungan Material Pipa
A53(black steel)
No. Equipment Jumlah Harga satuan Total harga
1 pipa 10 inch sch 40 382 12,277,000.00 4,689,814,000.00
2 reducer tee 75 1,329,100.00 99,682,500.00
3 tee 26 1,499,500.00 38,987,000.00
4 elbow 90 12 1,385,700.00 16,628,400.00
5 elbow 45 7 944,800.00 6,613,600.00
6 flange 10 inch 699 955,800.00 668,104,200.00
7 gate valve 10 inch 21 38,293,200.00 804,157,200.00
8 gate vale 4 inch 75 8,189,500.00 614,212,500.00
9 flange 4 inch 300 193,800.00 58,140,000.00
total 6,996,339,400.00
A106 gr A
No. Equipment Jumlah Harga satuan Total harga
1 pipa 10 inch sch 40 382 10,323,560.00 3,943,599,920.00
2 reducer tee 75 1,329,100.00 99,682,500.00
3 tee 26 1,499,500.00 38,987,000.00
4 elbow 90 12 1,385,700.00 16,628,400.00
5 elbow 45 7 944,800.00 6,613,600.00
6 flange 10 inch 699 955,800.00 668,104,200.00
7 gate valve 10 inch 21 69,043,700.00 1,449,917,700.00
8 gate vale 4 inch 75 17,917,900.00 1,343,842,500.00
9 flange 4 inch 300 193,800.00 58,140,000.00
total 7,625,515,820.00
44
Dari perhitungan biaya antara material A 53 dan A 106 gr A, maka dipilih
material A53. Karena biaya yang dikeluarkan lebih ekonomis.
Data operasi yang akan digunakan untuk menghitung head pompa dapat
dilihat pada Tabel 4.3
Data Properties
No Nama Notasi Nilai Satuan
1 Debit Q 0.075 m3/s
2 Kecepatan Aliran Vs 1.481 m/s
3 Diameter D 0.254 m
4 gravitasi g 9.810 m/s2
5 Density ρ 1000.000 kg/m3
V rata-rata = 2 m/s
4𝑥𝑄
Disap = √𝜋 𝑥 𝑉𝑠
4 𝑥 2𝑚/𝑠
= √𝜋 𝑥 1.481 𝑚/𝑠
= 0.2185m
= 218.5 mm
= 8.604inch
Sesuai Disap maka didapat dimensi pipa isap sebagai berikut
45
D = 10 inch
ID = 0.2731 m
OD = 0.25446 m
4𝑥𝑄
Vsuction = 𝜋 𝑥 (𝐷)2
4 𝑥 0.075𝑚3 /𝑠
= 𝜋 𝑥 (0.2185𝑚)2
= 1.03941 m/s
Pipa tekan
D = 10 inch
ID = 0.25446 m
OD = 0.2731 m
4𝑥𝑄
Vdischarge = 𝜋 𝑥 (𝐷)2
4 𝑥 0.075𝑚3 /𝑠
=
𝜋 𝑥 (0.25446𝑚)2
= 1.47554 m/s
𝑉𝑑2 −𝑉𝑠2
Hv = 2𝑥𝑔
= 9.1757 m
Z1 =1m
Z2 = -0.9 m
Hs = 1.9 m
46
Besarnya kerugian head akibat gesekan menurut Darcy weisbach
dapat diperoleh persamaan :
a. Mayor Losses :
= 0.000219614
𝑉𝑠 𝑥 𝐷
Re = 𝜐
= 1034.4532
𝐿 𝑉2
hf =𝑓𝑥 𝑥
𝐷 2𝑥𝑔
10 𝑚 (1.03941 m/𝑠2 )2
= 0.010 𝑥 𝑥
0.2185 𝑚 2 𝑥 9.8 𝑚/𝑠2
= 0.02519 m
b. Minor Losses
Tabel 4. 4 Nilai K
𝑉 2
HLms = K 2 𝑥𝑠 𝑔
47
2
1.03941 m/𝑠2
=3x 2 𝑥 9.8 𝑚/𝑠2
= 0.165 m
= 0.02519 m + 0.165 m
= 0.190 m
a. Mayor Losses
= 0.00018863
𝑉𝑑 𝑥 𝐷
Re = 𝜐
= 1990.4458
𝐿 𝑉2
hf =𝑓𝑥 𝑥
𝐷 2𝑥𝑔
m 2
2296.77 𝑚 1.47554 ( 2 )
𝑠
= 0.022 𝑥 𝑥
0.25446 m 2 𝑥 9.8 𝑚/𝑠2
= 22.5064 m
b. Minor Losses
48
Tabel 4. 5 Nilai K
1.47554 m/s 2
= 141.4 x 2 𝑥 9.8 𝑚/𝑠2
