Disusun oleh:
Angga Saputra Pratama
1610017211017
Dosen pembimbing:
Dr. Hendra Suherman ST, MT
Heat exchanger adalah sebuah alat yang digunakan untuk mentransfer energi panas antara dua
fluida atau lebih pada temperatur yang berbeda. Aplikasi dari heat exchanger pada dunia
industri cukup luas, terutama pada industri kimia, pengolahan migas, dan juga industri
pembangkit listrik. Heat exchanger yang paling sering digunakan adalah tipe konstruksi shell
and tube heat exchanger. Shell and tube heat exchanger memiliki karakteristik konstruksi
yang kuat, fleksibel, dan pemeliharaan dan perawatan yang mudah. Performa dari unit heat
exchanger sangat berpengaruh pada produktivitas sebuah perusahaan. Perusahaan tentu
menginginkan performa dari heat exchanger yang maksimal dalam rangka memenuhi target-
target finansial yang direncanakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk
meningkatkan performa shell and tube heat exchanger agar dapat bekerja secara maksimal.
Performa shell and tube heat exchanger dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
rezim aliran, baik di sisi shell maupun di sisi tube. Rezim aliran fluida ditentukan oleh nilai
Reynolds Number yang dipengaruhi oleh kecepatan alir fluida. Pada proyek akhir ini, akan
menganalisis pengaruh dari variasi kecepatan fluida di sisi shell agar diperoleh performa shell
and tube heat exchanger yang maksimal. Metode yang digunakan untuk menentukan
performa shell and tube heat exchanger adalah metode ε-NTU dimana tolok ukur performa
direpresentasikan oleh nilai efektivitas (ε). Diharapkan dengan adanya proyek akhir ini akan
diperoleh rezim aliran yang sesuai untuk unit shell and tube heat exchanger dan dapat
dijadikan referensi dalam perancangan shell and tube heat ecxhanger yang baik.
Kata kunci: Heat Exchanger, Shell and Tube Heat Exchanger, Rezim Aliran, Metode ε-NTU
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.................................................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................1
1.2 TUJUAN....................................................................................................................2
1.3 PERUMUSAN MASALAH......................................................................................2
1.4 BATASAN MASALAH............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................4
2.1 DASAR TEORI.........................................................................................................5
2.1.1 Tube.....................................................................................................................5
2.1.2 Tube Arrangement..............................................................................................6
2.1.3 Baffle..................................................................................................................6
2.1.4 Tubesheet............................................................................................................9
2.1.5 Tube Bundle.......................................................................................................9
2.1.6 Shell..................................................................................................................10
2.1.7 Pass Arrangement.............................................................................................10
2.1.8 Metode ε-NTU..................................................................................................11
2.1.9 Kodifikasi Shell and Tube Heat Exchanger.....................................................13
2.1.10 Koefisien Perpindahan Panas...........................................................................15
BAB III METODOLOGI......................................................................................................17
3.1 ALUR PENGERJAAN............................................................................................17
3.2 DESAIN SISTEM...................................................................................................19
3.3 HASIL YANG DIHARAPKAN..............................................................................20
3.4 JADWAL KEGIATAN.............................................................................................20
3.5 PERKIRAAN BIAYA..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
dapat diatur dengan memvariasikan laju massa fluida sehingga diperoleh rezim aliran
tertentu (laminar, transisi, atau turbulen). Setiap unit shell and tube heat exchanger
dengan rancangan tertentu akan memiliki karakteristik yang berbeda. Satu heat
exchanger mungkin akan lebih efektif jika rezim aliran yang terbentuk adalah
turbulen, heat exchanger yang lain mungkin akan lebih efektif jika rezim aliran yang
terbentuk adalah laminer. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis dan penelitian
untuk menentukan rezim aliran yang sesuai dengan karakteristik sebuah heat
exchanger.
