Anda di halaman 1dari 29

MODUL

ALIGNMENT COUPLING CONDENSATE PUMP DAN FAN COOLING TOWER

DISUSUN OLEH:

1. Destri Rachma Rubania NIM.4215020017


2. Feriyanto Mandilla NIM.4215020019
3. Hibatullah Anis Aprianto NIM.4215020007
4. M. Ali Susanto NIM.4215020009
5. Muhammad Fadli NIM.4215020012
6. Nurul Auliya NIM.4215020026
7. Rachmad Hariadi NIM.4215020015

Kelompok : 2 (dua)
Dosen Pembimbing : 1. Jusafwar, M.T.
2. Arifia Ekayuliana, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami
nikmat sehat dan kelancaran dalam menyelesaikan modul “Alignment Coupling
Condensate Pump dan Fan Cooling Tower”. Laporan dibuat sebagai tanda bahwa kami
telah menyelesaikan tugas mata kuliah Inspeksi Pembangkit Thermal. Tugas yang
ditujukan untuk memperluas pengetahuan tentang alignment, coupling, macam-macam
metode pengukuran alignment, dan perhitungan alignment.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Jusafwar, M.T dan
Arifia Ekayuliana, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing mata kuliah Inspeksi Pembangkit
Thermal yang telah membimbing dalam mata kuliah Inspeksi Pembangkit Thermal ini.

Semoga dengan adanya modul ini dapat menjadi referensi di masa hadapan, dan juga
menambah ilmu pada mata kuliah Inspeksi Pembangkit Thermal, baik dalam analisa data
maupun metode pegukuran alignment. Selanjutnya kami pum memohon maaf apabila
adanya kekurangan-kekurangan pada modul ini, semoga kekurangan yang ada
kedepannya dapat disempurnakan.
Depok, 02 Oktober 2018

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 3
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................................. 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................................. 4
BAB II METODE PELAKSANAAN ................................................................................................. 5
2.1. Metode Dengan Menggunakan Mistar (untuk ketidak sebarisan radial).......................... 5
2.2 Metode Dengan Menggunakan Feeler Gauge atau Tappered Gauge (untuk ketidak
sebarisan aksial) .................................................................................................................... 5
2.3 Metode Dengan Menggunakan Dial Gauge (untuk ketidak sebarisan radial dan aksial) .... 6
3.1 Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Condesate Pump
Radial .................................................................................................................................... 8
3.1.1 Perhitungan Besarnya Penambahan Atau Pengurangan Shim maupun Penggeseran
Motor Kearah Kiri atau Kanan ........................................................................................... 9
3.2 Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Condesate Pump
Aksial .................................................................................................................................. 11
3.2.1. Perhitungan Besarnya Penambahan Atau Pengurangan Shim maupun Penggeseran
Motor Kearah Kiri atau Kanan ......................................................................................... 12
3.3. Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Fan Cooling Tower
Radial .................................................................................................................................. 16
3.3.1. Perhitungan Ketidakbarisan Radial......................................................................... 16
3.4. Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Fan Cooling Tower
Aksial .................................................................................................................................. 19
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 23
4.1. Kesimpulan................................................................................................................... 23
4.2. Saran ............................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Condensate Pump ..................................................................................................... 1
Gambar 2 Cooling Tower pada PT. DSS Power, Serang Tbk ..................................................... 3
Gambar 3 Coupling motor fan pada PT. DSS Power, Serang Tbk .............................................. 3
Gambar 4 Mengukur misalignment radial arah horizontal dengan mistar ................................... 5
Gambar 5 Mengukur misalignment radial arah vertikal dengan mistar ....................................... 5
Gambar 6 Mengukur misalignment aksial arah vertikal dengan filler/ tappered gauge ................ 6
Gambar 7 Mengukur misaligment aksial arah horizontal dengan filler/ tappered gauge .............. 6
Gambar 8 Mengukur misalignment aksial arah horizontal dengan dial gauge ............................. 7
Gambar 9 Mengukur misalignment aksial arah aksial dengan dial gauge ................................... 7
Gambar 10 Ilustrasi tampak pandangan depan penambahan Shim misaligment radial arah
vertikal ................................................................................................................................... 10
Gambar 11 Ilustrasi tampak pandangan atas pergeseran motor radial arah horizontal ............... 11
Gambar 12 Ilustrasi arah vertikal penambahan atau pengurangan shim .................................... 14
Gambar 13 Ilustrasi arah horizontal pergeseran motor ........................................................... 15
Gambar 14 Penulisan data untuk perhitungan misalignment radial fan cooling tower ............... 17
Gambar 15 Ilustrasi tampak pandangan depan pengurangan shim ............................................ 18
Gambar 16 Ilustrasi tampak pandangan atas pergeseran motor ke arah kanan .......................... 18
Gambar 17 Penulisan data untuk perhitungan misalignment aksial fan cooling tower .............. 20
Gambar 18 Ilustrasi arah vertikal pengurangan shim................................................................ 21
Gambar 19 Ilustrasi arah horizontal pergeseran motor ............................................................. 22

