KARYA ILMIAH
Disusun oleh
RIDWAN KELVIN ADITYA
NIM : 2110003423907
Dosen Pengampu :
Ir. Muhnizar,MT
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ilmiah ini yang berjudul "Perancangan ulang sistem perpipaan
hidran gedung labolatorium unit utama kampus universitas muhammadiyah riau" dengan
tepat waktu.
Makalah ilmiah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem pemipaan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana rancangan ulang struktur
sistem pemipaan
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ilmiah ini.
Penulis
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
INTISARI.........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
2.3.1 Pipa..............................................................................................9
2.3.2 Sambungan...............................................................................11
4.6 Percabangan.......................................................................................42
4.7 Tumpuan............................................................................................47
5.1 Kesimpulan.........................................................................................49
5.2 Saran...................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................51
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
karena kerusakan pada sistem perpipaan. Hal ini disebabkan karena adanya
hidran beroperasi dengan cara memompa air dari bak tandon dengan pompa air
digunakan untuk mengatasi terjadinya kebakaran dalam skala yang cukup besar
tekanan yang
2
cukup besar pada saat beroperasi. Tujuan dari perancangan sistem perpipaan
maksimal ditinjau dari bahan pipa, dimensi pipa dan sambungan yang
yang dipakai.
jumlah layanan.
6. Ketinggian gedung.
BAB II
DASAR TEORI
media air untuk mematikan api. Air dari bak penampungan di alirkan melalui
4. Sistem perpipaan.
dalam proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tangki
ataupun beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya, bisa berada
di atas tanah maupun dalam tanah dan harus dibuat sedemikian rupa hingga
dapat menampung air untuk suplai air hidran. Reservoir yang digunakan dalam
bak penampungan air bersih yang dipisahkan oleh gerbang air. Gerbang air
sebaliknya.
4
5
mengantisipasi kondisi darurat bila air hidran habis ketika masih diperlukan
sehingga proses pemadaman tidak terganggu. Tetapi air hidran tidak dapat
digunakan untuk keperluan air bersih karena pada saat penyaringannya air untuk
Reservoir ini berada di dalam tanah dan harus dibuat sedemikian rupa
hingga dapat menampung air untuk suplai air hidran. Selain itu reservoir juga
yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia dalam reservoir.
Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang dihubungkan
jaringan perpipaan.
bahwa jika temperatur (T) sejumlah gas yang diberikan dipertahankan konstan,
maka volume (V) gas akan berubah berbanding terbalik dengan tekanan (P)
Udara termampatkan
V2 Udara T1
T1 dengan temperatur
konstan
V1 Udara
P1 P1 < P2 P1 AIR
AIR T1 = T2
memiliki tekanan ijin 10 ATM (10 kg/cm2), namun tekanan kerja maksimum
mekanis menjadi energi tekanan fluida (modul praktikum pompa seri/parallel, YB.
Lukiyanto). Pada sistem hidran pompa berfungsi untuk mengalirkan air dari
sumber air (sumur) ke bak penampungan (reservoir) dan dari bak penampungan
penggerak, dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol,
dua buah pompa centrifugal untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke
7
beroperasi secara otomatis jika sistem hidran memerlukan debit air yang besar.
Pada saat beroperasi, pompa secara otomatis mati bila tekanan pada hydrophore
mencapai 7,2 kg/cm2 dan akan menyala kembali ketika tekanan di dalam
hydrophore turun hingga 4,5 kg/cm2 karena air mengalir ke keluar dari sistem
hidran.
2. Pompa Jockey
untuk memenuhi kebutuhan air dengan debit kecil seperti penyiraman taman
(sistem hidran terintegrasi juga dengan saluran pipa kecil untuk kebutuhan taman).
Pada saat beroperasi, pompa secara otomatis mati bila tekanan pada hydrophore
mencapai 6,8 kg/cm2 dan akan menyala kembali ketika tekanan di dalam
hydrophore turun hingga 4,5 kg/cm2 karena air mengalir ke keluar dari sistem
hidran.
Pompa jockey dan pompa hidran utama bekerja bergantian diatur oleh
panel kontrol otomatis. Jika debit air yang keluar kecil maka yang bekerja hanya
pompa jockey, dan pada limit tertentu ketika debit air yang keluar dibutuhkan
besar maka pompa hidran utama akan menyala dan pompa jockey akan mati
secara otomatis.