Pada proyek akhir ini akan menganalisa pengaruh dari rezim aliran di sisi
shell dan sisi tube pada efektivitas shell and tube heat exchanger. Dari penelitian ini,
diharapkan dapat memberikan referensi mengenai rezim aliran yang sesuai untuk
memperoleh efektivitas shell and tube heat exchanger yang maksimal. Dengan
efektivitas yang baik, maka perpindahan panas yang terjadi pada shell and tube heat
exchanger dapat terjadi secara cepat. Dengan efektivitas shell and tube heat exchanger
yang baik pula maka akan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan terkait.
1.2 TUJUAN
Pada proyek akhir ini akan menganalisis fenomena aliran fluida dari shell and
tube heat exchanger dengan variasi rezim aliran di sisi shell. Shell and tube heat
exchanger yang dianalisis adalah shell and tube heat exchanger skala laboratorium
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Diharapkan dari penelitian ini dapat
diketahui rezim aliran yang paling baik untuk meningkatkan efektivitas dari shell and
tube heat exchanger. Pengujian performa dilakukan dengan menggunakan metode ε-
NTU dimana hasil pengujian akan dibandingkan dengan hasil running software HTRI.
2
1.4 BATASAN MASALAH
Batasan masalah pada proyek akhir ini adalah ;
1. Fluida kerja adalah air dengan fasa liquid.
2. Aliran diasumsikan steady.
3. Fouling diabaikan.
4. Aliran diasumsikan fully developed.
5. Sistem adibatik.
6. Rezim aliran sisi tube adalah turbulen dengan nilai Re=10000.
7. Rezim aliran sisi shell adalah laminar (dengan Re=1000), transisi (dengan
Re=5000), dan turbulen (dengan Re=10000).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Heat exchanger adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menukarkan kalor
antara dua jenis fluida beda temperatur. Tujuan dari pertukaran kalor ini adalah untuk
mengubah temperatur dan fasa fluida sesuai kebutuhan. Heat exchanger mempunyai
fungsi yang sangat luas dalam dunia industri, salah satunya adalah pada industri kimia
yang berfungsi untuk memanaskan atau mendinginkan air, minyak, oli, ataupun suatu
gas. Pada sebuah sistem pembangkit listrik, heat exchanger juga memegang peranan
penting dalam peningkatan efisiensi sistem. Sebagai contoh adalah economizer,
sebuah unit heat exchanger yang berfungsi untuk memanaskan feed water sebelum
masuk ke boiler menggunakan panas dari gas buang sistem.
4
metode Delaware yang digunakan untuk menentukan nilai koefisien perpindahan
panas sisi shell. Sedangkan nilai efektivitas shell and tube heat exchanger dapat
diperoleh dengan metode ε-NTU (effectiveness-Number of Transfer Unit).
5
2.1.2 Tube Arrangement
Tube arrangement adalah sebuah metode dalam menyusun beberapa tube agar
diperoleh performa yang baik. Ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam
menyusun tube, yaitu, tube pitch dan tube layout. Tube pitch adalah jarak antartube,
sedangkan tube layout adalah susunan kumpulan tube yang membentuk pola tertentu.
(b)
Gambar 1
Gambar 2.1 Tube layout ya ng umum digunakan. (a) Square pitch (90o); (b) rotated
(a) (c)
square pitch (45 ); (c) trian gular pitch (30o) (Sumber: Referensi [8]).
o
2.1.3 Baffle
Baffle adalah sebuah lempeng sirkular yang dipotong sebagian (tergantung
nilai baffle cut) yang terpasang pada sepanjang aliran dalam shell berfungsi untuk
memaksimalkan perpindahan panas yang terjadi antarfluida, menahan tube-bundle
dan untuk mencegah atau menahan getaran pada pipa–pipa. Pada proyek akhir ini,
digunakan baffle berjenis segmental baffle dengan nilau cutting sebesar 25%. Berikut
ini adalah jenis-jenis baffle yang sering digunakan pada shell and tube heat
exchanger.
a. Segmental Baffle
Segmental baffle dibentuk dengan cara memotong baffle dari bentuk
lingkaran, potongan baffle mempunyai ukuran antara 15% s/d 40% (biasanya
25%) dari ukuran lingkaran penuh. Baffle ini banyak digunakan dan dianggap
sebagai baffle standar karena mempunyai efisiensi perpindahan panas yang
tinggi.