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengambilan data pengukuran misalignment radial fan cooling tower ......................... 16
Tabel 2 Pengambilan data pengukuran misalignment aksial fan cooling tower ......................... 19

v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi kinetik uap dimanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk
memutar sudu-sudu turbin uap yang kemudian energi mekanis tersebut akan
dikonversikan menjadi energi listrik. Uap dihasilkan dari proses pemanasan air yang
berupa air kondensat di boiler. Condensate adalah steam yang mengembun setelah
melewati proses dimana menjadi air pengisi boiler dengan tekanan rendah [1]. Komponen
penting sistem pengaliran air kondensat menuju boiler adalah pompa air kondensat
(condensate pump). Jenis pompa yang dipakai pompa sentrifugal dengan arah radial serta
umumnya terdapat dua buah pompa kondensat dalam sistem air kondensat dimana satu
pompa untuk operasi dan satu lainnya untuk stand-by tetapi pada PT. DSS terdapat 3 buah
pompa dimana satu untuk operasi, satu untuk stand-by dan satu lainnya untuk emergency.
Condensate pump digunakan untuk mengalirkan air dari hotwell atau yang lebih dikenal
dengan penampungan air hasil kondensasi uap menuju deaerator jika kualitas airnya
bagus atau recovery tank jika kualitas airnya buruk, untuk di treatment kembali sebelum
digunakan.

Gambar 1 Condensate Pump

1
Sistem pendinginan air panas dari kondensor yang dilakukan pada cooling tower juga
besar peranannya untuk menurunkan suhu peralatan yang hanya menggunakan udara
untuk membuang panas. Cooling tower merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
menurunkan suhu aliran dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya
ke atmosofir dengan menggunakan proses penguapan dimana sebagian air diuapkan ke
aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir[2]. Sebagai akibatnya, air
yang tersisa didinginkan secara signifikan. Cooling tower banyak digunakan di industri
khususnya pada Pembangkit Tenaga Listrik (PLTU) untuk sistem pendinginan air.

Kinerja dari condensate pump dan cooling tower tentu harus selalu dijaga agar
pembangkit dapat terus beroperasi secara optimal, salah satu caranya yaitu dengan
melakukan pemeliharaan secara rutin. Pemeliharaan terhadap kedua komponen tersebut
perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kerugian yang menimbulkan permasalahan
pada rusaknya peralatan serta mengakibatkan sistem tidak berfungsi. Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan salah satunya yaitu melakukan alignment pada coupling
condensate pump dan alignment pada coupling motor fan cooling tower. Alignment
adalah kondisi dimana titik pusat antara dua poros yang dihubungkan terletak pada satu
sumbu[3]. Tujuan aligment untuk mendapatkan kelurusan/kesentrisan antara kedua poros
pemutar (driver) dan poros yang diputar (driven) hingga tidak menimbulkan gesekan,
getaran, dan lain-lain yang dapat memperpendek umur sebuah mesin yang tentunya akan
menambah biaya pengeluaran untuk perbaikan maupun penggantian mesin[4]. Proses
alignmet secara periodik diperlukan untuk menjaga keselarasan kedua poros agar tidak
menimbulkan kondisi yang abnormal dan kinerja pembangkit selalu dalam kondisi yang
optimal.