8
Pompa hidran harus dapat bekerja setiap saat ketika dibutuhkan karena
yang digunakan untuk hidran adalah motor listrik, maka disediakan genset untuk
menyuplai daya listrik ke motor pompa bilamana listrik dari jaringan mati
media untuk mengalirkan fluida, baik berupa cairan maupun gas dari satu
air yang berguna untuk memadamkan api apabila di suatu tempat terjadi
kebakaran. Sistem ini bekerja berdasarkan tekanan, fluida dari pompa dialirkan
melalui satu pipa dicabangkan menuju kran – kran pada setiap terminal akhir
Sistem perpipaan pada hidran merupakan jalur utama distribusi air dari
lokasi sumber air (sumur) menuju reservoir dan juga dari reservoir menuju titik
penempatan kotak pemadam kebakaran di tiap lantai gedung. Tanpa pipa maka
tidak dapat disebut sebagai sistem hidran, tetapi hanya alat penyemprot air.
hingga 12 in. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4,5 hingga 6 in.
Pada ujung pipa hidran tersambung dengan pilar hidran. Disamping pilar hidran
terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hidran (house). Selang ini
yang berinterkoneksi dengan sistem pipa hidran yang disebut sambungan siamese.
Sambungan ini terdiri dari satu atau dua sambungan pipa yang fungsinya adalah
untuk memberikan supply air tambahan untuk mobil pemadam kebakaran atau
2.3.1 Pipa
utama dari sistem perpipaan. Di dalam pipa inilah proses pengaliran fluida
terjadi. Setiap kondisi proses pengaliran fluida, pipa yang digunakan memiliki
yang tinggi
10
dan dalam suhu yang tinggi, maka pipa yang diperlukan adalah dengan
Engineers). Standar yang dikeluarkan oleh ASTM, terdapat bagian dari pipa
schedule pipa.
pembagian kelas dalam pipa. Schedule ditulis dalam bentuk penomoran untuk
spesifikasi tersendiri. Misal pada pipa dengan ukuran nominal sebesar 1/8 NPS
(Nominal Pipe Size), memilki ketebalan pipa yang berbeda untuk masing-
masing schedule.
pada ukuran nominal pipa yang sama. Perbedaan antara schedule yang satu
dengan schedule yang lain, terletak pada ketebalan pipa, dihitung dari diameter
luar (outside diameter). Semakin tebal sebuah pipa, maka semakin kuat pipa
tersebut.
tekanan, dikenal pipa standart (STD) untuk tekanan paling rendah. Kemudian
Extra Strong (XS) untuk tekanan yang lebih tinggi. Dan selanjutnya pipa untuk
keperluan tekanan yang lebih tinggi lagi dikenal Double Extra Strong (XXS).
11
2.3.2 Sambungan
berfungsi menyambung sebuah pipa dengan pipa yang lain untuk keperluan
serta besarnya tekanan. Untuk pipa dengan tekanan rendah dan diameter
Dari kedua kelompok jenis sambungan di atas, sambungan pipa masih dibagi
dengan pipa, sehingga menghasilkan percabangan pipa lebih dari satu. Gambar
2. Elbow (belokan)
yang lain, untuk mengubah arah pipa dalam sudut tertentu. Kebanyakan sudut
yang digunakan adalah sebesar 900, namun terdapat juga elbow dengan sudut
3. Cross
Cross adalah sambungan antar satu pipa dengan pipa yang lain
dimensi Cross.
4. Reducer
sebuah pipa dengan pipa yang berdiameter lebih kecil, seperti yang ditampilkan
pada Gambar 2.5. Hal ini bertujuan mengubah kecepatan aliran fluida yang
mengalir dalam pipa menjadi lebih tinggi dengan memanfaatkan penyempitan luas
penampang pipa.