= 15.691 m
= 22.5064 m+ 15.691 m
= 38.198 m
= 0.190 m + 38.198 m
= 38.388 m
Head Total
Head total = Hv + Hs + HL
= 49.463 m
Data-data pompa:
Head total
49
Kapasitas Pompa
Putaran Poros
Cairan
Temperatur cairan
𝑛√𝑄
ns = 3
𝐻4
3600√0.075 𝑚3 /𝑠
ns = 3
49.463 𝑚 4
= 52.859 rpm
50
Berdasar grafik diatas dengan nilai Q = 0.075 m3/s dan ns = 52.859
rpm. Maka didapat efisiensi pompa (ηp) sebesar 86 %
Daya fluida adalah energy yang secara aktif diterima oleh air akibat
dari bekerjanya pompa. Daya fluida dapat dihitung menggunakan
rumus berikut
Pw = ρ x g x Q x H
Dimana :
ρ = 1000 kg/m3
g = 9.81 m/s2
Q = 0.075 m3/s
H = 49.463 m
Maka ,
= 36392.402 W
= 36.392402 kW
Daya pompa adalah daya yang harus tersedia dan digunakan oleh fluida.
Daya ini adalah daya yang harus digerakkan oleh pompa. Maka dapat
ditentukan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝜌𝑥𝑔𝑥𝑄𝑥𝐻
P= 𝜂𝑝
51
36392.402
= 86%
= 42316.746 W
= 42.316746 kW
𝑃(1−𝛼)
Pm = 𝜂𝑡
Dimana:
Maka :
42.316746 (1−0.15)
Pm = 0.93
= 38.676595 kW
52
Panjang dan diameter pipa = Sesuai Tabel 4.6
Jumlah loop =7
no. pipa D L
1 0.250 137.8
2 0.250 72.3
3 0.250 135.43
4 0.250 114.43
5 0.250 270.4
6 0.250 72.38
7 0.250 166.71
8 0.250 119.2
9 0.250 159.21
10 0.250 117.19
11 0.250 81.15
12 0.250 118.6
13 0.250 81.15
14 0.250 51.39
15 0.250 123.46
16 0.250 42.43
17 0.250 127.07
18 0.250 26.15
19 0.250 125.95
20 0.250 73.61
21 0.250 125.95
53
4.6.2 Perhitungan Menggunakan Metode Hardy-Cross
Persamaan untuk debit aliran baru untuk setiap pipa yang akan
dikoreksi terhadap koreksi ΔL :
Q1baru = Qo1+ΔL1
Q2baru = Qo2+ΔL1
Q3baru = Qo3+ΔL1
Q4baru = Qo4-ΔL1+ΔL2
Q5baru = Qo5-ΔL2
Q6baru = Qo6-ΔL2
Q7baru = Qo7+ΔL2-ΔL3
Q8baru = Qo8+ΔL3
54
Q9baru = Qo9-ΔL3+ΔL6+ΔL7
Q10baru = Qo10-ΔL3+ΔL4
Q11baru = Qo11-ΔL4
Q12baru = Qo12-ΔL4-ΔL5
Q13baru = Qo13-ΔL4-ΔL2
Q14baru = Qo14-ΔL5
Q15baru = Qo15-ΔL5
Q16baru = Qo16+ΔL5-ΔL2
Q17baru = Qo17+ΔL7
Q18baru = Qo18+ΔL7
Q19baru = Qo19-ΔL7+ΔL6
Q20baru = Qo20-ΔL6
Q21baru = Qo21-ΔL6
Dalam proses hasil perhitungan iterasi, debit aliran air dan arah aliran
dalam pipa dapat berubah, maka perhitungan iterasi selanjutnya
dilanjutkan berdasarkan debit aliran air yang baru (hasil yang telah
terkoreksi oleh koreksi ΔL loop) digunakan untuk perhitungan iterasi
berikutnya hingga pada batas toleransi koreksi ΔL yang telah
ditentukan sebelumnya (dalam kasus ini toleransi koreksi (ΔL) = Δ10-
4
). Jika hasil perhitungan iterasi koreksi sesatan ΔL = 10-4, maka proses
iterasi akan dihentikan.