6
Gambar 2
b. Double Segmental
Bentuk ini juga dapat disebut double segmental, karena terdapat dua
potongan pada lingkaran penuh baffle besar potongan antara 20%-30% untuk
satu sisi lingkaran.
7
Gambar 4 Gambar 2.4 Disc and Doughnut Baffle
d. Orifice Baffle
Baffle jenis ini terdiri dari disc dengan lubang – lubang yang
mempunyai ukuran lebih besar dari diameter tabung. Aliran fluida mengalir
melalui annular orifice dan menimbulkan pengaruh olakan pada fluida. Desain
dari baffle ini jarang dipakai karena efisiensi yang rendah.
e. Rod Baffle
Baffle jenis ini lebih berfungsi sebagai sirip daripada pengarah aliran.
Rod baffle Heat Exchanger dikembangkan oleh Phillip. Heat Exchanger ini
getarannya lebih kecil.
8
2.1.4 Tubesheet
Tubesheet adalah sebuah penghalang yang membatasi fluida shell dan fluida
tube. Tubesheet terkoneksi ke sisi shell dan sisi channel dengan pengelasan (integral)
atau dengan bolt (sambungan gasket). Material tubesheet memiliki pelindung berupa
clad, yaitu suatu lapisan tahan korosi/erosi yang memiliki ketebaan tertentu. Lapisan
clad ini melekat diluar bagian outside diameter tube. Mengacu pada standar TEMA,
ketebalan clad (clad thickness) bernilai 5/16 in. (7.8 mm) ketika tube dihubungkan ke
tubesheet dengan metode ekspansi dan bernilai 1/8 in. (3.2 mm) ketika tube
dihubungkan ke tubesheet dengan dilas [7]. Tipe tubesheet yang sering digunakan
adalah tipe double tubesheet dengan kelebihan mampu mengatasi mengatasi
bercampurnya fluida shell dengan tube karena faktor leakage (kebocoran). Tipe
double tubesheet sendiri dibagi menjadi dua yaitu tipe konvensional dan tipe integral.
9
Gambar 2.8 Tube Bundle (Sumber: Referensi [2])
Dalam merancang tube bundle, satu hal yang menjadi perhatian adalah nilai
outer tube limit (OTL) yaitu diameter lingkaran maksimal untuk membatasi jarak
antara tube outside diameter dengan shell inside diameter sehingga terbentuk
clearance.
2.1.6 Shell
Shell adalah sebuah silinder berongga dari logam sebagai tempat mengalir
fluida. Ukuran shell lebih besar dari ukuran sebuah tube. Analisa perpindahan panas
sisi shell merupakan analisa yang cukup rumit karena menyangkut masalah yang
kompleks dari suatu aliran fluida. Beberapa metode dapat digunakan untuk
menghitung nilai koefisien perpindahan panas sisi shell (ho), dan metode yang paling
akurat adalah metode Delaware [5].
10
Untuk meningkatkan perpindahan panas yang terjadi, maka kecepatan aliran
fluida yang tinggi diperlukan. Perpindahan panas akan lebih efektif jika kondisi rezim
aliran adalah turbulen dengan nilai Reynolds Number diatas 10000.
4 m´n p
ℜ= πDintµ
≥10000 (2.1)
Total heat transfer dari fluida panas ke fluida dingin pada heat exchanger
dinyatakan,
dimana ε adalah nilai efektivitas heat exchanger yang bersifat non-dimensional. Nilai
efektivitas ini bergantung pada nilai NTU, C*, dan pengaturan aliran.
11
Rasio kapasitas kalor, C*, adalah perbandingan antara kapasitas kalor dengan nilai
lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang lebih besar pada dua aliran fluida. Nilai
C* ≤ 1.