2
Gambar 2 Cooling Tower pada PT. DSS Power, Serang Tbk

Gambar 3 Coupling motor fan pada PT. DSS Power, Serang Tbk

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui metode
pengambilan data, cara pengukuran serta menganalisis perhitungan alignment pada
coupling motor condensate pump dan coupling motor fan cooling tower.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penulisan ini adalah condensate pump dan cooling tower pada PT.
Dian Swastatika Sentosa, Serang Plant Tbk.

3
1.4 Batasan Masalah
Pada penulisan ini akan dibahas tentang alignment condensate pump dan coupling
motor fan cooling tower beserta cara pengukuran, metode dan perhitungan alignment
pada condensate pump dan coupling motor fan cooling tower.

4
BAB II METODE PELAKSANAAN

2.1. Metode Dengan Menggunakan Mistar (untuk ketidak sebarisan radial)


Cara ini sangat sederhana sekali yaitu dengan menggunakan mistar / penggaris
yang rata ditempelkan pada keliling luar dari kopling. Dengan melakukan pengambilan
data pada empat tempat yaitu pada posisi 0 o, 90o, 180o dan 270o maka akan didapat
besarnya nilai misalignment radial arah vertikal dan horisontal. Nilai misalignment radial
diberi kode R (radial)

Gambar 4 Mengukur misalignment radial arah horizontal dengan mistar

Gambar 5 Mengukur misalignment radial arah vertikal dengan mistar

2.2 Metode Dengan Menggunakan Feeler Gauge atau Tappered Gauge (untuk
ketidak sebarisan aksial)
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan tapered gauge atau feeler gauge
untuk mengukur gap / jarak anatara dua permukaan kopling dengan melakukan
pengukuran gap antara permukaan kopling pada posisi 0o, 90o, 180o dan 270o maka akan

5
didapat besarnya nilai misalignment aksial di lapangan sering ditemui penggunaan kode
A (aksial) diganti dengan F (Face)

Gambar 6 Mengukur misalignment aksial arah vertikal dengan filler/ tappered gauge

Gambar 7 Mengukur misaligment aksial arah horizontal dengan filler/ tappered gauge

2.3 Metode Dengan Menggunakan Dial Gauge (untuk ketidak sebarisan radial dan
aksial)
Melakukan alignment dengan menggunakan dial gauge / dial indicator akan memberikan
hasil yang jauh lebih teliti bila dibandingkan dengan menggunakan mistar, tapered gauge
maupun feeler gauge, karena bisa membaca tingkat ketelitian sampai 0,01 mm baik untuk
radial maupun aksial. Oleh karena tingkat ketelitian yang tinggi / presisi, maka metode
ini selalu digunakan dalam melakukan alignment mesin-mesin dengan daya besar dan
putaran tinggi. Dengan menggunakan dial gauge, maka sekaligus bisa diukur adanya
misalignment aksial dan radial.

6
Gambar 8 Mengukur misalignment aksial arah horizontal dengan dial gauge

Gambar 9 Mengukur misalignment aksial arah aksial dengan dial gauge

7
BAB III
PERHITUNGAN DAN HASIL PERHITUNGAN

3.1 Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment)


Condesate Pump Radial
1. Arah Pandang
Arah pandang adalah dari sisi peralatan yang tidak disebariskan / tetap. Pada
kasus ini condesate pump menghadap ke peralatan yang disebariskan (motor).
2. Pengambilan Data
a. Pengambilan data dilakukan pada setiap posisi 90 o lingkaran kopling
dengan referensi titik atas (RT) = 0o
b. Dial indikator dipasang pada poros / kopling dari peralatan yang
disebariskan (motor) dan ujung dial indikator menyentuh permukaan
keliling luar kopling peralatan yang tidak sebariskan (pompa)
c. Kopling yang disebariskan (sisi motor) dan kopling yang tidak
disebariskan (sisi pompa) diputar bersama-sama secara perlahan-
lahan.
d. Titik atas (RT) dipakai sebagai referensi dengan penyimpangan = 0
(nol)
e. Jika jam penunjuk pada dial indikator bergerak :
- Searah jarum jam : ujung dial ditekan, diberi nilai (+)
- Berlawanan jarum jam : ujung dial memanjang diberi nilai (-)
3. Penulisan Data

8
Data ketidak sebarisan yang telah diambil, ditulis diluar lingkaran bantu,
dalam satuan µ (mikron) dengan ketentuan sebagai berikut:
RT