Dari iterasi pertama, koreksi ΔL untuk setiap loop jaringan pipa, adalah:
ΔL1 = -0.00192379
ΔL2 = -0.00599637
ΔL3 = -0.00415199
ΔL4 = 0.005093801
ΔL5 = 0.001004852
55
ΔL6 = -0.00979919
ΔL7 = -0.00158994
dimana proses iterasi dilakukan sampai 6 kali proses iterasi dengan alasan
untuk mencapai batas toleransi koreksi ΔL yang telah ditentukan yaitu pada
ΔL = 10-4.
V = Q/A
ε = 0.000046 m
d = 0.25446 m
υ = 8.00E-7
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
1.11 −2
𝜀 5.74
f = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9 )
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
56
3.14
A = 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.0375 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.764331 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat menggunakan
persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.764331 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 2.39E+5
d. Pada tahap ini setelah mendapatkan nilai Re kemudian menghitung
nilai 𝑓, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9 )
1.11 −2
0.000046
𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚)
=( 5.74
)
+ (2.39𝐸+5 )0.9
= 1.50 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 137.8 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.52E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
57
= 2.52E-2 x (0.0375 m3/s)2
= -0.3544
g. Setelah mendapatkan nilai KiQo2 kemudian menghitung nilai 2 x Ki
x (Qo) hasil dianggap absolute, dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
2 x Ki x (Qo)2 = |2 x Ki x Qo|
= |2 x 2.5E-2 x 0.0375 m3/s|
= 18.90126
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka
digunakan persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.0375 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.764331 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.764331 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 2.39E+5
58
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9 )
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (2.39𝐸+5 )0.9 )
= 1.50 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 72.3 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 1.32E+2
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
59
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.0375 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.764331 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat menggunakan
persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re =
𝜐
0.764331 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 2.39E+5
1.11
0.000046
= (𝑙𝑛 ( )
3.7 𝑥 0.25446 𝑚
−2
5.74
+ )
(2.39𝐸 +5 )0.9
= 1.50 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 135.43 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.48E+2
60
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.48E+2 x (0.0375 m3/s)2
= 0.348303
g. Setelah mendapatkan nilai KiQo2 kemudian menghitung nilai 2 x Ki x (Qo)
hasil dianggap absolute, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
2 x Ki x (Qo)2 = |2 x Ki x Qo|
= |2 x 2.48E+2 x 0.0375 m3/s|
= 18.57618
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01875 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.382166 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.382166 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.19E+5
61
d. Pada tahap ini setelah mendapatkan nilai Re kemudian menghitung nilai
𝑓, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9)
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.19𝐸+5 )0.9 )
= 1.72 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 114.43 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.09E+2
62
Σ2Ki(Qo)2 = 2KiQo2pipa 1 + 2KiQo2pipa 2 + 2KiQo2pipa 3 +
2KiQo2pipa 4
= 55.2423
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01875 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.382166 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.382166 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.19E+5
63
d. Pada tahap ini setelah mendapatkan nilai Re kemudian menghitung
nilai 𝑓, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9)
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.19𝐸+5 )0.9 )
= 1.72 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 270.4 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 4.95E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 4.95E+2 x (0.01875 m3/s)2
= 0.173856
= 18.54463
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
64
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01875 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.382166 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.382166 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.19E+5
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.19𝐸+5 )0.9 )
