DISUSUN OLEH:
Kelompok : 2 (dua)
Dosen Pembimbing : 1. Jusafwar, M.T.
2. Arifia Ekayuliana, S.T., M.T.
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami
nikmat sehat dan kelancaran dalam menyelesaikan modul “Alignment Coupling
Condensate Pump dan Fan Cooling Tower”. Laporan dibuat sebagai tanda bahwa kami
telah menyelesaikan tugas mata kuliah Inspeksi Pembangkit Thermal. Tugas yang
ditujukan untuk memperluas pengetahuan tentang alignment, coupling, macam-macam
metode pengukuran alignment, dan perhitungan alignment.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Jusafwar, M.T dan
Arifia Ekayuliana, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing mata kuliah Inspeksi Pembangkit
Thermal yang telah membimbing dalam mata kuliah Inspeksi Pembangkit Thermal ini.
Semoga dengan adanya modul ini dapat menjadi referensi di masa hadapan, dan juga
menambah ilmu pada mata kuliah Inspeksi Pembangkit Thermal, baik dalam analisa data
maupun metode pegukuran alignment. Selanjutnya kami pum memohon maaf apabila
adanya kekurangan-kekurangan pada modul ini, semoga kekurangan yang ada
kedepannya dapat disempurnakan.
Depok, 02 Oktober 2018
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Condensate Pump ..................................................................................................... 1
Gambar 2 Cooling Tower pada PT. DSS Power, Serang Tbk ..................................................... 3
Gambar 3 Coupling motor fan pada PT. DSS Power, Serang Tbk .............................................. 3
Gambar 4 Mengukur misalignment radial arah horizontal dengan mistar ................................... 5
Gambar 5 Mengukur misalignment radial arah vertikal dengan mistar ....................................... 5
Gambar 6 Mengukur misalignment aksial arah vertikal dengan filler/ tappered gauge ................ 6
Gambar 7 Mengukur misaligment aksial arah horizontal dengan filler/ tappered gauge .............. 6
Gambar 8 Mengukur misalignment aksial arah horizontal dengan dial gauge ............................. 7
Gambar 9 Mengukur misalignment aksial arah aksial dengan dial gauge ................................... 7
Gambar 10 Ilustrasi tampak pandangan depan penambahan Shim misaligment radial arah
vertikal ................................................................................................................................... 10
Gambar 11 Ilustrasi tampak pandangan atas pergeseran motor radial arah horizontal ............... 11
Gambar 12 Ilustrasi arah vertikal penambahan atau pengurangan shim .................................... 14
Gambar 13 Ilustrasi arah horizontal pergeseran motor ........................................................... 15
Gambar 14 Penulisan data untuk perhitungan misalignment radial fan cooling tower ............... 17
Gambar 15 Ilustrasi tampak pandangan depan pengurangan shim ............................................ 18
Gambar 16 Ilustrasi tampak pandangan atas pergeseran motor ke arah kanan .......................... 18
Gambar 17 Penulisan data untuk perhitungan misalignment aksial fan cooling tower .............. 20
Gambar 18 Ilustrasi arah vertikal pengurangan shim................................................................ 21
Gambar 19 Ilustrasi arah horizontal pergeseran motor ............................................................. 22
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengambilan data pengukuran misalignment radial fan cooling tower ......................... 16
Tabel 2 Pengambilan data pengukuran misalignment aksial fan cooling tower ......................... 19
v
BAB I PENDAHULUAN
Energi kinetik uap dimanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk
memutar sudu-sudu turbin uap yang kemudian energi mekanis tersebut akan
dikonversikan menjadi energi listrik. Uap dihasilkan dari proses pemanasan air yang
berupa air kondensat di boiler. Condensate adalah steam yang mengembun setelah
melewati proses dimana menjadi air pengisi boiler dengan tekanan rendah [1]. Komponen
penting sistem pengaliran air kondensat menuju boiler adalah pompa air kondensat
(condensate pump). Jenis pompa yang dipakai pompa sentrifugal dengan arah radial serta
umumnya terdapat dua buah pompa kondensat dalam sistem air kondensat dimana satu
pompa untuk operasi dan satu lainnya untuk stand-by tetapi pada PT. DSS terdapat 3 buah
pompa dimana satu untuk operasi, satu untuk stand-by dan satu lainnya untuk emergency.