RT = nilai ketidak sebarisan Radial sisi Top

RR = nilai ketidak sebarisan Radial sisi Right


RL RR
RB = nilai ketidak sebarisan Radial sisi Bottom

RL = nilai ketidak sebarisan Radial sisi Left

RB
Gambar 1. Lingkaran Bantu

3.1.1 Perhitungan Besarnya Penambahan Atau Pengurangan Shim maupun


Penggeseran Motor Kearah Kiri atau Kanan
1. Menghitung misalignment radial arah vertikal (RV). Dapat dihitung dengan
rumus :  Jika RV hasilnya (+) berarti perlu tambah shim
pada motor
𝐑𝐓−𝐑𝐁
RV =  Jika RV hasilnya (-) berarti perlu dikurangi shim
𝟐 pada motor

2. Menghitung misalignment radial arah horizontal (RH). Dapat dihitung


dengan rumus :
 Jika RH hasilnya (+) berarti motor perlu digeser
𝐑𝐋−𝐑𝐑
RH = ke arah kiri
𝟐
 Jika RV hasilnya (-) berarti motor perlu digeser
ke arah kanan

Didapatkan nilai pengukuran pada condesate pump sebagai berikut :

9
RT = 0
0
RR = - 42
RB = - 30
RL = +8
+8 -42

-30
Gambar 2. Lingkaran Bantu

Selanjutnya dari data pengukuran dapat dihitung :

0
Sisi pompa

Sisi motor

-30

Tambah shim setebal 15 µ

a. Misalignment radial arah vertikal dengan rumus


Gambar 10 Ilustrasi tampak pandangan depan penambahan Shim misaligment radial arah vertikal

𝑅𝑇−𝑅𝐵 0−(−30) 30
RV = = = = 15 µ
2 2 2

10
Rekomendasi yang diberikan, karna hasilnya (+) berarti perlu tambahan
shim pada motor setebal 15 µ

b. Misalignment radial arah horizontal dengan rumus


𝑅𝐿−𝑅𝑅 +8−(−42) 50
RH = = = = 25 µ
2 2 2

Sisi motor -42

+8 Sisi pompa

Arah pergeseran sejauh 25µ

Gambar 11 Ilustrasi tampak pandangan atas pergeseran motor radial arah horizontal

Rekomendasi yang diberikan, karna hasilnya (+) berarti motor perlu


digeser ke arah kiri sejauh 25 µ

3.2 Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment)


Condesate Pump Aksial
1. Arah Pandang
Arah pandang adalah dari sisi peralatan yang tidak disebariskan / tetap. Pada
kasus ini condesate pump menghadap ke peralatan yang disebariskan (motor).
2. Pengambilan Data
a. Pengambilan data dilakukan pada setiap posisi 90 o lingkaran kopling
dengan referensi titik atas (AT atau FT) = 0o

11
b. Dial indikator dipasang pada poros / kopling dari peralatan yang
disebariskan (motor) dan ujung dial indikator menyentuh sisi
permukaan kopling atau pada permukaan peralatan yang tidak
disebariskan (pompa)
c. Kopling / poros yang disebariskan (sisi motor) dan kopling yang tidak
disebariskan (sisi pompa) diputar bersama-sama secara perlahan-
lahan.
d. Titik atas (AT atau FT) dipakai sebagai referensi dengan
penyimpangan = 0 (nol)
e. Jika jam penunjuk pada dial indikator bergerak :
- Searah jarum jam : ujung dial ditekan, diberi nilai (+)
- Berlawanan jarum jam : ujung dial memanjang diberi nilai (-)
3. Penulisan Data
Data ketidak sebarisan yang telah diambil, ditulis diluar lingkaran bantu,
dalam satuan µ (mikron) dengan ketentuan sebagai berikut:
AT AT atau FT = nilai ketidak sebarisan Aksial sisi
Top (atas)

AR atau FR = nilai ketidak sebarisan Aksial sisi

AL AR Right (kanan)

AB atau FB = nilai ketidak sebarisan Aksial sisi


Bottom (bawah)

AB AL atau FL = nilai ketidak sebarisan Aksial sisi


Gambar 5. Lingkaran Bantu Left (kiri)