Pipa yang digunakan dalam analisis ini adalah pipa dengan bahan AISI
P Do
t 2(SE PY .......................................................................................(2.2)
)
Keterangan :
t = ketebalan pipa ( in )
Tabel 2.1. Harga koefisien Y untuk t < d/6 (Sam Kannappan, 1996)
Temperature, oC (oF)
Y= atau ; Y =.......................................................(2.3)
Keterangan :
din = Do – 2t…..................................................................................(2.4)
Dari din yang sudah diketahui maka dapat pula menentukan luas penampang pipa.
dilakukan dengan cara pemasangan tee 900 kemudian di las dengan pipa saluran
dengan penambahan flanges pada setiap ujung tee, adapun hal yang perlu
pecah (burst pressure) hal ini bertujuan untuk menentukan kualitas bahan dari
Keterangan gambar :
t = - mill tolerance
= Db – 2.tbs............................................................................. (2.5)
: d2 = d1
atau ;
d2 = ( b – c) + ( h – c) +....................................................................(2.6)
dengan batasan d2 ≤
dh keterangan :
ths = h – th – c...................................................................................(2.7.a)
tbs = b – tb – c...................................................................................(2.7.b)
atau ;
A1 = th.d1...........................................................................................(2.9.a)
A1 = th.d1 (2 – sinβ)........................................................................(2.9.b)
A3 = 2.L4.tbs ....................................................................................(2.11.a)
............................................................................... (2.11.b)
Percabangan pipa dengan lubang pipa utama dinyatakan kuat jika jumlah
luas lebih pipa cabang (A2+A3+A4) nilainya lebih besar atau sama dengan nilai
luas luas pipa utama yang hilang (A 1). Namun, jika jumlah luas lebih pipa
cabang (A2+A3+A4) nilainya lebih kecil dari nilai luas lebih pipa utama (A 1),
maka sambungan perlu plat penguat jumlah luas lebih pipa cabang (A2+A3+A4)
nilainya menjadi lebih besar atau sama dengan nilai luas lebih pipa utama (A1)
mengetahui apakah fluida masih dalam wujud cair atau sudah berubah menjadi
wujud yang lain. Sistem perpipaan hidran mengalirkan air dengan kecepatan
fluida yang bervariasi menurut besar kecilnya diameter pipa yang dilewati, hal
ini mempengaruhi pola aliran dalam pipa. Penentuan pola aliran dalam pipa
...............................................................................
(2.12)
Re = Bilangan Reynold
bergantung dari kekasaran pipa dan kehalusan aliran. Jangkau transisi yang
2000 ≤ Re ≤ 4000
panas QH yang akan diberikan kepada sistem dikurangi dengan kerja W yang
dilakukan oleh sistem hanya bergantung pada keadaan awal serta keadaan akhir
pada lintasan keadaan awal ke keadaan akhir, harus merupakan suatu sifat
sistem. Sifat ini disebut energi dalam E, dapat dilihat pada Persamaan 2.13
QH – W = E2 – E1.............................................................................. (2.13)
Jika tidak ada efek eksternal ke sistem, maka energi intern e suatu fluida
murni adalah jumlah energi potensial, energi kinetik dan energi intrinsik dapat
.................................................................................(2.14)
pada aliran fluida sepanjang garis arus dengan menggunakan Hukum Newton II
tentang gerak. Persamaan energi disebut juga dengan persamaan Euler. Persamaan
Persamaan energi tersebut dapat dijabarkan pada Persamaan 2.15 (Peter Eka
Rosadi, 2004) :
= konstanta................................................................(2.15)
Keterangan :
= energi tekanan
= energi kinetik
z = energi
potensial
Konstanta merupakan tinggi energi total yaitu jumlah dari tinggi tempat
(Z), tinggi tekanan ( ) dan tinggi kecepatan ( ) yang berbeda dari garis arus
yang satu ke garis arus lainnya, sehingga persamaan ini hanya berlaku untuk
titik- titik pada suatu garis lurus. Apabila terdapat dua titik pengamatan, maka
persamaan energi dapat dilihat pada Persamaan 2.16 (Peter Eka Rosadi, 2004)
21
..............................................................(2.16)
tidak berubah dari satu garis aliran ke garis aliran lainnya dan titik 1
b. Dalam suatu aliran gas, seperti sistem ventilasi, dimana ada perubahan
mutlak, maka gas tersebut dapat dianggap tak mampu mampat dengan
nyatanya.