= 1.72 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 72.38 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 1.32E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 1.32E+2 x (-0.01875 m3/s)2
= 0.046537
65
g. Setelah mendapatkan nilai KiQo2 kemudian menghitung nilai 2 x Ki x
(Qo) hasil dianggap absolute, dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
2 x Ki x (Qo)2= |2 x Ki x Qo|
= |2 x 1.32E+2 x -0.01875 m3/s|
= 4.963982
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka
digunakan persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01875 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.382166 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.382166 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.19E+5
66
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9)
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.19𝐸+5 )0.9 )
= 1.72 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai
Ki, menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 166.71 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 3.05E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai
KiQo2, menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 3.05E+2 x (-0.01875 m3/s)2
= 0.107188
= 11.43334
= 7.847864+18.54463+4.963982 +11.4334
67
= 42.78982
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01875 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.382166 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.382166 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.19E+5
68
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9)
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.19𝐸+5 )0.9 )
= 1.72 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai
Ki, menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 119.2 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.18E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai
KiQo2, menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.18E+2 x (0.01875 m3/s)2
= 0.076641
= 8.175002
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
69
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01875 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.382166 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.382166 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.19E+5
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.19𝐸+5 )0.9 )
= 1.72 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 159.21 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.91E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.91E+2 x (-0.01875 m3/s)2
= 0.102365
70
g. Setelah mendapatkan nilai KiQo2 kemudian menghitung nilai 2 x Ki x (Qo)
hasil dianggap absolute, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
2 x Ki x (Qo)2 = |2 x Ki x Qo|
= |2 x 2.91E+2 x -0.01875 m3/s|
= 10.91898
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka
digunakan persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.02344 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.477707 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.477707 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.49E+5
71
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9)
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.49𝐸+5 )0.9 )
= 1.65 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai
Ki, menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 117.19 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.14E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai
KiQo2, menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.14E+2 x (0.02344 m3/s)2
= 0.11773
= 10.04644
72
= 11.4334+8.175002+10.91898+10.04644
= 40.57376
= -0.00415
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01406 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.286645 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.286645 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.83E+5
73
d. Pada tahap ini setelah mendapatkan nilai Re kemudian menghitung
nilai 𝑓, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9)
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.83𝐸+5 )0.9 )
= 1.83 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai
Ki, menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 81.15 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 1.48E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai
KiQo2, menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 1.48E+2 x (0.01406 m3/s)2
= 0.029353
= 4.174383
74
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka
digunakan persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= -0.00469 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.095541 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.095541 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 2.99E+4