3.2.1. Perhitungan Besarnya Penambahan Atau Pengurangan Shim maupun


Penggeseran Motor Kearah Kiri atau Kanan
1. Menghitung penambahan atau pengurangan shim.
a. Sisi Depan (AV1) b. Sisi Belakang (AV2)

(𝐀𝐓−𝐀𝐁) (𝐀𝐓−𝐀𝐁)
AV1 = x L1 AV2 = x L2
𝐃 𝐃

12
2. Menghitung arah pergeseran motor
a. Sisi Depan (AH1) b. Sisi Belakang (AH2)

(𝐀𝐋−𝐀𝐑) (𝐀𝐋−𝐀𝐑)
AH1 = x L1 AH2 = x L2
𝐃 𝐃

 L1 = jarak antara baut pondasi motor sisi depan terhadap permukaan


kopling pompa
 L2 = jarak antara baut pondasi motor sisi belakang terhadap
permukaan kopling pompa
 D = diameter
Dari pengukuran dengan titik sentuhdidapatkan
dial gauge ujung dial indicator
data-data pada condesate pump
sebagai berikut :

AT = 0 D = 352 mm = 35200 µ
AR = + 28 L 1 = 115 mm = 11500 µ
L 2 = 725 mm = 72500 µ
AB = + 12

AL = - 16

-16
+ 28

+12

Gambar 6. Penulisan Data

13
a. Menghitung penambahan atau pengurangan shim dengan rumus

Tambah shim

Sisi pompa
Sisi motor

L1 +12
L2

Gambar 12 Ilustrasi arah vertikal penambahan atau pengurangan shim

 Sisi Depan (AV1)

(𝐀𝐓−𝐀𝐁)
AV1 = x L1
𝐃

(𝟎−(+𝟏𝟐))
AV1 = x 11500
𝟑𝟓𝟐𝟎𝟎

AV1 = - 3,92 µ

Jadi, pada baut pondasi motor sisi depan ditambah shim setebal 3,92 µ

 Sisi Belakang (AV2)

(𝐀𝐓−𝐀𝐁)
AV2 = x L2
𝐃

(𝟎−(+𝟏𝟐))
AV2 = x 72500
𝟑𝟓𝟐𝟎𝟎

14
(𝐀𝐓−𝐀𝐁)
AV2 = x L2
𝐃

AV2 = - 24,72 µ

Jadi, pada baut pondasi motor sisi belakang ditambah shim setebal 24,72 µ

a. Menghitung arah pergeseran motor dengan rumus

+28
Sisi motor
Sisi pompa

Arah pergeseran
-16
L1
L2

Gambar 8. Ilustrasi Arah Horisontal

Gambar 13 Ilustrasi arah horizontal pergeseran motor

 Sisi Depan (AH1)

(𝐀𝐋−𝐀𝐑)
AH1 = x L1
𝐃

(−𝟏𝟔−𝟐𝟖)
AH1 = x 11500
𝟑𝟓𝟐𝟎𝟎

AH1 = - 14,38 µ

15
Jadi, pada baut pondasi motor sisi depan digerser ke arah kiri sejauh 14,38
µ

 Sisi Belakang (AH2)

(𝐀𝐋−𝐀𝐑)
AH2 = x L2
𝐃

(−𝟏𝟔−𝟐𝟖)
AH2 = x 72500
𝟑𝟓𝟐𝟎𝟎

AH2 = - 90,62 µ

Jadi, pada baut pondasi motor sisi belakang digerser ke arah kiri sejauh
90,62 µ

3.3. Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Fan Cooling


Tower Radial
3.3.1. Perhitungan Ketidakbarisan Radial
Tabel 1 Pengambilan data pengukuran misalignment radial fan cooling tower

Data Hasil
No.
Pengukuran Pengukuran
1. RT 0
2. RR +40
3. RB +60
4. RL -10
Untuk penambahan/pengurangan shim dilakukan perhitungan sebagai berikut :

16
Gambar 14 Penulisan data untuk perhitungan misalignment radial fan cooling tower

Perhitungan alignment radial arah vertikal :

𝑅𝑇−𝑅𝐵 0−(+60)
RV = = = -30μ
2 2

RV menunjukkan hasil (-) berarti shim pada motor harus dikurangi sebesar -30μ.