¿ Cmin (mc p
)Cmin= = (2.3)
Cmax (mc )
p max
dimana C mengacu pada produk massa dan kapasitas kalor fluida, terbagi menjadi dua
macam dengan nilai minimum (Cmin) and maksimum (Cmax). Pembagian ini
didasarkan pada sifat dua fluida pada heat exchanger dimana salah satu fluida akan
lebih dominan dibandingkan fluida lainnya dengan memiliki temperatur lebih besar.
Perbedaan temperatur inilah yang membedakan nilai kapasitas kalor antara dua fluida.
UA 1 ❑
NTU =
C min
= ∫U dA (2.4)
C min A
q
perpindahan panas aktual, q , dengan laju perpindahan panas maksimal ( max ).
q
ε=
qmax
(2.5)
12
q=εC min ( T h , i−T c, i )=ε ∆ T max (2.6)
maka didapatkan,
C h (t h, i −t h,o ) Cc (t c ,o −tc
ε,i )= = (2.7)
Cmin (t h, i −t c ,i) Cmin(t h ,i −t c ,i )
(a)
13
(b)
(c)
(d)
14
Gambar 2.10 Tipe shell and tube heat exchanger (a) AES floating-head exchanger
(b) BEM fixed-tubesheet exchanger (c) AEP floating-head exchanger (d) CFU U-tube
exchanger dengan 2 laluan shell (Sumber:Referensi:[7])
4
untuk ℜ≥10 ,
(μ/μ
0.14
) w
untuk 2100 ≤ ℜ ≤ 10 ,
4
D
L
¿
1+¿
( ¿
μ
μw
0.14
(2.9)
) [ ℜ −125] Pr
2 1
Nu=0.116 3 3
¿
untuk ℜ ≤ 2100 ,
RePrD 1/ 0.14
3
Nu=1.86[ (2.10)
] ( μ/
L
μw )
Reynolds Number pada kasus ini dapat dihitung dengan membagi laju massa dengan
jumlah tube,
m´ per m´ ´n
tube
15
tp
=
nt
(2.11)
16
dimana:
m´ t = laju massa sisi tube
np = jumlah laluan
nt = jumlah tube
ho
Koefisien perpindahan panas sisi shell, , dihitung mengacu pada kurva pada
Gambar 11 Gambar 2.11 Korelasi koefisien perpindahan panas shell and tube heat exchanger dengan tipe tube layout
Gambar 2.11 Korelasi koefisien perpindahan panas shell and tube heat exchanger
dengan tipe tube layout (Sumber: Referensi [8])
dimana:
17
Reynolds number pada persamaan dihitung menggunakan diameter ekuivalen dan
flow area seperti pada gambar. Korelasi ini valid untuk tube bundle tipe plain atau
finned tube heat exchanger, 20% segmental baffle cut, dan sepasang sealing strip per
10 baris tube. Korelasi yang terbentuk adalah hasil dari penelitian Delaware dengan
memasukkan safety factor sebesar 25% [8].
18
BAB III
METODOLOGI
19
Gambar 12 Gambar 3.1 Alur Pengerjaan Proyek Akhir
20
pengaruh dari variasi rezim aliran sisi shell terhadap performa shell and tube heat
exchanger.
Pada tahap studi literatur, hal yang dilakukan adalah mencari dan mempelajari
literatur mengenai karakteristik aliran sisi shell dan pengujian performa dari shell and
tube heat exchanger dari sumber yang relevan. Literatur dapat diperoleh melalui
buku, jurnal penelitian, atau artikel-artikel yang ada di dalam internet. Metode yang
akan digunakan untuk menentukan performa shell and tube heat exchanger adalah
metode ε-NTU. Parameter performa shell and tube heat exchanger ini adalah nilai
efektivtas (ε) yang berkisar dari 0 hingga 1. Efektivitas shell and tube heat exchanger
akan dihitung terhadap setiap variasi kecepatan fluida di sisi shell.