Condensate pump digunakan untuk mengalirkan air dari hotwell atau yang lebih dikenal
dengan penampungan air hasil kondensasi uap menuju deaerator jika kualitas airnya
bagus atau recovery tank jika kualitas airnya buruk, untuk di treatment kembali sebelum
digunakan.
1
Sistem pendinginan air panas dari kondensor yang dilakukan pada cooling tower juga
besar peranannya untuk menurunkan suhu peralatan yang hanya menggunakan udara
untuk membuang panas. Cooling tower merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
menurunkan suhu aliran dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya
ke atmosofir dengan menggunakan proses penguapan dimana sebagian air diuapkan ke
aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir[2]. Sebagai akibatnya, air
yang tersisa didinginkan secara signifikan. Cooling tower banyak digunakan di industri
khususnya pada Pembangkit Tenaga Listrik (PLTU) untuk sistem pendinginan air.
Kinerja dari condensate pump dan cooling tower tentu harus selalu dijaga agar
pembangkit dapat terus beroperasi secara optimal, salah satu caranya yaitu dengan
melakukan pemeliharaan secara rutin. Pemeliharaan terhadap kedua komponen tersebut
perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kerugian yang menimbulkan permasalahan
pada rusaknya peralatan serta mengakibatkan sistem tidak berfungsi. Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan salah satunya yaitu melakukan alignment pada coupling
condensate pump dan alignment pada coupling motor fan cooling tower. Alignment
adalah kondisi dimana titik pusat antara dua poros yang dihubungkan terletak pada satu
sumbu[3]. Tujuan aligment untuk mendapatkan kelurusan/kesentrisan antara kedua poros
pemutar (driver) dan poros yang diputar (driven) hingga tidak menimbulkan gesekan,
getaran, dan lain-lain yang dapat memperpendek umur sebuah mesin yang tentunya akan
menambah biaya pengeluaran untuk perbaikan maupun penggantian mesin[4]. Proses
alignmet secara periodik diperlukan untuk menjaga keselarasan kedua poros agar tidak
menimbulkan kondisi yang abnormal dan kinerja pembangkit selalu dalam kondisi yang
optimal.
2
Gambar 2 Cooling Tower pada PT. DSS Power, Serang Tbk
Gambar 3 Coupling motor fan pada PT. DSS Power, Serang Tbk
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui metode
pengambilan data, cara pengukuran serta menganalisis perhitungan alignment pada
coupling motor condensate pump dan coupling motor fan cooling tower.
3
1.4 Batasan Masalah
Pada penulisan ini akan dibahas tentang alignment condensate pump dan coupling
motor fan cooling tower beserta cara pengukuran, metode dan perhitungan alignment
pada condensate pump dan coupling motor fan cooling tower.
4
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.2 Metode Dengan Menggunakan Feeler Gauge atau Tappered Gauge (untuk
ketidak sebarisan aksial)
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan tapered gauge atau feeler gauge
untuk mengukur gap / jarak anatara dua permukaan kopling dengan melakukan
pengukuran gap antara permukaan kopling pada posisi 0o, 90o, 180o dan 270o maka akan
5
didapat besarnya nilai misalignment aksial di lapangan sering ditemui penggunaan kode
A (aksial) diganti dengan F (Face)
Gambar 6 Mengukur misalignment aksial arah vertikal dengan filler/ tappered gauge
Gambar 7 Mengukur misaligment aksial arah horizontal dengan filler/ tappered gauge
2.3 Metode Dengan Menggunakan Dial Gauge (untuk ketidak sebarisan radial dan
aksial)
Melakukan alignment dengan menggunakan dial gauge / dial indicator akan memberikan
hasil yang jauh lebih teliti bila dibandingkan dengan menggunakan mistar, tapered gauge
maupun feeler gauge, karena bisa membaca tingkat ketelitian sampai 0,01 mm baik untuk
radial maupun aksial. Oleh karena tingkat ketelitian yang tinggi / presisi, maka metode
ini selalu digunakan dalam melakukan alignment mesin-mesin dengan daya besar dan
putaran tinggi. Dengan menggunakan dial gauge, maka sekaligus bisa diukur adanya
misalignment aksial dan radial.