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (2.99𝐸+4 )0.9 )
= 2.34 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 118.6 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.17E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.17E+2 x (-0.00469 m3/s)2
75
= -0.00477
= 2.033463
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= -0.00469 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.095541 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.095541 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 2.99E+4
76
d. Pada tahap ini setelah mendapatkan nilai Re kemudian
menghitung nilai 𝑓 , maka digunakan persamaan sebagai
berikut :
1.11 −2
𝜀 5.74
𝑓 = (𝑙𝑛 (3.7𝑑) + 𝑅𝑒 0.9)
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (2.99𝐸+4 )0.9 )
= 2.34 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai
Ki, menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 81.15𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 1.48E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai
KiQo2, menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 1.48E+2 x (-0.00469 m3/s)2
= 0.003261
= 1.391362
77
i. Mengitung nilai Σ2 x Ki x (Qo)2 dengan menjumlahkan nilai 2 x Ki
x (Qo)2 pada tiap loop, menggunakan persamaan :
= 10.04644+4.174383+2.033463+1.391362
= 17.64565
= 0.005094
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.009375 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.191083 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
78
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.191083 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 5.97E+4
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (5.97𝐸+4 )0.9 )
= 2.00 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 51.39 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 9.4E+1
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 9.4E+1 x (0.009375 m3/s)2
= 0.00826
= 1.76222
79
a. Pada tahap awal dihitung Area dari pipa, maka digunakan persamaan
sebagai berikut:
𝜋
A = 4 𝑥 𝑑2
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka
digunakan persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.009375 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.191083 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.191083 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 5.97E+4
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (5.97𝐸+4 )0.9 )
= 2.00 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
80
10.704 𝑥 123.46 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.26E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.26E+2 x (0.009375 m3/s)2
= 0.01984
= 4.233581
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.009375 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.191083 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
81
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.191083 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 5.97E+4
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (5.97𝐸+4 )0.9 )
= 2.00 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai
Ki, menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 42.43 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 7.76E+1
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai
KiQo2, menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 7.76E+1 x (0.009375 m3/s)2
= 0.00682
= 1.454972
82
= -0.00477 + 0.00826 +-0.01984 + 0.00682
= -0.0095303
i. Mengitung nilai Σ2 x Ki x (Qo)2 dengan menjumlahkan nilai 2 x Ki
x (Qo)2 pada tiap loop, menggunakan persamaan :
= 2.033463+1.76222+4.233581+1.454972
= 9.484236
= 0.001004
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.028125 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.573248 m/s
83
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.573248 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.79E+5
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.79𝐸+5 )0.9 )
= 1.59 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 127.07 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.32E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.32E+2 x (0.028125 m3/s)2
= 0.183827
= 13.07212
84
18. Perhitungan iterasi pada pipa ke 18
a. Pada tahap awal dihitung Area dari pipa, maka digunakan persamaan sebagai
berikut:
𝜋
A = 4 𝑥 𝑑2
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.028125 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.573248 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re =
𝜐
0.573248 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.79E+5
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.79𝐸+5 )0.9 )
= 1.59 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
85