22
baik antar partikel itu sendiri mapun antar partikel fluida dengan batas dinding
persamaan Bernoulli.
saluran fluida yang sangat panjang akan menyababkan kehilangan primer jauh
(tinggi tekan) fluida. Karena adanya head losses (HL), head pump (Hp) dan head
motor (Hm) maka persamaan Bernoulli dapat dilihat pada Persamaan 2.17
.........................(2.17)
Head pompa dapat dicari dengan Persamaan 2.18 (Anthony Esposito, 1994) :
.......................................................................................(2.18)
Keterangan :
HL = Head Losses
Hp = Head pump
Hm = Head motor
Q = Aliran
pompa
Sg = Specific grafity fluida
23
Head Losses akibat kehilangan gesekan dapat dicari dengan Persamaan 2.19a
.......................................................................(2.19a)
laminar, tetapi tidak ada hubungan matematis yang sederhana untuk variasi f
sebelah dalam pipa mempengaruhi juga harga f). Nilai f dapat dicari dengan
..........................................................................................( 2.19b)
Dari persamaan 2.19a dan 2.19b, Head Losses (HL) dapat dicari dengan
..........................................................................(2.20)
Untuk HL pada valves dan sambungan dapat dicari dengan Persamaan 2.21
...........................................................................................(2.21)
24
Keterangan :
f = Faktor gesekan
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter dalam pipa (m)
v = Kecepatan rata – rata fluida
(m/sec) g = Percepatan gravitasi
(m/sec )2
k = Konstanta
Untuk harga k masing-masing valves dan sambungan dapat dilihat pada Tabel 2.2
Gambar 2.8 sampai 2.10 menunjukan beberapa Gambar model dari valve
2. Defleksi vertical
3. Frekuensi pribadi
Penentuan jarak antar tumpuan yang diijinkan, dipilih harga terkecil dari
persamaan berikut :
26
Akibat tegangan
……………………………………………………..(2.22)
Akibat defleksi
……………………………………………………….(2.23)
Akibat tegangan
………………………………………………………(2.24)
Akibat defleksi
……………………………………………………….(2.25)
Keterangan :
(psi)
LANGKAH PERANCANGAN
digunakan.
dimensinya.
Spesifikasi konstruksi dan alat yang digunakan untuk rancang ulang sistem
diantaranya :
27
28
Perpipaan
sebagai berikut :
- Pipa besar dengan diameter nominal 6 in, schedule 40, dan tebal (t)
- Pipa sedang dengan diameter nominal 4 in, schedule 40, dan tebal
- Pipa kecil1 dengan diameter nominal 2,5 in schedule 40, dan tebal
- Pipa kecil2 dengan diameter nominal 1,5 in schedule 40, dan tebal
percabangan .
dari bahan pipa Carbon Steel, dengan melihat Tabel 3.1 (Joseph
E. Shigley, 1984).
sistem penomoran empat sampai lima digit di mana dua atau tiga
- Pompa Jockey
Head (H) = 90 m
Daya (P) = 5
KW
Head (H) = 75 m
Daya (P) = 30
KW
- Hydrophore
PERHITUNGAN PERANCANGAN
dengan tegangan tarik yang diijinkan (SE) sebesar 20000 psi. Tekanan dalam pipa
(P) dengan melihat unjuk kerja pompa utama hidran saat beroperasi yaitu
sebesar 7,2 kg/cm2 =102,4 Psi. Suhu fluida kerja saat beroperasi sebesar 30 oC (T =
86oF). Harga koefisien Y berdasarkan suhu fluida kerja tersebut dengan melihat
Tabel
Diameter pipa komersial (d) dapat dicari dengan melihat diameter luar
pipa (Do) pada Tabel 2 lampiran. Sehingga tebal pipa (t) dapat dicari dengan
Persamaan 2.2 kemudian ditinjau kembali dengan melihat nilai yang mendekati
ketebalan pipa komersial dari table 2 lampiran. Hasil perhitungan tebal pipa
a. Untuk diameter 6,00 inch memiliki diameter luar 6,625 inch, maka
P Do
t 2(SE PY )
102,4 6,625
2(2000) (102,4 0,4))
= 0,016 in
31
b. Untuk diameter 4,00 in yang memiliki diameter luar 4,500, maka tebal
P Do
t 2(SE PY )
102,4 4,500
2(20000 (102,4 0,4))
= 0,011 in
c. Untuk diameter 2,50 in yang memiliki diameter luar 2,875, maka tebal
P Do
t 2(SE PY )
102,4 2,875
2(20000 (102,4 0,4))
= 0,007 in
d. Untuk diameter 1,50 in yang memiliki diameter luar 1,900, maka tebal
P Do
t 2(SE PY )
mengatasi tekanan sebesar 102,4 psi cukup menggunakan pipa dengan schedule
5S. Namun demikian, pipa yang terpasang menggunakan pipa dengaan schedule
Tekanan
Diameter Diameter Tebal nominal pipa
nominal pipa luar pipa t
schedule P
d Do (in)
(psi)
6,0 in 6,625 in 0,280
Standard 1749,73
4,0 in 4,500 in 0,237
Standard 2199,33
2,5 in 2,875 in 0,203
Standard 2993,44
1,5 in 1,900 in 0,145
Standard 3251,12
Perlu dihitung angka keamanan pada pipa, agar dapat mengetahui tingkat
yang mampu diatasi oleh pipa dengan tekanan kerja maksimum. Hasil
perhitungan angka keamanan pada masing-masing pipa ditampilkan pada Tabel
4.2.