6
Gambar 8 Mengukur misalignment aksial arah horizontal dengan dial gauge
7
BAB III
PERHITUNGAN DAN HASIL PERHITUNGAN
8
Data ketidak sebarisan yang telah diambil, ditulis diluar lingkaran bantu,
dalam satuan µ (mikron) dengan ketentuan sebagai berikut:
RT
RB
Gambar 1. Lingkaran Bantu
9
RT = 0
0
RR = - 42
RB = - 30
RL = +8
+8 -42
-30
Gambar 2. Lingkaran Bantu
0
Sisi pompa
Sisi motor
-30
𝑅𝑇−𝑅𝐵 0−(−30) 30
RV = = = = 15 µ
2 2 2
10
Rekomendasi yang diberikan, karna hasilnya (+) berarti perlu tambahan
shim pada motor setebal 15 µ
+8 Sisi pompa
Gambar 11 Ilustrasi tampak pandangan atas pergeseran motor radial arah horizontal
11
b. Dial indikator dipasang pada poros / kopling dari peralatan yang
disebariskan (motor) dan ujung dial indikator menyentuh sisi
permukaan kopling atau pada permukaan peralatan yang tidak
disebariskan (pompa)
c. Kopling / poros yang disebariskan (sisi motor) dan kopling yang tidak
disebariskan (sisi pompa) diputar bersama-sama secara perlahan-
lahan.
d. Titik atas (AT atau FT) dipakai sebagai referensi dengan
penyimpangan = 0 (nol)
e. Jika jam penunjuk pada dial indikator bergerak :
- Searah jarum jam : ujung dial ditekan, diberi nilai (+)
- Berlawanan jarum jam : ujung dial memanjang diberi nilai (-)
3. Penulisan Data
Data ketidak sebarisan yang telah diambil, ditulis diluar lingkaran bantu,
dalam satuan µ (mikron) dengan ketentuan sebagai berikut:
AT AT atau FT = nilai ketidak sebarisan Aksial sisi
Top (atas)
AL AR Right (kanan)
(𝐀𝐓−𝐀𝐁) (𝐀𝐓−𝐀𝐁)
AV1 = x L1 AV2 = x L2
𝐃 𝐃
12
2. Menghitung arah pergeseran motor
a. Sisi Depan (AH1) b. Sisi Belakang (AH2)
(𝐀𝐋−𝐀𝐑) (𝐀𝐋−𝐀𝐑)
AH1 = x L1 AH2 = x L2
𝐃 𝐃
AT = 0 D = 352 mm = 35200 µ
AR = + 28 L 1 = 115 mm = 11500 µ
L 2 = 725 mm = 72500 µ
AB = + 12
AL = - 16
-16
+ 28
+12
13
a. Menghitung penambahan atau pengurangan shim dengan rumus
Tambah shim
Sisi pompa
Sisi motor
L1 +12
L2
(𝐀𝐓−𝐀𝐁)
AV1 = x L1
𝐃
(𝟎−(+𝟏𝟐))
AV1 = x 11500
𝟑𝟓𝟐𝟎𝟎
AV1 = - 3,92 µ
Jadi, pada baut pondasi motor sisi depan ditambah shim setebal 3,92 µ
(𝐀𝐓−𝐀𝐁)
AV2 = x L2
𝐃
(𝟎−(+𝟏𝟐))
AV2 = x 72500
𝟑𝟓𝟐𝟎𝟎
14
(𝐀𝐓−𝐀𝐁)
AV2 = x L2
𝐃
AV2 = - 24,72 µ
Jadi, pada baut pondasi motor sisi belakang ditambah shim setebal 24,72 µ
+28
Sisi motor
Sisi pompa
Arah pergeseran
-16
L1
L2
(𝐀𝐋−𝐀𝐑)
AH1 = x L1
𝐃
(−𝟏𝟔−𝟐𝟖)
AH1 = x 11500
𝟑𝟓𝟐𝟎𝟎
AH1 = - 14,38 µ
15
Jadi, pada baut pondasi motor sisi depan digerser ke arah kiri sejauh 14,38
µ
(𝐀𝐋−𝐀𝐑)
AH2 = x L2
𝐃
(−𝟏𝟔−𝟐𝟖)
AH2 = x 72500
𝟑𝟓𝟐𝟎𝟎
AH2 = - 90,62 µ
Jadi, pada baut pondasi motor sisi belakang digerser ke arah kiri sejauh
90,62 µ
Data Hasil
No.