10.704 𝑥 26.15 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 4.78E+1
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 4.78E+1 x (0.028125 m3/s)2
= 0.03783
= 2.690138
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.009375 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.191083 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat menggunakan
persamaan sebagai beriku :
86
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.191083 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 5.97E+5
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (5.97𝐸+5 )0.9 )
= 2.00 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 125.95 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 2.30E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.30E+2 x (0.009375 m3/s)2
= 0.02025
= 4.318966
87
= 0.3037769
i. Mengitung nilai Σ2 x Ki x (Qo)2 dengan menjumlahkan nilai 2 x Ki x
(Qo)2 pada tiap loop, menggunakan persamaan :
= 10.91898+13.07212+2.690138+4.318966
= 31.0002
= -0.0098
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01875 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.382166 m/s
88
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.382166 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.19E+5
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.19𝐸+5 )0.9 )
= 1.72 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 73.61 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
= 1.35E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 1.35E+2 x (0.01875 m3/s)2
= 0.047328
= 5.048338
89
a. Pada tahap awal dihitung Area dari pipa, maka digunakan persamaan sebagai
berikut:
𝜋
A = 4 𝑥 𝑑2
3.14
= 𝑥 0.25446 m
4
= 0.049063 m2
b. Pada tahap ini dihitung nilai V pada tiap aliran pipa, maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
V = Q/A
= 0.01875 𝑚3 /𝑠 / 0.049063m
= 0.382166 m/s
c. Pada tahap ini dihitung nilai Re pada tiap pipa, maka dapat
menggunakan persamaan sebagai beriku :
(𝑉 𝑥 𝑑)
Re = 𝜐
0.382166 𝑚/𝑠 𝑥 0.25446 𝑚
= 8.00𝐸 −7
= 1.19E+5
1.11 −2
0.000046 5.74
= (𝑙𝑛 (3.7 𝑥 0.25446 𝑚) + (1.19𝐸+5 )0.9 )
= 1.72 E-2
e. Setelah mendapatkan nilai 𝑓 kemudian menghitung nilai nilai Ki,
menggunakan persamaan sebagai berikut :
10.704𝑥𝐿
Ki = 𝐶 1.85 𝑥𝑑4.871
10.704 𝑥 125.95 𝑚
= 100𝑥0.25446 𝑚4.871
90
= 2.3E+2
f. Setelah mendapatkan nilai Ki kemudian menghitung nilai KiQo2,
menggunkan persamaan sebagai berikut :
KiQo2 = Ki x (Qo)2
= 2.3E+2 x (0.01875 m3/s)2
= 0.08098
= 10.77339+4.318966+5.048338+8.637932
= 28.77863
= -0.00159
Maka dari perhitungan diatas dapat digunakan untuk mencari nilai Qbaru
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
91
Q1baru = Qo1+ΔL1
= 0.0375+(-0.00192)
= 0.039424 m3/s
Q2baru = Qo2+ΔL1
= 0.0375+(-0.00192)
= 0.039424 m3/s
Q3baru = Qo3+ΔL1
= 0.0375+(-0.00192)
= 0.039424 m3/s
Q4baru = Qo4-ΔL1+ΔL2
= 0.01875-(-0.00192)+(-0.00594)
= 0.014738 m3/s
Q5baru = Qo5-ΔL2
= 0.01875-(-0.00594)
= 0.024686 m3/s
Q6baru = Qo6-ΔL2
= -0.01875-(-0.00594)
= -0.024686 m3/s
Q7baru = Qo7+ΔL2-ΔL3
= -0.01875+(-0.00594)-(-0.00415)
= -0.02053 m3/s
Q8baru = Qo8+ΔL3
= 0.01875+(-0.00415)
= 0.014598 m3/s
92
Q9baru = Qo9-ΔL3+ΔL6+ΔL7
= 0.01875-(-0.00415)+(-0.0098)+(-0.00159)
= -0.02599 m3/s
Q10baru = Qo10-ΔL3+ΔL4
= -0.02344-(-0.00415)+0.005094
= -0.01419 m3/s
Q11baru = Qo11-ΔL4
= -0.01406-0.005094
= -0.01916 m3/s
Q12baru = Qo12-ΔL4-ΔL5
= -0.00469-0.005094-0.001005
= -0.01079 m3/s
Q13baru = Qo13-ΔL4-ΔL2
= -0.00469-0.005094-(-0.00594)
= -0.003385 m3/s
Q14baru = Qo14-ΔL5
= 0.009375-0.001005
= 0.00837 m3/s
Q15baru = Qo15-ΔL5
= 0.009375-0.001005
= 0.00837 m3/s
Q16baru = Qo16+ΔL5-ΔL2
= 0.009375+0.001005-(-0.00594)
= 0.016316 m3/s
93
Q17baru = Qo17+ΔL7
= 0.028125+(-0.00159)
= 0.026535 m3/s
Q18baru = Qo18+ΔL7
= 0.028125+(-0.00159)
= 0.026535 m3/s
Q19baru = Qo19-ΔL7+ΔL6
= 0.009375-(-0.00159)+(-0.0098)
= 0.001166 m3/s
Q20baru = Qo20-ΔL6
= -0.01875-(-0.0098)
= -0.00895 m3/s
Q21baru = Qo21-ΔL6
= 0.01875-(-0.0098)
= 0.028549 m3/s
Nilai Q baru pada iterasi pertama dijadikan inputan pada Q0 pada proses
iterasi selanjutnya. Hasil iterasi selanjutnya terdapat pada lampiran.
Untuk hasil nilai Qbaru pada iterasi ke 6 dapat dilihat pada tabel 4.8
94
Tabel 4. 8 Nilai Qbaru pada proses iterasi ke 6
95
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dari tugas akhir ini terdapat beberapa usulan dan masukan untuk dilakukan
pada riset selanjutnya antara lain :
1. Standard yang digunakan pada penelitian ini adalah NFPA, pada penelitian
selanjutnya disarankan menggunakan standard lainnya.
2. Material yang digunakan pada penelitian ini adalah A 53, pada penelitian
selanjutnya disarankan menggunakan material lainnya.
3. Software yang digunakan pada penelitian ini adalah Pipe Flow Expert, pada
penelitian selanjutnya disarankan menggunakan Software lainnya.
96
DAFTAR PUSTAKA
97