Tekanan
Diameter Diameter Tekanan Kerja
nominal pipa luar pipa P Angka
P
d Do (psi) Keamanan
(psi)
6,0 in 6,625 in 4378,99 102,4 17,08
4,0 in 4,500 in 5456,79 102,4 21,48
2,5 in 2,875 in 7315,77 102,4 29,23
1,5 in 1,900 in 7634,43 102,4 31,75
Pola aliran dalam pipa dipengaruhi oleh besar kecilnya diameter pipa
kecepatan fluida yang bervariasi. Untuk menentukan pola aliran dalam pipa,
Diameter pipa yang dilewati fluida dari sistem pompa hidran hingga
= 6,625 – 2. 0,280
= 6,065 in = 0,154 m
= 4,500 – 2. 0,237
= 4,026 in = 0,102 m
= 2,375 – 2. 0,203
= 2,469 in = 0,063 m
= 1,900 – 2. 0,145
= 1,620 in = 0,041 m
Debit aliran pompa utama hidran (Q), 50 m 3/jam = 0,01389 m3/s dengan
berat jenis fluida (ρ) dilihat dari suhu fluida kerja 30 oC dari Tabel 1 Lampiran
didapat 1000 kg/m3 dan viskositas dinamik (µ) sebesar 7,65 x 10-4 kg/m.s.
Kecepatan aliran fluida yang melalui masing-masing pipa dapat
Dari hasil hitungan diketahui bahwa fluida masih dalam keadaan cair.
nosel melewati beberapa jenis dimensi pipa, sambungan, dan valve seperti yang
lantai :
c. Pipa 2,5 in sepanjang 4,54 meter. 0,54 meter untuk keluaran nosel, 4 meter
2 buah.
Sehingga Head Losses (HL) pada setiap lantai dapat dihitung dengan
persamaan 2.20 untuk rugi-rugi dalam pipa dan Persamaan 2.21 untuk rugi-rugi
karena sambungan dan valve. Hasil hitungannya dapat dilihat dalam Tabel 4.4.
hidrophore, dan Z2 adalah nilai head ketinggian pipa dari lantai dasar ke masing
– masing nosel, maka head ketinggian pipa masing – masing lantai dapat di
v2
lantai (Z1-Z2)
m/s
lantai 1 -0,03 73,39 m 0 35,9
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa kecepatan aliran air pada lantai 1
Dharma dari permukaan tanah hingga mencapai puncak adalah 20,35 meter, dari
lantai dua hingga mencapai puncak adalah 15,57 meter, dari lantai tiga hingga
mencapai puncak adalah 11,32 meter, dari lantai empat hingga mencapai puncak
nosel sebesar 60o dari permukaan tanah menggunakan nosel standard yang telah
............................................................................................ (4.1)
....................................................................................... (4.2)
Keterangan :
dibutuhkan adalah ;
diketahui terlebih dahulu berapa nosel yang dapat digunakan. Hal ini untuk
A = π.r2
A = 3,14.