Pengukuran Pengukuran
1. RT 0
2. RR +40
3. RB +60
4. RL -10
Untuk penambahan/pengurangan shim dilakukan perhitungan sebagai berikut :
16
Gambar 14 Penulisan data untuk perhitungan misalignment radial fan cooling tower
𝑅𝑇−𝑅𝐵 0−(+60)
RV = = = -30μ
2 2
RV menunjukkan hasil (-) berarti shim pada motor harus dikurangi sebesar -30μ.
𝑅𝐿−𝑅𝑅 (−10)−40)
RH = = = -25μ
2 2
17
Gambar 15 Ilustrasi tampak pandangan depan pengurangan shim
18
3.4. Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Fan Cooling
Tower Aksial
Data Hasil
No.
Pengukuran Pengukuran
1. AT 0
2. AR -30
3. AB -10
4. AL +10
5. D 228 mm
6. L1 245 mm
7. L2 850 mm
19
Gambar 17 Penulisan data untuk perhitungan misalignment aksial fan cooling tower
Jadi, baut pada pondasi motor sisi depan dilakukan pengurangan shim setebal 10,75μ
Jadi, baut pada pondasi motor sisi belakang dilakukan pengurangan shim setebal 37,28μ
20
Gambar 18 Ilustrasi arah vertikal pengurangan shim
(AL−AR)×L1 (10−(−30))×24500
AH1 = = = 42,98μ
𝐷 22800
Jadi pada baut pondasi motor sisi depan digeser ke arah kiri sejauh 42,98μ.
(AL−AR)×L2 (10−(−30))×85000
AH2 = = = 149,12μ
𝐷 22800
Jadi, pada baut pondasi motor sisi belakang digeser ke arah kiri sejauh 149,12μ.
21
Gambar 19 Ilustrasi arah horizontal pergeseran motor
22
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Metode pengukuran alignment terdapat tiga macam yaitu, pengukuran menggunakan mistar
dilakukan pengukuran pada beberapa posisi 0o, 90o, 180o dan 270o, filler atau tapered gauge
dengan cara memasukkan plat filler/tappered gauge tersebut ke dalam celah kopling, dan dial
gauge yang memberikan hasil yang jauh lebih teliti bila dibandingkan dengan menggunakan
mistar, tapered gauge maupun feeler gauge, karena bisa membaca tingkat ketelitian sampai
0,01 mm baik untuk radial maupun aksial.
2. Penyebab terjadinya misalignment antara lain Kesalahan pada saat pemasangan, sumbu
bantalan tidak berimpit dengan sumbu poros, sumbu poros / kopling tidak sebaris. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan Kopling menjadi panas dan aus, poros retak, bearing rusak,
material fatigue,dan juga dapat menyebabkan vibrasi.
3. Apabila terjadi misalignment maka perlu dilakukan aligment dengan rekomendasi
penambahan atau pengurangan shim serta pergeseran motor ke kiri atau ke kanan.
4.2. Saran
1. Melakukan pemeriksaan vibrasi secara rutin karena vibrasi merupakan salah satu akibat yang
dapat ditimbulkan dari terjadinya misalignment.
2. Menjadwalkan alignment secara periodik maupun based on conditions untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada komponen tersebut dan komponen sekitarnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
[1] E. Jamilah, Y. H. Yadi, and A. Umyati, "Identifikasi Potensi Bahaya Dengan Metode Hazard And
Operability Study (HAZOP) Di Area Boiler PT. XYZ," 2015.
[2] S. H. P., "ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT," Jurnal
Teknik Mesin (JTM), vol. 06, p. 1, 2017.
[3] A. ULFIANA, "Analisis Pengaruh Misalignment terhadap Vibrasi dan Kinerja
Motor Induksi," MAGISTER, FISIKA INSTRUMENTASI, UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK, 2010.
[4] A. I. Tauvana, "ALIGNMENT COUPLING DENGAN METODE DOUBLE DIAL INDICATOR RIM AND
FACE," 2018.
24