Perhitungan alingment radial arah horizontal :

𝑅𝐿−𝑅𝑅 (−10)−40)
RH = = = -25μ
2 2

RH menunjukkan hasil (-) berarti motor perlu digeser ke arah kanan.

17
Gambar 15 Ilustrasi tampak pandangan depan pengurangan shim

Gambar 16 Ilustrasi tampak pandangan atas pergeseran motor ke arah kanan

18
3.4. Pelaksanaan Alignment Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Fan Cooling
Tower Aksial

Tabel 2 Pengambilan data pengukuran misalignment aksial fan cooling tower

Data Hasil
No.
Pengukuran Pengukuran
1. AT 0
2. AR -30
3. AB -10
4. AL +10
5. D 228 mm
6. L1 245 mm
7. L2 850 mm

Menghitung penambahan atau pengurangan shim (AV) :

19
Gambar 17 Penulisan data untuk perhitungan misalignment aksial fan cooling tower

a. Sisi Depan (AV1)


(AT−AB)×L1 (0−(−10))×24500
AV1 = = = 10,75μ
𝐷 22800

Jadi, baut pada pondasi motor sisi depan dilakukan pengurangan shim setebal 10,75μ

b. Sisi Belakang (AV2)


(AT−AB)×L2 (0−(−10))×85000
AV2 = = = 37,28μ
𝐷 22800

Jadi, baut pada pondasi motor sisi belakang dilakukan pengurangan shim setebal 37,28μ

20
Gambar 18 Ilustrasi arah vertikal pengurangan shim

Menghitung arah pergeseran motor

a. Sisi depan (AH1)

(AL−AR)×L1 (10−(−30))×24500
AH1 = = = 42,98μ
𝐷 22800

Jadi pada baut pondasi motor sisi depan digeser ke arah kiri sejauh 42,98μ.

b. Sisi belakang (AH2)

(AL−AR)×L2 (10−(−30))×85000
AH2 = = = 149,12μ
𝐷 22800

Jadi, pada baut pondasi motor sisi belakang digeser ke arah kiri sejauh 149,12μ.

21
Gambar 19 Ilustrasi arah horizontal pergeseran motor

22
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Metode pengukuran alignment terdapat tiga macam yaitu, pengukuran menggunakan mistar
dilakukan pengukuran pada beberapa posisi 0o, 90o, 180o dan 270o, filler atau tapered gauge
dengan cara memasukkan plat filler/tappered gauge tersebut ke dalam celah kopling, dan dial
gauge yang memberikan hasil yang jauh lebih teliti bila dibandingkan dengan menggunakan
mistar, tapered gauge maupun feeler gauge, karena bisa membaca tingkat ketelitian sampai
0,01 mm baik untuk radial maupun aksial.
2. Penyebab terjadinya misalignment antara lain Kesalahan pada saat pemasangan, sumbu
bantalan tidak berimpit dengan sumbu poros, sumbu poros / kopling tidak sebaris. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan Kopling menjadi panas dan aus, poros retak, bearing rusak,
material fatigue,dan juga dapat menyebabkan vibrasi.
3. Apabila terjadi misalignment maka perlu dilakukan aligment dengan rekomendasi
penambahan atau pengurangan shim serta pergeseran motor ke kiri atau ke kanan.

4.2. Saran
1. Melakukan pemeriksaan vibrasi secara rutin karena vibrasi merupakan salah satu akibat yang
dapat ditimbulkan dari terjadinya misalignment.
2. Menjadwalkan alignment secara periodik maupun based on conditions untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada komponen tersebut dan komponen sekitarnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Jamilah, Y. H. Yadi, and A. Umyati, "Identifikasi Potensi Bahaya Dengan Metode Hazard And
Operability Study (HAZOP) Di Area Boiler PT. XYZ," 2015.
[2] S. H. P., "ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT," Jurnal
Teknik Mesin (JTM), vol. 06, p. 1, 2017.
[3] A. ULFIANA, "Analisis Pengaruh Misalignment terhadap Vibrasi dan Kinerja
Motor Induksi," MAGISTER, FISIKA INSTRUMENTASI, UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK, 2010.
[4] A. I. Tauvana, "ALIGNMENT COUPLING DENGAN METODE DOUBLE DIAL INDICATOR RIM AND
FACE," 2018.

24

Anda mungkin juga menyukai