(0,008)2 A =
2,01.10-4 m2
Debit aliran air pada setiap nosel dapat dicari dengan persamaan berikut :
Q = VA
Q = 23,07 x 2,01.10-4
Q = 4,64.10-3 m3/detik
= 16,7 m3/jam
Sehingga jumlah keran yang dapat dibuka dari lantai dasar ditinjau dari
boleh dibuka.
= jumlah keran yang boleh dibuka
= 2,99
Jadi jumlah maksimum keran yang dapat dibuka saat beroperasi adalah
sebanyak 2 keran.
dibuka pada masing – masing lantai setelah menerima rugi – rugi pipa (Head
keran
Jadi jumlah maksimum keran yang dapat dibuka pada masing – masing
lantai setelah menerima rugi – rugi pipa (Head Loss) saat beroperasi adalah
4.6 Percabangan
mengatasi adanya tekanan internal. Pada analisis sistem hidran terdapat tiga
Percabangan 2
Percabangan 1
Percabangan 3
menjadi :
menggunakan pipa 4 in
1. Percabangan 1
Sesuai Persamaan 2.2 dapat ditentukan tebal pipa utama (th) = 0,017 in
dan tebal pipa cabang (tb) = 0,011 in untuk mengatasi tekanan yang bekerja.
utama (ths) = 0,263 in dan tebal sisa pipa cabang (tbs) = 0,196 in.
Dari hasil perhitungan A1, A2, A3, luas pipa utama yang terbuang (A1) lebih kecil
dari jumlah luas lebih pipa utama (A 2) dan luas lebih pipa cabang (A3) sehingga
2. Percabangan 2
Sesuai Persamaan 2.2 dapat ditentukan tebal pipa utama (th) = 0,017 in
dan tebal pipa cabang (tb) = 0,007 in untuk mengatasi tekanan yang bekerja.
a. Persamaan 2.7 menentukan tebal sisa, diperoleh tebal sisa pipa utama
(ths) = 0,263 in dan tebal sisa pipa cabang (tbs) = 0,196 in.
Dari hasil perhitungan A1, A2, A3, luas pipa utama yang terbuang (A1) lebih kecil
dari jumlah luas lebih pipa utama (A 2) dan luas lebih pipa cabang (A3) sehingga
3. Percabangan 3
dan tebal pipa cabang (tb) = 0,005 in untuk mengatasi tekanan yang bekerja.
a. Persamaan 2.7 menentukan tebal sisa, diperoleh tebal sisa pipa utama
(ths) = 0,263 in dan tebal sisa pipa cabang (tbs) = 0,14 in.
sebesar 0,43in2
Dari hasil perhitungan A1, A2, A3, luas pipa utama yang terbuang (A1) lebih kecil
dari jumlah luas lebih pipa utama (A 2) dan luas lebih pipa cabang (A3) sehingga
penanaman pipa dalam tanah untuk pipa dalam keadaan horisontal. Pipa
beban pada permukaan pipa. Sehingga bangunan cor pada setiap lantai dapat
tegak lurus.
pipa Carbon Steel, dari kedua persamaan tersebut diambil jarak tumpuan yang
sejauh 46,46 ft (14,17 meter) dan untuk perhitungan jarak tumpuan akibat
defleksi diperoleh sejauh 33,08 ft (10,08 meter), sehingga jarak tumpuan yang
digunakan hanya sepanjang 2,5 meter, maka cukup ditumpu pada kedua
5.1 KESIMPULAN
sebagai berikut :
m3/jam maka untuk mencapai atap jumlah keran yang dapat dibuka
Esposito, A., 1993, Fluid Power With Aplication, Third Edition, Prentice-Hall,
Englewood Cliffs, NewJersey
Holman, J.P, 1994, Perpindahan Kalor, Edisi Enam, PT. Gelora Aksara Pratama.,
Penerbit Erlangga, Jakarta
Kanginan, M., 2002, Fisika Untuk SMA Kelas XI, Semester 1, PT. Gelora Aksara
Pratama., Penerbit Erlangga, Jakarta
Kannapan, S.P.E., 1996, Introduction To Pipe Stress Analysis, John Wiley & Sons,
New York
Shigley, J., Mitchell, L., Harahap, G., 1984, Perancangan Teknik Mesin, Jilid 1, PT.
Gelora Aksara Pratama, Penerbit Erlangga, Jakarta
vi
viii
60