Penelitian akan membandingkan data dari pengujian dan hasil dari running
software. Pengujian dilakukan dengan mengukur temperatur outlet dari shell and tube
heat exchanger. Data yang diperoleh merupakan data aktual dari modul. Pengambilan
data dilakukan hingga data yang diperoleh sesuai dengan teori yang ada dengan
memperhatikan toleransi kepresisian alat ukur dan kondisi modul yang ada. Variabel
yang akan divariasikan adalah laju massa pada sisi shell agar diperoleh rezim aliran
laminer, transisi, dan turbulen, sementara rezim aliran pada sisi tube dikontrol agar
turbulen. Setelah dilakukan pengambilan data, tahap selanjutnya adalah perhitungan
data, yaitu menghitung nilai efektivitas shell and tube heat exchanger dengan
menggunakan metode ε-NTU. Data teori modul dapat diperoleh melalui running
software dengan variabel input yang telah ditentukan sesuai diagram di atas.
Apabila hasil perhitungan manual dan running software telah sesuai dengan
konsep, kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis data. Analisis yang
dilakukan fokus pada karakteristik aliran fluida sisi shell dan pengaruhnya terhadap
performa shell and tube heat exchanger. Dari serangkaian tahap yang dilakukan,
maka dapat diperoleh kesimpulan mengenai rezim aliran sisi shell yang baik untuk
meningkatkan nilai perpindahan panas dan efektivitas shell and tube heat exchanger.
21
Gambar 13 Gambar 3.2 Desain Sistem
Proses dimulai dari masing-masing tangki penyimpanan fluida panas dan fluida
dingin yang terpisah. Pada tangki penyimpanan fluida panas terdapat heater yang
berfungsi untuk menjaga temperatur fluida panas konstan. Heater beroperasi secara
otomatis dengan mekanisme pengaturan arus listrik yang terhubung pada sebuah
thermostat. Fluida panas dan dingin kemudian dipompa menuju unit shell and tube
heat exchanger dengan fluida panas akan dipompa menuju sisi tube dan fluida dingin
akan dipompa menuju sisi shell. Rotameter pada sistem ini berfungsi untuk mengatur
debit dan kecepatan fluida yang masuk ke exchanger. Penelitian dilakukan dengan
memvariasikan kecepatan fluida agar didapatkan rezim aliran tertentu
(laminer/transisi/turbulen). Di dalam heat exchanger terjadi pertukaran panas antara
fluida panas dengan fluida dingin. Setelah itu, masing-masing fluida akan keluar heat
exchanger dengan temperatur outlet yang berbeda. Fluida panas dari tube akan
dikembalikan lagi ke reservoir panas, sementara fluida dingin dari shell akan langsung
dibuang ke lingkungan.
22
shell and tube heat exchanger paling baik sehingga bisa dijadikan referensi untuk
merancang sebuah shell and tube heat exchanger.
23
3.5 PERKIRAAN BIAYA
Adapun perkiraan biaya yang akan digunakan dalam proyek akhir ini
ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:
Tabel 3.2 Perkiraan Biaya
6. Shimizu Pompa
2 Rp 700.000 Rp 1.400.000
Booster ZPS 15-9-140
7. Penguin TB25 / 225
2 Rp 450.000,- Rp 900.000
Liter
8. Lain-Lain (pipa +
kerangka tempat 1 set Rp 1.500.000
Modul)
9. Pipa Stainless Steel
inner Uk. ½” x 5,8 1 Rp 175.000 Rp 175.000
meter
10. Pipa PPMA (Acrylic)
4 Rp 300.000 Rp 300.000
outer
11. Flare Nut Uk ½” 4 Rp 30.000 Rp 120.000
12. Flare Elbow Uk. ½” 2 Rp 35.000 Rp 70.000
13. Display digital
2 Rp 110.000 Rp 220.000
Termocouple
TOTAL Rp7.935.000
24
DAFTAR PUSTAKA
25